Anda di halaman 1dari 48

3.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang


Disempurnakan
NAMA ANGGOTA
-ANTONIO RAFAEL EFFENDY
-GILBERT GOSAL
-JONATHAN GABRIEL
-TIFFANY LAURENSIA
-VANESSA CASEY PATRICIA
-VICTOR OLWIN SURYANTO
A.Pentingnya EYD

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah ejaan
yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972. Ejaan ini
masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib
digunakan dan ditaati dalam tulisan serta pengucapan bahasa indonesia yang baik dan
benar. Tujuan penggunaan dari Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah agar
penggunaan bahasa dan penulisan bahasa sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga
tidak ada lagi kesenjangan antara pengucapan atau penulisan kalimat dengan makna asli
dari kalimat tersebut. EYD juga bermanfaat sebagai upaya untuk lebih
mempermartabatkan bahasa Indonesia yang selama ini memiliki kesan kurang terpelihara,
banyak pengecualian, dan tidak konsisten, EYD juga dapat digunakan sebagai pedoman
dalam beraktivitas berbahasa terutama dalam berbahasa resmi, baik, dan benar, serta EYD
juga bermanfaat sebagai pengendali perkembangan bahasa Indonesia.
B.Penulisan Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih,
macam-macam berbagai jenis singkatan:
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: W.R. Supratman, Dr.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik.

Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).
Akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari kata ditulis dengan huruf awal kapital. Macam-macam akronim
sebagai berikut:

 Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), SIM (Surat Izin
Mengemudi).
 Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Akabri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Kowani (Kongres
Wanita Indonesia).
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali).
Pedoman Untuk Penulisan Singkatan
Dan Akronim
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi,
singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-
masing huruf.

4.Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak
diikuti tanda titik.
 Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
3.Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
C.Penulisan Huruf Kapital dan
Huruf Miring
 Penggunaan Huruf Kapital
 1. Huruf kapital (atau huruf besar) dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
 Contoh: Nicholas Saputra, adalah si Mas Ganteng yang selama ini aku maksud.
(Perhatikan, si dan sang selalu ditulis kecil kecuali jika diikuti nama atau sebutan untuk
Tuhan.)
 3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
4. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata
tugas.
 5. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
 Contoh: Kenapa tadi waktu aku tanya, “Kucingnya di mana,” kamu malah jawab nggak tahu?
(Perhatikan letak koma.)
 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
 Contoh:
 Katolik
Protestan
Buddha
Al-Quran
 7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang.
 Contoh:
 Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Penulisan Huruf Miring Sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia
 Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
 Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Ab-
doel Moeis.
 Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
 Huruf terakhir kata abad adalah d.
 Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
 Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana
 Catatan:
 (1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing
atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
 (2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang
akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
D.Penulisan kata dalam EYD

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
 B. Kata Turunan
 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
 Misalnya:bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
 Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
 Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
 4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
 Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama,
bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna,
 catatan:
 1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
 Misalnya:
 non-Indonesia, pan-Afrikanisme
 2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
 Misalnya:
 Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
 Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri,
kupukupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-
mandir, ramah-tamah, sayur-mayur
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsurunsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja
tulis, model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
Misalnya: Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali,
bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
darmawisata, dukacita, halalbihalal
 E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
 Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-,
-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
 Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kaumabil.
 Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

 F. Kata Depan di, ke, dan dari


 Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada. (Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
 Misalnya:
 Kain itu terletak di dalam lemari.
 Bermalam sajalah di sini.
 Di mana Siti sekarang?
 G. Kata Si dan Sang
 Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
 Misalnya:
 Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
 Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
 Misalnya:
 Bacalah buku itu baik-baik.
 Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
 Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
 Siapakah gerangan dia?
 Apatah gunanya bersedih hati?

 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:
 Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
 Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
 Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
 Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
 3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
 Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
 Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
 Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
I. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
 C. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
 Misalnya:
 dll. dan lain-lain
 dsb. dan sebagainya
 dst. dan seterusnya
 d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
 Misalnya:
 Cu cuprum
 TNT trinitrotulen
 cm sentimeter
 kVA kilovolt-ampere
 Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital
 a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
selurhnya dengan huruf capital.
 Misalnya:
 ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
 LAN Lembaga Administrasi Negara
 PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
 IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
 b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.
 Misalnya:
 Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
 Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
 Kowani Kongres Wanita Indonesia
 Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
 c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
 Misalnya:
 pemilu pemilihan umum
 radar radio detecting and ranging
 rapim rapat pimpinan
 rudal peluru kendali
 tilang bukti pelanggaran
 catatan:
 jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang
lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia
E. Penulisan Angka dan Lambang
Bilangan
CONTOH ANGKA DAN BILANGAN
1. Untuk menyatakan nomor atau lambang bilangan, dapat ditulis dengan angka Romawi
atau Arab.
 Contoh :
• Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, …
• Angka Romawi : V=5000, M=1000 D=500, C=100, L=50, X=10, VIII=8, V=5, IV=4, III=3
2. Untuk menyatakan nilai nominal suatu uang.
 Contoh :
• Ia menjual laptopnya seharga Rp. 2.000.000,00
• Ani menarik depositonya senilai $ 100
3. Untuk menyatakan jumlah atau kuantitas, ukuran (panjang, berat, isi, luas, volume).
 Contoh :
• Dalam sebulan kami biasanya menghabiskan beras sebanyak 50 kg.
• Taman kota itu dibangun diatas lahan kosong seluas 800 meter persegi.
• Tamu undangannya berjumlah sekitar 1.500 orang
4. Untuk menyatakan satuan waktu.
 Contoh :
• Kereta jurusan Bandung-Jakarta akan tiba pukul 12.00
• Penerbangan jakarta-bali ditempuh kurang lebih 2 jam 10 menit
• Ia akan berangkat ke Inggris, tanggal 12 Januari
5. Untuk melambangkan nomor kamar, rumah/hotel/apartemen, jalan pada alamat.
 Contoh :
• Kami menginap di hotel Sangrila kamar nomor 132.
• Salah satu museum kebanggaan kota ini berada di Jalan Diponegoro No. 10.
6. Untuk memberi nomor bagian-bagian dari suatu buku/karangan, kitab suci, majalah, surat
kabar.
 Contoh :
• Berita tentang pemilihan umum ada di halaman 8 surat kabar hari ini.
• Kami disuruh ibu guru mengerjakan semua latihan yang ada di halaman 102-104
7. Untuk menuliskan lambang bilangan yang menggunakan huruf secara terpisah antar bagian dan
awalan (seperti per pada pecahan), maka penulisannya disatukan dengan bagian lain yang berada
setelah/di belakangnya. 
 Contoh :
• Korban gempa yang terjadi kemarin, 1% nya adalah anak-anak.
• Dari hasil survei yang kami buat, ¾ dari populasi penduduk memilih tinggal di perdesaan
8. Untuk menyatakan lambang bilangan tingkat dari angka Romawi, dapat ditulis dengan memakai
tanda hubung (ke-) kemudian diikuti dengan angka atau dirangkaikan penulisannya jika angka
tersebut dinyatakan dengan kata.
 Contoh :
• Abad millenium dimulai dari abad ke-20 Masehi.
• Dia merupakan pemain bulu tangkis peringkat ke-7 tingkat dunia.
9. Untuk menyatakan lambang bilangan yang ditambahkan dengan imbuhan akhiran -an,
penulisannya memakai tanda hubung setelah angka (seperti : …-an) atau dapat
dirangkaikan jika angka tersebut dinyatakan dengan kata.
 Contoh :
• Gelanggang olahraga ini sanggup menampung sekitar 1300-an penonton.
• Sebanyak 500-an orang telah terdaftar sebagai anggota perkumpulan ini.
10. Untuk menyatakan lambang bilangan yang terletak di awal kalimat, ditulis dengan huruf
dan jika diperlukan susunan kalimatnya dapat dirubah.
 Contoh :
• Dua ratus pasang sepatu disumbangkan dalam acara bakti sosial kemarin.
• Dua orang peserta dinyatakan gugur karena terbukti menggunakan obat-obat terlarang.
11. Untuk menyatakan angka dari suatu bilangan utuh besar agar mudah dieja dan dibaca.
 Contoh :
• Total sumbangan yang terkumpul untuk korban gempa bumi itu adalah sebesar 650 juta rupiah.
• Pembangunan jalan layang ini memakan biaya sekitar 120 milyar rupiah.
12. Untuk bilangan yang terdiri dari angka dan huruf, tidak ditulis secara sekaligus keduanya
kecuali dalam penulisan suatu dokumen resmi (seperti akta dan kuitansi).
 Contoh :
• Bulan lalu salesman itu menjual dua unit mobil seharga tiga miliar rupiah
• Asuransinya senilai 100 jta rupiah sudah cair tadi siang.
13. Untuk bilangan yang menyatakan suatu jumlah atau bilangan ordinal, ditulis serangkai dengan
angka.
 Contoh :
• Uang muka untuk sewa apartemen itu tertulis Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)
• karena lalai, ia di denda senilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
14. Untuk menyatakan suatu urutan, ditulis serangkai dengan angka. Jika menggunakan angka
Romawi maka bilangan tersebut ditulis sendirian (berdiri sendiri). Jika menggunakan angka Arab,
maka ditulis diawali kata hubung ke-.
 Contoh :
• Angka Arab : abad ke-21
• Angka Romawi : abad XXI
F. Pemaikan Tanda Baca
TANDA TITIK
 Seperti yang sudah kita ketahui, tanda titik digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat
pernyataan, namun tanda titik sebenarnya masih memiliki berbagai kegunaan lain. Di bawah
ini merupakan kaidah penggunaan tanda titik menurut ejaan yang disempurnakan (EYD):
1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan.
2. Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau
tabel.
3. Tanda titik tidak digunakan pada akhir alamat penerima dan pengirim surat, serta tanggal
surat.
4. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
5. Tanda titik tidak dipergunakan pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian.
6. Tanda titik tidak dipergunakan pada akhir penomoran digital lebih dari satu angka.
7. 2 Tanda titik tidak dipergunakan di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital
yang lebih dari satu angka pada judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
8. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau
jangka waktu.
9. Tanda titik digunakan dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit untuk penulisan daftar pustaka berupa
buku. Sedangkan untuk penulisan daftar pustaka dari artikel, tanda titik digunakan di antara nama
penulis, tahun, judul artikel, nama jurnal, dan edisi.
10. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
11. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
12. Tanda baca titik digunakan untuk singkatan gelar, baik akademik maupun kebangsawanan.
TANDA KOMA
1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
2. Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung (konjungsi) yang menunjukkan pertentangan,
seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan lain sebagainya dalam kalimat majemuk setara
3. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang dalam penulisannya mendahului induk
kalimat
4. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, meskipun demikian, dan lain sebagainya.
5. Tanda koma digunakan sebelum dan/atau setelah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, hai, dan lain
sebagainya. Selain itu tanda koma juga digunakan sebelum dan/atau sesudah kata sapaan,
seperti Bu, Dik, Kak, dan lain-lain.
6. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
7. Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah apabila ditulis secara berurutan.
8. Tanda koma digunakan untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka. Selain itu tanda koma juga digunakan untuk memisahkan masing-masing nama apabila suatu
buku atau artikel memiliki lebih dari satu penulis dalam daftar pustaka.
9. Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
10. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya.
Penggunaan tanda koma in bertujuan untuk membedakan gelar akademis dengan singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
11. Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
12. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau aposisi.
13. Tanda koma digunakan di belakang keterangan yang terdapat pasa awal kalimat untuk menghindari
salah baca atau salah pengertian.
TANDA TITIK KOMA
1. Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dengan kalimat setara lainnya dalam kalimat majemuk.
2. Tanda titik koma digunakan pada akhir perincian yang berupa klausa.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah
menggunakan tanda koma.
TANDA TITIK DUA
1. Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.
2. Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3. Tanda titik dua digunakan dalam naskah drama atau lakon sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
4. Tanda titik dua digunakan di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab
suci, (c) judul dan anak judul, serta (d) nama koa dan penerbit dalam daftar pustaka.
TANDA HUBUNG
1. Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang ditulis dengan angka
atau menyambung huruf yang telah dieja satu per satu.
4. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan kata atau ungkapan
5. Tanda hubung digunakan untuk merangkai.
6. Tanda hubung digunakan untuk merangka unsur bahasa Indonesia dengan bahasa lain, baik bahasa
daerah maupun asing.
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
TANDA PISAH (-)
1. Tanda pisah dapat digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan selain yang telah disebut di bangun kalimat.
2. Tanda pisah digunakan untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan lain.
3. Tanda pisah digunakan antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
TANDA TANYA (?)
1. Tanda tanya digunakan di akhir kalimat tanya.
2. Tanda tanya yang dikurung digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang disangsikan
atau kurang terbukti kebenarannya.
TANDA SERU (!)
Tanda seru digunakan untuk mengakhiri kalimat yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan emosi yang kuat, kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa takjub.

Tanda Elipsis (…)


1. Tanda Elipsis digunakan untuk menunjukan bahwa suatu kalimat atau kutiban ada bagian yang
sengaja dihilangkan.
2. Tanda elipsis digunakan untuk menulis perkataan yang tidak selesai dalam dialog.
 - Dalam penggunaan tanda elipsis, ada beberapa kaidah penulisan yang harus di perhatikan yakni,
• Tanda elipsis diawali dan diikuti dengan spasi.
• Untuk penggunaan tanda ellipsis di akhir kalimat diikuti dengan tanda titik, sehingga tanda titik
nantinya berjumlah 4 buah.
Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, dialog,
dan sejenisnya.
2. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, bab buku, dan
lain-lain yang disebutkan dalam suatu kalimat.
3. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah dengan arti khusus maupun istilah ilmiah yang kurang
dikenal.

Tanda Petik Tunggal (‘…’)


4. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan di dalam petikan.
5. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan dari suatu kata
 atau ungkapan.
Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterang atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
3. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan maupun dihilangkan.
4. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian.

Tanda Kurung Siku ([…])


5. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai tanda koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan naskah asli yang ditulis oleh orang lain.
6. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterang dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam
tanda kurung.
Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring digunakan dalam penulisan nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi menjadi dua tahun takwim.
2. Tanda miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
3. Tanda garis miring digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


Tanda penyingkat digunakan untuk menunjukan penghilangan bagian kata atau angka tahun dalam
konteks tertentu.
G. Penyuntingan Kesalahan EYD dalam
Karya Ilmiah

Dalam penulisan tidak jarang ditemui banyak sekali kesalahan penulisan yang tidak memenuhi
kebakuan dan tidak sesuai dengan aturan yang dikenal sebagai Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Mulai tahun 2015, EBI menggantikan aturan kebakuan yang sebelumnya dikenal sebagai Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD).
BERIKUT INI ADALAH KEASALAH UMUN DALAM KARYA ILMIAH DAN
PERBAIKANNYA :
 Spasi pada penulisan tanda bacaTanda “:” (titik dua): tidak boleh ada spasi sebelumnya. Di
Microsoft Word, apabila ada spasi sebelum : maka pasti akan digarisbawahi karena itu adalah
penulisan yang salah. Penulisan tanda baca ini sebenarnya bersifat universal, artinya semua bahasa
memiliki aturan kebakuan yang sama. Perkecualian untuk pemerian (misalnya penulisan detail
Tempat, Waktu, dll pada surat).
Contoh: antara lain : (salah) –> antara lain: (benar)
 Tanda “/” (garis miring), “-” (tanda hubung): tidak boleh ada spasi sebelum dan sesudahnya.
 Tanda “.” (titik), “!” (tanda seru), “?” (tanda tanya): tidak boleh ada spasi sebelumnya tetapi
harus ada spasi setelahnya. Titik adalah tanda berhenti penuh, perhatikan di bawah tanda seru,
tanda tanya ada titiknya. Fungsinya adalah sebagai penanda akhir kalimat.
 Tanda “,” (koma),  “;” (titik koma): sama seperti tanda berhenti penuh, walaupun tanda koma
adalah tanda berhenti setengah.
 Penulisan imbuhan di-, ke-, kata di
Penulisan imbuhan di- dan kata di memiliki arti yang berbeda. Namun, banyak sekali salah penulisan,
yang entah kenapa banyak yang tidak bisa membedakan apa fungsi keduanya.
 Imbuhan di-: membentuk kata kerja pasif dari suatu kata kerja dasar.
Penulisannya harus digabung antara di- kemudian kata dasar.
Contoh: dipukul, ditetapkan, dianalisis, diatasi, dibuat, dikembangkan, dilaksanakan, dll.
 Preposisi: kata depan untuk keterangan tempat.
Penulisannya harus dipisah antara kata di dan kata keterangan tempatnya.
Contoh: di atas, di bawah, di antara, di mana (pasti harus dipisah!),
 Penulisan kata berbahasa asing
Penulisan kata berbahasa asing harus dicetak miring. Sebisa mungkin gunakan kata padanan
berbahasa Indonesia.
 Penulisan kata tidak baku
algoritma (salah)            → algoritme (benar)
analisa (salah)                 → analisis (benar)
dimana (salah)                → di mana (benar)
diagnosa (salah)              → diagnosis (benar)

 Diksi “dimana/di mana” dan “di antaranya”


 “di mana/dimana”: pada penulisan rumus atau menjelaskan dengan klausa baru, umumnya banyak yang
menggunakan kata “di mana/dimana” padahal dalam bahasa Indonesia tidak dikenal kata hubung (konjungsi)
“di mana” karena kata “di” adalah preposisi. Kata yang benar untuk penghubung kalimat majemuk
adalah “yang mana”, karena yang adalah kata hubung.
 “di antaranya”: penggunaan di antaranya hanya digunakan apabila sesuatu terletak di tengah-tengah/di
antara sesuatu yang lain di kanan dan kiri.
Apabila ingin menyebutkan beberapa hal yang terkandung di dalam sesuatu, gunakan “antara
lain:” bukan “di antaranya”.
 Tidak boleh ada ruang kosong di halaman bawahSebisa mungkin tidak boleh ada ruang kosong
yang tersisa pada suatu halaman. Biasanya ada ruang kosong karena ada gambar atau tabel yang tidak
muat. Sebisa mungkin harus diisi tulisan, misalnya yang ada di halaman belakang dimajukan ke
depan, atau gambar yang diperkecil selama masih bisa terlihat, atau tabelnya dipotong (tapi harus hati-
hati karena tidak boleh sembarang memotong tabel).
H. Cermat Menulis Imliah dengan EYD

Anda mungkin juga menyukai