Seorang pembelajar bahasa sudah semestinya menguasai teori-teori seputar kebahasaan
atau linguistik. Atau, setidaknya mereka akrab atau terbiasa dengan konsep-konsep dasar yang menjadi penopang dari teori-teori tersebut. Namun, tentu saja seorang pemula, misalnya mahasiswa baru yang belajar disiplin ilmu seputar bahasa dan sastra, akan mengalami kendala dalam menguasai konsep-konsep dan teori-teori tersebut. Hal ini sebenarnya sangat wajar, mengingat konsep-konsep dan teori-teori tersebut terdengar asing dalam pengetahuan mereka. Untungnya terdapat sebuah buku yang mudah dipahami untuk mengatasi masalah tersebut. Buku tersebut berjudul Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer, seorang ahli dan pengajar ilmu bahasa kelahiran Jakarta. Dalam artikel kali ini, saya akan mengupas garis besar isi buku Linguistik Umum tersebut sehingga pembaca secara umum, atau pembelajar bahasa dan sastra secara khusus, akan memperoleh pengetahuan dasar seputar ilmu bahasa atau linguistik.
Profil Singkat Abdul Chaer
Sebelum menuju ke pembahasan inti, terlebih dahulu saya akan sedikit mengulas tentang biografi singkat Abdul Chaer. Uraian tentang biografi Abdul Chaer ini penting untuk disampaikan agar setidaknya para pembaca bisa mengetahui sosok penulis ini lebih dekat. Selain itu, juga sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi luar biasa Abdul Chaer terhadap pengembangan kajian ilmu kebahasaan di Indonesia. Seperti yang tertera pada artikel di situs badanbahasa.kemdikbud.go.id, bisa diketahui bahwa Abdul Chaer ini lahir di Jakarta pada tanggal 8 November 1940. Dia memperoleh gelar sarjana pendidikan dari IKIP Jakarta (sekarang UNJ) pada tahun 1969. Pada tahun 1976-1977, dia mengikuti program post-graduate studi dalam bidang linguistik di Rijksuniversiteit Leiden, Belanda. Untuk mengamalkan ilmu yang telah dia peroleh, Abdul Chaer mendedikasikan hidupnya berkarir di bidang pengajaran. Dia menjadi pengajar di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta dan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. Selama karirinya tersebut dia juga pernah menjabat sebagai lektor kepala di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta untuk mata kuliah Lingustik Umum, Semantik, dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain mengajar sebagai dosen, Abdul Chaer juga menyebarkan ilmu yang dia miliki dalam bentuk buku cetak. Pada laman Badan Bahasa yang telah disebutkan di atas, setidaknya terdapat 30 judul buku yang pernah ditulis oleh Abdul Chaer. Buku-buku yang semuanya berisi kajian kebahasaan tersebut di antaranya adalah buku Linguistik Umum yang akan diulas pada bagian selanjutnya. Karena dedikasinya luar biasa tersebut, Abdul Chaer berkesempatan mendapatkan beberapa penghargaan penting. Di antaranya yang bisa disebutkan adalah, Penghargaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Bidang Kebudayaan (2002), Anugerah Budaya dari Gubernur Jakarta (2011), dan Penghargaan Bentara Budaya Jakarta sebagai Pelaku Kebudayaan (2017) dan Anugerah Kebudayaan untuk kategori Pelestari Bahasa Betawi (2019).
Garis Besar Isi Buku Linguistik Umum Karya Abdul Chaer
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Linguistik Umum merupakan salah satu buku Abdul Chaer. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1994 oleh Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Karena banyak diburu oleh para kalangan akademisi, terutama mahasiswa yang belajar bahasa dan sastra, buku ini pun telah cetak ulang beberapa kali. Dalam artikel ini, buku Linguistik Umum yang saya bedah adalah buku cetakan ketiga yang terbit pada tahun 2007. Secara garis besar, isi dari buku yang membahas tentang seluk beluk ilmu bahasa atau linguistik secara umum ini dapatkan disarikan ke dalam tiga bagian utama. Bagian pertama, berisi pendahuluan dan pengenalan objek linguistik. Berikutnya, bagian kedua yang membahas tentang tataran linguistik, mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang juga berada dalam ranah mikrolinguistik. Dan, bagian ketiga; membahas tentang sejarah dan aliran linguistik. Penjelasan terperinci tentang ketiga bagian tersebut, akan saya bahas pada bagian di bawah ini.
Pendahuluan dan Pengenalan Objek Linguistik
Pada buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer ini, bagian awal atau pendahuluan ini terdapat tiga bab. Bab pertama berjudul Pendahuluan di mana diuraikan secara umum tentang masalah-masalah apa saja yang akan dibahas dalam buku ini. Berikutnya bab kedua yang berjudul Linguistik sebagai Ilmu di mana pada bagian ini dijelaskan tentang keilmiahan linguistik, subdisiplin linguistik, beberapa jenis analisis dalam linguistik dan manfaat linguistik. Bab ketiga berjudul Objek Linguistik: Bahasa, di mana dibahas secara mendalam tentang pengertian dan hakikat bahasa, hubungan bahasa dengan faktor di luar bahasa, dan klasifikasi bahasa. Pada bab ini juga diterangkan tentang bahasa tulis, aksara dan ejaan. Terdapat 4 hal pada tiga bagian pembuka buku Linguistik Umum ini yang menurut saya penting untuk diutarakan kepada pembaca. Lima hal tersebut adalah pengertian dan objek linguistik, subdisiplin linguistik, pengertian dan hakikat bahasa, serta klasifikasi bahasa. Penjelasan terperinci berhubungan dengan keempat hal tersebut akan dibahas pada bagian di bawah ini. Pengertian dan Objek Linguistik Secara sederhana linguistik dapat diartikan sebagai ilmu bahasa. Dalam buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer, pengertian linguistik ini dijelaskan secara lebih terperinci. Pada halaman kedua misalnya, diterangkan bahwa linguistik merupakan telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Karena bersifat ilmiah inilah, maka ia juga terikat dengan kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku. Ilmu linguistik ini juga sering disebut dengan linguistik umum (general linguistics). Hal ini dikarenakan linguistik tidak hanya mengkaji seluk beluk bahasa tertentu saja, misalnya bahasa Indonesia saja. Dalam linguistik, yang dibahas adalah seluk beluk kebahasaan secara umum yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Dengan kata lain, kajian linguistik ini berusaha menemukan kaidah-kaidah umum bahasa atau kebahasaan manusia. Subdisiplin Linguistik Terdapat beberapa cabang atau subdisiplin yang ada dalam kajian linguistik. Dalam buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer, subdisiplin linguistik ini dikelompokkan berdasarkan empat kategori. Pertama, berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum, seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, mengkaji bahasa-bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang bersifat umum. Sedangkan linguistik khusus, memusatkan perhatiannya hanya pada bahasa tertentu saja, misalnya bahasa Inggris. Kedua, berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. Linguistik sinkronik berusaha memecahkan masalah hubungan-hubungan kebahasaan yang terjadi pada masa tertentu saja tanpa menghubungkannya dengan unsur-unsur kesejarahan. Sedangkan linguistik diakronik, kajian yang dilakukan juga mengaitkan hubungan bahasa dengan unsur-unsur kesejarahan yang mungkin membentuknya di masa lalu. Ketiga, berdasarkan objek kajiannya, apakah hanya mengkaji struktur internal bahasa, ataukah juga membahas hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya mikrolinguistik dan makrolinguistik. Mikrolinguistik ini berfokus pada kajian internal tataran bahasa, mencakup fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Sedangkan makrolinguistik mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan disiplin-disiplin ilmu lain di luar bahasa. Misalnya saja sosiolinguistik, yang berusaha mengkaji bahasa dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang terdapat dalam ilmu sosial. Keempat, berdasarkan tujuan penyelidikan atau kajian, linguistik dibedakan menjadi linguistik teoretis dan linguistik terapan. Linguistik teoretis mengkaji bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah atau teori-teori di seputar bahasa itu sendiri. Sedangkan linguistik terapan berusaha mengkaji bahasa untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang ada di dalam masyarakat. Misalnya penyelidikan linguistik untuk kepentingan pengajaran bahasa, penyusunan buku ajar, penyelesaian masalah politik, dan lain sebagainya. Pengertian dan Hakikat Bahasa Setelah membahas tentang pengertian dan objek linguistik serta subdisiplin linguistik pada bagian sebelumnya, pada bagian ini akan disajikan tentang pengertian dan hakikat bahasa. Pada buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer tersebut, bahasa ini didefinisikan sebagai bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Lebih lanjut berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa (1) bahasa adalah sebuah sistem, (2) bahasa berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Klasifikasi Bahasa Karena wujudnya yang sangat beragam, maka para ahli bahasa mencoba mengklasifikasikan bahasa-bahasa tersebut agar mudah dikenali. Dalam buku Linguistik Umum, disebutkan empat pendekatan dalam klasifikasi bahasa. Pertama, klasifikasi genetis atau klasifikasi genealogis, yaitu klasifikasi yang dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu. Dengan kata lain, suatu bahasa berasal dari bahasa yang lebih tua. Menurut teori ini, suatu bahasa proto (bahasa tua, bahasa semula) akan pecah dan menurunkan dua bahasa atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan menurunkan pula bahasa-bahasa lain, begitu seterusnya. Kedua, klasifikasi tipologis yang dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa. Unsur yang berulang ini dapat berupa bunyi, morfem, kata, frase, kalimat, dan sebagainya. Dengan kata lain, klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada semua tataran bahasa. Ketiga, klasifikasi areal yaitu klasifikasi yang dilakukan berdasarkan pada hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu wilayah, tanpa memerhatikan apakah bahasa itu berkerabat atau tidak. Yang terpenting dalam klasifikasi ini adalah adanya data pinjam-meminjam, yang meliputi pinjaman bentuk dan arti; atau pinjaman bentuk saja, atau juga pinjaman arti saja. Keempat, klasifikasi sosiolinguistik, yang dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat. Tepatnya, berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan empat kriteria, yaitu historisitas, standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas.
Tataran Linguistik (Mikrolinguistik)
Bagian kedua dari buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul chaer berbicara tentang tataran linguistik atau tataran kebahasaan dalam ruang lingkup mikro. Maksud dari mikro di sini adalah ruang lingkup yang dibahas hanya menyasar pada aspek internal bahasa saja, tidak menjamah aspek-aspek eksternal bahasa. Tataran tersebut adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi Yang pertama adalah fonologi, yaitu bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Secara garis besar, fonologi ini dibagi lagi ke dalam dua jenis, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan cabang linguistik yang mempelajari ilmu bahasa tanpa memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna atau tidak. Terdapat tiga cabang fonetik yang lazim diketahui; fonetik artikulatoris, yaitu cabang fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa; fonetik akustik, yaitu cabang fonetik yang mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam; dan fonek auditoris, yaitu cabang fonetik yang mempelajari tentang bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga manusia. Sedangkan fonemik adalah cabang linguistik yang mengkaji bunyi bahasa sebagai fungsinya dalam membedakan makna kata. Contoh sederhana fonemik ini dalam bahasa Indonesia adalah kata laba dan raba. Dua kata tersebut mempunyai bunyi yang mirip. Yang membedakan keduanya hanyalah bunyi /l/ dan /r/ pada awal masing-masing kata. Perbedaan bunyi di awal masing-masing kata itu berpengaruh sangat signifikan terhadap perubahan makna. Dari sini dapat disimpulkan bahwa /l/ dan /r/ pada konteks contoh dua kata tersebut merupakan pembeda makna atau bersifat fonemik. Morfologi Yang kedua adalah morfologi, yaitu bidang linguistik yang mempelajari tentang morf atau bentuk bahasa. Di dalam morfologi dikaji bentuk-bentuk bahasa mulai dari tataran yang disebut dengan morfem hingga tataran yang sedikit lebih kompleks, yaitu kata. Kedua istilah ini, yaitu morfem dan kata sebenarnya saling bersinggungan satu sama lain. Kita sebut saja morfem ini sebagai bentuk. Dan bentuk bahasa dalam satuan morfem bisa saja hanya berupa imbuhan, seperti me-, ter-, ke-, ke-an, dan sebagainya, di mana bentuk- bentuk ini untuk dapat bermakna harus terikat atau melekat pada sebuah kata yang bermakna secara mandiri. Untuk itulah morfem ini disebut dengan morfem terikat. Berikutnya adalah morfem bebas, yaitu bentuk bahasa yang memiliki makna secara mandiri tanpa harus terikat dengan bentuk-bentuk lain. Contoh dari morfem bebas ini adalah tataran bahasa yang disebut dengan kata. Sebuah kata tanpa terikat dengan bentuk lainnya pun telah memiliki maknanya sendiri. Sintaksis Yang ketiga adalah sintaksis, yaitu tataran linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dengan kata lain, sintaksis ini mencoba membedah hubungan kata yang berada dalam satu struktur ujaran. Dalam sintaksis, struktur ini bisa dalam bentuk frasa, yaitu gabungan kata yang membentuk satu makna yang terpadu; klausa, yaitu satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif; kalimat, yaitu satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final; dan wacana yaitu satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Dalam struktur sintaksis lazim dibicarakan tentang masalah fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Fungsi sintaksis ini berkaitan dengan istilah-istilah seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang mesti disusun dengan urutan yang disepakati untuk membuat sebuah ujaran yang bermakna. Kategori sintaksis berkaitan dengan kategori kata, seperti nomina, verba, ajektifa, dan numeralia. Kategori kata ini terkadang hanya dapat menempati satu fungsi saja, misalnya verba atau kata kerja yang hanya dapat menempati fungsi predikat; terkadang bisa lebih dari satu, seperti kategori nomina atau kata benda yang dapat menempati fungsi subjek ataupun objek dalam sebuah klausa atau kalimat. Sedangkan peran sintaksis berkaitan dengan pelaku, penderita, atau penerima dalam sebuah struktur sintaksis. Misalnya dalam kalimat Budi bermain bola. Kata Budi dalam kalimat tersebut memiliki peran sebagai pelaku atau orang yang melakukan sesuatu. Sedangkan kata bermain berperan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelaku; dan bola merupakan sesuatu yang dikenai oleh suatu kata kerja atau kegiatan. Kata bola ini berperan sebagai pelaku atau penerima. Semantik Yang keempat adalah semantik, yaitu tataran linguistik yang membahas tentang makna. Dalam kajian semantik, definisi tentang makna ini tidak pernah mencapai sebuah kesepakatan final. Selalu terjadi perdebatan di kalangan para ahli bahasa. Misalnya, saja ada yang menyebut bahwa makna merupakan sebuah hubungan antara kata dengan sesuatu yang menjadi acuannya dalam dunia nyata. Seperti kata kursi yang dapat diacu pada sebuah benda di dunia nyata yang digunakan manusia untuk duduk. Namun, ternyata banyak sekali kata, apalagi jika sudah ditempatkan dalam pernyataan-pernyataan utuh sama sekali tidak mudah untuk menelusuri keterkaitannya dengan sebuah benda atau referen di dunia nyata. Dalam buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer, perdebatan seputar definisi makna tersebut ditampilkan sekilas untuk memberikan kita sedikit wawasan. Jadi di sini juga tidak akan dibahas lebih lanjut. Berikutnya, dibahas secara panjang lebar tentang jenis makna dan relasi makna. Pada buku tersebut, terdapat beberapa jenis makna yang disebutkan, yaitu makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual; makna referensial dan non-referensial; makna denotatif dan makna konotatif; makna konseptual dan makna asosiatif; makna kata dan makna istilah; serta makna idiom dan peribahasa. Sedangkan pembahasan tentang relasi makna berkaitan dengan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Yang termasuk relasi makna ini, yaitu sinonimi, atau kesamaan makna antara satu kata dengan kata-kata lainnya; antonimi, atau dua buah satuan ujaran yang menyatakan kebalikan atau pertentangan; polisemi, atau sebuah kata yang bermakna lebih dari satu; homonimi, atau dua buah kata yang ‘kebetulan sama’, namun memiliki makna berbeda; hiponimi, atau sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain; ambiguitas atau ketaksaan, gejala terjadinya makna ganda akibat tafsiran gramatikal yang berbeda; redundansi, atau penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran secara berlebihan.
Sejarah dan Aliran Linguistik
Bagian ketiga atau terakhir dari buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer membahas tentang sejarah dan aliran linguistik. Pembahasan mengenai sejarah dan aliran linguistik mencakup 4 sub-pembahasan, yaitu linguistik tradisional; linguistik strukturalis; linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya; dan linguistik di Indonesia. Pertama, pembahasan tentang linguistik tradisional. Bagian ini membahas tentang perkembangan disiplin ilmu bahasa sejak linguistik zaman Yunani, zaman Romawi, zaman Pertengahan, zaman Renaisans, dan menjelang lahirnya linguistik modern. Pendekatan linguistik tradisional atau tata bahasa tradisional ini berusaha menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Kedua, linguistik strukturalis. Pembahasan pada bagian ini mencakup pembahasan tentang Ferdinand de Saussure yang juga dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern; Aliran Praha; Aliran Glosemantik; Aliran Firthian; Linguistik Sistemik; Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika; dan Aliran Tagmemik. Linguistik struktural atau tata bahasa struktural ini menelaah bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa. Ketiga, linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya. Pembahasan di sini mencakup tata bahasa Transformasi yang dikembangkan oleh Noam Chomsky; Semantik Generatif yang merupakan pengembangan dari linguistik transformasional; Tata Bahasa Kasus, sebuah pendekatan alternatif dari Charles J. Fillmore; dan Tata Bahasa Relasional yang menantang langsung beberapa asumsi dasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi. Keempat, pembahasan tentang linguistik di Indonesia. Pada bagian ini disebutkan beberapa tokoh terkemuka yang berkontribusi terhadap perkembangan kajian linguistik di Indonesia. Di antaranya adalah, H.N Van der Tuuk yang melakukan penelitian bahasa di Indonesia pada masa kolonial; Anton M. Moeliono, Harimurti Kridalaksana yang mendapat pengaruh dari tata bahasa struktural yang berbasis di Amerika; dan Prof. J.W.M Verhaar yang kemudian disusul dengan adanya kerjasama kajian kebahasaan antara Indonesia dengan Belanda. Penutup Demikianlah pembahasan artikel kali ini berkaitan dengan garis besar buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer. Sebenarnya jika ditelaah lebih lanjut isi buku ini lebih mengetengahkan kajian kebahasaan dari sudut pandang linguistik strukturalis. Pembahasan- pembahasan di dalamnya lebih bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa. Dengan kata lain, kajian kebahasaan yang berhubungan dengan disiplin-disiplin lain masih kurang mendapatkan perhatian. Meskipun begitu, saya rasa pembahasan linguistik di dalam buku ini sudah sangat memadai untuk para pembelajar pemula atau mahasiswa yang baru saja berkenalan dengan linguistik. Bisa diibaratkan buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer ini sebagai pintu masuk untuk membantu para pembelajar kajian linguistik untuk lebih dalam menyelami kajian kebahasaan pada level selanjutnya.
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri