PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah Seminar kelompok kami dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Di
Ruang Bougenville RS Ortopedi Surakarta“ dapat terselesaikan.
Makalah ini kami disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada Stase
Keterampilan Dasar Profesi (KDP) yang kemudian akan dipresentasikan. Kami menggunakan
bahasa yang sederhana yang memudahkan kita untuk memahaminya serta menggunakan sumber-
sumber dari jurnal penelitian dan karya-karya ilmiah lainnya serta rekomendasi dalam pembuatan
asuhan keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Makalah ini juga berguna
untuk menambah dan memperluas wawasan, serta menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa khususnya tentang mengelola asuhan keperawatan.
Penyusun menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena
itu segala saran dan kritik membangun dari para pembaca sangat di harapkan oleh penyusun untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan Umum dan Khusus .............................................................................. 1
BAB II : TINJAUAN TEORI ...................................................................................... 2
A. Definisi .............................................................................................................. 2
B. Etiologi .............................................................................................................. 2
C. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 3
D. Patofisiologi ....................................................................................................... 3
E. Pathway ............................................................................................................. 5
F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 5
G. Komplikasi ........................................................................................................ 6
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ...................................................... 6
I. Basic Promoting Physiology Of Health ............................................................. 9
1. Pengertian ..................................................................................................... 9
2. Fisiologi/Pengaturan ..................................................................................... 9
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ................................................................ 10
4. Cara Perhitungan .......................................................................................... 10
5. Jenis Gangguan ............................................................................................. 15
J. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 16
K. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 17
L. Rencana Keperawatan ...................................................................................... 18
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................... 22
A. Pengkajian ................................................................................................... 22
B. Analisa Data ................................................................................................ 34
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan ............................................................... 35
D. Rencana Keperawatan ................................................................................ 36
E. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 39
F. Evaluasi ........................................................................................................ 39
BAB IV : PEMBAHASAN ........................................................................................... 50
BAB V : PENUTUP ...................................................................................................... 52
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 52
B. Saran ................................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang paling sering dijumpai dan biasa
menyerang sendi pinggul, lutut, tangan, dan kaki. Sebanyak 4% populasi dunia menderita
osteoartritis, dengan 83% kasus osteoartritis merupakan osteoartritis lutut, sehingga OA
lutut merupakan jenis OA terbanyak. Penyakit ini menyebabkan gangguan yang bersifat
progresif pada jaringan sendi seperti kartilago, sinovium, dan tulang subkondral. Pada
akhirnya, kartilago sendi mengalami degenerasi sehingga permukaan sendi mengalami
fisura, ulserasi, dan menjadi tipis. Prevalensi OA meningkat pada usia 40 – 60 tahun,
bertambah secara linear dengan bertambahnya usia. Di negara maju, OA menyebabkan
beban pembiayaan kesehatan yang besar dibandingkan penyakit muskuloskeletal lainnya;
namun kerugian terbesar adalah kualitas hidup, kesehatan mental, dan psikologis pasien.
Osteoartritis merupakan kelainan sendi yang sering dijumpai, dan paling banyak
menyerang sendi lutut. Berbagai faktor risiko OA lutut di antaranya faktor usia, jenis
kelamin, obesitas, genetik, aktivitas yang mempengaruhi sendi lutut, kelemahan otot-otot
sekitar sendi lutut, dan keselarasan lutut. Penegakan diagnosis dilakukan secara klinis,
radiologi, serta bantuan laboratorium.
Menurut AAOS (American Academy of Orthopaedic Surgeons), insidens
osteoartritis lutut di Amerika Serikat diperkirakan mencapai240 orang per 100.000 tiap
tahunnya. Sepanjang tahun 2009, lebih dari sebelas juta kunjungan rawat jalan merupakan
kasus osteoartritis. Diperkirakan pada tahun 2010, hampir sepuluh juta orang dewasa
mengalami gejala osteoartritis lutut (2018).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengajian KDP pada pasien dengan
gangguan osteoarthritis
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan KDP pada pasien
dengan gangguan osteoarthritis
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dan mampu
melaksanakan implementasi keperawatan dengan pasien pada gangguan
Osteoarthritis
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Osteoarthritis adalah bentuk arthtritis yang paling dan penyebab kecacatan dengan
sendi yang terpengaruh (A.Dell’ Isola,dkk 2016). Osteoarthritis adalah penyakit penyakit
yang bersifat kronik, progresif lambat dan ditandai dengan adanya deterioasi dan abrasi
lawan (Stacy,2016).
Osteoarthritis adalah peradangan kronis di sendi akibat kerusakan pada tulang rawan.
Osteoarthritis adalah jenis arthritis atau radang sendi yang paling sering terjadi. Kondisi ini
menyebabkan keluhan, seperti sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak.
Osteoarthritis bisa menyerang semua sendi, tetapi kondisi ini paling sering terjadi di
sendi-sendi jari tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Gejala osteoarthritis umumnya
berkembang secara bertahap seiring waktu (O’Neill, T. & Felson, D, 2018).
B. Etiologi
Lutut adalah sendi sinovial terbesar pada manusia, yang terdiri dari struktur tulang
rawan, ligament dan membrane sonovial. Membrane sonovial adalah membrane yang
bertanggung jawab atas produksi cairan sonovial yang memberikan nutrisi ke tulang rawan
(Sharma, dkk. 2017). Tingginya tekanan dan penggunaan, sendi lutut ini sering menjadi
tempat terjadinya osteoarthritis (Richebe, Capdevila X,Rivat C, 2018)
Beberapa penyebab terjadinya osteoarthritis antara lain trauma, kekuatan mekanik,
reaksi biokimia dan metabolism. Beberapa resiko terjadinya OA juga yaitu
1. Bentuk tulang atau sendi.
Bentuk tulang dapat berkomtribusi pada resiko OA terutama pada sendi panggul .
selain itu, Rotterdam menemukan bahwa, orang dengan deformitas atau dysplasia
memiliki resiko lebih besar beresiko mengembangkan OA pinggul dibandingkan
dengan mereka yang tidak deformitas (Saberi Hosnijeh, dkk 2017).
2. Kekuatan otot
Hubungan antara kekuatan otot dan OA dapat bervariasi tergantung otot dan sendi.
Pada pemeriksaan cedera lutut, anterior cruciate ligament (ACL) tinggi terpampang
otot paha dan oto lemak yang tinggi memiliki protektif terhadap prevalensi kekuatan
otot osteoarthtritis (Jungman PM, dkk, 2016)
3. Pekerjaan dan olahraga
Aktivitas berulang yang melibatkan pada pekerjaan tertentu yang berat misalnya
pemadam kebakaran, pekerja konstruksi menjadi faktor terjadinya OA (Caremon
KL, dkk, 2016)
4. Cedera atau pembedahan
2
3
Penyebab adanya rasa sakit pada penderita berasal dari komponen non kartilago
sendi seperti kapsul sendi, sinovim, tulang sub kondral, ligament dan oto periartikula
(Desphande BR, dkk. 2016). Seiring perkembangan penyakit struktur ini terpengaruh dan
perubahan termasuk remodeling tulang, pembentukan osteofit, melemahnya otot
periartikular, kelemahan ligament dan efusis synovial dapat menjadi jelas. Berbeda dari
radang sendi, radang osteoarthritis adalah peradangan kronis dan tingkat rendah, yang
terutama melibatkan mekanisme kekebalan bawaan. Pada osteoarthtritis cairan sinoval
telah ditemukan mengandung beberapa mediator inflamasi termasuk protein plasma
(protein C-reaktif, diusulkan sebagai penanda untuk pengembangan dan perkembangan
osteoarthtritis (Kodama R,dkk. 2016).
C. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal, penderita osteoarthritis dapat mengalami keluhan rasa sakit atau
nyeri sendi dan sendi kaku. Gejala tersebut akan berkembang secara perlahan dan makin
parah seiring waktu. Kondisi ini menyebabkan penderita kesulitan menjalani aktivitas
sehari-hari. Selain nyeri sendi dan kaku, gejala lain dari osteoarthritis yang umum terjadi
adalah:
- Sendi bengkak
- Terdengar suara gesekan saat menggerakkan sendi
- Otot lemah dan massa otot berkurang
- Muncul taji atau tulang tambahan
- Timbul benjolan pada sendi di jari tangan
- Jari tangan bengkok
Pada penderita OA, manifestasi klinis yang dirasakan yaitu:
1) Nyeri
Pada pasien OA tanda dan gejala yang khas adalah nyeri. Terutama setelah aktivitas
berkepanjangan dan menahan beban
2) Kekakuan otot
Kekauan pada OA biasanya di alami setelah tidak aktivitas atau tidur.
D. Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk olwh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan
sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga
fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdri
4
dari air, proteglikan dan kolagen. Perkembangan perjalanan peyakit osteoarthritis dibai
menjadi fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme menjadi
terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang
kemudian hancur dalam matrik kartilago. kondrosit juga memproduksi penghambat
protease yang mempengaruhi proteolitik. kondisi ini memberikan manifestasi pada
penipisan kartilago.
b. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya
pelepasan proteglikan dan fragmen kedalam cairan sinovia.
c. Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons inflamasi pada
synovia. Produksi magrofad synovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor-
alpha (TNF-α), dan metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan
manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya
destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya seperti nitric oxide
(NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi
dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi.
Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan
articular menjadi kondisi gangguan yang progresif (Nurul A N,2017).
5
E. Pathway
Faktor usia, kegemukan, trauma, keturunan, penyakit endokrin dan penyakit radang sendi
lain.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemriksaan penunjang yang rutin dilakukan adalah foto polos. Hal yang ditemukan berupa
morfologi klasik OA, yaitu adanya focal joint space narrowing, osteofit, kista subkondral,
6
dan subchondral bone sclerosis. Dari pemeriksaan foto polos tersebut dapat ditentukan
derajat OA menurut Kellgren dan Lawrence sebagai berikut.
a. Derajat 1 (meragukan) : Tampak osteofit kecil
b. Derajat 2 (minimal) : Osteofit jelas, celah sendi normal
c. Derajat 3 (sedang) : Osteofit jelas, celah sendi sempit
d. Derajat 4 (berat) : Penyempitan celah sendi berat dan adanya sklerosis.
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan artirtis lainnya atau
menentukan penyebab sekunder adalah pemriksaan darah, berupa pemriksaan darah rutin,
laju endap darah, C-reactive-protein dan titer rheumatoid factor (Samosir R.E dkk,2020).
G. Komplikasi
Komplikasi yang timbul bergantung pada lokasi sendi yang mengalami OA dan
bagaimana proses perbaikan yang terjadi selama dilakukan terapi. Beberapa penyulit yang
diakibatkan oleh berbagai patologi adalah efusi sinovial, osteofit dan degenerasi jaringan
sekitar sendi. Kerusakan sendi pada OA dapat mengakibatkan malalignment dan
subluksasi. Penyempitan celah sendi asimetris mengakibatkan varus atau valgus.
Fragmentasi permukaan sendi yang terjadi berupa debris pada kavum sinovial atau
osteochondral bodies yang tetap melekat pada permukan sendi asalnya. Pada sendi lutut,
efusi sinovial dapat menyebabkan timbulnya kista Baker pada fosa poplitea.
Selain itu jika Osteoarthritis yang tidak tertangani dapat menimbulkan nyeri dan
rasa tidak nyaman. Kondisi ini bisa memicu keluhan atau gangguan kesehatan lain, seperti:
Gangguan tidur
Gangguan kecemasan
Depresi
Osteonecrosis atau avascular necrosis (kematian jaringan tulang)
Infeksi pada sendi
Saraf terjepit atau hernia nukleus pulposus (HNP)
a. Edukasi pasien.
b. Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs): modifikasi gaya
hidup.
8
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan, minimal
penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25
d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot-otot
(quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive devices for
ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat.
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi, menggunakan splint
dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik sehari-hari.
2. Fisiologi/Pengaturan
Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri maka perlu mempelajari tiga
komponen fisiologi berikut ini.
1. Reaksi: respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri resepsi
2. Resepsi: proses perjalanan yeri
3. Persepsi: kesadaran seseorang terhadap nyeri
Adanya stimulus mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan
pelepasan substain kimia seperti histamin, brakidin, kalium. Substansi tersebut
menyebabkan nosi receptor bereaksi. Apabila nosi reseptor mencapai ambang nyeri,
maka timbul impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut tersebut
yang akan membawa impuls saraf yaitu serabut A delta dan serabut C. impuls saraf akan
dibawa sepanjang serabut saraf ke Cornudorsalis medulla spinallis. Impuls saraf
menyebabkan Cornudorsalis melepaskan neurotransmitter (Substansi P). Substansi P
menyebabkan tranmisi sinap dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls saraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat.
10
Setelah impuls saraf sampai di otak, otak akan mengolah impuls saraf kemudian akan
timbul reflek protektif (Suwondo, 2017).
b. Lokasi nyeri
c. Kualitas nyeri, penyebaran dan karakter nyeri
d. Faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri
e. Efek nyeri pada kehidupan sehari-hari
f. Regimen pengobatan yang sedang dan sudah diterima
g. Riwayat manajemen nyeri termasuk farmakoterapi, intervensi dan respon
h. terapi
i. Adanya hambatan umum dalam pelaporan nyeri dan penggunaan analgesik
Intensitas dan penentuan tipe nyeri sangat penting karena menyangkut jenis
pengobatan yang sesuai yang sebaiknya diberikan terutama terapi farmakologis.
Beberapa alat ukur yang sudah umum dipakai untuk mengukur intensitas nyeri adalah
Visual analogue scale (VAS) atau Numeric Pain Scale (NPS) dan membedakan tipe
nyeri antara lain adalah ID Pain Score dan Leeds Assessment of Neuropathic Symptoms
Score (LANSS).
1) Visual Analog Scale
Skala analog visual (VAS) adalah cara yang banyak digunakan untuk
menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat
nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai
garis sepanjang 100 mm. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka
atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri (nol/0),
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi
(100mm). Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama VAS
adalah penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana, namun pada kondisi
pasien kurang kooperatif misalnya nyeri yang sangat berat atau periode pasca
bedah, VAS seringkali sulit dinilai karena koordinasi visual dan motorik dan
kemampuan konsentrasi pasien terganggu. VAS pada umumnya mudak
dipergunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa.
• Jika skor <12, mekanisme neuropatik tampaknya tidak berperan pada nyeri
yang dirasakan pasien
• Jika skor ≥12, mekanisme neuropatik tampaknya berperan pada nyeri yang
dirasakan pasien.
6. Mnemonik PQRST
Penggunaan mnemonik OPQRSTUV juga dapat membantu
mengumpulkan informasi penting yang berkaitan dengan proses nyeri
pasien. Mnemonik PQRST untuk evaluasi nyeri adalah sebagai berikut.
O : Onset nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan
P : Provocating and Palliating.
Kondisi apa yang memicu dan kondisi apa yang mampu
mengurangi nyeri.
Q : Quality/kualitas nyeri.
Nyeri berdenyut, pegal, panas, tertusuk, tersetrum, kebas,
baal dan lain-lain
R : Regio. Dimanakah pasien mengeluhkan nyeri, lokasi atau
penyebaran nyeri
S : Severity. Deskripsi subjektif oleh pasien mengenai tingkat
nyerinya
T : Temporal and Treatment. Periode/waktu yang berkaitan
dengan nyeri lama nyeri dan upaya terapi yang sudah
dijalani serta hasil terapi.
U : Understanding. Bagaimana pemahaman pasien mengenai
pengaruh nyeri dan pemahaman pasien tentang penyakit
yang dialami. Hal ini penting untuk menjadi modal agi
dokter dalam pencapaian tujuan terapi yang disepakati
bersama dengan pasien.
V : Value. Bagaimana pasien menilai nyeri yang dialami,
dikaitkan dengan konteks tradisi, agama dan kondisi
lingkungan sosial budaya yang menjadi keyakinannya.
5. Jenis Gangguan
1) Nyeri Akut
Nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Contoh nyeri akut adalah nyeri pasca
operasi, persalinan, akibat trauma (laserasi, patah tulang, kseleo), akibat infeksi
(disuria akibat sistitis). Nyeri akut berfungsi sebagai sinyal yang memperingatkan
tubuh tentang kerusakan jaringan.
2) Nyeri Kronis
16
Nyeri yang berlangsung selama leih dari 3 bulan. Nyeri kronis membuat sinyal rasa
sakit akan tetap tinggal pada sistem saraf dalam waktu lama. Penyebab nyeri kronis
yaitu sakit kepala, kanker, nyeri punggung, sistem saraf dan persendian.
Menurut Suwondo dkk, (2017) pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal 4 jenis
nyeri:
1) Nyeri Nosiseptif Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan kerusakan
jaringan. Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi khusus karena
berlangsung singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus yang cukup kuat
sehingga akan menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus berbahaya, dan
merupakan sensasi fisiologis vital. Contoh: nyeri pada operasi, dan nyeri akibat
tusukan jarum.
2) Nyeri inflamatorik
Nyeri inflamatorik adalah nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri tipe II ini dapat terjadi akut dan
kronik dan pasien dengan tipe nyeri ini, paling banyak datang ke fasilitas kesehatan.
Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
3) Nyeri Neuropatik
Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem saraf perifer (seperti pada
neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati lumbal, dll) atau sentral
(seperti pada nyeri pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri pada
sklerosis multipel). Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak ditemukannya
abnormalitas perifer dan defisit neurologis.
4) Nyeri fungsional
Nyeri fungsional disebabkan oleh respon abnormal sistem saraf terutama
hipersensitifitas aparatus sensorik. Beberapa kondisi umum yang memiliki gambaran
nyeri tipe ini antara lain fibromialgia, irritable bowel syndrome, beberapa bentuk
nyeri dada non-kardiak, dan nyeri kepala tipe tegang. Tidak diketahui mengapa pada
nyeri fungsional susunan saraf menunjukkan sensitivitas abnormal atau
hiperresponsif.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata Pasien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
6. Pengkajian Nyeri
7. Pemeriksaan Fisik
17
- Kesadaran umum
- Tanda-tanda vital: suhu, tekanan darah, nadi, respirasi dan saturasi oksigen
- Head to toe: Kepala, rambut, hidung, mata, telinga, leher, mulut, bibir, abdomen,
dada (thorax), dan ekstremitas
- Genetalia
8. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
- CT Scan
- Rontgen
- Radiologi
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas tulang
3. Risiko jatuh ditandai dengan usia >65 tahun, kekuatan otot menurun, kondisi pasca
operasi
18
L. Rencana Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. Biodata :
a. Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 74 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Taman Pahlawan. Salatiga
Tanggal Masuk RS : 28 september 2022
Jam MRS : 10.00 WIB
DiagnosaMedis : Osteoartritis Knee Dextra
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny C
Umur : 54 Tahun
Agama : Kristen Protentan
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
22
23
4. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan sering merasakan nyeri pada bagian lutut kanannya namun dibiarlan saja,
nyeri dirasakan sejak 1 tahun terakhir, seiring waktu rasa nyeri bertambah yang menjalar sampai
ke pinggang, nyeri sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan selama sakit menggunakan
kursi roda. Pasien juga mengalami kesulitan tidur sejak usia 28 tahun, pasien mengatakan sulit
untuk memulai tidur dan dapat istirahat malam 3 jam serta beirstirahat jarang. Kemudian pasien
memeriksakan diri ke Rs Salatiga dan pengobatan yang dilakukan sebanyak 3X kontrol nyeri
yang dirasakan semakin bertambah berat, Sehingga pihak Rs Salatiga merujuk pasien ke Rs
Ortopedi untuk tindakan lanjut
b. Riwayat Penyakit/kesehatan Dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : Tidak ada
b. Kecelaakan : Tidak ada
c. Pernah dirawat : Pernah
d. Operasi : Pernah
2) Alergi
(obat, makanan, plester) : Tidak ada
3) Imunisasi : Imunisasi Lengkap
4) Kebiasaan : Ny. I mengatakan tidak minum alkohol, merokok,
minum kopi dan teh juga jarang diminum.
5) Obat-obatan : Ny. I mengatakan biasa mengkonsumsi obat oral
untuk
Mengatasi susah tidur yang dialami sejak usia 28
tahun. Penggunaan obat tidur berdasarkan resep
dokter dan Jenis obat Triazolam (selama 12 tahun)
serta dimimum sesuai kondisi dan atas perintah
dokter.
c. Riwayat Penyakit keluarga: Ny. I mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dari
keluarga.
24
Genogram :
Keterangan: Ny I menikah, suami meninggal sejak tahun 2001 dari pernikahan memiliki anak 4
orang, anak pertama dan kedua perempuan dan anak ketiga dan anak ke empat laki-laki, anak kedua
perempuan menikah dan memiliki anak perempuan 2 orang ( Ny I memiliki 2 orang cucu perempuan
usia 22 tahun dan 17 tahun.
25
b. Selama Sakit
DS : Ny I mengatakan selama sakit tidak dapat beristirahat dan selalu terjaga
akibat nyeri yang dirasakan sering ilang tinbul, merasa badan tidak segar dan
27
selalu merasa kantuk di pagi hari dan sulit untuk memulai tidur, pasien
mengatakan sering pusing dipagi hari.
DO:
DO :
- Ny I tampak meringis ketika diminta menggerakan kakinya.
- Ny I kaki kanan klien bengkak tetapi tidak terjadi hiperpigmentasi
- Ny I bekas luka operasi pada kaki kanan klien.
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi.
28
DS : Ny I mengatakan buang air besarnya selama sakit, pasien buang air besar hanya
1 kali dalam tiga hari.
DO :
1. Pepert tidak tampak buncit.
2. Bising usus 10 x/menit
3. Saat di perkusi suara abdomen pekak.
4. Terjadi penumpukan cairan pada abdomen.
5. Ny I tidak kembung saat diperkusi
8. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS :
Ny I mengatakan tidak mengalami gangguan pada saat buang air kecil
b. Selama Sakit
DS :
Ny I mengatakan buang air kecilnya tidak mengalami gangguan selama sakit dapat
berkemih 5-6 kali/hari
DO :
1. Perut tidak tampak buncit
2. Ny I tampak terbaring lemas.
3. Ny I BAK sedikit sekitar 1500 cc/24 jam ( Kantong Kateter)
4. Ekspresi klien menunjukkan ada rasa puas saat berkemih
5. Ny I tampak merasakan kesakitan
9. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Sebelum Sakit
DS:
Ny I tidak mengalami gangguan pada panca indera nya, Ny I dapat mendengar,
melihat dan mencium dengan baik, indera pengecap dan sensasi perasa klien juga
baik.
b. SelamaSakit
DS :
Ny I mengatakan selama sakit tidak mengalami masalah pada indera penciuman,
pendengaran, dan pengelihatan, namun Ny I mengalami gangguan sensasi nyeri tak
tertahankan pada ekstremitas kanan setelah dilakukan pembedahan (operasi) dan
merasakan kram pada area sekitar luka operasi.
DO :
1. Ny I dapat membaca tanpa bantuan kacamata
2. Ny I dapat mencium aroma kopi dan minyak telon dan minyak kayu putih
yang sedang dipakainya.
30
Palpasi : gerakan dada terasa simetris kanan dan kiri, getaran/fremitus dada
normal kanan dan kiri
Perkusi : tidak ada pembesaran paru
Auskultasi : napas normal, tidak ada suara napas tambahan
2) Cordis
Inspeksi : tidak tampak ada pembesaran
Palpasi : gerakan jantung normal, dipalpasi pada ics 4 dan 5
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : tidak ada suara tambahan (mur-mur)
3) Abdomen
Inspeksi : terdapat lesi akibat penyuntikan insulin, tidak ada pembengkakan,
bentuk simetris
Auskultasi : bising usus 20x permenit
Palpasi : tidak terdapat pembesaran organ hepar, gaster, lien, ginjal
Perkusi : tidak terdapat pembesaran organ, ginjal tidak terasa nyeri saat
diperkusi
e. Genetalia
DS : Ny I mengatakan tidak terdapat gangguan pada genitalianya, tidak
mengalami keputihan, gatal, bengkat dan sudah mengalami
menopause sejak usia 55 tahun,
DO : Ny I tidak mengizinkan (Tidak terkaji)
f. Rectum :
DS : Ny I mengatakan tidak mengalami gangguan pada bagian rectum,
Hemaroid, tidak pernah mengalami kelainan pada rectum atau
berdarah saat BAB
DO : Ny I tidak mengizinkan (Tidak terkaji)
g. Ektremitas :
DS : Ny I mengatakan kaki nya sering terasa dan merasa tidak nyaman
P : Ny I mengatakan nyeri pada kaki kanan, dan nyeri bertambah ketika ia
berjalan tanpa menggunakan alat bantu.
Q : Ny I mengatakan kualitas nyeri yang di rasakan seperti ditusuk benda tajam.
R : Ny I mengatakan nyeri dirasakan di kaki kanan menjalar sampai ke
pinggang.
32-36,0
Golongan Darah O
Imunoserologi
HBsAg Negatif
Hasil Pemeriksaan : Dalam Batas Normal
1. Terapi Medis :
JenisTerapi Nama Obat Dosis Rute
Cairan IV Infus RL 20 tpm Intravena
Cefazolin 3 x 1000 mg Intravena
Ondansetron 3 x 2 mg (2cc)
Paracetamol 3 x 1000mg
B. ANALISA DATA
DO :
1. Pasien tanpak lemah, terbaring
ditempat tidur dan semua aktivitas
dibantu keluarga
2.Pasien tampak melakukan gerakan
terbatas
3.Ny I tidak dapat menggerakkan kaki
secara mandiri (aktif)
D. RENCANA TINDAKAN
2. Mengidentifikasi skala O:
nyeri Lutut kanan
DS: dibalut dan
pasien mengatakan tampak bengkak
nyeri seperti disutuk Pasien
tusuk dan terasa menyebutkan
terbakar kembali teknik
DO: non farmakologi
Skala nyeri pasien 6 yang diajarkan
(sedang) dan mengulang
3. Memberikan teknik non kembali teknik
farmakologi untuk yang telah
mengurangi rasa nyeri diajarkan
DO: Memberikan
Mengajarkan pasien teknik injeksi ketorolac
nafas dalam 2 mg melalui
Mengajarkan pasien infus
mengalihkan rasa nyeri Memberikan
dengan mendengarkan infus pct 1000
musik yang disukai mg
4. Mengajarkan teknik non A: Tujuan belum
farmakologi untuk tercapai
mengurangi rasa nyeri P: Lanjutkan
DO: intervensi
- tarik nafas
dalam 1. Identifikasi
sebanyak 3 kali, tahan 3 lokasi,
detik kemudian hembuskan karakteristik,
melalui mulut durasi, dan
- relaksasi mendengarkan frekuensi nyeri
musik yang disukai saat 2. Identifikasi skala
nyeri mulai terasa dan nyeri
dilakukan sampai nyeri 3. Berikan teknik
terasa sedikit berkurang non farmakologi
5. Mengkolaborasikan untuk mengurangi
pemberian analgesik rasa nyeri
DO : pemberian obat 4. Kolaborasi
analgesik, dengan pemberian
analgesik
42
DO: P: Lanjutkan
- tarik nafas dalam intervensi
sebanyak 3 kali, tahan 3
detik kemudian hembuskan 1. Identifikasi
melalui mulut lokasi,
- relaksasi mendengarkan karakteristik,
musik yang disukai saat durasi, dan
nyeri mulai terasa dan frekuensi nyeri
dilakukan sampai nyeri 2. Identifikasi skala
terasa sedikit berkurang nyeri
5. Mengkolaborasikan 3. Berikan teknik
pemberian analgesik non farmakologi
DO : pemberian obat untuk mengurangi
analgesik, dengan rasa nyeri
jenis obat ketorolac 4. Kolaborasi
dan pct pemberian
analgesik
2. 29/09/2022 13.30 1. Mengidentifikasi toleransi S:
fisik melakukan pergerakan Pasien
DS: Pasien mengatakan sulit mengatakan sulit
bergerak, lutut kanan sulit bergerak, lutut
digerakkan dan terasa nyeri kanan sulit
DO: Pasien tampak meringis digerakkan dan
jika kaki kanannya terasa nyeri
digerakan, pasien masih Anak pasien
berbaring di tempat tidur mengatakan akan
2. Memonitor kondisi umum mencoba untuk
selama melakukan membantu
mobilisasi pergerakan
DS: Pasien mengatakan sulit pasien
bergerak, lutut kanan sulit Pasien
digerakkan dan terasa nyeri mengatakan
DO: Pasien tampak meringis sudah
jika kaki kanannya mengetahui
digerakan, pasien masih manfaat
berbaring di tempat tidur mobilisasi untuk
perkembangan
kondisinya
44
3. Memfasilitasi aktivitas O:
mobilisasi dengan alat bantu Pasien tampak
(mis pagar tempat tidur) meringis jika
DS: Pasien mengatakan sulit kaki kanannya
bergerak, lutut kanan sulit digerakan, pasien
digerakkan dan terasa nyeri masih berbaring
DO: terpasang safety rail, di tempat tidur
pasien menggengggam side terpasang safety
rail untuk mencoba bergerak rail, pasien
4. Melibatkan keluarga untuk menggenggam
membantu pasien dalam side rail untuk
meningkatkan pergerakan mencoba
DS: Anak pasien bergerak
mengatakan akan mencoba Pasien tampak
untuk membantu pergerakan meringis jika
pasien kaki kanannya
DO: Pasien tampak meringis digerakan,
jika kaki kanannya A: Tujuan belum
digerakan, pasien dibantu tercapai
anaknya untuk menggerakan P: Lanjutkan
kakinya intervensi
5. Menjelaskan tujuan dan 1. Identifikasi
prosedur mobilisasi toleransi fisik
DS: Pasien mengatakan melakukan
sudah mengetahui manfaat pergerakan
mobilisasi untuk 2. Monitor kondisi
perkembangan kondisinya umum selama
14.50 DO: Pasien tampak mencoba melakukan
menggerakan kakinya mobilisasi
6. Mengajarkan mobilisasi 3. Fasilitasi aktivitas
sederhana yang harus mobilisasi dengan
dilakukan (mis duduk duduk alat bantu (mis
di sisi tempat tidur, pindah pagar tempat tidur)
dari tempat tidur ke kursi) 4. Libatkan keluarga
DS: Pasien ingin mencoba untuk membantu
bergerak namun masih sakit pasien dalam
DO: Pasien tampak mencoba meningkatkan
menggerakan kakinya pergerakan
45
5. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis duduk duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
A. Pengkajian
Proses pengkajiannya dilakukan pada pasien Ny I dengan Osteoartrithis Knee Dexstra
dilakukan dengan wawancara, observasi, mengkaji, dan melakukan pemeriksaan fisik. Melalui
wawancara secara langsung pada Ny I didapatkan data subyektif baik dari perkataan pasien
maupun dari keluarga pasien, selain itu pengkajian juga dilakukan dengan pemeriksaan foto
rontgen sebagai pendukung untuk menegakkan diagnosa. Pada saat dilakukan tindakan
pengkajian dan observasi dengan membangun hubungan terapeutik saling percaya antara
pasien dan perawat sebagai penulis untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien. Sehingga
mempermudah dalam melaksanakan tata asuhan keperawatan. Ny I usia 74 tahun datang
dengan rujukan dari Rs Salatiga ke RS Ortopedi dengan keluhan utama merasakan nyeri pada
bagian lutut sebelah kanan menyebar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan sejak 1 tahun
terakhir, seiring waktu rasa nyeri bertambah dan nyeri sangat mengganggu aktivitas sehari-
hari. Selama sakit Ny I menggunakan kursi roda dikarena kaki kanan sakit digunakan saat
berjalan. Pasien mengalami kesulitan tidur sejak usia 28 tahun dan sulit untuk memulai tidur,
istirahat malam 3 jam serta jarang beirstirahat di siang hari.
Kemudian pasien memeriksakan diri ke Rs Salatiga dan pengobatan yang dilakukan
sebanyak 3x kontrol nyeri yang dirasakan semakin bertambah berat, Sehingga pihak RS
Salatiga merujuk pasien ke Rs Ortopedi. Ny I merasakan nyeri saat bergerak dan beristirahat
dengan skala 6 dan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul ± 10-20 detik. Saat ini Ny I
dirawat di Ruang Inap Bougenville Ruang 7b. Ny I mengalami nyeri kronis pada lutut yang
menjalan sampai pinggal lebih dari 1 tahun, Ny I hanya terbaring di tempat tidur dan tidak bisa
beraktivitas pada ekstremitas bagian bawah secara bebas setelah pembedahan terpasang
drainase dan kateter. Kemudian Ny I juga mengalami gangguan pola tidur sejak usia 28 tahun
dan Ny I ketergantungan mengkonsumsi obat tidur dengan resep dokter dan nyeri yang
dirasakan sangat mengganggu kualitas tidur Ny I. Hasil pengkajian diatas menunjukkan bahwa
tanda dan gejala Ny I sama dengan teori yang ada. Setelah dilakukan pengkajian dan
menghasilkan data focus, selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk
pemberian asuhan keperawatan.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan prioritas pertama yang muncul pada Ny. I adalah nyeri Kronis
berhubungan dengan gangguan musculoskeletal yang ditandai dengan: klien merasa nyeri di
area lutut kanan yang menyabar sampai pinggang dengan skala 6, nyeri yang dirasakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul selama ± 10-20 detik. Ny I tampak meringis dan
menahan nyeri. Hal ini didukung oleh SDKI, (2017) yang mengatakan nyeri Kronis adalah
50
51
penagalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual
atau fungsional dengan onset mendadak atau lambatdan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan, yang langsung lebih dari 3 bulan.
Diagnosa keperawatan kedua adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan integritas struktur tulang yang ditandai dengan Ny I tampak berbaring dan bedresh
di tempat tidur, keslitan untuk menggerakkan kaki, terpsang drainase pada kaki sebelah kanan
setelah dilakukan tindakan pembedahan. Hal ini didukung oleh SDKI, (2017). Gangguan
mobilitas fisik adalah keterbatan dalam gerkan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri.
Diagnosa keperawatan ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur yang ditandai dengan Ny I mengeluh kesulitan memulai tidur, ketergantungan
pengggunaan obat tidur, sering terjaga saat tidur dan dapat tidur malam ± 3 jam dan tidak dapat
beristirahat di siang hari, mata cekung, dam merasa tidak segar, terlihat kantong mata, area
mata menhitam. Hal ini didukung oleh SDKI, (2017) yang menyatakan bahawa gangguan pola
tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah tahap pengumpulan data,
pengkajian, dan menentukan diagnosa yang sesuai dengan tanda dan gejala yang muncul.
Perencanaan atau intervensi merupakan kumpulan rencana-rencana asuhan keperawatan yang
akan diberikan kepada Pasien. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang
disesuaikan dengan manifestasi klinis. Setelah masalah ditetapkan, maka ditentukan tujuan
keperawatan. Tujuan dapat ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek, harus jelas,
dapat diukur, dan realitas dan menentukan Kriteria hasil yang menjadi acuan intervensi
berhasil atau tidak. Waktu perencanaan yang dibuat harus disesuaikan dengan pencapaian
kriteria hasil misalnya 3x24 jam. Setelah rencana dibuat, selanjutnya dilakukan implemtasi
keperawatan, yang mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat.
52
53
Ballantyne, J. C., Fishman, S. M., & Rathmell, J. P. (2019). Bonica’s Managemnet Of Pain fitfth
Edition (5 ed.). Wolters Kluwer.
Cameron KL, Driban JB, Svoboda SJ.2016. Osteoarthritis and the Tactical Athlete: A Systematic
Review. J Athl Train. ; 51:952–961.
Chow, Y. & Chin, K. (2020). The Role of Inflammation in the Pathogenesis of Osteoarthritis.
Mediators of Inflammation, 2020, pp. 1–19.
Heidari B. In : Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and features: Caspian J Intern
Med, 2011; 2(2): 205-212
Jungmann PM, Baum T, Nevitt MC, et al. 2016. Degeneration in ACL Injured Knees with and without
Reconstruction in Relation to Muscle Size and Fat Content-Data from the Osteoarthritis
Initiative. PLoS One. ; 11:e0166865.
Kodama R, Muraki S, Oka H, et al. 2016. Prevalence of hand osteoarthritis and its relationship to
hand pain and grip strength in Japan: The third survey of the ROAD study. Mod Rheumatol. ;
26:767–773.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical Nursing
Assessment and Management of Clinical Problems (M. M. Harding (ed.); 9 ed.). Elseiver.
Muzaenah, T & Hidayati, A. B. S (2021). Manajemen Nyeri Non Farmkologi Post Operasi Dengan
Terapi Spiritual “Doa dan Dzikir”: Literature Riview. Herb Medicine Journal Volume 4, Nomor
3 Juli 2021.
O’Neill, T. & Felson, D. (2018). Mechanisms of Osteoarthritis (OA) Pain. Current Osteoporosis
Reports, 16(5), pp. 611–16.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi
Cetakan III (Revisi). DPP PPNI: Jakarta
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi
1 Cetakan II. DPP PPNI: Jakarta
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi
1 Cetakan II. DPP PPNI: Jakarta
Saberi Hosnijeh F, Zuiderwijk ME, Versteeg M, et al.2017. Cam Deformity and Acetabular Dysplasia
as Risk Factors for Hip Osteoarthritis. Arthritis Rheumatol. ; 69:86–93.
Sharma L, Hochberg M, Nevitt M, et al.2017. Knee tissue lesions and prediction of incident knee
osteoarthritis over 7 years in a cohort of persons at higher risk. Osteoarthritis Cartilage. ;
25:1068–1075.
Suwondo, B. S., Meliala, L., & Sudadi. (2017). Buku Ajar Nyeri 2017. Indonesia Pain Society.
University of Rochester Medical Center (2022). How to Help Prevent Osteoarthritis.