OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS A
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan penulisan paper Parasitologi Veteriner dengan judul
“Nematoda Pada Sapi” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik yang membangun dan saran yang dapat memberikan
manfaat bagi tugas ini.
Dalam kesempatan ini kami tidak lupa untuk berterimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III .......................................................................................................................................... 23
PENUTUP...................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 24
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Makroskopis Toxocara vitulorum dewasa (A dan B) pada pedet biru Belgia
berumur satu bulan. (Steen dkk., 2014) ............................................................................. 3
Gambar 2. Morfologi Cacing Jantan dan Betina Toxocara Vilotorum ............................ 4
Gambar 3. Telur Toxocara Vitulorum ............................................................................... 5
Gambar 4. Siklus Hidup Toxocara Vilutorum .................................................................. 7
Gambar 5. morfologi cacing betina dan jantan Strongyloides papillosus ........................ 9
Gambar 6. Telur S.papillosus dengan larva didalamnya [sumber: John A Vanleeuwen] 9
Gambar 7. siklus hidup Strongyloides papillosus ............................................................ 11
Gambar 8. Morfologi cooperia oncophora [sumber Wikipedia] ..................................... 12
Gambar 9. telur C. oncophora [sumber vetstream] ......................................................... 13
Gambar 10. Siklus hidup Cooperia oncophora (Sumber: buku online Parasit dan
Parasit Penyakit Hewan Domestika) ................................................................................ 14
Gambar 11. morfologi Bunostomum Phlebotonum[sumber:scienceDirect.com] ........... 15
Gambar 12. telur Bunostomum Phlebotonum [sumber:cram.com] ............................... 16
Gambar 13. siklus hidup Bunostomum Phlebotonum[sumber: scienceDirect.com] ...... 17
Gambar 14. Mecistocirrus digitatus (Parasitpedia.net)................................................... 17
Gambar 15. Mecistocirrus digitatus. Posterior jantan. Tampak spikula panjang,
langsing (a) Posterior betina. Tampak vulva slit (b) (Wulan, 2005) ............................... 18
Gambar 16. Telur Mecistocirrus Digitatus (Paramitha dkk., 2017) ............................... 18
Gambar 17. Haemonchus sp. (Parasitpedia.net) .............................................................. 21
Gambar 18. Telur Haemonchus sp. (Arjana dkk., 2013)................................................. 21
Gambar 19. Siklus Hidup Haemonchus sp. ..................................................................... 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui jenis ordo dan spesies cacing nematoda yang ada
pada sapi
2. Dapat memahami taksonomi, morfologi, dan siklus hidup dari masing-
masing ordo dan spesies cacing nematoda yang ada pada sapi
1.4 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah parasitologi veteriner
2. Menambah pemahaman serta wawasan lebih bagi penulis maupun
pembaca
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Morfologi Toxocara Vilutorum
4
Dinding tersebut sebagai pertahanan telur cacing agar dapat
bertahan hidup lama pada lingkungan sampai termakan oleh inang.
Telur tersebut dapat ditemukan setelah melakukan pemeriksaan tinja
(Rahman dan Ashmawy 2013).
5
penetasan setelah telur infektif tertelan bersama makanan atau air
minum. Setelah telur menetas di dalam usus halus, larva yang bebas
bermigrasi dengan jalan menembus dinding usus, yang selanjutnya
mencapai vena porta hepatitis, hati, dan dengan mengikuti aliran
darah sampai di bronchus, paru-paru, tenggorokan dan kemudian
pindah ke pharynx. Selain itu, larva cacing juga akan bermigrasi ke
kelenjar susu. Dengan ikut makanan, air minum atau saliva akan
sampai di usus halus lagi untuk tumbuh menjadi dewasa. Waktu
yang diperlukan oleh larva dalam mencapai hati biasanya lebih
kurang 24 jam sejak telur infektif tertelan, dan untuk mencapai usus
diperlukan waktu 3-4 minggu. Untuk menjadi dewasa sampai
bertelur dibutuhkan waktu lebih kurang 5 minggu. Jadi, bila dihitung
sejak infestasi pertama sampai mampu bertelur diperlukan waktu
lebih kurang 8-9 minggu. Pedet memperoleh larva T. vitulorum
induknya melalui kolostrum, hingga pada umur 10 hari telah
mengandung cacing dewasa, sedangkan telur cacing dapat
ditemukan pada umur 2-3 minggu. Waktu pedet umur 5 bulan cacing
dewasa mungkin dikeluarkan secara spontan (Subronto, 2004).
6
Gambar 4. Siklus Hidup Toxocara Vilutorum
Fillum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Rhabditida
Family : Strongyloidae
Genus : Strongyloides
Species: Strongyloides papillosus
7
Nematoda ini, akan tetapi tingkat infeksinya pada hewan muda lebih
tinggi jika dibandingkan dengan hewan tua (Seddon, 1957). Pada
hewan ternak yang terinfeksi oleh cacing Strongyloides papillosus
perubahan terjadi pada permukaan dinding mukosa usus rusaknya
vili-vili usus yang menyebabkan terjadinya penurunan absorbsi
cairan dalam usus yang berujung terjadinya diare pada hewan yang
terinfeksi (Brown,1983).Gejala klinis yang khas dari infeksi
Strongyloides papillosus adalah pada hewan muda lemah, kakeksia,
anoreksia, anemia, bulu suram, diare dan pertumbuhan terhambat
(Georgi, 1975).
8
Gambar 5. morfologi cacing betina dan jantan Strongyloides
papillosus
9
hidup bebas yang mempunyai jantan dan betina sedangkan generasi
II bersifat patogenesis dan hanya memiliki cacing betina yang
menghasilkan telur berembrio. dan masing generasi memiliki 4
stadium larva yaitu L1, L2, L3 dan L4. Pada stadium L1
(rhabditiform) cacing menetas dari telur yang dikeluarkan melalui
feses host yang terinfeksi (Brown,1983).
10
Gambar 7. siklus hidup Strongyloides papillosus
Fillum : Nemathelminthes
Kelas : Chromadorea
Ordo : Rhabditida
Family : Cooperiidae
Genus : Cooperia
11
oncophora dapat menyebabkan gejala klinis ringan, tetapi dapat
menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan usus kecil,
terutama bila terjadi ko-infeksi dengan nematoda lain seperti O.
ostertagi . Infeksi biasanya diobati dengan anthelmintik spektrum
luas seperti benzimidazol , tetapi resistansi terhadap obat ini telah
berkembang dalam beberapa dekade terakhir dan sekarang sangat
umum. C.Oncophora sendiri adalah patogen ringan pada saluran
pencernaan sapi, yang berkontribusi bersama dengan nematoda
parasit lainnya menyebabkan kerugian besar di industri susu dan
daging sapi (Hawkins 1993).
12
Gambar 9. telur C. oncophora [sumber vetstream]
13
kecil,dimana tumbuh dan berkembang menjadi cacing dewasa.
Betina dewasa mulai berproduksitelur kira-kira 2-3 minggu setelah
infeksi. Telur sekali lagi ditumpahkan di fesestuan rumah dan siklus
berikutnya dimulai.
Fillum : Nemathelminthes
Kelas : Chromadorea
Ordo : Rhabditida
Family : Ancylostomatidae
Genus : Bunostomum
14
pasang tombak ventral, dan ujung anterior ditekuk ke bagian
punggung. Jantan berukuran panjang 10–12 mm × lebar 470–475
µm dengan spikula filiform berukuran 3,5–4,0 mm. Betina
berukuran panjang 16–19 mm × 500–600 µm dengan ekor runcing
sepanjang 400–500 µm. mm panjang × 470–475 µm dengan spikula
filiform berukuran panjang 3,5–4,0 mm.
15
Gambar 12. telur Bunostomum Phlebotonum [sumber:cram.com]
16
Gambar 13. siklus hidup Bunostomum Phlebotonum[sumber:
scienceDirect.com]
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylida
Famili : Trichostrongylidae
Genus : Mecistocirrus
Spesies : Mecistocirrus digitatus
M. digitatus termasuk salah satu parasit cacing penghisap
darah yang dengan mata langsung sulit untuk dibedakan dengan
Haemonchus sp. Pada umumnya M. digitatus terdapat pada kerbau
dan sapi di beberapa daerah di Asia (Urquhart et al, 1994). Cacing
tersebut dapat menyerang abomasum beberapa hewan ruminansia
seperti domba, kambing, sapi, zebu, kerbau serta lambung babi.
17
2.3.2 Morfologi Mecistocirrus Digitatus
18
2.3.3 Siklus Hidup Mecistocirrus Digitatus
19
Haemonchus similis
Haemonchus longisitipes
20
Gambar 17. Haemonchus sp. (Parasitpedia.net)
21
Larva infektif tidak memperoleh makanan tetapi dapat hidup dari
persediaan makanan yang disimpan dalam sel–sel intestin. Larva
infektif bergerak aktif (mempunyai ekor) dan memanjat rerumputan
pada pagi hari dan malam hari (Levine, 1990).
Penyebaran penyakit terjadi secara langsung melalui rumput
yang terkontaminasi larva infektif. Pada musim penghujan
penyebarannya cepat, oleh karena fluktuasi jumlah telur nematoda
pada kotoran cenderung di pengaruhi oleh fluktuasi curah hujan
dengan titik tertinggi pada musim hujan dan terendah pada musim
kemarau ( Soulsby, 1986 ).
22
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa cacing
yang hidup dalam usus hospes ialah Toxocora Vitullorum ordo Ascaridida
dan juga bebas bermigrasi di tubuh hospes selain itu juga strongyloides
papillosus dari ordo rhabditida yang berkembang dalam usus ruminansia
yang menyebabkan hewan lemah, anoreksia, anemia, hingga pertumbuhan
terhambat. Lalu cooperia oncopora dari ordo rhabditida yang dapat
menyebabkan kerugian dalam produk susu dan daging sapi. kemudian
Bunostomum phelebotom dari ordo rhabditida yang siklus hidupnya dapat
menembus kulit lalu ke paru-paru malalui aliran darah lalu menyerap darah
hospes hingga menyebabkan anemia. Adanpun yang hidup dalam lambung
ruminansia Mecistocirrus digitatu dari ordo strongylida salah satu parasit
penghisap darah juga dan terakhir yg hidup pada lambung ialah
Haemonchus Sp atau biasa di sebut cacing lambung atau cacing kawat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Yudha, Haddi Wisnu dan Voni Indah Dwi Susanty. 2014. IDENTIFIKASI DAN
PROGRAM PENGENDALIAN Toxocara vitulorum PADA TERNAK
RUMINANSIA BESAR. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Ida Bagus Made Oka, Muhsoni Fadli dan Nyoman Adi Suratma. “Prevalensi
Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali Yang Dipelihara Peternak di Desa
Sobangan Mengwi Badung. Bali.” Jurnal ISSN : 2301-7848. Indonesia
Medicus Veterinus Vol. 3 (2014).
Putri, Amanda Amalia. “Prevalensi Nematoda Usus pada Kambing (Capra Sp.)
dengan Pemberian Pakan Hijauan dan Konsentrat di Kelurahan Sumber
Agung, Kecamatan Kemiling Bandar Lampung.” Universitas Lampung, 2016.
Novese Tantri, Siti Khotimah dan Tri Rima Setyawati. “Prevalensi dan Intensitas
Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos Sp.) Rumah Potong Hewan (RPH)
Kota Pontianak Kalimantan Barat.” Jurnal Protobiont Vol. 2, no. 2 (2013).
Perwitasari, Fitri
24
Erwin Nofyan, Indah Rosdiana dan Mustaka Kamal. “Identitas Jenis Telur Cacing
Parasit Usus pada Ternak Sapi (Bos Sp) dan Kerbau (Bubalus Sp) di Rumah
Potong Hewan Palembang. Palembang.” Jurnal Penelitian Sains, 2010.
25