1. Pengertian Linguistik
2. Bidang-bidang yang Berhubungan dengan Linguistik
3. Objek Linguistik
4. Pembidangan Kajian Linguistik
4.1 Kajian Sinkronis dan kajian Diakronis
4.2 Kajian Deskriptif dan Kajian preskriptif
4.3 Kajian Murni dan Kajian Interdispliner
5. Hakikat Bahasa
5.1 Pengertian Bahasa
5.2 Karakteristik Bahasa
6. Ragam dan Fungsi Bahasa
7.Bahasa sebagai Kajian Ilmiah
8. Dikotomi-dikotomi dalam Teori Linguistik
6.1 Langue dan Parole
6.2 Petanda dan Penanda
6.3 Relasi Sintagmatis dan Relasi Paradigmatis
6.4 Kompetensi dan Performansi
6.6 Struktur Batin dan Struktur Lahir
9. Satuan-satuan Bahasa
7.1 Fonem dan Huruf
7.2 Morfem
7.3 Suku Kata dan Kata
7.4 Frasa
7.5 Klausa
7.6 Kalimat
7.7 Paragraf
7. 8 Wacana
10. Model-model Gramatika
Uraian Pokok-pokok Materi
1. Pengertian Linguistik
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin
lingua ‘bahasa’. Dalam bahasa Prancis, linguistik dikenal dengan nama langue,
langage; dalam bahasa Itali dikenal dengan lingua; dalam bahasa bahasa Spanyol,
lengua; dan language dalam bahasa Inggris. Ilmu linguistik dikenal sebagai
binatang tidak mempunyai bahasa. Dalam langage tercakup langue dan parole.
Langue merupakan sistem bahasa yang dimiliki oleh seseorang dan tersimpan
dalam alam pikiran/otak setiap manusia. Langue bersifat individual dan sosial-
tentang langage, langue, dan parole selengkapnya, dapat dibaca pada buku
Selain linguistik, kita pun mengenal linguis dan poliglot. Seorang ahli
linguistik atau ahli ilmu bahasa disebut linguis. Hal ini berbeda dengan poliglot.
Poliglot berasal dari bahasa Yunani, poly ‘banyak’ dan glotta ‘bahasa’. Jadi,
poliglot berarti ‘orang yang menguasai (mampu berkomunikasi) dalam beberapa
(banyak) bahasa’. Seorang poliglot belum tentu dia seorang linguis, sebab dia
hanya fasih dalam berbagai bahasa tetapi tidak ahli dalam ilmu bahasa. Seorang
ditinjau dari sudut bahasa dan untuk bahasa itu sendiri (Ferdinand de
Saussure).
d. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah (the scientific
study of language).
TugasAnda, carilah padanan kata bahasa dalam bahasa daerah Anda masing-
berbagai disiplin ilmu. Pemanfaatan ilmu bahasa oleh ilmu-ilmu lain atau
ilmu baru yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu tersebut. Berikut
dengan perilaku sosial masyarakat. Seorang psikolog dapat pula meneliti bahasa
mengiringi pengucapan bahasa. Akhir-akhir ini bahkan ada sekelompok ahli yang
3. Objek Linguistik
Objek kajian linguistik adalah bahasa (manusia), sebagaimana pandangan
bahasa, yakni Langage, langue, dan parole. Langage merupakan objek yang
paling abstrak (bahasa pada umumnya). Langue merupakan objek yang sedikit
abstrak (bahasa pada tataran sistem yang terdapat dalam alam pikiran/otak
karena pada aspek ini, telah tiba pada tahapan tuturan/ucapan atau ujaran. Parole
ditetapkanlah bahwa bahasa yang menjadi objek kajian linguistik ini adalah
linguistik, sedangkan bahasa tulis (ortografi) yang merupakan turunan dari bahasa
Alwasilah, A. Chaedar.
Bawa, I Wayan,
Ferdinand de Saussure
Lyons, John
Mansoer Patteda
Robins, R.H.
Yokyakarta:Kanisius.
Samsuri
Verhaar, J.W.M.
4.1 Mikrolinguistik
secara internal. Hal ini berarti bahwa sasaran kajian mikro adalah unsur-unsur di
dalam bahasa yang meliputi unsur-unsur bunyi bahasa, kata dan bentukan-
ini meliputi (a) kajian teoretis dan (b) kajian terapan. Kajian teoretis merupakan
kajian terhadap bahasa Cia, Muna, Wolio, atau Tolaki misalnya, dimaksudkan
ini tergolong kajian teoretis, yang biasa dikenal dengan linguistik teoretis. Akan
tetapi, jika kajian tersebut dipakai untuk penyusunan bahan ajar di sekolah dasar
atau lanjutan (misalnya struktur kalimat bahasa Cia, struktur kalimat bahasa
Muna, bahasa Wolio, dsb), maka kajian tersebut merupakan kajian terapan, pula
4.2 Makrolinguistik.
Kajian ini berusaha mengkaji bahasa secara eksternal, yakni mengkaji bahasa
dari segi-segi luar bahasa atau keterkaitan bahasa dengan bidang/ilmu lain, seperti
Selain ketiga kajian tersebut, terdapat pula beberapa kajian lain, yakni (1)
kajian sinkronis dan kajian diakronis, (2) kajian deskriptif dan kajian preskriptif,
Bahasa dapat dikaji dalam waktu atau masa tertentu dan dapat pula dikaji
dalam waktu yang berbeda. Dengan kata lain, bahasa memiliki objek kajian dalam
dimensi waktu yang sama dan objek kajian dalam dimensi waktu yang berbeda.
Kajian bahasa secara sinkronis (bahasa Yunani, syn ‘dengan’, khronos ‘waktu’)
memerikan bahasa pada masa tertentu. Dalam kajian sinkronis tidak ada target
bahasa yang berlaku pada saat kajian bahasa itu dikerjakan. Karena itu, kajian ini
biasa juga disebut kajian deskriptif atau kajian bahasa secara horizontal.
Abdullah bin Abdul Kadir Munsy – zaman Balai Pustaka – Pujangga Baru –
Jika sifat sinkronis yang diutamakan, atau dengan kata lain kajian
difokuskan pada perbandingan bahasa pada satu kurun waktu, maka kajian
atau dengan kata lain melihat perkembangan suatu bahasa dari waktu ke waktu
atau kurun waktu yang berbeda, maka kajian bahasanya merupakan kajian
historis komparatif. Jika sasaran kajiannya dari segi kesejarahan, tanpa ada usaha
keberadaan suatu bahasa pada masa/saat bahasa itu digunakan. Dengan kata lain,
bahasa yang dikaji adalah bahasa yang hidup atau masih dipergunakan oleh
keberadaan bahasa itu sebagaimana adanya. Karena itu, bahasa yang dijadikan
data penelitian adalah bahasa yang benar-benar ada atau hidup dan dipergunakan
oleh penuturnya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak boleh dibuat-buat. Tidak pula
pada tata bahasa suatu bahasa. Suatu kajian dianggap salah bila bertentangan
dengan kaidah atau aturan yang telah berlaku dalam suatu bahasa. Seorang
dalam bahasa Indonesia. Kajian bahasa seperti ini biasa kita temukan dalam dunia
kaidah-kaidah bahasa. Anda masih ingat tentang istilah belajar bahasa dan
bahasa sebagai alat komunikasi (bahasa fungsional), sedangkan yang kedua lebih
Kajian murni adalah kajian bahasa yang tidak dikaitkan dengan dengan
disiplin ilmu lain. Dengan kata lain, kajian murni semata-mata hanya berfokus
pada ilmu bahasa itu sendiri. Kajian ini biasa juga disebut dengan linguistik
dalam kajian itu, dari segi pendekatan struktural, dapat diramalkan terdapat
kajian bahasa dengan ilmu-ilmu lain. Walupun demikian, jika fokus atau
sasarannya pada bahasa, maka kajian bahasa merupakan disiplin ilmu yang
dominan. Misalnya kajian bahasa dari segi fonetik dan fenemik. Kajian bahasa
dari segi psikologi, kajian bahasa dari segi sosial kemasyarakatan, dari segi
memungkinkan adanya disiplin ilmu apa saja yang dapat dikombinasikan dengan
kajian bahasa. Disiplin ilmu lain itu bisa berupa fonetik, sosiolinguistik,
seperti tampak pada 8.1 hingga 8.4, dan Chomsky yang digelari sebagai Bapak
performansi dan strukur lahir - struktur batin, sebagaimana tampak pada 8.5 - 8.6
berikut ini.
Bahasa dapat dikaji dalam waktu atau masa tertentu dan dapat pula dikaji
pada waktu atau masa yang berbeda. Jika kajian bahasa dimaksudkan untuk
mengetahui atau memerikan bahasa pada masa tertentu, tanpa target untuk
kata Yunani, syn ‘dengan’, ‘bersama’, dan khronos ‘waktu’). Misalnya, kajian
bahasa Wolio, Tolaki, Muna, Bugis untuk memerikan bahasa-bahasa itu pada
masa sekarang, kajian itu itu bersifat sinkronis. Kajian sinkronis bersifat
(dahulu) ke waktu (sekarang), kajian itu bersifat diakronis (dari kata Yunani, dia
Langue adalah totalitas dari sejumlah fakta atau sistem suatu bahasa.
Langue ada pada setiap orang. Langue adalah sesuatu yang berkadar individual
manasuka mengakui dan menyetujui suatu totalitas aturan dalam berbahasa dan
berbahasa yang dimiliki oleh setiap manusia pengguna suatu bahasa. Bila kita
orang Indonesia dan mampu memahami bahasa Indonesia, maka kita memiliki
langue bahasa Indonesia. Demikian pula bila kita orang yang menggunakan
bahasa daerah tertentu, maka kita memiliki langue bahasa daerah tersebut.
Langue sebagai suatu sistem masih abstrak adanya. Kita belum dapat
tentang bahasa tertentu atau tidak. Akan tetapi, jika seseorang telah mampu
bersangkutan memiliki langue suatu bahasa. Jadi, langue hanyalah sebuah konsep
yang mendasari ucapan bahasa yang tampak dalam kegiatan berbahasa, yakni
Parole adalah ujaran seseorang, yaitu apa yang diucapkan dan apa yang
didengar oleh pihak penanggap ujaran. Parole sifatnya pribadi, sosial, terjadi pada
waktu, tempat dan suasana tertentu. Parole kongkret adanya. Parole inilah yang
teramati langsung oleh linguis. Dari parolelah dapat diketahui sistem langue
halaman 4-9.
yakni signe (tanda), signifie (petanda), dan siginifiant (pananda). Pandangan ini
uraian berikut.
menghubungkan dua hal, yakni konsep atau makna dan citra bunyi. Dengan kata
yang terdapat dalam pikiran manusia. Petanda itu disebut juga kesan makna
dunia luar sesuai kesepakatan para pemakai bahasa sehingga dapat saling
mengerti. Apa yang terdapat pada otak manusia sebenarnya merupakan wujud
Saussure menegaskan bahwa tanda bahasa menyatukan, bukan hal dengan nama,
ada konsep tanpa citra bunyi, dan sebaliknya tidak ada citra bunyi tanpa konsep
itu bersifat arbitrer; tidak ada hubungan logis antara petanda dan penanda, antara
yang melambangkan dan yang melambangi. Penanda merupakan citra bunyi yang
bersifat linier. Unsur-unsur penanda itu membentuk sebuah rangkaian; unsur yang
masing-masing memiliki ciri tersendiri, tetapi memberikan makna atau arti secara
keseluruhan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, terdapat dua hubungan antarunsur
sintagmatik
berikut.
Rangkaian satu tanda dengan tanda lainnya dalam sebuah tuturan yang
(1) Tataran Fonologi, urutan fonem tidak dapat diubah tanpa mengakibatkan
perubahan arti
b- u - t- a => buta
b- u - a- t => buat
b- a- u- t => baut
t- u- b- a => tuba
t- a- b- u => tabu
suatu kata umumnya tidak dapat diubah tanpa menimbulkan perbedaan makna.
Amir
dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur lain yang sejenis yang tidak terdapat
t
d
m
l
k + ari
j
s
c
h
(1) Tataran Morfologi
a. me-
di-
ter- + latih
pe-
ber-
b. meN-
di-
ter- + saring
peN-
S P O
(4) merupakan sistem kaidah yang abstrak dan terbatas yang mendasari
secara aktual. Dengan kata lain, performansi adalah teori penggunaan bahasa;
suatu bahasa.
Dalam pembicaraan kompentensi dan perfomansi ini, akan lebih jelas bila
Struktur Pikiran
Strategi Pembicara Gelombang Bunyi Strategi Pendengar
Deksripsi Struktural.
Aspek bahasa dapat mencakup struktur batin (deep stucture) dan struktur
lahir (surface structure). Strktur batin dapat didefinisikan sebagai struktur yang
informasi
yang diperlukan untuk interpretasi sintaksis dan semantik kalimat dan yang tidak
nyata secara langsung dari deret linier kalimat atau kelompok kata (Kridalaksana,
1994).
Tuturan yang nyata yang menggambarkan urutan linear bunyi, kata, frasa,
Kalimat yang berwujud struktur luar Saya makan nasi kemarin, dapat
memiliki dua kemungkinan arti, yakni (1) kemarin saya makan nasi atau (2) nasi
kemarin yang saya makan. Konstituen kemarin dapat menjadi adverbial dalam
kalimat atau dapat pula menjadi atribut dalam frasa nasi kemarin. Struktur batin
kalimat tersebut bila dianalisis secara diagram pohon, dapat dilihat seperti berikut.
(1) K (2) K
FN FV FN FV
FV N N V N
N V N Adv N V N Adv
5. Hakikat Bahasa
5.1 Pengertian
bahwa bahasa hanya dimiliki dan dipergunakan oleh manusia. Karena itu. bahasa
batasan atau pengertian bahasa, selalu tidak dapat dipisahkan dengan manusia
sebagai pengguna bahasa. Para ahli memang memiliki batasan atau pengertian
pandang itu terdapat titik temu dari keragaman pandangan itu bahwa bahasa dapat
dipakai sebagai alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi. Berikut
a. Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua
orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau orang yang mempelajari sistem
b. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
mengomunikasikan makna. Bahasa itu mewakili fungsi sosial, tanpa fungsi itu,
dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa lambang atau tanda yang
disebut, ditelaah, dan dapat dikaji satu per satu. Dalam konteks inilah
sosial, manusia tidak akan mampu hidup tanpa bahasa. Bahkan suatu
kehidupan manusia, hanya ada bila bahasa ada. Tanpa bahasa, kehidupan
terutama oleh pengalaman berbahasa yang paling umum dari manusia adalah
Oka, 1984). Tulisan atau sistem tulisan hanya representasi dari lisan. Akan
baru. Namun jika dilisankan tidak akan terjadi keambiguan makna tersebut.
Dukun/ beranak di pasar baru atau Dukun beranak/ di pasar baru. Kalimat
c. Lambang dan Tanda. Bahasa adalah seperangkat tanda atau lambang. Para
mengemukakan bahwa sesuatu yang berdiri untuk sesuatu yang lain disebut
tanda. Urutan-urutan bunyi seperti /j/, /a/, /m/ menjadi [jam] misalnya jauh
[bangsa], [rumah] dsb. Hal ini berbeda dengan lambang. Lambang biasanya
mempunyai hubungan dengan apa yang dimaksudkan oleh kata atau nama
sebuah benda. Neraca misalnya yang memiliki sifat tidak berat sebelah
sistemis artinya bahwa di dalam setiap bahasa terdapat unit-nit atau bagian-
besar. Pada hakikatnya, bahasa itu memiliki (1) subsistem bunyi dan (2)
Bahasa itu sistematis berarti bahwa bahasa itu memiliki kaidah-kaidah atau
suatu bahasa mudah dipahami karena adanya kaidah yang berlaku di setiap
bahasa.
e. Arbitrer dan Konvensional. Sifat arbitrer suatu bahasa dilihat dari hubungan
antara tanda atau lambang dan yang ditandai atau dilambanginya. Tidak ada
hubungan yang jelas dan erat antara kata kursi dengan benda yang menjadi
tempat duduk; antara kata kuda dengan hewan yang biasa dipergunakan untuk
menarik kerata, delman, olah raga pacuan, dsb. Dengan kata lain, tidak ada
hubungan yang benar-benar jelas antara kata sebagai simbol dengan referen
orang Inggris menyebut hewan yang bersayap dan bertelur dengan bird;
orang Indonesia menyebut burung; orang Jawa menyebut manuk; orang Arab
f. Bermakna. Dalam kaitan dengan tanda atau lambang, suatu bahasa selalu
dikatakan bahwa setiap bahasa pasti memiliki bentuk dan makna. Hal ini
bahwa jika berbeda bentuk pasti berbeda makna. Karena itu, dalam mengkaji
bahasa kita tidak bisa melepaskan diri dari kedua aspek itu. Kata atau nama
sebuah benda selalu ada yang diwakilinya. Konsep yang diwakilinya itulah
yang disebut makna atau arti. Makna atau arti dalam suatu bahasa ini dapat
g. Terbatas tapi Produktif dan Kreatif. Dari segi jumlah vokal dan konsonan
setiap bahasa, memang terbatas. Namun dari jumlah yang terbatas itu dapat
dan seterusnya dengan jumlah yang relatif tidak terbatas. Dalam bahasa
j. Unik dan Universal. Setiap bahasa memiliki ciri khas atau karakteristik yang
tidak terdapat pada bahasa lain. Setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang diskrit,
yang memberikan identitas diri sebagai bahasa yang berbeda dari bahasa yang
lain. Akan tetapi, terdapat pula ciri-ciri atau aspek-aspek kebahasaan yang
dimiliki atau terdapat pada bahasa yang lain (universal). Misalnya vokal dan
bentuk, jumlah dan jenisnya tidak sama, akan tetapi hampir semua bahasa di
dunia, memiliki satuan-satuan bahasa tersebut. Sifat unik bahasa dapat pula
yang bersangkutan. Karena itu, bahasa dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia. Kehidupan ada karena ada bahasa. Tanpa bahasa
m. Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Secara khusus, bahasa
bahwa terdapat lima fungsi bahasa, yakni (1) fungsi personal, (2) fungsi
interpersonal, (3) fungsi direktif, (4) fungsi referensial, dan (5) fungsi
imajinatif.
adalah apakah yang disampaikan itu berasal dari dirinya atau bukan. Dalam
antarsesama manusia.
p. Fungsi direktif merupakan fungsi bahasa untuk mengatur orang lain. Penutur
mengharapkan dampak tindakan orang lain (lawan tutur). Dalam fungsi ini,
penutur bermaksud menyuruh orang lain, memberikan saran kepada orang lain
untuk melakukan tindakan atau meminta sesuatu kepada orang lain dan
sebagainya.
q. Fungsi referensial merupakan fungsi bahasa untuk menampilkan suatu referen
kreativitas kita. Bahasa yang dipakai dalam karya sastra adalah wujud dari