PEMBAHASAN
Ejaan adalah aturan atau kaidah tentang cara melambangkan gambar bunyi ujaran
dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang bunyi tersebut, pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa. Dari pengertian itu diketahui bahwa ejaan berartu
mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan
huruf dan tanda baca sebagai sarannya.
Berikut ini deskripsi secara garis besar perkembangan ejaan bahasa Indonesia.
a. Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini sebagai hasil kerja
sama Prof. Ch. Van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi dan Moh. Thaib
Sultan Ibrahim. Hasil rumusan mereka dihimpun dalam buku Kitab Logat Melajoe.
b. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, yaitu ejaan yang diresmikan oleh Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh soewandi sehingga ejaan yang sebenarnya
bernama ejaan Republik yang lebih dikenal dengan nama Ejaan Soewandi.
a. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa terdiri dari huruf –huruf berikut.
Nama tiap huruf di sertakan disebelahnya.
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a,e,i,o, dan u.
3
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h ,j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z. Huruf k
melambangkan bunyi hamzah. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama
dan keperluan ilmu.
4. Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan bunyi
ai,au, dan oi.
6. Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a) Jika ditengah kata ada vocal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
d) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Catatan:
a) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal
b) Akhiran –i tidak dipanggil. ( Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab, Pasal E, Ayat 1)
4
c) Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan
sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
d) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsure dan salah satu
unsur ini dapat bergabung dengan unsur lain. Pemenggalan dapat
dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur
gabungan itu sesuai kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Keterangan :
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan
dengan Ejaan Bahasa indonesia Yang Disempurnakan kecuali jika
ada pertimbangan khusus.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau
nama tempat.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan
bahasa
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama sebagai peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri dan yang digunakan untuk nama jenis.
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsure bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokuman resmi.
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan, untuk yang
tidak terletak pada posisis awal.
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ugkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi satu garis dibawahnya.
2) Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran ) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
b) Jika bentuk dasar serupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluimya.
c) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unusr gabungan kata yang itu ditulis serangkai.
d) Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabingan kata itu ditulis serangkai.
Catatan :
a) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
b) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
3 Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
7
4 Gabungan Kata
a) Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
8 Partikel
a) Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf capital.
c) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhya ditulis
dengan huruf kecil.
b) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
d) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
Misalnya:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
dalam deretan angka atau
huruf.
c. Tanda titik itu dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
e. Tanda titik dipakai di antara para penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau ttanda seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamt penerima surat.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperi o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
7) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamt, (ii) bagian-bagian
alamt, (iii) tempat dan tanggal,dan (iv) nama tempat dan wilayah
negri yang ditulis berurutan
12
14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian
3. Tanda titik dua dapat pakai dalm teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4. Tanda titik dua di pakai ( i ) di antara jilit atau nomor dan halaman,
( ii ) di antara bab dan ayat dalm kitab suci, ( iii ) diantara judul dan
anak judul suatu kalangan, serta ( iv ) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
13
d. Tanda hubung ( - )
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
e. Tanda pisah ( - )
1) Tanda pisah membatasi penisipan kata atau kalimat yang member
penjelasan di luar bangun kalimat
14
f. Tanda elipsis ( …)
1) Tanda ellipsis di pakai dalam kalimat yang terputus-putus
2) Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang di hilangkan
Catatan:
Jika bagian yang di hilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu di
pakai empat buah titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks
dan satu untuk menandai akhir kalimat
g. Tanda tanya ( ? )
1) Tanda tanya di pakai pada akhir kalimat tanya.
2) Tanda Tanya di pakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kaliamat yang di sangsikan atau kurang yang dapat di
buktikan kebenarannya.
h. Tanda seru ( ! )
Tanda seru di pakai sesudah ungkapan pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan,
atau pun rasa emosian yang kuat
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkat.
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerici satu urutan
keterangan
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang di pakai
dalam kalimat
3) Tanda petik mengapit istilah ilmia yang kurang di kenal atau kata yang
mempunyai arti khusus
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
KATA PENGANTAR
Dalam proses sampai dengan tersusunnya makalah ini, kami telah memperoleh bantuan
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dengan segala kerendahan hati kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatkami harapkan.
Gorontalo, 19 september 2016
DAFTAR PUSTAKA
Lamusu, Sance, dkk. 2015. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Gorontalo : ideas
PUBLISHING