PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan
Republik. EyD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat,
dan penggunaan tanda baca. Kehadiran EyD ini merupakan satu upaya untuk
menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Di samping itu, ejaan merupakan sebuah kesepakatan untuk
menggunakan lambang bunyi tertentu dan tanda-tanda tertentu agar dapat
saling memahami. Pendeknya, ejaan mengupayakan agar komunikasi tertulis
sama baiknya dengan komunikasi lisan melalui tanda-tanda dan simbol-simbol
yang sudah disepakati.
Ejaan bahasa Indonesia dewasa ini disebut ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan disingkat “EyD” yang merupakan kaidah-kaidah atau aturan
yang harus disepakati oleh para penutur bahasa terutama bahasa tulis. Tetapi
sangat disayangkan karena para penutur bahasa tulis terutama para
mahasiswa masih banyak yang tidak mampu menyepakati bahkan menguasai
aturan atau kaidah-kaidah tersebut. Karena ilmu bahasa tidak hanya terbatas
pada ejaan serta ruang lingkup ejaan saja melainkan banyak yang lainnya yang
harus dikuasai seperti ruang lingkup pedoman umum pembentukan istilah,
kata baku dan tidak baku, fungsi bahasa baku, perbedaan antara singkatan dan
akronim, makna kata dan perubahan makna kata, bahkan jenis-jenis kata
dalam bahasa Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,yaitu :
- Apa pengertian Ejaan yang Disempurnakan ?
- Apa saja ruang lingkup dalam EyD?
C. TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui Ejaan yang Disempurnakan
- Untuk mengetahui ruang lingkup dalam EyD
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. RUANG LINGKUP
Pada dasarnya ruang lingkup dalam EYD :
1. Penulisan Huruf
a. Huruf Kapital
Dalam Pedoman Umum EYD terdapat beberapa kaidah
penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal yang masih
perlu kita perhatikan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal
kalimat. Contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya?, dll.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung. Contoh: Adik bertanya:”Kapan kita pulang?”
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menulis
ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab
suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Atas rahmat-Mu (bukan
atas rahmatmu), dll.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk
menuliskan kata-kata, seperti, imam, makmum, doa, puasa,
dan misa.
2|Page
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang. Contoh: Sultan Hasanuddin, Nabi Muhammad, Imam
Hanafi, dll.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan jika tidak
diikuti nama orang. Contoh: Seorang nabi adalah utusan
Tuhan, Sebagai seorang sultan, dia patut dihormati, dll.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat. Contoh: Gubernur Bali, Gubernur Fauzi
Bowo, Kepala Kantor Wilayah, dll.
Nama jabatan dan pangkat itu tidak ditulis dengan huruf
kapital jika tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat. Contoh: Siapa yang dilantik menjadi
gubernur?, Ayah dia seorang jenderal bintang tiga.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Banjar,
bahasa Perancis.
3|Page
● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata-
kata umum:
b. HURUF MIRING
4|Page
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
5|Page
- Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang s
udah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di
dalam, ke tenga, dari Surabaya.
- Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepa
da si kancil.
- Partikel Partikel -lah, -kah, dan -
tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
- Partikel -
pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun
, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
- Partikel per-
yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per
1 April, per helai.
6|Page
o Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital.
o Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kecil.
7|Page
6. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan,
rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14
Hotel Mahameru, Kamar 169
Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
7. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16
8. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5.000)
b. Bilangan Pecahan Misalnya:
setengah atau seperdua (1⁄2)
seperenam belas (1⁄16)
tiga perempat (¾)
9. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
abad XX
abad ke-20
abad kedua puluh
Perang Dunia II
10.Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan
dengan cara berikut. Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima
puluhan)
uang 5.000-an (uang lima ribuan)
11.Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus
dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi. Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan
rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
8|Page
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
pembayaran satu unit televisi.
12.Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan
diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan
pertanggungjawaban.
13.Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Irwan S. Gatot
George W. Bush
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
9|Page
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)
10 | P a g e
SIM (Surat Izin Mengemudi)
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
rapim (rapat pimpinan)
Cu (tembaga)
52 cm
l (liter)
Rp350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
b. Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan
koma sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting
dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]
11 | P a g e
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalimatnya.
Contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
12 | P a g e
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5
dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
33,5 m
Rp10,50
13 | P a g e
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja
di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
14 | P a g e
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka
banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
e. Tanda hubung
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada
tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
p-e-n-g-u-r-u-s
8-4-1973
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
sinar-X
15 | P a g e
Menteri-Sekretaris Negara
di-charter
pen-tackle-an
f. Tanda pisah
2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang
berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13 Desember 1999
16 | P a g e
2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan
antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:
g. Tanda ellipsis
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,
misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan
langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-
hati ....
h. Tanda Tanya
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
j. Tanda kurung
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor
yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) secara berkala.
18 | P a g e
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b)
harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
l. Tanda petik
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:
19 | P a g e
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
20 | P a g e
n. Tanda garis miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
o. Tanda penyingkat
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Contoh:
21 | P a g e
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan
yang telah diterapkan. Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan
dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :
Secara adopsi,
yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara
utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. C
ontoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.2.
Secara adaptasi,
yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun
penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi,
yaitu : ekspor, material, sistem,atlet, manajemen, koordinasi,
fungsi.
22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
EyD berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1972 merupakan ejaan bahasa
Indonesia hasil penyempurnaa dari ejaan-ejaan yang pernah berlaku di
Indonesia, yaitu Ejaan Ch. A. van Ophuysen dan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi).
Penutur bahasa yang baik tidak hanya dinilai dari kemampuan berbahasa
sesuai dengan aturan yang dibakukkan, tetapijuga harus mampu memilih kata
yang tepat kerena bahasa memiliki rasa.
B.SARAN
Berdasarkan makalah diatas, perlu adanya peningkatan pemahaman
penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD. Tujuannya agar terciptanya ragam
kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta
ejaannya.
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
24 | P a g e