Anda di halaman 1dari 5

Tugas Individu M.K Leksikografi Nama : Subair.

s Nim : 075114070 Kelas : B, Sastra Indonesia Bab 8 ASPEK EJAAN KOSAKATA 8.1 Penulisan Kata 1. Penulisan Kata Dasar Kata dasar yaitu kata-kata yang belum mengalami proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi (penggabungan atau pemajemukan). 2. Penulisan Kata Berafiks sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik Kata berafiks yaitu kata yang telah diberi afiks, baik prefiks, infiks, maupun konfiks. Aturan penulisan kata berafiks yaitu: a) Semua afiks yang diimbuhkan pada bentuk dasar yang berupa kata dasar ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. b) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata maka afiks itu ditulis serangkai dengan kata yang langsung mendahului atau mengikutinya. c) Apabila bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu sekaligus diberi prefiks dan sufiks maka unsur gabungan kata di tulis serangkai sebagai sebuah kata. d) Apabila bentuk dasarnya berupa kata ulang atau bentuk ulang maka penulisan afiksnya mengikuti kaidah (1) tadi, sedangkan unsure ulangnya diberi hubung(-). 3. Penulisan Kata Berulang Kata berulang ditulis secara lengkap dengan memberi garis hubung diantara unsurunsurnya yang diulang. Misalnya: anak-anak, muda-mudi 4. Penulisan Gabungan Kata Gabungan kata merupakan sebuah satuan bahasa yang terbentuk dari beberapa unsur kata. Adapun cara penulisannya,sebagai berikut: a) Kata-kata yang menjadi unsur gabungan kata itu ditulis terpisah. Misalnya: orang tua b) Apabila salah satu unsur gabungan kata itu hanya digunakan dalam kombinasi, artinya tidak pernah digunakan bersendiri, maka gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adidaya

5.

6.

7.

8.

c) Apabila bentuk terikat diikuti oleh kata yang dimulai dengan huruf kapital, maka di antara kedua unsur gabungan kata itu diberi garis hubung(-). Misalnya: non-Indonesia d) Kata maha yang mengacu kepada Tuhan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Tuhan Yang Maha Esa e) Untuk menghindari kesalahpengertian maka di antara unsur-unsur gabungan kata itu boleh digunakan garis hubung. Misalnya: anak- istri saya / anak istri-saya f) Menurut pedoman EYD gabungan kata berikut ditulis serangkai: acapkali,adakalanya Penulisan Kata Klitika Kata klitika adalah kata ganti yang bentuknya dipenggal, seperti ku- atau ku(dari aku). Kata klitika ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: apa yang kaumiliki tidak akan kuminta. Penulisan Kata Depan di, ke, dan dari a) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya atau yang berada di depannya. b) Kata depan daripada dan kepada ditulis serangkai sebagai satu kata. c) Bentuk di dan ke yang bukan kata depan, melainkan sebagai prefiks ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Penulisan Partikel a) Partikel lah yang menyatakan penegasan, partikel kah dan tah yang menyatakan tanya, di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. b) Partikel pun yang bermakna juga, ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Penulisan Kata Bilangan dan Angka Kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, nomor, atau hitungan. Adapun aturan penulisan kata bilangan, sebagai berikut: a) Angka digunakan untuk kata bilangan yang menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas dan isi,(b) satuan waktu,(c) nilai uang, dan (kuantitas). b) Angka, lazim juga digunakan untuk menyatakan bilangan yang melambangkan nomor jalan, rumah, kamar, bagian karangan, bab atau ayat. c) Penulisan angka dengan huruf d) Kata bilangan yang menyatakan tingkat e) Nama bilangan yang berupa satu atau dua buah kata ditulis dengan huruf, kecuali jika sejumlah bilangan digunakan secara berurutan f) Kata bilangan pada awal kalimat harus ditulis dengan huruf, bukan dengan angka.

9. Penulisan Kata Serapan Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing maupun bahasa daerah. Ada tiga macam kata asing atau daerah ke dalam bahasa Indonesia. Pertama, kata asing atau daerah yang telah terserap benar sehingga telah menjadi kosakata bahasa Indonesia, atau dengan kata lain telah berintegrasi ke dalam bahasa Indonesia. Kedua, kata serapan berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah yang tulisannya dibuat sesuai dengan kaidah dalam pedoman EYD atau pedoman istilah. Ketiga, kata-kata asing yang ejaannya (dan lafalnya) masih menurut ejaan aslinya. 10. Penulisan Singkatan dan Akronim Singkatan dan Akronim pada dasarnya adalah kata atau gabungan kata yang penulisan dan juga ucapannya disingkat. Adapun aturan penulisan kata yang disingkat, sebagai berikut: a) Singkatan nama orang,nama gelar,sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: B.J. Habibie b) Singkatan nama lembaga, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata, ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain d) Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti oleh satu titik pada setiap hurufnya. Misalnya: d.a. dengan alamat e) Singkatan yang berupa lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu kuprum f) Akronim yang berupa gabungan huruf awal dari gabungan kata, ditulis seluruhnya dengan huruf awal kapital. Misalnya: IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan. g) Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan suku kata dan huruf dari suatu gabungan kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Bappenas h) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata dari suatu gabungan kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu 8.2 Pemenggalan Kata Pemenggalan kata hanya dilakukan dalam ragam bahasa tulis. Adapun aturan pemenggalan kata itu, antara lain:

1. Bila ditengah kata ada dua buah huruf vokal yang berurutan, maka pemenggalan dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya: sa-at 2. Bila ditengah kata ada huruf konsonan diantara dua huruf vokal, maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: su-kar , la-ba 3. Bila ditengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan, maka pemenggalan dilakukan diantara kedue huruf konsonan itu. Misalnya: lom-pat, April 4. Bila tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih yang berurutan, maka pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf yang kedua. Misalnya: kon-flik, in-tra 5. Pemenggalan tidak boleh dilakukan di antara dua buah huruf konsonan yang merupakan klaster(deret konsonan). Misalnya: tra-di-si, prak-tik 6. Sufiks dan prefiks serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: mem-ban-tu 7. Tidak boleh meninggalkan sebuah huruf pada awal atau 8.3 Kosakata yang Berejaan Kembar Penulisan kata yang sama dengan ejaan yang berbeda bisa disebabkan oleh ketidaktahuan akan aturan EYD. Ada pula yang disebabkan oleh pengaruh lafal yang berbeda, misalnya kata karna di samping karena. Ada juga yang disebabkan oleh pengaruh bentuknya(termasuk lafalnya) dalam bahasa daerah, misalnya kata gudeg disamping kata gudek. Dan ada beberapa tokoh yang tahu akan aturan EYD. Adanya perbedaan ejaan untuk kata-kata yang sama dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kata yang ejaannya baku dan kata kata yang ejaannya tidak baku. 8.4 Ejaan dalam Sejarah Bahasa Indonesia 1. Sebelum diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan(EYD) pada tahun 1972, telah dua kali pembakuan ejaan, yaitu oleh Van Ophuijsen dan Mr. Soewandi pada tahun 1947 yang disebut Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik. 2. Van Ophuijsen ditugasi pemerintah Hindia Belanda untuk menyusun ejaan baku bahasa Melayu (yang digunakan di Hindia Belanda) karena pada waktu itu, di akhir abad ke-19, berbagai penerbitan di Indonesia menggunakan berbagai macam ejaan yang tidak sama. 3. Ejaan Van Ophuijsen disusun berdasarkan ejaan bahasa Belanda, oleh banyak pakar dirasakan belum sesuai dengan kodrat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam Kongres Bahasa I di Kota Solo pada tahun 1938, diusulkan atas ejaan Van Ophuijsen

diubah, diperbaiki, atau disempurnakan. Tapi sebelum usul itu ditindak lanjuti, maka pecah Perang Dunia II. 4. Setelah Proklamasi Kemerdekaan diumukan dan Negara Republik Indonesia didirikan, pada tahun 1947 dilakukan modofikasi dan perbaikan oleh Mr. Soewandi. Ejaan hasil perbaikan disebut Ejaan Soewandi dan Ejaan Republik. 5. Pada tahun 1954 di Kota Medan dilangsungkan Kongres Bahasa II. Dalam kongres ini juga muncul usul agar Ejaan Republik lagi karena tidak sesuai dengan keadaan nyata bahasa Indonesia. Usul pun diterima. Namun, pada waktu itu utusan dari negeri jiran Persekutuan Tanah Melayu(waktu itu masih menjadi jajahan Inggris). Mengusulkan agar ejaan bahasa Indonesia dan ejaan bahasa Melayu disamakan saja, untuk memudahkan agar buku-buku itu dari Indonesia dapat dengan mudah dibaca orang Semenanjung Malaya, dan begitu pun sebaliknya: buku terbitan Kuala Lumpur dapat dibaca orang Indonesia dengan mudah. 6. Setelah konfronsi selesai, kegiatan pertemuan untuk menyatukan ejaan dilanjutkan kembali: Hasilnya, tanggal 17 agustus 1972, Presiden Republik Indonesia mengumumkan diresmikannya penggunaan ejaan baru, di Indonesia diberi nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) ,dan di Malaysia diberi nama Ejaan Baharu Bahasa Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai