Berbeda dengan kata leluhur. Selama ini katatersebut dianggap sebagai kata ulang namun
kenyataanya bukan. Leluhur bisa diartikan “ yang diluhurkan”,” nenek moyang”; jadi kelas
katanya adalah kata benda (KB) atau adjektiva. Bentuk dasarnya adalahuhur yang ternyata,
kelas kata luhur dan leluhur tidak sama.
Sumber : (11) MAKALAH “PENGULANGAN (REDUPLIKASI)” | Retno Heny Purwanti -
Academia.edu
JENIS REDUPLIKASI
YENNI KARENITA
1. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi Fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena pengulangannya hanya bersifat
fonologis yang artinya tidak ada pengulangan leksem. Menurut Chaer, reduplikasi fonologis
ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Berikut
yang termasuk bentuk-bentuk reduplikasi fonologis:
Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku,
da,pi, cin dan si. Melainkan bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua
sukunya sama.
Foya-foya dan tubi-tubi. Bentuk tersebut jelas sebagai bentuk ulang secara utuh.
Namun, bentuk dasarnya bukan akar yang mandiri. Dalam Bahasa Indonesia tidak ada
akar foya dan tubi.
Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga jelas merupakan bentuk
ulang dan dasar yang diulang juga jelas. Tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan
makna gramatikal dan hanya menghasilkan makna leksikal.
Mondar-mandir,teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang
merupakan bentuk dasar pengulangannya. Dan makna yang dihasilkan pun hanya
makna leksikal dan todak ada makna gramatikal.
2. Reduplikasi Morfemis
Menurut Kridalaksana dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, reduplikasi
morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah
satuan yang berstatus kata. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah
bunyi, dan pengulangan sebagian.
Pengulangan Utuh
Pengulangan utuh yaitu bentuk dasar yang diulang tanpa melakukan perubahan
bentuk fisik dari akar itu. Contoh sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-
makan ( bentuk dasar makan), jalan-jalan (bentuk dasar jalan).
Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian yaitu bentuk dasar yang diulang hanya salah satu suku katanya
saja. Dan disertai dengan pelemahan bunyi. Contoh leluhur (bentuk dasar luhur) dan
lelaki (bentuk dasar laki).
Pengulangan Perubahan Bunyi
Pengulangan perubahan bunyi yaitu bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan
perubahan bunyi. Berikut macam pengulangan perubahan bunyi:
1. Yang berubah unsur pertama
Bolak-balik
Larak-lirik
Corat-coret
JENIS REDUPLIKASI
ROSMA
REDUPLIKASI SINTAKSIS
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa
akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’.
Contoh :
Suaminya benar benar jantan.
Jangan jangan kau dekati pemuda itu.
Jauh jauh sekali negeri yang akan kita datangi.
Panas panas memang rasanya hatiku.
Kata beliau, “tenang tenang, jangan panik.
Bentuk - bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua
unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut :
Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
Panas memang panas rasa hatiku.
Benar suaminya benar jantan.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’ . Dalam hal ini
termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina
persona) seperti :
Yang tidak datang ternyata dia dia juga.
Mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
Kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh :
Besok-besok kamu boleh datang kesini.
Dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang.
Hari-hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk.
REDUPLIKASI SEMANTIS
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang
bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendekia. Kita lihat kata
ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki
makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan kata cendekia.
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda beliau, tua
renta, gelap gulita, dan kering mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai
buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin
suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk
muda beliau dan kering mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari
unsur kedua atau sebaliknya.
MAKNA REDUPLIKASI :
pawas
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan bentuk dasar. Hasil
proses pengulangan itu dikenal dengan sebutan kata ulang (Sulchan Yasin, 1987:129).
Verhaar (2010:152) memberi definisi bahwa reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut.
Bahwa Dalam Reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Jika dilihat dari
sudut semantis dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat non-idiomatis dan
bersifat idiomatis. Jelas bahwa reduplikasi non-idiomatis menyangkut reduplikasi yang
makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah. Dalam Reduplikasi morfemis terjadi
perubahan makna gramatikal. Jika dilihat dari sudut semantis dapat dibedakan reduplikasi
morfemis yang bersifat non-idiomatis dan bersifat idiomatis. Jelas bahwa reduplikasi non-
idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.
Reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal
komponen-komponennya.
Dalam bahasa indonesia jumlahnya memang tidak terlalu banyak. Contohnya: Hati-hati ,
Otak-otak , Mata-mata , Kuda-kuda
Pemerian petanda-petanda reduplikasi dilakukan dengan memadukan kelas atau perubahan
kelas leksem dan makna gramatikal , dan makna gramatikal diungkapkan secara
impresionistis, sebagaimana dipraktekan dalam tata bahasa tradisional.
Reduplikasi Dasar:
1. Nomina
2. Verba
3. Adjektiva
4. Kelas tertutup
Reduplikasi Dasar Nomina:
Secara morfologis , nomina dapat berbentuk akar , bentuk Berprefiks (pe- , ke- ) Berkonfiks
(per-an , ke-an ) Bersufiks (-an) dan berupa gabungan kata. Dasar Nomina bila
Direduplikasikan dapat menghasilkan makna gramatikal antara lain :
Dasar Nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "Banyak"
kalau memiliki komponen makna ( + terhitung). Contohnya:
Dasar Nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "Banyak dan
bermacam-macam" apabila memiliki makna komponen ( + berjenis ). Dalam hal ini
perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks (-an). Contohnya:
Dasar nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal " Banyak
dengan satuan ukuran tertentu" apabila memiliki makna (+ ukuran) dan (+ takaran).
Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks (-ber).
Contohnya:
Dasar nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "saat atau
waktu" apabila memiliki makna (+ saat). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan
dengan perulangan utuh. Contohnya:
》Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat kerja
》Mau kemana kamu siang-siang begini?
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "kejadian dan
berintensitas" apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
durasi). Contohnya:
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "hal me.....,.,"
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ durasi) serta dalam
bentuk reduplikasi berprefiks (me-) regresif Contohnya:
Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "se (dasar)
mungkin" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ukuran).
Contohnya:
Di sini tampak makna gramatikal "hanya yang (dasar)" didapat bila digunakan dalam kalimat
imperatif dan menyatakan pilihan.
Kata-kata yang termasuk kelas tertutup, seperti sudah Abicarakan pada Bab VI, adalah kata-
kata yang keanggotaannya kar bertambah atau berkurang, dan jumlah keanggotaannya relatif
batas. Yang termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas adverbia,
pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus an interjeksi. Kata-kata yang termasuk kelas
tertutup ini pun ada ng mengalami proses reduplikasi. Namun, makna-makna dan poses
tersebut sukar dikaidahkan. Oleh karena jumlahnya terbatas, maka akan dibicarakan satu per
satu berikut:
1 Reduplikasi Dasar Adverbia Negasi
Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak dan tiada ng terlibat dalam proses
reduplikasi hanyalah bukan danbentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
(1) Di sini karmu jangan bicara yang bukan-bukan.
(2) Di sini kamu jangan bicara yang tidak-tidak
(3) Anak itu selalu menangis meminta yang bukan-bukan.
(4) Anak itu selalu menangis meminta yang tidak-tidak.
Dari keempat contoh itu tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak
mempunyai distribusi yang sama alias saling dapat dipertukarkan. Padahal tanpa reduplikasi
negasi bukan berkaitan dengan nomina, sedangkan negasi tidak berkaitan dengan verba atau
ajektifa. Dari segi semantik kalimat (1) dan (2) menyatakan sesuatu yang bukan barus
dibicarakan atau yang tidak harus dibicarakan. Sedangkan kalimat (3) dan (4) menyatakan
sesuatu yang bukan dapat diminta atau sesuatu yang tidak dapat diminta.
Makna banyak-banyak pada kalimat (1) adalah banyak sehingga tidak kekurangan'; dalam
sebanyak-banyaknya pada kalimat (2) adalah 'sebanyak yang dapat diikutsertakan'; dan
sebanyak- banyaknya pada kalimat (3) bermakna 'sebanyak mungkin.