Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mukhamad Nur Khasib

NIM : 18020074095
Kelas : PB 2018
Inovasi Pembelajaran Drama dengan Metode Quantum Teaching dan Cycle
Learning
Pembelajaran drama yang terjadi pada tataran praktis seringkali belum
menghasilkan pembelajaran yang efektif. Hal tersebut terlihat dari kurangnya pemberian
materi yang berkaitan tentang kemampuan memerankan tokoh drama. Seringkali guru
langsung memberikan tugas pada siswa untuk membaca atau memahami suatu naskah
drama, kemudian siswa diminta memerankan drama tersebut. Sehingga siswa cenderung
memerankan tokoh drama tersebut dengan asal-asalan, dan cenderung hanya untuk
memenuhi tugas dari guru.
Banyak pengamat menilai pengajaran sastra selama ini berlangsung monoton, tidak
menarik, bahkan membosankan. Siswa selama ini tidak diajak untuk menjelajah dan
menggauli keagungan nilai yang terkandung dalam teks sastra drama, tetapi sekedar
dicekoki dengan pengetahuan-pengetahuan tentang sastra drama yang bercorak teoritis
dan hapalan. (Pusat Bahasa, www.com.pusat bahasa.go.id).
Untuk mengatasi masalah tersebut, ada beberapa metode yang dapat diterapkan
untuk kegiatan pembelajaran drama. Pertama, metode Quantum Teaching dan kedua,
metode Cycle Learning.
Mengutip dari buku Bobbi DePorter (2010: 34) Quantum Teaching bersandar
pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke
Dunia Mereka.” Inilah asas utama alasan dasar dibalik segala strategi, model,
keyakinan Quantum Teaching. Hakikatnya quantum teaching adalah untuk siswa. Guru
harus mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat,
dan potensi siswa dapat berkembang. Pembelajaran Quantum bersandar pada konsep
“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.”
Prosedur umum yang harus dilakukan oleh guru dalam proses Quantum Teaching antara
lain adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Langkah
pembelajaran Quantum Teaching dikenal dengan sebutan TANDUR, yaitu terdiri dari :
 Tumbuhkan
Guru membuat pertanyaan tentang kemampuan siswa dengan memanfaatkan
pengalaman siswa dan mencari tanggapan, manfaat serta komitmen siswa. Guru
membuat strategi dengan melakukan aplikasi ataupun cerita tentang pelajaran yang
bersangkutan.
 Alami
Guru memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa berdasarkan
pengalaman siswa dan mampu mengasah otak siswa agar dapat menyelesaikan
masalah. Siswa dapat memahami informasi ataupun kegiatan serta memanfaatkan
fasilitas yang ada sesuai dengan kebutuhan siswa.
 Namai
Pemberian nama (simbol-simbol) ataupun identitas dan mendefinisikan suatu
pertanyaan. Guru mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar
dengan menggunakan gambar, warna, alat bantu, kertas atau alat yang lainnya.
Siswa dapat mengetahui informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya
berdasarkan pengalaman agar pengetahuan tersebut berarti.
 Demonstrasikan
Guru memberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan
siswa ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupannya. Siswa dapat
memperagakan atau mengaplikasikan tingkat kecakapannya dengan pelajaran.
 Ulangi
Guru mengulangi hal-hal yang kurang jelas bagi siswa. Siswa dapat dengan
mudah memahami dan mengetahui pelajaran tersebut. Guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan kepada siswa yang lain.
 Rayakan
Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong siswa memperkuat rasa
tanggung jawab dan mengamati proses belajar sendiri. Perayaan tersebut akan
mengajarkan siswa mengenai motivasi belajar, kesuksesan, langkah menuju
kemenangan. Pujian yang didapatkan akan mendorong siswa agar tetap dalam
keadaan bersemangat dalam proses belajar mengajar atau lebih mudahnya
memberikan apresiasi.

Metode yang kedua yaitu Cycle Learning, Cycle Learning merupakan salah satu
metode pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan konstruktivisme.
Konstruktivisme merupakan suatu proses membangun atau menyusun suatu pemahaman
terhadap pengetahuan yang baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman
nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekelilingnya.
Langkah pertama yaitu Engagement (keterlibatan). Pada tahap ini kegiatan pokok
pembelajaran bertumpu pada upaya bagaimana meningkatkan minat siswa sambil
menilai pemahaman awal siswa terhadap pembelajaran drama, misalnya melalui suatu
kegiatan apersepsi. Selama fase ini, guru meminta siswa untuk menulis pengalaman
pribadi (baik menarik atau tidak menarik), pengalaman pribadi bisa dari diri sendiri atau
dari orang lain. Langkah kedua yaitu Exploration (Eksplorasi). Pada tahap ini, para
siswa berkesempatan terlibat secara langsung dengan fenomena yang diselidiki dan
bahan-bahan kajian. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang berisi 5
orang untuk mendiskusikan dan memilih pengalaman dari siswa mana yang dirasa
terbaik dan menarik dikelompok tersebut. Mereka bekerja sama dalam suatu tim, lalu
mengalami pengalaman bersama dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang
esensi pokok pembelajaran drama. Langkah ketiga yaitu Explanation (Penjelasan). Pada
tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah
dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya. Pada tahap ini, masing-masing
perwakilan kelompok (1 orang) maju untuk mempresentasikan cerita pengalaman yang
telah mereka pilih. Langkah keempat yaitu Elaboration (Elaborasi). Pada tahap ini,
siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan barunya dan secara
berkesinambungan melakukan eksplorasi dan implikasi ini. Guru memilih salah satu
cerita pengalaman yang menarik dari beberapa kelompok yang telah dibentuk tadi untuk
dijadikan naskah drama yang akan ditampilkan. Langkah kelima yaitu Evaluation
(Evaluasi). Pada tahap ini, baik siswa maupun guru menilai sejauh mana terjadi
pembelajaran dan pemahaman. Dalam hal ini, guru menilai sejauh mana para siswa
memperoleh pemahaman tentang konsep-konsep pembelajaran drama dan memperoleh
pengetahuan baru.
Kedua metode tersebut jika dikombinasi pada pembelajaran dapat
membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak
fisik dengan aktivitas intelektual; memunculkan suasana belajar yang lebih baik,
menarik dan efektif; mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotor siswa; memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran
secara visual, auditori dan intelektual: meningkatkan motivasi belajar siswa karena
pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran artinya mampu
memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih efektif dan menambah rasa
keingintahuan siswa; membantu mengembangkan sikap ilmiah pelajar, artinya melatih
siswa belajar melakukan konsep melalui kegiatan eksperimen; pembelajaran lebih
bermakna, artinya Guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang
saling mengisi satu sama lain; memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir,
mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah mereka
pelajari.
Pembelajaran drama tidak semata-mata bertujuan untuk mendidik atau melatih
peserta didik menjadi dramawan atau aktor drama, melainkan lebih ke arah pengalaman
berapresiasi drama, dengan begitu pendidikan mengarahkan siswa untuk memupuk
minat, menghargai dan memiliki selera positif terhadap drama. Apresiasi drama tidak
akan cukup apabila tidak diimbangi dengan tahap mementaskan atau melakukan
pementasan drama. Pentingnya pementasan drama tersebut, siswa harus diarahkan
untuk melakukan pementasan drama.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : MA Diniyah Turi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Pembelajaran Drama
Alokasi Waktu : 90 Menit
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menulis pengalaman pribadi dan melihat video drama, peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan dalam drama yang
ditulis atau ditonton.
2. Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan.
B. Media Pembelajaran, Alat/Bahan, Sumber Belajar
Media Pembelajaran : Karikatur, vidio drama, dan naskah drama
Alat / Bahan : Laptop, gawai, buku tulis, bolpoin, Power Point
Sumber Belajar :Buku Bahasa Indonesia kelas XI, lingkungan sekitar, internet
C. Langkah – Langkah Pembelajaran :

Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)


Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, berdoa dan presensi.
Menceritakan bahwa bermain drama atau akting sebenarnya merupakan hal biasa dan mungkin pul
dilakukan oleh para peserta didik.
Menjelaskan tentang pentingnya kemampuan dalam bermain drama sehingga bisa mengantarkan s
menjadi terkenal dan menjadi dramawan atau aktor/aktris.
Mengaitkan paparannya itu dengan kepentingan pembelajaran drama.
Kegiatan Inti (60 Menit)
Computating Logical (Literasi) Peserta didik melihat video drama, kemudian menuliskan hal-
pengalaman pribadi untuk dijadikan naskah drama.
Critical Thingking (Berpikir Kritis) Peserta didik menganalisis berbagai pertanyaan yang berkaitan d
dan kebahasaan dalam drama.
Collaboration (Kolaborasi) Peserta didik membentuk kelompok 4-5 orang untuk mem
mendiskusikan dan memilih naskah drama yang isi dan kebaha
sesuai.
Creative and Inovative (Kreatif dan Peserta didik memperbaiki naskah drama yang belum sesuai
Inovatif) kebahasaannya menggunakan media karikatur.
 Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok mengena
kebahasaan dalam naskah drama di depan kelas.
Communication (Komunikasi)
 Kelompok lain mengajukan tanggapan, pertanyaan dan
terhadap presentasi yang telah disampaikan oleh kelompok lain
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik maupun guru menilai sejauh mana terjadi pembelajaran dan pemahaman tentang konsep
pembelajaran drama dan memperoleh pengetahuan baru.
D. Penilaian
1. Identifikasilah isi dan kebahasaan dalam naskah drama yang ditulis atau ditonton dengan lisan dan
tulis.
2. Demonstrasikan naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan.
Mengetahui Lamongan, 18 Oktober 2020
Kepala MA Diniyah Turi Guru Mata Pelajaran

Drs. MIFTAHUL MUFID, M.Ag MUKHAMAD NUR KHASIB, M.Pd


NIP 19610729 198112 1 002 18020074095

Anda mungkin juga menyukai