Anda di halaman 1dari 25

LINGUISTIK UMUM

YENNI KARENITA

(APA ITU ILMU LINGUISTIK)


Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek
kajiannya.

Tujuan mempelajari linguistik:


1. Ilmu dipelajari untuk ilmu itu
2. Ilmu dipelajari sebagai dasar ilmu-ilmu lain.
Linguistik :
 linguistics (bahasa Inggris)
 linguistiek (bahasa Belanda)
 langue, langage, dan parole (bahasa Perancis)

Linguis (linguist) adalah orang yang ahli dalam bidang linguistik (pakar linguistik).
Ilmu linguistik disebut umum karena tidak hanya menyelidiki satu bahasa (seperti bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa Perancis), tetapi linguistik mencakup bahasa pada
umumnya (seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi milik
manusia/langage).
METODE ILMIAH DALAM LINGUISTIK
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, disiplin ilmiah pada umumnya mengalami perkembangan
sebagai berikut:
1. Tahap Spekulasi
Cara mengambil kesimpulan tanpa didasari oleh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan
tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.

2. Tahap Observasi
Tahap mengumpulkan dan menggolong-golongkan segala fakta bahasa dengan teliti
tanpa memberi teori atau kesimpulan apa pun.

3. Tahap perumusan Teori


Tahap memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dibutuhkan.
Empat langkah pelaksanaan metode induktif:
Pengamatan data, Wawasan atas struktur data, Perumusan hipotesis, Pengujian
hipotesis.
Metode deduktif dilaksanakan dengan merumuskan hipotesis kemudian mengujinya
pada data.
Perbedaan pendekatan linguistik dengan pendekatan-pendekatan lain terhadap
bahasa:
1. Linguistik mendekati bahasa secara deskriptif, bukan preskriptif
2. Linguistik tidak memaksakan sesuatu bahasa dalam kerangka-kerangka bahasa lain.
3. Linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu sistem, bukan hanya sebagai suatu
kumpulan yang terlepas (menggunakan pendekatan struktural, bukan atomistis.
4. Linguistik memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis, bukan statis karena
bahasa selalu berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya pemakainya.
Pendekatan terhadap bahasa dapat dilakukan secara deskriptif (sinkronis) dan historis
(diakronis).
1. Deskriptif (sinkronis) yaitu mempelajari berbagai aspek pada suatu masa tertentu.
2. Historis (diakronis) yaitu memplajari berbagai aspek sesuai perkembangan dari waktu
ke waktu.
LINGUISTIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN SPESIFIK DAN EMPIRIS
1. Yang menjadi objek kekhususan linguistik adalah bahasa sebagai bahasa, bukan
melihat bahasa sebagai ilmu lain.
2. Linguistik itu empiris artinya ilmu-ilmu tersebut berdasarkan fakta dan data yang
dapat diuji oleh ahli tertentu dan oleh semua ahli.
(OBJEK LINGUISTIK : BAHASA)
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh anggota
kelompok untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
HAKIKAT BAHASA:
1. BAHASA ITU SEBUAH SISTEM
Artinya bahasa itu bukanlah sebuah unsur yang terkumpul secara tak beraturan,
melainkan sebuah unsur yang diatur seperti pola-pola yang berulang.

2. BAHASA ITU SEBUAH SISTEM LAMBANG


Lambang merupakan sebuah tanda yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial
berdasarkan perjanjian dan untuk memahaminya harus dipelajari.

3. BAHASA ITU SISTEM BUNYI


Manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan, jadi bahasa lisan itu bersifat primer,
sedangkan bahasa tulis itu bersifat sekunder.

4. BAHASA ITU ARBITRER


Artinya tidak ada hubungan wajib antara satuan-satuan bahasa dengan yang
dilambangkannya (manasuka).

5. BAHASA ITU BERMAKNA


Artinya bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar
masyarakat yang memakainya.

6. BAHASA ITU BERSIFAT KONVENSIONAL


Bahasa dikatakan konvensional karena bahasa itu merupakan sistem lambang, yaitu
tanda yang harus dipelajari dan disepakati oleh para pemakainya.

7. BAHASA ITU UNIK


Artinya setiap bahasa memiliki sistem yang khas yang tidak harus ada pada bahasa
lain.

8. BAHASA ITU UNIVERSAL


Bahasa bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu
mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

9. BAHASA ITU PRODUKTIF


Artinya sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas dapat dipakai secara
tidak terbatas oleh pemakainya.
10. BAHASA ITU BERVARIASI
Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
 Idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat perorangan.
 Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
 Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya,
ragam baku dan ragam tidak baku.

11. BAHASA ITU DINAMIS


Bahasa itu tidak tetap dan selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Misalnya, perubahan ejaan bahasa Indonesia:
 Ejaan Van Ophuysen (1901-1947)
 Ejaan Republik /Soewandi (1947-1972)
 Ejaan Melindo/Melayu Indonesia (1959)
 Ejaan Yang Disempurnakan/EYD (1972-2015)
 Ejaan Bahasa Indonesia/EBI (2015)

12. BAHASA ITU MANUSIAWI


Bahasa itu milik manusia

13. BAHASA SEBAGAI ALAT INTERAKSI SOSIAL


Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi dengan orang lain.

14. BAHASA ITU LAMBANG IDENTITAS


Artinya dengan bahasa suatu kelompok sosial dapat mengidentifikasikan dirinya.
(BAPAK LINGUISTIK MODERN)
Bapak Linguistik Modern ( Ferdinnd de Saussure )
Mongin Ferdinand de Saussure ( 1857-1913 ), ( Arifin,dkk. 2015:3).
Buku : Course de Linguistuque Generale ( Pengantar Linguistik Umum ) , ( terbit tahun
1916, terjemahan dalam Bahasa Indonesia terbit 1988 ) .
Aspek - Aspek dalam Linguistik Umum :
1. langue, langage, parole
1. Langue : mengacu pada sistem bahasa tertentu (abstrak).
2. Language : bahasa pada umumnya. (sangat abstrak)
3. Parole : tuturan. ( konkrit )

2. sinkronis dan diakronis


1. Sinkronis : satu kurun waktu.
2. Diakronis : dari waktu ke waktu atau pada masa yang tidak terbatas
linguistik bandingan (linguistik historis komparatif).

3. hakikat tanda Bahasa


1. Signifie : petanda
2. Signifiant : penanda
3. Signe Linguistique : tanda bahasa

4. hubungan sintagmatik dan paradigmatik


1. HUBUNGAN SINTAGMATIK
Hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam satuan kalimat konkrit
(hubungan antarfonem, kata, unsur sintaksisnya).

Hubungan sintagmatis bersifat linear atau horizontal(menurun) antara satuan yang


satu dengan yang lain yang berada di kiri atau kanannya.

2. HUBUNGAN PARADIGMATIK
Hubungan yang terdapat dalam bahasa namun tidak tampak dalam susunan satuan
kalimat.

Susunan relasi asosiatif akan tampak apabila suatu kalimat di bandingkan dengan
kalimat yang lain.
(PEMBIDANGAN LINGUISTIK)
Pada dasarnya linguistik mempunyai dua bidang besar:
1. Mikrolinguistik
Bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam (struktur bahasanya).

2. Makrolinguistik
Bidang linguistik yang mempelajari bahasa dengan faktor-faktor luar bahasa.
Berdasarkan tujuannya, linguistik dapat dibagi menjadi:
1. Linguistik teoretis
Yaitu bidang penelitian bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
bahasa.

Linguistik teoretis dapat bersifat umum dan khusus. Bersifat umum, yaitu berusaha
untuk memahami ciri-ciri umum dalam berbagai bahasa, sedangkan linguistik khusus
berusaha menyelidiki ciri-ciri khusus dalam bahasa tertentu.

2. Linguistik terapan
Yaitu penelitian bahasa untuk memecahkan masalah-masalah praktis.

Penelitian bahasa bersifat interdisiplinner


Yaitu bidang penelitian bahasa yang bahan maupun pendekatannya mempergunakan dan
digunakan oleh ilmu-ilmu lain.
HUBUNGAN BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
1. Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang (jumlah relatif) yang merasa
menggunakan bahasa yang sama.
1. Masyarakat yang menggunakan dua bahasa, misalkan memakai bahasa
Indonesia dan juga memakai bahasa daerah disebut bilingual.
2. Masyarakat yang menggunakan lebih dari dua bahasa disebut multilingual.

2. Variasi dan Status Sosial


1. Variasi bahasa di bedakan menjadi dua yaitu variasi tinggi(T) dan rendah(R).
2. Variasi tinggi digunakan saat dalam situasi remi atau formal, variasi rendah
digunakan di suatu tidak resmi atau tidak formal.
3. Variasi T dipelajari di sekolah-sekolah dan variasi R dipelajari langsung dari
masyarakat umum.
4. Adanya pembedaan variasi ini disebut diglosia.
5. Masyarakat yang mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat diglosia.
3. Penggunaan Bahasa
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa suatu komunikasi
menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan
menjadi SPEAKING yakni :
1. Setting and scene yaitu unsure yang berkenaan dengan temapat dan waktu
terjadinya percakapan.
2. Participants yaitu orang yang terlibat dalam percakapan.
3. Ends yaitu maksud dan hasil percakapan.
4. Art sequences,yaitu hal yang menunjuk hal dan bentuk percakapan.
5. Key,yaitu yang menunjuk kepada car atau semangat dalam melaksanakan
percakapan.
6. Intrumentalities,yaitu yang menunjuk kepada jalur percakapan:apakah secara
lisan atau tidak .
7. Norms,yaitu yang menunjuk pada norma dan prilaku peserta percakapan
8. Genders,menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.

4. Kontak Bahasa
1. Kontak bahasa adalah adanya pengaruh antara bahasa yang satu dengan
bahasa yang lain sehingga menyebabkan adanya perubahan bahasa ataupun
percampuran bahasa.
2. Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat
menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih
dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut kontak bahasa.
3. Akibat adanya kontak bahasa: interferensi, integrasi, alihkode, dan
campurkode.

5. Bahasa dan Budaya


1. Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai
hubungan bahasa dengan kebudayaan ini.
2. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua orang pakar, yaitu Edward Sapir dan
Benjamin Lee Whorf ( hipotesis Sapir- Whorf) yang menyatakan bahwa
bahasa mempengaruhi kebudayaan atau bahasa itu mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya.
3. Jadi bahasa itu menguasai cara berpikir dan bertindak manusia. Apa yang
dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat- sifat bahasanya.
(FONOLOGI)
FONOLOGI adalah salah satu bidang linguistik yang mempelajari runtunan bunyi-bunyi
bahasa. (Abdul Chaer 2007:102)
Fonologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-
bunyi bahasa.
Fonologi terbagi menjadi dua, yaitu fonetik dan fonemik.
OBJEK STUDI FONOLOGI

FONETIK
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan adanya pembeda makna.

Fonetik terbagi menjadi 3 macam:


1. Fonetik artikulatoris (alat ucap) CONTOHNYA PENUTUR
disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis. Sebagaimana bunyi-bunyi
bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi
bunyi itu diklasifikasikan.

2. Fonetik akustik (peristiwa fisis) CONTOHNYA UDARA


mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.
Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, amplitudonya, intensitasnya
dan timbrenya.

3. Fonetik auditoris (alat pendengar) CONTOHNYA PENDENGAR


Mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita.
Proses pembentukan bunyi bahasa:
Bernapas→ mengeluarkan tenaga→ menuju pita suara→ membuka/menutup pita
suara yang tertutup rapat→ arus udara keluar berbeda-beda (dari hidung, mulut, hidung dan
mulut)→ menghasilkan bunyi yang berbeda-beda pula.
Nama Alat Ucap yang Sering Dipakai dalam Studi Linguistik
1. Pangkal tenggorok (larynx) – laringal
2. Rongga kerongkongan (pharynx) – faringal
3. Pangkal lidah (dorsum) – dorsal
4. Tengah lidah (medium) – medial
5. Daun lidah (laminum) – laminal
6. Ujung lidah (apex) – apikal
7. Anak tekak (uvula) – uvular
8. Langit-langit lunak (velum) – velar
9. Langit-langit keras (palatum) – palatal
10. Gusi (alveolum) – alveolar
11. Gigi (dentum) - dental
12. Bibir (labium) – labial

Empat Macam Posisi Pita Suara


1. Terbuka lebar : Tidak terjadi bunyi bahasa
2. Terbuka agak lebar : bunyi tak bersuara
3. Terbuka sedikit : bunyi bersuara
4. Tertutup rapat : bunyi hamzah/glota stop

Artikulator
Adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa.
1. Artikulator aktif :
Bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah

2. Artikulator pasif :
Bibir atas, gigi atas, langit-langit keras
Bunyi Bilabial [b], [p], [w]
Bunyi Labiodental [f] dan [v]
Bunyi Apikodental [t] dan [d]

Unsur Suprasegmental
Bunyi suprasegmental/prosodi adalah bunyi yang berkenaan dengan keras lembut,
panjang pendek, dan jeda bunyi yang tidak dapat disegmentasikan.
Nada/Pitch
Nada adalah tinggi rendahnya suara dan dalam penuturan bahasa Indonesia tidak
fungsional (membedakan makna).
SILABEL
1. onset
onset adalah bunyi pertama dalam sebuah silabel.
Contoh:
Bunyi /s/ dan /p/ Pada kata /sum+pah/
2. koda
Koda adalah bunyi akhir pada sebuah silabel
Contoh:
Bunyi /m/ dan /h/ Pada kata /sum+pah/

INTERLUDE
Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang
beruntutan.
Contoh: mb dalam tumbuh
Am-bruk

FONEMIK
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna.
Contoh: lama-sama, rasa-masa, sak-rak

Identifikasi Fonem
Dilakukan intuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan.
Cara :
/l/-/a/-/b/-/a/ dengan /r/-/a/-/b/-/a/
/l/ dan /r/ adalah fonem dalam bahasa indonesia. Karena dapat dipakai sebagai
pembeda makna.
/b/-/a/-/k/-/u/ dengan /b/-/a/-/h/-/u/
/k/ dan /h/ juga dapat membedakan makna.

Alofon
Alofon bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dalam sebuah fonem.
Contoh:
Fonem /o/ memiliki 2 buah alofon
Yaitu bunyi /‫כ‬/ pada kata tokoh.
Dan bunyi /o/ pada kata toko.
Khazanah Fonem
adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.
FONEM :
1. Huruf : A sampai Z
2. Diftong : ai, au, oi
3. Gabungan Konsonan : kh, sy, ny, ng
CONTOH:
mengkhawatirkan
Kata tersebut di atas memiliki 13 fonem.
Karena gabungan ng dihitung 1 fonem, begitu pula pada kh. Sebab keduanya termasuk
gabungan konsonan.
Perubahan Fonem
Asimilasi
Asimilasi adalah proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau
dijadikan hampir sama.
Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dibedakan atas asimilasi progresif
dan asimilasi regresif.
1. Contoh asimilasi progresif:
Colnis → collis (latin: ‘bukit’)
2. Contoh asimilasi regresif:
Adsimilatio → asimilasi
al-salam → asalam

Berdasarkan sifat penyamaannya, asimilasi dibedakan atas asimilasi total dan asimilasi
parsial.
1. Contoh asimilasi total :
al-salam → asalam
in-relevan → irelevan
2. Contoh asimilasi parsial:
in-port → impor
in-provisasi → improvisasi.
Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bentuk kata karena dua fonem yang sama dijadikan tidak sama.
Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi.
Contoh:
saj jana → sarjana
sayur-sayur → sayur-mayur
lauk-lauk → lauk-pauk
Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian bentuk kaidah fonologi atau morfologi. Adaptasi berdasarkan
kaidah fonologi disebut adaptasi fonologis, sedangkan adaptasi berdasarkan kaidah morfologi
disebut adaptasi morfologis.
1. Contoh adaptasi fonologis:
pajeg (Jawa) menjadi pajak
voorloper (Belanda) menjadi pelopor
2. Contoh adaptasi morfologis:
pratama (Sansekerta) menjadi pertama
post card (Inggris) menjadi kartu pos
Analogi
Analogi adalah pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada. Dalam bahasa
Indonesia ada kata dewa (maskulin) dan dewi (feminin). Mengacu kepada contoh dewa dan
dewi, kata putra, siswa, pemuda dianggap sebagai maskulin, dan untuk menyatakan feminin
dibentuk kata putri, siswi, dan pemudi.
Berdasarkan kata pramugari yang bermakna ‘pelayan’ dengan konotasi positif, dibentuk kata
pramuniaga, pramuwisma, pramusiwi, dan pramusaji.
Anaptiksis
Anaptiksis adalah perubahan ucapan kata dengan penyisipan bunyi vokal (ə) pepet untuk
melancarkan ucapan.
Contoh:
putra → putera
Negri → negeri
Ksatria → kesatria
Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bentuk kata karena perubahan vokal tunggal (monoftong)
menjadi vokal rangkap (diftong).
Contoh:
Anggota → anggauta
Sentosa → sentausa
Pande → pandai
Cuke → cukai
Monoftongisasi
Monoftongisasi adalah perubahan bentuk kata karena perubahan vokal rangkap (diftong)
menjadi vokal tunggal (monoftong).
Contoh:
Pulau → pulo
Autonomi → otonomi
Autobiografi → otobiogra
Sandi (Persandian)
Sandi atau persadian adalah perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua buah
vokal yang berdampingan, dengan akibat terjadi pengurangan dua buah suku kata. Jumlah
suku dalam kata menjadi berkurang satu.
Contoh:
Keratuan → keraton
Buruan → buron
Durian → duren
Metatesis
Metatesis adalah pertukaran letak fonem dalam suatu kata tanpa menyebabkan perubahan
makna dasar kata tersebut.
Contoh:
Lajur → jalur
Serap → resap
Sapu → usap
Epentesis
Proses penyisipan sebuah fonem tertentu yang homorgan dengan lingkungannya.
Contoh:
Jumlah→ jumblah
Kapak → kampak
Sapi → sampi
Protesis
Protesis adalah penambahan sebuah fonem pada awal sebuah kata. Protesis lebih sering
terjadi pada kata monosilabis (bersuku tunggal).
Contoh:
Lang → elang
Smaraserap → asmara
Mpu → empu
Epentesis (Mesogoge)
Epentesis atau mesogoge adalah penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata.
Contoh
Bhasa → bahasa
Kapak → kampak
Bhaya → bahaya
Paragog
Paragog adalah penambahan sebuah fonem di akhir sebuah kata.
Contoh:
Boek → buku
Bank → bangku
Conto → contoh
Aferesis
Aferesis adalah penanggalan atau penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah
kata.
Contoh:
Upawasa → puasa
Wujud → ujud
Sinkop
Sinkop adalah penanggalan atau penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah sebuah
kata.
Contoh:
Niyata → nyata
Pelihara → piara
Laghu → lagu
Apokop
Apokop adalah penanggalan atau penghilangan sebuah fonem di akhir sebuah kata.
Contoh:
Pelangit → pelangi
Riang → ria
Sikut → siku
Haplologi
Haplologi adalah penanggalan atau penghilangan satu silabel (suku kata) di tengah kata.
Contoh:
Budidaya → budaya
Mahardika → mardika (merdeka)
Kontaminasi
Kontaminasi atau kerancuan adalah perpaduan dua buah struktur yang tidak tepat. Kata yang
terbentuk dengan kontaminasi adalah kata yang tidak tepat atau tidak baku.
Contoh:
berulang-ulang dan berkali-kali → berulang-kali
memperlebar dan melebarkan → memperlebarkan
musna dan punah → musnah
Hiperkorek
Hiperkorek adalah pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul sehingga hasilnya
justru menjadi salah. Gejala hiperkorek muncul karena adanya kecenderungan gagah-gagahan
dari pemakai bahasa, yakni adanya rasa ingin keren atau merasa paling tahu tentang bentuk
kata yang benar.
Contoh:
Sabtu → saptu
Khotbah → khutbah
Surga → sorga
Umlaut
Jer. Perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih
tinggi sebagai akibat dari vokal berikutnya yang tinggi
Ablaut
Jer. Perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo- jerman untuk menandai
fungsi-fungsi gramatikal.
Harmoni Vokal
Terdapat dalam bahasa Turki. Perubahan vokal yang berlangsung dari kanan ke kiri.
Kontraksi
Kontraksi adalah pemendekan atau penyingkatan frasa (kelompok kata) menjadi suatu kata
baru.
Contoh:
tidak ada → tiada
kamu sekalian → kalian
Singkatan berbentuk akronim seperti samsat (sistem administrasi manunggal satu atap), rudal
(peluru kendali), ampera (amanat penderitaan rakyat), dan waskat (pengawas melekat) dapat
digolongkan sebagai gejala kontraksi.
Kontraksi biasanya terjadi dalam percakapan yang cepat atau dalam situasi informal
seringkali penutur menyingkat atau memperpendek ujarannya.
Contoh:
Tidak tahu → ndak tahu
Itu tadi → tutadi
(MORFOLOGI)
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara
pembentukannya.
Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna.
Identifikasi Morfem
Bandingkan kehadirannya dalam bentuk-bentuk lain.
Contoh:
[dipukul]
di → dijambak pukul → memukul
didorong terpukul
ditendang berpukul-pukulan
dibeli memukuli
dicari memukulkan
Morf dan Alomorf
1. Morf: nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.
2. Alomorf: nama untuk bentuk tersebut jika sudah diketahui statusnya.
Jadi, alomorf adalah realisasi yang berlainan dari morfem yang sama.
Alomorf perwujudan konkrit.
Klasifikasi Morfem
1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat.
 Morfem Bebas adalah morfem yang dapat muncul dalam pertuturan,tanpa
hadirnya morfem lain.
Contoh: senang, datang, pergi, jauh, dekat, dan sebagainya.

 Morfem Terikat adalah morfem yang tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa
digabung dengan morfem lain.
Contoh: semua afiks (prefiks, infiks, sufiks, konfiks) dalambahasa Indonesia.

2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi.


 Morfem Utuh adalah morfem yang merupakan satu kesatuan utuh.
Contoh:
semua morfem dasar bebas, seperti tangan, kaki, meja, kursi, baju, dan sebagainya.

sebagian morfem terikat, seperti prefiks dan sufiks.


 Morfem Terbagi adalah morfem yang terdiri dari dua bagian yang terpisah.
Contoh: sebagian afiks konfiks: {ke-/-an}, {ber-/-an},{per-/-an}, {pe-/-an}
infiks: {-er-}, {-el-}, {-em-}.

3. Morfem Segmental dan Suprasegmental.


 Morfem Segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental.
Contoh: morfem {datang}, {pulang}, {lah}, {ber}, {ter} atau semua morfem yang
berwujud bunyi.

 Morfem Suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur


suprasegmental.
Contoh: tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

4. Morfem Beralomorf Zero.


Morfem Beralomorf Zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud
bunyi segmental, maupun suprasegmental (prosodi), tetapi berupa “kekosongan”.

5. Merfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal


 Morfem Bermakna Leksikal adalah morfem yang secara inheren telah memiliki
makna pada dirinya sendiri, tanpa berproses dulu dengan morfem lain.
Contoh: morfem {baru}, {anak}, {kuda}, {lari}, dan sebagainya.
 Morfem Tak Bermakna Leksikal adalah morfem yang tidak memiliki apa-apa
pada dirinya sendiri.
Contoh: morfem-morfem afiks ({ber-}, {me-}, {ter-}, {-an}), dan sebagainya.
6. Morfem Unik.
Morfem Unik adalah morfem yang hanya muncul pada pasangan tertentu.
Contoh: kering kerontang, sayur-mayur.
(SINTAKSIS)
Sintaksis Secara Etimologi: Menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat.
Berasal dari bahasa Yunani : SUN artinya DENGAN, dan TATTEIN artinya
MENEMPATKAN.
Struktur sintaksis
 Fungsi : Subjek, Predikat, Objek.
 Kategori : Nomina, verba, ajektiva, numeralia.
 Peran : Pelaku, penderita, penerima.

Contoh:
Ibu membeli mangga di pasar.
Fungsi : S P O K
Kategori : nomina verba nomina verba
Peran : pelaku perbuatan penderita ket.tempat
Satuan-satuan sintaksis
 Kata :
Kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk
satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.

Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, dibedakan adanya kata penuh (fullword) dan
kata tugas (functionword).

Kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, akjetifa,
adverbia, dan numeralia.

 Frase/frasa :
Satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

Frase berupa morfem bebas, bukan morfem terikat.

Frase bersifat nonprediktif, artinya hubungan antara kedua unsur yang membentuk
frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek.

Jenis Frase
(1) frase eksosentrik : frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
(2) frase endosentrik : Frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
(3) frase koordinatif : frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua
komponen atau lebih yang sama atau sederajat, dan secara potensial dapat
dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau,tetapi,
maupun konjungsi terbagi seperti baik ... baik, makin ... makin, baik ...maupun ....
(4) frase apositif : frase koordinatif yang kedua komponennya merujuK
sesamanya sehingga urutan komponennya dapat dipertukarkan.

 Klausa :
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase,yang berfungsi
sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan.

Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karna didalamnya sudah ada fungsi
sintaksis wajib,yaitu subjek dan predikat.

 Kalimat :
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.

Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan
intonasi final.

 Wacana :
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarkial gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi.
Hal lain yang berkaitan dengan sintaksis
 Modus
 Aspek
 Kala
 Modalitas
 Fokus
 Diatesis
Berdasarkan fungsi dan unsurnya
 S DAN P
1. Dapat bertukar tempat
2. P bisa verba transitif/verba intransitif

 DAN PEL
1. O1 selalu terletak di belakang P (jika verba transitif)
2. O1 aktif --------- jika pasif --------- menjadi S
3. Beberapa v transitif tida meN- : makan, minum, minta, mohon (sering menjadi meN-
jika muncul bentuk klitika nya, sehingga menjadi memakan, meminum, meminta,
memohon).
4. V transitif yang memerlukan 2O: kata memberi, membelikan, menjadikan.
5. O1 dan O2 memiliki persamaan, yaitu selalu terletak di belakang P.
6. Perbedaan O1 dan O2, yaitu jika klausa kalimat dipasifkan, O1 menjadi S, sedangkan
O2 di belakang P menjadi PEL.

 PEL
1. Tidak dapat dipasifkan ------- V intransitif
2. Selalu terletak di belakang P dalam kalimat pasif.

 KET
1. Letak bebas, bisa di depan S, P, dan di antara S dan P, bisa paling belakang.
2. Tidak mungkin terletak antara P dan O atau P dan PEL karena O dan PEL selalu
menduduki tempat di belakang P.
3. KECUALI, O merupakan frase panjang.
Hal yang berkaitan dengan sintaksis
1. Modus : Modus adalah penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran
si pembicara, atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya.
2. Aspek : Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal
didalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses.
3. Kala : Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu
terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam
predikat.
4. Modalitas : Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap
pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Sikap ini dapat berupa pernyataan
kemungkinan, keinginan, dan keizinan.
5. Fokus : Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian
pendengar atau pemabaca tertuju pada bagian itu.
6. Diatesis : Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku dan peserta dalam
kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.
(SEMANTIK)
Semantik adalah kajian ilmu bidang ilmu yang mempelajari makna bahasa.
Hakikat Makna
1. Menurut Ferdinand de Saussure : Komponen signifian atau “yang mengartikan”
yang wujudnya berupa runtunan bunyi, dan komponen signifie atau “yang
diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep.

2. Segitiga Richard Ogdent :

Jenis-jenis makna
1. leksikal, gramatikal, kontekstual.
 Makna leksikal: makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa
pun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai’.

 Makna gramatikal: terjadi melalui proses gramatikal, seperti afiksasi,reduplikasi,


komposisi, atau kalimatisasi. Contoh, proses komposisi dasar sate dengan dasar ayam
melahirkan makna gramatikal ‘bahan’; dengan dasar Madura melahirkan makna
gramatikal ‘asal’; dengan dasar lontong melahirkan makna gramatikal ‘bercampur’.

 Makna kontekstual: makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks. Misalnya, makna kata jatuh. Contoh lain, ‘rambut di kepala nenek belum ada
yang putih’.

2. Referensial dan nonreferensial.


 Makna referensial: makna yang memiliki acuan atau referens. Contoh: kata kuda,
merah, dan gambar karena ada acuannya dalam dunia nyata.

 Makna nonreferensial: makna yang tidak mempunyai acuan atau referens. Contoh:
kata dan, atau, karena, atau kata-kata yang bersifat deiktik (di sini, di sana,
pronominal: aku, dia, saya, dsb.).
3. Denotatif dan konotatif.
 Makna denotatif: makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh
sebuah leksem. Makna denotatif sama dengan makna leksikal.

 Makna konotatif: adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut. Konotasi sebuah kata bisa berbeda antara seseorang
dengan orang lain, antara satu daerah dengan daerah lain, atau antara satu masa
dengan masa yang lain.

4. Konseptual dan asosiatif


 Makna konseptual: makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun.

 Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

Makna Idiom dan Peribahasa


1. Idiom: adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
Contoh: membanting tulang ‘bekerja keras’, meja hijau ‘pengadilan’, dan sudah beratap seng
‘sudah tua’.
2. Peribahasa: memiliki makna yang masih dapat ditelusuri, dilacak, dan
diramalkan.
Contoh: seperti anjing dan kucing ‘dua orang yang tidak pernah akur’.

Relasi makna
1. Sinonim : Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan
adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
Misalnya, antara kata betul dengan kata benar. Relasi sinonim bersifat dua arah.

2. Antonim : Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah
satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras
antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata
baik.
3. Polisemi : Sebuah kata atau ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai
makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala yang setidaknya mempunyai makna
bagian tubuh manusia. Dalam kasus polisemi ini, biasanya makna pertama adalah
makna sebenarnya. Yang lain adalah makna-makna yang dikembangkan
berdasarkan salah satu komponen makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu.

4. Homonimi : Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya
“kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing
merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Umpamanya, antara kata pacar
yang bermakna ‘inai’ dan kata pacar yang bermakna ‘kekasih’.

5. Hiponimi : Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran


yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Misalnya, antara
kata merpati dan kata burung. Makna kata merpati tercakup dalam makna kata
burung. Relasi hiponimi bersifat searah.

6. Ambiguiti/ambiguitsa/ketaksaan : Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat


terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Ketaksaan
dapat juga terjadi bukan karena tafsiran gramatikal yang berbeda, tetapi karena
masalah homonimi, sedangkan konteksnya tidak jelas.

7. Redudansi : Istilah redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya


penggunaan unsure segmental dalam suatu bentuk ujaran. Misalkan, kalimat “bola
itu ditendang oleh Dika” tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan “bola itu
ditendang Dika”. Akan tetapi, dalam analisis semantik, setiap penggunaan unsur
segmental dianggap membawa makna masing-masing.

Perubahan Makna
Perubahan makna kata atau satuan ujaran itu ada beberapa macam.:
1. Perubahan yang meluas
2. Perubahan yang menyempit
3. Perubahan yang berubah total.

Penyebab terjadinya perubahan makna:


1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi
2. Perkembangan sosial budaya
3. Perkembangan pemakaian kata
4. Pertukaran tanggapan indra.
(TEORI DAN ALIRAN DALAM LINGUISTIK)

A. LINGUISTIK TRADISIONAL (ABAD IV SM—ABAD XVII M)


1. Linguistik Tradisional
2. Linguistik Zamam Renaisans

B. LINGUISTIK MODERN (ABAD XIX M—ABAD XXI M)


1. Teori Linguistik Srtuktural
2. Teori Linguistik Transformasi Generatif
3. Teori Linguistik Stratifikasi
4. Teori Linguistik Tagmemik
5. Teori Linguistik Fungsional
6. Teori Linguistik Kasus
7. Teori Linguistik Relasional

(TOKOH-TOKOH LINGUISTIK)
Tokoh Linguistik Dunia
1. Noam Chomsky
2. Leonard Bloomfield
3. Ferdinand de Saussure
4. Kenneth L. Pike
5. John Rupert Firt
6. Charles Sherlock Fillmore
Tokoh-Tokoh Linguistik Indonesia
1. Samsuri
2. Anton M. Moeliono
3. Soenjono Dardjowijojo
4. Harimurti Kridalaksana
5. M. Ramlan

Anda mungkin juga menyukai