Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERKEMBANGAN MASA REMAJA & DEWASA

A. Pengertian Tugas Perkembangan


Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan itu merupakan
suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan
selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang
bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations
yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia
sepanjang rentang kehidupan.

B. Tugas-tugas Perkembangan Remaja


Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam
menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya
menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang
ada dihadapannya.Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh
berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja
membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan
maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri
remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Menurut Karl C.Garrison ada 6 kelompok pembagian tugas perkembangan yang berbeda
yaitu:

1. Menerima Keadaan Jasmani

Pada periode pra-remaja (periode pubertas), anak tumbuh cepat yang mengarahkannya
pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini diiringi juga oleh perkembangan sikap dan citra
diri. Mereka memiliki gambaran diri seolah-olah sebagai model pujaannya. Mereka sering
membandingkan dirinya dengan teman-teman sebayanya, sehingga akan cemas bila
kondisinya tidak seperti model pujaannya atau teman-teman sebayanya. Pada masa remaja,
hal itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi jasmaninya, serta
memelihara dan memanfaatkannya seoptimal mungkin.

2. Memperoleh Hubungan Baru Lebih Matang dengan Teman Sebaya Lawan Jenis

Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk
menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis. Remaja diharapkan bisa mencari
dan mendapatkan teman baru yang berlainan jenis. Mereka ingin mendapat penerimaan dari
kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesama jenis agar merasa dibutuhkan dan
dihargai. Kematangan fisik dan psikis banyak mempengaruhi penerimaan teman-teman
sekelompok remaja dalam pergaulannya. Tanpa penerimaan teman sebaya, dia akan
mengalami berbagai gangguan perkembangan psikis dan sosial, seperti membentuk geng
sendiri yang berperilaku mengganggu orang lain.

3. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya.

Sejak masa puber, apabila bentuk tubuhnya tidak memuaskan, mereka menyesali diri
sebagai laki-laki atau wanita. Padahal, mereka seharusnya menerima kondisinya dengan
penuh tanggung jawab. Remaja laki-laki harus bersifat maskulin, lebih banyak memikirkan
soal pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersifat feminine, memikirkan pekerjaan
yang berkaitan dengan urusan rumah tangga dan pola asuh anak.

4. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Bebas dari kebergantungan emosional merupakan tugas perkembangan penting yang


dihadapi remaja. Apabila tidak memiliki kebebasan emosional, mereka akan menemui
berbagai kesukaran dalam masa dewasa, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan
bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhnya.

5. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan


masalah ekonomi.
Tugas lainnya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam maslah ekonomi karena kelak
mereka akan hidup sebagai orang dewasa. Kesanggupan di sini mencakup dua tugas :

a. Mencari sumber keuangan atau pemasukan.

b. Pengelolaan keuangan.

6. Memperoleh nilai-nilai dan falsafah hidup.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa masalah yang berkaitan dengan kehidupan dan
falsafah hidup seperti tujuan hidup, perilaku dirinya, keluarganya dan orang lain, serta soal
keagamaan menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja. Para remaja memang diharapkan
memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan perilaku yang menuntun dan mewarnai berbagai
aspek kehidupannya di masa dewasa kelak. Dengan demikian mereka memiliki kepastian diri,
tidak mudah bingung, tidak mudah terbawaa arus kehidupan yang terus berubah yang pada
akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lancarnya Perkembangan Remaja

Sukses atau gagalnya pelaksanaan tugas perkembangan remaja dipengaruhi oleh


beberapa faktor:

1. Pertumbuhan fisik remaja. Tugas perkembangan remaja akan sukses bila


pertumbuhan fisik remaja berjalan dengan sewajarnya.

2. Perkembangan psikis remaja. Tugas perkembangan akan sukses bila


perkembangan psikisnya, seperti mental, sikap, perasaannya berkembang dengan wajar.

3. Posisi remaja dalam keluarga. Kelancaran tugas perkembangan juga


banyak dipengaruhi oleh posisinya ditengah keluarga; sebagai anak tunggal atau bukan,
anak kandung atau anak angkat, anak pertama atau anak terakhir.
4. Kesempatan remaja untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan. Banyak
sedikitnya kesempatan yang dimiliki remaja sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas
perkembangan remaja.

5. Motivasi diri. Ada tidak adanya motivasi, kuat atau lemahnya, atau faktor pendorong
yang ada dalam diri seorang remaja akan memperlancar atau menghambat pelaksanaan
tugas-tugas perkembangan remaja. Motivasi dapat bersumber dari dlam diri remaja,
seperti semangat dan obsesi, dan dari luar diri remaja, seperti penghargaan orang tua
atau masyarakat terhadap remaja.

5. Lancarnya pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada masa sebelumnya.


Kelancaran pelaksaan tugas-tugas perkembangan remaja selama masa kanak-kanak atau
masa puber akan berpengaruh terhadap kelancaran pelaksaan tugas-tugas perkembangan
pada masa berikutnya.

D. Pengertian Masa Dewasa

Menurut Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa apabila orang itu


bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan
khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa seseorang
dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung jawab terhadap segala tingkah
laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari. Dengan demikian orang dewasa
dituntut untuk mempertanggung jawabkan semua yang dilakukan bekerja memenuhi
kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga sebagai wujud cinta terhadap istri dan anak-
anaknya. Orang dewasa yang matang tidak takut terabaikan kepentingan dirinya sendiri
dalam memproses mempertanggung jawabkan cinta yang diikrarkan. Dalam kebudayaan
Amerika, seorang anak dipandang belum mencapai status dewasa kalau ia belum mencapai
usia 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi
mencapai status dewasa apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21
tahun.
E. Perstiwa Kehidupan pada Masa Dewasa dan Tua

Ada bebrapa peristiwa kehidupan yang dialami oleh orang dewasa dan tua, peristiwa-
peristiwa tersebut meliputi:

1. Dewasa Awal (Young Adulthoud)

Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang
yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan
komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk
keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang
lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-
kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif. Namun Secara umum, mereka yang tergolong
dewasa muda ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
Tugas perkembangan masa dewasa awal yang dikemukakan oleh Havighurst sebagai
berikut:
a. Mulai bekerja
b. Memilih pasangan hidup
c. Belajar hidup dengan suami/istri
d. Mulai membentuk keluarga
e. Mengasuh anak
f. Mengelola/mengemudikan rumah tangga
g. Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
h. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan

2. Dewasa tengah/Dewasa Madya (Middle adulthoud)

Banyak pendapat yang variatif sehubungan dengan bilangan usia dewasa tengah.
Hurlock (1992) membatasi usia dewas tengah adalah sekitar 40 – 60 tahun. Ia membagi 2
fase, yaitu usia tengah baya dini ( 40-50 tahun) dan usia tengah baya lanjut (50 -60 tahun).
Mappiare (1982) sepakat dengan batasan usia tersebut. Gunarsa (1988) menduga bahwa
usia tengah baya berlangsung lebih cepat 5 tahun dari perkiraan orang. Menurutnya usia
tengah baya adalah pada umur 35 – 60 th. Sementara Jim & Sally (1987), membatasi bahwa
usia tengah baya adalah antara 33 – 70 tahun. Akan tetapi sekalipun terdapat beberapa
perbedaan, yang jelas para ahli umum-nya sepakat bahwa dewasa tengah berlangsung dari
sekitar usia 40 – 45 sampai sekitar usia 65 tahun.

Dalam banyak hal, periode dewasa tengah adalah waktu timbulnya tekanan
emosional. Oleh Bernice Nengeartein (dalam Callhoun dan Acocella, l990) dikatakan bahwa
peroiode ini merupakan suatu masa ketika orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya. Meskipun bagi orang lain ada kalanya periode ini justru merupakan
permulaan kemunduran. Bagi Erik Erikson (Callhoun dan Acocella, l990), dalam periode ini
individu memiliki antara kearifan dan penyerapan pribadi. Kearifan yang dimaksud adalah
kapasitas untuk mengembangkan perhatian terhadap orang lain atau masyarakat sekitar.
Orang yang gagal mengembangkan kapasitas kearifan ini mungkin menjadi semakin terserap
pada diri mereka sendiri seperti larut dalam kehidupan duniawi dan bendawi saja. Teori
Erikson ini berpijak pada kenyataan yang dia sinyalir bahwa dalam setiap tingkat kehidupan
selalu dicirikan dengan pilihan-pilihan antara 2 pendekatan terhadap kehidupan, satu positif
dan satunya negatif. Tampaknya tengah baya merupakan salah satu waktu dalam hidup
seseorang dimana banyak terjadi peristiwa besar yang memaksanya untuk mengadakan
penataan kembali. Penataan kembali itu kiranya terjadi karena adanya beberapa perubahan
besar dalam hal fisiologis, psikologis, seksual dan perubahan-perubahan sosial yang
menyertai ketiga perubahan itu.
Tugas perkembangan masa dewasa madya yang dikemukakan oleh Havighurst sebagai
berikut:
a. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
b. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
c. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan berbahagia.
d. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
e. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa.
f. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

3. Dewasa Akhir (final adulthoud)

Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan manusia di dunia
ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut
usia dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun
ke atas. Ada beberapa orang yang sudah menginjak usia enam puluh, tetapi tidak
menampakkan gejala-gejala penuaan fisik maupun mental. Oleh karena itu, usia 65 dianggap
sebagai batas awal periode usia lanjut pada orang yang memiliki kondisi hidup yang baik.

F. Penyesuaian Terhadap Peristiwa kehidupan

1. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Fisik

Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik
mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Yang
meliputi:

a. Kesehatan badan

Awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik.
Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-
gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan reproduktif mereka berada di
tingkat yang pailing tinggi.

Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun
selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. sejak usia sekitar 25 tahun,
perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih
bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami
kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan
dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami
menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya,
menopause mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah mengalami
menopause pada usia 40. Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak menimbulkan
problem psikologis. Tetapi, bagi sebagian lain, menopause telah menyebabkan munculnya
sejumlah besar gejala psikologis, termasuk depresi dan hilang ingatan. Sejumlah studi
belakang ini menunjukkan bahwa problem-problem tersebut sebenarnya lebih disebabkan
oleh reaksi terhadap usia tua yang dicapai oleh wanita dalam suatu masyarakat yang sangat
menghargai anak-anak muda daripada peristiwa menopause itu sendiri (Feldman, 1996).

Bagi laki-laki, tetap subur dan mampu menjadi ayah anak-anak sampai memasuki usia
tua. Hanya beberapa kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur-angsur, seperti
berkurangnya produksi air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot. Penelitian
Daniel Levinson dkk, menemukan bahwa salah satu perubahan penting yang terjadi pada
masa dewasa awal ini adalah menurunnya kekuatan fisik dan psikologis. Pada akhir usia 30-
an dan awal 40-an, umumnya pria menyadari bahwa dirinya sudah tidak lagi di puncak
kemudaannya. Dia tidak bisa lagi berlari cepat, mengangkat benda yang berat, dan sedikit
tidur. Penglihatan dan pendengarannya mulai berkurang ketajamannya, daya ingatnya
melemah, dan sulit sekali untuk belajar dan mengingat informasi tertentu. Dia menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan , sehingga dapat menimbulkan cacat seumur hidup atau
bahkan kematian (Davidoff, 1988).

b. Sensori

Pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran


merupakan dua perubahan fisik yang paling menonjol. Pada usia antara 40 dan 59 tahun,
daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Karena itu, banyak orang pada
usia setengah baya mengalami kesulitan dalam melihat objek-objek yang dekat (Kline &
Schieber, 1985).
Sementara itu, pendengaran juga mengalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun.
Penurunan dalam hal pendengaran ini lebih terlihat pada sensitivitas terhadap nada tinggi.
Dalam hal penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis kelamin,
yakni Iaki-laki biasanya kehilangan sensitivitasnya terhadap nada tinggi lebih awal
dibandingkan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan oleh
pengaruh pengalaman laki-laki terhadap suara gaduh dalam pekerjaan sehari-hari.
Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indera
penglihatan, indera pendengaran, indera perasa, indera pencium, dan indera peraba.

Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir misalnya tampak pada
berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan
cahaya. Biji mata menyusut dan lensanya menjadi kurang jernih, sehingga jumlah cahaya
yang diperoleh retina berkurang. Retina orang tua usia 65 tahun hanya mampu menerima
jumla cahaya sepertiga dari jumlah cahaya yang diperolehnya pada usia 20 tahun (Kline &
Schiebcr, 1985).

c. Otak.

Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Khususnya bagi
orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu
menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik,
seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk
melakukan aktivitas-aktivitas demikian pada tahun-tahun selanjutnya. Pada usia tua,
sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah
penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa
dewasa. Tetapi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit.

Menurut Santrock (1995), diperkirakan bahwa 5 hingga 10 % dari neuron kita berhenti
tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin
cepat.Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa di antaranya disebabkan oleh
serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena terlalu banyak minum minuman
beralkohol.
Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering
disebut dengan kepikunan (senility). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit otak yang
lebih menakutkan lagi, yaitu penyakit Alzheimer (kepikunan), yang diderita 3 % dari populasi
dunia berusia 75 tahun.

Alzheimer dapat merusak kecerdasan pikiran. Pertama pertama Alzheimer menyebabkan


memori berkurang, kemudian penalaran dan bahasa memburuk. Sebagai penyakit yang
menjalar cepat, setelah 5 hingga 20 tahun, penderita menjadi kehilangan arah, kemudian
tidak dapat mengendalikan diri, dan akhirnya kosong secara mental, hidup menjadi merana
(Myers, 1996).

2. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Agama

Penyesuaian terhadap perkembangan agama pada masa dewasa dewasa antara


lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang,
bukan sekedar ikut-ikutan.
b. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
c. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
d. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
e. hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
f. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
g. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama
selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati
nurani.

Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-


masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya. Terlihat adanya hubungan antar sikap
keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan
organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

3. Penyesuaian terhadap Perkembangan Emosi

Perkembangan emosional yang terjadi pada masa dewasa dan tua yaitu sebagai berikut:

a. Memulai masa dewasa-muda dengan optimisme dan pengharapan, kemudian


berangsur-angsur mengatur hidupnya kembali dalam pergumulan antara harapan-
kenyataan, idealisme-pengalaman.
b. Goncangan emosional mudah timbul karena frustrasi dan kekecewaan dalam
penyesuaian diri dalam pekerjaan, pernikahan (dan kondisi tidak menikah),
bermasyarakat. Dewasa-muda yang stabil secara emosi adalah yang tidak
membawa masalah emosional yang belum terselesaikan dalam masa sebelumnya.

Kedewasaan emosi dibangun melalui evaluasi terhadap diri, gaya hidup, dan pengalamannya
untuk meningkatkan kualitas hidupnya (keberhasilan dan kebermaknaan).

3. Penyesuaian terhadap Perkembangn Cinta

Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. Cinta mengacu
pada perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks. Menurut Santrock (1995), cinta dapat
diklasifikasikan menjadi empat bentuk cinta, yaitu:
a. Altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri)
b. Persahabatan
c. Cinta yang romantis atau bergairah
d. Cinta yang penuh perasaan atau persahabatan.

Meskipun cinta sudah tampak dalam tahap-tahap sebelumnya (seperti cinta bayi pada
ibunya dan cinta birahi pada remaja). Namun perkembangan cinta dan keintiman sejati baru
muncul setelah seseorang memasuki masa dewasa. Pada masa ini, perasaan cinta lebih dari
sekadar gairah atau romantisme, melainkan suatu afeksi – cinta yang penuh perasaan dan
kasih sayang. Cinta pada orang dewasa ini diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap
orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan
bersama, di mana mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim.

5. Penyesuaian terhadap Perkembangn Seksual

a. Anak Laki-Laki menjadi Lelaki

Setelah aktivitas testis terbentuk pada masa pubertas, secara normal berlanjut
sepanjang sisa umur dengan hanya sedikit pelemahan pada tahun-tahun mendatang. Pada
usia tua ada sedikit pengurangan sperma dan androgen. Hal ini dikaitkan dengan beberapa
perubahan degenerasi di dalam testis, tetapi tidak ada penurunan testikel yang tiba-tiba
dibandingkan dengan daya klimaks wanita.

b. Anak Perempuan Menjadi Wanita

Pada tahap terakhir kedewasaan, biasanya setelah menstruasi, tubuh anak


perempuan mulai membentuk tubuh wanita. Perubahan yang dialami anak perempuan
secara langsung berhubungan dengan sekresi hormon wanita, estrogen dan progesteron.
Dia menjadi lebih tinggi, pinggul dan paha lebih berisi, tubuh lebih padat dan berlekuk. Buah
dada mulai membesar dan rambut tumbuh di tangan dan kaki. Alat genital eksternal dan
internal tumbuh dan berkembang, dinding vagina mulai menebal. Sekresi vagina terjadi.
Bentuk tubuh wanita tergantung pada dua hal: besar hormon yang dihasilkan dan
sensitivitas tubuh dalam mereaksi terhadap hormon-hormon tersebut. Sekitar umur 45,
fungsi ovarium perlahan-lahan semakin berkurang, tingkat estrogen dan progesteron
menurun, yang mengakibatkan berhenti menstruasi dan tidak subur, penipisan dinding
vagina dan sangat sering, perubahan tulang yang menyebabkan bongkok.
Kesimpulan
Setelah melewati masa kanak-kanak dan remaja, akhirnya individu memasuki masa
dewasa, yakni masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini adalah
masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari orang tua dan mulai
belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-tugasnya yang baru.

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa ini jika tidak dioptimalkan dengan
baik akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perkembangan
fisik, emosional, agama, cinta, kognitif dan sosial pada masa ini juga sangat berpengaruh
bagi tiap individu.

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung
jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk
membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun
masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa
bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun
yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna
mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa
depannya.

Anda mungkin juga menyukai