Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan
Republik. EyD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat,
dan penggunaan tanda baca. Kehadiran EyD ini merupakan satu upaya untuk
menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Di samping itu, ejaan merupakan sebuah kesepakatan untuk
menggunakan lambang bunyi tertentu dan tanda-tanda tertentu agar dapat
saling memahami. Pendeknya, ejaan mengupayakan agar komunikasi tertulis
sama baiknya dengan komunikasi lisan melalui tanda-tanda dan simbol-simbol
yang sudah disepakati.
Ejaan bahasa Indonesia dewasa ini disebut ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan disingkat “EyD” yang merupakan kaidah-kaidah atau aturan
yang harus disepakati oleh para penutur bahasa terutama bahasa tulis. Tetapi
sangat disayangkan karena para penutur bahasa tulis terutama para
mahasiswa masih banyak yang tidak mampu menyepakati bahkan menguasai
aturan atau kaidah-kaidah tersebut. Karena ilmu bahasa tidak hanya terbatas
pada ejaan serta ruang lingkup ejaan saja melainkan banyak yang lainnya yang
harus dikuasai seperti ruang lingkup pedoman umum pembentukan istilah,
kata baku dan tidak baku, fungsi bahasa baku, perbedaan antara singkatan dan
akronim, makna kata dan perubahan makna kata, bahkan jenis-jenis kata
dalam bahasa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,yaitu :
- Apa pengertian Ejaan yang Disempurnakan ?
- Apa saja ruang lingkup dalam EyD?

C. TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui Ejaan yang Disempurnakan
- Untuk mengetahui ruang lingkup dalam EyD

1|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Pengertian Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan


penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang
Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas
ejaan-ejaan sebelumnya. Ejaan yang Disempurnakan adalah tata bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan,
mulai dari pemakaian dan penulisan unsur serapan serta penulisan
penulisan huruf kapital dan huruf miring.

B. RUANG LINGKUP
Pada dasarnya ruang lingkup dalam EYD :
1. Penulisan Huruf
a. Huruf Kapital
Dalam Pedoman Umum EYD terdapat beberapa kaidah
penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal yang masih
perlu kita perhatikan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal
kalimat. Contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya?, dll.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung. Contoh: Adik bertanya:”Kapan kita pulang?”
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menulis
ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab
suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Atas rahmat-Mu (bukan
atas rahmatmu), dll.
 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk
menuliskan kata-kata, seperti, imam, makmum, doa, puasa,
dan misa.

2|Page
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang. Contoh: Sultan Hasanuddin, Nabi Muhammad, Imam
Hanafi, dll.
 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan jika tidak
diikuti nama orang. Contoh: Seorang nabi adalah utusan
Tuhan, Sebagai seorang sultan, dia patut dihormati, dll.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat. Contoh: Gubernur Bali, Gubernur Fauzi
Bowo, Kepala Kantor Wilayah, dll.
 Nama jabatan dan pangkat itu tidak ditulis dengan huruf
kapital jika tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat. Contoh: Siapa yang dilantik menjadi
gubernur?, Ayah dia seorang jenderal bintang tiga.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Banjar,
bahasa Perancis.

Perhatikan juga bahwa yang dituliskan dengan huruf


kapital hanya nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa,
sedangkan kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan
huruf kecil saja.

Contoh: bangsa Indonesia, suku Banjar, bahasa Perancis.

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,


bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh: tahun Hijriah, bulan Agustus, hari Waisak,


perang Salib, Republik Indonesia.

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas


geografi.

Contoh: Sungai Barito, Danau Toba, Asia Tenggara, Pulau


Bangka, Gunung Semeru.

3|Page
● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata-
kata umum:

Contoh: dia hanyut di sungai, gunung mana yang akan kita


daki?

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi


badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi.

Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat; Undang-


Undang Dasar 1945.

 Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan


sapaan.

Contoh: Dr. M.A. S.H. Sdr

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk


hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti sapaan.

Contoh: Kapan Bapak berangkat?, Mau kemana, Bu?

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti orang


kedua (Anda)

Contoh: Tahukah Anda tentang kabar itu?, Saudara diundang ke


rumah

b. HURUF MIRING

 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam keterangan.

Contoh: Sudahkah anda membaca koran Kompas hari ini?

 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama


ilmiah atau ungkapan asing.

Contoh: Nama latin untuk tanaman padi adalah Oriza sativa.

4|Page
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

2. PENULISAN KATA SESUAI EYD


Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
- Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
- Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan) Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.Contoh:
bergeletar, dikelola.
- Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh:
bertepuk tangan, garis
bawahi Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan d
an akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai.
- Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh:
menggarisbawahi,
dilipatgandakan. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati,
mancanegara.
- Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda h
ubung. Contoh: non-Indonesia.
- Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hub
ung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak
(anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan
(sayur-mayur, ramah-tamah).
- Gabungan kata atau kata majemuk Gabungan kata, termasuk istilah k
husus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak
bola.
- Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
- Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lih
at bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai. Kata ganti (kau-, ku-
, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki,kauambil, bukumu,
miliknya.

5|Page
- Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang s
udah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di
dalam, ke tenga, dari Surabaya.
- Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepa
da si kancil.
- Partikel Partikel -lah, -kah, dan -
tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
- Partikel -
pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun
, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
- Partikel per-
yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per
1 April, per helai.

3. Singkatan dan akronim.

Pedoman umum untuk penulisan singkatan dan akronim:

1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu


huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik. Tetapi, singkatan umum yang terdiri
hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-
masing huruf.
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan,
dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik.
2. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku
kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.

o Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari


deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

6|Page
o Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital.
o Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kecil.

4. Penulisan angka bilangan


1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai
secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
 Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku..
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
 Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
 Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
3. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
 Panitia mengundang 250 orang peserta.
 Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
4. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
 Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550
miliar rupiah.
 Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan
biaya Rp10 triliun.
5. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat,
luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
 0,5 sentimeter
 5 kilogram
 4 hektare
 10 liter
 Rp5.000,00

7|Page
6. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan,
rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
 Jalan Tanah Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15
 Jalan Wijaya No. 14
 Hotel Mahameru, Kamar 169
 Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
7. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci. Misalnya:
 Bab X, Pasal 5, halaman 252
 Surah Yasin: 9
 Markus 16: 15—16
8. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh Misalnya:
 dua belas (12)
 tiga puluh (30)
 lima ribu (5.000)
b. Bilangan Pecahan Misalnya:
 setengah atau seperdua (1⁄2)
 seperenam belas (1⁄16)
 tiga perempat (¾)
9. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
 abad XX
 abad ke-20
 abad kedua puluh
 Perang Dunia II
10.Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan
dengan cara berikut. Misalnya:
 lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
 tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima
puluhan)
 uang 5.000-an (uang lima ribuan)
11.Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus
dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi. Misalnya:
 Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan
rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

8|Page
 Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
pembayaran satu unit televisi.
12.Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan
diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:
 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
 Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan
pertanggungjawaban.
13.Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Misalnya:
 Kelapadua
 Kotonanampek
 Rajaampat

5. Penulisan tanda baca


a. Tanda titik

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan


pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak
satu ketukan.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh:

 Irwan S. Gatot
 George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak


dipergunakan.
Contoh: Dwiki Halla

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan,


pangkat, dan sapaan.
Contoh:

 Dr. (doktor)
 S.E. (sarjana ekonomi)

9|Page
 Kol. (kolonel)
 Bpk. (bapak)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang


sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga
huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:

 dll. (dan lain-lain)


 dsb. (dan sebagainya)
 tgl. (tanggal)
 hlm. (halaman)

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,


dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:

 Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)


 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan


atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:

 Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.


 Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi


lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:

 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


 SMA (Sekolah Menengah Atas)
 PT (Perseroan Terbatas)
 WHO (World Health Organization)
 UUD (Undang-Undang Dasar)

10 | P a g e
 SIM (Surat Izin Mengemudi)
 Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
 rapim (rapat pimpinan)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia,


satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:

 Cu (tembaga)
 52 cm
 l (liter)
 Rp350,00

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:

 Latar Belakang Pembentukan


 Sistem Acara
 Lihat Pula

11. Tanda titik tidak dipakai pada pertengahan kalimat tanya.


Apabila memakai tanda titik, maka kalimat sebelum titik
menjadi kalimat pernyataan. Bentuk yang benar adalah dengan
menggunakan tanda koma.
contoh:

 Kalau saya tidak membantu, bagaimana Anda dapat


menyelesaikannya?

b. Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan
koma sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting
dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang


satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh
kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

11 | P a g e
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalimatnya.
Contoh:

 Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.


 Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat


dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi
induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan


penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Contoh:

 Oleh karena itu, kamu harus datang.


 Jadi, saya tidak jadi datang.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah,


aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
contoh:

 O, begitu.
 Wah, bukan main.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung


dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)


bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:

 Medan, 18 Juni 1984


 Medan, Indonesia.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang


dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

12 | P a g e
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5
dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan


kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung:
UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar


akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di


antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:

 33,5 m
 Rp10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan


yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di


belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita
memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-
sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan


langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

c. Tanda titik koma


1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-
bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

13 | P a g e
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja
di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

d. Tanda titik dua


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:

 Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi,


meja, dan lemari.
 Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang


memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helena
Wakil Sekretaris : Michelle
Bendahara : Tio
Wakil bendahara : Dikel

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.

14 | P a g e
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka
banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

e. Tanda hubung
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada
tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu


dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:

 p-e-n-g-u-r-u-s
 8-4-1973

3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan


bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:

 ber-evolusi dengan be-revolusi


 dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-
ribuan (1×25000).
 Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata


berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan
angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:

 se-Indonesia
 hadiah ke-2
 tahun 50-an
 ber-SMA
 KTP-nya nomor 11111
 sinar-X

15 | P a g e
 Menteri-Sekretaris Negara

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa


Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:

 di-charter
 pen-tackle-an

6. Tanda hubung digunakan menyambung suku-suku kata dasar


yang terpisah oleh pergantian baris. Contoh:

 Ayahku bekerja di rumah sa-kit.

 Guru itu sedang me-nulis di depan kelas.

f. Tanda pisah

1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat


yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi
Wikipedia terbesar.

1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau


keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.

2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang
berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:

 1919–1921
 Medan–Jakarta
 10–13 Desember 1999

16 | P a g e
2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan
antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:

 dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65


 antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–
1499
 −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

g. Tanda ellipsis
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,
misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan
langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-
hati ....

h. Tanda Tanya

1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.


Contoh:

 Kapan ia berangkat?
 Saudara tahu, bukan?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan


bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Contoh:

 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).


 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
17 | P a g e
i. Tanda seru
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:

 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!


 Bersihkan meja itu sekarang juga!
 Sampai hati ia membuang anaknya!
 Merdeka!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak


digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari
penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

j. Tanda kurung
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor
yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) secara berkala.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang


bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah


Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan
adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di


dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:

 Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi


kokain(a)
 Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu


urutan keterangan.

18 | P a g e
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b)
harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang


berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang
kalimatnya.
Contoh:

 Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga


sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin
Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang
pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

k. Tanda kurung siku


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat
yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan
atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan
di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

l. Tanda petik
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:

 "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"


 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia."

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:

19 | P a g e
 Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
 Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau


kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:

 Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.


 Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan
nama "cutbrai".

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri


petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan


di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
Contoh:

 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".


 Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu
sebabnya.

m. Tanda petik tunggal


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
Contoh:

 Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu,
Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak
Hamdan.

3. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau


penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'

20 | P a g e
n. Tanda garis miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
Contoh:

 No. 7/PK/1973
 Jalan Kramat III/10
 tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai


pengganti kata atau.
3. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per
atau sebagai anda bagi dalam pecahan dan rumus
matematika.
Contoh:

 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap


lembar)
 kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
 7/8 atau 7⁄8
 xn/n!

o. Tanda penyingkat
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Contoh:

 Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)


 Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
 1 Januari '88 ('88 = 1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

6. Penulisan Unsur Serapan Asing


Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia,
sebagianahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsiste
n. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering
begitu saja menyerap unsur asing tanpamemperhatikan aturan,
situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya

21 | P a g e
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan
yang telah diterapkan. Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan
dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :

Secara adopsi,
yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara
utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. C
ontoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.2.

Secara adaptasi,
yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun
penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi,
yaitu : ekspor, material, sistem,atlet, manajemen, koordinasi,
fungsi.

22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
EyD berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1972 merupakan ejaan bahasa
Indonesia hasil penyempurnaa dari ejaan-ejaan yang pernah berlaku di
Indonesia, yaitu Ejaan Ch. A. van Ophuysen dan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi).
Penutur bahasa yang baik tidak hanya dinilai dari kemampuan berbahasa
sesuai dengan aturan yang dibakukkan, tetapijuga harus mampu memilih kata
yang tepat kerena bahasa memiliki rasa.

B.SARAN
Berdasarkan makalah diatas, perlu adanya peningkatan pemahaman
penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD. Tujuannya agar terciptanya ragam
kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta
ejaannya.

23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman penulisan singkatan dan akronim.( online ), ( https://id.wikipedia.org


diakses tanggal 8 September 2017 )
Angka dan bilangan dalam pedoman umum ejaan bahasa indonesia. ( online ),
(https://ceritabahasa.co diakses tanggal 8 september 2017)
Pedoman penulisan tanda baca. ( Online ), ( https://id.wikipedia.org diakses
tanggal 10 September 2017 )
http://www.markijar.com/2017/05/pedoman-ejaan-yang-disempurnakan-
eyd.html
HTTPS://WINAHARININGTYAS.WORDPRESS.COM/2015/10/12/EJAAN-
YANG-DISEMPURNAKAN-DAN-TANDA-BACA/AN DAN TANDA BACA

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai