PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu ejaan yang sesuai dengan PEUBI?
2. Bagaimana penulisan dan apa saja huruf dalam ejaan(PEUBI)?
3. Bagaimana penulisan kata dalam ejaan (PEUBI)?
4. Bagaimana penggunaan dan apa saja tanda baca dalam ejaan
(PEUBI)?
1
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Diharapkan dengan makalah ini kita semua dapat lebih memahami dan
bisa menerapkan penulisan Bahasa Indonesia dengan tepat dan benar
sesuai dengan ejaan (PEUBI).
2
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN EJAAN
B. HURUF
A. Abjad
Dalam Bahasa Indonesia terdapat 26 abjad yaitu.
3
B. Huruf Vokal
Dalam Bahasa Indonesia terdapat 5 huruf vokal.
4
E. Gabungan Huruf Konsonan
Huruf ini terdiri dari 2 buah huruf konsonan.
F. Huruf Kapital
1. Sebagai awalan kalimat. Contohnya, Saya ingin mandi. Kapan itu
terjadi? Pergi kamu dari sini!
2. Sebagai awalan nama orang.Contohnya, Wage Rudolf Supratman,
Ivano Yualdi Pangestu.
a) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
orang apabila digunakan sebagai nama jenis atau suatu
ukuran. Contohnya ikan mujair, mesin dise, dan lain
sebagainya.
b) Huruf kapital tidak dipakai untuk menunjukan ‘anak dari’,
contohnya Abdul Rahman bin Zainin, Ayam Jantan dari
Timur.
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung,
contohnya yaitu.
“Aku sudah bilang kemarin kalau ini bukan punyaku,” marah
Abdul.
Saat tiba dikelas, Zula lantas berteriak nyaring, “Bagi tugas
kimia! Bisa dijemur aku kalau belum selesai.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan untuk dan kata
5
ganti Tuhan. Contohnya yaitu, Allah akan menunjukkan jalan
kepada hamba-Nya. Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan
yang Engkau beri rahmat.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi , nama jabatan,
kepangkatan yang dipakai segabagi sapaan yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Raden Ajeng
Kartini, Nabi Muhammad. Selamat datang, Yang Mulia. Silakan
duduk, Prof.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya, Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta),
Gubernur Papua Barat, Profesor Supomo.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa, misalnya Bangsa indonesia, Suku Papua,
Bahasa Sambas. Ada kata yang tidak ditulis dengan huruf kapital
apabila sebagai bentuk dasar kata turunan contohnya
pengindonesiaan kata asing, kejawa-jawaan.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
a. Nama tahun, bulan, hari , hari besar. Misalnya tahun
Hijriah, September, Kamis, Hari Raya Idul Fitri.
b. Nama peristiwa sejarah. Misalnya Konferensi Asia Afrika,
Perang Dunia II. Dengan catatan huruf pertama peristiwa
sejarah yang dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf
kapital. Misalnya, Soekarna dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Bangsa Indonesia.perlombaan senjawa
membawa resiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
6
a. Nama diri. Misalnya, Jakarta, Pontianak, Pulau Lemukutan,
Jalan Budi Utomo, Bukit Poteng, Sungai Sambas, Laut
Natuna.
b. Bukan nama jenis. Misalnya, batik Cirebon, film Korea,
tarian Kalimantan Padang. Dengan catatan ada beberapa kata
yang huruf pertama nama geografi tidak ditulis menggunakan
huruf kapital, misalnya.
a. Bukan nama diri. Misalnya, berlayar ke teluk. Menyebrangi
selat. Mendaki gunung.
b. Nama jenis. Misalnya, jeruk bali (Citrus maxima), kacang
bogor (Voandzeia subterranea), nangka belanda (Anona
muricata), gula jawa, kunci inggris
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) kecuali kata tugas, seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk, yaitu pada
a. Nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen.
Misalnya, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat
Lainnya.
b. Judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar. Misalnya, Saya telah membaca buku
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singka- tan
nama gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya, S.K.M. (sarjana
kesehatan masyarakat ), S.S. (sarjana sastra), M.A. (master of
arts), M.Hum. (magister humaniora), Dt. (datuk), Dr. (doctor), tn.
(tuan)
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan serta kata atau ungkapan lain yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya, “Bapak punya
7
peluang berapa persen kira-kira utuk kesepakatan kali ini?” tanya
Sherly dengan mententeng berkas dan jadwal orang yang ada
disebelahnya.
13. Untuk kata ganti anda harus selalu menggunakan huruf kapital.
Misalnya, Bagaimana kabar Anda sekarang? Anda pikir dengan
kekerasan dapat menyelesaikan semua hal dengan mudah?
Selain itu terdapat beberpaa istilah kekerabatan bukan merupakan
penyapaan dan pengacuan. Misalnya, Kita harus menghormati
bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya pernah pergi
berlibur ke TMII.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka, misalnya.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya, Huruf terakhir kata abad adalah d. Dia tidak diantar,
tetapi mengantar. Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda
baca.
3. Digunakan pada saat sebuah kalimat terdapat bahasa asing atau
bahasa daerah. Misalnya, “Aldo kamu kelewatan, we must talk.
Sekarang!” atau Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik
perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
Dengan catatan Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau
organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis
dengan huruf miring. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik
8
(bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai
dengan garis bawah.
H. Huruf Tebal
1. Menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Misalnya,
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan
Bahasa Indonesia.
2. Untuk menegaskan bagian bagian karanngan, seperti judul, bab,
subbab. Misalnya
BAB 2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
B. PENULISAN KATA
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan, missal kantor pajak penuh
sesak. Saya pergi kesekolah. Buku itu sangat tebal.
2. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya berjalan,
berkelanjutan, mempermudah, gemetar, lukisan. Dengan catatan
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau
-wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya, sukuisme,
seniman, kamerawan.
9
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Jenis
kata ini, penulisanya selalu digabungkan dengan kata berikutnya.
Misalnya adibusana, infrastruktur, proaktif, aerodinamika,
inkonvensional, purnawirawan.
Dengan catatan
1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital
atau singkatan yang berupa huruf ka- pital dirangkaikan dengan
tanda hubung (-). Misalnya, non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-
Barat non-ASEAN dan anti-PKI.
2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal capital.
Misalnya marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih. Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun
3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Misalnya,
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita. Mudah-
mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
3. Bentuk Ulang
4. Gabungan kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya, duta besar, kambing hitam,
model linear, orang tua, dan rumah sakit jiwa.
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
10
Misalnya, ibu-bapak kami dengan ibu bapak-kami, buku-sejarah baru,
buku sejarah-baru.
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran. Misalnya, bertepuk sebelah tangan,
menganak sungai, garis bawahi, dan sebar luaskan
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai. Misalnya, dilipatgandakan, menggarisbawahi,
menyebarluaskan, penghancurleburan , pertanggungjawaban.
e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya, acapkali,
halubalang, radioaktif, adakalanya, apalagi.
5. Pemenggalan kata
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara
1) kedua huruf vokal itu. Misalnya, bu-ah, ma-in, ni-at, sa-at,
2) huruf diftong ai,au,ei,da oi tidak dipenggal pan-dai, au-la, sau-da-
ra, sur-vei. sur-vei
3) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya
ba-pak, la-wan, de-ngan, ke-nyang
4) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu. Misalnya, ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di
5) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua. Misalnya ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-
men. Dengan catatan gabungan huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya bang-krut,
bang-sa, ha-nya.
11
b. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara
bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Misalnya, mem-
pertanggungjawabkan, memper-tanggungjawabkan, mempertanggung-
jawabkan, mempertanggungjawab-ka. Dengan catatan pemenggalan
kata.
1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami
perubahan dilakukan seperti pada kata dasar, misalnya me-nu-tup,
me-ma-kai.
2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya, ge-lem-bun, ge-mu-ruh, ge-ri-gi.
3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di
awal atau akhir baris tidak dilakukan. Misalnya, beberapa pendapat
mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun cuma-
cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu
unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar. Misalnya, biografi,bio-grafi, bi-o-gra-fi.
Biodata, bio-data, bi-o-da-ta.
d. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antara unsur-unsurnya. Misalnya, Lagu “Indonesia Raya”
digubah oleh Wage Rudolf Supratman. Atau Buku Layar Terkembang
dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
e. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidak dipenggal. Misalnya, Ia bekerja di DLLAJR. Atau Pujangga
terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita. Dengan
catatan penulis berikut dihindari. 1a bekerja di DLL-AJR. Pujangga
terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga Warsita.
6. Kata Depan
12
Kata depan digunakan , seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.misalnya.Di mana dia sekarang? Atau, Kain itu
disimpan di dalam lemari. Dan bisa juga berbentuk seperti, Dia ikut terjun
ke tengah kancah perjuangan.
7. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya, misalnya. Bacalah buku itu baik-baik. Apakah yang
tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, misalnya.
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana. Atau Jika kita hendak pulang tengah malam pun,
kendaraan masih tersedia. Dan bisa juga saperti, Jangankan dua kali,
satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
dengan catatan partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung
di tukis serangkai, misalnya. Meskipun sibuk, dia dapat
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Atau berbentuk Dia tetap
bersemangat walaupun lelah.
c. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya, misalnya. Mereka masuk ke dalam
ruang rapat satu per satu. Atau sepeti Harga kain itu Rp50.000,00 per
meter.
8. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya, A.H.
Nasution (Abdul Haris Nasution) H. Hamid (Haji Hamid), M.B.A.
(Master of business administration), S.E (sarjana ekonomi)
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata
1) Nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga
pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik Misalnya: NKRI
13
(Negara Kesatuan Republik Indonesia), WHO (World Health
Organization)
2) Yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda
titik. Misalnya: PT (perseroan terbatas), MAN (madrasah aliah
negeri).
3) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan
tanda titik. Misalnya: hlm. (Halaman), dll. (dan lain-lain)
4) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
a.n. (atas nama), d.a (dengan alamat).
5) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya, Cu (kuprum) Cm
(sentimeter) kVA (kilovolt-ampere).
6) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya BIG (Badan
Informasi Geospasial), BIN (Badan Intelijen Negara), LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
7) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf
awal capital. Misalnya Bulog (Badan Urusan Logisti),Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Kowani (Kongres
Wanita Indonesia).
8) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), pemilu
(pemilihan umum), puskesmas (pusat kesehatan
masyarakat).
14
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Contoh angka arab, 0, 1, 2, 3, .... Angka romaei I,
II, III, IV,V.....
15
Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15, atau Jalan
Wijaya No. 14.
6) Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 atau
Surah Yasin: 9, Markus 16: 15—16.
7) Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
a) Bilangan Utuh. Misalnya: dua belas (12), tiga
puluh (30), lima ribu (5.000)
b) Bilangan Pecahan. Misalnya: Setengah atau
seperdua (½), seperenam belas (⅟16), tiga perempat
(¾) .
8) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya, abad XX abad ke-20 abad kedua
puluh. Atau Perang Dunia II Perang Dunia Ke-2 Perang
Dunia Kedua.
9) Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan
dengan cara berikut. Misalnya, lima lembar uang
1.000-an (lima lembar uang seribuan), atau tahun 1950-an
(tahun seribu sembilan ra tus lima puluhan).
10) Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus
dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi. Misalnya: Setiap orang yang menyebarkan atau
mengedar- kan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
11) Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan
diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya: Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
16
12) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Misalnya: Kelapadua,
Kotonanampek, Rajaampa.
17
Tanda titik tidak digunakan pada angka atau huruf yang
sudah bertanda kurung dalam suatu perincian, misalnya.
18
13.000 pulau, atau kalimat yang memili banyak angka seperti
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Ada beberpa hal yang perlu diperhatian, yaitu
Beberapa angka yang tidak memerlukan titik seperti
angka pada tahun kelahiran, nomor rekening, dan
halaman buku.
Tanda titik juga tidak digunakan pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Tidak digunakan di belakang
1) Alamat penerima dan pengirim surat
2) Tanggal surat
Contoh :
19
Tanda koma tidak digunakan jika induk kalimat mendahului
anak kalimat. Misalnya, saya akan pergi apabila disuruh.
d. Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Contohnya,
Darren sangat baik, oleh karena itu banyak yang ingin berteman
dengannya.
e. Digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru. oleh karena itu,
jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian. Contohnya, Hai, apa kabar?
f. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat, misalnya.
Kata Zia kemarin, “Kita sudah melalui ini semua, bersabarlah
sedikit lagi.
Tetapi tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung, misalnya.
“Kita semua yakin bahwa besok merupakan hari kita.
Percayalah bahwa usaha tak mengkhianati hasil.” Ujar Beni
dengan semangat yang menggebu.
g. Digunakan di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,
temat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan, contohnya. Sdr. Abdullah, Jalan
Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan
Matraman, Jakarta 13130
h. Untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka, contohnya. Gunawan, Ilham. 1984. Kamus
Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
i. Digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaku atau
catatan akhir, contoh. Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950),
hlm. 25.
20
j. Dugunakan diantara nama orang dan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga, contoh. Zulfiqar Abbylawa, S.E., M.M
k. Digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dnegan angka, misalnya 12,5 m, 17,3 kg,
Rp500,50.
l. Untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi,
misalnya. Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan
tambang yang belum diolah.
m. dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca/ salah pengertian.
Misalnya, Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
1. Simbiosis mutualisme ;
2. Simbiosis parasitisme ;
3. Dan simbiosis komensalisme.
21
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
perincian atau penjelasan misalnya. Kaela mebuat dekorasi
kamar: penyangga handphone, tempat pensil, dan papan jadwal.
b. Tidak digunakan jika perincian atau penjelasan bagian dari
pelengkap yang mengakhiri pernyataan, misalnya.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
c. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian, misalnya.
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulia Arimbi
d. Digunakan dalam naskah drama, setelah pelaku dalam
percakapan, misalnya .
Justin : “ Le aku gak mau kita jadi musuhan karna ini. Kalau aku
ada salah kamu harusnya bilang.”
Lea : “ kamu gak salah Jus, hanya saja kita tak seperti dulu lagi,
itu karna jarak yang kita berdua ciptakan tanpa kita sadari.
e. Digunakan diantara jilid atau nomor dan halaman, surah dan
ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka, misalnya.
Horison, XLIII, No.8/2008:8
Surah Albaqarah:2-5
22
a. Untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris, misalnya.
Lingkup masalh kesehatan jiwa sangat luas dan kom-
peks
b. Menyambung unsur kata ulang misalnya, anak-anak, buah-
buahan.
c. Menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dalam
angka atau menyambung huruf yang dijeda satu-satu, misalnya
01-09-2019 atau p-o-l-t-e-k-k-e-s.
d. Memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan, misalnya
ber-evolusi, meng-ukur, dua-puluh-lima ribuan (20 x 5.000)
bandingkan dengan dua-puluh lima-ribuan (25 x 1.000)
e. Digunakan untuk merangkai
1) Se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
2) Ke- dengan angka (peringkat ke-2);
3) Angka dengan –an (tahun 1950-an);
4) Kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf
kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
5) Kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-
Mu);
6) Huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia 48
7) Kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa
huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
f. Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing. Misalnya, di-follow, di-sowan-i (bahasa Jawa,
‘didatangi’)
g. Menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan, misalnya.
Kata pasca-berasal dari bahasa Sanskerta.
6. Tanda Pisah (─)
23
a. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat, misalnya Kemerdekaan
bangsa itu ─saya yakin akan tercapai─ diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
b. Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain, misalnya. Soekarno-Hatta─Proklamator Kemerdekaan RI─
diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
c. Dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang
berarti ‘sampai’dengan atau ‘sampai ke’ mislanya, tahum
2010─2013, tanggal 2─3 September 2019,
Pontianak─Singkawang.
7. Tanda Tanya (?)
a. Pada akhri kalimat tanya misalnya, Bagaimana proses sintesis
protein?
b. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya, misalnya Monumen Nasional mulai dibangun
pada tahun 1961 (?)
8. Tanda seru (!)
24
b. Menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog, misalnya.
“Menurut Dira ... tapi menurut pendapat Lisa ..., jadi kita harus
mendapat jalan tengahnya agak mereka berdua tidak salah
paham.”
10. Tanda Petik (“...”)
a. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicara, naskah,
atau bahan tertulis lainnya, misalkan. “Merdeka atau mati!” seru
Bung Tomo dalam pidatonya.
b. Mengapit judul sajak, lagu, film, artikel, naskah, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat, misalnya. Jalan cerita dari novel
“Invalidite” sangatlah menarik.
c. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus misalnya. Dilarang memberikan
“amplop” kepada petugas.
11. Kata petik tunggal (‘...’)
a. Mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lian, misalnya.
Tanya dia, “kau dengar bunyi ‘kring-kring’tadi?”
b. Untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan, misalnya. Tergugat ‘yang digugat’, noken ‘tas khas
papua, money politics ‘politik uang’.
12. Tanda Kurung ((...))
a. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan misalnya, surat
izin mengemudi (SIM), lokakarya (workshop)
b. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat, misalnya. Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud”
(nama tempat yang terkenal di bali) ditulis pada tahun 1962.
c. Mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks
dapat dimunculkan atau dihilangkan, misalnya. Dia berangkat ke
kantor selalu menaik (bus) Transjakarta
25
d. Mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian, misalnya.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
13. Tanda Kurung Siku ([...])
a. untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain. Misalnya, Penggunaan bahasa dalam
karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
b. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat
dalam tanda kurung, misalnya. Persamaan kedua proses itu
(perbedaannya dibicarakan di dalam Buku Sistem Respirasi Bab
II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.
14. Tanda Garis Miring (/)
a. Dipakai dalan nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin. Cotohnya
nomor: 7/PK/II/2013, tahun ajaran 2019/2020.
b. Dipakai sebagai penggganti kata dan, atau , serta setiap.
Contohnya, mahasiswa/mahasiswi, buku dan/atau majalah, Rp
500.000,00/ album.
c. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli
yang ditulis orang lain, misalnya. Dia menyelesaikan
/h/utangnya dengan Lee Hangyul.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (`)
Tana penyingkat dipakai untuk menunjukan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Misalnya,
dia’kan kusurati. (`kan = akan) mereka sudah datang, `kan? (`kan =
bukan). 5-2-`13.
26
BAB III
Kesimpulan yang dapat diambil adalah ejaan terdiri dari tiga unsur yaitu
penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Dimana dari setiap
unsur tersebut terdapat beberapa unsur lainya untuk membentuk bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Hal ini sangat penting untuk kita mengingat bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional kita.dengan adanya makalh ini diharapkan kita
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan tepat, baik dan benar.
27
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/POLEKKES/BAHASA%20INDONESIA/EJAAN/puebi-
170822212555.pdf
http://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/04/makalah-pedoman-umum-
ejaan-bahasa.html
https://dosenbahasa.com/penggunaan-tanda-kurung-dan-tanda-kurung-siku
https://www.google.com/search?q=invalidite&rlz=1C1CHWL_idID852ID852&o
q=invalidite&aqs=chrome..69i57j0l5.3404j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
28