2 November 2018
Abstract
Interference is a symptom of irregularities in language rules. It’s can be happend to
someone who is learning a foreign language such as students of STIBA Bumigora grade
2015 who learn German as the second foreign language. Language Interference consists of
phonological, lexical, morphological, and syntactic interference. In this study, the authors
limit his research only to syntactic interference. Syntactic interference consists of two
things, they are inter-language interference and intra-language interference. The method of
this study is descriptive analysis. The results of the study show us there are several factors
that cause errors in syntactic interference on students german essays STIBA Bumigora
Mataram. They are; (1) Errors caused by inter-language interference, it's because of the
influence of Indonesian language into the German sentence structure. such as; misplaced
words and omission of auxilary verb (to be). (2) Errors caused by intra-language
interference, it’s because lack of understanding German grammar rules to german essays.
Such as; case errors (nominativ, akkusativ, dativ) and verb conjugation errors.
Abstrak
Interferensi adalah suatu gejala penyimpangan kaidah bahasa. Interferensi bahasa bisa
terjadi pada seseorang yang sedang mempelajari bahasa asing seperti yang terjadi pada
para mahasiswa/i STIBA Bumigora angkatan 2015 yang mempelajari bahasa Jerman
sebagai bahasa asing kedua dalam penelitian ini. Interferensi meliputi interferensi fonologi,
leksikal, morfologis, dan interferensi sintaksis. Dalam penelitian ini, penulis membatasi
penelitian pada interferensi sintaksis. Interferensi sintaksis mencakup dua hal, yaitu
interferensi antarbahasa dan interferensi intrabahasa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
beberapa faktor penyebab kesalahan yang mengakibatkan terjadinya interferensi sintaksis
dalam karangan berbahasa Jerman Mahasiswa/i STIBA Bumigora Mataram. Diantaranya
adalah; (1) Kesalahan yang disebabkan adanya interferensi antarbahasa, yaitu kesalahan
yang terjadi karena adanya pengaruh bahasa Indonesia dalam struktur kalimat bahasa
Jerman. Diantaranya adalah kesalahan penempatan kata, dan penghilangan kata kerja
bantu. (2) Kesalahan yang disebabkan adanya interferensi intrabahasa, yaitu kesalahan
yang terjadi karena kurangnya pemahaman responden terhadap kaidah bahasa Jerman
dalam mengaplikasikannya dalam bentuk karangan berbahasa Jerman. Diantaranya adalah
kesalahan kasus (nominativ, akkusativ, dativ) dan kesalahan konjugasi kata kerja.
67
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
68
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
69
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
70
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
verba, dan modus. Berdasarkan persona, bagian kalimat lainnya pada kalimat berita
verba akan berkaitan erat dengan subjek, (Heidolph, 1976:500). Senada dengan hal
apakah berupa persona pertama, kedua, tersebut Helbig & Buscha (2001:536)
atau ketiga, sedangkan berdasarkan mengatakan bahwa predikat adalah bagian
jumlah akan bertalian dengan tunggal dan kalimat yang mempunyai posisi yang tetap
jamak. Verba untuk persona pertama dalam kalimat dan merupakan poros bagi
tunggal dikonjugasikan dengan meletak- bagian-bagian kalimat lainnya dalam induk
kan sufiks –e pada bentuk Stamm ‘akar kalimat (kalimat berita). Dalam kaidah
kata’, persona kedua tunggal dengan sufiks bahasa Jerman, verba bisa dikenali dari
–st, persona ketiga tunggal dengan –t. kedudukannya dalam kalimat, yaitu verba
Untuk persona ketiga jamak sufiks –en, yang diletakkan di tempat kedua, verba
dan untuk persona kedua jamak sufiks –t. yang diletakkan di awal kalimat, dan verba
Agar lebih jelas dapat dilihat dalam tabel yang diletakkan di akhir kalimat.
berikut. 1) Verba yang diletakkan di tempat
Tabel 1 kedua.
