Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi penulis
kesehatan dan kesempatan untuk menimba ilimu pengetahuan dan umur panjang sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini, shalawat beserta salam penulis
sampaikan ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya
yang telah membawa umat manusia dapat merasakan batapa indahnya alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Adapun laporan studi kasus ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
OSTEOMELITIS DAN OSTEOPOROSIS”. Laporan studi kasus ini penulis susun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam penyelesaian program pendidikan Diploma III
Akademi Keperawatan Ibnu Sina Kota Sabang. Selesainya laporan studi kasus ini, penulis
sangat terbantu dengan pengarahan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan program studi kasus tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing
makalah ini dan Membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Hanya kepada allah SWT penulis memohon ampunan, kepada pembaca penulis mohon maaf
atas segala kekurangan. Walaupundemikian penulis berharap semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan kalangan profesi keperawatan.

Amiin ya rabbal a’lamiin

Sabang, Desember 2020

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. OSTEOMIELITIS.................................................................................................2
1. DEFINISI.................................................................................................2
2. KLASIFIKASI.........................................................................................2
3. ETIOLOGI...............................................................................................2
4. PATOFISIOLOGI....................................................................................3
5. FAKTOR RESIKO...................................................................................3
6. MANIFESTASI KLINIS..........................................................................4
7. KOMPLIKASI.........................................................................................4
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK............................................................4
9. PENATALAKSANAAN..........................................................................6
B. OSTEOPOROSIS..................................................................................................7
1. DEFINISI.................................................................................................7
2. ETIOLOGI...............................................................................................7
3. PATOFISIOLOGI....................................................................................7
4. FAKTOR RESIKO...................................................................................8
5. MANIFESTASI KLINIS..........................................................................8
6. KOMPLIKASI.........................................................................................9
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK............................................................9
8. PENATALAKSANAAN........................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS.............................................11

A. PENGKAJIAN....................................................................................................11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................13
C. ANALISA DATA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN..................13
D. EVALUASI.........................................................................................................16

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................17

A. KESIMPULAN...................................................................................................17
B. SARAN...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

ii
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Osteoporosis dikenal juga sebagai 'silent disease' atau 'silent thief''. Kalsium
adalah zat gizi spesifik paling penting dalam mencapai massa tulang puncak yang
optimal, mencegah dan mengobati osteoporosis. Pengetahuan yang dimiliki seseorang
mempengaruhi perilakunya. Kurangnya pengetahuan masyarakat yang memadai
tentang osteoporosis dan pencegahannya sejak dini cenderung meningkatkan angka
kejadian osteoporosis. Tujuan : Mengkaji pengetahuan tentang osteoporosis dan
kepadatan tulang; dan hubungannya dengan asupan kalsium pada wanita dewasa
muda. Metode : Desain studi observasional deskriptif analitik dengan rancangan
Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan di Kota Bogor tahun 2011. Hasil : Sekitar
9 dari 10 responden mengonsumsi kalsium kurang dari kecukupan yang dianjurkan
(500 mg/orang/hari). Sebagian besar (92,5%) responden memiliki pengetahuan
tentang osteoporosis dan kepadatan tulang yang kurang baik, terutama pada
pengetahuan sumber kalsium dan akibat osteoporosis. Setelah mempertimbangkan
faktor lain, pengetahuan tentang osteoporosis dan kepadatan tulang yang kurang baik
berisiko 1,47 kali memiliki asupan kalsium rendah, namun tidak signifikan secara
statistik. Kesimpulan : Sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang
osteoporosis dan kepadatan tulang yang kurang baik dan mengonsumsi kalsium
kurang dari kecukupan yang dianjurkan.

Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang
dan struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik maupun non
piogenik. Patogen yang paling umum bertanggung jawab untuk osteomielitis pada
manusia adalah spesies Staphylococcus, diikuti oleh Enterobacteriaceae dan spesies
Pseudomonas. Staphylococcus aureus adalah patogen yang paling umum diisolasi
untuk kedua osteomielitis akut dan kronis pada semua kelompok umur.

B.Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar osteoporosis dan osteomelitis


2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien osteomyelitis dan
osteoporosis

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. OSTEOMIELITIS

1. Definisi
Osteomelitis adalah infeksi pada tulang,yang dapat terjadi dengan
beberapa cara:infeksi infeksi di satu bagian tubuh dapat menyebar melalui
aliran darah ke tulang atau fraktur terbuka/pembedahan dapat menyebabkan
tulang terkena infeksi(Istinah,2017).
Pada anak-anak,osteomelitis paling sering terjadi pada tulang panjang
lengan dan tungkai.Pada orang dewasa,biasanya muncul di pinggul,tulang
belakang,dan tulang kaki(Smeltzer dkk.,2010).Dalam kebanyakan
kasus,bakteri yang disebut Staphylococcus aureus,merupakan penyebab
terjadinya osteomelitis.kondisi kronis tertentu seperti diabetes dapat
meningkatkan risiko osteomelitis.Hanya 2 dari 10.000 orang yang mengalami
osteomelitis.Kondisi tersebut memengaruhi anank-anak dan orang
dewasa,meski dengan cara yang berbeda.

2. Klasifikasi
Klasifikasi Cierny-Marder (2003) adalah klasifikasi klinis berdasarkan fitur
anatomi,klinis,dan radiologis.Klasifikasi ini membagi osteomelitis ke dalam
empat tahap anatomi.
1) Tahap 1 atau meduler,osteomielitis terbatas pada rongga meduler
tulang.
2) Stadium 2 atau superfisial,osteomielitis hanya melibatkan tulang
kortikal dan paling sering berasal dari inokulasi langsung atau infeksi
fokus bersebelahan
3) Stadium 3 atau lokal,osteomielitis biasanya melibatkan tulang kortikal
dan meduler.pada tahap ini,tulang tetap stabil,dan proses infeksi tidak
melibatkan seluruh diameter tulang.
4) Stadium 4 atau difus,osteomielitis melibatkan seluruh ketebalan
tulang,dengan hilangnya stabilitas,seperti pada nonunion yang
terinfeksi.

2
3. Etiologi
Osteomielitis disebabkan oleh jaringan terinfeksi atau sendi prostetik
terinfeksi;organisme yang ditularkan melalui darah (osteomielitis
hematogen);serta luka terbuka (dari fraktur terbuka yang terkontaminasi atau
operasi tulang).Sementara itu,trauma,iskemia,dan benda asing menjadi
predisposisi osteomielitis.Osteomielitis dapat terbentuk di bawah ulkus
tekanan mendalam.
Penyebaran dari jaringan terinfeksi yang berdekatan atau luka terbuka
menyebarkan sekitar 80% osteomielitisdan sering kali melibatkan beberapa
agen infeksi (polimikrobial).Staphycocccus aureus (termasuk strain yang
resisten methicillin) ada pada lebih dari 50% pasien;bakteri umum lainnya
termasuk Sterpcocci,organisme entrik gram negatif,dan bakteri
anaerob.Osteomielitis yang dihasilkan dari penyebaran ini umumnya terjadi di
kaki (pada pasien dengan diabetes atau penyakit vaskular perifer),di tempat
dimana tulang tembus selama trauma atau pembedahan,di tempat yang rusak
oleh terapi radiasi,dan pada tulang yang berdekatan dengan tekanan
ulkus,seperti pinggul dan sarkum.Infeksi sinus,gusi,atau gigi dapat menyebar
ke tengkorak.(Schimit,2017)
Penyebaran hematogen osteomielitis biasanya berasal dari satu
organisme.pada anak-anak,bakteri gram positif adalah yang paling
umum,biasanya mempengaruhi metfisis tibia,tulang paha,atau humerus.pada
orang dewasa,osteomielitis yang menyebar secara hematogen biasaya
,rmenyerang vetebrata.faktor resiko pada orang deawsa adalah
usia,kelemahan,hemodialisis,penyakit sel sabit,dan penggunan narkoba
suntikan.organisme yang menginfeksi umum termask yang berikut.
1) Pada lansia,kelemahan,atau orang yangmenjalani
hemodialisis:S.aureus(S.aureus resisten methichilin(MRSA))
2) Pada pengguna narkoba suntikan:S.aureus,pseudomonas
aeruginosa,dan seratia sp.
3) Pada pasien dengan penyakit sel sabit,penyakit hati,atau
immunocompromised:Salmonella sp.

Jamur dan mycrobakteria dapat menyebabkan osteomielitis


hematogen,biasanya pada pasien immunocompromissed atau di area infeksi
endemik dengan histoplasmosis,blastomycosis,atau
coccidioidomycosis.vertebrata sering terlibat.

4. Patofisiologi
Osteomielitis cenderung menyumbat pembuluh arah lokal,yang menyebabkan
nekrosis tulang dan penyebaran infeksi lokal.infeksi dapat berkembang

3
melalui korteks tulang dan menyebar di bawah periosteum,dengan
pembentukan abses subkutan yang mungkin mengalir secara spontan melalui
kulit.pada osteomielitis vertebral,abses para vertebral atau epidural dapat
berkembang.jika pengobatan osteomiielitis akut hanya berhasil
sebagian,osteomielitis kronis tingkat rendah bisa berkembang.

5. Fakto resiko
Kondis ini bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa,meskipun dengan
cara yang berbeda.kondisi dan perilaku tertentu yang melemahkan sistem
kekebalan meningkatkan resiko seseorang untuk osteomielitis,termasuk:
1) Diabetes (kebnayakan kasus osteomielitis berasal dari diabetes)
2) Penyakit sel sabit
3) HIV atau AIDS
4) Radang sendi
5) Penggunaan obat intra vena
6) Alkoholisme
7) Penggunaan steroid jangka panjang
8) Hemodialis
9) Pasokan darah yang buruk
10) Cedera
11) Bedah tulang,termasuk penggantian pinggul dan lutut,juga
meningkatkan kemungkina infeksi tulang.
6. Manifestasi Klinis
Infeksi yang terjadi pada tulang dapat menimbulkan tanda dan gejala. Lebih
jelas, gejala osteomyelitis (osteomielitis) yang biasanya muncul adalah:
1) Demam selama beberapa hari diikuti dengan tubuh menggigil dan
berkeringat.
2) Tulang yang meradang menimbulkan rasa nyeri, membengkak, dan
membuat gerakan tubuh jadi terbatas.
3) Kulit yang menutupi tulang yang terinfeksi akan memerah dan lebih
sensitif.
4) Tulang yang terinfeksi dapat menghasilkan nanah dan ada kerusakan
jaringan di sekitarnya, bahkan kerusakan saraf bagi orang yang
memiliki diabetes.
7. Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit osteomielitis berisiko
menimbulkan komplikasi. Di antaranya:

4
1) Septic arthritis, atau menyebarnya infeksi dari dalam tulang ke sendi
terdekat.
2) Osteonekrosis atau kematian tulang akibat terhalangnya sirkulasi darah
di dalam tulang.
3) Pertumbuhan tulang secara abnormal pada anak-anak.
4) Kanker kulit. Kondisi ini terjadi saat luka terbuka mengeluarkan
nanah, sehingga kulit di sekitarnya berisiko tinggi mengalami kanker
jenis sel skuamosa.
8. Pemeriksaan Diagnostik
menegakkan diagnosis osteomyelitis, termasuk rontgen polos, CT scan, MRI,
USG, serta pencitraan nuklir.
1) Rontgen Polos Tulang:
Foto polos merupakan pemeriksaan konvensional yang biasa
dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri tulang. Pada
osteomyelitis akut akan terlihat gambaran periosteal meningkat dan
menebal, serta kortikal tulang menebal, ireguler, dan sklerosis. Selain
itu, juga terlihat hilangnya arsitektur trabekular, osteolisis, dan
pembentukan tulang baru. Gambaran osteolisis akan terlihat bila
matriks tulang telah rusak hingga 50-70%, pada pasien anak akan
terlihat setelah 5-7 hari infeksi dan pada dewasa setelah 10-14 hari.
Karena itu, diperlukan pengulangan foto polos pada 10-14 hari setelah
pemeriksaan awal. Gambaran osteomyelitis pada foto polos kadang
sulit dibedakan dengan gambaran fase penyembuhan fraktur, kanker
dan tumor jinak pada tulang.
2) CT Scan Tulang:
Computed tomography scan tulang dapat lebih sensitif dibandingkan
dengan rontgen polos, serta dapat melihat area edema. Namun,
gambaran CT dapat tersamarkan ketika alat/logam ortopedis berada di
dekat area peradangan. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk
memandu biopsi jarum pada infeksi tertutup, dan untuk perencanaan
sebelum operasi untuk mendeteksi kelainan integritas tulang, benda
asing, osteonekrosis, serta keterlibatan jaringan lunak.
3) MRI Tulang:
Magnetic resonance imaging tulang adalah pemeriksaan dengan
sensitivitas tinggi dan resolusi spasial yang sangat baik sehingga dapat
menilai luas dan lokasi osteomyelitis lengkap dengan perubahan
patologis pada sumsum tulang dan jaringan lunak. Biasa digunakan
sebagai modalitas yang sangat berguna dalam mendeteksi
osteomyelitis serta mengukur keberhasilan terapi.

5
4) USG Tulang:
Ultrasonography tulang untuk melihat kumpulan cairan sekitar tulang
tanpa intervensi jaringan lunak. Temuan lain termasuk peningkatan
dan penebalan periosteal. Pemeriksaan USG tulang berguna pada
kasus pasien dengan alat logam ortopedi, atau pada pasien lainnya
yang tidak dapat menjalani MRI.
5) Pencitraan Nuklir:
Pencitraan nuklir merupakan pemeriksaan yang sensitif, tetapi tidak
spesifik karena sulit dibedakan dari cedera pasca trauma atau kanker.
Prosedur ini juga terkadang menghambat manajemen pembedahan
langsung. Pencitraan tulang tiga fase sangat membantu dalam
mengevaluasi vertebra dengan osteomyelitis akut dan infeksi diskusi
yang meragukan. Namun, kekhasan prosedur ini menurun pada
osteomyelitis sekunder.
6) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah pada kebanyakan kasus osteomyelitis akan
ditemukan laju endap darah dan C-Reactive protein (CRP) yang
meningkat. Penanda inflamasi ini bila ditemukan normal terus
menerus, maka dapat menyingkirkan diagnosis osteomyelitis.
Pemeriksaan CRP juga berkorelasi dengan respon klinis terhadap
pengobatan, karena itu pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
memonitor terapi. Selain itu pada infeksi kronis, pemeriksaan darah
dapat ditemukan leukositosis dan anemia normokromik normositer.
7) Biopsi Tulang
Diagnosis definitif osteomyelitis adalah dengan isolasi patogen
langsung dari lesi tulang. Biopsi tulang harus dilakukan sebelum
pemberian antibiotik atau lebih dari 48 jam setelah penghentian
antibiotik. Biopsi tulang bisa melalui insisi terbuka atau injeksi
perkutan. Prosedur ini dilakukan untuk pemeriksaan histopatologis dan
kultur, dan mungkin tidak perlu dilakukan jika telah ada temuan
radiologis yang konsisten yang dilengkapi hasil kultur darah positif.
Untuk mendapatkan hasil kultur yang akurat, biopsi tulang harus
dilakukan melalui jaringan yang tidak terinfeksi. Kultur saluran sinus
tulang mungkin berguna jika infeksi disebabkan oleh spesies S. aureus
dan Salmonella diisolasi.
8) Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis berupa kultur darah dapat digunakan untuk
membantu diagnosis osteomyelitis. Apabila hasil kultur darah tidak
memberikan hasil yang positif tetapi pemeriksaan lain tetap

6
mencurigai adanya osteomyelitis, maka dapat dilakukan kultur dari
biopsi tulang.
9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan osteomyelitis memerlukan kombinasi medis


(farmakologi dan pembedahan) dan non-medis. Penggunaan terapi medis
seperti antibiotik saja tidak terlalu efektif dalam penanganan osteomyelitis,
karena antibiotik tidak dapat menembus tulang mati atau terluka.Tata laksana
medis osteomyelitis yang dapat diberikan antara lain debridement jaringan
tulang mati, pemberian terapi antimikroba, dan penatalaksanaan penyakit
dasar.

7
B. OSTEOPOROSIS
1. Definisi

Ostioporosis adalah gangguan metabolisme tulang akibat penurunan


massa tulang. Penurunan massa tulang tersebut disebabkan oleh kecepatan
resorpsi tulang yang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang. Secara
berangsur-angsur, tulang menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan oleh
tekanan ringan sekalipun (Smeltzer dkk.,2010).

2. Etiologi
Didalam tulang, ada struktur pendukung dengan lempeng tulang dan
batang yang saling terhubung yang disebut trabekula. Struktur ini disebut
tulang trabekula atau spons karena terlihat sedikit sepertispons atau sarang
lebah.
Osteoporosis berkembang ketika sejumlah besar jaringan tulang spons
rusak dan membuat rongga yang lebih besar di dalam tulang. Sebagai
hasilnya, tulang menjadi lebih berpori. Hal ini memengaruhi struktur tulang
yang halus dan membuat tulang menjadi rapuh. Bahkan pada beberapa orang,
kondisi tulang yang dimilikinya menjadi sangat rapuh. Tersandung sesuatu
atau mengangkat tas belanja yang berat sudah cukup membuat tulang
belakang patah.

3. Patofisiologi

Tulang terus terbentuk dan diserap kembali. Biasanya, pembentukan


tulang dan resorpsi sangat seimbang. Osteoblast (sel yang membuat matriks
organik tulang dan kemudian termineralisasi tulang) dan osteoklas (sel-sel
yang kalsitonin,estrogen, vitamin D, berbagi sitokin,dan faktor lokal lainnya
seperti prostaglandin.

Puncak massa tulang pria dan wanitaterjadi sekitar usia 30 tahun.


Orang kuliat hitam mencapai massa tulang puncak yang tinggi dari pada orang
kulit putih dan orang Asia. Pria memiliki massa tulan lebih tinggi daripada
wanita. Kehilangan tulang terjadi pada tingkat sekitar 0,3 hingga 0,5% per
tahun. Dimulai dengan menopause,pengoroposan tulang terjadi cukup cepat
pada wanita menjadi sekitar 3 sampai 5% per tahun selama sekitar 5 hingga 7
tahun.

8
Osteoporosis dapat mempengaruhi tulang kortikal dan terabekula
( tulang ceccellous). Ketebalan kortikal serta jumlah dan ukuran trabekula
manurun,menghasilkan peningkatan porositas. Trabeculae dapat terganggu
atau tidak ada sama sekali. Kehilangan tulang trabekula terjadi lebih cepat
dari pada kehilangan tulang kortikal karena tulang trabekula lebih berpori dan
pergantian tulang lebih tinggi. Namun, hilangnya kedua tulang tersebutdapat
berkontribusi terhadap kerapuhan skeletal (Bolster,2017).

4. Faktor Risiko
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengembangkan osteoporosis. Faktor risiko utama untuk osteoporosis
meliputi :
1) Usia, seiring bertambahnya usia kepadatan tulang menurun dan risiko
osteoporosis meningkat. Pria diatas usia 65 dan wanita
pascamenopause berada pada risiko terbesar.
2) Seks. Wanita lebih sering mengalami osteoporosis dan lebih mungkin
mengalami patah tulang daripada pria.
3) Berat badat rendah (dibandingkan ukuran tubuh).
4) Diet rendah kalsium.
5) Kekurangan vitamin D.
6) Kurang berolahraga.
7) Riwayat keluarga. Wanita yang ibu atau ayahnya patah pinggul
karena osteoporosis memiliki resiko lebih besar terkena osteoporosis.
8) Merokok.
9) Minum banyak alkohol.
10) Penggunaan steroid jangaka panjang.
11) Penggunaan obat lain, seperti beberapa antidepresan (SSRI) atau obat
diabetes (glitazones).
12) Kondisi seperti rematoid atritis atau hipertiroididme (kelenjar tiroid
yang terlalu aktif).

5. Manifestasi klinis

Pasien dengan osteoporosis tidak dapat menunjukkan gejala apapun


sebelum fraktur terjadi. Fraktur nonvertebral biasanya simtomatik, tetapi
sekitar dua pertiga fraktur kompresi vertebral tidak memiliki gejala (meskipun

9
pasien mungkin memiliki nyeri punggung kronis karena penyebab lain karena
ostoeatritis). Fraktur kompresi vertebral yang bergejala dimulai dengan onset
akut nyeri yang biasanya tidak memancar, diperparah oleh berat badan,
mungkin disertai dengan titik nyeri tulang belakang, dan biasanya mulai
berkurang dalan 1 minggu. Namun, nyeri sisa dapat berlangsung berbulan-
bulan atau kontan.
Fraktur kompresu toraks multiple akhirnya menyebabkan kifosis
dorsal, dengan lordosis servikal yang berlebihan (Dentum dowger). Stres yang
tidak normal pada otot dan ligmen tulang belakang dapat menyebabkan nyeri
yang kronis, tumpus, dan nyeri, terutama di punggung bagian bawah. Pasien
mungkin mengalami sesak napas karena volume intrathoracic yang berkurang
dan / atau ketidak nyamanan perut karena kompresi rongga perkurang dan /
atau ketidak nyamanan perut karena kompresi rongga purut saat tulang rusuk
mendekati panggul.
6. Komplikasi

Fraktur tulang, terutama ditulang belakang atau panggul, adalah


komplikasi osteoporosis yang paling serius.patah tulang panggul sering
disebabkan oleh jatuh dan dapat mnegakibatkan kecacatan dan bahkan
peningkatan risiko kematian dalam tahun pertama setelah cedera.

Dalam beberapa kasus, patah tulang belakang dapat terjadi bahkan jika
pasi tidak jatuh. Tulang-tulang yang membentuk tulang belakang dapat
melemah ke titik terendah.hal ini menimulkan nyeri punggung,kehilangan
tinggi badan, dan postur membungkuk ke depan.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Seseorang yang dicurigai menderita osteoporosis harus menjalani tes


kepadatan tulang. Tes ini akan memeriksa jumlah mineral dalam tulang dan
dapat membantu memperkirakan seberapa tinggi risiko patah tulang.tes ini
juga dilakukan untuk membantu merencanakan perawatan. Hasil tes
kepadatan mineral tulang dilaporkan sebagai T-skor seperti yang terlihat pada
tabel dibawah ini.

Skor-T diatas-1 Normal


T-skor antara -1 dan -2,5 Di bawah normal
Skor -2,5 atau kurang Menderita osteoporosis

10
Tes kepadatan mineral hanya dapat memprediksi sebagian resiko
seseorng mengalami patah tulang. Ada factor lain selain kepadatan tulang
yang mempengaruhi kesehatan tulang, termasuk kualitas jaringan tulang dan
struktur tulang. Pengukuran kepadatan mineral tulang juga tidk 100%
akurat.sangat penting bagi petugas kesehatan untuk memperhitungkan hal-hal
seperti kesehatan umum seseorang,kondisi lain, dan factor risiko apapun.
Jenis tes lain yang dapat digunakan misalnya tes darah. Tes ini dapat
digunakan untuk menyingkirkan kondisi lain yang dapat menyebabkan
hilangnya massa tulang.

Selain itu pemeriksaan X polos (plain X-ray) juga dapat digunakan


untuk melihat apakah penderita mengalami patah tulang akibat tulang
keropos. Hilangnya tinggi tubuh vertebraldan peningkatan bikonkavitas
menandai frktur kompresi vertebral. Fraktur vertebral torakalis dapat
menyebabkan peningkatan anterior tulang. Pada tulang panjang,meskipun
korteks mungkin tipis,permukaan periosteal tetep halus. Fraltur vertebral di
T4 atau diatas meningkatkan kanker daripada osteoporosis.

8. Penatalaksanaan

Obat osteoporosis yang paling banyak diresepkan adalah bifosfonat.


Contohnya termasuk Alendonate (fosamak); Resedronate (Actenol,Atelvia);
ibandronate(Bonifa); dan zoledronic acid (Reclast). Efek samping yang
mingkin dialami pasien antara lain mual, sakit perut, dan gejala seperti mulas.
Bentuk bifosfonat intravena tidak menyebabkan sakit perut tetapi dapat
menyebabkan demam, sakit kepala, dan nyeri otot hingga tiga hari.

Selain mengkonsumsi obat-obatan tertentu, penenangan oateoporosis


termasuk tetapi beberapa hormone berikut.

1) Estrogen. Sebaiknya terapi ini dimulai segera setelah menopause untuk


membantu mempertahankan kepadatan tulang. Namun, terapi estrogen
dapat meningkatkan risiko pengumpulan darah, kanker endometrium,
kanker payudara, dan mungkin penyekit jantung.
2) Testosterone. Pada pria,osteoporosis dapat dikaitkan dengan penurunan
tingkat testosteron yang berkaitan dengan usia secara bertahap. Terapi
penggantian testosterone dapat membantu memperbaiki gejala
testosterone rendah, tetapi obat-obatan osteoporosis telah diteliti lebih
baik pada pria untuk mengobati osteoporosis.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya
tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga

12
perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya
hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti
bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat
perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya,
apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami
penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik
diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau
banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap
klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses
perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses
pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah
karena nyeri yang ia rasakan.

13
B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
2. DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
3. DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
4. DX 4: Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.

C. Analisa data

No Data Masalah Etiologi


.
1. Ds :- pasien mengatakan Inflamasi dan Nyeri
merasakan nyeri dibagian pembengkakan
lututnya
-pasien mengatakn nyeri yang
ia rasakan hilang timbul,dan
seperti menusuk
Do :-lutut pasien tampak
bengkak dan kemerahan
-skala nyeri 7

14
D. Rencana asuhan keperawatan

No.Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Untuk mengetahui
keperawatan — Mengkaji karakteristik tingkat rasa nyeri
diharapkan nyeri nyeri : lokasi, durasi, sehingga dapat
dapat berkurang atau intensitas nyeri dengan menentukan jenis
terkontrol dan rasa menggunakan skala tindakannya.
nyaman meningkat. nyeri (0-10) — Mencegah pergeseran
— Mempertahankan im- tulang dan penekanan
Kriteria hasil: mobilisasi (back slab) pada jaringan yang luka.
 Tidak terjadi — Peningkatan vena
nyeri — Berikan sokongan return, menurunkan
 Napsu makan (support) pada edem, dan mengurangi
menjadi normal, ektremitas yang luka nyeri
 ekspresi wajah — Untuk mengetahui
rileks dan — Amati perubahan suhu penyimpangan –
 suhu tubuh setiap 4 jam penyimpangan yang
normal terjadi
— Mengurangi rasa nyeri
— Kompres air hangat dan memberikan rasa
Kolaborasi nyaman
— Mengurangi rasa nyeri
— Pemberian obat-
obatan analgesik

E. Evaluasi

No Dx. Implementasi Evaluasi


1. Nyeri b.d inflamasi - Menanyakan S :Pasien mengatakan tidak
dan pembengkakan lokasi,durasi,inten terjadi lagi nyeri,dan nafsu
sitas nyeri dengan makannya sudah kembali
menggunakan normal
skala nyeri (1-10) O :Ekspresi wajah pasien
- Membantu pasien tampak rileks dan suhu
mempertahankan tubuh normal,skala nyeri: 0
imobilisasi A : intervensi dihentikan

15
- Mencatat P : pasien pulang
perubahan suhu
setiap 4 jam
- Kompres
pembengkakan
dengan air hangat
- Memberikan obat
Pereda
nyeri/analgesik

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Osteomelitis adalah infeksi pada tulang,yang dapat terjadi dengan
beberapa cara:infeksi infeksi di satu bagian tubuh dapat menyebar melalui
aliran darah ke tulang atau fraktur terbuka/pembedahan dapat menyebabkan
tulang terkena infeksi(Istinah,2017).
Ostioporosis adalah gangguan metabolisme tulang akibat penurunan
massa tulang. Penurunan massa tulang tersebut disebabkan oleh kecepatan
resorpsi tulang yang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang. Secara
berangsur-angsur, tulang menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan oleh
tekanan ringan sekalipun (Smeltzer dkk.,2010).

B. SARAN
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh

16
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Haryono Rudi,Utami MPS.2018.Keperawatan Medikal Bedah 2.

www.academia.edu

17

Anda mungkin juga menyukai