Anda di halaman 1dari 8

APA ITU LINGUISTIK?

LINGUISTIK Berdasarkan Kamus:


Hassan Shadily (1977: ): Linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Tujuan
utamanya ialah mempelajari suatu bahasa secara deskriptif. Mempelajari bahasa berdasarkan
sejarah atau ilmu perbandingan bahasa, berarti mempelajari hubungan satu bahasa dengan
bahasa lainnya. Jadi, berdasarkan kamus linguistik bermakna ilmu bahasa atau metode
mempelajari bahasa.

APA LINGUISTIK Secara etimologis:


Linguistik lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama dengan langue, langage (Perancis)
berpadanan dengan lengua (spanyol) dan lingua (Italia)Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana
swiss yang merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de linguistique
générale (1916) mengemukakan istilah langage, langue dan paroleLangage dalam bahasa
Perancis berarti bahasa pada umumnyaLangue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa
tertentu misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll.Parole berarti logat,
ucapan, perkataan (speech Ingris)Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi
langue dan langage dalam bahasa Perancis.

Manfaat studi Linguistik Setiap ilmu, betapapun teoretisnya, tentu mempunyai manfaat
praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik. Kita bisa bertanya manfaat
apakah yang diberikan linguistik kepada kita. Bagi linguistik sendiri, pengetahuan yang luas
mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan
tugasnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra, linguistik akan membantunya dalam
memahami karya-karya sastra dengan lebih baik. Sebab bahasa, yang menjadi objek
penelitian linguistik, merupakan alat pelahiran karya sastra. Tidak mungkin kita dapat
memahami karya sastra dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan mengenai hakikat
dan struktur bahasa dengan baik. Apalagi kalau mengingat bahwa karya sastra
menggunakan ragam bahasa khusus yang tidak sama dengan bahasa pada umumnya. Bagi
guru, terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi, sampai dengan pengetahuan
mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana
mungkin seorang guru bahasa dapat melatih keterampilan berbahasa kalau dia tidak
menguasai fonologi? Bagaimana mungkin dia dapat melatih keterampilan menulis
(mengarang) kalau dia tidak menguasai ejaan, morfologi, sintaksis, semantik, dan
leksikologi? Selain itu, sebagai guru bahasa dia tidak hanya harus melatih keterampilan
berbahasa, tetapi juga harus menerangkan kaidah-kaidah bahasa dengan benar.
Mengapa? Misalnya, me- + baca menjadi membaca, sedangkan me- + dengar menjadi
mendengar. Dia harus bisa menjelaskan kaidah tersebut. Bukan hanya mengatakan,
memang begitulah seharusnya. Antara pengajaran bahasa dengan linguistik memang ada
pandangan yang bertentangan. Pengajaran bersifat preskriptif atau normatif, sedangkan
linguistik bersifat deskriptif. Maka di tangan guru yang memahami linguistik kedua
pandangan yang berbeda itu bisa dipahami. Dia akan dapat merumuskan kaidah-kaidah
preskriptif dan kaidah-kaidah deskriptif, sehingga pengajaran dapat berhasil dengan baik.
20 Linguistik umum Sebetulnya bukan hanya guru bahasa yang harus mempunyai
pengetahuan linguistik, pembaca umum pun harus juga memi liki pengetahuan itu
seperlunya. Sebab sebagai guru dia juga terlibat dengan urusan bahasa setiap saat. Dia
juga harus menjelaskan mata pelajaran bidang studinya dengan bahasa. Kalau mereka
mempunyai pengetahuan linguistik, maka mereka akan dapat dengan lebih mudah
menyampaikan mata pelajarannya. Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak
diperlukan dan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik
saja, melainkan juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan linguistik kontrastif.
Seorang penerjemah bahasa Inggris - Indonesia harus bisa menerjemahkan, misalnya, my
brother menjadi kakak saya, adik saya, atau cukup saudara saya saja. Juga bagaimana
struktur kalimat tanya What is your name? harus diterjemahkan menjadi Siapa namamu?
dan bukan menjadi Apa namamu?, padahal what berarti ‘apa’. Bagi penyusun kamus atau
leksikografer, penguasaan semua aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua
pengetahuan linguistik akan memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya. Untuk bisa
menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan ejaan atau grafem fonem-fonem
tersebut dan juga memahami seluk beluk bentuk dan pembentukan kata, struktur frase,
struktur kalimat, makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan makna
idiomatikal, serta latar belakang sosial bahasa tersebut. Tanpa pengetahuan semua aspek
linguistik, kiranya tidak mungkin sebuah kamus dapat disusun. Pengetahuan linguistik juga
memberi manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik
akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam penyusunan kalimat yang tepat
dan memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut. Tentunya
buku yang diperuntukkan bagi anak sekolah dasar harus berbeda bahasanya dengan yang
diperuntukkan bagi anak sekolah lanjutan atau bagi perguruan tinggi, maupun bagi
masyarakat umum.

Tujuan mempelajari linguistik adalah agar pembelajar bahasa mampu


menggunakanya untuk berkomunikkasi secara baik, benar, dan lancar.
Tujuan ini dekat kaitannya dengan pengajaran bahasa seperti yang ada di
sekolah dan lembaga kursus

Ruang lingkup Linguistik:


Saat kita membicarakan ruang lingkup linguistik, kebanyakan orang akan menyebutkan
pembagian kajian linguistik berdasarkan objek yang dikajinya. Tentunya, objek kajian dari
linguistik adalah bahasa. Namun, bahasa sendiri terdiri dari beberapa komponen
pembentuknya bukan? berikut adalah pemaparan dari berbagai cabang kajian linguistik
tersebut.

1.Fonetik
Fonetik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari proses ujaran. Fonetik akan
berhubungan dengan anatomi tubuh yang menghasilkan bunyi, khususnya organ-organ
tubuh yang terlibat dalam proses penghasilan ujaran. Studi fonetik umumnya terdiri atas
tiga bagian utama, yakni:

 Fonetik akustik, yang berupaya menjelaskan bunyi-bunyi ujaran sebagai suatu


proses fisik. Biasanya kajian ini membutuhkan alat spektograf yang dapat
memperlihatkan gelombang bunyi udara. Alat tersebut mampu menggambarkan
intensitas dan volume ujaran sehingga para linguis dapat menggambarkan bunyi-
bunyi tersebut secara konkret melalui wujud fisiknya.
 Fonetik auditoris, merupakan studi fonetik yang mempelajari proses
penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Cabang ini boleh dibilang lebih dekat
dengan kajian kedokteran dibandingkan dengan linguistik.
 Fonetik artikulasi, merupakan studi fonetik yang mempelajari bagaimana bunyi-
bunyi bahasa dihasilkan oleh alat atau organ tubuh manusia. Fonetik artikulasi lebih
banyak memberikan sumbangan bagi linguistik dibandingkan dengan fonetik

aktistik dan atiditoris. Karena, cabang ini menganalisis bunyi-bunyi bahasa secara
mendetail berdasarkan konteks bahasanya, bukan organ tubuh penghasil bahasa
yang lebih condong ke dunia medis. Contohnya, bagaimana bunyi [p] dan [b]
dihasilkan oleh alat ucap manusia.

2. Fonologi
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau
mengidentifikasi kata. Objek penelitian fonologi adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata

3. Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang menganalisis struktur, bentuk dan pembentukan,
serta klasifikasi kata-kata. Objek penelitiannya adalah morfem, yakni satuan gramatikal
terkecil yang mempunyai makna. Contoh morfem adalah imbuhan, misalnya (me-an, me-
kan, dsb) atau partikel (-kah, -lah).

4. Sintaksis
Sintaksis merupakan kajian bahasa (lingusitik) yang membahas tentang hubungan antar
kata yang ada dalam tataran pengucapan atau penulisan. Sederhananya, sintaksis adalah
suatu cabang ilmu bahasa yang membahas kandungan satuan apa saja yang terkandung
dalam suatu tulisan, khususnya kalimat.

5. Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna bahasa. Sebetulnya, makna
adalah hal yang paling sulit untuk dikaji. Bahkan, para linguis strukturalis biasanya
menanggalkan kajian ini karena dianggap tidak dapat diteliti secara empiris. Makna itu
terlalu relatif dan sangat tergantung dari penutur dan konteks sekitarnya.
Cabang Linguistik Berdasarkan Tujuan:

1. Linguistik umum
Linguistik umum (general linguistics) merumuskan bahwa semua bahasa manusia
bersifat alamiah. Sehingga, hasil kajian linguistik umum memberikan gambaran
seluk beluk bahasa sehingga dapat menghasilkan teori kebahasaan. Linguistik
umum memberikan ciri umum bahasa yang diuraikan secara sederhana, umum,
tepat, dan objektif. Selain itu, kajian ini juga memberikan informasi umum
mengenai teori, prosedur kerja, dan paham-paham yang berkembang dalam
linguistik.
2. Linguistik terapan
Linguistik terapan (applied linguistics) adalah ilmu yang berusaha menerapkan hasil
penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis atau hal nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai linguistik terapan, bahasa berfungsi sebagai alat,
yaitu alat dalam pengajaran bahasa sehingga peserta didik mampu menggunakan
bahasa yang dipelajari. Istilah applied linguistics dipopulerkan di Amerika Serikat
pada tahun 1940. Ketika itu, ilmu ini bertujuan untuk membantu kemajuan
pengajaran bahasa.
3. Linguistik teoretis
Linguistik teoretis adalah ilmu yang berusaha mengamati bahasa dari segi struktur
bahasa itu sendiri. Ilmu ini berusaha memahami bahasa melalui kegiatan-kegiatan
berbahasa. Bahasa dalam linguistik teoretis ini tidak dipandang sebagai alat, tetapi
di pandang sebagai bahasa. Linguistik teoretis adalah upaya untuk memahami
bahasa, tidak untuk ditumpangtindihkan dengan teori linguistik yang digunakan
sebagai landasan analisis ketika mengadakan penelitian linguistik.
4. Sejarah linguistik
Sejarah bahasa tidak dapat disebutkan sebagai salah satu subdisiplin linguistik
karena ia berada di dalam linguistik khusus itu sendiri. Sebaliknya, sejarah linguistik
dapat membawa kita pada pengetahuan perkembangan linguistik dari masa ke
masa, sehingga dapat diketahui apa saja yang sudah dilakukan dalam penelitian
linguistik. Hasil penelitian dari masa ke masa tersebut dapat dibandingkan satu
dengan yang lainnya agar diketahui perkembangan-perkembangan bahasa yang
terjadi.
Linguistik Berdasarkan Aspek Pendekatan Objek

 Linguistik deskriptif,
Tervoort, (1977, hlm. 22) mengatakan bahwa linguistik deskriptif adalah
ilmu yang mengkaji bahasa yang digunakan penutur ketika penutur
sedang mengadakan penelitian dan analisis data. Dapat dikatakan
bahwa linguistik deskriptif adalah ilmu yang melihat bahasa apa adanya.
 Linguistik sinkronis,
adalah linguistik yang mengkaji bahasa pada kurun waktu tertentu
(dalam satu waktu).
 Linguistik diakronis,
merupakan linguistik yang mempelajari perkembangan bahasa dari
masa ke masa (Pateda dalam Dhanawaty, dkk, 2014, hlm. 49).
Contohnya, perkembangan bahasa Bali dari masa lalu hingga masa kini.
 Linguistik historis komparatif,
adalah linguistik yang mempelajari perbandingan antara bahasa-bahasa
yang sekerabat.
 Linguistik konstrastif,
merupakan linguistik yang mempelajari perbandingan antara bahasa-
bahasa yang tidak sekerabat. Penelitian linguistik konstrastif membatasi
kajiannya pada bandingan-bandingan bahasa pada periode tertentu.
Linguistik konstrastif dipelopori oleh Robert Lado.

Aliran linguistik

 Aliran Struktural Aliran


linguistik struktural mempunyai asumsi dan hipotesis tentang bahasa
berdasarkan pada hasil pemakaian yang otonom. Asumsi dan hipotesis
tentang bahasa diuji atau diverifikasi dengan data bahasa baik yang  lisan
maupun yang tertulis. Teori kebahasaan  struktural lebih mendasarkan diri
pada data-data bahasa yang empiris. Hal Ini  berarti dapat dimulai dari
perekaman bahasa yang diujarkan. Pada awal abad XX di Perancis lahir aliran
linguistik  struktural. Aliran ini lahir bersamaan dengan diluncurkannya buku
”Course de linguistique  Generale” karya Saussure tahun 1916. Ferdinad de
Saussure(1857-1913) yang juga dikenal sebagai Bapak Strukturalisme dan
sekaligus Bapak Linguistik  Modern dengan pandangan-pandangan yang
dimuat dalam bukunya.

 Aliran Deskriptif
Menurut bahasa, linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau menelaah
tentang tata bahasa, sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya.
Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia apa adanya. Linguistik deskriptif, artinya
mendeskripsikan bahasa secara apa adanya. Objek kajian linguistik deskriptif
adalah fonologi, morfologi, sintaksis,  dan semantik.  Aliran deskriptif adalah
aliran yang memberikan deskripsi (pemerian) dan analisis bahasa.  Aliran lahir
pada akhir abad ke  XIX dan permulaan abad XX ketika Saussure sedang
mengajukan ide-idenya di Eropa, muncul linguistik sinkronis di Amerika di
bawah pelopor Franz Boas. Dalam aliran ini muncul beberapa tokoh penting
seperti Franz Boas dan Leonard Bloomfield. Boas dan teman-temannya
memberikan perhatian yang besar pada penguraian struktur bahasa-bahasa
Indian.Oleh sebab itu, mereka disebut juga golongan deskriptif.  Kaum deskriptif
ini berusaha keras membangun teori-teori bahasa yang abstrak dan bersifat
umum berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dilakukannya. Menurut Boas,
tidak ada satu bahasa yang merupakan bahasa ideal yang menjadi ukuran
bahasa-bahasa lainnya. Selain itu, sekelompok pemakai bahasa tertentu tidak
berhak mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh kelompok lainnya tidak
rasional.  Yang benar adalah pada setiap bahasa terdapat kategori-kategori logis
tertentu yang harus digunakan pada bahasa tersebut. Bagi Boas bahasa
hanyalah merupakan tuturan artikulasi, yaitu bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh
alat-alat artikulasi. Kunci dasar pemikiran Boas terletak pada kesadarannya,
yang muncul dalam masa perjalananya (ke Tanah Baffin pada 1883-
1844).Karyanya berupa buku Handbook of American Indian Languages (1911-
1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat
uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan
untuk mengungkapkan makna.  Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah
berjudul International Journal of American Linguistics.  Perbedaan utama antara
tradisi Boas dan Saussure ialah terletak pada hakikat tentang bahasa. Saussure
mengikat perhatian kepada para sarjana dengan  menemukan cara baru untuk
mengamati fenomena yang sudah lama dikenal dan sudah tidak lagi
mengherankan bagi mereka. Boas dan  rekan-rekannya berhadapan dengan
masalah-masalah praktis untuk menghasilkan bagaimana bentuk struktur yang
ada dalam berbagai bahasa yang diucapkannya. Aliran deskriptif bertujuan
untuk memikirkan pembuat teori linguistik yang abstrak sebagai alat untuk
menyelesaikan  deskripsi bahasa-bahasa tertentu dengan praktis dan sukses.
Salah satu ciri dari aliran yang dipelopori oleh Boas adalah  relativisme. Menurut
aliran ini tidak ada bahasa yang ideal, di mana bahasa-bahasa yang sebenarnya
lebih dekat atau agak jauh hubungannya. Boas juga berusaha keras membantah
aliran Romantis abad XIX yang menganggap bahwa bahasa adalah kerangka jiwa
suatu bangsa.Bahwa bangsa dalam arti keturunan, bahasa dan kebudayaan
adalah tiga masalah terpisah yang jelas berjalan bersama-sama

 Aliran Fungsional
Aliran Linguistik fungsional dipelopori oleh Roman Jakobson dan Andre
Martinet, kehadirannya sangat berarti dalam upaya menjembatani
kesenjangan (gap) antara linguistik struktural Amerika dan Eropa.Linguistik
struktural (Eropa) banyak dipengaruhi oleh gagasan fungsi-fungsi linguistik
yang menjadi  ciri khas aliran Praha. Trubeckoj terkenal mengembangkan
metode-metode deskripsifonologi, maka R. Jakobson terkenal karena telah
menyatakan dengan pasti pentingnya fonologi diakronis yang mengkaji
kembali dikotomi-dikotomi F. de Saussure antara lain dikotomi yang
memisahkan dengan tegas sinkronis dan diakronis.Andre Martinet banyak
mengembangkan teori-teori aliran Praha. Dengan tulisannya tentang
netralisasi dan segmentasi dan telah memperkaya dalam pengembangan
studi linguistik, terutama fonologi deskriptif, fonologi diakronis, sintaksis, dan
linguistik umum. Disamping ia menerapkan metode dan linguistik modern,ia
juga  menaruh perhatian yang luar biasa pada kenyataan bahasa
aktual.Gagasan Jakobson merupakan pengembangan dari pemikiran-
pemikiran aliran Praha.  Selain fungsi linguistik sebagai ciri khas sekolah
Praha, Jakobson juga menyoroti fungsi-fungsi unsur tertentu dan fungsi-
fungsi aktivitas linguistik itu sendiri.Jakobson memandang suatu tindak
linguistik dari enam sudut, yaitu (1) dalam hubungan dengan pembicara, (2)
pendengar, (3) konteks, (4) kontak, (5) kode, dan (6) pesan. Sehingga
ditemukan enam fungsi, yaitu: (a) ekspresif, berpusat pada pembicara, yang
ditujukan oleh interjeksi-interjeksi; (b) konatif, berpusat pada pendengar,
yang ditujukan oleh vokatif dan imperatif; (c) denotatif, berpusat pada
konteks, yang ditujukan oleh pernyataan-pernyataan faktual, dalam pelaku
ketiga, dan dalam suasana hati indikatif; (d) phatic, berpusat pada kontak,
yang ditujukan oleh adanya jalur yang tidak terputus antara pembicara dan
pendengar. Misalnya, dalam pembicaraan melalui telepon, kata-kata ‘hello,
ya..ya…, heeh’ yang dipergunakan untuk membuat jelas bahwa seseorang
masih mendengarkan dan menunjukan jalur percakapan tidak terputus; (e)
metalinguistik, berpusat pada kode; yang berupa bahasa pengantar ilmu
pengetahuan, biasanya berisi rumus-rumus atau lambang tertentu; dan (f)
puitis, berpusat pada pesan Selanjutnya, gagasan dan pandangan Jakobson
lain adalah telaah tentang  aphasia  dan bahasa kanak-kanak.  Aphasia  yang
dimaksud adalah gejala kehilangan kemampuan menggunakan bahasa lisan
baik sebagian maupun seluruhnya, sebagai akibat perkembangan yang
salah.

Anda mungkin juga menyukai