Anda di halaman 1dari 14

Rangkuman Subdisiplin Linguistika

Sutron : nurmutiah.18015@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK

Linguistik adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang bahasa dari


berbagai teori secara terstruktur. Linguistik bersifat umum, empiris, dan spesifik.
Linguistik bersifat umum, artinya adalah ilmu yang dipelajari tidak hanya dengan
satu bahasa saja, melainkan juga mempelajari bahasa yang lain mulai dari
pelafalan, struktur gramatikal, hingga penyampaiannya dengan daya ekspresif.
Kemudian, linguistik bersifat empiris artinya adalah ilmu atau teori yang ada
didasarkan pada sebuah fakta dan di didukung oleh adanya kelengkapan suatu
data. Dan yang ketiga adalah linguistik bersifat spesifik (khusus) artinya adalah
ilmu yang dipelajari dengan objeknya adalah bahasa digunakan sebagai suatu
alat komunikasi. Objek utama dari linguistika adalah bahasa. Bahasa digunakan
agar dapat membedakan kosakata yang benar dan tidak benar. Banyak kosakata
yang di dapatkan, semakin banyak pula wawasan seseorang tersebut, sebaliknya
jika kosakata yang di dapatkan sedikit dan kurang, maka wawasan seseorang
tersebut tentang linguistika belum maksimal.

Linguistik adalah ilmu mendasar yang mempelajari tentang bahasa.


Terdapat beberapa bagian tentang linguistik seperti ruang lingkup linguistika
yang meliputi fonetik dan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
pragmatik. Lalu ada sejarah linguistika terbagi atas tujuh tahapan yang meliputi
Masa Yunani, Roma, Zaman Pertengahan (Abad Pertengahan), Zaman Renaisans
dan Sesudahnnya, Zaman Sebelum Zaman Modern, Linguistik Historis dan
Komparatif dalam abad ke-19, dan Linguistik Pada Abad Ini . Kemudian ada
perkembangan sejarah linguistik di Indonesia yang terbagi 4 periode. Lalu ada
terminologi linguistika, dikotomi, dan pembidangan linguistika.

1.1 Ruang lingkup linguistika terdiri dari :


1.) Fonetik dan Fonologi
- Fonetik (Meneliti bunyi bahasa menurut cara
pelafalannya)
- Fonologi (Meneliti bunyi menurut fungsinya)
2.) Morfologi (Struktur Internal Kata yang di dalamnya mempelajari tentang
morfem)
3.) Sintaksis (Struktur antar kata dalam kalimat terdiri dari frasa, klausa, dan
kalimat). Dalam menyusun sebuah kalimat harus memperhatikan pola
kalimatnya agar dapat tersusun dan dipahami dengan baik
4.) Semantik (Struktur bahasa yang berkaitan dengan makna)
5.) Pragmatik (Hubungan tuturan bahasa dengan apa yang
dibicarakan) membahas tentang struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara
penutur dan pendengar. Alat tersebut biasanya berupa tanda atau lambang-
lambang dalam penuturan
6.) Leksikologi (Perbendaharaan kata)
7.) Linguistik sinkronik dan Linguistik diakronik
- Linguistik sinkronik : Mempelajari bahasa hanya dengan kurun waktu tertentu
- Linguistik diakronik : Mempelajari bahasa yang memfokuskan pada sejarahnnya

8.) Linguistik teoritis dan Linguistik terapan


- Linguiatik teoritis : Mempelajari bahasa untuk mendapatkan kaidah (aturan)
dalam bahasa
- Linguistik terapan : Pemanfaatan hasil deskripsi, metode, serta hasil penelitian
yang dikemas secara praktis

Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa linguistik adalah sebuah


ilmu yang mempelajari tentang sebuah tata bahasa dengan baik dan benar
melalui ucapan atau ujaran, dan bukan hanya dari satu pandangan bahasa saja,
tetapi dilihat berdasarkan bahasa yang lainnya juga, selain itu linguistik dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, menyusun kata hingga menjadi
bentuk kalimat dengan pola yang benar.

Seperti yang diketahui tidak ada sebuah teori jika tidak ada yang
mengawalinya. Awal mula secara umum sejarah linguistik terjadi karena adanya
seseorang yang terpengaruh bahasa asing yang kemudian membawa pengaruh
kecenderungan bawaan yang tidak ingin tahu tentang dunia di sekitarnya. Bukan
hanya hal tersebut, tapi kesadaran diri seseorang dan perkembangan suatu ilmu
juga mempengaruhi. Hal itu disebut sebagai linguistik rakyat yang berisikan awal
mula bahasa. Konsep tersebut ditemukan di berbagai negara atau daerah yang
berbeda dan tidak berhubungan yang satu dengan yang lainnya.
1.2 Sejarah linguistika terbagi atas tujuh tahapan, yaitu :
1.) Yunani
Ditemukan tulisan yang semula dalam huruf bergambar atau tulisan yang
diciptakan orang Mesir secara terpisah, kemudian tulisan silabik menjadi sumber
abjad Yunani. Pada zaman Yunani kuno terdapat linguistik teoritik. Seiring
berkembangnya waktu perkembangan linguistik berkembang dengan
dibuktikannya sejarah kata grammatikos sampai bentuk memahami huruf. Selain
itu zaman ini perkembangan linguistik adalah sebagai penelitian folosofis yaitu
adanya kajian gaya bahasa sastra. Aristoteles menggunakan karya dari plato
sebagai dasar pemikirannya. Sehingga ajaran aristoteles tentang linguistik
mengajarkan retorika dan logika
2.) Roma
Linguistik Romawi menerapkan pemikiran Yunani berupa bahasa latin, struktur
bahasa, serta pertentangan-pertentangan Yunani. Ada salah satu sejarawan
yang bernama Crates, ia adalah seorang filosof dan tatabahasawan Stoik yang
berkunjung ke Roma. Kemudian Varro, ia adalah penulis mandiri dan orisini
dalam topik-topik linguistik. Gagasannya disebut dengan kata-kata latin.
3.) Zaman Pertengahan (Abad Pertengahan)
Pada bagian kedua abad 1100 hingga akhir zaman, merupakan zaman filsafat
Skolastik terhadap kajian linguistik dengan ditandai banyaknya karya linguistik.
Karya linguistik bertujuan sebagai pedagogis dan sebagian besar bersifat derivatif
karena diterapkan sebagai pengajaran latin.
4.) Zaman Renaisans dan Sesudahnnya
Zaman ini ditandai dengan dimulainnya pengkajian serius terhadap sastra klasik
dan sejarah Yunani kuno dan Romawi kuno sebagai komponen yang penting, dari
pendidikan di sekolah hingga ke perguruan tinggi.
5.) Zaman Sebelum Zaman Modern
Banyak ilmuwan yang menghasilkan karya mereka pada abad ke-19 yang sudah
dikenal oleh mahasiswa. Terdapat tokoh antara lain Sir William Jones. Sampai
sekarang linguistik masih bersifat terpisah dan sepotong-potong.
6.) Linguistik Historis dan Komparatif dalam abad ke-19
Karya-karya historis bersifat sporadis (tidak merata) karena kekurangan wawasan
apresiasi, saran yang tidak diperhatikan, dan tidak adanya pemikir untuk
dijadikan dasar ide atau teori.
7.) Linguistik Pada Abad Ini
Adanya sejarah kontemporer, historisnya sama, akan tetapi bahannya berbeda
karena lebih banyak berhadapan dengan tokoh dan teori yang dikenal dalam
buku elemen pengantar linguistik.

Seiring berkembangnya zaman, perkembangan linguistik tidak hanya


terjadi di kalangan negara Yunani dan Roma saja, tetapi perkembangan linguistik
telah berkembang di Negara Indonesia.
Di dalam suatu pengkajian dalam historiografi yaitu melakukan penelitian
bahasa karena di dalamnya terdapat teori, konsep, metode, terminologi, dan
karakteristik deskripsi. Selain itu, terdapat pula pengajaran bahasa yang terdapat
dalam buku-buku secara eksklusif.
Periodisasi sejarah ini dilakukan berdasarkan pada fenomena kronologi
libgusitik.
1.3 Pada perkembangan sejarah linguistik di Indonesia terjadi menjadi empat
tahapan periode, yaitu :
1. Periode Dominasi Tradisional (Sebelum 1965-an) : Dalam tahap ini,
Joannes Roman menuliskan tata bahasa Melayu. Joannes Ramonkelas
menyebutkan bahwa kata dalam bahasa melayu terbagi menjadi delapan
kata, yaitu : Namen (Benda), Voornamen (Kata Ganti), Bijwoorden (Kata
Keterangan), Voorzettingen (Kata Depan), Koppelingen (Kata Sambung),
dan Metosche atau Partisipel.

2. Periode Dominasi Struktural (1965-an s.d. 1985-an) : Terdapat


sembilan pokok pembahasan di dalam kurikulum 1975 yaitu : Tata Bunyi,
Tata Bentukan, Tata Kalimat, Paragraf, Gaya Bahasa, Kosa Kata, Diskusi,
Sastra, dan Menulis. Selain itu, di periode ini terdapat makalah dari M.
Ramlan “Pedoman Penyusunan Tata Bahasa Struktural” yang sifatnya
deskriptif (menggambarkan struktur tertentu yang ditempatkan pada
kontinum struktur lain yang mencakupnya). Simposium tata bahasa
menjelaskan tentang kata majemuk yang merumuskan dua simpulan,
yaitu :
- Prinsip yang harus dipunyai dalam suatu konstruksi majemuk yang dapat
menunjukan derajat keeratan sehingga dapat membuat kesatuan yang
utuh dan tidak terpisahkan.
- Konstruksi majemuk disebut sebagai kata. Artinya, bahwa masing-
masing dari konstituen tidak dapat dimodifikasi secara terpisah.

3. Periode Dominasi Transformasional di Tengah Variasi (1985-an s.d.


akhir 1990-an) :
J.D Parera menerbitkan dua buku pada tahun 1988, yaitu Morfologi dan
Sintaksis yang berlandaskan Teori transformasional. Selain itu, di dalam
periode ini terdapat pendekatan komunikatif pragmatikal yang
dikuatkan dalam label pendekatan tematis, integratif, dan komunikatif.

4. Periode Warna-Warni Teori (Awal 2000-an) : Di dalam periode ini,


linguistika berwarna-warni. Hal ini dapat diperoleh dari teori tradisional
yang mewarnai teori linguistis. Periode ini merupakan periode akhir
yang terjadi. Tetapi, ini bukan satu-satunya suatu periode yang
terakhir.

1.4 Terminologi Linguistika


Terminologi linguistika adalah tata istilah penggunaan bahasa. Terdapat
sebuah tiga jenis pengungkapan bahasa, yaitu : Langue, Langange, dan Parole.
Langue adalah tanda bahasa yang bersifat konkret (menyeluruh) dimana
lambang-lambang bahasa pada umumnya bersifat psikis, bukan sebuah abstraksi,
dan asosianya bersifat kolektif serta pada awalnya ditandai dengan konsep citra
akustis yang disebut dengan fonem. Lambang-lambang tersebut saling terkait
satu sama lain. Citra akustik adalah bunyi yang di dengar bukan melalui
pengucapan, tetapi dapat di dengarkan melalui sebuah imajinasi yang ada di
dalam pemikiran orang tersebut. Selain bersifat konkret (menyeluruh), langue
juga bersifat homogen. Langue dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Artinyanya adalah terdapat proses penyatuan makna dengan
gambaran akustis yaitu berhubungan bunyi bahasa dengan nada tinggis, suara
keras, dan bunyi panjang. Dapat disimpulkan bahwa di dalam langue
pengungkapan bahasa dilakukan melalui tanda bahasa yang terdapat sebuah
lambang-lambang yang bersifat konkret dan dilakukan bukan dengan
pengucapan tetapi melalui penggambaran yang ada di dalam pikiran masing-
masing.
Pengungkapan yang kedua adalah pengungkapan bahasa secara
Langange. Langange memiliki makna yang berbeda-beda yaitu terdiri dari dua
segi pandangan. Pertama, segi individual dan segi sosial. Segi individual artinya
adalah pada saat seseorang tersebut sedang mempertahankan sebuah argumen
yang dimilikinnya pada saat ada diskusi. Kemudian, segi sosial artinya adalah
dimana pada saat seseorang tersebut sedang mengemukakan pendapatnya di
depan para pendengar, yang kemudian penyimak tersebut mendengarkan
dengan baik apa pendapat yang diungkapkan dan memberi tanggapan. Langange
merupakan suatu alat bunyi untuk mengungkapkan pemikiran dengan
sendirinya. Tidak hanya itu, ternyata langange dapat juga diartikan sebagai
kemampuan berbicara yang bersifat alamiah yaitu sebuah wadah dimana
seseorang dapat berkomunikasi dengan yang lainnya yaitu melalui proses
berbicara dengan mengeluarkan suatu suara atau bunyi dengan tujuan atau
untuk menyampaikan pesan, mengungkapkan perasaan, mengungkapkan
pendapat, atau bahkan memberikan tanggapan pendapat yang dikemukakan
oleh orang lain. Tingkat suara ketika berbicara itu beragam, ada yang berbicara
menggunakan volume pelan, sedang, atau bahkan kencang sekalipun.
Ketiga, pengungkapan bahasa dengan Parole. Parole adalah jumlah dari
apa yang diungkapkan orang lain yang meliputi kombinasi individual dan mereka
tidak mau menuturkannya, kemudian adanya bunyi yang dengan sukarela
mengucapkannya. Selain itu, parole tidak bersifat kolektif (gabungan) dan
pengungkapannya pun dilakukan secara personal yaitu individu dan bersifat
sementara. Pada saat mengungkapkan sesuatu, harus lah seimbang tidak kurang
dan tidak lebih. Parole tidak bersifat kolektif (gabungan) karena bahwa jika ingin
mengunkapkan sebuah pendapat atau gagasan, haruslah terlebih dahulu
memhami suatu gagasan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa parole adalah
sebuah penuturan atau pengungkapan bahasa dari masing-masing orang dengan
gaya bermacam macam jenis dan variasinya.
1.5. Dikotomi Linguistika
Dikotomi adalah cara berpikir memahami linguistika secara komprehensif
dengan membandingkan dua hal pada sudut pandang tertentu dengan sudut
pandang yang lain agar sudut pandang tersebut jelas. Ada banyak jenis dikotomi
di dalam linguistika, antara lain :

1. Dikotomi Langue dan Dikotomi Parole


► Dikotomi langue, adalah suatu pemikiran tentang bahasa yang
tidak diucapkan melalui sebuah ujaran, melainkan melalui sebuah
angan-angan.
► Dikotomi parole, adalah sebuah penuturan atau pengucapan dari
seseorang yang tidak mengandung sifat kolektif (gabungan)
melainkan pengungkapannya dilakukan secara individual dan
bersifat sementara.
2. Dikotomi Sinkronis dan Dikotomi Diakronis
► Dikotomi sinkronis, adalah mempelajari suatu bahasa pada kurun
waktu tertentu dan hanya mengenal satu perspektif saja yaitu
perspektif sebagai penutur untuk mengetahui suatu metode yang
mengumpulkan fakta pada suatu hal
► Dikotomi diakronis, adalah membedakan dua perspektif yaitu satu
prospektif yang mengikuti arus waktu, yang lain retrospektif yang
melawan arus waktu
3. Dikotomi Sintagmatik dan Dikotomi Paradigmatik
► Dikotomi sintagmatik, adalah hubungan antara satuan-satuan
bahasa yang mempunyai penyesuaian tertentu secara sistematis
► Dikotomi paradigmatik, adalah satuan-satuan bahasa itu termasuk
dalam satu kelas untuk masing-masing tataran
4. Dikotomi Deskriptif dan Dikotomi Perspektif
► Dikotomi deskriptif, adalah suatu kajian bahasa berdasarkan fakta
nyata dari bahasa itu sendiri
► Dikotomi perspektif, adalah suatu kajian bahasa berdasarkan cara
pandang orang tersebut

1.6 Pembidangan linguistika terbagi menjadi :

1.) Fonologi (Menyelidiki bunyi bahasa menurut fungsinya)


1.1 Fonetika : Penerimaan bunyi bahasa
Fonetik adalah sebuah bidang linguistika yang mempelajari tentang bunyi
bahasa yang teridiri dari pelafalan atau pengucapan bunyi serta pengaruh bunyi
bahasa pada pendengar. Fonetik merupakan subdisiplin makrolinguistika
tepatnya pada bidang interdisipliner. Karena, mempelajari faktor-faktor yang ada
di luar bahasa tetapi faktor tersebut masih berkesinambungan dengan bahasa.
Di dalam fonetik ini juga mempelajari tentang anggota tubuh manusia,
mempelajari alat-alat ucap, gerakan artikulasi, sifat fisik bunyi secara fisiologi,
serta proses neurologis yang berhubungan dengan sistem saraf dan dapat
menghasilkan bunyi. Alat ucap yang dimaksud di dalam fonetika ini dibagi
menjadi dua yaitu : alat ucap secara neurologis dan alat ucap secara wicara. Alat
ucap secara neurologis adalah fisik manusia yang digunakan untuk berbicara
seperti kerongkongan dan mulut. Di dalam proses neurologis ini terjadi pada saat
sesorang sedang berbicara kemudian mengeluarkan bunyi, dimana bunyi
tersebut akan tersalurkan ke dalam sistem saraf yaitu otak dan akan memberikan
sebuah tanggapan. Sedangkan alat ucap secara wicara yaitu mempelajari alat-
alat artikulatoris yang berhubungan dengan bagian tubuh dan dapat
membedakan suatu bunyi. Alat ucapnya yaitu gigi, bibir, dan lidah yang biasa
disebut dengan fonetik artikulatoris. Fonetik artikulatoris mempelajari
mekanisme (cara kerja) alat-alat berbicara dalam menghasilkan suatu bunyi.
Kemudian terdapat juga fonetik akustik yaitu memberikan gelombang bunyi
dengan kegiatan berbicara melalui udara. Dan yang ketiga adalah fonetik
auditoris yaitu penekanan utamanya terletak pada gelombang bunyi yang
berkenaan dengan telinga dan alat pendengar.
Jenis-jenis fonetik terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu fonetik
artikulatoris dan fonetik akustis.
1. Fonetik artikulatoris adalah mempelajari tentang cara-cara bekerja
dalam menghasilkan suatu bunyi. Bunyi-bunyi tersebut dibagi menjadi huruf
konsonan dan vokal. Konsonan digolongkan menjadi beberapa kategori yang
berbeda-beda dan menarik yaitu bersuara atau tak bersuara serta oral atau
nasal. Sedangkan vokal dibagi menjadi tiga dimensi artikulatoris yaitu tingkat
terbukanya mulut, posisi lidah yang tertinggi dan posisi bibir.
2. Fonetik akustis adalah mempelajari bunyi bahasa yang memberikan
gelombang bunyi melalui udara dengan di dahulukan adanya kegiatan berbicara
terlebih dahulu.

1.2 Fonemika : Menyelidiki fonem dalam suatu bahasa


Fonemik adalah pembeda makna tiap-tiap kata atas bunyi bahasa yang
diucapkan oleh manusia. Objek kajian dari fonemik adalah fonem. Fonem adalah
bunyi bahasa yang berguna untuk membedakan makna yang bersumber dari
pengujaran kata manusia.
Objek kajian fonemik adalah fonem. Fonem dibedakan atas vokal dan
konsonan. Vokal di klasifikasikan berdasarkan rendahnya posisi lidah, bagian
lidah yang dinaikkan, bentuk bibir atau bisa juga disebut vokal tinggi, tengah, dan
rendah. Kemudian bisa juga disebut vokal depan, pusat, belakang, vokal bundar,
dan vokal tidak bundar. Konsonan dibedakan menjadi konsonan plosive, afrikat,
frikat, nasal, trill, lateral, dan semivokal. Sedangkan berdasarkan artikulasinya
konsonan dibedakan menjadi bilabial, labiodental, dental, velar, dan glottal.
a.) Alofon, adalah sebuah penjabaran dari fonem. Misalnya fonem /i/
memiliki 4 fonem yaitu terdapat pada kata cita, tarik, ingkar, dan kali.
b.) Khazanah Fonem terdiri dari 6 vokal (a,i,u,e,o) dan 18 konsonan
(p,t,c,k,b,d,j,g,m,n,n,n,s,h,r,l,w,y)
c.) Fonem Segmental. Nomina yang dibunyikan dibagi menjadi 3 suku
kata ba-ha-sa atau dibagi menjadi lebih kecil lagi menjadi b-a-h-a-s-a.
d.) Fonem Suprasegmental : Merupakan sesuatu yang bersamaan berupa
tekanan suara (intonation), panang pendek (pitch) dan getaran suara
yang menunjukkan emosi tertentu.

2.) Morfologi (Mempelajari bagian-bagian kata yaitu morfem)


1.1 Morfofonemik : Proses terjadinya perubahan fonem yang
tampak dalam pembuatan kata akibat
bertemunya satu morfem dan morfem yang
lainnya.
Morfofonemika terdiri dari dua unsur yaitu fonem dan morfem. Fonem
adalah satuan pelafalan bunyi bahasa yang dapat mempunyai makna di dalam
penyampaiannya. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang dimaknai secara
relatif stabil dan tidak dapat dibagi lagi menjadi makna yang lebih kecil. Jadi,
morfofonemik adalah proses terjadinya perubahan fonem yang tampak dalam
pembuatan kata akibat bertemunya satu morfem dan morfem yang lainnya.
Peristiwa dalam proses morfofonemik ini terdapat pada prefiks me-.Proses
Morfofonemik :
1.) Pemunculan Fonem
Pemunculan fonem /y/ dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran
fonem /ay/, /i/, atau /e/ dan diikuti dengan imbuhan di sebelah kanan
kata dasar (sufiks) atau bisa juga diawali dengan vokal /a/.
Pemunculan fonem /w/ dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran
fonem /aw/, /u/, atau /o/ dan diikuti dengan imbuhan di sebelah kanan
kata dasar diawali vokal /a/.
 Pemunculan fonem /a/ dapat dilihat pada penggabungan kata dasar yang
diikuti dengan sufiks.
 Pemunculan fonem /n/ dapat dilihat pada pemilihan kata dasar yang
diawali /c/ dan /j/ yang diberi imbuhan prefiks /me-/, /pe/, serta konfiks
/pe-an/.
 Pemunculan fonem /m/ dapat dilihat pada pemilihan kata dasar yang
diawali dengan morfem /b/, /f/, /p/ pada prefiks /me-/, /pe-/.
2.) Pelesapan Fonem
 Dapat dilihat dalam pemilihan kata dasar yang berakhiran kosonan yang
mendapatkan sufiks berakhiran konsonan.
 Pelesapan fonem /r/ dapat dilihat pada pemilihan kata dasar yang
diawali dengan morfem /r/ pada prefiks /ber-/, /ter-/, /per-/.
3.) Peluluhan Fonem
 Peluluhan fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang diawali fonem /k/
yang mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/ serta imbuhan /me-kan/,
/me-i/, dan /pe-an/.
 Peluluhan fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang diawali fonem /p/
yang mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/ serta imbuhan /me-kan/,
/me-i/, dan /pe-an/.
 Peluluhan fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang diawali fonem /s/
yang mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/ serta imbuhan /me-kan/,
/me-i/, dan /pe-an/.
 Peluluhan fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang diawali fonem /t/
yang mendapat imbuhan prefiks /pe-/, /me-/ serta imbuhan /me-kan/,
/me-i/, dan /pe-an/.
4.) Perubahan Fonem
Perubahan fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang mendapat imbuhan
prefiks /ber-/, /per-/.
Perubahan fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang mendapat imbuhan
prefiks /ter-/.
5.) Pergeseran Fonem
 Pergeseran fonem dapat dilihat dalam kata dasar yang berakhiran vokal dan
diikuti sufiks yang diawali konsonan.
 Pergeseran belakang dapat dilihat dalam kata dasar berakhiran konsonan dan
diikuti oleh sufiks yang diawali dengan vokal.

1.2 Morfemika : Mempelajari fonem


Morfemika adalah sebuah teknik penganalisisan suatu bahasa yang
dikonversi ke dalam morfem atau memiliki sebutan yang lain yakni morfologi.
Morfemika kemudian dibagi lagi menjadi empat cabang kecil yang baru: prefiks,
sufiks, infiks, dan konfiks.
1. Prefiks
Prefiks merupakan morfem yang menjadikan sebuah kata tidak dalam
bentuk aslinya lagi. Hal itu berarti sebuah kata berubah dari bentuk
dasarnya. Ketika suatu kata berubah dari bentuk dasarnya, makna dari
kata tersebut bisa saja berubah.
2. Sufiks
Sufiks adalah salah satu bagian morfem yang terletak diakhir dan memiliki
fungsi yang tidak dimiliki fungsi oleh bagian morfem yang lain.
3. Infiks
Infiks adalah pembentukan kata dengan penambahan sisipan pada
tengah kata yang bisa memiliki arti se-arah dan juga bisa memiliki arti
yang beda dengan kata dasarnya.

3. Sintaksis (Hubungan antara kata dengan kata)


1.1 Sintaktika Frasa : Penyusunan pola kata menjadi struktur kalimat,
dimana pada tiap kata jika dihubungkan dengan
kata yang lain akan mempunyai pernana masing-
masing.
Sintaksis adalah cabang linguistik yang di dalamnya mengkaji tentang
struktur internal kata. Struktur internal tersebut berkaitan dengan frasa, klausa,
dan kalimat. Frasa adalah sebuah gabungan dari dua kata yang mempunyai
makna, kemudian klausa adalah kelompok kata yang terdiri atas subjek dan
predikat, serta kalimat adalah sebuah rangkaian kata yang telah tersusun dengan
baik dan di dalamnya memiliki arti. Jadi, sintaktika frasa adalah penyusunan pola
kata menjadi struktur kalimat, dimana pada tiap kata jika dihubungkan dengan
kata yang lain akan mempunyai pernana masing-masing.
Jenis-jenis sintaktika frasa dibagi menjadi tiga, yaitu Sintaktika Frasa :
Frasa Nominal, Tipe Nomina + Nomina, Sintaktika Frasa : Frasa Nominal, Tipe
Nomina + Non Nomina dan Frasa Adposisional, Ajektival, dan Adverbial. Di dalam
sintaktika frasa, terbagi lagi jenis-jenis frasa.
1.) Sintaktika Frasa : Frasa Nominal, Tipe Nomina + Nomina
Frasa nomina terdiri atas nomina induk dan atribut.
Frasa nomina dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
Frasa Nomina Modikatif : Frasa yang sebagian katanya tidak
sama dengan kata lainnya dan berperan sebagai keterangan
atau pelengkap.
 Frasa Nomina Koordinatif : Frasa yang memiliki gabungan yang
sama dan gabungan katanya sebagai unsur inti.
 Frasa Nomina Apositif : Frasa yang sebagian gabungan kata
merupakan pengganti unsur inti.

2.) Sintaktika Frasa : Frasa Nominal, Tipe Nomina + Non Nomina


 “Hierarki Penyambungan” antara induk dan atribut : Semakin tinggi
frasa yang digunakan, maka semakin rapat sambungan antara induk
dan atribut.
Frasa dengan atribut relatif : Anteseden, Klausa Pembatas dan Klausa
Pembuka, Konstituen.
Anteseden dan Klausa relatif tersusun secara beruntun
Identifikasi antiseden
Konstituen “Perelatif”
Konstituen “Perelatif” berupa perangkai
Frasa Adverbial
Frasa dengan atribut non nominal
Frasa nominal tanpa induk
Frasa nominal konjungsional

3.) Frasa Adposisional, Ajektival, dan Adverbial


Sintaktika frasa dipandang menurut struktur intrafasalnya dan struktur
ekstrafasalnya.
 Frasa Adposisional
Terdiri dari adposisi sebagai induk dan kata frasa nominal sebagai
konstituen bawahan.
 Frasa Ajektival
Terdiri dari ajektiva sebagai induk dan konstituen bawahannya.
 Frasa Adverbial
Terdiri atas adverbial sebagai induk dan adverbial lain sebagai
konstituen bawahan

1.2 Sintaktika Klausa : Membahas struktur dalam kalimat yaitu S,P,O,K


sehingga menjadi sebuah kalimat
Sintaksis adalah susunan antarkata dalam suatu kalimat. Sedangkan
klausa adalah kumpulan kata yang terdiri dari subjek (s) dan predikat (p). Jadi,
sintaktika klausa merupakan aturan tata letak bahasa yang bersifat predikatif dan
berpotensi untuk menjadi sebuah kalimat. Sintaktika klausa membahas struktur
dalam kalimat yaitu S,P,O,K sehingga menjadi sebuah kalimat. Sebuah kalimat
yang baku dan efektif harus melewati (S,P,O,K) terlebih dahulu.
Tipe-tipe predikat yang terdapat pada sintaksis klausa ada tiga, yaitu :
predikat ekuasional(penyama), predikat dengan verba bervalensi satu, dan
predikat dengan verba yang bervalensi dua atau tiga.
1.) Predikat penyama yaitu menyamakan suatu proses pada tempat
predikat. Di dalam predikat ini terdapat kopula(kata hubung) yang
tidak berupa verbal.
2.) Predikat verbal dibagi menjadi dua yaitu : Verba Intransitif dan Verba
Transitif.
1.) Verba Intransitif merupakan penggolongan menurut
valensi, yaitu bervalensi satu. Verba intransitif dapat dibedakan
menurut sifat semantisnya yaitu mengandung makna “tindakan”
atau “verba penindak”.
2.) Verba Transitif merupakan penggolongan vaensi yang bervalensi
lebih dari satu, yakni dua atau tiga. Di dalam verba ini dihasilkan
sesuatu yang diungkapkan dalam objek. Peran subjek disebut
sebagai peran “Pelaku”.
3.) Predikat tunggal dan Predikat Serial
Predikat verbal tunggal adalah predikat dengan verba utama yang
hanya satu. Sedangkan predikat serial adalah struktur prdikatif
dengan verba utama yang lebih dari satu (biasanya: dua) sehingga
tidak ada verba yang tergantung dari verba lainnya.

1.3 Sintaktika Kalimat : Sebuah kata bisa terhubung


menjadi satu kesatuan kalimat yang utuh
Sintaktika kalimat adalah sebuah disiplin ilmu yang didalamnya mengkaji
tentang bagaimana sebuah kata bisa terhubung menjadi satu kesatuan kalimat
yang utuh dan memiliki struktur.
Intonasi Kalimat, ketika pembicara mengucapkan suatu ujaran, kemudian
terjadi perubahan pada pola nada, maka itulah yang dimaksud dengan intonasi.
Jadi, dapat dikatakan bahwa pembicara menghasilkan nada yang berubah-ubah
setiap mengucapkan suatu perkataan atau kalimat. Ketika mengucapkan ujaran,
pasti ada jeda dalam setiap pengucapan kalimat. Sehingga seseorang dapat
menghasilkan nada intonasi yang berbeda-beda. Dalam kaitannya dengan
sintaktika kalimat, pendapat ini menunjukkan perubahan pola nada dalam
mengucapkan suatu kalimat merupakan penanda adanya intonasi dalam kalimat.
1. Jenis Kalimat
Kalimat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Kalimat Mayor dan Minor
Menurut Chaer(2014:247) Kalimat mayor dan kalimat minor
dibedakan berdasarkan kelengkapan klausa yang membentuk kalimat
tersebut. jika klausanya lengkap, paling tidak memiliki subjek dan predikat,
maka kalimat tersebut di sebut kalimat mayor.
Sedangkan kalimat minor merupakan kalimat yang klausanya tidak
lengkap. Entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, maupun
keteranan saja.

2. Kalimat Inti dan Non Inti


Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari subjek dan predikat
yang lengkap dan bersifat memberi informasi yang aktif atau netral, dan
memiliki makna positif. Kalimat inti merupakan pola kalimat yang
merupakan dasar struktur bahasa dan ditandai oleh :
a. Bentuk sederhana, subyek yang dinyatakan sebagai nomina,
kejadian dinyatakan sebagai verba, dan abstraksi dinyatakan
sebagai ajektiva.
b. Ungkapan yang memiliki makna lain yang kecil dalam segala hal
c. Bentuk eksplisit, yang mencakup semua informasi dengan jelas
dan tidak berbelit.
Sedangkan kalimat non inti biasanya berhubungan dengan kalimat
inti, perubahannya biasanya berupa: mengubah kalimat yang aktif menjadi
kalimat yang pasif, mengubah struktur kalimat yaitu dengan menaruh
keterangan sebelum subjek, dan mengubah kalimat yang bermakna positif
menjadi kalimat yang bermakna negatif.

3. Kalimat majemuk dan tunggal


Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas 2 klausa atau
lebih, kalimat majemuk juga dapat terbentuk dari klausa gabungan yaitu
klausa yang harus digabungkan dengan klausa lain yang dapat berupa
koordinatif dan subordinatif. (Veerhar, Kridalaksana 2009:106)
Sedangkan Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas 1 klausa
atau disebut dengan klausa mandiri. (Veerhar, Kridalaksana 2009:105)

4. Kalimat bebas dan terikat


Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk
menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf tanpa kalimat
lain yang menjelaskan. (Abdul Chaer 2004:252)

Sedangkan Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak pernah muncul


pada awal wacana dan masih membutuhkan kalimat lain sebagai penjelas.
(Kridalaksana 2009:106)

4.) Semantik : Makna dari suatu kata


Penyelidikan makna kata didasarkan atas hubungan referensi serta
denotasi (makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjuk
yang lugas pada sesuatu di luar bahasa yang didasarkan konvensi
(persetujuan tersirat diantara penutur-penutur bahasa untuk
mempergunakan kaidah-kaidah yang sama dalam berkomunikasi) tertentu
dan sifatnya obyektif.
Klasifikasi Relasi Semantik :
1. Sinonim
Sinonim atau sinonimi merupakan hubungan yang menyatakan
kesamaan makna antara satu satuan ucapan dengan ucapan
lainnya (Chaer, 2014:297). Dua buah ucapan yang bersinonim
maknanya tidak akan sama persis.
2. Antonim
Antonim atau antonimi merupakan hubungan antara suatu ujaran
dengan ujaran lain yang menyatakan perbedaan makna,
pertentangan, kontras, atau berkebalikan.
Daftar Acuan :
Kridalaksana, H. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Lyons, J. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
Chaer, A. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka cipta.
Robins, R. H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Saussure, Ferdinand (1988). Pengantar Linguistik Umum . Yogyakarta: Gajah
Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai