DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2 TINGKAT IIA
ANIS SUMARDIANI P07234016002
ATHIAH RINNI P07234016003
DIAH PUTRI AZHARI P07234016008
DIANAH REZQI SALSABILA P07234016009
NOVITA KUSUMA SARI P07234016024
OFI MAISANUR RAMADANA P07234016026
RISYA APRILYA HISMAWARNI P07234016030
ZALDY ALFANDA HIDAYAT P07234016039
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
C. ORTHOPTERA ................................................................................................. 19
1. Klasifikasi ..................................................................................................... 19
2. Morfologi ...................................................................................................... 23
3. Siklus Hidup ................................................................................................. 25
4. Penyakit ........................................................................................................ 26
5. Pencegahan ................................................................................................... 26
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar A.1 ................................................................................................................. 4
Gambar A.2 ................................................................................................................. 4
Gambar A.3 ................................................................................................................. 4
Gambar A.4 ................................................................................................................. 5
Gambar A.5 ................................................................................................................. 6
Gambar A.6 ................................................................................................................. 7
Gambar B.1 ................................................................................................................ 10
Gambar B.2 ................................................................................................................ 10
Gambar B.3 ................................................................................................................ 11
Gambar B.4 ................................................................................................................ 11
Gambar B.5 ................................................................................................................ 12
Gambar B.6 ................................................................................................................ 12
Gambar C.1 ............................................................................................................... 19
Gambar C.2 ............................................................................................................... 20
Gambar C.3 ............................................................................................................... 21
Gambar C.4 ............................................................................................................... 21
Gambar C.5 ............................................................................................................... 22
Gambar C.6 ............................................................................................................... 23
Gambar C.7 ............................................................................................................... 24
Gambar C.8 ............................................................................................................... 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos
yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yangtergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Hewan ini memiliki jumlahspesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolongarthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000
m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.
Ciri dari kelas Insecta yaitu mulutnya terdiri dari 3 bagian yaitu mandibula,
maksilla dan labium. Tubuhnya terdiri atas kepala, thorax dan abdomen.
Mempunyaisepasang antenna dan biasanya terdiri dari 2 pasang sayap. Yang
terakhir yaitu thoraxnyaterdiri atas 3 pasang kaki (Robert W.,1968).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dari Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
2. Bagaimana morfologidari Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
3. Bagaimana siklus hidup dari Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
1
4. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo Anoplura,
Siphonaptera, dan Orthoptera?
5. Bagaimana cara penularan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo
Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
6. Bagaimana diagnosis penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo
Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
7. Bagaimana pengobatan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo
Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
8. Bagaimana pencegahan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo
Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
2. Untuk mengetahui morfologi dari Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
3. Untuk mengetahui siklus hidup dari Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
4. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo Anoplusa,
Sihponaptera, dan Orthoptera.
5. Untuk mengetahui cara penularan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari
Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
6. Untuk mengetahui diagnosis penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo
Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
7. Untuk mengetahui pengobatan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari
Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
8. Untuk mengetahui pencegahan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari
Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari Anoplura, Siphonaptera, dan
Orthoptera.
2
2. Mahasiswa mengetahui morfologi dari Anoplura, Siphonaptera, dan
Orthoptera.
3. Mahasiswa mengetahui siklus hidup dari Anoplura, Siphonaptera, dan
Orthoptera.
4. Mahasiswa mengetahui penyakit yang disebabkan oleh spesies dari Ordo
Anoplusa, Siphonaptera, dan Orthoptera.
5. Mahasiswa mengetahui cara penularan penyakit yang disebabkan oleh spesies
dari Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
6. Mahasiswa mengetahui diagnosis penyakit yang disebabkan oleh spesies dari
Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
7. Mahasiswa mengetahui pengobatan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari
Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
8. Mahasiswa mengetahui pencegahan penyakit yang disebabkan oleh spesies dari
Ordo Anoplura, Siphonaptera, dan Orthoptera.
3
BAB II
ISI
A. ANOPLURA
1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Phthiraptera
Subordo : Anoplura
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus capitis Gambar A.1 Pediculus humanus capitis.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Phthiraptera
Subordo : Anoplura
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus corporis Gambar A.2 Pediculus humanus corporis.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Phthiraptera
Subordo : Anoplura
Famili : Pediculidae, Pthiridae
Genus : Phthirus
Gambar A.3 Phithirus pubis.
Spesies : Phthirus pubis
4
2. Morfologi
Anoplura mempunyai 3 pasang kaki yang ujungnya berkait untuk
melekatkan diri pada rambut hospes. Di belakang antena yang terdiri dari 5
segmen terdapat satu pasang mata yang kecil ukurannya. Telur parasit yang
berwarna putih dan berbentuk lonjong ini mempunyai penutup telur
(operculum). Telur juga berperekat sehingga telur mampu melekat erat pada
rambut. Dalam satu hari seekor betina bertelur sebanyak 6 sampai 9 butir.
Telurnya diletakkan pada batang rambut yang melekat erat. Nimfa menetas
dalam waktu kira-kira 5 hari dan menjadi dewasa dalam waktu kurang lebih 16
hari.
5
segiempat. Ruas-ruas abdomen parasite ini tidak jelas batasnya. Ciri khas kaki-
kaki Phthirus pubis adalah pada pasangan kaki pertama yang lebih kecil dari
pada pasangan kaki kedua dan ketiga.
3. Siklus Hidup
Siklus hidup ordo Anoplura dimulai dengan adanya peletakan telur yang
ditempelkan pada rambut kepala. Sesudah 3-4 hari, telur menetas menjadi
nimfa, nimfa mengalami tiga kali pengupasan kulit, dan menjadi kutu dewasa.
Dua puluh empat jam sesudah terjadi perkawinan kutu jantan dan betina,
serangga betina akan meletakkan telur sebanyak 7–10 telur (nits) setiap hari.
Lama hidup Anoplura dapat mencapai 30 hari dan hidup dengan mengisap
darah manusia. Anoplura tidak dapat hidup tanpa darah dalam waktu 15-20 jam.
Nimfa dan kutu dewasa mengisap darah dan dalam proses ini penderita akan
merasa gatal sehingga menggaruk kepala. Kaki Anoplura didesain untuk
mengcengkeram rambut dan dapat berjalan 2–3 cm permenit. Anoplura
biasanya hanya dapat hidup 1–2 hari diluar kepala sedangkan telurnya dapat
bertahan hingga 10 hari.
6
Gambar A.6 Siklus hidup Anoplura.
7
5. Cara Penularan
Ektoparasit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim
dingin yang penduduknya sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang
menjaga kebersihan badannya. Penyakit pedikulosis yang ditimbulkannya
mudah ditularkan melalui hubungan langsung antar individu, atau melalui
benda-benda pribadi yang digunakan bersama-sama, misalnya topi, pakaian
dalam dan sisir. Phthirus pubis sering ditularkan melalui hubungan kelamin.
Pada suhu 5oCelcius Phthirus pubis mampu hidup dua hari tanpa makan,
sedangkan Pediculus humanus dapat bertahan hidup sepuluh hari. Pada suhu
40oC, semua parasit dewasa spesies tersebut akan mati, tetapi telurnya masih
hidup selama 15 menit pada suhu 60oC.
Gigitan parasit ini menimbulkan iritasi kulit yang terjadi akibat air liur yang
dikeluarkan pada waktu menghisap darah mangsanya. Iritasi kulit dapat
berlangsung selama beberapa hari. Akibat gigitan parasit, terbentuk papul
berwarna merah yang terasa sangat gatal. Kulit membengkak dan berair.
Infestasi berulang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit disertai
pigmentasi. Keadaan ini disebut morbus errorum atau vagabond’s disease. Jika
akibat garukan terjadi infeksi sekunder, akan timbul pustula, krusta atau proses
penanahan. Penderita dapat terganggu tidurnya dan mengalami depresi mental.
8
Diagnosis pedikulosis diarahkan jika gejala klinis terjadi rasa gatal disertai
bekas garukan, dan diagnosis pasti dapat ditegakkan jika ditemukan parasite
dewasa atau telurnya.
7. Pengobatan
Pengobatan pedikulosis ditujukan untuk mengobati rasa gatal dan terhadap
parasitnya dapat diberikan insektisida atau benzoas benzylicus emulsion.
8. Pencegahan
Mengobati penderita dengan baik akan mencegah penularan pedikulosis
oleh penderita yang menjadi sumber infeksi. Selain itu harus dihindari kontak
langsung dengan penderita, bila perlu penderita diisolasi, misalnya pada
penderita scabies.
9
B. SIPHONAPTERA
1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Pulex
Spesies : Pulex irritans
Gambar B.1 Pulex irritans.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Spesies : Ctenocephalides canis
Gambar B.2 Ctenochepalides canis.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Spesies : Ctenocephalides felis
10
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Spesies : Xenopsylla cheopis
Gambar B.3 Xenopsylla cheopis
2. Morfologi
Pinjal adalah insekta kecil berwarna cokelat tanpa sayap, 2.0-2.5 mm
dengan badan yang pipih lateral. Pinjal jantan lebih kecil dari yang betina.
Kepala yang kecil dan keras mempunyai mata dan sisir; semua mempunyai
antena pendek dan bagian mulut bertipe menusuk untuk mengisap. Tiap ruas
dari toraks yang bersegmen 3 mempunyai sepasang kaki kuat yang berakhir
dengan 2 kuku yang lengkung. Tubuh pipih di bagian samping, banyak duri-
duri dan bulu keras yang tumbuh mengarah ke belakang.
11
Gambar B.5 Anatomi dari pinjal dewasa. (Sumber: Encyclopedia of
Insecta.)
12
Ctenocephalides felis memiliki ciri-ciri:
Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar
Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah
ke belakang dan rambut keras.
Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala, Bagian
mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk. Metamorfosis sempurna
(telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10
ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan, Memiliki 2 ktinidia
baik genal maupun prenatal.
Perbedaan antara jantan dan betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya,
yaitu jika jantan pada ujung posterior bentuknya seperti tombak yang
mengarah ke atas dan antenna lebih panjang, sedangkan tubuh betina
berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan.
Berwarna coklat kemerahan sampai hitam, dengan betina yang warna
nya sedikit berbeda. Selain dari sedikit perbedaan dalam ukuran dan
warna, fitur utama lainnya membedakan antara jantan dan betina adalah
adanya kompleks, alat kelamin berbentuk bekicot pada laki-laki.
Ctenocephalides felis dibedakan dari kutu lain dengan ctenidia
karakteristik, atau sisir, tetapi memiliki ctenidium pronotal dan
ctenidium genal dengan lebih dari 5 gigi.
Morfologi Ctenocephalides fenis (kutu kucing) mirip dengan
Ctenocephalides canis (kutu anjing) tetapi kutu kucing memiliki
karakteristik dahi miring.
3. Siklus Hidup
Hospes pinjal adalah hewan peliharaan dan hewan liar terutama binatang
mengerat yang liar. Berbagai spesies, cenderung kepada suatu macam hospes,
tetapi aktivitasnya memungkinkan untuk menginfestasi hewan lain daripada
hospes yang disukainya. Lama hidupnya kira-kira satu tahun dalam kondisi
13
yang baik dengan udara sejuk, suhu lembab, tetapi jangka waktu hidup di luar
hospes adalah 38-125 hari, berbeda-beda untuk masing-masing spesies. Larva
mati pada suhu 36˚C, tetapi bentuk dewasa dapat bertahan pada suhu 38˚C
selama 24 jam.
Pinjal dewasa mengambil makanan dari hospes, sedangkan larva dapat
hidup dari sisa-sisa yang mengandung bahan-bahan yang bergizi, khususnya
darah kering dan tinja pinjal dewasa. Baik jantan maupun betina dapat
menghisap darah. Pinjal mempunyai daya loncat luar biasa yang
memungkinkan ia berpindah dengan mudah dari satu hospes ke hospes lain.
Agar dapat membuat telur yang banyak, pinjal betina harus berkopulasi
lebih dari satu kali dan sering menghisap darah. Telur yang kecil, ovoid,
berwarna putih susu, kira-kira 0.5 mm panjangnya, diletakkan pada rambut
hospes atau tempat kediaman hospes. Dalam rumah, telur-telur diletakkan
dalam jumlah kecil di bawah permadani, retakan lantai atau dalam tanah di
dekat atau di bawah rumah. Telur yang diletakkan pada hospes biasanya jatuh
dari hospes sebelum menetas.
Pinjal berkembang biak dengan cara metamorfosis lengkap, melalui
stadium larva dan pupa di sekitar lingkungan hospes. Dalam 2-12 hari, larva
keluar dari telur sebagai berbulu kasar berupa cacing, putih, tanpa mata, tanpa
kaki, terdiri dari 14 ruas, kira-kira 4.5 mm panjangnya. Larva mempunyai
bentuk mulut untuk menggigit. Ia menghindari cahaya dan mencari celah-celah.
Periode larva biasanya berlangsung 7-30 hari tetapi dapat lebih lama sampai
berbulan-bulan; selama waktu ini mengalami 2 atau 3 kali pergantian kulit,
yang ketiga kalinya ini berlangsung dalam kokon. Stadium pupa berlangsung
14
14-21 hari tetapi pada suhu rendah dapat sampai lebih dari setahun. Bila
pertumbuhan pupa telah lengkap, pinjal dewasa keluar dari kokon.
Gambar B.6 Gambaran umum daur hidup Ordo Siphonaptera (A) Telur (B)
Larva (C) Pupa (D) Dewasa. (Sumber: Encyclopedia of Insect.)
15
4. Penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan pinjal yaitu Pes. Vektor Pes adalah
pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Pulex
iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari
penyakit Pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci), kucing di Amerika
juga pada bajing. Secara alamiah penyakit Pes dapat bertahan atau terpelihara
pada rodent. Kuman-kuman Pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit dapat
ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap
darah tikus yang mengandung kuman Pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan
dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu
melalui gigitan.
5. Cara Penularan
Penyakit yang dapat ditularkan oleh pinjal adalah Pes (pes plague), murinae
thypus, tularemia, dan listeriosis. Cara penularan penyakit tersebut melalui
gigitan pinjal terutama oleh pinjal betina karena membutuhkan darah untuk
pengembangan telur. Penularan terjadi jika proventicular pinjal tersumbat
bakteri, misalnya yersinia pestis yang membelah diri (propagative
development), jika pinjal menggigit hospes akan muntah (regursitasi) sehingga
bakteri masuk ke hospes melalui luka gigitan pinjal. Manusia sebagai inang
sementara dapat menjadi sasaran gigitan pinjal. Dari beberapa kejadian, gigitan
pinjal ke manusia terjadi akibat manusia menempati rumah yang telah lama
kosong, tidak terawat, dan menjadi sarang tikus/ kucing/ anjing beranak.
Umumnya terjadi kegiatan terutama di kaki beberapa saat setelah memasuki
16
ruang yang lama kosong, hal ini perlu dicurigai adanya pinjal di dalam rumah
tersebut.
6. Diagnosis
a. Diagnosis lapangan:
Diagnosis lapangan ditemukan adanya tikus mati tanpa sebab-sebab
yang jelas (rat fall) di daerah focus pes atau bekas focus pes.
b. Diagnosis Klinis:
Adanya demam tanpa sebab-sebab yang jelas (FUO = Fever Unknown
Origin).
Timbul bubo/mringkil/sekelan (pembengkakan kelenjar) sebesar buah
duku pasa leher/ketiaks/selangkangan.
Batuk darah mendadak tanpat gejala yang jelas sebelumnya
c. Diagnosa laboratorium:
Macam-macam pemeriksaan serologi yang dilakukan laboratorium adalah:
1) Pemeriksaan serologi:
Specimen yang diperiksa adalah serum yang berasal dari:
Rodent (tikus)
Manusia
Spesies hewan lain seperti anjing, kucing
2) Pemeriksaan bakteriologi:
Untuk manusisa: darah, bubo, sputum
Organ tikus: limpa, paru, hati
Tinja
7. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan obat anti kutu. Obat anti kutu hanya
membunuh pinjal dewasa, pemberian obat anti kutu perlu disesuaikan agar
siklus hidup pinjal bisa dihentikan. Pemberian obat perlu diulang agar pinjal
17
dewasa yang berkembang dari telur dapat segera dibasmi sebelum
menghasilkan telur lagi.
8. Pencegahan
Pengamatan keberadaan pinjal merupakan tindakan terpenting dalam
upaya pencegahan terhadap adanya pinjal. Cara sederhana untuk mengetahui
keberadaan pinjal adalah berjalan dalam ruang/ rumah memakai kaos kaki putih
dan menghitung jumlah pinjal yang menempel pada kaos kaki tersebut. Selain
itu, upaya pencegahan lainnya juga dapat dilakukan dengan pemberantasan
pinjal menggunakan penyedot debu manual di daerah mana saja hewan
peliharaan yang dicurigai membawa pinjal di tubuhnya itu lalui. Formulasi
insektisida serbuk (dust) dapat diaplikasikan dalam lantai rumah, jalan tikus/
lubang tikus. Selain dalam bentuk serbuk, dapat juga berupa fogs/ aerosol
(biasanya malathion) untuk fumigasi ruangan. Selain cara kimia, cara mekanik
juga dapat digunakan dalam pencegahan pinjal misalnya dengan membersihkan
karpet, daerah dalam rumah yang biasanya disinggahi tikus serta tentunya
sanitasi lingkungan harus terjaga.
18
C. ORTHOPTERA
1. Klasifikasi
Ordo Orthoptera terbagi dalam dua subordo:
a. Subordo Caelifera
Mempunyai antenna pendek, tarsi memiliki dua atau lebih sedikit ruas,
timpanum bila ada, terletak pada sisi-sisi ruas abdomen yang pertama.
Memiliki familia yaitu:
1) Familia Acrididae
Disebut juga belalang bersungut panjang (long-horned
grasshoper) karena memiliki antenna lebih pendek dari panjang
tubuhnya, tarsus 3 ruas, ovipositor pendek, dan alat pendengar
(tympanum) terdapat pada sebelah sisi dari ruas abdomen pertama.
Kaki belakang lebih panjang dibandingkan dengan kaki tengah dan
kaki depannya. Kaki belakang berfungsi untuk meloncat. Contohnya
adalah Locusta migratoria, Valanga nigricornis.
19
b. Subordo Ensifera
Mempunyai antenna panjang dengan 3 atau 4 ruas, tempana bila ada
terletak pada ujung atas tibia depan. Ovipositor panjang berbentuk seperti
pedang atau selindris.
1) Familia Tettigoniidae
Disebut juga belalang bersungut panjang (long-horned
grasshoper) karena mempunyai antenna panjang menyerupai
rambut. Ada yang tidak bersayap. Jika mempunyai sayap, sayap
depan sebelah kiri biasanya menutupi tepi sayap depan sebelah
kanan. Biasanya sayap berwarna hijau. Serangga jantan dapat
mengeluarkan bunyi dengan cara menggesekkan sayap depan
sesamanya. Serangga ini aktif dimalam hari. Tarsus beruas 4, jika
mempunyai alat pendengar maka alat pendengar tersebut terdapat
pada dasar tibia kaki depan. Serangga betina memiliki ovipositor
yang panjang, bentuknya pipih seperti pedang. Contohnya adalah
Tettigonia viridissima dan Microcentrum rhombifolium.
20
2) Familia Gryllidae
Dalam familia ini tergolong beberapa jenis jangkrik. Serangga
ini mempunyai antenna yang panjang, tarsus tidak lebih dari 3 ruas,
mempunyai sepasang cercus yang panjang tidak beruas-ruas,
ovipositor bentuknya silindris atau menyerupai jarum. Serangga
jantan dapat menghasilkan bunyi dengan cara menggesekan sayap
depan sesamanya dan serangga ini aktif malam hari. Contohnya
adalah Brachytrypes megacephalus dan Gryllus mitratus.
3) Familia Gryllotalpidae
Berwarna kecoklatan, kaki depan sangat melebar dan kuat dan
dapat digunakan untuk menggali. Mata tereduksi, ovipositor hilang,
ada yang bersayap, ada yang bersayap kerdil dan ada juga yang tidak
bersayap. Serangga ini hidup didalam lubang pada tanah yang
lembab. contohnya adalah Gryllotalpa hexadactyla (orong-orong).
21
4) Familia Mantidae
Jenis serangga yang termasuk Mantidae disebut belalang
sembah, berupa serangga dengan ukuran sedang sampai besar.
Bentuk tubuhnya memanjang dan gerakkannya sangat lamban.
Kepala kecil berbentuk segitiga dan dapat bergerak dengan bebas,
mempunyai mata majemuk yang besar. Protoraks memanjang, kaki
depan banyak mengalami perubahan dan berfungsi untuk
menangkap mangsa yang berupa serangga. Contohnya adalah
Mantis religiosa (belalang sembah).
5) Familia Blattidae
Terdiri atas serangga yang tergolong kecoa. Bentuk tubuhnya
lonjong dan pipih. Pronotum besar sehingga menutupi kepala,
mempunyai antenna yang panjang. Seranggga ini banyak terdapat di
rumah, menyenangi tempat yang gelap dan makan berbagai jenis
makanan. Contohnya adalah Blatta orientalis dan Periplaneta
americana.
22
Gambar C.6 Periplaneta americana.
2. Morfologi
Ortho yang berarti lurus dan ptera yang berarti sayap. Ciri-ciri ordo
Orthoptera diantaranya sebagai berikut:
23
Memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla
dengan masing-masing tedapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan
palpus labialisnya.
d. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola)
Perkembangan melalui tiga stadium, yaitu telur —> nimfa —> dewasa
(imago). Tidak memiliki fase pupa dan larva, telur menetas langsung
menjadi nimfa.
e. Pada umumnya merupakan serangga pemakan tumbuh-tumbuhan
Beberapa serangga ada yang bersifat predator atau pemangsa dan ada
juga yang omnivore.
f. Memiliki bentuk tubuh panjang dan tungkai (femur) membesar yang
teradaptasi untuk meloncat, antenna berbentuk benang.
g. Hidup pada berbagai habitat
Diantaranya pada kanopi atau tajuk pohon belukar dan lahan pertanian.
24
3. Siklus Hidup
25
menetas biasanya bewarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari,
warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan nimfa
belalang akan mengalami ganti kulit berkali-kali (sekitar 4-6 kali) hingga
menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup
belalang sebagai nimfa adalah 24-40 hari. Nimfa belalang akan berhenti
menjalani proses ganti kulit setelah memiliki sayap, yang berarti nimfa sudah
menjadi imago (belalang dewasa).
4. Penyakit
Penyakit atau kerugian yang disebabkan oleh ordo orthoptera bermacam –
macam seperti pada famili Acrididae, Tettigoniidae dan Gryllotalpidae. Pada
ketiga famili tersebut pada awalnya akan menggigit daun yang diawali dari
pinggiran helaian daun. Hingga lama-lama kelamaan sampai ketulang daun
atau kerangka daun kemudian gugur. Untuk famili blattidae (kecoa) akan lebih
merugikan manusia dengan cara menularkan penyakit yaitu sebagai intermediet
hospes Hymenolepis diminuta, dapat menularkan virus dan bakteri seperti
poliovirus, Salmonella dan lain lain.
5. Pencegahan
Cara mencegah adanya kecoa dengan cara rumah harus bersih dari debu
dan kotoran berlebih, jangan tinggalkan makanan di tempat terbuka atau akan
mengundang datangnya kecoa. Jaga kekeringan rumah karena kecoa tidak
26
dapat bertahan hidup tanpa air selama lebih dari 7 hari, jadi kurangilah
kelembaban rumah, Jika ada kebocoran, akan lebih baik segera diperbaiki serta
ventilasi juga harus diperhatikan koefisiensiannya. Untuk mencegah belalang
pada tanaman dapat digunakan pestisida.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insekta termasuk salah satu anggota dari filum Arthropoda. Banyak anggota
insekta yang dapat ditemukan di sekitar manusia, mempunyai spesies yang paling
banyak jumlahnya di antara semua hewan. Hewan ini dapat hidup di dalam tanah,
di darat, di udara, di air tawar atau sebagai parasit pada tubuh makhluk hidup lain.
Akan tetapi, hewan ini jarang yang hidup di laut.
Anoplura merupakan salah satu ordo dari insekta yang merupakan baian insekta
perusak atau merugikan. Beberapa spesies dari Anoplura adalah Pediculus
humanus capitis, Pediculus humanus corporis, dan Phthirus pubis.
Orthoptera berarti sayap lurus, serangga yang tergolong dalam ordo ini
melipatkan sayapnya pada saat istirahat secara lurus di atas tubuhnya. Ordo
Orthoptera dibagi menjadi 6 subordo yaitu subordo Caeifera, Ensifera, Mantodae,
Phasmatodae, Blattodae, dan Grylloblattodae.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Diharapkan bagi
pembaca untuk mencari referensi selain dari makalah ini untuk lebih menambah
wawasan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca sehingga
dapat lebih disempurnakan dan lebih baik lagi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Rosadi. 2014. JURNAL ORDO ORTHOPTERA. Melalui
http://rosadiaminn.blogspot.co.id/2014/05/jurnal-ordo-orthoptera.html?m=1
diakses pada 12 Maret 2018
Irianto, Koes. 2013. “Parasitologi Medis”. Bandung: Alfabeta.
Kesuma, Agung Puja. 2007. Serba-serbi vektor pinjal. BALABA, Ed. 004, no. 01, Juni
2007: 20.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/2449/2336
diakses pada Kamis, 08 Maret 2018 pukul 17:10 WITA
Nendya, Dina. 2014. Ordo Orthoptera. Melalui
https://www.scribd.com/doc/250525173/Ordo-Orthoptera diakses pada 12
Maret 2018
Pratama, Zulian. MAKALAH: ORDO ORTHOPTERA (BELALANG)
(ENTOMOLOGI). Melalui
http://prachzpratama2.blogspot.co.id/2013/04/bab-i-pendahuluan-1.html
diakses pada 12 Maret 2018
Rachman, Khanif Zulfikar. 2014. ARTHROPODA. Bandung: Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati. Melalui
https://www.academia.edu/9485556/ARTHROPODA diakses pada 10 Maret
2018
Resh, Vincent H., dan Carde Ring T. 2003. “Encyclopedia of Insects”. California:
Academic Press.
Rumampuk, Maria Vony. 2012. PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN
RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS
HUMANUS CAPITIS (The importance of Hair and Scalp Hygiene for
pediculus humanus capitis epidemic prevention). Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado. Melalui
https://media.neliti.com/media/publications/117264-ID-none.pdf diakses
pada 11 Maret 2018
Sembel, Dantje. 2009. “Entomologi Kedokteran”. Yogyakarta: Andi.
Syafniwati. 2011. Ordo Orthoptera. 2011. Melalui http://syafniwati-
bio.blogspot.co.id/2011/07/ordo-orthoptera.html diakses pada 12 Maret 2018
Widiati, Ita. 2013. MAKALAH ARTHROPODA (INSECTA). Melalui
http://itawidiati22.blogspot.co.id/2013/10/makalah-arhtropoda-insecta.html
diakses pada 10 Maret 2018
29
Zed, Mirza. 2012. Hama dan Penyakit Pada Tanaman. Melalui
http://genk10z.blogspot.co.id/2012/04/hama-dan-penyakit-pada-
tanaman.html diakses pada 11 Maret 2018
30