Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN DAN KESEHATAN SAPI BALI

DEMODECOSIS PADA SAPI

Oleh:
Kelompok 1 | Kelas A

Febrianti 1809511024
Rahma Anissa Prayoko 1909511005
I Gusti Bagus Aryanta Kusuma Putra 1909511013
Desak Gede Santhi Cahayani 1909511022
Fikri Alif Abdillah 1909511029

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan paper berjudul “Demodecosis pada Sapi” ini
dengan tepat waktu. Paper ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Manajemen dan Kesehatan Sapi Bali.

Paper yang berisi tentang “Demodecosis pada Sapi” materi penyakit kulit pada sapi
ini telah kami usahakan sebaik mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga paper ini dapat dibuat dengan lancar. Kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Manajemen dan Kesehatan Sapi Bali yang sudah
memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan kelompok kami mengenai salah satu
penyakit kulit pada sapi ini. Selain itu kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelompok kami baik dari hal materi
hingga dukungan yang diberikan selama pembuatan paper ini.

Kami sepenuhnya sadar, bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Banyak
kesalahan yang mungkin kami buat pada paper ini. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan paper diwaktu yang akan datang.

Denpasar, 03 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Definisi Demodecosis ................................................................ 3
2.2 Etiologi Demodecosis ................................................................ 3
2.3 Patogenesis Demodecosis .......................................................... 4
2.4 Gejala Klinis Demodecosis ........................................................ 4
2.5 Diagnosis Demodecosis ............................................................. 5
2.6 Treatment Demodecosis .............................................................. 7
2.7 Pencegahan dan Kontrol Demodecosis ...................................... 7
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 8
3.2 Saran ........................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 9

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Lesi Kulit Demodecosis pada Sapi Bali .................... 3

Gambar 2.2 Demodex sp ........................................................................... 3

Gambar 2.3 Tungau D. Bovis pada lesi keropeng ..................................... 4

Gambar 2.4 Lesi nodul demodecosis pada bagian bawah tubuh sapi ........ 5

Gambar 2.5 Lesi nodular berukuran kecil infeksi tungau demodex .......... 5

Gambar 2.6 Metode pengerokan kulit ........................................................ 6

Gambar 2.7 Tungau Demodex bovis berbentuk cerutu diisolasi ............... 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi bali adalah sapi asli Indonesia yang telah diakui secara internasional. Sapi
yang memiliki banyak keunggulan ini merupakan aset nasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan. Seharusnya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor daging sapi dari Australia
dan Selandia Baru, sebab kita memiliki spesies sapi unggul yang bisa diternakkan
diseluruh wilayah Indonesia yakni sapi bali. Namun meskipun memiliki banyak
keunggulan, dalam usaha budidaya ternak sapi tidak lepas dari masalah dan kendala. Salah
satu masalah yang cukup mengkhawatirkan peternak sapi bali adalah serangan berbagai
jenis penyakit berbahaya. Ditinjau dari karakteristik karkas dan bentuk badan yang
kompak dan serasi, sapi bali digolongkan sapi pedaging ideal, bahkan nilai mutu
dagingnya lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa seperti Hereford, Shortorn
(Murtidjo, 1990). Oleh karena itu dianggap lebih baik sebagai ternak pada iklim tropik
yang lembab karena memperlihatkan kemampuan tubuh yang baik dengan pemberian
makanan yang bernilai gizi tinggi (Williamson dan Payne, 1993).
Demodekosis adalah salah satu penyakit kulit yang dapat menjangkit sapi bali,
yang disebabkan oleh tungau Demodex sp. Tungauini termasuk tipe tungau pembuat
terowongan dalam kulit induk semangnya. Tungau ini menyerang semua mamalia
termasuk manusia. Tungau D. bovis merupakan tungau yang menghabiskan seluruh
hidupnya pada folikelrambut dan kelenjar sebaseus sapi. Tungau Demodex sp
berbentuk seperti wortel, dengan panjang sekitar 0,25 mm, terdiri atas kepala,thoraks
dengan empat pasang kaki yang pendek dan terdapat garis-garis transversal
padapermukaan dorsal dan ventral tubuhnya.Tungau D. bovis dilaporkan telah diisolasi
padasapi di New Zealand (Nutting et al., 1975), sapi Bos taurus di Mongolia (Matthes et
al., 1993), sapi-sapi di daerah Brasil (Faccini et al., 2004), dan sapi-sapi Ethiopia (Chaine
et al., 2013). Penyakit demodekosis menyebab kankerugian ekonomi yang tinggi pada
usahapeternakan. Kerugian ekonomi timbul akibatdari produktivitas kerja sapi menurun
(Visseret al., 2013), penampilan sapi memburuk, danharga jual sapi rendah (Batan, 2002),
dan nilaijual kulit menurun pada usaha penyamakankulit (Tewodros et al., 2012). Faktor-
faktor yangmemengaruhi keparahan penyakit demodekosisdi antaranya sifat penyakit
demodekosis yangsubklinis, gizi buruk, cekaman lingkungan, dan manajemen peternakan
yang jelek (Jannah etal., 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Demodecosis?
1.2.2 Apa penyebab dari penyakit Demodecosis ?
1.2.3 Bagaimana cara menangani Penyakit Demodecosis ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Demodecosis
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab penyakit Demodecosis
1.3.3 Untuk mengetahui cara penanganan penyakit Demodecosis

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan paper ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa
calon dokter hewan dalam menunjang pembelajaran sehingga calon dokter hewan
mengetahui seluk beluk mengenai penyakit Demodecosis terutama pada sapi bali. Selain
itu juga untuk memenuhi tugas dari mata kuliah manajemen dan Kesehatan sapi bali
mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas udayana.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Demodecosis
Demodecosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejumlah parasit
eksternal/tungau dari genus Demodex. Penyakit ini dapat menyerang berbagai hewan salah
satunya adalah sapi. Spesies demodex yang menyerang sapi adalah D. bovis. Kasus
demodecosis juga dilaporkan menyerang pada manusia. Tungau Demodex sp hidup dalam
folikes rambut dan kelenjar sebaseus dengan memakan sebum, serta debris (runtuhan sel)
epidermis. Tungau demodex sp merupakan flora normal pada kulit, peningkatan populasi
tungau ini secara berlebihan mengakibatkan kerusakan jaringan kulit, seperti pada sapi.

Gambar 2.1 Bentuk Lesi Kulit Demodecosis yang ditemukan pada Sapi Bali
(Sumber: Jurnal Veteriner Vol. 15 No. 3 : 397)
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Tungau D. bovis yang merupakan tungau yang
menghabiskan seluruh hidupnya pada folikel rambut dan kelenjar sebaseus sapi. Tungau
Demodex sp berbentuk seperti wortel, dengan panjang sekitar 0,25 mm, terdiri atas kepala,
thoraks dengan empat pasang kaki yang pendek dan terdapat garis-garis transversal pada
permukaan dorsal dan ventral tubuhnya.

Gambar 2.2 Demodex sp

(Sumber: http://www.pietklinik.com/wmview.php?ArtID=34)

3
2.3 Patogenesis

Tungau Demodex hidup dalam folikel rambut dan kelenjar sebasea (Shingenbergh
et al., 1980). Tungau demodex sp merupakan flora normal pada kulit, peningkatan populasi
tungau ini secara berlebihan mengakibatkan kerusakan jaringan kulit, seperti pada sapi
(Tewodros et al., 2012). Tungau D. bovis merupakan tungau yang menghabiskan seluruh
hidupnya pada folikel rambut dan kelenjar sebaseus sapi. Dimulai dari telur, kemudian
menetas menjadi larva, selanjutnya menjadi protonimfa dan deutonimfa, lalu bergerak
melewati aliran sebaceus (kelenjar keringat) ke muara folikel rambut untuk menjadi
dewasa. Infeksi tungau yang tinggi menimbulkan lesi yang bervariasi, dari yang paling
sederhana berupa kerak/keropeng pada kulit, hingga papula yang kecil dan besar atau
nodul-nodul yang dapat diperparah dengan adanya infeksi sekunder oleh bakteri
Sthapyllococcus sp (Andrews et al., 2004; Radostits et al., 2007), sehingga membentuk
pustula bernanah.

Gambar 2.3 Tungau D. bovis ditemukan pada lesi keropeng


(sumber : Suartha I N., et al., 2014)

2.4 Gejala Klinis

Gejala klinis yang tampak pada kulit berupa alopecia (kebotakan), kemerahan, dan
kulit mejadi berkerak, Awalnya rambut rontok tanpa pruritus, nodul sebesar kacang tanah,
berisi eksudat seperti susu kental berlokasi di kepala, leher, dan punggung. Pada tahap
yang lebih lanjut, dapat terjadi demodecosis general disertai dengan peradangan dan
infeksi sekunder oleh bakteri. Lapisan kulit yang terinfeksi terasa lebih berminyak saat
disentuh. Tungau sangat menyukai bagian tubuh yang kurang lebat bulunya, seperti
moncong hidung dan mulut, sekitar mata, telinga, bagian bawah badan, pangkal ekor, leher
sepanjang punggung dan kaki. Rasa gatal yang ditandai dengan hewan selalu mengaruk
dan menggosokkan badannya pada benda lain atau menggigit bagian tubuh yang gatal,

4
sehingga terjadi iritasi pada bagian yang gatal berupa luka/lecet, kemudian terjadi infeksi
sekunder sehingga timbul abses, sering luka mengeluarkan cairan (eksudat) yang
kemudian mengering dan menggumpal dan membentuk kerak pada permukaan kulit.
Ada 2 (dua) bentuk infeksi pada kulit akibat iritasi yaitu bentuk squamous
(bersisik) dan bentuk pustular (benjolan). Bentuk squamous biasanya terdapat pada anjing,
sedangkan bentuk pustular sering ditemukan pada sapi. Ukuran benjolan/nodule sangat
bervariasi, mulai dari berukuran kecilsampai sekitar 2 cm, bahkan lebih besar. Lesi
berawal pada daerah kepala,menjalar ke daerah leher dan kemudian dapat menutupi
seluruh tubuh.

Gambar 2.4 Lesi nodul demodecosis yang menyebar pada bagian bawah tubuh sapi
(sumber : Abu-Samra et Shuaib, 2014)

Gambar 2.5 Lesi nodular yang berukuran kecil akibat infeksi tungau demodex
(sumber : Reddy et Sivajothi, 2016)
2.5 Diagnosa

Diagnosis demodekosis diperoleh dengan melihat tanda-tanda klinis dan


pemeriksaan laboratorium (kerokan kulit, rambut, nanah, darah lengkap, serum, dan
impression smear) untuk mengidentifikasi adanya tungau Demodex sp. Sapi didiagnosis
positif demodekosis apabila saat pemeriksaan mikroskopis, terdapat temuan parasit
Demodex sp. pada kerokan kulit sapi yang menunjukkan tanda klinis lesi pada kulit.

5
Gambar 2.6 Metode pengerokan kulit
(Sumber: Stoewen. D., Ruotsalo, K., dan Tant, M.S)

Langkah diagnosis dengan deep skin scraping atau pengerokan kulit hingga
berdarah dilakukan dengan memegang dan menggosok daerah terinfeksi untuk
mengeluarkan tungau dari folikel dengan menggunakan scalpel. Scraping dilakukan pada
beberapa tempat dan hasilnya kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran tertentu.
Spesimen berupa kerokan pada kulit yang terinfeksi tungau dimasukkan ke dalam
cawan petri tanpa ditambah larutan apapun atau ditambah larutan Glycerol 5-10% untuk
melihat tungau yang masih hidup dan melihat pergerakannya di bawah mikroskop.
Identifikasi tungau dapat dilakukan dengan menambahkan NaOH 10% atau KOH 10%.

Gambar 2.7 Tungau Demodex bovis berbentuk cerutu diisolasi dari bahan terinfeksi
yang diekstraksi dari lesi kulit kudis demodectic pada sapi (Sumber: Abu-Samra, M.T. dan
Shuaib, Y.A. 2014)

Salah satu diagnosa banding dari demodekosis adalah scabiosis. Demodekosis


menunjukkan gejala klinis yang hampir mirip dengan scabiosis, yaitu berupa gangguan
pada kulit. Pada scabiosis, kulit mengalami penebalan, rambut rontok, dan cairan yang
keluar dari luka akan membentuk keropeng. Sementara itu, pada demodekosis, kulit tidak
mengalami penebalan serta terdapat lesi yang sangat menciri berupa noduler yang berisi
nanah (dollar plaque) (Suartha, I. N., Septyawati, R., Gunata, I. K., 2014).

6
2.6 Treatment

Pengobatan dilakukan dengan dua cara, seperti :

1. Manajemen Pemberian makan: Diberikan makanan dengan kualitas yang lebih bagus,
bernutrisi dan bergizi yang terdiri dari konsentrat dan barseem (biji clover), campuran
poli mineral ditambahkan pada konsentrat.
2. Perlakuan khusus: hewan disemprot dengan Diazinon-60® (Diazinon, dapat
diemulsikan konsentrat, Adwia) 1/1000 larutan hari demi hari selama satu minggu. Satu
injeksi Dectomax® (doramectin, Pfizer), 8 ml disuntikkan secara intramuskular.
Sepuluh ml AD3 E ® (vitamin A,D dan E, Al-Arabia) disuntikkan secara intramuskular
setiap hari selama satu minggu. Perawatan dievaluasi oleh perbaikan klinis dan tidak
adanya Demodex bovis di kerokan kulit berulang.
2.7 Pencegahan dan Kontrol
Tindakan pencegahan dan pegendalian dapat dilakukan dengan menghindari
terjadinya kontak antara hewan sehat dengan hewan sakit serta menjaga kebersihan
kandang dan lingkungannya. Selain itu, penting juga untuk menjaga kondisi sapi agar
selalu sehat dengan cara memberikan asupan nutrisi yang cukup dan mengurangi tingkat
stress pada sapi. Hal ini dikarenakan pada kondisi tertentu (sistem imun yang menurun,
hewan stress atau mengalami malnutrisi) Demodex sp., dapat bereproduksi dengan cepat.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demodecosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejumlah parasit
eksternal/tungau dari genus Demodex. Penyakit ini dapat menyerang berbagai hewan
salah satunya adalah sapi. Spesies demodex yang menyerang sapi adalah D. bovis. Kasus
demodecosis juga dilaporkan menyerang pada manusia. Tungau Demodex sp hidup
dalam folikes rambut dan kelenjar sebaseus dengan memakan sebum, serta debris
(runtuhan sel) epidermis. Tungau demodex sp merupakan flora normal pada kulit,
peningkatan populasi tungau ini secara berlebihan mengakibatkan kerusakan jaringan
kulit, seperti pada sapi.
Gejala klinis yang tampak pada kulit berupa alopecia (kebotakan), kemerahan,
dan kulit mejadi berkerak, Awalnya rambut rontok tanpa pruritus, nodul sebesar kacang
tanah, berisi eksudat seperti susu kental berlokasi di kepala, leher, dan punggung.
Pengobatannya bisa dengan meningkatkan manajemen pemberian pakan dan diberikan
perlakuan khusus seperti peningkatan sistem biosekurity pada kandang, makanan dan
hewan. Perawatan dievaluasi oleh perbaikan klinis dan tidak adanya Demodex bovis di
kerokan kulit berulang.
3.2 Saran
Mahasiswa kedokteran hewan sangat perlu mengetahui dan memahami mengenai
penyakit kulit yang dapat menyerang hewan, khususnya pada sapi seperti penyakit
demodecosis yang sudah dibahas sebelumnya. Karena selain untuk menambah wawasan
dan pengetahun, mahasiswa kelak juga harus dapat melakukan penanganan kepada
hewan penderita penyakit kulit sesuai dengan langkah-langkah yang benar agar tidak
menyebabkan kesalahan. Diharapkan juga agar paper ini bermanfaat bagi para pembaca,
jika dalam paper ini masih ada materi yang belum tercantum mengenai penyakit
demodecosis pada sapi, bisa juga mencari dari sumber yang lain untuk menambah
wawasan pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu-Samra, M., T., Shuaib, Y., A. (2014). Pathology and pathogenesis of bovine skin and
meibomian gland demodicosis. Revue d’élevage et de médecine vétérinaire des pays
tropicaux, 67 (2) : 77-85.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Manual Penyakit Hewan
Mamalia Catatan Ke-2. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta:
Subdit Pengamatan Penyakit Hewan, Direktorat Kesehatan Hewan.
Fayez Awadalla Salib. First Report of Bovine Demodicosis in Native Egyptian Cow. Biomed
J Sci & Tech Res 11(2)-2018. BJSTR. MS.ID.002078. DOI: 10.26717/
BJSTR.2018.11.002078.
Reddy, B., S., Sivajothi, S. (2016). Clinical management of demodicosis in Ongole cattle. J
Parasit Dis, 40(4):1311–1312.
Reddy, B. S., & Sivajothi, S. (2015). Clinical management of demodicosis in Ongole cattle.
Journal of Parasitic Diseases, 40(4), 1311–1312. doi:10.1007/s12639-015-0677-x
Suartha, I, N., Septyawati, R., Gunarta, I, K. (2014). Bentuk dan Sebaran Lesi Demodekosis
pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner, Vol. 15 No. 3 : 395-400.
Suartha, I Nyoman. et al. 2014. Bentuk dan Sebaran Lesi Demodekosis pada Sapi Bali. Jurnal
Veteriner, Vol. 15 No.3 : 396-397.

Anda mungkin juga menyukai