Anda di halaman 1dari 10

Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.

2 November 2018

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA INDONESIA


DALAM KARANGAN BAHASA JERMAN MAHASISWA/I
STIBA BUMIGORA MATARAM ANGKATAN 2015
Agus Syahid1 & Muhammad Zaki Pahrul Hadi2
STIBA Bumigora Mataram
deragus@gmail.com1 / zakipahrulhadi@gmail.com2

Abstract
Interference is a symptom of irregularities in language rules. It’s can be happend to
someone who is learning a foreign language such as students of STIBA Bumigora grade
2015 who learn German as the second foreign language. Language Interference consists of
phonological, lexical, morphological, and syntactic interference. In this study, the authors
limit his research only to syntactic interference. Syntactic interference consists of two
things, they are inter-language interference and intra-language interference. The method of
this study is descriptive analysis. The results of the study show us there are several factors
that cause errors in syntactic interference on students german essays STIBA Bumigora
Mataram. They are; (1) Errors caused by inter-language interference, it's because of the
influence of Indonesian language into the German sentence structure. such as; misplaced
words and omission of auxilary verb (to be). (2) Errors caused by intra-language
interference, it’s because lack of understanding German grammar rules to german essays.
Such as; case errors (nominativ, akkusativ, dativ) and verb conjugation errors.

Keywords: syntactic interference, German language

Abstrak
Interferensi adalah suatu gejala penyimpangan kaidah bahasa. Interferensi bahasa bisa
terjadi pada seseorang yang sedang mempelajari bahasa asing seperti yang terjadi pada
para mahasiswa/i STIBA Bumigora angkatan 2015 yang mempelajari bahasa Jerman
sebagai bahasa asing kedua dalam penelitian ini. Interferensi meliputi interferensi fonologi,
leksikal, morfologis, dan interferensi sintaksis. Dalam penelitian ini, penulis membatasi
penelitian pada interferensi sintaksis. Interferensi sintaksis mencakup dua hal, yaitu
interferensi antarbahasa dan interferensi intrabahasa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
beberapa faktor penyebab kesalahan yang mengakibatkan terjadinya interferensi sintaksis
dalam karangan berbahasa Jerman Mahasiswa/i STIBA Bumigora Mataram. Diantaranya
adalah; (1) Kesalahan yang disebabkan adanya interferensi antarbahasa, yaitu kesalahan
yang terjadi karena adanya pengaruh bahasa Indonesia dalam struktur kalimat bahasa
Jerman. Diantaranya adalah kesalahan penempatan kata, dan penghilangan kata kerja
bantu. (2) Kesalahan yang disebabkan adanya interferensi intrabahasa, yaitu kesalahan
yang terjadi karena kurangnya pemahaman responden terhadap kaidah bahasa Jerman
dalam mengaplikasikannya dalam bentuk karangan berbahasa Jerman. Diantaranya adalah
kesalahan kasus (nominativ, akkusativ, dativ) dan kesalahan konjugasi kata kerja.

Kata Kunci: interferensi sintaksis, bahasa Jerman

PENDAHULUAN menempati posisi kedua baik yang diawali


Bahasa Jerman merupakan bahasa oleh subjek, keterangan, ataupun frasa
asing kedua yang dipelajari di STIBA preposisi, sedangkan dalam bahasa
Bumigora Mataram. Dalam mempelajari Indonesia kaidah ini tidak berlaku. Jika
suatu bahasa asing para Mahasiswa/i harus kaidah tersebut tidak diterapkan dalam
mengetahui kaidah-kaidah yang terdapat kalimat bahasa Jerman, maka yang muncul
dalam suatu bahasa tersebut. Sebagai adalah kalimat bahasa Jerman yang tidak
contohnya yaitu penggunaan verba dalam berterima. Perhatikan kalimat berikut:
kalimat berita bahasa Jerman wajib *Ich krank ‘Saya sakit’. Berdasarkan

67
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

uraian yang telah disebutkan seharusnya berbahasa Jerman Mahasiswa/i STIBA


struktur kalimat tersebut dalam bahasa Bumigora Mataram angkatan 2015.
Jerman ditulis seperti berikut: Ich bin
krank. Perbadaan struktur yang seperti itu LANDASAN TEORI
akan menyebabkan pengguna bahasa asing Interferensi
mengalami interferensi dari segi struktur Poerwadarminto dalam Pramudya
kalimat. Verba dalam bahasa Jerman juga (2006:27) yang menyatakan bahwa
mengenal sistem konjugasi yang tidak interferensi berasal dari bahasa Inggris
terdapat dalam bahasa Indonesia. Oleh interference yang berarti percampuran,
karena itu verba bahasa Jerman mampu pelanggaran, rintangan. Weinreich
mendeskripsikan bentuk kala dalam (1968:1) juga mengatakan bahwa
kalimat. Sebagai contoh: Ich mache die interferensi adalah bentuk penyimpangan
Hausaufgabe ‘saya sedang mengerjakan penggunaan bahasa dari norma-norma
pekerjaan rumah’, Ich machte die Haus- yang ada sebagai akibat adanya kontak
aufgabe ‘saya telah mengerjakan pekerjaan bahasa karena penutur mengenal lebih dari
rumah’, Ich will die Hausaufgabe machen satu bahasa. Interferensi berupa pengguna-
‘saya akan mengerjakan pekerjaan rumah’. an bahasa yang satu dalam bahasa yang
Dari kalimat-kalimat bahasa lain pada saat berbicara atau menulis.
Jerman di atas dapat kita lihat bahwa verba Didalam proses interferensi, kaidah
dalam bahasa Jerman dapat menunjukkan pemakaian bahasa mengalami
waktu keberlangsungan suatu peristiwa, penyimpangan karena adanya pengaruh
yaitu masa sekarang (Präsens), sudah dari bahasa lain. Pengambilan unsur yang
(Präteritum), dan akan berlangsung terkecil pun dari bahasa pertama ke dalam
(Futur). Sedangkan dalam verba bahasa bahasa kedua dapat menimbulkan
Indonesia tidak terdapat hal semacam itu. interferensi. Chaer dan Agustina
Melainkan kita dapat melihat ke- (1995:120) menyebutkan bahwa
berlangsungan suatu peristiwa dari interferensi disebabkan oleh adanya
adverbia dalam suatu kalimat, seperti; kemampuan pada si penutur dalam
sedang, sekarang, sudah, telah, besok, menggunakan bahasa tertentu, sehingga ia
kemarin, lusa dan akan. Beberapa hal dipengaruhi oleh bahasa lain. Interferensi
tersebut merupakan faktor penyebab yang itu sendiri merupakan kesulitan tambahan
mendorong penulis untuk melakukan dalam proses menguasai bunyi, kata atau
penelitian mengenai interferensi. Pada konstruksi bahasa kedua sebagai akibat
umumnya interferensi dapat terjadi dalam adanya perbedaan antara bahasa pertama
semua komponen kebahasaan, yaitu dan bahasa kedua, sehingga kebiasaan
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, bahasa pertama (bahasa ibu) terbawa ke
leksikal (kosakata). Namun untuk lebih dalam bahasa kedua. Bußmann (2002:216)
memfokuskan penelitian ini penulis hanya mengatakan bahwa interferensi merupakan
akan membahas pada kajian interferensi peristiwa dan akibat yang timbul dari
sintaksis bahasa Indonesia terhadap setiap bentuk kontak antara bahasa-bahasa
karangan berbahasa Jerman para yang berbeda, yaitu pada tingkat individu
Mahasiswa/i STIBA Bumigora Mataram pemakai bahasa tersebut, berupa adanya
angkatan 2015. Tujuan penelitian ini pengaruh system bahasa ibu yang
adalah menunjukkan dan mengklasifikasi- menghambat terhadap penguasaan bahasa
kan bentuk-bentuk kesalahan sintaksis asing dan pada tingkat system bahasa pada
yang sering muncul dalam karangan umumnya. Lebih jauh, Setyawati (2010:
bahasa Jerman Mahasiswa/i STIBA 10) juga menjelaskan tentang penyebab
Bumigora mataram angkatan 2015 dan kesalahan berbahasa adalah terpengaruh
mengetahui faktor-faktor penyebab dari bahasa yang lebih dahulu dikuasainya.
interferensi sintaksis dalam karangan Ini dapat berarti bahwa kesalahan

68
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

berbahasa disebabkan oleh interferensi kesalahan itu. Berdasarkan kedua pendapat


bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang kesalahan adalah suatu prosedur kerja
dipelajari si pembelajar (peserta didik). yang digunakan oleh para peneliti bahasa
Dengan kata lain, sumber kesalahan yang meliputi kegiatan mengidentifikasi,
berbahasa terletak pada perbedaan sistem menjelaskan, dan mengevaluasi kesalahan.
linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
Dalam hal ini, pembelajar menerapkan Pengertian Kesalahan dan Kekeliruan
kaidah bahasa pertama ke dalam bahasa Untuk menghindari adanya ke-
kedua yang sedang dipelajarinya salahan pengertian, di samping men-
Dari beberapa pengertian di atas, jelaskan pengertian kesalahan (errors)
dapat disimpulkan bahwa interferensi akan dibahas pula pengertian kekeliruan
merupakan pengaruh dari satu bahasa ke (mistakes), karena kedua kata ini serupa
dalam bahasa lain ketika sedang namun berbeda pengertian. Parera (1987:
mempelajari bahasa baru. Pengaruh 50) menjelaskan pengertian dari mistakes
tersebut disebabkan karena adanya kontak dan errors yaitu, mistakes adalah
antarbahasa yang berbeda. Penyimpangan penyimpangan yang disebabkan oleh
kaidah bahasa ini merupakan pengaruh faktor-faktor performansi seperti
susunan dari bahasa ibu ke dalam susunan keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal,
bahasa asing yang sedang dipelajarinya. keseleo, kelelahan, dan tekanan emosional,
Suwito (1983:55) mengemukakan bahwa sedangkan errors adalah penyimpangan-
interferensi dapat terjadi dalam semua penyimpangan yang sistematik dan
komponen kebahasaan, yaitu fonologi, konsisten dan menjadi ciri khas dari sistem
morfologi, sintaksis, semantik, leksikal bahasa siswa yang belajar pada tingkat
(kosakata). Namun untuk lebih bahasa tertentu. James (1998: 70)
memfokuskan penelitian ini penulis hanya membedakan definisi “errors as being an
akan membahas pada kajian interferensi instance of language that is
sintaksis saja untuk mendapatkan hasil unintentionally deviant and is not self –
optimal dari tujuan penelitian ini. corrigible by its Author, and mistake is
either intentionally or unintentionally
Analisis Kesalahan (Error Analysis) deviant and self corrigible”. Definisi ini
Pateda (1989:32) mengatakan berarti bahwa, error terjadi apabila suatu
bahwa analisis kesalahan adalah suatu kesalahan terjadi di luar pengetahuan atau
teknik untuk mengidentifikasikan, karena tidak mempunyai suatu
mengklasifikasikan, dan menginterpretasi- pengetahuan dari pengarang, sedangkan
kan secara sistematis kesalahan-kesalahan mistake adalah suatu kekeliruan karena
yang dibuat siswa yang sedang belajar menyimpang dari pengujarannya dan dapat
bahasa kedua atau bahasa asing dengan dikoreksi sendiri oleh penulisnya.
menggunakan teori-teori dan prosedur- Parera (1987: 49) mengatakan
prosedur berdasarkan linguistik. bahwa ada kesalahan yang disebabkan
Sedangkan Tarigan (1990:68) mengatakan oleh faktor-faktor performansi, misalkan
bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah kesalahan yang diseababkan karena faktor
suatu proses kerja yang digunakan oleh kelelahan, keletihan, kurang perhatian dan
para guru dan peneliti bahasa dengan suasana yang kurang kondusif dan ada
langkah-langkah pengumpulan data, pula kesalahan yang disebabkan faktor-
pengidentifikasian kesalahan yang terdapat faktor kompetensi atau kemampuan
dalam data, menjelasan kesalahan- peserta didik, dimana peserta didik kurang
kesalahan tersebut, mengklasifikasian menguasai aturan atau kaidah-kaidah yang
kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, dimiliki suatu bahasa. Sejalan dengan
serta pengevaluasian taraf keseriusan pendapat itu Tarigan (1988: 143)

69
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

menyebutkan bahwa kesalahan yang berkembang mengenai sistem bahasa


disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, kedua yang sering disebut “errors”. Hal ini
keletihan dan kurangnya perhatian disebut dapat berarti, ketika terjadi kesalahan pada
faktor performansi, dimana kesalahan suatu tulisan atau karangan, pembelajar
performansi ini merupakan kesalahan tidak dapat dengan segera memperbaiki
penampilan. Selain itu kesalahan yang bentuk-bentuk kesalahan yang salah itu
diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan sendiri, dalam hal ini peserta didik
mengenai kaidah-kaidah bahasa disebut membutuhkan bantuan dari orang lain
sebagai faktor kompetensi. untuk memperbaiki kesalahannya, baik itu
Dari beberapa definisi di atas dapat guru maupun temannya sendiri.
disimpulkan bahwa kesalahan (errors)
adalah bagian/sikap yang menyimpang Kajian Sintaksis
yang dilakukan oleh seseorang karena Volmert (1999) mengatakan bahwa
ketidaktahuannya terhadap sesuatu yang sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
tidak bisa diperbaikinya sendiri, sedangkan Syntaxis yang berarti susunan. Sintaksis
kekeliruan (mistakes) adalah sikap adalah ilmu tentang struktur atau bangun
menyimpang yang dilakukan seseorang kalimat yang menjadi bagian dari tata
karena adanya faktor ketidaksengajaan bahasa atau gramatikal. Sementara dalam
atau ketidaktelitian yang bersifat kamus linguistik Kridalaksana (2001)
sementara dan bisa diperbaikinya. Hal ini mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang
bisa disebabkan oleh beberapa faktor linguistik yang mempelajari pengetahuan
seperti kelelahan, lupa dan kurang dan hubungan antara kata dengan kata atau
perhatian. satuan-satuan yang lebih besar. Gross
(1988:67) mengatakan bahwa pembahasan
Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa mengenai sintaksis sangat berkaitan
Tarigan (1988: 273) mengatakan dengan kalimat itu sendiri. Kalimat adalah
bahwa munculnya kesalahan pada suatu rangkaian kata yang terdiri dari minimal
tulisan atau kesalahan dalam berbahasa subjek dan predikat. Berdasarkan beberapa
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pengertian yang telah diuraikan di atas,
yaitu pertama, berupa kesalahan dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah
performansi, yaitu kesalahan penampilan, ilmu bahasa yang membahas hubungan
dimana kesalahan ini disebabkan oleh gramatika antarkata di dalam kalimat.
faktor kelelahan, keletihan, emosi, stress, Selain itu kajian sintaksis mempunyai
gangguan dari teman, tidak konsentrasi, hubungan dengan peranan kata kerja
dan suasana kelas yang tidak mendukung. (verba) dalam kalimat bahasa Jerman,
Kesalahan performansi disebut juga karena verba dalam kalimat bahasa Jerman
“mistakes”. Jadi hal ini dapat berarti, merupakan pusat atau inti kalimat bahasa
walaupun terjadi kesalahan pada suatu Jerman.
tulisan atau karangan, pembelajar dapat
dengan segera memperbaiki bentuk-bentuk Verba Bahasa Jerman
kesalahan yang salah itu sendiri dan tanpa Badudu (1986:116) mengatakan
bantuan dari orang lain. Kedua adalah bahwa verba bahasa Jerman memiliki ciri
faktor kompetensi. Kesalahan kompetensi utama yaitu bentuk infinitifnya berakhiran
tersebut disebabkan oleh kurangnya –en atau –n, misalnya telefonieren ‘me-
pengetahuan peserta didik tentang kaidah nelpon’ besuchen ‘mengunjungi’,
kebahasaan yang ada dalam pembelajaran studieren ‘studi’ sehen ‘melihat’, lesen
bahasa asing tersebut. Kesalahan ‘membaca’, schreiben ‘menulis’ dan
kompetensi ini merupakan penyimpangan sebagainya. Dalam bahasa Jerman verba
sistematis yang disebabkan oleh merupakan kelas kata yang dikonjugasikan
pengetahuan pembelajar yang sedang berdasarkan persona, jumlah, kala, genus

70
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

verba, dan modus. Berdasarkan persona, bagian kalimat lainnya pada kalimat berita
verba akan berkaitan erat dengan subjek, (Heidolph, 1976:500). Senada dengan hal
apakah berupa persona pertama, kedua, tersebut Helbig & Buscha (2001:536)
atau ketiga, sedangkan berdasarkan mengatakan bahwa predikat adalah bagian
jumlah akan bertalian dengan tunggal dan kalimat yang mempunyai posisi yang tetap
jamak. Verba untuk persona pertama dalam kalimat dan merupakan poros bagi
tunggal dikonjugasikan dengan meletak- bagian-bagian kalimat lainnya dalam induk
kan sufiks –e pada bentuk Stamm ‘akar kalimat (kalimat berita). Dalam kaidah
kata’, persona kedua tunggal dengan sufiks bahasa Jerman, verba bisa dikenali dari
–st, persona ketiga tunggal dengan –t. kedudukannya dalam kalimat, yaitu verba
Untuk persona ketiga jamak sufiks –en, yang diletakkan di tempat kedua, verba
dan untuk persona kedua jamak sufiks –t. yang diletakkan di awal kalimat, dan verba
Agar lebih jelas dapat dilihat dalam tabel yang diletakkan di akhir kalimat.
berikut. 1) Verba yang diletakkan di tempat
Tabel 1 kedua.
Konjugasi Verba Bahasa Jerman Verba yang diletakkan di tempat kedua
Numerus Persona Verba Gloss merupakan kalimat normal yang biasa
tunggal I Ich denke ‘saya digunakan untuk kalimat berita atau
berfikir’ kalimat pernyataan. Contoh: Fridrich
II Du denkst ‘kamu schreibt Gedichte. ‘Fridrich menulis puisi’
berfikir’ Kalimat tersebut merupakan kalimat berita
III Er denkt ‘dia (lk) yang ditandai dengan tanda titik. Verba
berfikir’ pada kalimat berita tersebut adalah
III Sie denkt ‘dia (pr) schreibt ‘menulis’ yang diletakkan di
berfikir’ tempat kedua setelah subjek Friedrich.
jamak I Wir denken ‘kami 2) Verba yang diletakkan di awal kalimat.
berfikir’ Verba yang diletakkan di awal kalimat bisa
II Ihr denkt ‘kalian berupa kalimat tanya (a) atau kalimat
berfikir’ perintah (b), seperti pada contoh:
III Sie denken ‘mereka (a) Scheibt Friedrich Gedichte oder
berfikir’ Roman? ‘Apakah Friedrich menulis
tunggal/ II Sie denken ‘Anda puisi atau roman?’
jamak berfikir’ Verba schribt ‘menulis’ pada kalimat
hormat tersebut diletakkan di awal kalimat yang
Konjugasi verba berdasarkan kala berfungsi sebagai kalimat Tanya
akan berhubungan dengan Präsens ‘kala (b) Schreibe ein Gedicht! ‘Tulislah sebuah
kini’, Präteritum, Perfekt, Plusquam- puisi!’
perfekt ‘kala lampau’, Futur I ‘kala yang Verba schribe ‘menulis’ yang terdapat
akan datang’, dan Futur II ‘kala yang akan pada kalimat tersebut berada di awal
datang tetapi sudah lewat’. Konjugasi kalimat berfungsi sebagai bentuk perintah
berdasarkan genus verba berkaitan dengan untuk persona ketiga tunggal dengan
pembentukan verba aktif dan verba pasif, ditandai adanya tanda seru di akhir
sedangkan berdasarkan modus akan kalimat.
berhubungan dengan indikatif, konjunktif, 3) Verba yang diletakkan di akhir
dan imperatif (Helbig/Buscha, 2001: 29). kalimat.
Verba yang diletakkan di akhir kalimat
Penempatan Verba Bahasa Jerman terdapat pada anak kalimat yang diawali
Predikat dalam bahasa Jerman oleh konjungsi atau kata hubung seperti
diwakili oleh verba yang merupakan inti weil ‘karena’, wenn ‘ketika’, dass ‘bahwa’,
suatu kalimat dan merupakan poros bagi dan obwohl ‘meskipun’. Bahasa Jerman

71
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

mempunyai aturan bahwa dalam anak kan kata kerja selalu di tempat kedua pada
kalimat verba harus diletakkan di akhir kalimat berita. Berikut adalah yang
kalimat. Atau verba yang diletakkan di termasuk kesalahan penempatan kata kerja
akhir kalimat menandai struktur anak karena adanya pengaruh bahasa Indonesia
kalimat yang biasanya diawali oleh tanda kedalam karangan bahasa Jerman:
koma. Contoh: …, weil Friedrich Gedichte (1) *Normalerweise ich wache um
schreibt. ‘…, karena Friedrich menulis 05.00 Uhr auf und stehe auf um
puisi’. 05.30 ‘Biasanya saya terjaga pada
Verba schreibt ‘menulis’ diletakkan di pukul 05.00 dan beranjak pada pukul
akhir kalimat karena kalimat tersebut 05.30’.
berupa anak kalimat yang ditandai dengan Kalimat (1) adalah merupakan kalimat
adanya kata hubung weil ‘karena’ berita bahasa Jerman. Kalimat tersebut
terdiri dari dua klausa. Klausa pertama
Prefiks Verba Bahasa Jerman adalah *Normalerweise ich wache um
Menurut Engel dalam Syahid 05.00 Uhr auf. dan klausa kedua adalah
(2011: 23) bahwa pembentukan prefiks *….und stehe auf um 05.30. Dilihat dari
dalam bahasa Jerman dapat dibagi menjadi jenis kesalahannya, kalimat tersebut
dua, yaitu; feste Präfixe dan abtrennbare mempunyai dua kesalahan, yaitu pertama
Präfixe. Feste Präfixe adalah prefiks penempatan verba wache ‘terjaga’ dan
yang selalu lekat dengan basis verba dan penempatan verba aufstehen ‘beranjak’.
pengucapannya tidak mengalami tekanan Dari kesalahan pertama, terlihat bahwa
suara antara prefiks dan basis verba. kalimat tersebut mengalami interferensi
Adapun yang termasuk feste Präfixe struktur bahasa Indonesia, karena jika
adalah; ab-, be-, ver-, zer-, ent-, er-. diartikan kata per kata memang sesuai
contoh beschreiben ‘menggambarkan’, dan dengan struktur bahasa Indonesia
verstehen ‘mengerti’. Abtrennbare Präfix ‘Biasanya saya terjaga pada pukul 05.00’.
adalah prefiks yang dapat terpisah dari Jika ditinjau dari struktur bahasa
basis verba, mengalami tekanan kata, dan Indonesia, maka verba ‘terjaga’ terletak di
dalam bentuk perfek (Partizip II) tempat ketiga setelah subjek ‘saya’, tetapi
dipisahkan oleh ‘ge’ (penanda kala perfek), hal ini tidak berlaku dalam aturan bahasa
misalnya aufessen ‘memakan sampai Jerman. Bagaimanapun juga, verba wache
habis’ menjadi aufgegessen. Adapun yang ‘terjaga’ dalam bahasa Jerman harus
termasuk abtrennbare Präfix adalah; ab-, diletakkan di tempat kedua pada kalimat
an-, auf-, aus-, bei-, um-, vor-. Agar lebih berita, walaupun kalimat tersebut diawali
jelas perhatikan contoh kalimat berikut; dengan keterangan. Dalam kalimat
Wir essen den Frühstück auf. ‘Kami tersebut, verba wache seharusnya
menghabiskan sarapan itu’. Kalimat diletakkan setelah keterangan
tersebut merupakan kalimat berita dalam normalerweise ‘biasanya’. Sehingga
bahasa Jerman. Dalam kalimat tersebut urutan yang tepat untuk klausa pertama
basis verba essen ditulis terpisah dari verba adalah Normalerweise wache ich um 05.00
infinitif aufessen. Verba essen diletakkan Uhr auf. Kemudian kesalahan kedua, yaitu
pada posisi kedua dan prefiks auf mengenai penempatan verba aufstehen
diletakkan pada akhir kalimat ‘beranjak’ pada klausa *….und stehe auf
um 05.30. Dalam kalimat bahasa Jerman
PEMBAHASAN verba aufstehen merupakan verba yang
Kesalahan Penempatan Kata Kerja dapat terpisah dari prefiksnya seperti
Telah dijelaskan pada bab landasan hanya verba aufwachen pada klausa
teori bahwa struktur kalimat antara bahasa pertama yang diletakkan pada posisi kedua
Jerman dengan bahasa Indonesia berbeda. untuk kata wache dan diletakkan pada
Kaidah struktur bahasa Jerman mengharus- akhir kalimat untuk prefiks auf-. Sehingga,

72
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

urutan kalimat yang tepat untuk klausa tersebut sesuai dengan struktur bahasa
kedua adalah ….und stehe um 05.30 auf. Indonesia. Seharusnya kalimat (3) ditulis
sebagai berikut: Normalerweise komme ich
(2) *Jeden Tag ich gehe um 5 Uhr. um 8 Uhr an.
‘Setiap hari saya pergi pada pukul 5’.
(4) *In Campus ich lese mein
Kalimat (2) adalah merupakan kalimat Subject. ‘Saya membaca pelajaranku di
berita bahasa Jerman. Penempatan verba Kampus’.
gehe ‘pergi’ dalam kalimat tersebut di atas
tidak berterima, karena tidak sesuai dengan Kalimat (4) adalah kalimat berita bahasa
struktur kalimat bahasa Jerman. Struktur Jerman. Penempatan verba lese ‘membaca’
kalimat bahasa Jerman di atas berstruktur dalam kalimat tersebut di atas tidak
bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jerman berterima karena tidak sesuai dengan
seharusnya verba gehen ‘pergi’ diletakkan struktur kalimat bahasa Jerman yang
pada posisi ke dua, yaitu setelah kata mengharuskan verba menempati posisi
Jeden Tag ‘setiap hari’. Kesalahan yang kedua dalam kalimat berita. Apabila
terdapat dalam kalimat tersebut diartikan secara harfiah kalimat bahasa
dikarenakan adanya unsur pengaruh Jerman tersebut mempunyai struktur
bahasa Indonesia dalam pembuatan bahasa Indonesia. Kesalahan penempatan
kalimat bahasa Jerman. Kesalahan inilah verba pada kalimat di atas dikarenakan
yang disebut dengan interferensi sintaksis faktor interferensi sintaksis bahasa
antarbahasa. Terjadinya interferensi Indonesia dalam karangan bahasa Jerman.
sintaksis ini bisa dikarenakan faktor Seharusnya kalimat (4) ditulis sebagai
kurang memahami struktur kalimat bahasa berikut: Im Campus lese ich mein Subject.
Jerman. Seharusnya kalimat tersebut di
atas ditulis seperti berikut: Jeden Tag gehe (5) *Er immer geht allein.
ich um 5 Uhr. ‘Dia selalu pergi sendiri’.

(3) *Normalerweise ich komme um 8 Uhr Penempatan kata kerja geht ‘pergi’ dalam
an. ‘biasanya saya tiba pada pukul 8’. kalimat (5) di atas tidaklah berterima,
karena tidak sesuai dengan struktur
Kalimat (3) adalah kalimat berita bahasa kalimat bahasa Jerman. Struktur kalimat
Jerman dengan menggunakan verba bahasa Jerman di atas berstruktur bahasa
infinitif ankommen ‘tiba/datang’. Verba Indonesia. Jika diterjemahkan secara
ankommen merupakan verba yang dapat harfiah atau kata per kata, maka kata kerja
terpisah dari prefiksnya atau disebut juga ‘pergi’ diletakkan ditempat ketiga setelah
abtrennbare Präfixe sehingga prefiks an- keterangan ‘selalu’. Kesalahan yang
diletakkan pada akhir suatu kalimat berita terdapat dalam kalimat tersebut
bahasa Jerman. Selain itu kesalahan yang dikarenakan adanya unsur pengaruh
juga terdapat pada kalimat di atas adalah bahasa Indonesia dalam pembuatan
penempatan verba komme ‘datang’ yang kalimat bahasa Jerman. Seharusnya
diletakkan pada urutan ketiga. Dalam kalimat tersebut di atas ditulis seperti
bahasa Jerman verba komme haruslah berikut: Er geht immer allein.
diletakkan pada posisi kedua setelah
keterangan normalerweise ‘biasanya’. Penghilangan Kata Kerja Bantu
Kesalahan penempatan verba pada kalimat Bahasa Jerman mengenal adanya
di atas terjadi karena adanya faktor kata kerja bantu atau sein sama halnya
interferensi sintaksis bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris yaitu to be. Dalam
terhadap karangan bahasa Jerman. Karena penelitian ditemukan adanya penghilangan
apabila diartikan secara harfiah kalimat

73
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

kata kerja bantu, seperti yang terlihat kedudukannya dalam kalimat seharusnya
dalam data berikut ini; nominativ sein Vater ‘ayahnya’ bukan
(6) *Mein Name Windy. dativ seinem Vater. Kesalahan ini
‘Namaku Windy’. merupakan penyebab terjadinya
interferensi sintaksis intrabahasa, yaitu
Secara sintaksis kalimat bahasa Jerman di yang muncul karena ketidakmampuan
atas tidak dapat berterima, karena kalimat responden dalam mengkonjugasikan
tersebut tidak dilengkapi dengan kata kerja subjek dalam kaidah bahasa Jerman.
bantu (sein). Apabila diterjemahkan secara Seharusnya kalimat tersebut di atas ditulis:
harfiah memang sesuai dengan struktur Sein Vater ist sehr böse.
bahasa Indonesia. Tidak terdapatnya kata
kerja bantu dalam kalimat di atas Kasus Akkusativ
dikarenakan adanya interferensi struktur (9) *Ich warte dein Freund.
bahasa ibu yaitu struktur bahasa Indonesia ‘saya menunggu temanmu’
yang tidak mengenal adanya sein (to be). Kalimat di atas belum tepat menurut
Seharusnya kalimat di atas ditulis seperti kaidah bahasa Jerman. Hal ini disebabkan
berikut: Mein Name ist Windy. adanya kesalahan penggunaan kasus dalam
kalimat. Kesalahan yang terjadi pada
(7) *Meine Adresse in Gebang Baru. kalimat tersebut menjadi penyebab adanya
‘Alamatku di Gebang Baru’. interferensi intrabahasa. Kata kerja warten
‘menunggu’ menurut kaidah bahasa
Kalimat di atas adalah kalimat berita Jerman mempunyai preposisi tetap auf
bahasa Jerman. Secara sintaksis kalimat yang harus disertakan dalam kalimat dan
tersebut tidak tepat, karena tidak harus diikuti dengan kasus akusativ. Pada
dilengkapi dengan kata kerja bantu. Tidak kalimat di atas penggunaan kasus akusativ
terdapatnya kata kerja bantu pada kalimat yang mengikuti kata kerja warten
di atas dikarenakan adanya faktor ‘menunggu’ seharusnya deinen Freund
interferensi bahasa Indonesia terhadap bukan dein, karena dein menunjuk pada
struktur kalimat bahasa sasaran. kasus nominative. Seharusnya kalimat
Seharusnya kalimat di atas adalah; Meine tersebut di atas ditulis; Ich warte auf
Adresse ist in Gebang Baru. deinen Freund.

Kesalahan Kasus Kasus Dativ


Kesalahan kasus dalam penerapan (10) *Die Schule liegt neben mein
kalimat bahasa Jerman merupakan salah Haus. ‘Sekolah itu terletak di
satu penyebab terjadinya interferensi samping rumahku’.
intrabahasa. Hal ini disebabkan katena Kalimat di atas adalah kalimat berita
ketidakmampuan responden dalam bahasa Jerman. Menurut kaidah bahasa
mengaplikasikan bahasa Jerman. Kasus Jerman, kalimat tersebut belum tepat.
yang terdapat dalam bahasa Jerman Kesalahan yang terjadi pada kalimat
meliputi kasus nominativ, akusativ, dativ, tersebut adalah tidak tepatnya penggunaan
dan genitiv. Berikut ini akan dibahas kata mein Haus ‘rumahku’ hal tersebut
mengenai kesalahan kasus yang muncul dikarenakan preposisi neben ‘di samping’
dalam penelitian ini. harus diikuti oleh kasus dativ. Pada
kalimat di atas penggunaan kasus dativ
Kasus Nominativ yang mengikuti prepoisisi neben
(8) *Seinem Vater ist sehr böse. seharusnya meinem Haus, karena mein
‘Ayahnya sangat marah’ menunjuk pada kasus nominativ.
Kesalahan yang terdapat dalam kalimat di Seharusnya kalimat tersebut di atas ditulis:
atas adalah pada pembentukan subjek yang Die Schule liegt neben meinem Haus.

74
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

Kesalahan Konjugasi Verba terjadinya interferensi sintaksis antara lain;


Dalam bahasa Jerman verba (1) Kesalahan yang disebabkan adanya
merupakan kelas kata yang dikonjugasikan interferensi antarbahasa, yaitu kesalahan
berdasarkan persona, jumlah, kala, genus yang terjadi karena adanya pengaruh
verba, dan modus. Verba dalam bahasa bahasa Indonesia dalam struktur kalimat
Jerman juga mengenal sistem konjugasi bahasa Jerman. Diantaranya adalah
yang tidak terdapat dalam bahasa kesalahan penempatan kata, dan
Indonesia. Oleh karena itu verba bahasa penghilangan kata kerja bantu. (2)
Jerman mampu mendeskripsikan bentuk Kesalahan yang disebabkan adanya
kala dalam kalimat. Berikut adalah yang interferensi intrabahasa, yaitu kesalahan
termasuk kesalahan konjugasi verba yang terjadi karena kurangnya pemahaman
bahasa Jerman dalam data penelitian responden terhadap kaidah bahasa Jerman
dalam mengaplikasikannya dalam bentuk
(11) *Ich arbeit als Ansager bei NCL karangan berbahasa Jerman. Diantaranya
Radio. ‘Saya bekerja sebagai Penyiar adalah kesalahan kasus (nominativ,
di NCL Radio’ akkusativ, dativ) dan kesalahan konjugasi
kata kerja.
Kesalahan yang terdapat dalam
kalimat di atas adalah kesalahan konjugasi DAFTAR PUSTAKA
pada verba arbeit ‘bekerja’. Menurut Badudu, J. S. 1986. Inilah Bahasa
kaidah bahasa Jerman verba harus Indonesia yang Benar. Jakarta:
dikonjugasikan dengan persona (subjek) Gramedia Pustaka Utama.
kalimat. Subjek dalam kalimat di atas Bußmann, Hadumod. 2002. Lexikon der
adalah ich ‘saya’ yaitu persona pertama Sprachwissenschaft. Stuttgart: Alfred
tunggal. Verba untuk persona pertama Kröner Verlag.
tunggal dikonjugasikan dengan Chaer, A. dan Agustina, L. 1995.
meletakkan sufiks –e pada akar kata arbeit Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
sehingga verba menjadi arbeite. Jakarta: Rineka Cipta.
Seharusnya kalimat di atas ditulis: Ich Gross, Harro. 1988. Einführung in die
arbeite als Ansager bei NCL Radio. Germanistik Linguistik. München:
Judicium Verlag.
SIMPULAN Heidolph, Karl Erich. 1976. Grundzüge
Kemampuan responden dalam me- einer deutschen. Berlin: Akademie
mahami dan mengaplikasikan bahasa Verlag.
Jerman dapat diketahui melalui kesalahan Helbig & Buscha. 2001. Deutsche
yang terdapat dalam pembuatan karangan Grammatik. Ein Handbuch für den
berbahasa Jerman. Analisis yang telah Ausländerunterricht. Leipzig, Berlin,
penulis lakukan merupakan salah satu cara München: Verlag
untuk mengetahui bentuk kesalahan yang James, Carl. 1998. Error in Language
sering muncul dan faktor penyebab Learning and Use Exploring Erorr
kesalahan yang dilakukan oleh responden. Analysis. New York: Logman
Dengan mengetahui bentuk kesalahan dan Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
faktor penyebab kesalahan, diharapkan Linguistik. ed. 3. Jakarta: PT. Gramedia
dapat diantisipasi untuk diminimalisir. Parera, Jos Daniel. 1987. Linguistik
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan Edukasional: Pendekatan, Konsep dan
bahwa terdapat beberapa faktor penyebab Teori Pengajaran Bahasa. Jakarta:
kesalahan yang mengakibatkan terjadinya Penerbit Erlangga.
interferensi sintaksis dalam karangan Pateda, M. 1989. Analisis Kesalahan.
berbahasa Jerman Mahasiswa/i STIBA NTT: Nusa Indah
Bumigora Mataram. Faktor penyebab

75
Journal of Languages and Language Teaching, Vol.6 No.2 November 2018

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Tarigan, Guntur. 1988. Pengajaran


Kesalahan Berbahasa Indonesia.Teori Analisis Kesalahan Berbahasa.
dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Bandung: Angkasa
Suwito. 1983. Pengantar Awal Volmert, Johannes. 1999. Grundkurs
Sosiolinguistik Teori dan Praktik. Sprachwissenschaft. München: Wilhelm
Surakarta: Henary Offset. Fink Verlag.
Syahid, Agus. 2011. Perilaku Morfem Auf Weinreich, Uriel.1968. Languages In
Bahasa Jerman dan Pengungkapan Contact: Findings And Problems. New
Maknanya dalam Bahasa Indonesia. york: The Hague,Mouton
Kajian Struktur dan Semantik. Thesis
S2. Bandung: Program Studi
Pascasarjana Ilmu Linguistik
Universitas Padjadjaran.

76

Anda mungkin juga menyukai