Anda di halaman 1dari 25

A.

Pengetian Ejaan
Ejaan dalam bahasa inggris disebut spelling, to spell ‘mengeja’.DalamKamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah kaidah-kaidah mengenai cara menggambarkan bunyi-bunyi (dalam kata,
kalimat, paragraf, dan wacana serta penggunaan tanda baca atau pungtuasi). Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata, sedangkan ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sesbagai sarananya.

Ejaan adalah keseluruhan peraturan pelembagaan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan
kata, penulisan kata, huruf dan tanda baca. Ejaan dalam bahasa indonesia memiliki berbagai
kaidah.1 Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi kata-kata dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf), aturan menuliskan kata-kata, dengan cara mempergunakan tanda baca. 2 Ejaan yang
berlaku saat ini ialah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 03/A.I/72, tanggal20 Mei 1972, dan diresmikan
penggunaanya dengan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 57, tanggal 17 Agustus 1972. 3

Tujuan adanya penggunaan ejaan adalah agar penulisan bahasa akan membuat tata bahasa
yang digunakan semakin baku. Tidak hanya membuat tata bahasa semakin baku, ejaan juga
membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku. Ejaan juga memiliki fungsi penting
sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa indonesia.

B. Pemakaian Huruf

1. Pemakaian Huruf
Huruf dalam abjad terdiri dari 26 huruf. Setiap huruf terdiri atas huruf kapital dan huruf kecil.
Dari 26 huruf tersebut terdapat 5 huruf (a,i,u,e,o) dan 21 huruf konsonan. Dalam pemakaian
huruf terdapat jenis huruf diftong yaitu ai,au, dan io. Selain itu, terdapat gabungan kata
konsonan dalam EYD. Ada empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan sy.

2. Pemakaian Huruf Kapital


Huruf kapital digunakan dalam berbagai hal, yaitu:

a. Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

b. Sebagai huruf pertama petikan langsung.

c. Sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab
suci, dan tuhan, serta termasuk kata gantinya.

d. Dipakai sebagai huruf pertama nama, gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.

e. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai nama orang atau yang dipakai sebagai nama orang tertentu,
nama instansi atau nama tempat.

1
Pitasari Rahmaningsih, Mengajarkan Ejaan pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah “COPE”, No.
01/Tahun XX/Mei 2016, hal.60
2
Rahmat Taufiq Hidayat, Mahir Menggunakan Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung: CV. Wahana
Iptek), 2010, hal.34
3
Ibid, hal.35
f. Dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

g. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

h. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

j. Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

k. Dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untukyang tidak terletak pada posisi awal.

l. Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

m. Dipakai sebagai huruf pertama istilah kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan..

n. Dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda

3. Pemakaian Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk:

a. Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar, yang dikutip dalam karangan.

b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

c. Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya

4. Pemakaian Huruf Tebal


Huruf tebal berfungsi untuk menandai kata-kata yang dianggap penting, atau perlu mendapat
perhatian, seperti kata kepala (entri) di dalam kamus dan ensiklopedia, subjudul di dalam
karangan, dan sebagainya

C. Penulisan Kata

1. Penulisan Kata Dasar


Kata dasar, yaitu kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses
morflogi lainnya, ditulis dengan satu kesatuan, terlepas dari kesatuan yang lainnya. Contoh:
Kita semua anak Indonesia, ayah pergi ke Jakarta, atau kami datang dari desa.

2. Penulisan Kata Berimbuhan


Kata berimbuhan yaitu kata yang dibentuk dari kata dasar atau bentuk dasar dengan
imbuhan (awalan, akhiran, dan sisipan) ditulis dengan aturan sebagai berikut:

a. Imbuhan (awalan, akhiran, dan sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasarnya
sebagai satu kesatuan. Contoh: membangun, pembangunan, dan persatuan.

b. Kalau bentuk dasarnya adalah gabungan kata, maka awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau mendahuluinya. Contoh:
lipat gandakan, sebar luaskan, dan menganak sungai.
3. Penulisan Kata Gabung
Kata gabung atau gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah kataatau
lebih. Aturan penulisannya sebagai berikut:

a. Kata-kata yang membentuk gabungan kata ditulis terpisah satu dengan lainnya.
Contoh: kantor pos, luar negeri, tata bahasa, kereta api, buku pelajaran bahasa
indonesia.

b. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis serangkai
menjadi satu. Contoh: matahari, apabila, barangkali, daripada, bilamana.

c. Jika sebuah gabungan kata sekaligus diberi awalan dan akhiran maka harus
ditulis serangkai sebagai sebuah kata. Contoh: melipatgandakan, perkeretaapian,
ketidakadilan, dimejahijaukan dan lain sebagainya.

d. Kalau satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur pertam) tidak dapat
berdiri sendiri sebagai sebuah kata, maka gabungan kata itu ditulis serangkai
sebagai sebuah kata. Contoh: antarkota, mahasiswa, prakata, nonbaku, dan
internasional.

e. Bentuk-bentuk (kata) yang hanya muncul dalam pertuturan dengan satu-satunya


kata lain yang menjadi pasangannya, tetap ditulis terpisah dari kata pasangannya
itu. Misalnya kata-kata pora, renta, bugar dan belia pada gabungan kata:

Contoh: pesta pora, tua renta, segar bugar, dan muda belia.

4. Penulisan Kata Ulang


Kata ulang adalah sebuah bentuk sebagaimana hasil dari mengulangan sebuah kata
dasar atau bentuk dasar. Bentuk ulang ditulis secara lekat dengan menggunakan tanda
hubung. Contoh: jalan-jalan, berkata-kata, memata-matai, kelap-kelip, sayur-mayur dan sia-
sia.

5. Penulisan Kata Ganti Klitik


kata ganti klitik adalah kata ganti yang disingkat seperti ku, kau, mu, dan nya. Kata
ganti ini harus di sambung atau serangkai dengan kata di depannya atau dibelakangnya.
Contoh: Rumah itu sudah kubeli, barang mereka sudah kuambil.

6. Penulisan Kata Depan


Kata depan adalah kata kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat
dengan objek atau keterangandan lazimnya,berada didepan sebuah kata benda misalnya
kata-kata:di, ke, dari,pada, kepada,dengan, oleh, dalam,dan sebagainya.kata depan
dituliskan dengan aturan sebagi berikut:

a. Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: Kami bermain di
lapangan, Ibu baru pulang dari desa.

b. Kata depan kepada dan daripada ditulis serangkai karena dianggap sebagai sebuah
kata. Contoh: dia minta tolong kepada polisi,daripada terlambat lebih baik saya tidak
datang.
c. Kata depan ke bersama kata yang mengikutinya apabila secara sintaktis berlaku
sebagai kata kerja,atau sekaligus mendapat awalan dan akhiran ditulis serangkai.
Contoh: saya keluar sebelum acara selesai, masalah itu telah beberapa kali
dikemukakan beliau.

7. Penulisan Kata Sandang


Kata sandang si dan sang ditulis terpisa dari kata yang mengikutinya. Contoh: kembali
kepada si pengirim,sang raja sedang marah.

8. Penulisan Partikel
a. partikel lah, kah dan tah ditulis serangkai denga kata yang mendahuluinya. Contoh:
berangkatlah sekarang juga!

b. partikel pun yang berarti ‘juga’ ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: dibayar pun aku tidak mau,berapapun harganya bayar saja.

c. pada kata penghubung,seperti biarpun, meskipun,sungguhpun, dan sekalipun.pun


ditulis serangkai karna dianggap sebagai bagian dari sebuah kata. Contoh: biarpun
dilarang, dia pergi juga, dia berangkat juga meskipun sedang sakit.

d. partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’,dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Contoh: kami disilahkan masuk satu persatu, harga langganan naik per
tanggal.

9. Penulisan Singkatan Kata


Penyingkatan kata ini antara lain dilakukan dengan cara:

a. Hanya menuliskan dan juga mengucapkan huruf pertama saja dari unsur unsur kata
yang disingkat itu. dalam hal ini kalau:

1) Kata-kata yang disingkat itu berkenaan dengan nama,atau unsur nama orang, dan
nama gelar keserjanaan, maka ditulis dengan huruf besar dan diberi tanda titik di
belakang tiap-tiap huruf singkatan itu misalnya:

R.A. Kartini Raden Ajeng Kartini

W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman

2) Kata-kata yang disingkat itu berkenaan dengan nama lembaga


pemerintahan,nama badan-badan internasional,nama dokumen kenegaraan,dan
lain-lain. maka ditulis dengan huruf besar dan di belakang tiap huruf tidak diberi
tanda titik.

Contoh: SD = Sekolah Dasar

MPR = Majelis Permusyawaratan Rakyat

UUD 1945 = Undang-Undang Dasar 1945


3) Kata-kata yang disingkat itu berkenaan dengan istilah atau ungkapan lain maka
ditulis dengan huruf kecil, dan di belakang tiap huruf tidak diberi tanda titik.

Contoh: a.n. = atas nama

d.a. = dengan alamat

u.b. = untuk beliau

b. hanya menuliskan beberapa huruf saja dari kata atau kata kata yang disingkatdalamhal
ini :

1) kalau yang disingkat adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama orang,kata
sapaan,gelar,dan ungkapan lain,maka diberi titik di belakang singkatan itu.misalnya:

Contoh: Moh.Yamin = Mohamad Yamin

Abd. Gafur = Abdul Gafur

2) kalau yang disingkat nama satuan ukuran (berat,isi,luas) dan nama mata uang,maka
di belakang sungkatan itu tidak diberi titik.

Contoh: Cm = centimeter

Km = kilometer

c. hanya menuliskan suku-suku kata tertentu saja dari kata-kata atau unsur kata-kata
yang disingkat.

Contoh: Depdikbud = Departemen pendidikan dan kebudayaan

Ormas = Organisasi masa


1. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta,
Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Dilihat dari taraf penyerapannya ada tiga
macam kata serapan, yaitu:
(1) Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia,

misalnya: kab, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah,
dan ember.
(2) Kata asing yang dipertahankan karena sifat keinternasionalannya, penulisan
dan
 pengucapan masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock, knock out,
time out, check in, built up, complete knock down, fitnes, chip, server, web,
linux, microsoft word, gigabyte, dan lain-lain.

(3) Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan, ditulis sesuai

dengan EYD. Misalnya komputer (computer), kalkulasi


(calculation), matematika (mathematic), infiltrasi (infil-trasio), influensa
(influenza), bisnis (bussines), dan karakter (character). 
A. Penyesuaian Ejaan Kata Serapan
Penyesuaian ejaan unsur serapan dilakukan dengan kaidah yang sudah baku.
Kurang lebih terdapat 53 jenis yang perlu diperhatikan. Berikut ini beberapa kasus
penulisan yang
 perlu mendapat perhatian.

Kata Asing Kata Baku Kata Asing Kata Baku

Acceleration Akselerasi hydraulic Hidraulik

Acceptor Akseptor iatrogenic Iatrogenic

acculturation Akulturasi iota Iota

Aerodynamics Aerodinamika materiaal Material

Aquarium Akuarium orthography Ortografi

athlete atlet orthopne Ortopne

 Barrier Barier orthosthatic Ortostatik


Carrier Karier pharmachology Farmakolo
gi
caustic kaustik physiology Fisiologi

Cavalry Kavaleri psycologhy Psikologi


charisma karisma quorum kuorum

chronic kronik quality kualitas

dystocia distocia scleritis skleritis

exclusivme ekslusif trailer trailer

fanatiek fanatik yeast yeast

gorghum gorgum yoghuurt yoghurt

haemmoglobhin hemoglobin zymology zimolog


i

2.  PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

seruan. Contoh : Saya suka makan nasi.


Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama

orang. Contoh: Irawan S. Gatot


George W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak
dipergunakan. Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan

sapaan. Contoh: Dr. (doktor), S.E. (sarjana ekonomi), Kol. (kolonel),


Bpk. (bapak).
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah

sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), tgl. (tanggal).
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, dan detik yang

menunjukan waktu atau jangka waktu.


Contoh: Pukul 7.10.12 (Pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatanya. Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.


7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatan yang tidak menunjukan jumlah.


Contoh: Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
 Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat

.
8. Tanda titik tidak dipakai singkatan nama resmi lembaga pemerintah

dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi


maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh: DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) SIM (Surat Izin
Mengemudi)
PT (Perseroan Terbatas)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan

ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.


Contoh: Cu (tembaga), 53 cm, 1 (liter), Rp350,00.
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.


Contoh: Latar Belakang Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pembilangan. Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Penggunaan yang salah : Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,


dan melainkan. Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi
tidak aktif.
3. a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk


kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
 b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk
kalimat.
Contoh: Sata tidak akan datang kalau hari hujan.

4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung

antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di


dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.


Contoh: O, begitu.
Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

bagian lain dalam kalimat.


Contoh: Kata adik, ―Saya sedih sekali‖.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian

alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan.Contoh: Medan, 18 Juni 1984
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunanya dalam daftar pustaka.


Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6.
Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
9. Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan

kaki. Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia.


(Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,


keluarga, atau marga.
Contoh: Ronto Jiang, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah

dan sen yang dinyatakan dengan angka.


Contoh: 33,5 m ; Rp10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang

sifatnya tidak membatasi.


Contoh: Pengurus wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang

keterangan yang terdapat pada awal kalimat.


Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita
memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan


langsung itu berakhir denagan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: ―Di mana Rex tinggal?‖ tanya Stepheen.

C. Tanda Titik Koma (;)


1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian

kalimat yang sejenis dan setara.


Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamanya dikebun; ibu sibuk bekerja di
dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
sedang asyik menulis laporan makalah bahasa Indonesia.

D. Tanda Titik Dua (:)


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila

diikuti rangkaian atau pemerian.


Contoh: Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan

 pemerian.

Contoh: Ketua : Supiyan


Sauri Wakil Ketua :
Septian Sekretaris :
Kurnia Sari Bendahara
: Maharani
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan

 pelaku dalam percakapan.


Contoh: Borgx : ―Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!‖
Rex : ―Siap, Boss!‖
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halama, (ii) di
antara
 bab dan ayat dalam kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan.
Contoh: Tempo, I (1971),
34:7 Surah
Yasin:9
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka
banding). Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap
perempuan ialah 2:1
6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan
 perlengkapan yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata

ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang,


kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada
tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan

bagian-bagian tanggal.
Contoh: p-e-n-g-u-r-u-s, 8-4-1973

3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-

bagian ungkapan.
Bandingkan: ber-evolusi dengan be-revolusi
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se  dengan kata

berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka,


(c) angka dengan - an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan (e) nama
 jabatan rangkap.
Contoh: se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an, ber-SMA, sinar-X

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia

dengan unsur bahasa asing.


Contoh: di-charter, pen-tackle-a

F.   Tanda Pisah ( -,  )
1. a. Tanda pisah em ( ) membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia — saya harapkan akan menjadi
Wikipedia terbesar.
 b. Tanda pisah em ( ) menegaskan adanya posisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini — evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.
2. a. Tanda pisah en ( –)  dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang

berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke',
atau 'sampai'. Contoh: 1919 – 1921, MedanJakarta, 10 13 Desember
1999

 b. Tanda pisah en ( ) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara,
atau
 bersama tanda kurang (−). 

Contoh: dari halaman 45 sampai 65,bukan  dari halaman 45 65


antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492 1499
−4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
G. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,

misalnya untuk menuliskan naskah drama.


Contoh: Kalau begitu. ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada

 bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan


langsung. Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akan
diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat
 buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu
untuk menandai akhir kalimat.

Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-


hati ....
H.   Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir

tanya. Contoh: Kapan ia


berangkat? 
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian

kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan


kebenarannya.
Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau
 perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh: Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang
juga! Sampai hati ia membuang
anaknya! Merdeka!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan


di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya
kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

J. Tanda Kurung ((...))


1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang


kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
secara berkala. 
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh: Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah
Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di

dalam teks dapat dihilangkan.


Contoh: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kokain(a)

Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.


4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu

urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b)
harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang
berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang
kalimatnya.
Contoh: Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885 – 1919) (dikenal juga
sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885 1919), dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.

K. Tanda Kurung Siku ([...])


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. 
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah
 bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35 –3  8]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda Petik (“...”) 

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari

pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.


Contoh: "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah
Bahasa Indonesia."
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang

dipakai dalam kalimat.

Contoh: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari

Suatu Tempat.

Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor


dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau

kata yang mempunyai arti khusus.


Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan

langsung. Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."


5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang


dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
Contoh: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri
tidak tahu sebabnya.

M.  Tanda Petik Tunggal („...‟)


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam

petikan lain. Contoh: Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring'


tadi?" 
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan

kata atau ungkapan asing.


Contoh: feed-back 'balikan' 

N. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan
 penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: No. 7/PK/1973, Jalan Kramat III/10, tahun anggaran
1985/1986 
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai
tanda
 bagi dalam pecahan dan rumus matematika.

Contoh: harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap


lembar) kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter
per detik)
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda
aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau
garis
 pembagi dapat dipakai.
Contoh: \textstyle\frac{x^n}{n!}.
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

O. Tanda Penyingkat (Apostrof)(„)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Contoh: Ali 'kan kusurati. ('kan =
akan) Malam 'lah tiba.
('lah = telah) 1 Januari '88
('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

3. CONTOH WACANA

200 Pesawat Aeromodelling Pecahkan Rekor Muri (Liputan6.com, Yogyakarta).


Sebanyak 200 pesawat akan pecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri)
di Pantai Selatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. 200 pesawat aeromodeling ini
akan terbang bersamaan dalam puncak acara Jogja Air Show (JAS) 2015.
Ridho, salah satu panitia mengatakan, JAS ke-10 ini adalah penyelenggaraan
lomba dirgantara terbesar yang ada di Indonesia. 7 Cabang olahraga yang dilombakan
sejak Jumat 13 Maret 2015.
Sementara pada hari ini, acara dimulai pukul 07.00 hingg 16.00 WIB di Pantai
Depok, Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo. Pantai Depok ada akan ada
lomba Gantole,

Terjun Payung, Aeromodelling dan way/trike. Sementara di Pantai Parangtritis


digelar kejuaraan Paralayang dan di Pantai Parangkusumo ada kejuaraan Paramotor.
"Aeromodelling akan menerbangkan 200 pesawat mulai dari kecil sampai
besar akan sama sama terbang. Pemecahan rekornya itu," ujar Ridho di Yogyakarta,
Minggu (15/3/2015).
Ridho mengatakan, ada berbagai acara di hari ini mulai dari flypass way/trike,
lomba foto dirgantara, demo akrolight, penerbangan dragon banner, flypass
paramotor, pembuatan rekor Muri RC Aeromodelling grob aerobatic, tarian upacara
seremoni terbang layang, pitts aerobatic, aeromodelling, gantole aerobatic, paramotor
aerobatic, terjun payung, joy flight flyapass dan paramotor.
Acara ini diharapkan dapat menarik minta wisatawan yang datang ke
Yogyakarta. Sebab, tidak hanya lomba, pengunjung dapat melihat atraksi udara dari
para pilot yang ikut dalam JAS 2015. Pengunjung juga akan melihat akrobatik
pesawat Jupiter di udara.
"Ini akan jadi tontonan udara yang menarik bagi wisata. Apalagi hari minggu
ini di Parangtritis pemecahan rekor MURI," ujar dia.
Selain acara pemecahan rekor dalam JAS 2015 ini juga ada Joy Flight yang
dibatasi dengan 30 orang. Pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk bisa menikmati
terbang di langit Parangtritis dalam Joy Flight ini.
"30 Joy Flight bagi yang bangga dengan ketinggian. Paralayang karena
terbangnya tandem maksimal berat pengunjung 70 kg. Kalo way/trike 100 kg
beratnya," ujarnya.

Komentar :
Dari artikel diatas yang di tandai dengan background warna hijau membuktikan
 bahwa masih ada kesalah-kesalah dalam menulis sebuah kabar berita, meskipun
hanya sedikit. Banyak orang menganggap dalam penulisan tanda koma (,) yang
digunakan untuk menyebutkan unsur-unsur dalam suatu pembilang. Misalnya:
paramotor aerobatic, terjun
 payung, joy flight flyapass dan paramotor. Seharusnya: paramotor aerobatic, terjun
payung,
 joy flight flyapass, dan paramotor.
Artikel diatas ada juga yang seharusnya memakai tanda penghubung, tetapi
tidak memakai tanda penghubung. Misalnya: sama sama. Seharusnya : sama-sama.
Ada juga kata yang berlebihan mungkin kesalahan dalam mengetik dan terburu-buru.
Misalnya : Pantai

Depok ada akan ada lomba Gantole. Seharusnya : Pantai Depok akan ada lomba Gantole.
Ada penulisan kalimat yang kurang tepat. Misalnya: Ridho, salah satu panitia mengatakan. Seharusnya:
Ridho adalah salah satu panitia mengatakan.

12
A. Pengertian Kalimat Efektif

Fuad, dkk, (2009:58) mengatakan, “Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun
secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis terhadap
pembacanya.”
Menurut Dalman (2014:21) “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki satu
gagasan pokok unsur-unsurnya minimal terdiri atas subjek dan predikat atau untuk
mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami
gagasan yang di maksud oleh penutur serta kalimat efektif biasanya singkat, padat, jelas serta
mudah di pahami”.
Kosasih (2003:72) mengatakan, “Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat, secara cepat mewakilinpikiran pembicara atau penulisnya serta mengumukakan
pemahaman yang tepatnya antara pikiran pendegar atau pembaca dengan yang dipikirkan
pembaca atau penukisnya”
Akhadiah, dkk (2012:116) mengatakan, “Kalimat efektif adalah kalimat yang jelas
dan benar akan mudah dipahami orang lain secara tepat, kalimat efektif disusun secara sadar
untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penukis terhadap pembacanya.”
Arifin dan Tasai (2010:97) mengatakan bahwa, “Kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembalingagasa-gagasan pada pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat
mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.”
Finoza (2004:131) mengatakan, “Kalimat efektif yaitu kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar dan
pembaca. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan
menimbulksn gagasan pikiran pada pembaca.”
Putrayasa (2004:2) “Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, setruktur, dan logika.”
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapt disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara sehingga pendengar atau
pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap. Kesanggupan
atau kecakapan sesorang dalam membuat kalimat yang dapat mewakili pikiran penulisnya
secara tepat dengan susunan kalimat teratur sehigga mudah untuk di pahami.

B. Syarat-syarat Kalimat Efektif

1. Sesuai Ejaan yang di Sempurnakan (EYD)


Pada kalimat ini harus memakai ejaan atau tanda baca yang tepat. Kata baku
juga harus menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang dituliskan ternyata tidak
tepat ejaannya.

2. Sistematis
Kalimat yang paling sederhana adalah yang mempunyai susunan subjek dan
predikat, lalu ditambahkan dengan objek, perlengkapan dan keterangan titik.
Kemudia mengefektifkan sebuah kalimat,maka buat kalimat yang urutanya tidak
memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan pada kalimat, subjek dan
predikat diharuskan selalu berada pada awal kalimat

3. Tidak Boros
Jangan sampai kalimat yang tidak terlalu banyak menggunakan kata atau bisa
terlihat bertele-tele. Lihatlah susuna kalimat yang itu pasti dan ringkasan pasti dan
ringkas agar si pembaca atau pendengar lebih mudah memahami gagasan yang
akan di tuangkan.

4. Tidak Ambigu
Syarat terakhir pada kalimat efektif, yang menjadi sangat penting sekali untuk
menghindari pemabaca atau pendengar dari multiftafsir. Dengan menggunakan
susunan kata yang ringkas, sitematis, dan sesuai kaidah-kaidah kebhasaan.
Pembaca atau pendengar tidak kesulitan menanggap kalimat yang di tulis
sehingga tidak ada kesan ambigu.

C. Contoh Kalimat Efektif dan Tidak Efektif

Kalimat efektif
1. Sekolah membagikan buku pelajaran kepada siswa kelas V.
2. Ibu memasak ayam goreng di dapur.
3. Dini memotong wortel dengan cepat.
4. Putri siswa teladan di sekolah.
5. Semut merupakan serangga yang menyukai gula.
.
Kalimat tidak efektif
1. Sekolah membagi-bagikan buku pelajaran untuk ke semua siswa kelasV.
2. Ibu memasak dan menggoreng ayam goreng di dapur.
3. Dini mengiris dan memotong sayuran wortel dengan cepat sekali.
4. Putri adalah siswa yang teladan dan jadi panutan di sekolah.
5. Semut adalah serangga yang suka makan gula karena manis dan semut suka makanan
manis.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ejaan merupakan keseluruhan
ketentuan perlambangan bunyi bahasa (termasuk pemisahan dan penggabungannya) yang
dilengkapi dengan tanda baca. Ejaan bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam
abjadnya dari A Sampai Z.

Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia sehingga


dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf tersebut terdiri dari huruf dasar
(huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan), huruf kapital, huruf miring, dan
huruf tebal. Penggunaan kata dalam penulisanya pun perlu diperhatikan.seperti kata dasar, kata
berimbuhan,kata depan dan bentuk partikel, kata sandang, singkatan kata, penulisan klitik, kata
gabung, dan kata ulang.Untuk menulis sebuah karya tulis harus memperhatikan aturan-aturan
penulisan bahasa Indonesia yang sesuai.khususnya bagi mahasiswa yang sedang menulis
tugas makalah, laporan praktik kerja lapangan, menyusun proposal, dan skripsi.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat memberikan kemudahan dan kejelasan informasi
kepada pembaca dan pendengar. Kalimat efektif secara sederhana di artikan sebagai kalimat yang
benar dan jelas dengan mudah di pahami orang lain secara tepat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah di
pahami oleh pendengar atau pembaca dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembaca atau penulisnya
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang di pikirkan pembaca atau penulisnya.
Sebuah kalimat yang efektif harus mencakup beberapa kriteria antara lain meliputi:
a. Kesepadaan struktur.
b. Kesejajaran.
c. Penekanan.
d. Kehematan.
e. Kevariasian.
f. Kelogisan.

Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat adalah untuk
pandulan paraorang yang sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh karena itu dalam
menulis harus disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan. Sebagai warga negara
Indonesia tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini dalam pemakaian huruf dan
penulisan kata, misalnya dalam menulis surat, membuat karya tulis, membuat laporan, dan
lain sebagainya

Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini
mengenai pengetahuan penulisan kalimat efektif. Penulis menyarankan kepada semua pembaca
untuk mempelajari penulisan dan penggunaan kalimat efektif. Dengan mempelajari penulisan dan
penggunaan kalimat efektif ini di harapkan mahasiswa dan mahasiswi memliki ketetapan dalam
menulis sebuah karya dengan baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademi
Pressindo.
Dibia. Ketut dan Putu (2016). Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika. Universitas
Ahmad Dahlan.
Rahardi, Kunjana. (2009). Penyunting Bahasa Indonesia untuk Karang -Mengarang. Jakarta:
Erlangga.
Rahayu, Triwati dkk. (2019). Mahir Berbahasa Indonesia, Yogyakarta: Program Studi.
Sugishati dan Siti Saudari. (2017). Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai