Anda di halaman 1dari 25

Kaidah PUEBI

Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan merupakan seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata,
dan tanda baca sebagai sarananya.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh


pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman
bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia diantaranya Ejaan


Van Ophuijsen (1901-1947), Ejaan Republik /Soewandi
(1947-1972), EYD (1972-2015), PUEBI (2015-sekarang).
Ruang Lingkup PUEBI
1. Pemakaian huruf: abjad, vokal, konsonan,
pemenggalan kata, dan nama diri.
2. Penulisan huruf: huruf capital, huruf miring,
dan huruf tebal.
3. Penulisan kata: kata dasar, kata turunan,
kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata
depan, kata sandang, partikel, singkatan dan
anonim, serta angka dan lambang bilangan.
4. Penulisan unsur serapan.
5. Pemakaian tanda baca (pungtuasi).
1. PEMAKAIAN HURUF
A. Abjad, vokal, dan konsonan.
Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf
yang terdiri atas 5 vokal dan 21 konsonan.
Dalam bahasa Indonesia terdapat empat pasang
gabungan konsonan (diagraf) yaitu kh, ng, ny,
sy. Contoh penggunaan diagraf (konsonan
rangkap) tersebut yaitu pada kata khusus,
ngilu, nyata, dan asyik. Setiap pasangan
tersebut menghasilkan satu fonem atau satu
bunyi bahasa yang dapat membedakan arti.
Selain konsonan rangkap (kluster), dalam
bahasa Indonesia mengenal pula vokal rangkap
(diftong).
Terdapat tiga buah diftong dalam bahasa
Indonesia.
1. Diftong ai: bantai, ngarai, pandai, santai.
2. Diftong au: kacau, kerbau, limau, silau.
3. Diftong oi: amboi, boikot, sepoi, toilet.
4. Diftong ei: survei
Contoh ai, au, oi, yang bukan diftong terdapat
dalam kata mulai, namai, bau, mau.
B. PEMENGGALAN KATA
1. Ketentuan pemenggalan kata dasar.
a. Jika di tengah kata ada vokal beruntun, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: di-a,
do-a, ta-at, sa-at.
Namun hal ini tidak berlaku jika vokal yang beruntun
merupakan sebuah diftong. Misalnya: pu-lau, ra-mai, se-poi.
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, pemenggalan
dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: ta-bu, ka-
wan, ca-tur.
c. Jika di tengah kata ada dua konsonan rangkap, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan. Misalnya: ap-ril,
swas-ta, an-dal. Konsonan rangkap kh, ng, ny, dan sy tidak
boleh dipisahkan. Misalnya: su-nyi, ha-ngat, makh-luk, ma-
sya-ra-kat.
d. Jika di tengah kata ada tiga atau
lebih konsonan beruntun,
pemenggalan dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua. Misalnya: ab-
sor-bsi, kon-klu-si, in-struk-si

2. Imbuhan yang berupa awalan dan


akhiran serta partikel dapat dipenggal
dari kata yang diimbuhinya. Misalnya:
ba-ca-lah, me-la-ri-kan, pra-sa-ra-na.
C. Nama Diri
Penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat,
jalan, sungai, gunung dan nama lainnya) harus
mengikuti EYD, kecuali ada pertimbangan khusus
yang menyangkut segi sejarah.
Contoh pemakaian dengan pertimbangan khusus
yang menyangkut sejarah:
Salah satu nama koran tahun 60-an adalah Pantja
Tjita.
Pamanku dosen Universitas Padjadjaran, Bandung.
Perkumpulan Boedi Oetomo didirikan pada tahun
1908.
2. PENULISAN HURUF
a. Huruf Kapital atau Huruf Balok
1. Dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat. Misalnya:
Saya gemar membaca buku.
2. Dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:
Dinda berkata, “Saya anak kedua dari tiga bersaudara”.
3. Dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,
Alquran, Injil.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri
rahmat.
4. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, dan, keagamaan yang
diikuti nama orang. Misalnya: Haji Agus Salim,
Imam Syafii, Nabi Muhammad.
5. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat. Misalnya: Presiden
Joko Widodo, Menteri Pertenian, Gubernur Jabar,
Profesor Supomo, Sekretaris Jenderal Deplu.
Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau
instansi/tempat. Misalnya: Siapakah presiden yang
baru dilantik itu.
6. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya:
Muhammad Faisal, Yati Suryani, Akbar Setia.
Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel. 15 watt,
200 ampere, 12 volt.
7. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Namun, hal ini tidak berlaku pada posisi di tengah kalimat. Misalnya:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang….
Jakarta merupakan tempat bermukim suku Melayu sejak….
Penduduk Indonesia memakai bahasa Indonesia sebagai….
Akan tetapi jika nama suku, bangsa, dan bahasa sudah
menggunakan awalan dan akhiran sekaligus, kata-
kata itu harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: Baru saja ia tinggal di sana satu tahun, ia
sudah keinggris-inggrisan.
Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata
asing.
8. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Saka, bulan
Juli, hari Jumat, hari Natal, Perang Diponegoro.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa


sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya:
Perlombaan senjata nuklir membawa risiko pecahnya perang
dunia.

9. Dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.


Misalnya: Sampah di Sungai Ciliwung akan diolah menjadi
bahan pupuk.
Teluk Jakarta, Gunung Papandayan, Danau Toba, Selat
Sunda.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah


geografi yang tidak menjadi undur nama diri.
Misalnya: Saya dan Andi pergi ke danau.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah


geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya: Ibu membeli jeruk bali di pasar tadi pagi.
garam inggris, gula jawa, soto madura, tahu sumedang
10. Dipakai sebagai huruf pertama semua unsur negara, nama
resmi badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
serta nama dokumen resmi. Misalnya: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
yang bukan nama resmi lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya: Menurut undang-undang, perbuatan itu
melanggar hukum.
11. Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan atau lembaga.
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
12. Dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam
penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata hubung (di, ke, dari,
dan, dalam, yang, untuk) yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Dia agen surat kabar Pikiran Rakyat.
13. Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk bukan
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, paman, yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya: Apa yang sedang Bapak lakukan?
Surat Saudara sudah saya terima.
C. Penulisan Huruf Miring
1. Dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang ditulis dalam kutipan.
Misalnya: Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar
Kompas dan Radar.

2. Dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau


istilah asing.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis adalah carcina
mangestana.
Istilah e-mail dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
surat elektronik.
Huruf Tebal
• Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan
bagian-bagian karangan seperti judul buku,
Bab, dan subbab.
D. Penulisan Kata
1. Bentuk tidak baku dan baku
Bentuk tidak baku Bentuk baku
Lipatgandakan Lipat gandakan
Berterimakasih Berterima kasih
Hancurleburkan Hancur leburkan
Sebarluaskan Sebar luaskan
 Jika gabungan kata sekaligus mendapatkan awalan dan
akhiran, harus dituliskan serangkai.
Bentuk tidak baku Bentuk baku
Menghancur leburkan Menghancurleburkan
Menyebar luaskan Menyebarluaskan
Mempertanggung jawabkan Mempertanggungjawabkan
Gabungan kata yang berupa kata majemuk
dituliskan terpisah
Bentuk tidak baku Bentuk baku
dayaserap daya serap
orangtua orang tua
dutabesar duta besar
rumahsakit rumah sakit
sapu tangan saputangan
olah raga olahraga
antar warga antarwarga
tuna wisma tunawisma
non migas nonmigas
pasca sarjana pascasarjana
nonIndonesia non-Indonesia
2. Penulisan Lambang Bilangan
a. Dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah atau
kamar pada alamat. Misalnya:
Hotel Zamrud, Kamar 13
Jalan Pemuda No. 2
Surah Yasin, ayat 16
b. Penulisan kata bilangan tingkat
Misalnya:
Abad XX ini dikenal sebagai abad teknologi.
Abad ke-20 ini dikenal sebagai abad teknologi.
Abad kedua puluh ini dikenal sebagai abad teknologi.
C. Penulisan kata bilangan yang mendapatkan akhiran –an
Misalnya:
Aktor Roy Martin adalah angkatan 70-an.
Bolehkah saya menukar uang dengan lembaran 1.000-
an?
d. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang
tidak dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat lagi pada awal kalimat.
-12 orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
Dua belas orang menderita luka berat pada kecelakaan
itu.
 350 kotak brownis terjual hari ini.
Sebanyak 350 kotak brownis terjual hari ini.
 Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas ) orang.
Jumlah pegawai di perusahaan itu dua belas orang.
 Sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang peserta ikut
dalam seminar itu.
Sebanyak 150 orang peserta ikut dalam seminar itu.
3. Penulisan Unsur Serapan
Kata Asing Penyerapan yang salah Penyerapan yang benar
System Sistim Sistem
Technique Tehnik Teknik
Kuitntie Kwitansi Kuitansi
Carier Karir Karier
Hypotesis Hipotesa Hipotesis
Apotheek Apotik Apotek
February Pebruari Februari
complex komplek kompleks
4. PEMAKAIAN TANDA BACA
a. Tanda titik
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: W.R. Supratman
Ach. Sanusi

Tanda titik dipakai pada singkatan nama jabatan.


Misalnya: Dr. dr. M.M.

Tanda titik dipakai pada singkatan kata tau ungkapan


yang sudah umum. Misalnya:
s/d s.d. (sampai dengan)
a/n a.n. (atas nama)
t.s.b tsb. (tersebut)
b. Tanda koma
- Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan. Misalnya: Saya menerima
hadiah dari Ayah berupa jam tangan, buku, dan sepatu.
 Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Dia bukan mahasiswa Unswagati, melainkan mahasiswa Stikes.
 Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya: oleh karena itu, jadi, namun,
selanjutnya, oleh sebab itu, akan tetapi
 Tanda koma diguakan di antara nama orang dan gelar akademik.
Misalnya: Ny. Maemunah, M.Pd.
Prof.Dr.H. Sudarsono, S.E., M.M.
5. Akronim dan Singkatan
a. Akronim: singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
Misalnya SIM (surat izin mengemudi)
Bulog (Badan Urusan Logistik)
pemilu (pemilihan umum)
b. Singkatan: Bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Misalnya: W.R. Supratman (Wage Rudolf Supratman)
S.Sos. (Sarjana Sosial)
S.E. (sarjana Ekonomi)
Bpk. (bapak)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
KTP (kartu tanda penduduk)
kpd. (kepada)
dsb. (dan sebagainya)
d.a. (dengan alamat)
Rp (rupiah)
kg (kilogram)

Anda mungkin juga menyukai