OLEH:
KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper mata kuliah Radiologi Veteriner yang
berjudul “Roentgenologi Sistem Kardiovaskular: Heartworm pada Hewan Kecil” ini dengan
tepat waktu. Dengan membuat paper ini, kami berharap untuk membagikan ilmu kepada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana serta pembaca lainnya tentang
roentgenologi sistem kardiovaskular khususnya hewan worm pada hewan kecil.
Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen-dosen selaku pengampu mata kuliah Radiologi Veteriner yang telah
membimbing dalam penyusunan paper ini
2. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi terselesaikannya
paper ini
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan paper ini untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun, kami menyadari bahwa paper ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan paper selanjutnya. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………..……………………………………………….…. iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….…. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….… 2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………….….. 2
1.4 Manfaat Penulisan.......…………………………………….…… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………….……………………..…… 3
2.1 Definisi Radiografi..…...…………………………………..…… 3
2.2 Radiografi pada Sistem Kardiovaskular……...……..………..… 4
2.3 Anatomi Radiografi Jantung Normal..………………………..… 5
2.4 Penjelasan Umum Heartworm..….………………………….… 7
2.4.1 Definisi…………………....…………………………….… 7
2.4.2 Etiologi………………………………………………….… 8
2.4.3 Gejala Klinis………………………………………………. 8
2.4.4 Patogenesis……………………………………………….. 9
2.4.5 Diagnosis dan Prognosis………………………………….. 9
2.4.6 Pengobatan dan Pencegahan……………………………… 9
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………… 10
3.1 Persiapan Alat dan Bahan Rontgen…………………………….. 10
3.2 Posisi Pemeriksaan……………………………………………… 14
3.3 Prosedur Pemeriksaan…………………………………………... 15
3.4 Interpretasi Hasil X-ray………………………………………… 16
3.4.1 Location (Lokasi)…………………………………………. 16
3.4.2 Margin (Tepi atau Batas)…………………………………. 19
3.4.3 Number……………………………………………………. 20
3.4.4 Opacity (Opasitas)..……………………………………….. 21
3.4.5 Size (Ukuran)……………………………………………... 22
3.4.6 Shape (Bentuk)…………………………………………… 23
iii
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 26
4.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 26
4.2 Saran…………………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 27
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam rontgen sistem kardiovaskular?
2. Bagaimana posisi pemeriksaan rontgen sistem kardiovaskular?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan rontgen sistem kardiovaskular?
4. Bagaimana interpretasi hasil x-ray hewan yang terinfeksi Heartworm?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Radiografi pada Sistem Kardiovaskular
Radiologi pada sistem kardiovaskular diantara banyak metode dapat dilakukan
salah satunya radiologi thoraks. Indikasi radiologi thorak yaitu pemeriksaan penyakit
intratorak dan screening penyakit sistemik. Radiologi thoraks digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan penyakit, lokasi penyakit, tipe lesi dantingkat lesi,
memberikan rincian diagnosa dan diferensiasinya dan mendokumentasikan
perkembangan lesi
Pemeriksaan radiologi thoraks menggunakan dua tampilan, yaitu secara lateral
dan dorsoventral (DV) atau ventrodorsal (VD). Pada posisi lateral pancaran sinar-x
datang secara horizontal yang terpusat pada tulang rusuk ke 5 dan posisi sternum dengan
tulang belakang harus sejajar, lateral kanan sangat disukai pada pemeriksaan radiologi
thoraks karena kemudahan dalam melakukan pemerikasaan.
Posisi lateral sangat penting digunakan untuk melihat secara langsung tampilan
perubahan pada jantung dan vaskularisasi darah, proyeksi paparan lateral saat puncak
inspirasi biasanya digunakan khusus untuk kasus penyakit paru-paru. Berikut merupakan
contoh pengambilan dari radiologi pada hewan kecil:
Gambar 1. Pengambilan posisi lateral (kiri) Gambar 2. Pengambilan posisi lateral (kanan)
4
Gambar 4. Pengambilan posisi dorsoventral (DV) Gambar 5. Penampakan organ lateral
Tabel ini menunjukan nilai normal pada saat penggunaan grid ataupun tidak, pada radiologi
thoraks hewan kecil
5
jantung dipisahkan oleh atrium kiri (Left Atrium) dan ventrikel kiri masing masing dari
pukul 12:00-02:00 dan 02:00-05:00. Pada kucing, lokasinya lebih ke kranial dari atrium
kiri dibandingkan dengan anjing, hal ini membuatnya lebih sulit untuk diidentifikasi pada
tampilan lateral (Bahr, 2013). Perbatasan kranio-ventral dikaitkan dengan sisi kanan
jantung dengan ventrikel kanan dari 05.00-09.00 dan arteri pulmonalis utama dan
aurikularis kanan dari 09:00-10:00. Pada gambaran dorso-ventral atau ventro-dorsal,
atrium kiri dan aurikularis kiri berada di 01.00-02.00 dan ventrikel kiri pukul 02:00-
05:00. Ventrikel kanan ditemukan pada pukul 05:00-09:00 dan atrium kanan pada 09:00-
11:00. Margin kranial dari siluet (dari pukul 11.00-01.00) sudah terisi oleh lengkung
aorta, sedangkan arteri utama paru lebih ke kranial arteri kiri atau tidak terlihat sama
sekali.
Gambar 7. Anatomi Radiografi Jantung Normal. Gambar A dan B tampak lateral kanan, dan
gambar C tampak Ventrodorsal pada kucing yang sehat, menggambarkan lokasi ruang jantung
dan pembuluh darah besar. (A) Dinding / ruang jantung sisi kiri (garis putus-putus merah untuk
arium kiri dan putih untuk Ventrikel kiri) dan aorta (garis putus-putus putih) . (B) Dinding/ruang
jantung sisi kanan (garis putus-putus biru dan putih untuk atrium dan ventrikel kanan, masing-
masing) dan arteri pulmonalis (garis putus-putus putih) adalah diuraikan. (C) Dinding/ruang
jantung sisi kiri (garis titik-titik merah), dinding / ruang jantung sisi kanan dan pembuluh darah
(garis putus-putus biru), aorta (garis putus-putus putih). Aurikularis kanan dan kiri ditandai
dengan * dan **. Keterangan: Ao= aorta; LA= atrium kiri; LV= ventrikel kiri; CrVC= vena kava
kranial; CaVC= vena cava caudal; PA= arteri pulmonalis; RA= atrium kanan; RV= ventrikel
kanan.
6
Somatotipe kucing lebih seragam dibandingkan dengan anjing, dan oleh karena itu
jantung kucing normal seperti yang diproyeksikan radiograf umumnya kurang
terpengaruh oleh keturunan/breed. Variasi posisi tubuh dapat menyebabkan perubahan
tampilan radiografi dari siluet jantung, tetapi perbedaan ini kurang menonjol
dibandingkan dengan yang dilaporkan sebelumnya pada anjing. Secara khusus, perubahan
bentuk yang paling jelas adalah kontur jantung yang lebih membulat dari aspek bagian
kranial kanan pada radiografi ventro-dorsal dibandingkan dengan gambaran dorso-
ventral. Perbatasan siluet jantung kranial pada kucing gemuk mungkin tampak kabur pada
proyeksi lateral, dan lemak mungkin menyerupai massa mediastinal kranial. Pada
proyeksi ventro-dorsal, mediastinum kranial dapat melebar dan kontribusi lemak
perikardial dari siluet jantung mungkin tidak terlihat. Lemak perikardial biasanya lebih
jelas pada radiografi lateral dibandingkan dengan ventro-dorsal.
Jantung anak kucing pada umumnya tampak lebih besar daripada kucing dewasa
karena volume paru-paru yang lebih kecil, sehingga menghasilkan peningkatan rasio
kardiothoraks (CTR/RKT; yaitu, rasio dari lebar maksimal hati dengan lebar thoraks pada
ruang interkostal yang sama). Posisi jantung lebih horizontal di tampilan lateral, sedikit
berbelit dan aorta yang membesar sering terlihat pada radiografi thoraks kucing yang
lebih tua, disebut ‘senile remodeling’ yang merupakan efek respirasi pada radiografi
thoraks kucing, tetapi lebih menonjol pada anjing.
7
Pada hewan peliharaan, risiko infeksi paling besar pada anjing dan kucing
yang ditempatkan di luar ruangan. Meskipun setiap anjing atau kucing, di dalam
atau di luar ruangan, dapat terinfeksi, sebagian besar infeksi didiagnosis pada anjing
berukuran sedang hingga besar, berusia 3 hingga 8 tahun yang tinggal di luar di
daerah endemik (Atkins, 2020).
2.4.2 Etiologi
Dirofilaria imminitis merupakan cacing ramping yang cenderung berwarna
putih dan memiliki ukuran untuk jantan 12-20 cm, sedangkan cacing betina 25-31
cm. Cacing betina bersifat vivipar, yang vulvanya dekat ujung anterior cacing.
Dirofilaria immitis adalah cacing jantung pada anjing yang tergolong
sebagai cacing nematoda. Cacing dapat dijumpai pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonum dari jantung anjing. Cacing kadang kala juga ditemukan pada beberapa
lokasi lain seperti ruang mata depan dan rongga peritonium.
Menurut Fan et al., (2001), cacing ini dapat berkembang luas di daerah tropis,
subtropis dan daerah beriklim sedang. Cacing jantung ini dapat ditularkan
menginfeksi manusia dalam bentuk mikrofilaria melalui perantara vektor gigitan
nyamuk (Genchi et al., 2007). Berbagai jenis nyamuk dapat menularkan bentuk
mikrofilaria cacing dari anjing ke manusia. Manusia dapat terinfeksi melalui
perantara gigitan nyamuk tersebut (Svobodova et al., 2005). Di Indonesia,
berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa nyamuk dari genus Aedes
aegypti, Aedes albopictus, Anopheles subalbatus, dan Culex quinquefasciatus dapat
menjadi vektor D. immitis (Karmil, 2002).
8
2.4.4 Patogenesis
Tingkat keparahan patologi cardiopulmonary pada anjing ditentukan oleh
berapa banyak cacing, respon imun host, durasi infeksi serta tingkat aktivitas dari
host. Cacing dewasa dapat menyebabkan trauma mekanis langsung, serta faktor
lain (misal antigen dan ekskresi) yang diperkirakan secara langsung mengiritasi atau
merangsang sistem kekebalan inang. Ini merusak pembuluh darah, menyebabkan
endarteritis proliferatif dan perivaskular cuffing dengan sel-sel inflamasi, termasuk
infiltrasi eosinofil dalam jumlah besar. Cacing heartworm hidup memiliki efek
imunosupresif. Namun, keberadaan cacing mati menyebabkan reaksi vaskular yang
lebih parah, bahkan berada di area paru-paru yang secara tidak langsung
berhubungan dengan cacing heartworm yang mati. Infeksi jangka panjang dengan
berbagai faktor (iritasi langsung, kematian cacing, dan respon imun) mengakibatkan
lesi kronis.
10
BAB III
PEMBAHASAN
2. Film Rontgen
Film Rontgen adalah film yang digunakan untuk pengambilan gambar bagian
dalam tubuh. Kualitas radiograf atau foto rontgen yang diperoleh sangat dipengaruhi
oleh kondisi penyinaran serta proses pengolahan film. Untuk menjaga kualitas film
sebelum digunakan maka perlu diperhatikan kondisi penyimpanan film. Syarat
penyimpanan film yang baik meliputi suhu kira-kira 13°C, kelembapan udara
maksimum 50%, terlindung dari radiasi pengion (sinar-X) dan sinar gamma, jauh dari
bahan kimia seperti developer atau fixer, serta tidak terjadi tekanan mekanik, baik
diantara kotak-kotak film atau oleh bendabenda lainnya (Curry, 1990). Adapun jenis-
jenis film sinar-X terbagi atas: Jenis film menurut lapisannya. jenis film menurut
sensitivitasnya dan jenis film menurut butir emulsi.
11
Gambar 9. Film Rontgen
3. Kaset
Digunakan untuk melindungi film dari pengaruh cahaya dan menjaga agar
kontak antar film dengan screen tetap rata. Kaset memiliki berbagai fungsi,
diantaranya adalah melindungi intenyfing screen dari kerusakan akibat tekanan
mekanik, menjaga intenyfing screen dari kotoran debu. Selain itu kaset juga berfungsi
menjaga agar film dapat dengan rapat menempel pada kedua intenyfing screen yang
terletak di depan dan dibelakang kaset tersebut. Kaset harus berisi film dengan
kombinasi layar film yang benar, dengan ukuran yang sesuai untuk tampilan
radiografi yang diperlukan, memiliki layar yang kuat dan tidak tembus cahaya
tampak.
4. Processing Film
Merupakan alat yang mengubah gambar laten pada film x-ray menjadi
permanen sehingga terlihat gambar yang disebut dengan radiograf. Kualitas
diagnostik yang terlihat dari gambar tergantung pada rangkaian tahapan prosesing.
12
Gambar 11. Processing Film
16
Gambar 16. Radiologi Jantung Normal
Gambar 17. Gambaran skematis untuk sistem skala vertebral ukuran jantung. Jumlah
jantung vertebral (VHS) adalah jumlah dari dimensi sumbu panjang jantung (L) dan
dimensi sumbu pendek tegak lurus maksimal (S). S dan L diukur dalam unit vertebral
mulai dari T4 (Thoraks ke-4). CVC, vena cava kaudal.
17
Gambar 18. Skema tampilan radiografi thoraks lateral yang menguraikan perkiraan
lokasi dari empat ruang jantung. TB, bifurkasi trakea; CVC, vena cava kaudal; RA,
atrium kanan; LA, atrium kiri; RV, ventrikel kanan; LV, ventrikel kiri.
18
3.4.2 Margin (Tepi atau Batas)
Rasio jantung diperkirakan dengan menggambar garis secara ventral dari
carina yang berjalan sejajar dengan kranial dan tepi kaudal jantung (Gambar 20).
Karena margin kranial biasanya melengkung, menggambarkan garis sejajar dengan
margin dorsal kranial dari jantung (seperti pada Gambar 20) atau bersinggungan
dengan aspek paling kranial dari kurva permukaan mungkin diperlukan. Rasio
gambaran jantung harus 3/5 (jantung kanan) kranial ke garis dan 2/5 (jantung kiri)
caudal ke garis. Jika lebih besar dari 3/5 kranial ke garis, dianggap mengarah pada
pembesaran ventrikel kanan.
Gambar 20. Radiografi thoraks lateral kiri. Jantung normal. Rasio jantung kanan dan kiri
diperkirakan dengan garis hitam secara ventral dari carina yang berjalan paralel dengan
batas kranial dan kaudal jantung.
Gambar 21. Lesi radiografi ringan heartworm pada anjing Gembala Jerman berusia 5 tahun,
posisi lateral. Pada gambar terlihat hampir normal namun, arteri pulmonalis tampak apikal
dan sedikit lebih besar dari biasanya, menunjukkan terjadinya hipertensi pulmonal. (Ao:
aorta; CVC: vena cava kaudal; PA: arteri pulmonalis; PV: vena pulmonalis; RA: atrium
kanan; LA: atrium kiri; RV: ventrikel kanan; LV: ventrikel kiri).
19
Gambar 22. Lesi radiografik parah heartworm pada anjing Boxer berusia 6 tahun, posisi
ventrodorsal (VD). Terjadi kardiomegali (pembesaran jantung) kanan yang menghasilkan
gambaran "D terbalik", tonjolan di daerah arteri pulmonalis utama, dan arteri pulmonalis
kaudal kiri yang membesar. MPA: arteri pulmonalis utama; RA: atrium kanan; RV:
ventrikel kanan; RPA: arteri pulmonalis kanan; LPA: arteri pulmonalis kiri.
3.4.3 Number
1. Number Jantung Anjing Normal
Berikut merupakan gambaran topografi jantung anjing normal:
20
Gambar 23. Topografi Jantung Anjing Normal Posisi Lateral (1. Mediastinum cranial;
2. Trakea; 3. Aorta descenden; 4. Vena cava caudal; 5. Arteri pulmonari cranial (pink),
vena pulmonari cranial kiri (biru); 6. Arteri pulmonari cranial kanan (biru); 7. Atrium
kanan; 8. Ventrikel kanan; 9. Atrium kiri; 10. Ventrikel kiri; 11. Krura diafragma
kanan; 12. Krura diafragma kiri; 13. Lemak nukleus pada perikardium; 14. Arteri
pulmonari kanan; 15. Arteri pulmonari kiri)
Gambar 26. (A) Ventrodorsal (B) Lateral Thoracic Anjing Dengan Heartworm
Siluet jantung muncul sebagai "D" terbalik dan arteri pulmonalis lobar
kaudal membesar, berliku-liku, dan sering terpotong. Perubahan vaskular ini
disertai dengan berbagai tingkat penyakit parenkim paru. Pada opasitas semua
terlihat jelas tanpa ada penurunan atau peningkatan opasitas, dan yang berubah
hanya bentuk dan melebarnya arteri pulmonalis.
Gambar 27. Perhitungan Vertebrae Heart Size (VHS) pada foto Rontgen anjing
kintamani bali berdasarkan long axis (LA) dan short axis (SA)
22
2. Size Jantung dengan Heartworm
Jantung akan mengalami pembengkakan pada jantung yang terinfeksi,
biasanya cacing akan menginfeksi ventrikel kanan sehingga jantung tidak
terlihat simetris dan lebih besar jantung kanan.
Keterangan:
12:00 – 02:00 : left atrium
02:00 – 05:00 : left Ventricle
05:00 – 09:00 : right ventricle
09:00 – 10:00 : main pulmonary artery
dan right auricle
10:00 – 11:00 : aortic arch
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Radiografi thoraks merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk
pemeriksaan sistem kardiovaskular dan sistem respirasi. Salah satu penyakit yang
menyerang sistem kardiovaskular pada hewan adalah heartworm yang disebabkan oleh
cacing Dirofilaria immitis yang menyebabkan penyakit parasit serius pada anjing. Posisi
pemeriksaan dalam melakukan rontgen jantung yaitu dari sudut pandang lateral atau
sudut pandang dorsoventral dan ventodorsal. Prosedur pemeriksaan penyakit heartworm
pada hewan yaitu dengan radiografi, elektrokardiogram, atau ekokardiografi. Perubahan
radiografi jantung anjing yang terinfeksi heartworm adalah pembesaran ventrikel kanan
dan penonjolan pada segmen arteri pulmonalis yang dapat menyebabkan posisi jantung
atau lokasi jantung berubah. Hal ini mengakibatkan perubahan number pada thoraks yaitu
tidak terlihatnya arteri pulmonalis dengan jelas, namun tidak ada perubahan pada
opasitas.
4.2 Saran
Kejadian Heartworm pada hewan kecil terutama anjing dan kucing dapat dihindari
dengan pemberian pengobatan untuk menghilangkan cacing dewasa dan larva cacing
(mikrofilaria), serta pencegahan agar tidak terinfeksi ulang. Pengobatan cacing jantung
mahal dan sulit dilakukan, sehingga pencegahan infeksi perlu diutamakan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adams, D. S., Marolf, A. J., Valdés-Martínez, A., Randall, E. K., dan Bachand, A. M. 2017.
Associations between thoracic radiographic changes and severity of pulmonary
arterial hypertension diagnosed in 60 dogs via Doppler echocardiography: A
retrospective study. Veterinary Radiology & Ultrasound. 58(4): 454-462
Alia, Y.Y., May, H.K. dan Amall, H.A. 2013. Serological study of Dirofilaria immitis in
human from some villages in Al-Hindya part of Karbala Governorate. Int J of Sci and
Nature 4: 185-188.
Andre, A.Z dan Rupiasih, N.N. Pengolahan Film Radiografi Secara Otomatis Menggunakan
Automatic X-Ray Film Processor Model Jp-33. Bul Fis. 2017. 18(2):53
Atkins, C. 2020. Heartworm Disease in Dogs, Cats, and Ferrets. DVM. DACVIM. College of
Veterinary Medicine. North Carolina State University
Ayers, S. 2012. Small Animal Radiographic Techniques and Positioning. Willey-Blackwell.
Oxford, UK.
Bahr, R. 2013. The heart and pulmonary vessels. In: Thrall DE, editor. Textbook of
veterinary diagnostic radiology. 6th ed. St. Louis: Elsevier Saunders
Barnette, C. 2010. Testing for Heartworm Disease in Dogs: Diagnosis, Pet Services
Carlisle, C. H. 1980. Canine Dirofilariasis: Its Radiographic Appearance. Veterinary
Radiology. 21(3): 123–130
Fan et al. 2001. Seroepidemiologic Survey of Dirofilaria immitis Infection Among Domestic
Dogs In Taipei City and Mountain Aboriginal Districts In Taiwan (1998 – 1999). Vet.
Parasitol. 102: 113 – 120.
Hoch, H., dan Strickland, K. 2008. Canine and feline dirofilariasis: life cycle,
pathophysiology, and diagnosis. Compendium. 30(3): 133
Kangmaruf. 2014. Radiologi Thoraks pada Hewan. URL:
https://mydokterhewan.blogspot.com/2016/02/radiologi-thoraks.html. Diakses tanggal
13 Oktober 2021
Karmil, T.F. 2002. Studi Biologis dan Potensi Vektor Alami Dirofilaria immitis sebagai
Landasan Penyiapan Bahan Hayati. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Kealy, J. K. 1979. Diagnostic Radiology of the Dog and Cat. WB Saunder Co
Lee et al. 2000. The first Korean case of human pulmonary dirofilariasis. Yonsei Med J. 41:
285–288
27
Litster, A., Atkins, C., Atwell, R., dan Buchanan, J. 2005. Radiographic cardiac size in cats
and dogs with heartworm disease compared with reference values using the vertebral
heart scale method: 53 cases. Journal of veterinary cardiology : the official journal of
the European Society of Veterinary Cardiology. 7(1):33–40
Losonsky J. M, Thrall D. E, dan Lewis R. E. 1983. Thoracic radiographic abnormalities in
200 dogs with heartworm infestation. Vet Radiology. 24:124
Mauragis, D. dan Berry, C.R. 2011. Small Animal Thoracic Radiography. Philadelphia:
Saunders Elsevier
Poteet, B. A. 2016. Radiology of The Heart. Chapter 2. Veterinary Key. URL:
https://veteriankey.com/radiology-of-the-heart/. Diakses pada 13 Oktober 2021
Risaharti et al,. 2020. Gambaran Nilai Densitas Radiografi dengan Klinis Ileus Obstruksi dan
Perforasi pada Pemeriksaan Abdomen 3 (Tiga) Posisi di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2019. Jurnal
Aceh Medika. 4(2):80-89
Rudorf, H., Taeymans, O. dan Johnson, V. 2008. Basics of thoracic radiography and
radiology . Di dalam: Schwarz T, Johnson V, editor. BSAVA Manual of Canine and
Feline Thoracic Imaging. BSAVA Publications: Cheltenham
Schwarz et al. 2008. BSAVA Manual of Canine and Feline Thoracic Imaging. British Small
Animal Veterinary Association
Suhendro et al. 2020. Studi Kasus: Kajian Awal Dirofilariasis Pada Anjing Di Kota
Pontianak
Ulum, M. F. 2008. Sinar X untuk Kedokteran Hewan. Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional
X. PDHI 2008. Bogor. Indonesia
Ulum, M. F. dan Noviana, D. 2008. Pemanfaatan Radiografi Sebagai Sarana Diagnostik
Penunjang Dalam Dunia Kedokteran Hewan Yang Aman Bagi Hewan, Manusia Dan
Lingkungan. Bogor Agricultural University
Vierra et al. 2014. Prevalence of canine heartworm (Dirofilaria immitis) disease in dogs.
Portugal
28