Konjugasi Verba Bahasa Jerman Verba yang diletakkan di tempat kedua
Numerus Persona Verba Gloss merupakan kalimat normal yang biasa
tunggal I Ich denke ‘saya digunakan untuk kalimat berita atau
berfikir’ kalimat pernyataan. Contoh: Fridrich
II Du denkst ‘kamu schreibt Gedichte. ‘Fridrich menulis puisi’
berfikir’ Kalimat tersebut merupakan kalimat berita
III Er denkt ‘dia (lk) yang ditandai dengan tanda titik. Verba
berfikir’ pada kalimat berita tersebut adalah
III Sie denkt ‘dia (pr) schreibt ‘menulis’ yang diletakkan di
berfikir’ tempat kedua setelah subjek Friedrich.
jamak I Wir denken ‘kami 2) Verba yang diletakkan di awal kalimat.
berfikir’ Verba yang diletakkan di awal kalimat bisa
II Ihr denkt ‘kalian berupa kalimat tanya (a) atau kalimat
berfikir’ perintah (b), seperti pada contoh:
III Sie denken ‘mereka (a) Scheibt Friedrich Gedichte oder
berfikir’ Roman? ‘Apakah Friedrich menulis
tunggal/ II Sie denken ‘Anda puisi atau roman?’
jamak berfikir’ Verba schribt ‘menulis’ pada kalimat
hormat tersebut diletakkan di awal kalimat yang
Konjugasi verba berdasarkan kala berfungsi sebagai kalimat Tanya
akan berhubungan dengan Präsens ‘kala (b) Schreibe ein Gedicht! ‘Tulislah sebuah
kini’, Präteritum, Perfekt, Plusquam- puisi!’
perfekt ‘kala lampau’, Futur I ‘kala yang Verba schribe ‘menulis’ yang terdapat
akan datang’, dan Futur II ‘kala yang akan pada kalimat tersebut berada di awal
datang tetapi sudah lewat’. Konjugasi kalimat berfungsi sebagai bentuk perintah
berdasarkan genus verba berkaitan dengan untuk persona ketiga tunggal dengan
pembentukan verba aktif dan verba pasif, ditandai adanya tanda seru di akhir
sedangkan berdasarkan modus akan kalimat.
berhubungan dengan indikatif, konjunktif, 3) Verba yang diletakkan di akhir
dan imperatif (Helbig/Buscha, 2001: 29). kalimat.
Verba yang diletakkan di akhir kalimat
Penempatan Verba Bahasa Jerman terdapat pada anak kalimat yang diawali
Predikat dalam bahasa Jerman oleh konjungsi atau kata hubung seperti
diwakili oleh verba yang merupakan inti weil ‘karena’, wenn ‘ketika’, dass ‘bahwa’,
suatu kalimat dan merupakan poros bagi dan obwohl ‘meskipun’. Bahasa Jerman
71
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
mempunyai aturan bahwa dalam anak kan kata kerja selalu di tempat kedua pada
kalimat verba harus diletakkan di akhir kalimat berita. Berikut adalah yang
kalimat. Atau verba yang diletakkan di termasuk kesalahan penempatan kata kerja
akhir kalimat menandai struktur anak karena adanya pengaruh bahasa Indonesia
kalimat yang biasanya diawali oleh tanda kedalam karangan bahasa Jerman:
koma. Contoh: …, weil Friedrich Gedichte (1) *Normalerweise ich wache um
schreibt. ‘…, karena Friedrich menulis 05.00 Uhr auf und stehe auf um
puisi’. 05.30 ‘Biasanya saya terjaga pada
Verba schreibt ‘menulis’ diletakkan di pukul 05.00 dan beranjak pada pukul
akhir kalimat karena kalimat tersebut 05.30’.
berupa anak kalimat yang ditandai dengan Kalimat (1) adalah merupakan kalimat
adanya kata hubung weil ‘karena’ berita bahasa Jerman. Kalimat tersebut
terdiri dari dua klausa. Klausa pertama
Prefiks Verba Bahasa Jerman adalah *Normalerweise ich wache um
Menurut Engel dalam Syahid 05.00 Uhr auf. dan klausa kedua adalah
(2011: 23) bahwa pembentukan prefiks *….und stehe auf um 05.30. Dilihat dari
dalam bahasa Jerman dapat dibagi menjadi jenis kesalahannya, kalimat tersebut
dua, yaitu; feste Präfixe dan abtrennbare mempunyai dua kesalahan, yaitu pertama
Präfixe. Feste Präfixe adalah prefiks penempatan verba wache ‘terjaga’ dan
yang selalu lekat dengan basis verba dan penempatan verba aufstehen ‘beranjak’.
pengucapannya tidak mengalami tekanan Dari kesalahan pertama, terlihat bahwa
suara antara prefiks dan basis verba. kalimat tersebut mengalami interferensi
Adapun yang termasuk feste Präfixe struktur bahasa Indonesia, karena jika
adalah; ab-, be-, ver-, zer-, ent-, er-. diartikan kata per kata memang sesuai
contoh beschreiben ‘menggambarkan’, dan dengan struktur bahasa Indonesia
verstehen ‘mengerti’. Abtrennbare Präfix ‘Biasanya saya terjaga pada pukul 05.00’.
adalah prefiks yang dapat terpisah dari Jika ditinjau dari struktur bahasa
basis verba, mengalami tekanan kata, dan Indonesia, maka verba ‘terjaga’ terletak di
dalam bentuk perfek (Partizip II) tempat ketiga setelah subjek ‘saya’, tetapi
dipisahkan oleh ‘ge’ (penanda kala perfek), hal ini tidak berlaku dalam aturan bahasa
misalnya aufessen ‘memakan sampai Jerman. Bagaimanapun juga, verba wache
habis’ menjadi aufgegessen. Adapun yang ‘terjaga’ dalam bahasa Jerman harus
termasuk abtrennbare Präfix adalah; ab-, diletakkan di tempat kedua pada kalimat
an-, auf-, aus-, bei-, um-, vor-. Agar lebih berita, walaupun kalimat tersebut diawali
jelas perhatikan contoh kalimat berikut; dengan keterangan. Dalam kalimat
Wir essen den Frühstück auf. ‘Kami tersebut, verba wache seharusnya
menghabiskan sarapan itu’. Kalimat diletakkan setelah keterangan
tersebut merupakan kalimat berita dalam normalerweise ‘biasanya’. Sehingga
bahasa Jerman. Dalam kalimat tersebut urutan yang tepat untuk klausa pertama
basis verba essen ditulis terpisah dari verba adalah Normalerweise wache ich um 05.00
infinitif aufessen. Verba essen diletakkan Uhr auf. Kemudian kesalahan kedua, yaitu
pada posisi kedua dan prefiks auf mengenai penempatan verba aufstehen
diletakkan pada akhir kalimat ‘beranjak’ pada klausa *….und stehe auf
um 05.30. Dalam kalimat bahasa Jerman
PEMBAHASAN verba aufstehen merupakan verba yang
Kesalahan Penempatan Kata Kerja dapat terpisah dari prefiksnya seperti
Telah dijelaskan pada bab landasan hanya verba aufwachen pada klausa
teori bahwa struktur kalimat antara bahasa pertama yang diletakkan pada posisi kedua
Jerman dengan bahasa Indonesia berbeda. untuk kata wache dan diletakkan pada
Kaidah struktur bahasa Jerman mengharus- akhir kalimat untuk prefiks auf-. Sehingga,
72
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
urutan kalimat yang tepat untuk klausa tersebut sesuai dengan struktur bahasa
kedua adalah ….und stehe um 05.30 auf. Indonesia. Seharusnya kalimat (3) ditulis
sebagai berikut: Normalerweise komme ich
(2) *Jeden Tag ich gehe um 5 Uhr. um 8 Uhr an.
‘Setiap hari saya pergi pada pukul 5’.
(4) *In Campus ich lese mein
Kalimat (2) adalah merupakan kalimat Subject. ‘Saya membaca pelajaranku di
berita bahasa Jerman. Penempatan verba Kampus’.
gehe ‘pergi’ dalam kalimat tersebut di atas
tidak berterima, karena tidak sesuai dengan Kalimat (4) adalah kalimat berita bahasa
struktur kalimat bahasa Jerman. Struktur Jerman. Penempatan verba lese ‘membaca’
kalimat bahasa Jerman di atas berstruktur dalam kalimat tersebut di atas tidak
bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jerman berterima karena tidak sesuai dengan
seharusnya verba gehen ‘pergi’ diletakkan struktur kalimat bahasa Jerman yang
pada posisi ke dua, yaitu setelah kata mengharuskan verba menempati posisi
Jeden Tag ‘setiap hari’. Kesalahan yang kedua dalam kalimat berita. Apabila
terdapat dalam kalimat tersebut diartikan secara harfiah kalimat bahasa
dikarenakan adanya unsur pengaruh Jerman tersebut mempunyai struktur
bahasa Indonesia dalam pembuatan bahasa Indonesia. Kesalahan penempatan
kalimat bahasa Jerman. Kesalahan inilah verba pada kalimat di atas dikarenakan
yang disebut dengan interferensi sintaksis faktor interferensi sintaksis bahasa
antarbahasa. Terjadinya interferensi Indonesia dalam karangan bahasa Jerman.
sintaksis ini bisa dikarenakan faktor Seharusnya kalimat (4) ditulis sebagai
kurang memahami struktur kalimat bahasa berikut: Im Campus lese ich mein Subject.
Jerman. Seharusnya kalimat tersebut di
atas ditulis seperti berikut: Jeden Tag gehe (5) *Er immer geht allein.
ich um 5 Uhr. ‘Dia selalu pergi sendiri’.
(3) *Normalerweise ich komme um 8 Uhr Penempatan kata kerja geht ‘pergi’ dalam
an. ‘biasanya saya tiba pada pukul 8’. kalimat (5) di atas tidaklah berterima,
karena tidak sesuai dengan struktur
Kalimat (3) adalah kalimat berita bahasa kalimat bahasa Jerman. Struktur kalimat
Jerman dengan menggunakan verba bahasa Jerman di atas berstruktur bahasa
infinitif ankommen ‘tiba/datang’. Verba Indonesia. Jika diterjemahkan secara
ankommen merupakan verba yang dapat harfiah atau kata per kata, maka kata kerja
terpisah dari prefiksnya atau disebut juga ‘pergi’ diletakkan ditempat ketiga setelah
abtrennbare Präfixe sehingga prefiks an- keterangan ‘selalu’. Kesalahan yang
diletakkan pada akhir suatu kalimat berita terdapat dalam kalimat tersebut
bahasa Jerman. Selain itu kesalahan yang dikarenakan adanya unsur pengaruh
juga terdapat pada kalimat di atas adalah bahasa Indonesia dalam pembuatan
penempatan verba komme ‘datang’ yang kalimat bahasa Jerman. Seharusnya
diletakkan pada urutan ketiga. Dalam kalimat tersebut di atas ditulis seperti
bahasa Jerman verba komme haruslah berikut: Er geht immer allein.
diletakkan pada posisi kedua setelah
keterangan normalerweise ‘biasanya’. Penghilangan Kata Kerja Bantu
Kesalahan penempatan verba pada kalimat Bahasa Jerman mengenal adanya
di atas terjadi karena adanya faktor kata kerja bantu atau sein sama halnya
interferensi sintaksis bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris yaitu to be. Dalam
terhadap karangan bahasa Jerman. Karena penelitian ditemukan adanya penghilangan
apabila diartikan secara harfiah kalimat
73
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
kata kerja bantu, seperti yang terlihat kedudukannya dalam kalimat seharusnya
dalam data berikut ini; nominativ sein Vater ‘ayahnya’ bukan
(6) *Mein Name Windy. dativ seinem Vater. Kesalahan ini
‘Namaku Windy’. merupakan penyebab terjadinya
interferensi sintaksis intrabahasa, yaitu
Secara sintaksis kalimat bahasa Jerman di yang muncul karena ketidakmampuan
atas tidak dapat berterima, karena kalimat responden dalam mengkonjugasikan
tersebut tidak dilengkapi dengan kata kerja subjek dalam kaidah bahasa Jerman.
bantu (sein). Apabila diterjemahkan secara Seharusnya kalimat tersebut di atas ditulis:
harfiah memang sesuai dengan struktur Sein Vater ist sehr böse.
bahasa Indonesia. Tidak terdapatnya kata
kerja bantu dalam kalimat di atas Kasus Akkusativ
dikarenakan adanya interferensi struktur (9) *Ich warte dein Freund.
bahasa ibu yaitu struktur bahasa Indonesia ‘saya menunggu temanmu’
yang tidak mengenal adanya sein (to be). Kalimat di atas belum tepat menurut
Seharusnya kalimat di atas ditulis seperti kaidah bahasa Jerman. Hal ini disebabkan
berikut: Mein Name ist Windy. adanya kesalahan penggunaan kasus dalam
kalimat. Kesalahan yang terjadi pada
(7) *Meine Adresse in Gebang Baru. kalimat tersebut menjadi penyebab adanya
‘Alamatku di Gebang Baru’. interferensi intrabahasa. Kata kerja warten
‘menunggu’ menurut kaidah bahasa
Kalimat di atas adalah kalimat berita Jerman mempunyai preposisi tetap auf
bahasa Jerman. Secara sintaksis kalimat yang harus disertakan dalam kalimat dan
tersebut tidak tepat, karena tidak harus diikuti dengan kasus akusativ. Pada
dilengkapi dengan kata kerja bantu. Tidak kalimat di atas penggunaan kasus akusativ
terdapatnya kata kerja bantu pada kalimat yang mengikuti kata kerja warten
di atas dikarenakan adanya faktor ‘menunggu’ seharusnya deinen Freund
interferensi bahasa Indonesia terhadap bukan dein, karena dein menunjuk pada
struktur kalimat bahasa sasaran. kasus nominative. Seharusnya kalimat
Seharusnya kalimat di atas adalah; Meine tersebut di atas ditulis; Ich warte auf
Adresse ist in Gebang Baru. deinen Freund.
74
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
75
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018
76