Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan

2.1.1 Konsep Ejaan

Ejaan adalah aturan atau kaidah tentang cara melambangkan gambar bunyi ujaran
dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang bunyi tersebut, pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa. Dari pengertian itu diketahui bahwa ejaan berartu
mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan
huruf dan tanda baca sebagai sarannya.

Berikut ini deskripsi secara garis besar perkembangan ejaan bahasa Indonesia.

a. Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini sebagai hasil kerja
sama Prof. Ch. Van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi dan Moh. Thaib
Sultan Ibrahim. Hasil rumusan mereka dihimpun dalam buku Kitab Logat Melajoe.

b. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, yaitu ejaan yang diresmikan oleh Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh soewandi sehingga ejaan yang sebenarnya
bernama ejaan Republik yang lebih dikenal dengan nama Ejaan Soewandi.

c. Ejaan yang Disempurnakan (EYD),yaitu ejaan yyang diresmikan pemakainnya oleh


presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1972. Proses penyusunan EYD terutama
dilakukan oleh tim dari pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil kerja tersebut dibukukan dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Yang Disempurnakan.

2.2 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disepurnakan

a. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa terdiri dari huruf –huruf berikut.
Nama tiap huruf di sertakan disebelahnya.

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a,e,i,o, dan u.
3
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h ,j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z. Huruf k
melambangkan bunyi hamzah. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama
dan keperluan ilmu.

4. Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan bunyi
ai,au, dan oi.

5. Gabungan Huruf konsonan


Didalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, dan sy.

6. Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a) Jika ditengah kata ada vocal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.

b) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf


konsonan di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.

c) Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,


pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf kosonan itu. Gabungan-
huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

d) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.

2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan termasuk awalan yang mengalami


perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan
kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris.

Catatan:
a) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal
b) Akhiran –i tidak dipanggil. ( Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab, Pasal E, Ayat 1)
4
c) Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan
sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung

d) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsure dan salah satu
unsur ini dapat bergabung dengan unsur lain. Pemenggalan dapat
dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur
gabungan itu sesuai kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Keterangan :
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan
dengan Ejaan Bahasa indonesia Yang Disempurnakan kecuali jika
ada pertimbangan khusus.

2.3 Pemakain Huruf Kapital dan Huruf Miring

1) Huruf Kapital atau Huruf Besar


a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.

b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang


berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,termasuk kata ganti untuk
tuhan.

d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunanan keagamaan yang diikuti nama orang. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan
yang tidak diikuti nama orang.

e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau
nama tempat.

f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan
bahasa

h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama sebagai peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri dan yang digunakan untuk nama jenis.

j) Huruf kapital dipakai sebagai unsure nama negara, lembaga pemerintahandan


ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsure bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokuman resmi.

l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan, untuk yang
tidak terletak pada posisis awal.

m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.


6
2.4 Huruf Miring
a) Huruf mirig dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan

b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf , bagian kata, kata, atau kelompok kata.

c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ugkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi satu garis dibawahnya.

2.5 Penulisan Kata


1) Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

2) Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran ) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
b) Jika bentuk dasar serupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluimya.

c) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unusr gabungan kata yang itu ditulis serangkai.

d) Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabingan kata itu ditulis serangkai.

Catatan :
a) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

b) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
3 Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

7
4 Gabungan Kata
a) Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.

b) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan


kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung utuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
c) Gabungan kata berikut ditulis serangkai

5 Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -
mu dan
–nya ditulus serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

6 Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata.

7 Kata si dan sang


Kata si kata dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

8 Partikel
a) Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.

b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


c) Partikel per yang berarti `mulai`, `demi`, dan `tiap` ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

9 Singkatan dan Akronim


1) Singkatan ialah bentuk yang di pendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
b) Singkatan nama resmi lembga pemeritah dan ketatanegaraan, badan, atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik

c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.

d) Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, tajaran, timbangan, dan mata


uang tidak diikuti tanda titik

2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital

b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf capital.

c) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhya ditulis
dengan huruf kecil.

10 Angka dan Lambang Bilangan


a) Agka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi

b) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan rumah, apartemen,


atau kamar pada alamat.

d) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci

e) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.


1) Bilangan utuh
2) Bilangan pecahan
3) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10

4) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara


berikut:
Misalnya:
Tahun `50-an atau tahun lima puluahan
5) Lambang yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan,
sepertidalam perincian dan pemaparan
6) Lambang bilangan pada awal kalimat ditlis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat
7) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih muda dibaca
8) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali didalam dokumen resmi sperti akta dan kuitansi
9) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat

d) Penulisan Unsur Serapan


Berdasrkan taraf integrasinya unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama unsur, pinjaman yang belum sepenuhnya terserap
kedalambahasa Indonesia. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia,tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya


disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan
agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
msih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu
lagi diubah.
10

2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima


sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsure yang mengandung
kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai diatas.
Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti
dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

e) Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda titik (.)
a. Tanda Titik dipakai pada akhir kalimat yang ukan pertanyaan atau
seruan.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan,
ikhtisar, atau daftar.

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
dalam deretan angka atau
huruf.

c. Tanda titik itu dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.

e. Tanda titik dipakai di antara para penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau ttanda seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.

f. a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya.
b. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya
11

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamt penerima surat.

a. Tanda Koma (,)


1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara berikutnya


yang didahului oleh kata seperti i tetapi atau melainkan

3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk


kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung


anatar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.Termasuk di dalamnya
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi

5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperi o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian


lain dalam kalimat.

7) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamt, (ii) bagian-bagian
alamt, (iii) tempat dan tanggal,dan (iv) nama tempat dan wilayah
negri yang ditulis berurutan

8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik


susunannya dalam daftar pustaka.

9) Tanda koma dipakai di antara bagian dalam catatan kaki.


10) Tanda koma dipakai diantara nama orang dan nama gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.

12

11) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau diantara


rupiahdan sen yang dinyatakan dengan angka.

12) Tanda koma dipakai unukmengapit keterangan tambahan yang


sifatnya tidak membatasi.

13) Tanda koma dipakai - untuk menghindari salah baca- di belakang


keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

b. Tanda Titik Koma (;)


1) Tanda tititk koma dapat dipakai utuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.

2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

c. Tanda titik dua ( : )


1. a) Tanda titik dua dapat di pakai pada akhir suatu pernyataan lenkap
jika di ikuti rangkai atau pemerian
b) Tanda titk dua tidak di pakai jika rangkain atau pemeriaan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian

3. Tanda titik dua dapat pakai dalm teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4. Tanda titik dua di pakai ( i ) di antara jilit atau nomor dan halaman,
( ii ) di antara bab dan ayat dalm kitab suci, ( iii ) diantara judul dan
anak judul suatu kalangan, serta ( iv ) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.

13
d. Tanda hubung ( - )
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.

2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di


belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris

3) Tanda hubung menyambung unsur- unsur kata ulang

4) Tanda hubung menyambung huruf kata yang di eja satu-satu dan


bagian-bagian tanggal

5) Tanda hubung boleh di pakai untuk memperjelas ( i ) hubungan


bagian- bagian kata atau ungkapan, dan ( ii ) penghilangan bagian
kelompok kata

6) Tanda hubung di pakai untuk merangkaikan ( i ) se-dengan kata


berikutnya yang Di mulai dengan huruf kapital,( ii ) ke- dengan
angka, ( iii ) angka dengan – an, dan ( iv) singkatan berhuruf capital
dengan imbuhan atau kata dan ( v ) nama jabatan rangkap

7) Tanda hubung di pakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia


dengan unsur bahasa asing

e. Tanda pisah ( - )
1) Tanda pisah membatasi penisipan kata atau kalimat yang member
penjelasan di luar bangun kalimat

2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan


yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
3) Tanda pisah di pakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai ‘.
Catatan:
Dalam mengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tampa spasi sebelum dan sesudahnya.

14

f. Tanda elipsis ( …)
1) Tanda ellipsis di pakai dalam kalimat yang terputus-putus
2) Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang di hilangkan

Catatan:
Jika bagian yang di hilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu di
pakai empat buah titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks
dan satu untuk menandai akhir kalimat

g. Tanda tanya ( ? )
1) Tanda tanya di pakai pada akhir kalimat tanya.
2) Tanda Tanya di pakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kaliamat yang di sangsikan atau kurang yang dapat di
buktikan kebenarannya.

h. Tanda seru ( ! )
Tanda seru di pakai sesudah ungkapan pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan,
atau pun rasa emosian yang kuat

i. Tanda kurung ( (…) )


1) Tanda kurung mengapi tambahan keterangan atau penjelasan.

2) Tanda kurung mengapit keteranngan atau penjelasan yang bukan bagian


integral pokok pembicaraan.

3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkat.
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerici satu urutan
keterangan

j. Tanda kurung siku ( [...] )


1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang di tulis
orang lain. Tanda itu menytakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naska asli.
15

2) Tanda kurung siku mengapi keterangan dalam kalimat penjelas yang


sudah bertanda kurung.

k. Tanda petik ( “…”)


1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naska atau bahan tertulis lain .

2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang di pakai
dalam kalimat

3) Tanda petik mengapit istilah ilmia yang kurang di kenal atau kata yang
mempunyai arti khusus

4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan


lansung.

5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat yang ditempatkan di


belakang tanda petik yang megapit kata tau ungkapan yang di pakai
dengan arti khusus pada ujung kaalimat atau bagian kalimat.

Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris

l. Tanda petik tunggal (‘…’)


1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun didalam petikan lain.
2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan,atau penjelasan kata
ungkapan asing.

m. Tanda garis miring


1) Tanda garis miring di pakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwin.
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,atau tiap.

n. Tanda penyingkat atau apostrof (‘)


Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun
16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil`alamiin, puji syukurkehadirat Allh SWT, yang telah memberikan


waktu, kemudahan dan petunjuk penulisan kami sehingga makalah yang berjudul “Ejaan Yang
Disempurnakan” ini dapat terselasaikan. Serta salam semoga selalau kita kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga mudah-mudahan kita mendapat syafaat beliau
di hari akhir kelak, amiin.

Dalam proses sampai dengan tersusunnya makalah ini, kami telah memperoleh bantuan
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dengan segala kerendahan hati kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatkami harapkan.
Gorontalo, 19 september 2016

DAFTAR PUSTAKA

Lamusu, Sance, dkk. 2015. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Gorontalo : ideas
PUBLISHING

Anda mungkin juga menyukai