Anda di halaman 1dari 20

Nama : Rani

Kelas / NPM : 2D / 50 19 126


Program Studi : PGSD
Mata Kuliah : Dasar Dasar Linguistik
Dosen Pengampu : Ibu Dr. Rusmana Dewi. M.Pd

Rangkuman Dasar-Dasar Linguistik File 1 :


Bahasa
Alat yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi sehingga akan menimbulkan
respon dari tuturan yang disampaikan. Dalam teori structural bahasa dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem tanda yang konvensional (Soeparno, 2001:1)

Sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri’. Pada dasarnya bahasa berupa
ujaran sebagai alat komuniksi sosial juga untuk menyatakan emosi diri (gembira, kesal, seding,
dan sebagianya). (Kridalaksana 1983)

Fungsi Bahasa
 Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau
sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatif). Tetapi, bahasa pada dasarnya
lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran,
perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi:

 untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.

 untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-
indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.

 sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan


kebahasaan.

 untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia,
selama kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan
filologis).
Linguistik
Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai obyek kajiannya. Kata
“linguistik” berasal dari kata latin lingua ’bahasa’, bahasa Inggris memungut dari bahasa Prancis
(langue dan langage) menjadi language. Istilah linguistics dalam bahasa Inggris berkaitan dengan
kata language (Verhaar, 2001:3).

Dalam bahasa Prancis terdapat tiga kata yang mengandung pengertian bahasa, sehingga
dimanfaatkan oleh Soussure untuk mengungkapkan aspek bahasa. Kata itu yakni lague, parole,
dan language.

 Parole adalah keseluruhan apa yang diujarkan orang.

 Langue adalah keseluruhan kebiasaan yang diperoleh secara

pasif yang diajarkan pada masyarakat bahasa.

 Langage mencakup segala hal yang diungkapkan serta kendala yang

mencegahnya mengungkapkan hal-hal yang tidak gramatikal

(Soussure, 1988:6-7).

Linguistik
ilmu tentang bahasa atau menjadikan bahasa sebagai obyek kajiannya. Ilmu linguistik
sering disebut juga sebagai Linguistik Umum (general linguistics) karena ilmu linguistik tidak
hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkajiseluk beluk bahasa pada umumnya
(Chaer,2003:1-3).

Kajian Linguistik
Bidang yang mendasari pengertian linguistic yang menyangkut struktur-struktur dasar
tertentu, yaitu: stuktur bunyi bahasa (fonetik dan fonologi), struktur kata (morfologi), struktur
antar kata dalam kalimat (sintaksis), masalah arti atau makna (semantik), pemakaian bahasa
(pragmatik) (Verhar, 2001:9).

Istilah-Istilah Dasar Linguistik


Kelas Kata
Kelas kata adalah hal dasar yang perlu dihafalkan ketika mempelajari Linguistik.
Pembagian kelas kata ini dilakukan berdasarkan bentuk, makna, dan fungsinya. Jenis-jenis kelas
kata antara lain:
1. Nomina
Kelas kata nomina disebut juga kelas kata benda, yaitu kelas kata yang biasanya
berfungsi sebagai subjek atau objek suatu klausa. Kelas kata ini tidak bisa digabung dengan kata
negasi tidak. Misalnya kata buku, tidak bisa dinegasikan dengan tidak, seperti tidak buku.
2. Verba
Kelas kata verba disebut juga kelas kata kerja, yaitu kelas kata yang menggambarkan
suatu perbuatan, proses, atau keadaan. Dalam sebuah klausa, kelas kata ini berfungsi sebagai
predikat. Misalnya kata makan, minum, tidur, tahu,  dan lain sebagainya.
3. Adjektiva
Disebut juga kelas kata sifat, yaitu kelas kata yang menerangkan kata benda atau nomina.
Biasanya bisa dilekati kata lebih atau sangat. Misalnya adalah kata cantik, bagus, rapi, indah,
dan lain sebagainya.
4. Adverbia
Kelas kata adverbia disebut juga kelas kata keterangan. Berbeda dengan kelas kata
adjektiva yang berfungsi menerangkan nomina, adverbia biasanya menerangkan verba, nomina
yang bersifat predikatif, atau kalimat.
Adverbia ini bisa berupa keterangan waktu, tempat, dan lain sebagainya. Misalnya sore,
nanti, dan lain-lain.
5. Numeralia
Disebut juga kata bilangan, yaitu kata atau frasa yang menunjukkan bilangan atau
kuantitas. Misalnya adalah satu, dua, empat puluh, dua ribu rupiah, dan lain sebagainya.
6. Pronomina
Yaitu kelas kata yang digunakan untuk menggantikan kelas kata nomina berupa orang
maupun benda. Misalnya saya, aku, kamu, kau, Anda, dia, mereka, dan lain sebagainya.
7. Kata Tugas
Kelas kata ini memiliki makna gramatikal, tetapi tidak memiliki makna leksikal.
Umumnya kata-kata yang berasal dari kelas kata ini tidak dapat diberi afiks. Misalnya kata tidak,
sudah, telah, dan lain sebagainya.
Mikrolinguistik
Mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalamnya.
Maksudnya adalah dari struktur bahasa itu sendiri. Ada beberapa cabang yang termasuk kajian
bidang linguistik ini, antara lain:
1. Fonologi
Cabang ilmu linguistik ini mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Bunyi-bunyi bahasa itu bisa berupa vokal seperti a, e, i, o, dan u, konsonan seperti b, c, d, g, h,
dst., atau bunyi diftong (vokal rangkap).
Ada dua hal utama yang dipelajari, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik membahas tentang
pengucapan suatu bunyi, sedangkan fonetik membahas mengenai bunyi ujaran bahasa.
2. Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari satuan-satuan bahasa sebagai suatu
satuan gramatikal. Dalam kajian morfologi, dikenal istilah morfem, yaitu satuan gramatikal
terkecil yang tidak bisa dibagi lagi. Morfem ini ada dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem
terikat.
Pembahasan tentang bagaimana pembentukan sebuah kata melalui proses seperti reduplikasi,
afiksasi, dan reduplikasi termasuk dalam kajian morfologi.
3. Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik mengenai susunan kalimat dan bagiannya.
Pembahasan mengenai frasa, klausa, dan kalimat termasuk dalam kajian ilmu sintaksis ini.
Saya membeli tas merah.
Jika kalimat tersebut dikaji dengan kajian sintaksis, maka kita akan menemukan
hubungan antar kata dalam kalimat tersebut. Misalnya, saya yang merupakan sebuah pronomina
orang pertama tunggal berfungsi sebagai subjek, verba membeli berkedudukan sebagai predikat,
dan tas merah berfungsi sebagai objek.
Saya membeli tas merah (klausa)
Saya membeli tas merah. (kalimat)
tas merah (frasa)
Unsur-unsur dalam kalimat tadi dapat diidentifikasi seperti di atas. Jika tidak diberi titik,
maka kumpulan kata tersebut bisa disebut klausa. Kemudian kata tas merah saja, jika berdiri
sendiri tanpa adanya subjek dan predikat, dapat diidentifikasi sebagai frasa.
Lebih lanjut mengenai perbedaan frasa, klausa, dan kalimat dapat dilihat di artikel berikut ini.
4. Semantik
Cabang ilmu linguistik yang satu ini membahas tentang makna kata dan kalimat,
sekaligus seluk beluk dan pergeseran arti kata. Sebuah kata pasti memiliki makna yang unik,
yang berbeda dengan kata lainnya, meskipun kedua kata tersebut bersinonim. Misalnya
kata meninggal dan kata mati.
Kucing itu telah mati.
Kucing itu telah meninggal.
Meskipun kata mati dan meninggal bersinonim, tetapi keduanya tidak selalu bisa saling
menggantikan. Karena setiap kata memiliki makna yang unik dan tidak sama dengan kata
lainnya. Sinonim, antonim, hipernim, hiponim, homonim, dan polisemi termasuk dalam kajian
cabang ilmu linguistik ini.
 
Makrolinguistik
Jika mikrolinguistik mengkaji bahasa dari unsur-unsur di dalamnya, makrolinguistik
mengkaji bahasa dengan unsur-unsur yang ada di luar bahasa. Misalnya hubungan antara bahasa
dengan masyarakat, sejarah, dan lain sebagainya.
Beberapa cabang ilmu yang termasuk dalam makrolinguistik antara lain sosiolinguistik,
psikolinguistik, filologi, antropolinguistik, dialektologi, dan masih banyak lagi.
 
Rangkuman Dasar-Dasar Linguistik File 2 :
KONSEP PENDEKATAN BAHASA

Pertama, linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara preskriptif. Yang
dipentingkan dalam linguistik ialah apa yang sebenarnya diungkapkan seseorang, dan bukannya
apa yang menurut si penyelidik seharusnya diungkapkan. Menyusun kaidah-kaidah yang
menjelaskan apa yang betul atau apa yang salah bukanlah tugas linguistik.

Kedua, linguistik tidak berusaha untuk memaksakan aturan-aturan suatu bahasa dalam kerangka
bahasa yang lain. Beberapa puluh tahun yang lalu banyak ahli bahasa yang meneliti bahasa-
bahasa di Indonesia dengan menerapkan kategori-kategori yang berasal dari bahasa Latin,
Yunani, atau Arab. Karena itu, kita sekarang mewarisi konsep-konsep yang tidak cocok untuk
bahasa-bahasa Indonesia, misalnya pembagian kelas kata pada bahasa lain, ciri semantis kata
majemuk, tekanan, serta pengacauan bunyi, fonem, dan huruf. Pendekatan terhadap bahasa
seperti diuraikan di atas tidak melihat bahwa tiap bahasa itu mempunyai sistem yang khas.
Memang, ada pula bahasa-bahasa yang mempunyai sistem yang bersamaan. Sistem yang
bersamaaninibarudapatdiakuibilatelahdibuktikanadanya.

Ketiga,  linguistik juga memperlakukan bahasa sebagai suatu sistem dan bukan hanya sebagai
kumpulan dari unsur-unsur yang terlepas. Cara pendekatan ini disebut pendekatan struktural,
sedangkan pendekatan bahasa yang menganggapnya sebagai kumpulan unsur-unsur yang tidak
berhubungan satu sama lain disebut pendekatan atomistis. Pendekatan terakhir ini menandai ilmu
bahasaabadke-19dansebelumnya.

Keempat, linguistik memperlakukan bahasa bukan sebagai sesuatu yang statis, melainkan


sesuatu yang selalu berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya pemakainya. Oleh
sebab itu, pendekatan kepada bahasa dapat dilakukan secara deskriptif (sinkronis), yaitu dengan
mempelajari pelbagai aspeknya pada suatu masa tertentu, atau secara historis (diakronis), yaitu
dengan mempelajari perkembangannya darisuatuwaktukewaktuyanglain.

Seperti yang disebutkan pada bagian-bagian sebelumnya, dalam linguistik, bunyi merupakan
hal primer, sedangkan tulisan hanyalah turunan belaka dari bunyi. Karena itu, objek primer
penelitian linguistik adalah bunyi, bukan tulisan.
Linguistik dibuat melalui kriteria tertentu.
 Pembidangan

Linguistik umum: linguistik yang teorinya mengkaji kaedah bahasa dan pernyataannya secara
umum.Linguistik khusus: linguistic yang mengkaji kaedah bahasa yang berlaku pada bahasa
tertentu, atau rumpun bahasa tertentu.Kedua-dua pendekatan linguistik ini dapat digunakan
terhadap keseluruhan system bahasa atau satu bahagian daripada system bahasa itu.

Linguistik terapan (applied linguistics) adalah ilmu yang berusaha menerapkan hasil
penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan dapat juga
dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis yang banyak sangkut-pautnya
dengan bahasa. Jadi, linguistik hanya dipakai sebagai alat. Misalnya: dalam pengajaran bahasa
Indonesia, linguistik dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak
akan bahasa lebih meningkat. Linguistik terapan menganalisis dan mempelajari teori-teori yang
umum tentang bahasa dan berusaha menerapkannya pada bahasa-bahasa tertentu demi
kepentingan pengajaran bahasa, penulisan tata bahasa sebuah bahasa, demi kepentingan
terjemahan ataupun menteknologikan bahasa.

Linguistik teoritis adalah subdisiplin linguistik yang mengutamakan penelitian bahasa dari
segi internal. Jadi, meneropong bahasa dari kegiatan-kegiatan yang dijumpai dalam bahasa.
Linguistik teoritis tidak melihat bahasa sebagai alat, tetapi bahasa sebagai bahasa. Istilah
linguistik hendaknya dibedakan dengan istilah teori linguistik. Sebab, teori linguistik adalah ilmu
yang berusaha menguraikan bagaimana cara yang seharusnya dipakai kalau orang hendak
mengadakan penelitian dalam bidang bahasa. Linguistik teoritis dapat dibedakan dengan
linguistik terapan, karena dalam linguistik terapan, orang melihat bahasa sebagai alat atau dapat
dikatakan linguistik sebagai alat untuk kepentingan yang lain

 Sifat Kajian

 linguistik dibagi menjadi dua macam, yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik.Berikut akan
dijelaskan tentang kedua macam pembidangan atau ruang lingkup linguistik yang telah penulis
simpulkan dari beberapa literatur sebagai tugas Matakuliah Linguistik Umum. 

Mikrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam rangka


kepentingan ilmu bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain dan tanpa memikirkan
bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Mikrolinguistik ini meliputi
bidang dan subdisiplin berikut:

(1)teori linguistik; (2) linguistik deskriptif; dan (3) linguistik historis komparatif. Teori linguistik


adalah subdisiplin linguistik yang membahas bahasa dan ilmu bahasa dari sudut pandang teori
tertentu. Misalnya: teori tradisional, struktural, transformasional dan tagmemik. Linguistik
umum (general linguistics) merumuskan secara umum semua bahasa manusia yang bersifat
alamiah itu.

Makrolinguistik adalah lingkup lingustik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya


dengan dunia di luar bahasa, yang berhubungan dengan ilmu lain dan bagaimana penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.  Makrolinguistik meliputi bidang linguistik interdisipliner dan
bidang linguistik terapan. 

 Bidang Linguistik  Interdisipliner

 1)   Fonetik adalah “ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan


fungsinya untuk membedakan makna” (Verhaar; 1981: 2; lihat juga Mansoer Pateda;
1981:

2). Linguis membagi fonetik manjadi tiga bagian, yakni sebagai berikut.

a)   Fonetik akustis yakni melukiskan bagaimana bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat
bicara, yang kemudian berwujud gelombang-gelombang bunyi melewati udara sampai ke
telinga pendengar. Pendekatan seperti ini berhubungan dengan ilmu fisika, diperlukan
alat-alat elektronis untuk membantunya, namun alat-alat tersebut cukup terbilang mahal,
sehingga pendekatan ini sulit dillaksanakan sehingga kurang diperhatikan orang.

b)   Fonetik auditoris yakni memerikan bunyi bahasa yang diterima oleh alat dengar
orang yang diajak bicara. Cara ini bersifat subjektif, karena banyak dipengaruhi oleh
orang yang mendengarkan bunyi itu. Pendekatan ini memperhatikan pengaruh bunyi
terhadap syaraf pendengaran. Pendekatan ini dipengaruhi oleh neurologi sebab proses
perolehan bunyi melewati syaraf pendengar sulit dianalisis, maka pendekatan ini pun
tidak diperhatikan orang.

c)   Fonetik organis atau artikulator yakni memerikan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh
alat bicara manusia. Alat bicara seperti bibir, mulut, lidah, ternyata dapat dilihat sehingga
pendekatan ini dianggap praktis dan mudah dilaksanakan.

Oleh karena pendekatan ini berhubungan dengan fisik, maka fonetik artikularis erat
hubungannya dengan fisiologis.

2)   Stilistika adalah ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra atau
hal lain yang berkaitan dengan faktor seni. Menurut Richard et al. (1992), kajian mengenai gaya
bahasa dapat menangkap gaya bahasa lisan, namun stilistika cenderung melakukan kajian bahasa
tulis termasuk karya sastra. Stilistika mencoba memahami mengapa si penulis menggunakan
kata-kata atau ungkapan tertentu. Adakalanya Stilistika digunakan untuk maksud yang lebih luas,
yaitu menandai bahasa berdasarkan variasi bahasa regional dan juga variasi bahasa sosial.
3)   Filsafat bahasa merupakan suatu bentuk penggabungan dari penggunaan bahasa
dihubungkan dengan jelas pada berpikirnya manusia, hal sanggup dan hal dapatnya manusia dan
ini semua akan menjadi dasar studi filsafat itu. Pada dewasa ini filsafat bahasa berkembang
dalam pelbagai arah, sehingga banyak filsuf berpendapat bahwa soal-soal filosofis tradisional
pada akhirnya harus dikembalikan kepada cara bagaimana orang mempergunakan bahasanya.
Dalam pendapat umum ini yang perlu dibedakan yakni sebagai berikut.

a)   Filsafat bahasa yang kritis, aliran ini berpendapat bahwa bahasa alamiah pada
dasarnya masih terlalu kosong dan berganda unutk menganalisis problem filsafat dengan
cara yang tepat. Mereka mencoba untuk menghubungkannya dengan keformalan dari
logika simbolis.

b)   Aliran yang kedua berkembang di Inggris dan dikenal dengan nama analisis
filsafat yang mengatakan: penyelesaian dari soal-soal dan pertanyaan filsafat dapat
diketemukan dalam analisis secara teliti atas cara-cara penggunaan kata-kata, ungkapan-
ungkapan dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Mereka sering mempergunakan
istilah ordinary language philosophy atau sering pula disebut linguistic analysis.

 4)Psikolinguistik adalah suatu subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya


dengan faktor kejiwaan si penutur dan lawan tuturnya. Psikolinguistik merupakan salah satu
cabang linguistik yang sangat kompleks. Ahli psikolinguistik dituntut dapat melakukan analisis
pada semua tataran linguistik (fonologi-morfologi-sintaksis-wacana-semantik-pragmatik) dengan
baik, karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana proses berbahasa di otak manusia.
Selain itu psikolinguistik juga mempertanyakan kembali apakah terdapat bukti biologis bahwa
bahasa bersifat anugerah kodrati (innate properties) sebagai mana yang dicetuskan oleh Chom-
sky.

5)   Sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempalajari bahasa dalam kaitannya


dengan faktor-faktor kemasyarakatan atau faktor sosial. Kajian sosiolinguistik cenderung
berfokus pada variasi bahasa yang muncul di masyarakat yang biasanya dapat ditelusuri karena
keberadaan berbagai stratifikasi sosial dalam masyarakat. Kajian sosiolinguistik sangat luas dan
beragam. Kajian yang dapat dilakukan antara lain : fungsi dan peran sebuah bahasa,
keberterimaan istilah akuntansi di kalangan ahli ekonomi, kata sapaan ditinjau dari solidaritas
sosial danjarak sosial diantara penutur, kriteria dan persepsi kesatuan berbahasa, pelacakan
bahasa rahasia kelompok bajak laut, pengungkapan jati diri secara sosial melalui graffiti, mantra
dan berbagai istilah penangkapan ikan di antara kelompoknelayan pesisir pantai Utara Jawa,
perbedaan variasi bahasa berdasarkan gender, pemertahanan bahasa Melayu di Bali, dan masih
banyak lagi.

 6)  Etnolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya


dengan faktor-faktor teknis.Etnolinguistik dapat pula diartikan sebagai cabang linguistik yang
menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum
mempunyai tulisan

 7)  Filologi adalah subdisiplin linguistik yang tertua yang mengkhususkan diri pada comparative


historical linguistic, yaitu bidang penelitian kekerabatan bahasa (language relationships)dan
perubahan bahasa (language change) dengan cara membandingkan berbagai bahasa. Selain itu,
filologi juga mengkaji transkripsi, terjemahan, pelacakan, naskah babon, dan memaknai
informasi yang terdapat dalam naskah-naskah kuno. Kajian Filologi pada umumnya terfokus
pada naskah kuno yang ditulis di atas kertas, lontar, atau bilah bambu. Isi tulisan naskah kuno ini
bervariasi, antara lain dapat berupa naskah hukum adat, obat-obat tradisional, tata cara bercocok
tanam, dan ajaran agama. Selain memahami isi naskah, seorang ahli filologi juga bertugas untuk
mendeteksi usia naskah. Hal ini dapat ditelusuri misalnya dengan melalui jenis kertas dan jenis
tinta yang dipakai. 

8) Semiotika adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan


lambang dan simbol.

9)  Epigrafi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan


tulisan kuno pada prasastri. Dengan demikian, erat kaitannya dengan ilmu sejarah.

10) Paleografi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan


pendeskripsian tulisan-tulisan kuno terutama yang berasal dari abad pertengahan.

 B.Bidang Linguistik  Terapan

1. Pengajaran bahasa adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa untuk kepentingan


proses belajar mengajar bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa kedua atau bahasa asing
yang mencakup empat jenis keterampilan, yaitu: mendengar, membaca, berbicara, dan
menulis. Keempat jenis keterampilan ini perlu mendapatkan latihan-latihan tersendiri, namun
pada akhirnya harus dapat dipadukan dan digunakan secara bersamaan

2.  Penerjemahan adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa untuk kepentingan


mengalihbahasaan dari bahasa tertentu ke bahasa yang lain. Penerjemahan merupakan suatu
kegiatan kompleks yang menuntut kecermatan. Seorang penerjemah tidak hanya dituntut
menguasai sumber dan bahasa target dengan baik, namun juga harus menguasai isi materi
yang diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus peka terhadap berbagai faktor
sosial, budaya, politik, dan emosi agar dapat menerjemahkan secara tepat. Tujuan utama
penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan teks aslinya.

3.  Leksikografi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam rangka untuk


menuliskan leksikon dalam bentuk kamus, ensiklopedi, dan thesaurus. Secara singkat,
leksikografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara penyusunan kamus (ilmu
perkamusan).
4.  Fonetik terapan adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa dan
penggunaannya di dalam praktik (misalnya: olah vocal di dalam seni drama dan seni musik
dan untuk pembetulan ucapan anak-anak yang pelat lidah). 

5.  Sosiolinguistik terapan adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari penerapan atau


penggunaan bahasa dalam komunikasi sosial. Penerapan atau penggunaan bahasa dalam
komunikasi sosial ini harus selalu memperhatikan faktor-faktor situasi, maksud pembicaraan,
dan status lawan tutur. Penerapan atau penggunaan bahasa semacam itu selanjutnya lebih
dikenal dengan istilah “pragmatik”. 

6.  Pembinaan bahasa internasional adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari tentang


bahasa internasional dalam rangka untuk mengarahkan pemakai bahasa sadar dan patuh
terhadap kaidah yang berlaku. 

7.  Pembinaan bahasa khusus adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari tentang bahasa-


bahasa tertentu (khusus) dalam rangka untuk mengarahkan pemakai bahasa sadar dan patuh
terhadap kaidah yang berlaku. 

8. Linguistik medis adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa untuk diterapkan


didalam pengobatan. Misalnya untuk pengobatan bagi orang yang sedang stress dan terapi
medis untuk anak autis. 

9. Grafologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari tulisan dengan tujuan untuk


mengetahui sifat, nasib, jodoh dan peruntungan si penulis. Subdisiplin ini sangat erat
kaitannya dengan ilmu klenik (perdukunan). Oleh karena itu, tidak salah pula apabila
subdisiplin ini dikelompokkan ke dalam lingkup linguistik interdisipliner. Dalam bidang
grafologi juga dibicarakan beberapa sistem tulisan seperti: ortografi yaitu sistem ejaan yang
disepakati untuk sebuah bahasa; stenografi yaitu sistem menulis secara cepat dan
singkat; kriptografi yaitu sistem menulis pesan-pesan rahasia; paedografi yaitu sistem
menulis yang didesain khusus untuk membantu anak-anak belajar membaca
dan teknografi yaitu sistem menulis hal-hal khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan
sepertiaksara fonetik untuk para linguis, simbol-simbol khusus untuk bidang kimia, simbol-
simbolkhusus kartografi untuk membuat peta, atau bahkan simbol-simbol khusus untuk
pemrograman komputer. 

10.  Mekanolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempalajari bahasa yang dipergunakan


di dalam menyusun program-program mekanik.
Rangkuman Dasar-Dasar Linguistik File 3:
PENDEKATAN OBJEK

Linguistik sinkronik: pengkajian bahasa pada masa yang terbatas. Dikenali juga sebagai
linguistik deskriptif kerana keupayaannya memerikan bahasa seperti eeadanya.Linguistik
diakronik: pengkajian bahasa pada masa yang tidak terbatas, iaitu dari mula bahasa itu wujud
sehingga bahasa itu mati. Dikenali juga sebagai linguistik historis dan linguistik bandingan.

1. Linguistik pemerian: Menyelidik, menganalisis, mengklasifikasi dan memerikanstruktur


permukaan bahasa yang digunakan pada masa tertentu.
2. Linguistik historis: menyelidik, menganalisis, mengklasifikasi danmemerikan
perkembangan struktur bahasa dari dini kewujudannyahingga kini. Dikenali juga dengan
nama linguistik historis-komparatif.
3. Linguistik bandingan: menyelidik, menganalisis, mengklasifikasi danmemerikan
perbedaan dan persamaan struktur bahasa.

Hubungan sejarah dan kekerabatan bahasa itu diambil kira untuk mengenal pastiperbedaan
dan persamaan struktur. Jika tujuannya untuk mencarisahaja, maka subdisiplin ini dinamakan
linguistik konstrastif.

INSTRUMEN
Linguistik dilihat daripada alat yang digunakan untuk membantu dalam penganalisisan
bahasa.Komputer
dimanfaatkan oleh ahli bahasa untuki menganalisis bahasa, menyusun kamus, dan sebagainya.

ILMU LAIN
Psikologi: memanfaatkan psikologi untuk mengkaji pemerolehan bahasa dan penampilan bahasa
akibat gangguan psikologi.Sosiologi: mempelajari dan menyelesaikan konflik bahasa dan
perancangan bahasa di daerah tertentu.Antropologi: memanfaatkan antropologi untuk kajian
bahasa.Aljabar: ilmu yang berhubungan dengan sistem formal yang dapat digunakan oleh ahli
bahasa. Contohnya linguistik kuantitatif, linguistik komputer dan linguistik aljabar.

ALIRAN DAN TEORI


Teori atau aliran yang popular dalam penyelidikan bahasa ialah linguistik: tradisional, struktural,
transformasional, generatif semantik, relasional, sistematik. Bidang linguistik ini menyelidik
selok-belok ilmu linguistik, dan meneliti pengaruh ilmu lain, dan pengaruh masyarakat terhadap
bahasa, seperti: kepercayaan, adat istiadat, dan pendidikan.
Rangkuman Dasar-Dasar Linguistik File 4:
ANALISIS LINGUISTIK

Ferdinand de Saussure membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat
antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik
merupakan hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu,
sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak
dalam susunan satuan kalimat. Hubungan asosiatif ini baru tampak bila suatu kalimat
dibandingkan dengan kalimat lain. Misalnya dalam kalimat Dia mengikut ibunya terdapat 15
fonem yang berkaitan dengan cara tertentu; ada 3 buah kata dengan hubungan tertentu pula, dan
da 3 buah fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, yang mempunyai hubungan tertentu
pula.
Hubungan-hubungan yang terjadi di antara satuan-satuan bahasa itu, baik antara fonem
yang satu dengan fonem yang lain, maupun antara kata yang satu dengan kata yang lain, disebut
bersifat sintagmatis. Jadi hubungan sintagmatis ini bersifat linear, atau horisontal antara satuan
yang satu dengan satuan yang lain yang berada di kiri dan kanannya.

Sekarang perhatikan kata mengikut yang terdapat di dalam kalimat contoh di atas. Para


penutur bahasa Indonesia tentu tahu adanya bentuk-bentuk mengikuti, mengikutkan, kauikutkn,
dan terikuti. Maka, hubungan yang terdapat antara mengikut, mengikuti, dan yang lainnya itu
oleh de Saussure disebut hubungan yang bersifat asosiatif. Louis Hjelmslev mengambil alih
konsep de Saussure itu, tetapi dengan sedikit perubahan. Beliau mengganti istilah asosiatif
dengan istilah paradigmatik, serta memberinya pngertian lebih luas. Hubungan paradigmatik
tidak hanya berlaku pada tataran fonologi saja, tetapi juga berlaku untuk semua tataran bahasa,
misalnya kalau kalimat Dia mengikut ibunya kita bandingkan dengan Dia mengikat
anjingnya  maka hubungan antara mengikut dan mengikat, dan hubungan antara ibunya dan
anjingnya bersifat paradigmatik. Begitu juga antara ikut dan ikat dalam tataran fonologi. 

Firth menyebut hubungan yang bersifat sintagmatik itu dengan istilah struktur, dan
hubungan paradigmatik itu dengan istilah sistem. Menurut Verhaar istilah struktur dan sistem ini
lebih tepat untuk digunakan, sebab istilah tersebut dapat digunakan atau diterapkan pada semua
tataran bahasa, yaitu tataran fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.

Sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi, yaitu istilah utama dalam analisis
bahasa menurut model strukturalis Leonard Bloomfield, menyangkut ada tidaknya penggantian
suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya. Umpamanya
konsituen dia dalam kalimat di atas Dia mengikut ibunya dapat diganti atau disubstitusikan
dengan konstituen Ali, anak itu, atau mahasiswa itu. Konstituen mengikut dapat diganti dengan
konstituen menyapa, membawa, atau mengunjungi. Tetapi konstituen dia tidak dapat diganti
dengan konstituen berlari, marah, atau meja itu. Begitu juga konstituen mengikut tidak dapat
diganti dengan konstituen orang itu, sering, atau tetapi.

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa ada substitusi fonemis, substitusi
morfemis, dan substitusi sintaksis. Substitusi fonemis menyangkut penggantian fonem dengan
fonem lain. Misalnya dalam pasangan minimal dari Vs lari, kuda Vs kura, dan tambal Vs tambat.
Distribusi morfemis menyangkut masalah penggantian sebuah morfem dengan morfem lain
misalnya mengikut Vs diikut Vs terikut; daya juang Vs medan juang. Distribusi sintaksis
menyangkut masalah penggantian kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan
klausa lainnya.
Sumber: Linguistik Umum terbitan Rineka Cipta (Abdul Chaer)
Rangkuman Dasar-Dasar Linguistik File 5:
1.  Pengertian Morfologi
            Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani. Morphologie terdiri dari dua kata yaitu, morphe yang berarti bentuk dan logos yang
berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu,
kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
            Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi
adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

2. Morfem

            Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat
dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/.
Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada
kata duga.

2.1       Klasifikasi Morfem
2.1.1    Morfem Bebas dan Morfem Terikat 
a.   Morfem bebas adalah morfem yang bersifat bebas dan tidak terikat dengan morfem lain.
Contoh : “saya”,  “pulang”, “makan”, “rumah”, “bagus”, dsb.

b.   Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga harus digabung
dengan morfem lain.
Contoh : “ber-“, “kan“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.

2.1.2    Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental


a.        Morfem Segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem
segmental. Contoh : morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa
fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu,
morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental
b.      Morfem Suprasegmental adalah morfem  yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal,
jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Bapak wartawan               bapak//wartawan
ibu guru                               ibu//guru

2.1.3    Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal


a.      Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. Morfem
yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yang setelah mengalami
pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika.
Contoh: morfem {sekolah} berarti ‘tempat belajar’.
b.      Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-},
dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian.
Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.

2.1.4    Morfem Utuh dan Morfem Terbelah


a.      Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara
langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
b.      Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. Morfem-
morfem itu terbelah oleh morfem yang lain.
Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-
an atau {ber….an}. Contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem
memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak
pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan
sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem
{getar}.

2.1.5    Morfem Monofonemis  dan Morfem Polifonemis


a.        Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Contoh: Dalam
bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi  atau morfem{a} dalam
bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.
b.       Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem.
Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem
{se-} berarti ‘satu, sama’.

2.1.6     Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif


a.        Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang
mengalami afiksasi. Contoh:
mengaji           childhood
berbaju            houses
b.       Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian.
Contoh: Dalam Bahasa Inggris terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh:
{fut} à {fi:t}.
c.        Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan
terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
2.1.7    Morfem Beralomorf Zero
Morfem beralomorf zero adalah salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun
suprasegmental, melainkan berupa "kekosongan". Morfem beralomorf zero merupakan morfem
penanda jamak dalam bahasa Inggris dan tidak berlaku pada bahasa Indonesia. Morfem
beralomorf zero dilambangkan berupa Ø.
Contoh :

Kata benda Bentuk Tunggal Bentuk Jamak


Tidak beralomorf zero book Books
Beralomorf zero sheep Sheep

Kata Kerja Kala Kini Kala Lampau


Tidak beralomorf zero call called
Beralomorf zero hit hit

2.2       Morf dan Alomorf


2.2.1    Morf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.
Contoh : /i/ pada kata kenai .
2.1.2        Alomorf
Alomorf adalah anggota dari himpunan morf yag mewakili morfem khusus yang ditentukan
secara fonentis,leksikal,atau gramatikal.
 Contoh [ber], [be], [bel] adalah alomorf dari morfem ber-)

3. Kata
3.1       Hakikat Kata
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Batasan kata yang umum kita
jumpai dalam berbagai buku linguistik Eropa adalah bahwa kata merupakan bentuk yang ke
dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai
kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Batasan tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa
setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah serta tidak
dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah
tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain; atau juga
dapat dipisahkan dari kata lainnya.

3.2       Klasifikasi Kata
            Para tata bahasawan tradisional mengguaakan kriteria makna dan kriteria fungsi.
a.      Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa.
b.      Kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia,
pronomina, dan lain-lainnya.

3.3       Pembentukan Kata
3.3.1    Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta,
untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-
kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.

3.3.2    Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas
leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan.
Contoh :
a.                kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba
b.           kata makan  yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang  berkelas nomina.

4.      Proses Morfemis
4.1 Afiksasi

4.1.1 Pengertian Afiksasi


            Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara
melekatkan afiks(imbuhan) pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata
berimbuhan.
Contoh :
ber-  pada berkembang, 
-el- pada telunjuk,
 -an pada lemparan
per-an pada perjanjian

4.1.2        Macam-macam Afiks
a.   Ditinjau dari Letaknya
-          Prefiks atau awalan ialah afiks atau imbuhan yang dilekatkan pada awal bentuk dasar.
Contoh: ber- dalam kata berjalan, berdiri, bekerja.
-          Infiks atau sisipan yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan di tengah-tengah bentuk
dasar.
Contoh : -er- dalam kata  serabut, seruling, gerigi
-           Sufiks atau akhiran yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan sesudah bentuk dasar.
Contoh : -an  dalam kata bacaan, makanan, tulisan
-          Konfiks atau imbuhan gabungan yaitu afik atau imbuhan yang mengapit bentuk dasar
dengan cara melekat secara bersama-sama yang membentuk satu fungsi dari satu arti.
Contoh : -wi dalam kata duniawi, ragawi, manusiawi

b.   Ditinjau dari Asalnya


-          Afiks Asli
Afiks asli adalah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia
itu sendiri. Contoh:
ke-an   +          adil                  =          keadilan
ter-      +          jatuh                =          terjatuh
-          Afiks Asing
Afiks asing adalah afiks yang berasal atau hasil adopsi dari bahasa asing yang kini telah menjadi
bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima
menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan
bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia. Contoh:
pra-     +          sejarah            =          prasejarah
-ik       +          patriot             =          patriotik

c.    Ditinjau dari Produktifitasnya


-                   Afiks Improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang tidak distributif, yang tidak memiliki kemampuan untuk
melekatkan diri pada bentuk lain yang lebih banyak, terbatas pada satuan-satuan tertentu.
Contoh : Afiks –da, hanya melekat secara terbatas pada bentuk-bentuk yang menyatakan makna
kekeluargaan, seperti kata ayahanda, ibunda, pamanda, adinda, kakanda.
-           Afiks Produktif
Afiks produktif merupakan kebalikan afiks improduktif ialah afiks yang distributive yang besar
kesanggupannya melekatkan diri pada morfem-morfem lain lebih banyak.
Contoh : Afiks men- mampu menghasilkan kata-kata baru begitu produktif, seperti terlihat pada
kata-kata melebar, melangkah, menjadi, membengkak, membisu, dsb.

4.2 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.
a.      Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok :
·         Perulangan utuh, contoh: rumah-rumah
·         Perulangan salin suara, contoh: warna-warni
·         Perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar
·         Perulangan yang disertai pengafiksan, contoh: batu-batuan

b.      Menurut artinya, reduplikasi dapat dibagi menjadi berikut :


·         Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda), contoh: meja-
meja
·         Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-balik
·         Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh: melihat-
lihat.
·         Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang, contoh: kupu-kupu.
·         Bentuk ulang dwipurwa, contoh: dedaunan.

4.3 Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik
yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas
leksikal yang berbeda, atau yang baru. Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna
leksikal.
Contoh :      lalu + lintas       : lalu lintas
                     rumah  + sakit  : rumah sakit
                    sapu + tangan  : sapu tangan
4.4 Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi
a.      Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah
proses  pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain  tanpa perubahan unsur segmental.
b.      Modifikasi  internal (sering disebut juga penam bahan internal atau perubahan  internal)
adalah proses pembentukan  kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal)
ke dalam morfem yang berkerangka tetap.
c.       Suplesi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru

4.5 Abreviasi
4.5.1    Pengertian Abreviasi
      Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau     kombinasi kata
sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi
disebut kependekan.
4.5.2        Klasifikasi bentuk-bentuk abreviasi (kependekan)
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, terdapat dua
klasifikasi bentuk pemendekan, yaitu:

-          Singkatan
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan terdiri dari:
a)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat.
b)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi serta
nama dokumen resmi.
c)      Singkatan kata yang berupa gabungan huruf.
d)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua
e)      Lambang kimia

-          Akronim
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai  sebuah kata
a)      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: SIM, LIPI.
b)      Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal
kapital. Misalnya: Bulog, Iwapi.
c)      Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya: pemilu, rudal.

5.      Morfofonemik
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa
berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi maupun
komposisi.

Anda mungkin juga menyukai