Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang
dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-
gambar bunyi. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca.Menurut Tasai
(2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu.
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
1. Pemakaian Huruf
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata karena sering mengalami
kesulitan memenggal kata pada pergantian baris. Misalnya penulisan kata berikut
Saudara : sau-da-ra mutakhir : mu-ta-khir
Menaati : me-na-at-i instrumental : in-stru-men-tal introspeksi :
in-tro-spek-si bangkrut : bang-krut
Penulisan gabungan vocal yang disebut diftong : ai, au, dan oi dalam kata
pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah antar gabungan vocal itu, tetapi gabungan vokal
itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan kata-kata itu menjadi pan-
tai, ha-ri-mau, dan a-soi.
(b) jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu, misalnya: ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta- khir, ca-ri, ke-ci-pir, me-
du-la.
(c) Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
diantara kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam- bung, ge-ring-sing.
(d) Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua, misalnya: in-stru-men-tal, des-krip-si, bang-krut.
2. Penulisan Kata
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis ilmiah
adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan,kata si dan sang, Partikel ,
singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan. Ketujuh persoalan itu dibahas secara
ringkas berikut ini :
a. Bentuk Ulang
Umumnya, bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk
menyatakan keanekaragaman, keserupaan, dan menyatakan jamak,
misalnya: daun- daunan, bunga-bungaan, rumah-rumahan, anak-anak, dan
buku-buku. Disamping itu, ada bentuk ulang kupu-kupu, paru-paru, biri-
biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru, dan biri karena bentukan itu tidak
memiliki makna, sedikit berbeda dengan mata-mata, kuda-kuda, hati-hati yang
memiliki kaitan dengan bentuk dasar mata, kuda, dan hati. Penulisan bentu-
bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan dengan angka dua,
2 2
seperti buku , anak , dan rumah2an. Penulisan bentuk ulang dengan tanpa
menggunakan tanda penghubung, seperti ramah tamah, sayur mayur, bolak
balik, tunggang langgang. Penulisan bentuk ulang semacam itu tentu tidak
sesuai dengan aturan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, seharusnya
ditulis ramah-tamah, sayur-mayur, bolak- balik, dan tunggang-langgang.
b. Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk; gabungan kata yang dianggap sebagai
satu kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam
kombinasi; gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan
gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian.Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah atas unsur- unsurnya,
misalnya: kambing hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang tua. Gabungan kata
yang dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai, misalnya: kacamata,
saputangan, beasiswa, dukacita, sukacita, olahraga, peribahasa, sukarela, dan
sukaria. Gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi
ditulis serangkai, misalnya: multimedia, mahasiswa, mancanegara, saptamarga,
semiprofesional, praduga, pascasarjana, purnawirawan, antarkota, tunanetra,
pramusiwi, narasumber, swasembada, ultramodern, ekstrakurikuler, biogas,
polisemi. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai, misalnya: dipertanggujawabkan, pemberitahuan, ketidaktahuan,
menyebarluaskan, ketidakadilan, penghancurleburan, kekurangcermatan.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
unsure yang bersangkutan, misalnya: buku- sejarah baru berbeda dengan buku
sejarah-baru; anak-istri saya berbeda dengan anak istri-saya; ibu-bapak kami
berbeda dengan ibu bapak-kami.
c. Kata Depan
Penulisan kata depan yang sering dipersoalkan dalam penulisan kaerya
tulis ilmiah adalah penulisan kata depan di yang dipertukarkan penulisannya
dengan di- sebagai prefiks, misalnya: disebelah sering ditulis disebelah,
sedangkan dikontrakkan sering ditulis dikontrakkan; penulisan kata depan
ke dengan bentuk dasar yang mengandung ke, misalnya: keluar dengan
keluar, dan penulisan kata depan dari yang perlu dan tidak, misalnya: dating
dari sana dan tujuan dari penelitian ini.
Untuk mengetahui bahwa bentuk di sebagai kata depan, bentukan itu dapat
dipasangkan dengan kata depan ke atau kata depan dari, misalnya:
Singkatan yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
Contoh: MPR
Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.
gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata yang diperlakukan
Akabri, Bappenas