Anda di halaman 1dari 9

Garis Besar Isi Buku Linguistik Umum

Abdul Chaer

Seorang pembelajar bahasa sudah semestinya menguasai teori-teori seputar kebahasaan


atau linguistik. Atau, setidaknya mereka akrab atau terbiasa dengan konsep-konsep dasar yang
menjadi penopang dari teori-teori tersebut. Namun, tentu saja seorang pemula, misalnya
mahasiswa baru yang belajar disiplin ilmu seputar bahasa dan sastra, akan mengalami kendala
dalam menguasai konsep-konsep dan teori-teori tersebut. Hal ini sebenarnya sangat wajar,
mengingat konsep-konsep dan teori-teori tersebut terdengar asing dalam pengetahuan mereka.
Untungnya terdapat sebuah buku yang mudah dipahami untuk mengatasi masalah tersebut.
Buku tersebut berjudul Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer, seorang ahli dan
pengajar ilmu bahasa kelahiran Jakarta. Dalam artikel kali ini, saya akan mengupas garis besar
isi buku Linguistik Umum tersebut sehingga pembaca secara umum, atau pembelajar bahasa
dan sastra secara khusus, akan memperoleh pengetahuan dasar seputar ilmu bahasa atau
linguistik.

Profil Singkat Abdul Chaer


Sebelum menuju ke pembahasan inti, terlebih dahulu saya akan sedikit mengulas
tentang biografi singkat Abdul Chaer. Uraian tentang biografi Abdul Chaer ini penting untuk
disampaikan agar setidaknya para pembaca bisa mengetahui sosok penulis ini lebih dekat.
Selain itu, juga sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi luar biasa Abdul Chaer terhadap
pengembangan kajian ilmu kebahasaan di Indonesia.
Seperti yang tertera pada artikel di situs badanbahasa.kemdikbud.go.id, bisa diketahui
bahwa Abdul Chaer ini lahir di Jakarta pada tanggal 8 November 1940. Dia memperoleh gelar
sarjana pendidikan dari IKIP Jakarta (sekarang UNJ) pada tahun 1969. Pada tahun 1976-1977,
dia mengikuti program post-graduate studi dalam bidang linguistik di Rijksuniversiteit Leiden,
Belanda.
Untuk mengamalkan ilmu yang telah dia peroleh, Abdul Chaer mendedikasikan
hidupnya berkarir di bidang pengajaran. Dia menjadi pengajar di Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jakarta dan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. Selama
karirinya tersebut dia juga pernah menjabat sebagai lektor kepala di Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jakarta untuk mata kuliah Lingustik Umum, Semantik, dan Pembinaan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Selain mengajar sebagai dosen, Abdul Chaer juga menyebarkan ilmu yang dia miliki
dalam bentuk buku cetak. Pada laman Badan Bahasa yang telah disebutkan di atas, setidaknya
terdapat 30 judul buku yang pernah ditulis oleh Abdul Chaer. Buku-buku yang semuanya berisi
kajian kebahasaan tersebut di antaranya adalah buku Linguistik Umum yang akan diulas pada
bagian selanjutnya.
Karena dedikasinya luar biasa tersebut, Abdul Chaer berkesempatan mendapatkan
beberapa penghargaan penting. Di antaranya yang bisa disebutkan adalah, Penghargaan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Bidang Kebudayaan (2002), Anugerah Budaya dari Gubernur
Jakarta (2011), dan Penghargaan Bentara Budaya Jakarta sebagai Pelaku Kebudayaan (2017)
dan Anugerah Kebudayaan untuk kategori Pelestari Bahasa Betawi (2019).

Garis Besar Isi Buku Linguistik Umum Karya Abdul Chaer


Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Linguistik Umum
merupakan salah satu buku Abdul Chaer. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1994
oleh Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Karena banyak diburu oleh para kalangan akademisi,
terutama mahasiswa yang belajar bahasa dan sastra, buku ini pun telah cetak ulang beberapa
kali. Dalam artikel ini, buku Linguistik Umum yang saya bedah adalah buku cetakan ketiga
yang terbit pada tahun 2007.
Secara garis besar, isi dari buku yang membahas tentang seluk beluk ilmu bahasa atau
linguistik secara umum ini dapatkan disarikan ke dalam tiga bagian utama. Bagian pertama,
berisi pendahuluan dan pengenalan objek linguistik. Berikutnya, bagian kedua yang membahas
tentang tataran linguistik, mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang juga
berada dalam ranah mikrolinguistik. Dan, bagian ketiga; membahas tentang sejarah dan aliran
linguistik. Penjelasan terperinci tentang ketiga bagian tersebut, akan saya bahas pada bagian di
bawah ini.

Pendahuluan dan Pengenalan Objek Linguistik


Pada buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer ini, bagian awal atau
pendahuluan ini terdapat tiga bab. Bab pertama berjudul Pendahuluan di mana diuraikan secara
umum tentang masalah-masalah apa saja yang akan dibahas dalam buku ini. Berikutnya bab
kedua yang berjudul Linguistik sebagai Ilmu di mana pada bagian ini dijelaskan tentang
keilmiahan linguistik, subdisiplin linguistik, beberapa jenis analisis dalam linguistik dan
manfaat linguistik. Bab ketiga berjudul Objek Linguistik: Bahasa, di mana dibahas secara
mendalam tentang pengertian dan hakikat bahasa, hubungan bahasa dengan faktor di luar
bahasa, dan klasifikasi bahasa. Pada bab ini juga diterangkan tentang bahasa tulis, aksara dan
ejaan.
Terdapat 4 hal pada tiga bagian pembuka buku Linguistik Umum ini yang menurut saya
penting untuk diutarakan kepada pembaca. Lima hal tersebut adalah pengertian dan objek
linguistik, subdisiplin linguistik, pengertian dan hakikat bahasa, serta klasifikasi bahasa.
Penjelasan terperinci berhubungan dengan keempat hal tersebut akan dibahas pada bagian di
bawah ini.
Pengertian dan Objek Linguistik
Secara sederhana linguistik dapat diartikan sebagai ilmu bahasa. Dalam buku
Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer, pengertian linguistik ini dijelaskan secara lebih
terperinci. Pada halaman kedua misalnya, diterangkan bahwa linguistik merupakan telaah
ilmiah mengenai bahasa manusia. Karena bersifat ilmiah inilah, maka ia juga terikat dengan
kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku.
Ilmu linguistik ini juga sering disebut dengan linguistik umum (general linguistics). Hal
ini dikarenakan linguistik tidak hanya mengkaji seluk beluk bahasa tertentu saja, misalnya
bahasa Indonesia saja. Dalam linguistik, yang dibahas adalah seluk beluk kebahasaan secara
umum yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Dengan kata lain, kajian linguistik ini
berusaha menemukan kaidah-kaidah umum bahasa atau kebahasaan manusia.
Subdisiplin Linguistik
Terdapat beberapa cabang atau subdisiplin yang ada dalam kajian linguistik. Dalam
buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer, subdisiplin linguistik ini dikelompokkan
berdasarkan empat kategori.
Pertama, berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa umumnya atau bahasa tertentu
dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum, seperti yang
dijelaskan pada bagian sebelumnya, mengkaji bahasa-bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah
yang bersifat umum. Sedangkan linguistik khusus, memusatkan perhatiannya hanya pada
bahasa tertentu saja, misalnya bahasa Inggris.
Kedua, berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa
pada sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik.
Linguistik sinkronik berusaha memecahkan masalah hubungan-hubungan kebahasaan yang
terjadi pada masa tertentu saja tanpa menghubungkannya dengan unsur-unsur kesejarahan.
Sedangkan linguistik diakronik, kajian yang dilakukan juga mengaitkan hubungan bahasa
dengan unsur-unsur kesejarahan yang mungkin membentuknya di masa lalu.
Ketiga, berdasarkan objek kajiannya, apakah hanya mengkaji struktur internal bahasa,
ataukah juga membahas hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan
adanya mikrolinguistik dan makrolinguistik. Mikrolinguistik ini berfokus pada kajian internal
tataran bahasa, mencakup fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Sedangkan
makrolinguistik mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan disiplin-disiplin ilmu lain di luar
bahasa. Misalnya saja sosiolinguistik, yang berusaha mengkaji bahasa dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang terdapat dalam ilmu sosial.
Keempat, berdasarkan tujuan penyelidikan atau kajian, linguistik dibedakan menjadi
linguistik teoretis dan linguistik terapan. Linguistik teoretis mengkaji bahasa untuk
menemukan kaidah-kaidah atau teori-teori di seputar bahasa itu sendiri. Sedangkan linguistik
terapan berusaha mengkaji bahasa untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang ada di
dalam masyarakat. Misalnya penyelidikan linguistik untuk kepentingan pengajaran bahasa,
penyusunan buku ajar, penyelesaian masalah politik, dan lain sebagainya.
Pengertian dan Hakikat Bahasa
Setelah membahas tentang pengertian dan objek linguistik serta subdisiplin linguistik
pada bagian sebelumnya, pada bagian ini akan disajikan tentang pengertian dan hakikat bahasa.
Pada buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer tersebut, bahasa ini didefinisikan
sebagai bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Lebih lanjut berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa (1) bahasa adalah
sebuah sistem, (2) bahasa berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu
bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu
bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu
bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi
sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
Klasifikasi Bahasa
Karena wujudnya yang sangat beragam, maka para ahli bahasa mencoba
mengklasifikasikan bahasa-bahasa tersebut agar mudah dikenali. Dalam buku Linguistik
Umum, disebutkan empat pendekatan dalam klasifikasi bahasa.
Pertama, klasifikasi genetis atau klasifikasi genealogis, yaitu klasifikasi yang dilakukan
berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu. Dengan kata lain, suatu bahasa berasal dari
bahasa yang lebih tua. Menurut teori ini, suatu bahasa proto (bahasa tua, bahasa semula) akan
pecah dan menurunkan dua bahasa atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan menurunkan pula
bahasa-bahasa lain, begitu seterusnya.
Kedua, klasifikasi tipologis yang dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe
yang terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul
berulang-ulang dalam suatu bahasa. Unsur yang berulang ini dapat berupa bunyi, morfem, kata,
frase, kalimat, dan sebagainya. Dengan kata lain, klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada
semua tataran bahasa.
Ketiga, klasifikasi areal yaitu klasifikasi yang dilakukan berdasarkan pada hubungan
timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu wilayah, tanpa
memerhatikan apakah bahasa itu berkerabat atau tidak. Yang terpenting dalam klasifikasi ini
adalah adanya data pinjam-meminjam, yang meliputi pinjaman bentuk dan arti; atau pinjaman
bentuk saja, atau juga pinjaman arti saja.
Keempat, klasifikasi sosiolinguistik, yang dilakukan berdasarkan hubungan antara
bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat. Tepatnya, berdasarkan status,
fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi ini dilakukan
berdasarkan empat kriteria, yaitu historisitas, standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas.

Tataran Linguistik (Mikrolinguistik)


Bagian kedua dari buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul chaer berbicara
tentang tataran linguistik atau tataran kebahasaan dalam ruang lingkup mikro. Maksud dari
mikro di sini adalah ruang lingkup yang dibahas hanya menyasar pada aspek internal bahasa
saja, tidak menjamah aspek-aspek eksternal bahasa. Tataran tersebut adalah fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik.
Fonologi
Yang pertama adalah fonologi, yaitu bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis,
dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Secara garis besar, fonologi ini dibagi lagi ke
dalam dua jenis, yaitu fonetik dan fonemik.
Fonetik merupakan cabang linguistik yang mempelajari ilmu bahasa tanpa
memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna atau tidak. Terdapat tiga cabang fonetik
yang lazim diketahui; fonetik artikulatoris, yaitu cabang fonetik yang mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa; fonetik
akustik, yaitu cabang fonetik yang mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam; dan fonek auditoris, yaitu cabang fonetik yang mempelajari tentang bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga manusia.
Sedangkan fonemik adalah cabang linguistik yang mengkaji bunyi bahasa sebagai
fungsinya dalam membedakan makna kata. Contoh sederhana fonemik ini dalam bahasa
Indonesia adalah kata laba dan raba. Dua kata tersebut mempunyai bunyi yang mirip. Yang
membedakan keduanya hanyalah bunyi /l/ dan /r/ pada awal masing-masing kata. Perbedaan
bunyi di awal masing-masing kata itu berpengaruh sangat signifikan terhadap perubahan
makna. Dari sini dapat disimpulkan bahwa /l/ dan /r/ pada konteks contoh dua kata tersebut
merupakan pembeda makna atau bersifat fonemik.
Morfologi
Yang kedua adalah morfologi, yaitu bidang linguistik yang mempelajari tentang morf
atau bentuk bahasa. Di dalam morfologi dikaji bentuk-bentuk bahasa mulai dari tataran yang
disebut dengan morfem hingga tataran yang sedikit lebih kompleks, yaitu kata. Kedua istilah
ini, yaitu morfem dan kata sebenarnya saling bersinggungan satu sama lain.
Kita sebut saja morfem ini sebagai bentuk. Dan bentuk bahasa dalam satuan morfem
bisa saja hanya berupa imbuhan, seperti me-, ter-, ke-, ke-an, dan sebagainya, di mana bentuk-
bentuk ini untuk dapat bermakna harus terikat atau melekat pada sebuah kata yang bermakna
secara mandiri. Untuk itulah morfem ini disebut dengan morfem terikat.
Berikutnya adalah morfem bebas, yaitu bentuk bahasa yang memiliki makna secara
mandiri tanpa harus terikat dengan bentuk-bentuk lain. Contoh dari morfem bebas ini adalah
tataran bahasa yang disebut dengan kata. Sebuah kata tanpa terikat dengan bentuk lainnya pun
telah memiliki maknanya sendiri.
Sintaksis
Yang ketiga adalah sintaksis, yaitu tataran linguistik yang membicarakan kata dalam
hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dengan kata
lain, sintaksis ini mencoba membedah hubungan kata yang berada dalam satu struktur ujaran.
Dalam sintaksis, struktur ini bisa dalam bentuk frasa, yaitu gabungan kata yang membentuk
satu makna yang terpadu; klausa, yaitu satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi
predikatif; kalimat, yaitu satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final; dan
wacana yaitu satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hirarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Dalam struktur sintaksis lazim dibicarakan tentang masalah fungsi sintaksis, kategori
sintaksis, dan peran sintaksis. Fungsi sintaksis ini berkaitan dengan istilah-istilah seperti
subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang mesti disusun dengan urutan yang disepakati
untuk membuat sebuah ujaran yang bermakna. Kategori sintaksis berkaitan dengan kategori
kata, seperti nomina, verba, ajektifa, dan numeralia. Kategori kata ini terkadang hanya dapat
menempati satu fungsi saja, misalnya verba atau kata kerja yang hanya dapat menempati fungsi
predikat; terkadang bisa lebih dari satu, seperti kategori nomina atau kata benda yang dapat
menempati fungsi subjek ataupun objek dalam sebuah klausa atau kalimat.
Sedangkan peran sintaksis berkaitan dengan pelaku, penderita, atau penerima dalam
sebuah struktur sintaksis. Misalnya dalam kalimat Budi bermain bola. Kata Budi dalam kalimat
tersebut memiliki peran sebagai pelaku atau orang yang melakukan sesuatu. Sedangkan kata
bermain berperan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelaku; dan bola merupakan sesuatu
yang dikenai oleh suatu kata kerja atau kegiatan. Kata bola ini berperan sebagai pelaku atau
penerima.
Semantik
Yang keempat adalah semantik, yaitu tataran linguistik yang membahas tentang makna.
Dalam kajian semantik, definisi tentang makna ini tidak pernah mencapai sebuah kesepakatan
final. Selalu terjadi perdebatan di kalangan para ahli bahasa. Misalnya, saja ada yang menyebut
bahwa makna merupakan sebuah hubungan antara kata dengan sesuatu yang menjadi acuannya
dalam dunia nyata. Seperti kata kursi yang dapat diacu pada sebuah benda di dunia nyata yang
digunakan manusia untuk duduk. Namun, ternyata banyak sekali kata, apalagi jika sudah
ditempatkan dalam pernyataan-pernyataan utuh sama sekali tidak mudah untuk menelusuri
keterkaitannya dengan sebuah benda atau referen di dunia nyata.
Dalam buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer, perdebatan seputar
definisi makna tersebut ditampilkan sekilas untuk memberikan kita sedikit wawasan. Jadi di
sini juga tidak akan dibahas lebih lanjut. Berikutnya, dibahas secara panjang lebar tentang jenis
makna dan relasi makna. Pada buku tersebut, terdapat beberapa jenis makna yang disebutkan,
yaitu makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual; makna referensial dan non-referensial;
makna denotatif dan makna konotatif; makna konseptual dan makna asosiatif; makna kata dan
makna istilah; serta makna idiom dan peribahasa.
Sedangkan pembahasan tentang relasi makna berkaitan dengan hubungan semantik
yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Yang termasuk
relasi makna ini, yaitu sinonimi, atau kesamaan makna antara satu kata dengan kata-kata
lainnya; antonimi, atau dua buah satuan ujaran yang menyatakan kebalikan atau pertentangan;
polisemi, atau sebuah kata yang bermakna lebih dari satu; homonimi, atau dua buah kata yang
‘kebetulan sama’, namun memiliki makna berbeda; hiponimi, atau sebuah bentuk ujaran yang
maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain; ambiguitas atau ketaksaan, gejala
terjadinya makna ganda akibat tafsiran gramatikal yang berbeda; redundansi, atau penggunaan
unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran secara berlebihan.

Sejarah dan Aliran Linguistik


Bagian ketiga atau terakhir dari buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer
membahas tentang sejarah dan aliran linguistik. Pembahasan mengenai sejarah dan aliran
linguistik mencakup 4 sub-pembahasan, yaitu linguistik tradisional; linguistik strukturalis;
linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya; dan linguistik di Indonesia.
Pertama, pembahasan tentang linguistik tradisional. Bagian ini membahas tentang
perkembangan disiplin ilmu bahasa sejak linguistik zaman Yunani, zaman Romawi, zaman
Pertengahan, zaman Renaisans, dan menjelang lahirnya linguistik modern. Pendekatan
linguistik tradisional atau tata bahasa tradisional ini berusaha menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik.
Kedua, linguistik strukturalis. Pembahasan pada bagian ini mencakup pembahasan
tentang Ferdinand de Saussure yang juga dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern; Aliran
Praha; Aliran Glosemantik; Aliran Firthian; Linguistik Sistemik; Leonard Bloomfield dan
Strukturalis Amerika; dan Aliran Tagmemik. Linguistik struktural atau tata bahasa struktural
ini menelaah bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa.
Ketiga, linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya. Pembahasan di sini
mencakup tata bahasa Transformasi yang dikembangkan oleh Noam Chomsky; Semantik
Generatif yang merupakan pengembangan dari linguistik transformasional; Tata Bahasa Kasus,
sebuah pendekatan alternatif dari Charles J. Fillmore; dan Tata Bahasa Relasional yang
menantang langsung beberapa asumsi dasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran
tata bahasa transformasi.
Keempat, pembahasan tentang linguistik di Indonesia. Pada bagian ini disebutkan
beberapa tokoh terkemuka yang berkontribusi terhadap perkembangan kajian linguistik di
Indonesia. Di antaranya adalah, H.N Van der Tuuk yang melakukan penelitian bahasa di
Indonesia pada masa kolonial; Anton M. Moeliono, Harimurti Kridalaksana yang mendapat
pengaruh dari tata bahasa struktural yang berbasis di Amerika; dan Prof. J.W.M Verhaar yang
kemudian disusul dengan adanya kerjasama kajian kebahasaan antara Indonesia dengan
Belanda.
Penutup
Demikianlah pembahasan artikel kali ini berkaitan dengan garis besar buku Linguistik
Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer. Sebenarnya jika ditelaah lebih lanjut isi buku ini lebih
mengetengahkan kajian kebahasaan dari sudut pandang linguistik strukturalis. Pembahasan-
pembahasan di dalamnya lebih bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa berdasarkan struktur
atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa. Dengan kata lain, kajian kebahasaan yang
berhubungan dengan disiplin-disiplin lain masih kurang mendapatkan perhatian.
Meskipun begitu, saya rasa pembahasan linguistik di dalam buku ini sudah sangat
memadai untuk para pembelajar pemula atau mahasiswa yang baru saja berkenalan dengan
linguistik. Bisa diibaratkan buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer ini sebagai
pintu masuk untuk membantu para pembelajar kajian linguistik untuk lebih dalam menyelami
kajian kebahasaan pada level selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai