Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN REDUPLIKASI

Friska Derani Herdina


“ Pengertian Reduplikasi “
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Suatu kata
dikatakan sebagai hasil proses pengulangan apabila kata itu ada bentuk dasarnya yang
diulang.
The mechanism of reduplication and manner in which copies can differ from each
other have been a foundational concern in theoritical and descrivtive linguistics over the past
twenty-five years. Yang artinya mekanisme reduplikasi dan cara dimana salinan dapat
berbeda satu sama lain telah menjadi perhatian mendasar dalam linguistik teoritis dan
deskriptif selama dua puluh lima tahun terakhir. (Sharon inkelas and Cheryl zoll. 2005.
Reduplication Doubling in Morphology. UK: the press syndicate of the university of
cambridge.)
Apabila tidak ada bentuk dasarnya, jelas bahwa kata itu bukanlah hasil dari proses
pengulangan atau bukanlah kata ulang. Seperti pada contoh kata alun-alun, bentuk kata alun
pada kata alun-alun bukanlah bentuk dasar sebab bentuk alun tidak ada artinya, kecuali kata
alun-alun. Kalau bentuk alun pada konteks lain ada artinya yaitu ombak yang bergulung-
gulung, ini berbeda karena tidak ada hubungannya dengan arti kata alun-alun itu sendiri.
Sama halnya pada kata huru-hara, mondar-mandir, sia-sia. Bentuk *huru maupun
*hara, *mondar maupun *mandir bukanlah kata dasar dari kata huru-hara, mondar-mandir,
maupun sia-sia.
Reduplilkasi ada dua jenis:
Paradigmatis dan Derivasional
Contoh: meja> meja-meja termasuk peradigma yang sama tetapi kuch ->
kuda-kuda/ mata-> mata-mata adalah proses derivasional karena kebetulan bentuk yang
berbeda dari bentuk dasarnya.
Sumber : (11) MAKALAH “PENGULANGAN (REDUPLIKASI)” | Retno Heny Purwanti -
Academia.edu

“ Ciri Kata Ulang “


Dalam proses pengulangan, yang dimaksud dengan bentuk dasar ialah bentuk linguistik yang
diulang yang menjadi dasar dari proses pengulangan. Untuk menentukan bentuk dasar dari
kata ulang tidaklah sukar. Akan tetapi, kita akan mengalami kesulitan menentukan bentuk
dasar dari kata ulang yang lebih pelik. Untuk itu kita harus memahami ciri-ciri bentuk dasar
kata ulang bahasa Indonesia. Kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata
ulangnya. Apabila suatu kata ulang berkategori nomina, maka bentuk dasarnya juga
berkategori nomina, apabila suatu kata ulang berkategori verba, maka bentuk dasarnya juga
berkategori verba, maka bentuk dasarnya juga berkategori verba.
Contohnya :
 Sawah (nomina) : sawah-sawah (nomina)
 Pelan (adjektiva) : pelan-pelan (adjektiva)
Kelas Kata Bentuk Dasar Kata Ulang Sama dengan Kelas KataKata Ulangnya. Bahwa
apabila kata suatu ata ulang berkelas kata benda ( nomina), bentuk katanya pun berkelas kata
benda. begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja (verba), bentuk dasarnya juga
berkelas kata kerja.
Contoh :
Kata Ulang Bentuk Dasarnya

Gedung-gedung (kata benda) Gedung (kata benda)


Berlari-lari (kata kerja) Berlari (kata kerja)
Pelan-pelan (kata sifat) Pelan (kata sifat)
Tiga-tiga (kata bilanganan) Tiga (kata bilangan)

Berbeda dengan kata leluhur. Selama ini katatersebut dianggap sebagai kata ulang namun
kenyataanya bukan. Leluhur bisa diartikan “ yang diluhurkan”,” nenek moyang”; jadi kelas
katanya adalah kata benda (KB) atau adjektiva. Bentuk dasarnya adalahuhur yang ternyata,
kelas kata luhur dan leluhur tidak sama.
Sumber : (11) MAKALAH “PENGULANGAN (REDUPLIKASI)” | Retno Heny Purwanti -
Academia.edu

MENENTUKAN BENTUK DASAR REDUPLIKASI


DEWY OKTAVIANI
Sebelum mengetahui macam-macam pengulangan atau bentuk dari reduplikasi tentu kita
terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami proses pengulangan. Ada beberapa
pengertian reduplikasi atau proses pengulangan menurut para ahli,yaitu:
Menurut KBBI (2008) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil
perulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik.
Menurut Harimurti Kridalaksana (2007) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses
pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan menggunakan variasi
fonem maupun tidak. Contoh: lari-lari, luntang-lantung, leluhur dan sebagainya.
Menurut Masnur Muslich (1990:48) Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan
kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi
fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afik maupun tidak. Contoh: gunung-gunung,
menari-nari, gerak-gerik dan sebagainya.
Menurut Soedjito (1995:109) Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan
mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Contoh: sakit-sakit, gerak-gerik, bermain-main dan sebagainya.

Ada 3 macam bentuk reduplikasi, di antara nya:


1.Reduplikasi fonologis
2.Reduplikasi morfemis
3.Reduplikasi sintaktis
Selain pembagian 3 macam bentuk reduplikasi, gejala yang sama dapat pula di bagi atas:
1.Dwipurwa
2.Dwilingga
3.Dwilingga salin swara
4.Dwiwasana, dan
5.Trilingga

Dwipurwa(sebagian) , adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan


vokal dalam hal ini, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, melainkan hanya diulang
sebagian saja. Contoh:
 Tetangga
 Lelaki
 Tetamu
 Sesama
Dwilingga(utuh) , adalah pengulangan leksem atau pengulangan atas seluruh bentuk dasar
tanpa variasi fonem ,contoh:
 Rumah-rumah
 Makan-makan
 Pagi-pagi
Dwilingga salin swara, adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem, contoh:
 Mondar-mandir
 Pontang-panting
 Bolak-balik
 Corat-coret
Dwiwasana, adalah pengulangan bagian belakang dari leksem, contoh:
 Pertama-tama
 Perlahan-lahan
 Sekali-kali
Catatan;
1.Bentuk sekali-kali berasal dari sekali, yakni bentuk turunan se+kali, hal ini bisa
memperdebatkan apakah bentuk sekali-kali merupakan urutan reduplikasi dan afiksasi atau
dwiwasana,didalam pembahasan ini bentuk itu dwiwasana, karena bentuk kali-kali dalam
hubungan ini tidak terterima, jika di bandingkan dengan bentuk sekali-sekali.
2.Dalam proses reduplikasi, biasanya unsur yang berulang ialah morfem dasar(yang tentu
berasal dari leksem). Ada kala nya yang berulang ialah penggalan morfem dasar misal;tama
dalam bentuk pertama-tama terjadi karena met analisis yaitu proses segmentasi "salah".
Dalam metanalisis ini bahas awan mengira tama itu merupakan morfem dasar, perkiraan yang
keliru secara etimologis
Trilingga, adalah pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem, contoh:
 Ibu-ibu itu lebih suka cas-cis-cus dalama berbahasa Belanda daripada berbahasa
Indonesia
 Hatiku dag-dig-dug menunggu pengumuman hasil ujian
 Terdengar dar-der-dor terus-menerus malam itu

JENIS REDUPLIKASI
YENNI KARENITA

1. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi Fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena pengulangannya hanya bersifat
fonologis yang artinya tidak ada pengulangan leksem. Menurut Chaer, reduplikasi fonologis
ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Berikut
yang termasuk bentuk-bentuk reduplikasi fonologis:
 Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku,
da,pi, cin dan si. Melainkan bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua
sukunya sama.
 Foya-foya dan tubi-tubi. Bentuk tersebut jelas sebagai bentuk ulang secara utuh.
Namun, bentuk dasarnya bukan akar yang mandiri. Dalam Bahasa Indonesia tidak ada
akar foya dan tubi.
 Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga jelas merupakan bentuk
ulang dan dasar yang diulang juga jelas. Tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan
makna gramatikal dan hanya menghasilkan makna leksikal.
 Mondar-mandir,teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang
merupakan bentuk dasar pengulangannya. Dan makna yang dihasilkan pun hanya
makna leksikal dan todak ada makna gramatikal.

2. Reduplikasi Morfemis
Menurut Kridalaksana dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, reduplikasi
morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah
satuan yang berstatus kata. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah
bunyi, dan pengulangan sebagian.
 Pengulangan Utuh
Pengulangan utuh yaitu bentuk dasar yang diulang tanpa melakukan perubahan
bentuk fisik dari akar itu. Contoh sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-
makan ( bentuk dasar makan), jalan-jalan (bentuk dasar jalan).
 Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian yaitu bentuk dasar yang diulang hanya salah satu suku katanya
saja. Dan disertai dengan pelemahan bunyi. Contoh leluhur (bentuk dasar luhur) dan
lelaki (bentuk dasar laki).
 Pengulangan Perubahan Bunyi
Pengulangan perubahan bunyi yaitu bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan
perubahan bunyi. Berikut macam pengulangan perubahan bunyi:
1. Yang berubah unsur pertama
Bolak-balik
Larak-lirik
Corat-coret

2. Yang berubah unsur kedua


Ramah-tamah
Lauk-pauk
Serba-serbi

Bagaimana dengan mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir? Bentuk ini memang


tampak seperti reduplikasi dengan perubahan bunyi. Namun, bentuk ini tidak
diketahui bentuk dasarnya dan tidak memilki makna gramatikal sehingga bentuk ini
merupakan reduplikasi fonologis.

JENIS REDUPLIKASI
ROSMA
REDUPLIKASI SINTAKSIS
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa
akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’.
Contoh :
 Suaminya benar benar jantan.
 Jangan jangan kau dekati pemuda itu.
 Jauh jauh sekali negeri yang akan kita datangi.
 Panas panas memang rasanya hatiku.
 Kata beliau, “tenang tenang, jangan panik.
Bentuk - bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua
unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut :
 Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
 Panas memang panas rasa hatiku.
 Benar suaminya benar jantan.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’ . Dalam hal ini
termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina
persona) seperti :
 Yang tidak datang ternyata dia dia juga.
 Mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
 Kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh :
 Besok-besok kamu boleh datang kesini.
 Dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang.
 Hari-hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk.

REDUPLIKASI SEMANTIS
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang
bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendekia. Kita lihat kata
ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki
makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan kata cendekia.
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda beliau, tua
renta, gelap gulita, dan kering mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai
buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin
suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk
muda beliau dan kering mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari
unsur kedua atau sebaliknya.
MAKNA REDUPLIKASI :
pawas
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan bentuk dasar. Hasil
proses pengulangan itu dikenal dengan sebutan kata ulang (Sulchan Yasin, 1987:129).
Verhaar (2010:152) memberi definisi bahwa reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut.
Bahwa Dalam Reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Jika dilihat dari
sudut semantis dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat non-idiomatis dan
bersifat idiomatis. Jelas bahwa reduplikasi non-idiomatis menyangkut reduplikasi yang
makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah. Dalam Reduplikasi morfemis terjadi
perubahan makna gramatikal. Jika dilihat dari sudut semantis dapat dibedakan reduplikasi
morfemis yang bersifat non-idiomatis dan bersifat idiomatis. Jelas bahwa reduplikasi non-
idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.
Reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal
komponen-komponennya.
Dalam bahasa indonesia jumlahnya memang tidak terlalu banyak. Contohnya: Hati-hati ,
Otak-otak , Mata-mata , Kuda-kuda
Pemerian petanda-petanda reduplikasi dilakukan dengan memadukan kelas atau perubahan
kelas leksem dan makna gramatikal , dan makna gramatikal diungkapkan secara
impresionistis, sebagaimana dipraktekan dalam tata bahasa tradisional.
Reduplikasi Dasar:
1. Nomina
2. Verba
3. Adjektiva
4. Kelas tertutup
Reduplikasi Dasar Nomina:
Secara morfologis , nomina dapat berbentuk akar , bentuk Berprefiks (pe- , ke- ) Berkonfiks
(per-an , ke-an ) Bersufiks (-an) dan berupa gabungan kata. Dasar Nomina bila
Direduplikasikan dapat menghasilkan makna gramatikal antara lain :
 Dasar Nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "Banyak"
kalau memiliki komponen makna ( + terhitung). Contohnya:

》Peraturan - peraturan daerah itu harus ditinjau lagi.


》Kami tidak takut dengan ancaman-ancaman itu.

 Dasar Nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "Banyak dan
bermacam-macam" apabila memiliki makna komponen ( + berjenis ). Dalam hal ini
perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks (-an). Contohnya:

》Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan


》Burung ini termasuk binatang pemakan biji-bijian.

 Dasar nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal " Banyak
dengan satuan ukuran tertentu" apabila memiliki makna (+ ukuran) dan (+ takaran).
Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks (-ber).
Contohnya:

》Kami sudah berhari-hari belum makan


》Berhektar-hektar hutan di kalimantan terbakar hangus.

 Dasar nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "Menyerupai


atau Seperti" apabila memiliki makna (+ bentuk tertentu) dan (+ sifat tertentu). Dalam
hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks (-an). Contohnya:
》Adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan
Contoh dari makna "menyerupai" atau "seperti" dalam bentuk untuh :
》Langit-langit di rumah perumnas terlalu rendah.

 Dasar nomina jika direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "saat atau
waktu" apabila memiliki makna (+ saat). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan
dengan perulangan utuh. Contohnya:
》Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat kerja
》Mau kemana kamu siang-siang begini?

Reduplikasi Dasar Verba:


Secara morfologis verba dapat berbentuk akar. Namun, tidak semua bentuk verba itu dapat
direduplikasikan. Tampaknya dapat tidaknya reduplikasi itu tergantung pada komponen
makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi bentuk dasar itu.

 Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "kejadian


(tindakan) berulang kali" apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan)
dan (- durasi). Contohnya:

》Jangan menembak-nembak sembarangan


》Dari tadi beliau marah-marah terus

 Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "kejadian dan
berintensitas" apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
durasi). Contohnya:

》Mereka berlari-lari di halaman sekolah.


》Anak-anak itu bermain-main di pinggir jalan.

 Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "berbalasan"


apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (- durasi) serta dalam
bentuk berprefiks (me-) regresif. Contohnya:

》Kita tidak boleh salah-menyalahkan dulu


》Sikut-menyikut sesama mereka sudah biasa

 Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "dilakukan


tanpa tujuan (dasar)" apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+durasi). Contohnya:

》Mari kita duduk-duduk di taman depan


》Ayo kita jalan-jalan sebentar

 Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "hal me.....,.,"
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ durasi) serta dalam
bentuk reduplikasi berprefiks (me-) regresif Contohnya:

》Kami menerima pekerjaan jilid-menjilid.


》Dalam soal tari-menari dia memang ahlinya.

 Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal "begitu


(dasar)" apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ saat).
Contohnya:

》Saya tidak sadar , tahu-tahu dia sudah berada di depanku.


Reduplikasi Dasar Ajektiva:
Ajektiva sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan
tinggi ; dapat berupa kata turunan ke-an seperti kemarahan dan kehijauan ; dan dapat berupa
kata gabung seperti merah darah dan kuning telur. Namun , yang lazim direduplikasikan
adalah yang berbentuk akar. Reduplikasi Ajektiva dapat menghasilkan makna gramatikal
antara lain:

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "banyak


yang dasar" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran).
Contohnya:

》Anak-anak itu memang sopan-sopan


》Rumah di daerah itu bagus-bagus

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "se (dasar)
mungkin" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ukuran).
Contohnya:

》Dengarkan nasihat baik-baik dari guru itu


》Pikirkan dalam-dalam baru bertindak
Di sini tampak makna gramatikal "se(dasar) mungkin" didapat bila digunakan dalam kalimat
imperatif.

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "hanya


yang (dasar)" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan
(+ukuran). Contohnya:

》Ambil yang baik-baik , tinggalkan yang buruk-buruk.


》Kumpulkan buah itu yang besar-besar saja.

Di sini tampak makna gramatikal "hanya yang (dasar)" didapat bila digunakan dalam kalimat
imperatif dan menyatakan pilihan.

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "sedikit


bersifat (dasar)" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan
(+warna). Contohnya:

》Dari jauh air laut tampak kebiru-biruan


》Warna bajunya putih kehijau-hijauan

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "meskipun


(dasar)" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+sikap).
Contohnya:

》Gelap-gelap datang juga dia ke rumahku


》Kecil-kecil berani dia melawan preman itu

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal "sama


(dasar) dengan" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan
(+ukuran). Contohnya:

》Daunnya selebar-lebar telinga gajah


》Sepandai-pandai  tupai melompat adakala jatuh juga

 Dasar ajektiva bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal


"intensitas" jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran).
Contohnya:

》Dia memang sengaja menjelek-jelekkan nama kita.


》Janganlah kamu melemah-lemahkan semangat dia.
Reduplikasi Dasar Kelas Tertutup
CHARLAN

Kata-kata yang termasuk kelas tertutup, seperti sudah Abicarakan pada Bab VI, adalah kata-
kata yang keanggotaannya kar bertambah atau berkurang, dan jumlah keanggotaannya relatif
batas. Yang termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas adverbia,
pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus an interjeksi. Kata-kata yang termasuk kelas
tertutup ini pun ada ng mengalami proses reduplikasi. Namun, makna-makna dan poses
tersebut sukar dikaidahkan. Oleh karena jumlahnya terbatas, maka akan dibicarakan satu per
satu berikut:
1 Reduplikasi Dasar Adverbia Negasi
Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak dan tiada ng terlibat dalam proses
reduplikasi hanyalah bukan danbentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
(1) Di sini karmu jangan bicara yang bukan-bukan.
(2) Di sini kamu jangan bicara yang tidak-tidak
(3) Anak itu selalu menangis meminta yang bukan-bukan.
(4) Anak itu selalu menangis meminta yang tidak-tidak.

Dari keempat contoh itu tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak
mempunyai distribusi yang sama alias saling dapat dipertukarkan. Padahal tanpa reduplikasi
negasi bukan berkaitan dengan nomina, sedangkan negasi tidak berkaitan dengan verba atau
ajektifa. Dari segi semantik kalimat (1) dan (2) menyatakan sesuatu yang bukan barus
dibicarakan atau yang tidak harus dibicarakan. Sedangkan kalimat (3) dan (4) menyatakan
sesuatu yang bukan dapat diminta atau sesuatu yang tidak dapat diminta.

Reduplikasi Dasar Adverbia Larangan


Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh. Yang berkenaan dengan
reduplikasi hanyalah akar jangan seperti tampak dalam kalimat:
(1) Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk,jangan-jangan dia sakit.
(2) Mari kita segera pulang, jangan-jangan ayah sudah di rumah.
Dari kedua contoh di atas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan tidak lagi
berkenaan dengan "larangan", melainkan telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang
menyatakan hubungan antara klausa dengan makna menghubungkan menyatakan rasa
khawatir.
Reduplikasi Dasar Adverbia KalaKosakata adverbia kala adalah kata-kata sudah dan telah
untukmenyatakan kala lampau; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini; akan
dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang. Sebagai adverbia kala yang terlibat dalam
proses reduplikasi sudah dan akan, seperti tampak dalam kalimat:
(1) Kalau mengingat yang sudah-sudah kami memang kasihan kepadanya.
(2) Kerjanya hanya mengumpulkan harta seakan-akan dia tanah selamanya.
Bentuk (yang sudah-sudah pada kalimat (1) memilik man segala peristiwa atau kejadian
yang pernah dialami, sedangan makna seakan-akan pada kalimat (2) sama dengan seolah-olah
Catatan:
(1) Sedang sebagai adverbia kala tidak mengalami proses reduplikasi tetapi sebagai adverbia
kualitatif bisa direduplikasikan, sepeni dalam kalimat:Tidak usah yang terbaik, cukup yang
sedang-sedang saja.
(2) Tengah sebagai adverbia kala tidak mengalami proses reduplikasi, tetapi sebagai nomina
tempat dapat direduplikasikan: tengah menjadi (di) tengah-tengah. Sebagai numeralia tengah
bisa menjadi setengah dan setengah-setengah.
(3) Lagi, sebagai adverbia kala juga tidak mengalami proses
reduplikasi, tetapi sebagai adverbia frekuensi dapat yaitu menjadi
lagi-lagi. Seperti dalam kalimat:Lagi-lagi saya yang disuruh menjaga anak-anak itu.
(4) Mau sebagai adverbia kala juga tidak mengalami proses reduplikasi, tetapi sebagai aspek
dengan makna 'ingin' dapat direduplikasikan, seperti tampak dalam kalimat Jangan bekerja
semau-maunya saja.

Reduplikasi Dasar Adverbia Keharusan


Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali, kali dan mungkin yang menyatakan
kemungkinan; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan; mau, ingin, dan hendak
yang menyatakan keinginan; dan boleh yang menyatakan kebolehan Sebagai adverbia
keharusan yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau dan boleh. Seperti pada
kalimat-kalimat berikut:
(1) Mari kita singgah ke rumah beliau, kali-kali saja beliau ada di
rumah.
(2) Jangan bekerja semau-maunya saja.
(3) Boleh-boleh saja kalau Anda mau mengajukan usul itu.
Kata kali-kali (yang sebenarnya bentuk singkat dari barangkali) memiliki makna yang sama
dengan barangkali'; Kata semau-maunya (memiliki makna semau kemauan sendiri); dan kata
boleh-boleh memiliki makna 'boleh saja'.
Sepanjang data yang terkumpul tidak (belum) ditemukan adanya
bentuk reduplikasi dengan dasar barangkali, mungkin, mesti, harus,
wajib, ingin, dan hendak.

Reduplikasi Dasar Adverbia Jumlah.


Kosakata adverbia jumlah adalah banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya
terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti tampak pada kalimat-kalimat berikut:
(1) Setelah diberi gula harus diberi air banyak-banyak.
(2) Jumlah peserta sebanyak-banyaknya hanya 100 orang. (3) Kami dapat membantu
sebanyak-banyaknya.
(4) Beri dia minum sedikit-sedikit.
(5) Sumbangan sedikit-dikitnya sepuluh ribu rupiah.
(6) Hawa di sini sangat dingin, lebih-lebih pada pagi hari.
(7) Bantuan sembako yang datang tidak kurang-kurang.
(8) Sekurang-kurangnya kami bisa membantu sejuta rupiah.
(9) Kebutuhan mereka akan kami penuhi secukup-cukupnya.

Makna banyak-banyak pada kalimat (1) adalah banyak sehingga tidak kekurangan'; dalam
sebanyak-banyaknya pada kalimat (2) adalah 'sebanyak yang dapat diikutsertakan'; dan
sebanyak- banyaknya pada kalimat (3) bermakna 'sebanyak mungkin.

Makna sedikit-sedikit pada kalimat (4) adalah 'sedikit demi


sedikit'; dan sedikit-dikitnya pada kalimat (5) adalah 'paling sedikit
(sepuluh ribu rupiah). Makna lebih-lebih pada kalimat (6) bermakna 'menegaskan searti
dengan konjungsi apalagi.Makna kurang-kurang pada kalimat (7) adalah tidak pernah
kurang'; sedangkan makna sekurang-kurangnya pada kalimat (8) adalah 'paling kurang'.
Makna secukup-cukupnya pada kalimat 19 adalah 'secukupnya dak berkekurangan
Reduplikasi Dasar Adverbia Taraf
Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, ng kurang, dan paling. Yang
terlibat dalam proses reduplikasi anyalah agak dan paling. Seperti tampak dalam kalimat
berikut:
1 Harus dihitung yang benar,
2 jangan mengagak-agak saja. Harganya paling-paling seribu rupiah.
Makna mengagak-agak pada kalimat (1) adalah 'mengira-ngira; sedangkan kata paling-paling
pada kalimat (2) bermakna 'yang paling mahal (atau murah) hanyalah (seribu rupiah). Kata
sangat, amat dan sekali sebenarnya sama dengan makna paling. Namun, tidak terlibat dalam
proses reduplikasi. Kata sedang dan kurang sebagai kosakata adverbia taraf juga tidak terlibat
dalam proses reduplikasi.
Reduplikasi Dasar Adverbia Frekuensi
Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam
proses reduplikasi. Seperti tampak pada kalimat-kalimat berikut:
(1) Sekali-sekali dia datang juga ke sini.
(2) Jangan sekali-kali kau langgar peraturan itu.
(3) Beliau memang sudah jarang-jarang datang ke sini.
(4) Sering-seringlah kau singgah di situ.
(5) Lagi-lagi dia yang tidak hadir.
Makna sekali-sekali pada kalimat (1) adalah '(datang) tetapi tidak sering'; sedangkan makna
sekali-kali pada kalimat (2) adalah tidak sama sekali'.Makna jarang-jarang pada kalimat (3)
adalah '(datang) tetapi arang. Perlu dicatat kata jarang bisa menyatakan 'durasi atau lamanya
waktu', tetapi dapat juga berarti 'ruang' di antara satu "titik" dengan "titik" lain. Makna sering-
sering pada kalimat (4) adalah 'acapkali' sebagaikosokbali dari makna 'jarang-jarang'. Yang
terakhir kata lagi-lagi pada kalimat (5) adalah bermakna 'pengulangan dalam arti sesuatu
yang pernah terjadi lalu terjadi lagi.

Reduplikasi Dasar Adverbia Tanya


Kosakata adverbia tanya adalah apa, siapa, berapa, mana, kenapa, mengapa, dan bagaimana,
Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi kecuali mengapa dan bagaimana. Perhatikan
kalimat- kalimat berikut:
(1) Kalau ada apa-apa dengan beliau, tolong beritahu kami.
(2) Apa-apa saja yang kamu perlukan ambil saja di gudang.
(3) Belum apa-apa dia sudah menangis.
(4) Bagi saya dia tidak ada apa-apanya.
(5) Siapa-siapa saja yang kamu undang.
(6) Dia bukan siapa-siapa, maka jangan takut.
(7) Barangnya memang bagus dan beragam, tetapi berapa-berapa
harganya saya tidak tahu.
(8) Mana-mana yang tidak diperlukan sebaiknya dibuang saja.
(9) Hati-hati, jangan sampai terjadi kenapa-kenapa dengan dia. (10)Semua kejadian di sana
sudah saya dengar, tetapi mengapa-mengapanya saya belum tahu.
Makna apa-apa pada kalimat (1)adalah '(ada) kejadian (apa saja)', pada kalimat (2) apa-
apa bermakna 'barang apa saja', pada kalimat (3) apa-apa bermakna '(belum) terjadi sesuatu
dan pada kalimat (4) apa-apa tidak ada keunggulannya'.
Makna siapa-siapa pada kalimat (5) adalah siapa saja dari sejumlah orang' dan pada
kalimat (6) siapa-siapa bermakna (orang) yang tidak ada kelebihannya'.
Makna berapa-berapa pada kalimat (7) adalah kepastian harganya'. Sedangkan kata
mana-mana pada kalimat (8) bermakna benda-benda atau hal-hal'.
Makna kenapa kenapa pada kalimat (9) adalah (terjadi) sesuatu. Sedangkan mengapa-
mengapa pada kalimat (10) bermakna 'sebab-sebabnya'.
Reduplikasi Dasar Pronomina Persona
Kosakata pronomina persona adalah saya dan aku sebagaorang pertama tunggal; kami
sebagai orang pertama jamak eksklusif kita sebagai orang pertama jamak inklusif; kamu,
engkau dan anda sebagai orang kedua tunggal; kalian dan kamu sekalian sebagai orang kedua
jamak; dia, ia dan beliau sebagai orang ketiga tunggal; dan mereka sebagai orang ketiga
jamak. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti terdapat pada kalimat-kalimat
berikut: (1) Kalau ada masalah saya-saya juga yang dimintai tolong ) (2)Teman lain yang
terlambat banyak, namun aku-aku saja yang ditegur beliau.
(3) Kami-kami ini sering membantu pekerjaan beliau.
(4) Yang diundang rapat banyak, tetapi yang hadir cuma kita-kita inilah.
(5) Hai, kamu-kamu coba perhatikan sebentar!
(6) Apakah engkau-engkau tidak pernah belajar sopan santun?
(7) Anda-anda diminta datang untuk membantu kesulitan beliau.
(8) Kalian-kalianlah yang diharapkan menjadi pemimpin kelak!
(9) Dari dulu yang sering terlambat hanya dia-dialah.
(10)Beliau-beliau di ataslah yang mengerti masalah yang sebenarnya.
(11)Yang tidak setuju ternyata mereka-mereka juga.
Makna reduplikasi pada bentuk dasar dari pronomina persona adalah menyatakan penegasan,
bukan menyatakan makna jamak, sehingga penggunaan kata kami-kami, kita-kita, dan
mereka-mereka adalah berterima. Banyak guru dan penyuluh bahasa yang tidak
membolehkan penggunaan kata kita-kita, mereka-mereka dan kami kami dengan alasan kata
kita, mereka dan kami sudah bermakna jamak. Jadi, tidak perlu direduplikasikan. Pendapat
ini tentu berdasar pemikiran bahwa makha reduplikasi hanya menyatakan jamak. Padahal
dalam hal ini bukan bermakna jamak, melainkan bermakna penegasan..

Reduplikasi Dasar Pronomina Demonstratifa


Kosakata pronomina demonstratifa adalah ini, itu, begini, dan begitu. Keempat kata ini
terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti ampak dalam kalimat-kalimat:
(1)Mengapa yang ini-ini saja yang kamu tuntut.
(2) Sejak dulu sampai sekarang itu-itu saja yang dibicarakan,
(3) Begini-begini saya ini dulunya adalah anak orang kaya.
(4) Keadaan dari dulu sampai sekarang begitu-begitu saja, tak ada perubahan.
Makna ini-ini pada kalimat (1) adalah 'hanya yang ini'; sedangkan kata itu-itu pada
kalimat (2) bermakna 'hanya yang itu' saja.
Makna begini-begini pada kalimat (3) adalah 'meskipun begini';sedangkan kata begitu-
begitu pada kalimat (4) memiliki makna hanya begitu saja.

Reduplikasi Dasar Numeralia


Kosakata numeralia yang terlibat dalam proses reduplikasi adalah nama-nama bilangan bulat
satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, elapan, sembilan, sepuluh, sebelas..... ...........
seratus, seribu. Juga bilangan seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
(1) Anak-anak itu dibariskan dua-dua.
(2) Isikan lima-lima ke dalam kantong-kantong ini.
(3) Mereka diberi uang seratus-seratus.
(4) Kasikan anak-anak itu uang seribu-seribu.
(5) Obat ini dimakan setengah-setengah saja.
Tampaknya makna reduplikasi pada dasar bilangan adalah
sama. Kata dua-dua pada kalimat (1) bermakna 'dua (orang) dua
orang', kata lima-lima pada kalimat (2) bermakna 'setiap kantong
lima (buah), kata seratus-seratus pada kalimat (3) bermakna 'setiaporang diberi seratus
rupiah', kata seribu-seribu pada kalimat (4)bermakna setiap anak diberi seribu rupiah' dan
kata setengah-setengah pada kalimat (5) bermakna 'setiap kali makan (obat itu) setengah
(tablet)'.

Reduplikasi Dasar Konjungsi Koordinatif


Kosakata konjungsi koordinatif adalah dan yang menyatakan 'gabungan'; serta yang
menyatakan 'kesertaan'; tetapi, namun dan melainkan yang menyatakan kebalikan'; bahkan
dan malah (an) yang menyatakan penguatan'; kemudian, setelah, sesudah, dan lalu yang
menyatakan hubungan waktu, Semuanya tidak ada yang terlibat dalam proses reduplikasi.
Memang ada bentuk lalu-lalu seperti dalam kalimat:
Kita tidak perlu mengingat lagi kejadian yang lalu-lalu.
Namun, lalu-lalu di sini bukan berasal dari konjungsi koordinatif

Reduplikasi Dasar Konjungsi Subordinatif


Kosakata konjungsi subordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang
menghubungkan menyatakan 'sebab'; kalau, jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya
yang menghubungkan menyatakan persyaratan', meski (pun), biar (pun), walau (pun), kendati
(pun) yang menghubungkan menyatakan 'penguatan'; hingga, sehingga dan sampai yang
menghubungkan menyatakan 'batas'; dan kecuali yang menghubungkan menyatakan
'perkecualian'. Namun, yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan
sampai. Seperti dalam kalimat-kalimat berikut:
(1) Mari kita ke kebun, kalau-kalau ada durian jatuh.
(2) Kami cuma berandai-andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.
(3) Dia melakukan penyamaran dengan memakai kumis, rambut palsu dan pakaian aneh-
aneh, sampai-sampai kami tidak mengenalinya.
Makna kalau-kalau pada kalimat (1) menyatakan kemungkinan yang diharapkan
memberi keuntungan'. Hal ini berbeda dengan bentuk jangan-jangan yang menyatakan
kekhawatiran'.
Makna berandai-andai pada kalimat (2) adalah melakukan andai-andai'. Artinya,
mengharapkan sesuatu tetapi hanya dengan indakata, bukan dengan usaha kerja.
Makna sampai-sampai pada kalimat (3) adalah menyatakan kibat dari suatu perbuatan.
Catatan:
Dari kata asal dapat dibentuk kata asal-asalan seperti dalam kalimat:
Kualitasnya tidak bagus karena dikerjakan asal-asalan saja.Namun, asal yang melahirkan kata
asal-asalan bukanlah berkategori konjungsi subordinatif, melainkan dari kategori nomina.

Anda mungkin juga menyukai