PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penulisan buku ini dilatar belakangi oleh adanya isu-isu
bahasa dan linguistik yang mengharuskan kita mempelajari
dan mengkaji sejarah dan perkembangannya sehingga
mahasiswa, pembaca dan masyarakat luas memahami secara
mendalam tentang kajian bahasa dan ilmu linguistik
khususnya mengenai sejarah, bagian-bagian linguistik baik
secara mikro dan makro serta aliran-aliran linguistik. Linguistik
sendiri merupakan kajian terhadap bahasa yang memiliki
berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan
yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan,
dan membingungkan. Namun semua itu akan menambah
wawasan kita terhadap bidang dan kajian linguistik. Disini
penulis akan menjelaskan tentang sejarah, aliran, paham,
teori, dari aliran-aliran dalam ilmu linguistik.. Menurut
pendapat para ahli diantaranya Langacker (1973) Ia
mendefinisikan linguistik sebagai kajian tentang bahasa
manusia.Wardhaugh (1973) mendefinisikan linguistik sebagai
kajian ilmiah tentang bahasa. Matthews (1997) Matthews
mendefinisikan linguistik sebagai ilmu tentang bahasa atau
kajian ilmiah tentang bahasa.
Bahasa itu terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara
teratur. Bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul
secara acak atau tidak beraturan. Bahasa itu sistematis. Di
samping itu, dapat pula dinyatakan bahwa bahasa terdiri dari
1. Regional Dialek
Dialek kontinum; penggunaan term dialek ini untuk
membedakan variasi dialek pada daerah yang tidak
terlalu jauh letaknya dimana pembicara pada dua
daerah yang berada bersebelahan ini secara perlahan
mengalami perubahan. Pembicara dialek A dan
dialek B akan lebih mudah memahami dialek satu
dengan yang lain karna kemiripan Bahasa yang
digunakan. Contohnya masyarakat Dayak di Sambas
yang menggunakan Bahasa melayu Sambas akan
mudah memahami Bahasa yang digunakan oleh
masyarakat Negara Malaysia walaupun Dayak
Sambas ialah warga negara Indonesia yang
kebanyakan berbicara Bahasa Indonesia.
Geography Dialek.
Geograpi dialek ialah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan upaya memetakan distribusi fitur
linguistic yang berbeda dan menunjukan asal
Pengantar Pembelajaran Ilmu Linguistik | Dr. Abdul Muhid, M.Pd dkk.
25
geografisnya (Kurath, 2010). Para ahli geografi dialek
mencoba untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan seperti apakah suatu area memiliki
pelafalan “P” untuk huruf “V dan F” seperti
contohnya yang digunakan di beberapa area di
Indonesia pada kata “Pirasat” untuk “Firasat” atau
beberapa kata lainnya yang menggunakan huruf
tersebut. Peta geografis kadang-kadang digunakan
untuk menunjukan batas isogloss yang membedakan
area dimana fitur tertentu ditemukan dari area yang
tidak memiliki fitur tersebut Trudgill (1995, 7).
Ketika beberapa isogloss serupa bertepatan, batas
dialek dapat terbentuk. Dalam hal ini, penutur di
satu sisi batas mungkin dianggap berbicara dengan
satu dialke dan penutur di sisi lain dianggap
berbicara dengan dialek yang berbeda.
2. Dialek Sosial
Social dialek ialah istilah yang digunakan dalam
sosialinguistik sebagai penggunaan dialek yang
digunaan berdasarkan kelompok sosial pada
masyarakat (Lane, 2000). Namun, mendefinisikan
kelompok social dan kelas social menjadi masalah
yang lebih rumit, karna ada faktor lain yang
berhubungan dengan kelas sosial seperti; faktor
pekerjaan, tempat tinggal, Pendidikan, pendapatan,
uang baru/lama, rasa tau etnis. Faktor-faktor ini
1. Masyarakat multibahasa
Dibanyak daerah di seluruh dunia, menjadi suatu
kebutuhan normal dalam kehidupan sehari-hari untuk
bisa berbicara dalam beberapa Bahasa. Misalnya,
seseorang mungkin menggunakan satu atau lebih Bahasa
di rumah, satu lagi di desa, satu lagi untuk keperluan
perdagangan dan satu lagi untuk keperluan organisasi
sosial atau politik. Biasanya, orang memperoleh Bahasa-
bahasa terbsebut melalui paparan yang sederhana,
meskipun ada juga yang mempelajari Bahasa-bahasa
tersebut melalui Pendidikan formal di sekolah atau
dalam pengaturan instruksional.
1. Lingua Franca
Lingua franca ialah sebuah Bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi atau Bahasa persetujuan antara
orang-orang yang memiliki Bahasa ibu yang berbeda.
Lingua Franca umumnya digunakan dalam situasi
dimana Bahasa yang berbeda digunakan dalam situasi
dimana Bahasa berbeda digunakan dan perlu ada
Bahasa yang dapat dipahami semua pihak yang terlibat.
Lingua Franca dapat berupa Bahasa asli yang diadopsi
dan dipelajari oleh kelompok yang berbeda atau Bahasa
campuran yang dihasilkan dari pengaruh dari beberapa
Bahasa yang berbeda. Contohnya Bahasa Inggris sering
digunakan sebagai Lingua Franca dalam bisnis,
Pendidikan, dan komunikasi internasional.
2. Pidgin
Pidgin ialah sebuah Bahasa yang terbentuk sebagai alat
komunikasi antara dua kelompok dengan Bahasa yang
berbeda yang tidak memiliki Bahasa yang sama sebagai
Pengantar Pembelajaran Ilmu Linguistik | Dr. Abdul Muhid, M.Pd dkk.
31
Bahasa ibu mereka (Bickerton, 1975). Pidgin sering
muncul sebagai akibat dari kontak Bahasa yang intens
dan terjadi antara kelompok-kelompok yang berbeda
seperti pada masa penjajahan atau perdagangan
internasional.
Pidgin umumnya merupakan Bahasa yang sederhana
dan terbatas dalam kosa kata dan tata bahasanya,
karena biasanya hanya digunakan dalam situasi
komunikasi yang sangat terbatas. Pidgin biasanya tidak
digunakan sebagai Bahasa ibu oleh kelompok yang
menggunakannya dan seringkali digunakan hanya dalam
interaksi tertenru seperti dalam perdagangan atau
pertukaran informasi antara kelompok yang berbeda.
Pidgin dapat berkembang menjadi Bahasa kreol jika
digunakan oleh kelompok-kelompok yang
menggunakan Bahasa tersebut sebagai Bahasa utama
mereka. Janet Fuller (2015) mendeskripsikan Bahasa
pidgin menjadi dua istilah; superstrat dan substrat untuk
merujuk peran berbeda yang terjadi akibat kontak
Bahasa. Bahasa superstrate biasanya terdiri dari satu
Bahasa yang dominan secara sosia, ekonomi dan politik
dalam konteks multibahasa dimana pidgin atau kreol
berkembang, Bahasa superstrat juga disebut sebagai
Bahasa yang menyediakan kosa kata untuk pidgin atau
kreol atau yang biasa disebut dengan Bahasa leksikal.
Meskipun dominan secara sosial, Bahasa superstrate
dalam konteks tertentu tidak selalu dianggap sebagai
1. Variasi regional
Variasi regional ialah variasi yang terjadi dalam satu
Bahasa yang dipengaruhi oleh lokasi geografis suatu
daerah atau wilayah. Variasi regional dapat terjadi di
semua aspek Bahasa termasuk kosakata, tata Bahasa,
pengucapan dan intonasi. Contohnya Bahasa Inggris
Pengantar Pembelajaran Ilmu Linguistik | Dr. Abdul Muhid, M.Pd dkk.
34
yang digunakan di Amerika Serikat memiliki variasi
regional yang cukup signifikan. Beberapa kata memiliki
pengucapan yang berbeda di daerah yang berbeda
seperti pegucapan kata “water” yang berbeda antara
orang-orang di daerah utara dan selatan. Dalam
linguistik, pemetaan dialek daerah telah menjadi topik
yang sangat penting (Wiese, 2014) dan merupakan
bagian dari studi sejarah Bahasa atau linguistic diakronis.
Tradisionalnya, studi geografis dialek telah
menggunakan asumsi dan metode dari linguistic sejarah
dan hasilnya sering digunakan untuk mengkonfirmasi
temuan dari sumber sejarh seperti arkeologi, studi
populasi dan catata tertulis. Dalam pandangan ini,
perbedaan dialek dalam Bahasa terjadi ketika penutur
mulai menjauh satu sama lain dalam waktu dan ruang
dan perubahan dalam Bahasa menghasilkan penciptaan
dialek baru. Seiring waktu, dialek baru bisa berkembang
menjadi Bahasa baru ketika penutur dari kelompik yang
dihasilak tidak dapat saling memahami. Sebagai contoh,
Bahasa latin berkembang menjadi Bahasa Prancis,
Bahasa Spanyol, Bahasa Italia dan lainnya.
2. Variasi Sosial
Variasi sosial dalam sosiolinguistik mengacu pada
perbedaan antara Bahasa yang terjadi di antara
kelompok kelompok sosial tertentu, sepeti kelompok
berdasarkan usia, gender, kelas sosial, entitas dan daerah
geografis (Chambers, 2003) . Variasi ini terlihat dalam
3) Lingkungan sosial
6) Variasi
C. BATASAN SOSIOLINGUISTIK
D. MANFAAT SOSIOLINGUISTIK
1) Interaksi Sosial
2) Mobilitas sosial
a) Pergeseran Bahasa
5) Pranata Sosial,
F. VARIASI BAHASA
a. Dialek
b. Kronolek
c. Idiolek
d. Sosiolek
A. MASALAH PENERJEMAHAN
B. IDEOLOGI PENERJEMAHAN
Menurut Tymoczko dalam Karoubi (2008), Ideologi
penerjemahan adalah kombinasi isi teks bahasa sumber
dan beberapa speech act yang ada pada teks bahasa
sumber yang relevan dengan kontek bahasa sumber
bersama dengan representasi isi, relevansinya dengan
pembaca, dan beberapa speech act teks terjemahan yang
menyangkut konteks bahasa sasaran serta ketidak
seuaian antara keduanya, teks bahasa sumber dan teks
bahasa sasaran. Sementara menurut Hoed (2003),
ideologi dalam penerjemahan adalah prinsip atau
keyakinan tentang ‘benar atau salah’ dalam
penerjemahan. sebagian penerjemah menganggap
bahwa penerjemahan dikatakan benar bila teks
Pengantar Pembelajaran Ilmu Linguistik | Dr. Abdul Muhid, M.Pd dkk.
62
terjemahan telah menyampaikan pesan teks bahasa
sumber ke dalam teks bahasa sasaran secara tepat. Lebih
jauh lagi Tymoczko menjelaskan bahwa ideologi
penerjemahan tidak sekedar terletak pada teks yang
diterjemahkan tapi juga pada gaya dan pendirian
penerjemah dan relevansinya dengan pembaca yang
akan menikmati teks terjemahan.
Penjelasan Tymoczko di atas tampak rumit tapi ada
beberapa kata kunci yang bisa kita tangkap dari
penjelasan itu. Yang pertama adalah bahwa ideologi
penerjemahan berkaitan dengan speech act atau tindak
tutur, jadi ideologi penerjemahan menyangkut
bagaimana penyampaian tindak tutur pada teks bahasa
sumber dan teks bahasa sasaran. Yang kedua adalah
perbedaan. Ideologi penerjemahan menyangkut
perbedaan representasi isi antara teks bahasa sumber
dengan teks bahasa sasaran yang menyangkut
relevansinya dengan pembaca. Menurut critical
discourse analysis, semua penggunaan bahasa adalah
ideologis, jadi, sebagai pengguna bahasa yang
merepresentasikan penggunaan bahasa orang lain,
penerjemah tidak bisa terlepas dari pengaruh ideologi
(Karouby, 1:2008). Posisi penerjemah berada pada
‘antara’. Ia terikat oleh kode etik penerjemahan yaitu
impartiality. Dia bertindak netral, tidak memihak ke
salah satu pihak yang terlibat dalam proses komunikasi
bilingual itu. Sementara itu dalam bidang penerjemahan,
2. Ideologi Forenisasi
Ideologi Forenisasi adalah antitesis dari ideologi
domestikasi. Foreignisasi pada konteks penerjemahan adalah
upaya mempertahankan apa yang asing dan tidak lazim
pada konteks bacaan pembaca target akantetapi merupakan
hal yang lazim, unik, dan khas dari budaya bahasa sumber
(Mazi-Leskovar, 2003:5). Menurut penganut ini, terjemahan
yang bagus adalah terjemahan yang tetap mempertahankan
ciri khas, gaya, dan cita rasa kultural bahasa sumber.
Pengantar Pembelajaran Ilmu Linguistik | Dr. Abdul Muhid, M.Pd dkk.
66
Mempertahankan apa yang terdapat pada teks bahasa
sumber adalah symbol ‘kebenaran’ menurut penganut ini.
Menurut Mazi-Leskovar (2003) foreignisasi pada konteks
penerjemahan adalah upaya mempertahankan apa yang
asing dan tidak lazim pada konteks bacaan pembaca target
tapi merupakan hal yang lazim, unik, dan khas dari budaya
bahasa sumber. Dengan paradigma ini, terjemahan yang
bagus adalah terjemahan yang tetap mempertahankan gaya,
dan cita rasa kultural bahasa sumber. Kebenaran, menurut
paradigma ini, dilakukan dengan mempertahankan apa
adanya yang terdapat pada teks bahasa
sumber.Penerjemahan yang ‘benar’, ‘berterima’, dan ‘baik’
adalah yang sesuai dengan selera dan harapan sidang
pembaca yang menginginkan kehadiran kebudayaan bahasa
sumber (Hoed, 2003:4).
C. TEKNIK PENERJEMAHAN
1. Adaptasi (Adaptation)
Teknik adaptasi adalah Teknik penerjemahan yang
menggantikan unsur-unsur budaya yang khas dalam BSu
dengan unsur budaya yang ada dalam BSa. Teknik ini dapat
digunakan apabila unsur atau elemen budaya tersebut
memiliki padanan dalam BSa. Teknik ini dikenal dengan
teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan
mengganti unsur-unsur budaya yang ada dalam BSu dengan
unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut
bisa dilakukan karena unsur budaya dalam BSu tidak
ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa
Redaksi:
Jl. Gotong Royong, Gang Jambu, No.183, RT. 05
Kebon Bawak, Ampenan, Kota Mataram, NTB
Telp +6283843555877
Email: insankreasi@gmail.com
Website: www.insankreasimedia.com