Anda di halaman 1dari 7

KAIDAH PENGGUNAAN EJAAN

1. Pengertian dan Macam-macam Ejaan

Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang
dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-
gambar bunyi. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca.Menurut Tasai
(2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu.
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.

Adapun macam-macam ejaan menurut perkembangannya, antara lain :

1. Ejaan Ophujsen (1901)

2. Ejaan Soewandi atau ejaan Republik (1947)

3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956)

4. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)(1959)

5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK

(Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)(1966)

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972)

Fungsi Ejaan dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah


1. Memudahkan pembaca dalam memahami makalah Apabila tidak ada ejaan pembaca
tidak akan dapat memahami apa yang disampaikan penulis.
2. Agar tidak terjadi salah pengertian atau salah arti Jika ejaan dalam sebuah kalimat tidak
tepat, maka arti kalimat tersebut jadi membingungkan. Sebagai contoh : Kucing makan
tikus mati. Kalimat tersebut menimbulkan makna ambigu. Bisa kucing atau tukusnya
yang mati. Kalau hal ini sampai terjadi dalam pembuatan karya ilmiah, maka besar
risikonya pemahaman pembaca tidak sejalan dengan maksud penulisnya.
3. Agar kata demi kata bersinambungan atau berhubungan Hubungan antar kata sangatlah
penting, karena merupakan syarat utama bagi kalimat agar dapat dimengerti dan
dipahami. Agar pembaca juga tahu apa yang dimaksudkan oleh penulis.
4. Dalam aspek morfologis, ejaan berfungsi memberikan arahan bagaimana penulisan
berbagai tipe kata dalam konteks kebahasaan. Dalam aspek sintaktis, ejaan memberikan
arahan bagaimana pemakaian tanda-tanda baca sebagai cermin ujaran dalam konteks
kebahasaan.
5. Dalam aspek fonologis, ejaan berfungsi memberikan arahan bagaimana huruf-huruf yang
terdapat dalam abjad dipakai sebagai lambang fonem tertentu dan bagaimana pula
penulisannya dalam konteks kebahasaan

Kaidah Penggunaan Ejaan dalam Karya Tulis Ilmiah

1. Pemakaian Huruf
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata karena sering mengalami
kesulitan memenggal kata pada pergantian baris. Misalnya penulisan kata berikut
Saudara : sau-da-ra mutakhir : mu-ta-khir
Menaati : me-na-at-i instrumental : in-stru-men-tal introspeksi :
in-tro-spek-si bangkrut : bang-krut

Penulisan gabungan vocal yang disebut diftong : ai, au, dan oi dalam kata
pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah antar gabungan vocal itu, tetapi gabungan vokal
itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan kata-kata itu menjadi pan-
tai, ha-ri-mau, dan a-soi.

Demikian pula pemenggalan gabungan konsonan yang juga merupakan


satu kesatuan yang melambangkan satu fonem, seperti kh, ng, ny, dan sy tidak pernah
dipisahkan sehingga pemenggalan kata yang mengandung gabungan konsonan itu tidak
dipisah diantara gabungan konsonan itu, seperti kata makhluk, lengah, renyah, dan
masyarakat pemenggalannya makh-luk, le- ngah, re-nyah, dan ma-sya-ra-kat.

Namun, dari pemakaian computer persoalan pemenggalan kata tersebut tidak


merupakan hal yang sangat penting karena komputer sudah melakukan automatic
adjustment. Pekerjaan pemenggalan kata sudah dilakukan oleh komputer secara
otomatis. Walaupun demikian, bukan berarti persoalan pemenggalan kata dapat
diabaikan begitu saja. Persoalan pemenggalan kata masih tetap relevan karena persoalan
pemenggalan kata merupakan bagian dari tata tulis dalam bahasa Indonesia. Secara
umum pemenggalan kata dasar dilakukan dengan mencermati kaidah-kaidah berikut.
(a) jika ditengah kata ada huruf vocal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-af, bu-at, ma-in, pa-ut,
po-in

(b) jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu, misalnya: ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta- khir, ca-ri, ke-ci-pir, me-
du-la.

(c) Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
diantara kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam- bung, ge-ring-sing.
(d) Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua, misalnya: in-stru-men-tal, des-krip-si, bang-krut.

2. Penulisan Kata
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis ilmiah
adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan,kata si dan sang, Partikel ,
singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan. Ketujuh persoalan itu dibahas secara
ringkas berikut ini :
a. Bentuk Ulang
Umumnya, bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk
menyatakan keanekaragaman, keserupaan, dan menyatakan jamak,
misalnya: daun- daunan, bunga-bungaan, rumah-rumahan, anak-anak, dan
buku-buku. Disamping itu, ada bentuk ulang kupu-kupu, paru-paru, biri-
biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru, dan biri karena bentukan itu tidak
memiliki makna, sedikit berbeda dengan mata-mata, kuda-kuda, hati-hati yang
memiliki kaitan dengan bentuk dasar mata, kuda, dan hati. Penulisan bentu-
bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan dengan angka dua,

2 2
seperti buku , anak , dan rumah2an. Penulisan bentuk ulang dengan tanpa
menggunakan tanda penghubung, seperti ramah tamah, sayur mayur, bolak
balik, tunggang langgang. Penulisan bentuk ulang semacam itu tentu tidak
sesuai dengan aturan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, seharusnya
ditulis ramah-tamah, sayur-mayur, bolak- balik, dan tunggang-langgang.
b. Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk; gabungan kata yang dianggap sebagai
satu kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam
kombinasi; gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan
gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian.Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah atas unsur- unsurnya,
misalnya: kambing hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang tua. Gabungan kata
yang dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai, misalnya: kacamata,
saputangan, beasiswa, dukacita, sukacita, olahraga, peribahasa, sukarela, dan
sukaria. Gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi
ditulis serangkai, misalnya: multimedia, mahasiswa, mancanegara, saptamarga,
semiprofesional, praduga, pascasarjana, purnawirawan, antarkota, tunanetra,
pramusiwi, narasumber, swasembada, ultramodern, ekstrakurikuler, biogas,
polisemi. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai, misalnya: dipertanggujawabkan, pemberitahuan, ketidaktahuan,
menyebarluaskan, ketidakadilan, penghancurleburan, kekurangcermatan.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
unsure yang bersangkutan, misalnya: buku- sejarah baru berbeda dengan buku
sejarah-baru; anak-istri saya berbeda dengan anak istri-saya; ibu-bapak kami
berbeda dengan ibu bapak-kami.

c. Kata Depan
Penulisan kata depan yang sering dipersoalkan dalam penulisan kaerya
tulis ilmiah adalah penulisan kata depan di yang dipertukarkan penulisannya
dengan di- sebagai prefiks, misalnya: disebelah sering ditulis disebelah,
sedangkan dikontrakkan sering ditulis dikontrakkan; penulisan kata depan
ke dengan bentuk dasar yang mengandung ke, misalnya: keluar dengan
keluar, dan penulisan kata depan dari yang perlu dan tidak, misalnya: dating
dari sana dan tujuan dari penelitian ini.

Untuk mengetahui bahwa bentuk di sebagai kata depan, bentukan itu dapat
dipasangkan dengan kata depan ke atau kata depan dari, misalnya:

di samping Ke samping dari samping

d. Singkatan atau akronim


Kaidah penulisan singkatan meliputi singkatan nama orang, gelar,
sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik (.).
Contoh: M. Amin, Drs., Prof., Kol.

Singkatan yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan

tidak diikuti dengan tanda titik (.).

Contoh: MPR

Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.

Contoh: dst., dsb., dkk., dto.

Akronim adalah singkatan yang terdiri atas gabungan huruf awal,

gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata yang diperlakukan

sebagai kata, seperti:

Contoh: ABRI, PASI, SIM

Akabri, Bappenas

Akronim yang bukan nama diri/lembaga ditulis sebagai berikut:

pemilu, rapim, tilang

e. Angka dan lambang bilangan


Ada dua belas kaidah atau aturan tentang penulisan angka dan
lambang bilangan, tetapi penulisan angka dan lambing bilangan yang sering
dipersoalkan penulisannya adalah Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran
panjang, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas; Angka yang menunjukkan bilangan
utuh yang besar; penulisan bilangan tingkat; penulisan lambang bilangan yang mendapat
akhiran-an; lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata; serta
lambang bilangan pada awal kalimat.

3. Penerapan Unsur Serapan


Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dipilah menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia dan unsure serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, misalnya: reshuffle [rie`syafel] dan shuttle cock [syatel`kak],
sedangkan unsur serapan serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asingnya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya. Beberapa unsure serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia, seperti berikut.

Unsur Asing Penyerapan Penyerapa


n
hypotesis hipotesis Hipotesa
analysis Analisis Analisa
method Metode Metoda

4. Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian
itu dibahas dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau aturan yang terkait dengan
penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, diantaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma;
tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tanda kurung(...); tanda petik ganda
”...”; dan tanda petik tunggal `...`. Kedelapan hal itu dibahas satu per satu berikut ini.
a. Tanda Titik

Anda mungkin juga menyukai