Anda di halaman 1dari 69

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


OSTEOARTHRITIS

DOSEN PENGAJAR :
Ns. Andi Budiyanto Adi Putra, S.Kep.,M.Kep
KELOMPOK I
KEPERAWATAN A

SALMIAH (70300114080)
KHUSNUL KHOTIMAH (70300118005)
MUH. NURWAHID (70300118009)
MUTHMAINNAH (70300118014)
M. FICHRY S DASY (70300118018)
SRI RAHAYU (70300118022)
YUSNI PRATIWI (70300118026)
RIZKI AMALIA (70300118030)

PROGRAM STUDI JURUSAN KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
tak lupa juga kami haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari
dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada Ibu Maria Ulfah Ashar,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 yang
telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-
baiknya dalam menyelesaikan makalah ini tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembacanya, Karena itu kami mohon kritik serta saran yang membangun agar dalam
pembuatan makalah kedepannya bisa menjadi lebih baik.

Samata, 26 September 2020

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep medis
1. Definisi.....................................................................................................6
2. Etiologi.....................................................................................................6
3. Tanda dan gejala.......................................................................................7
4. Patofisiologi..............................................................................................7
5. Pemeriksaan penunjang............................................................................8
6. Penanganan dan pengobatan.....................................................................8
7. Edukasi nutrisi..........................................................................................8
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian keperawatan...........................................................................9
2. Diagnosa keperawatan............................................................................13
3. Intervensi keperawatan...........................................................................18
BAB III PEMBAHASAN
A. Kasus............................................................................................................23
B. Mind map......................................................................................................24
C. Asuhan keperawatan sesuai kasus................................................................25
D. Integrasi keislaman.......................................................................................46
BAB 1V JURNAL PENDUKUNG INTERVENSI .............................................48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................68
LAMPIRAN
A. Daftar pustakan.............................................................................................69
B. Lembar kerja mahasiswa..............................................................................70

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Osteoarthritis ditemukan oleh American college of rheumatology sebagai
sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis dimasukkan oleh organisasi kesehatan dunia ke dalam salah satu dari
empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu, system kesehatan maupun
system perawatan social dengan bivya yang cukup besar, dengan perbandingan
kejadian 9,6% pria dan 18% wanita. Di amerika 1 dari 7 penduduk menderita
osteoartritis [ CITATION eril7 \l 2057 ]
Osteoastritis adalah gangguan sendi yang bersifvt kronis disertai kerusakan
tulang rawan sendi berupa disentegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit diikuti
dengan fibrosis pada kapsul sendi. [ CITATION marl9 \l 2057 ]
Berdasarkan data dari national health interview survey, menunjukkan bahwa
prevalensi arthritis yang termasuk bentuk dari osteoarthritis yang di diagnosis oleh
dokter diperkirakan akan meningkat beberapa tahun mendatang. Perkiraan tahun 2040
akan meningkat 78,4% juta dari total populasi dewasa atau 18 tahun ke atas akan
menderita radang sendi.
Diindonesia prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >70 tahun. Menurut riskesdas tahun 2013,
prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnose tenaga kesehatan di Indonesia 11,9%
sedangkan berdasarkan gejala tertinggi di ntt 33, 1 %, jawa barat 32 %, bali 30%,
Jakarta 21,8%. [ CITATION sitl9 \l 2057 ]
Karena masih banyak kasus osteoarthritis yang terjadi, maka dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai osteoartritis, penyebab dari osteoartritis, tanda dan
gejala osteoartritis, serta penanganan dan pengobatan osteoarthritis.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu osteoartritis
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya osteoartritis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala apa saja yang muncul saat seseorang terkena
osteoartritis
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi terjadinya osteoartritis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dalam memperkuat
diagnosis medis osteoartritis
6. Untuk mengetahui bagaimana cara menangani osteoartritis serta pengobatannya
7. Untuk mengetahui nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh pasien yang terdiagnosis
osteoartritis
8. Untuk mengetahui apa saja yang perlu dikaji pada pasien osteoartritis
9. Untuk mengetahui diagnose keperawatan apa saja yang akan muncul pada pasien
osteoartritis
10. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang bisa diberikan pada pasien osteoartritis
sesuai dengan diagnose keperawatannya

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Arthritis adalah peradangan dari sendi dan dapat mempengaruhi semua
kelompok umur. Penyakit ini bisa melibatkan satu atau beberapa sendi.[ CITATION
Drs07 \l 1057 ]
Osteoarthritis adalah kondisi yang di tandai dengan nyeri dan kekuatan pada
daerah persendian. Pada umumnya osteoarthritis mulai terjadi pada saat penderita
menginjak umur 45 tahun keatas,walaupun orang yang lebih mudah juga bisa
terkena.kondisi imi menyebabkan bertambahnya susah bagi penderita untuk bergerak
tanpa rasa nyeri dan kaku sendi dan ini sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderita. [ CITATION DrA10 \l 1057 ]
Osteoarthritis (OA), asam urat, dan arthritis gout sama sama penyakit pada
sendi, tetapi bedanya pada OA karena kerusakan jaringan rawan sendi atau struktur
jaringan sekitar penrsendian, sedangkan pada artritis goul, nyeri sendi disebabkan
adanya penumpukan asam urat yang mengkristal pada area persendian. Tetapi salah
satu penyebab dari kedua penyakit ini adalah kegemutan(obisitas). [ CITATION mis07 \l
1057 ]
B. Etiologi
Menurut [ CITATION Djo06 \l 1057 ] Osteooarthritis adalah nama penyakit pada
persendian. Berikut adalah penyebab osteortrhritis;
1. Otot
Jika otot lemah, persendian lebih menjadi tegang dan dapat membuat tendon
sobek akhirnya menyebabkan OA
2. Kartilago
Kecelakaan, usia, dan faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan kartilago
rusak. Jika kartilago rusak, antara tulang satu dan tulang lain menjadi saling
beresinggungan dan akhirnya menyebabkan OA.
3. Tulang
Perubahan struktur tulang dapat berpengaruh terhadap bentuk persendian yang
memicu rusaknya kartilago dan akhirnya menjadi penyebabkan OA
4. Peradangang

5
Ketika kartilago didegradasi sel-sel imun berkumpul dan menghancurkan
jaringan yang sudah mati. Dalam kajian ini, kadang sel sel imun menyerang sel sehat
juga. Hal ini dapat mengubah cairan dalam persendian, menyebabkan pembengkakan
dan rasa sakit.
5. Tendon dan ligamen
Persendian dapat ditahan dengan cara menyambungkan serta mengikatkan otot
dan tulang. Jika terjadi kecelakaan atau pelemahan karna jarang dipakai, kartilago di
lutut menjadi tidak kuat menahan beban dan akhirnya mudah jatuh dan roboh
6. Gen
Lebih dari stengah jumlah penderita arthritis memang dilahirkan dengan
keadaan gen pengontrol pembentukan atau pengrusakan kartilagonya termulasi
sehingga kartilagonya lebih lemah dan degradasinya terjadi lebih cepat dari yang
seharusnya.
Menurut [ CITATION DrA10 \l 1057 ] penyebab langsung dari osteoarthritis belum
diketahui dengan jelas. Tetapi beberapa faktor resiko yang dihubungkan dengan
munculnya gejalah OA ini sudah mulai diketahui
Faktor resiko tersebut antara lain;
 Adanya sejarah kejadian OA dianggota keluarga
 Sejarah adanya trauma pada daerah persendian
 Pemakaian sendi sendi yang berlebihan
 Berat badan diats rata rata (kegemuksn)

Menurut [ CITATION Drs07 \l 1057 ] OA, terjadi akibat proses penuaan,


melibatkan sendi sendi penyangga tubuh (terjadi proses kerusakan pada
kartilago/tulang rawan, sehinggah sendi menjadi kering). Penyakit ini juga sering
diderita oleh orang orang dengan kelebihan berat badan dan orang orang yang
mengalami stress parah dalam menyanggah beban (lutut, pinggul, tumit, dan tulang
punggung). Pada saaat orang orang obesitas mengalami penurunan berat badan maka
arthtritis pun akan membaik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya tress dari beban
yang menyebabkan penyakit tersebut, tetapi juga berkaitan dengan pola makan

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit ini umumnya nyeri lutut atau nyeri pada sendi
yang terserang. Umumnya lutut atau panggul karena sendi-sendi ini merupakan sendi
yang menahan beban tubuh. Awalnya nyeri dirasakan ketika beraktifitas, namun

6
lama-kelamaan ketika penyakit memberat nyeri bisa dirasakan saat istrahat maupun
saat malam hari. Selain itu osteoarthritis ditandai dengan kaku sendi saat bangun pada
pagi hari. Selama kurang lebih 30 menit.
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada
osteoarthritis merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika aka
nada pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istrahat.

b. Kaku pada pagi hari


Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena
duduk di kursi, kaku pada pagi hari didapati dalam waktu kira-kira 30-35 menit
c. Terbatasnya pergerakan sendi
Terbatasnya pergerakan sendi bersifat progresif lambat, bertambah berat
secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
d. Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, pada
pergelangan kaki, lutut dan panggul mengelami perubahan gaya berjalan. (Sambiring,
2018)
Manifestasi klinis Osteoarthritis terdiri dari nyeri, nyeri pada sendi berasal dari
inflamasi pada sinoviom, tekanan pada sumsum tulang, faktur daerah subkondral,
tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot
atau ligmen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Kekakuen pada sendi
sering dikeluhkan pada pagi hari ketika setelah duduk yang terlau lama atau setelah
bangun pagi. (Aswendi Putra, 2018)

D. Patofisiologi Osteoarthritis
Perubahan yang terjadi pada Osteoarthritis adalah ketidakrataan rawan sendi
disusul ulserasi dan hialngnya rawan sendi sehingga terjadi kotak tulang dengan
tulang dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral,osteopit pada tepi
tulang dan reaksi radang pada membrane sinovial. Pembekakan sendi, penebalan
membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya ligament menyebabkan
ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi menjadi lemah karena efusi
sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spsme otot pada sisi lain. Perubahan
biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme
kondrosit,gangguan biokimia matrik akibat erbentuknya enzem metalloproteinase
yang memecah proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtami p singga
meningkatkan nocereseptor dan menimbulkan nyeri. (Sri Suriani, 2013)

7
E. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang yg biasa di lakukan adalah

a. Pemeriksaan laboratorium

b. Foto polos sendi (Rontgen).

c. Pemeriksaan cairan sendi.

d. Pemeriksaan artroskopi.

F. Penanganan dan pengobatan

Tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan osteoarthritis. Tetapi kondisi

ini bisa dikontrol dengan menjaga agar sendi-sendi yang terkena tetap digerakkan.ini

sangat penting karena dengan digerakkan:

a. Bantalan tulang rawan Yang melapisi tulang di daerah persendian tersebut akan

dijaga kondisi-nya, gerakkan teratur pada daerah persendian ini juga sekaligus

meningkatkan kesehatan dan stabilitas otot-otot dan tendon yang menyangga sendi

tersebut.

b. Bantalan tulang rawan ini tidak menerima aliran darah dari pembuluh darah,jadi

daerah ini tergantung dari gerakan cairan sendi untuk memberi makanan dan

menghilangkan debris debris yang tidak diperlukan.


c. Olahraga di dalam air (kolam renang) dengan air yang hangat dan olah gerak

seperti taichi atau gerakan senam sejenisnya. Merupakan beberapa kegiatan yang

direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin oleh penderita osteoarthritis.

Perlu diingat level olah raga atau olah gerak yang dilakukan harus disesuaikan

dengan kondisi persendian tersebut. Tidak Perlu melakukan. Olahraga berat untuk ini.

Tujuan yang penting adalah untuk menggerakkan sendi-sendi yang akan kaku

tersebut, sesuai dengan kemampuan menahan rasa kesakitan.jangan dipaksakan.

F. Edukasi nutrisi.

a. Kontrol diet kalori

8
b. Susu skim kering dapat digunakan sebagai sumber rendah kalori lebih murah daripada

susu kalsium biasa.

c. Anjurkan untuk memperbanyak penggunaan minyak ikan dan ikan( misalnya minyak

ikan cod).dalam makanan untuk meningkatkan ketersediaan asam lemak omega-3

d. Penggunaan asam folat dan vitamin B12 dapat mendukung penggunaan NSAID dan

secara bertahap menurunkan kebutuhan akan NSAID

e. Susu lemak ikan seperti salmon,telur,beberapa sereal dan supleman multivitamin

dapat digunakan untuk memberikan vitamin D, namun harus berada di bawah

pengawasan dokter atau ahli gizi, vitamin D, dengan dosis dua kali dari diet yang

dianjurkan (RDA) dibawah perawatan dokter, dapat melindungi dari bertambah

parahnya penyakit ini.

f. Makanlah sumber beta-karoten dan enam buah dan sayuran setiap hari.

9
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskoloskeletal
adalah nama klien, usia yang memberikan petunjuka mengenai faktor predisposisi
penyakit, karena pada beberapa penyakit sistem muskoloskeletal banyak terjadi
pada klien diatas usia 60 tahun dan jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun.
[ CITATION Oda13 \l 14345 ]
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskoloskeletal seperti osteoarhritis adalah klien mengeluh nyeri pada persendian
yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan
mobilitas. [ CITATION Oda13 \l 14345 ]
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita
oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke
rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain rumah
sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian. Pada riwayat kesehatan
sekarang, pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergerak dan merasa kaku
pada persendian.[ CITATION Oda13 \l 14345 ]
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatanyang lalu seperti riwayat penyakit muskoloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya
riwayat penyakit muskoloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Pada klien yang menderita osteoarthritis
biasanya pernah menderita penyakit akromegali dan inflamasi pada sendi seperti
artropati. [ CITATION Oda13 \l 14345 ]
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena faktor genetik/keturunan. Penyakit osteoarthritis bisa terjadi
karena faktor genetic. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan
ada kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya. [ CITATION Oda13 \l
14345 ]
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami gangguan
musculoskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu meningkat
b) Nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal

10
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan
4) Pemeriksaan Reviews Of System
a) System pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam
batas normal.
b) System sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi
perifer, warna dan kehangatan.
c) System persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan, spasme otot, terlihat kelemahan
fungsi. Pergerakan mata, dilatasi pupil.
d) System perkemihan
Perubahan pola berkemih seperti inkotinensia urun, dituria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e) System pencernaan
Konstipasi, konsiten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising
usus anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
f) System musculoskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
5) Pola Fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang bisa dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada persedian, ketidakmampuan mobilisasi.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan.
b) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah dan
makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi dan penggunaan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi,
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
e) Pola aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama.
f) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak
punya rumah, dan masalah keuangan.
g) Pola sensori kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan dan pembau.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri,

11
harga diri, peran, identitas diri, manusia sebagai sistem terbuka dan
makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan dan
dampak terhadap sakit.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
j) Pola mekanisme penganggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Led meningkat
b) Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi
c) Asam urat guna mengetahui apakah penyebab osteoarthritis pada klien
disesbabkan jumlah asam urat yang beerlebih.
2) Foto Rontgen
Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi.
3) Serologi
Cairan synovial dalam batas normal
4) Tes Khusus
a) Tes Fluktasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan
disebelah kiri dan kanan patella. Bila kemudian suprapatellaris itu
dikosongkan menggunakan tangan lainnya, maka ibu jari dari jari telunjuk
tadi seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi lutut.
b) Tes Tekuk
Caranya : dengan memakai punggung tangan, kita mengusapi
“lekuk kecil” disebelah medial patella kearah proximal, sehingga
dikosongkan dari cairannya. Kemudian kita melaksanakan gerakkan
mengusap yang sama pada patella bagian lateral, maka lekuk kecil yang
medial itu akan kelihatan terisi cairan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas Fisik b/d kekakuan sendi, kerusakan integritass struktur
tulang
2. Nyeri kronis b/d kondisi musculoskeletal kronis
3. Defisit Perawatan Diri b/d gangguan muskuloskeletal
4. Defisit Pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
C. Intervensi
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Luaran : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari maka
mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil Kekuatan otot meningkat, Rentang
gerak meningkat, Gerakan terbatas menurun, Kelemahan fisik menurun.

Intervensi : Dukungan Mobilisasi


 Definisi
Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan
fisik
 Tindakan

12
Observasi

1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3) Monitor frekuensi jantuh dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik

1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat


tidur)
2) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

2. Nyeri Kronis
Luaran : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, frekuensi nadi
membaik, pola napas membaik, tekanan darah membaik.
Intervensi : Manajemen Nyeri
 Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional
dengan onset mendadak atau lambat berintensitas ringan hingga berat dan
konstan
 Tindakan
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekeunsi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping panggunaan analgetik

Terapeutik

13
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3. Defisit Perawatan Diri


Luaran : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka
perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil kemampuan mandi meningkat,
kemampuan mengenakan pakaian meningkat, kemampuan makan meningkat.

Intervensi : Dukungan Perawatan Diri


 Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
 Tindakan
Observasi

1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan driri sesuai usia


2) Monitor tingkat kemandirian
3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
dan makan

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks,


privasi)
2) Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
3) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawtan
diri
6) Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi

14
1) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

4. Defisit Pengetahuan
Luaran : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topik meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat.

Intervensi : Edukasi Kesehatan


 Definisi
Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku
hidup bersih serta sehat.
 Tindakan
Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorang laki-laki berusia 4 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama nyeri
pada lutut kiri, pasien dating diantar keluarga ke ird sejak seminggu yang lalu,
keluhan nyeri lutut dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak
adanya bengkak di lutut yang dirasakan seminggu sebelum di antar ke rumah sakit,
nyeri dirasakan tidak menghilang walaupun lutut pasien telah dikompres, bengkak
tersebut membuat klien tidak bisa berjalan dan menggerakkan kaki kirinya. Tekanan
darah 140/80 mmhg, frekuensi nadi 96x/menit, suhu 38,1℃, frekuensi napas
24x/menit.
B. Mind mapping

16
C. Askep
1. FORMAT PENGKAJIAN

PENGKAJIAN AWAL
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP
MEDIKAL BEDAH
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A Ruang Rawat : ar-rahman
No. Rekam Medik : 01443
Umur : 40 Tahun Tgl/Jama Masuk : 21 september
2020/15.00

17
Pendidikan :- Tgl/Jam Pengambilan Data : 21 september
2020/15.30
Pekerjaan : Buruh Diagnosa Masuk : osteoastritis

Suku : Bugis Cara masuk : ( )Berjalan (√) Kursi Roda ( )


Brankar
Agama : Islam
Kiriman dari Poliklinik : -
Status perkawinan : Menikah Pindahan Dari : -
Perawat/Tim Yang Bertanggung Jawab : -
Alamat : Makassar

Sumber Informasi : Klien

B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluahan : nyeri lutut kiri
Utama

Keluhan : klien mengatakan nyeri lutut dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan
saat ini semakin berat sejak adanya bengkak di lutut. Klien juga mengatakan nyeri
yang dirasakan tidak menghilang walaupun lutut pasien sudah di kompres.
(√) Tidak pernah opname ( ) Pernah Opname dengan sakit :
……………………… Di RS :……………………………………
Pernah Mendapat Pengobatan : (√) Tidak ( ) Ya : Yaitu :
…………………………………………………………………..
BB Sebelum Sakit : 50 Kg Pernah Operasi : (√) Tidak ( ) Pasca
Operasi Hari Ke : ……...................................
C. KEADAAN UMUM
Kesadaran : (√) CM () Somnolen ( ) Apatis ( ) Soporos Koma
( ) Koma
GCS : ......... E V M
Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (√) Ya Pasca
Operawsi : …………………………………………..
D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
- Suhu : 38,10 C ( ) Gelisah (√) Nyeri ( ) Skala Nyari :
…………………………………………...................................
- Gambaran nyeri :
P: nyeri terasa saat digerakkan dan memberat sejak adanya bengkak di lutut
Q: nyeri seperti tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak menentu
- Lokasi Nyeri : lutut
- Frekuwensi : dirasakan sewaktu-waktu
- Durasi : tidak menentu
- Rsepon Emosional : klien tampak meringis
- Penyempintan Fokus : …………………………………..
- Cara Pengatasi Nyeri : tidur

18
- Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN
- TB : 170 Cm - Kebiasaan mandi : 2X/hari
- BB : 50 kg - Cuci rambut : 2X/hari
- IMT : - Kebiasaan gosok gigi : 1X/hari
- Kebiasaan makan : 3X/hari - Kebersihan badan : (√) Bersih ( ) Kotor
- Keluhan saat ini : - Keadaan rambut : (√) Bersih ( ) Kotor
( ) Tidak Nafsu makan ( - Keadaan kulit kepala : (√) Bersih ( ) Kotor
) Mual ( ) Muntah - Keadaan kuku : (√) Pendek ( ) panjang ( )
( ) Sukar/Sakit Menelan Bersih ( )Kotor
( ) Sakit gigi ( ) Stomatitis - Keadaan vulva/perineal : (√) Bersih ( )
( ) Nyeri ulu hati/salah cernah,
Kotor
yang berhubungan dengan
- Keluhan saat ini: ( ) eritema ( ) gatal-gatal
…………………………………
…………………………. ( ) luka
- Di sembuhkan dengan : - - Integritas kulit : ( ) Jaringan parut ( )
Kemerahan ( ) Laserasi ( ) userasi ( )
- Pembesaran tiroid : tidak ada
Ekimosis ( ) lepuh ( ) Drainase
- Hernia/Massa : tidak ada
- Luka Bakar : (Derajat/Persen)
- Holitosis : tidak Kondisi ………………………………….
gigi/gusi : baik - Tandai lokasi luka bakar dengan menggambar
- Penampilan lidah : baik Bising bentuk depan dan belakan tubuh
Usus … ..X/menit
( ) Makan per
NGT/parienteral/Infus - Keadaan luka : ( ) Bersih ( ) Kotor
(dimulai tgl :
- Lain-lain :
……………..Jenis cairan
……………………... ………………………………………….
Dipasang di : …………
……………….
- Porsi makan yang di habiskan : 1
piring
- Makanan yang di sukai
Nasi goreng
- Diet :
……………………………………
…………………..
- Lain-
lain………………………………
…………. ………….
Masalah keperawatan : Masalah Keperawatan
..................................................................
..............................................................................
...........
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum : 1500CC/hari . - Aktivitas waktu luang : baring dan duduk

19
Jenis : air mineral Aktivitas/Hobby :
- Turgor kulit : ( ) Kering ( ) ………………………………………………
Tidak elastic - Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (√) Ya
- Punggung kuku : baik Warna : - Kekuatan otot : -
normal - Tonus otot : -
Pengisian kapiler : - Postur : ………………….Tremor
…………………………………… ……………………………
………. - Rentang gerak : kurang
- Mata cekung : ( ) Tidak (√) Ya :
- Keluahan saat ini : klien mengatakan bengkak
Ka/Ki
tersebut membuat klien tidak bisa berjalan dan
- Konjungtiva : anemis Sklera : menggerakkan kaki kirinya
…………………………… - gerakan terbatas : ( ) Tidak (√)Ya
- Edema : (√) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki ( )Nyeri Otot ( ) Kaku otot ( )
- Distensi vena jugularis : Lemah Otot
…………………………………… (√) Nyeri sendi (√) bengkak sendi ( )
…. Inkooardinasi
- Asites : (√) Tidak ( ) Ya ( ) Parise/paralise : dibagian :
Spider Neavi : (√) Tidak ………………………………...
( ) Ya ( ) Kelelahan ( ) Amputasi ( )
Minum per NGT : (√) Deformitas
Tidak ( ) Ya :…….CC/hari. Kelainan bentuk ekstremitas
Terpasang dekopresi ………………………………….
(NGT):(√) Tidak ( ) Ya : …… - Penggunaan alat bantu : gips / Traksi / Kruk
CC/hari (tongkat)
Dimulai tgl : ………Jenis (tanggal : ……………… Di :
Cairan………Dipasang di :……… …………………………………..
- Terpasang infuse : ( ) Tidak (√) - Pelaksanaan aktivitas : ( ) Mandiri √) Parsial
Ya 20tts/menit ( ) Total
- Lain-lain : - Jenis aktifitas yang perlu dibantu: ke toilet
…………………………………… - Lain-lain :
………………. …………………………………………………
…….
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan.
.......................................... Gangguan mobilitas fisik
.....................................
ELIMINASI OKSIGENASI

- Kebisaan BAB : 1X/hari BAK : 3 - Nadi : 96X/menit


X/hari - Pernafasan : 24X/menit
- Menggunakan laksan : (√) tidak ( ) - TD : 140/80 mmHg
ya. - Bunyi Nafas : …………………………
Jenis - Respirasi : normal ( )TAK ( )Dispnea ( )
……………………………………
Ronchi
…………
( )stridor
- Menggunakan diuretic : (√) tidak ( ( )Wheezing ( ) Batuk ( )hemoptisis
) ya. ( )Sputum
Jenis : ( ) Pernafasan Cuping hidung ( )
…………………………………… Penggunaan otot-otor pernapasan tidak
20
………. - Kedalaman : normal
- Keluahan BAK Saai ini : - Fremitus : …………………..
( ) Retensi urin ( ) - Sputum : normal ( ) kental ( )encer ( )merah (
inkontinensia urin )putih
( ) disuria - ( ) hijau
( ) poliuri ( ) Urgensi
( )kuning
( ) Nocturia
- Sirkulasi oksigenasi : ( )TAK ( )Pusing
- Peristaltik usus : ( ) kembung
( )Sianosis
( ) tidak ada peristaltic ( )
( ) akral dinggin ( ) clubbing finger
Hiperperistaltik
- Dada : ( ) TAK ( ) retraksi dada ( ) nyeri dada
- Abdomen : Nyri Tekan :
( )berdebar-debar( )defisiensi trackhea
………………………….
( )bunyi jantung Normal (frekwensi :
Lunak/keras
…… )
……………………………………
( )Mur-mur ( ) gallop

- WSD ( Tanggal : …… .di ………Keadaan :
Massa :…… Ukuran/lingkar
Abdomen :…………. …………….)
- Terpasang kateter urine : (√) Tidak - Oksigenasi (tanggal ………..Canula/Sungkup :
( ) ya …………Ltr/m
(dimuai tgl :……….. di - Riwayat penyakit : tidak ada ( )bronchitis ( )
…………………………. Asma
- Pengguna alcohol : ……… ( )Tuberkulosis ( )Empisema ( )
Jumlah/frekwensi :……. pneumonia kambuhan: ……
( ) pemanjanan terhadap udara
- Lain-lain :
berbahaya :…………………
……………………………………
( ) Perokok Pak/hari : pak/hari
………
Lamanya : …………………
( ) hipertensi ( ) demam rematik ( )
flebitis
( )kesemutan
( ) kebas
- Lain-lain………………………………………
Masalah keperawatan Masalah keperawatan :
.............................................
..................................
TIDUR DAN ISTIRAHAT PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA
- Kebiasaan tidur : (√) Malam - Refleksi : (√) tidak ( ) kelumpuhan
( ) Siang - Penglihatan : (√) tidak ( ) masalah
- Lama Tidur : Malam: 5 Jam Siang …………………….....
1 jam - Pendengaran: (√) tidak ( ) masalah
- Kebiasaan tidur : kurang ………………………...
- Kebiasaan tidur dipengaruhi oleh - Penciuman : (√) tidak ( ) masalah
faktor : nyeri pada lutut ………………………......
- Cara mengatasi : dengan - Perabaan : (√) tidak ( ) masalah
mengompresnya tapi nyerinya tidak ……………………….......
menghilang - Lain-lain
- Lain- ………………………………………………
lain……………………………… ………
……………
21
- Jelaskan secara rinci berdasarkan
pemeriksaan nervus
Masalah Keparawatan : Masalah Keperawatan :

NEOROSENSORIS KEAMANAN
- Rasa Ingin Pingsan/Pusing : (√) Alergi/sensitivitas : tidak
Tidak Perubahan system imun sebelumnya:
( ) Ya tidak ada penyebab:
- Stroke (gejala sisa) : tidak Riwayat penyakit hubungan seksual
- Kejang : (√) Tidak ( ) Ya (tanggal/tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi :
Tipe :
………………periksa :…………………
…………………………..
Transfuse darah/jumlah :
Aura : ………………..
……………..kapan:………………….
Frekuensi :
Gambaran reaksi :
………………………….
………………………………………………
Status postika : ………
..
Cara Mengontrol :
Riwayat cidera kecelakaan :
…………………
……………………………………..
Status Mental :
Fraktur/dislokasi :
terorientasi/Disorientasi :
………………………………………………
waktu…………
..
Tempat :
Arthritis/sendi tak stabil :
……………………. Orang :
……………………………………….
………………………
Masalah punggung :
Kesadaran : composmentis (
……………………………………………..
) mengantuk ( ) letargi ( ) stupor
Perubahan pada tahi lalat :
( ) koma ( ) kooperatif (
………………………………………
) menyerang ( ) delusi
Pembesaran nodus :
( ) halusinasi
……………………………………………..
afek (gambarkan) :
Kekuatan umum :
…………………………
………………………………………………
- Memori :………..yang lalu :
..
……………………. Cara berjalan : normal
- Kaca mata: ……………….. kontak Rom : -
lensa : …………………. ………………………………………………
- Alat bantu dengar : (√) tidak ( ) ya ……………
di………………………. Hasil kultur, pemeriksaan sistem
- Ukuran/reaksi pupil : ka/ki : imun : -
………………………..............
- Facial drop : (√) tidak ( ) kaku
kuduk (√) tidak
- ( ) ya
- Genggaman tangan/lepas : ka/ki
:normal.postur : normal
- Koordinasi : ………… reflex
patella ka/ki : ……………….
- Reflex tendon dalam bisep/trisep:
normal

22
- Kernig sign : (√)Tidak ( ) Ya
- Babinsky : (√)tidak ( ) ya
- Chaddock : (√) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (√) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :

SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan Pria
seksual : (√) tidak - Rabes Penis : …………….gannguan Prostat :
( ) ya …………….…
- Penggunaan kondom - Sirkumsisi : ( √ ) tida ( ) ya _ Vasektomi :
- Masalah-masalah/kesulitan seksual ( √ ) Tidak ( ) Ya
- Perubahan terakhir - Melakukan pemeriksaan sendiri:
dalam frekuensi /minat. ……………………………..
Wanita - Payudara/testis :
- Usia menarke : ……. Thn, lamanya ………………………………………………
siklus : …..hari - Prostoskopi/pemeriksaan Prostat terakhir :
- Durasi : ………… …………………
- Periode menstruasi terakhir : …… Tanda ( Obyektif)
menopause: ….. Pemeriksaan ;
- Rabas vagina :……. ……………….payudara/Penis/Testis :
- Perdarahan antar periode :…… …………
Kulit genetalia/Lest :
……………………………………………
Masalah Keperawatan :

KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN RESIKO SERTA


INTERAKSI SOSIAL
- Lama perkawinan : …...tahun, -Sosiologis : ( ) tidak ( ) menarik diri
hidup dengan :…………….. (√) komunikasi lancer (√) komunikasi
- Masalah-masalah kesahatan/stress : tidak lancer
…………………………... ( ) afasia ( ) isolasi diri ( ) amuk
- Cara mengatasi stress : -Perubahan bicara : penggunaan alat bantu
…………………………………… komunikasi : tidak
…... -Adanya laringektomi : tidak
- Orang Pendukung Lain : ada……………………………………….
……………………………………. -Komunikasi verbal/nonverbal dengan
. keluarga/orang terdekat lain :baik…
- Peran Dalam Struktur Keluarga : -Spiritual : ( ) tak ( ) dibantu dalam
……………………………. beribadah
- Masalah-masalah Yang ( ) spiritual distress
berhubungan Dengan -Kegiatan keagamaan :
Penyakit/Kondisi : ………………………………………….
…………………………………… -Gaya hidup :
……… …………………………………………………
- Prikologis : ( ) Tak ( ) gelisah …

23
( ) Takut -Perubahan terakhir :
( )Sedih( )Rendah diri ( ) ………………………………………….
Hiperaktif ( )acu tak acuh -Lain-lain :
( )marah ( )Mudah ………………………………………................
Tersinggung .....
( ) merasa Kurang sempurna
( ) Eurofik
( ) tidak Sabar
- Keputusan asaan : ………Ketidak
berdayaan :……………...
- Lain-lain :
……………………………………
………………...
Masalah keperawatan :

E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN


1. Bahasa dominan (khusus) :
Ô Buta huruf : Ô Ketidakmampuan
belajar khusus :
Ô Keterbatasan kognitif
2. Informasi yang telah disampaikan :
Ô pengaturan jam besuk Ô hak dan kewajiban klien
Ô tim / petugas yang merawat
Ô lain-lain :
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit Ô obat-obatan yang diberikan
Ô lain-lain :
Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) :
Obat Dosis Waktu Rute Tujuan
pemberian
acetaminophe 500 mg Diminum oral Untuk mengobati rasa sakit ringan
n tiap 4-6 hingga sedang.
jam
Anti- - 2x/hari oral Untuk mengatasi kondisi nyeri,
inflamasi mengurangi peradangan, menurunkan
non-steroid demam, dan mengobati artritis

Riwayat pengobatan, obat tanpa resep / obat-obatan bebas :


Obat-obatan jalanan / jamu :
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir :
4. Factor resiko keluarga (tandai hubungan) :
Ô diabetes mellitus Ô tuberculosis Ô penyakit jantung
Ô stroke Ô TD tinggi Ô epilepsy
Ô penyakit ginjal Ô kanker Ô penyakit jiwa
Ô lain-lain

24
F. DATA GENOGRAM

? ?

40

Keterangan:

: Laki-laki : Klien

: Perempuan ? : Umur tidak diketahui

X :Meninggal : Garis perkawinan

:Garis keturunan ----- : Garis serumah

Keterangan :

G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien telah meninggal dunia karna sebab

yang tidak diketahui


G2 : Ibu klien anak ke-4 dari 4 bersaudara, ibu klien dan 2 saudara ibu klien telah

meninggal dunia dan tidak ada riwayat penyakit menular

Ayah klien anak ke-2 dari 4 bersaudara , 2 saudara ayah klien tekah meninggal

dunia dan tidak memiliki penyakit menular


G3 : klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara

G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (diagnostic & laboratorium)


Lampirkan tanggal pemeriksaan

25
H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM

26
FORMAT KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. klien mengatakan nyeri lutut dirasakan 1. Rsepon Emosional : klien
sejak 6 bulan yang lalu dan semakin tampak meringis
berat sejak adanya bengkak di lutut. 2. Kesulitan bergerak : ( )
2. Klien juga mengatakan nyeri yang Tidak (√) Ya
dirasakan tidak menghilang walaupun 3. Rentang gerak : kurang
lutut pasien sudah di kompres. 4. gerakan terbatas : ( )
3. P: nyeri terasa saat digerakkan dan Tidak (√)Ya
memberat sejak adanya bengkak di lutut (√) Nyeri sendi (√)
Q: nyeri seperti tertusuk jarum bengkak sendi
R: lutut 5. Pelaksanaan aktivitas : (√)
S: Skala 8 Parsial
T: nyeri dirasakan sewaktu-waktu 6. TD : 140/80 mmHg
dengan durasi yang tidak menentu
4. Aktivitas waktu luang : baring dan duduk
5. Keluahan saat ini : klien mengatakan
bengkak tersebut membuat klien tidak
bisa berjalan dan menggerakkan kaki
kirinya
6. Kebiasaan tidur : kurang
7. Kebiasaan tidur dipengaruhi oleh faktor :
nyeri pada lutut

27
KATEGORISASI DATA
KATEGORI DAN SUB KATEGORI DATA SUBJEKTIF DAN
OBJEKTIF
FISIOLOGI RESPIRASI
-
SIRKULASI - TD : 140/80 mmHg
NUTRISI DAN CAIRAN -
ELIMINASI -
AKTIVITAS DAN - Aktivitas waktu luang :
ISTIRAHAT baring dan duduk
- Keluahan saat ini :
klien mengatakan
bengkak tersebut
membuat klien tidak
bisa berjalan dan
menggerakkan kaki
kirinya
- Kesulitan bergerak :
( ) Tidak (√) Ya
- Rentang gerak : kurang
- gerakan terbatas : ( )
Tidak (√)Ya
(√) Nyeri sendi (√)
bengkak sendi
- Pelaksanaan aktivitas :
(√) Parsial
- Kebiasaan tidur :
kurang
- Kebiasaan tidur
dipengaruhi oleh
faktor : nyeri pada lutut
NEUROSENSORY -
REPRODUKSI DAN -
SEKSUALITAS
PSIKOLOGIS NYERI DAN KENYAMANAN - klien mengatakan
nyeri lutut dirasakan
sejak 6 bulan yang lalu
dan semakin berat
sejak adanya bengkak
di lutut.
- Klien juga mengatakan
nyeri yang dirasakan
tidak menghilang
walaupun lutut pasien
sudah di kompres.
- Rsepon Emosional :
klien tampak meringis

28
- P: nyeri terasa saat
digerakkan dan
memberat sejak
adanya bengkak di
lutut
Q: nyeri seperti
tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan
sewaktu-waktu dengan
durasi yang tidak
menentu

INTEGRITAS EGO -
PERTUMBUHAN DAN -
PERKEMBANGAN
PERILAKU KEBERSIHAN DIRI -
PENYULUHAN DAN -
PEMBELAJARAN
RELASIONAL INTERAKSI SOSIAL -
LINGKUNGAN KEAMANAN DAN -
PROTEKSI

29
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Osteostritis Nyeri kronis
- klien mengatakan nyeri lutut
dirasakan sejak 6 bulan yang
lalu dan semakin berat sejak Inflamasi sendi
adanya bengkak di lutut.
- Klien juga mengatakan nyeri
yang dirasakan tidak Pelepasan mediator
menghilang walaupun lutut nyeri
pasien sudah di kompres.
- Kebiasaan tidur : kurang
- Kebiasaan tidur dipengaruhi Menyentuh ujung
oleh faktor : nyeri pada lutut saraf nyeri
- P: nyeri terasa saat digerakkan
dan memberat sejak adanya
bengkak di lutut Nyeri kronis
Q: nyeri seperti tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan sewaktu-
waktu dengan durasi yang
tidak menentu
DO :
- Rsepon Emosional : klien
tampak meringis
- TD : 140/80 mmHg

2. DS : Osteoarthritis Gangguan mobilitas


- Aktivitas waktu luang : baring fisik
dan duduk
- Keluahan saat ini : klien Perubahan
mengatakan bengkak tersebut komponen sendi
membuat klien tidak bisa
berjalan dan menggerakkan
kaki kirinya Perubahan fungsi
DO :
- Kesulitan bergerak : ( ) Tidak sendi
(√) Ya Deformitas sendi
- Rentang gerak : kurang
- gerakan terbatas : ( ) Tidak
(√)Ya Sulit bergerak
(√) Nyeri sendi (√) bengkak
sendi
- Pelaksanaan aktivitas : (√) Gangguan mobilitas

30
Parsial fisik

31
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri kornis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis dibuktikan
dengan
DS :
- klien mengatakan nyeri lutut dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan
semakin berat sejak adanya bengkak di lutut.
- Klien juga mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menghilang walaupun
lutut pasien sudah di kompres.
- P: nyeri terasa saat digerakkan dan memberat sejak adanya bengkak di
lutut
Q: nyeri seperti tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak menentu
- Kebiasaan tidur : kurang
- Kebiasaan tidur dipengaruhi oleh faktor : nyeri pada lutut

DO :
- Rsepon Emosional : klien tampak meringis
- TD : 140/80 mmHg
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan

DS :

- Aktivitas waktu luang : baring dan duduk

- Keluahan saat ini : klien mengatakan bengkak tersebut membuat klien


tidak bisa berjalan dan menggerakkan kaki kirinya

DO :
- Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (√) Ya
- Rentang gerak : kurang
- gerakan terbatas : ( ) Tidak (√)Ya
(√) Nyeri sendi (√) bengkak sendi
- Pelaksanaan aktivitas : (√) Parsial

32
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan I.08238 Manajemen nyeri 1. Dengan mengetahui nyeri pasien maka
berhubungan dengan intervensi Observasi perawat dapat memberikan intervensi yang
kondisi musculoskeletal keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, tepat sesuai dengan nyeri yang di rasakan
kronis dibuktikan dengan 1x24 jam maka karakteristik, pasien
DS : tingkat nyeri durasi, frekuensi, 2. Membantu perawat memberikan tindakan
- klien mengatakan menurun dengan kualitas, intensitas yang tepat
nyeri lutut kriteria hasil nyeri 3. Agar perawat mengetahui apa pengaruh
dirasakan sejak 6
Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri pasien terhadap kualitas hidup pasien
bulan yang lalu nyeri
dan semakin berat menurun 4. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
3. Identifikasi
sejak adanya Tekanan darah pengaruh nyeri perhatian. Dapat Menghilangkan
bengkak di lutut. pada kualitas hidup
membaik ketidaknyamanan dan mengurangi nyeri
- Klien juga Terapeutik
5. dengan menjelaskan cara mengurangi nyeri
mengatakan nyeri 4. Berikan teknik
yang dirasakan pada pasien bertuju agar pasien maupun
nonfarmakologis
tidak menghilang keluarganya dapat melakukannya secara
untuk mengurangi
walaupun lutut
mandiri
pasien sudah di rasa nyeri
kompres. 6. agar pasien dapat mengatasi nyerinya tanpa
Edukasi
- Kebiasaan tidur : harus mengkonsumsi obat pereda nyeri
5. Jelaskan strategi
kurang
7. analgetik memblok lintasa nyeri sehingga
meredakan nyeri
- Kebiasaan tidur 6. Ajarkan teknik nyeri dapat berkurang
dipengaruhi oleh nonfarmakologis
faktor : nyeri pada
lutut untuk mengurangi
- P: nyeri terasa rasa nyeri
saat digerakkan
dan memberat Kolaborasi
sejak adanya 7. Kolaborasi
bengkak di lutut
Q: nyeri seperti pemberian
tertusuk jarum analgetik, jika
R: lutut
S: Skala 8 perlu
T: nyeri dirasakan
sewaktu-waktu
dengan durasi
yang tidak
menentu
DO :
- Rsepon
Emosional : klien
tampak meringis
- TD : 140/80
mmHg
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan I.05173 Dukungan 1. Untuk mengetahui apakah ada rasa nyeri yang
berhubungan dengan intervensi mobilisasi dirasakan atau keluhan fisik lainnya saat
nyeri dibuktikan dengan keperawatan selama Observasi melakukan pergerakan.
DS : 1x24 jam maka 1. Identifikasi adanya 2. Untuk mengetahui apakah klien mempu
- Aktivitas waktu mobilitas fisik nyeri atau keluhan melakukan mobilitas tanpa adanya masalah pada
luang : baring dan meningkat dengan fisik lainnya jantung.
duduk kriteria hasil 2. Monitor frekuensi 3. Agar perawat lebih mudah melakukan

- Keluahan saat Nyeri menurun jantung dan mobilitas dengan bantuan keluarga dan keluarga

ini : klien Kaku sendi menurun tekanan darah juga bisa melkukan mobilitas ke pasien secara

mengatakan Gerakan terbatas sebelum memulai mandiri.

bengkak tersebut menurun mobilisasi 4.Agar pasien dan keluarga mengerti tentang tujuan

membuat klien Terapeutik tindakan yang dilakukan.

tidak bisa 3. Libatkan keluarga

berjalan dan untuk membantu

menggerakkan pasien dalam

kaki kirinya meningkatkan

DO : pergerakan
- Kesulitan Edukasi
bergerak : ( )
4. Jelaskan tujuan dan
Tidak (√) Ya
- Rentang gerak : prosedur mobilisasi
kurang
- gerakan terbatas :
( ) Tidak (√)Ya
(√) Nyeri sendi
(√) bengkak sendi
- Pelaksanaan
aktivitas : (√)
Parsial

D. Integritas keislaman

  Surah Yunus ayat 57

Yaa ayyuhan-naasu qad jaa`atkum mau'idzatum mir rabbikum wa syifaa`ul limaa fis-suduuri wa hudaw wa ra?matul lil-mu`miniin

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57)

BAB IV

Jurnal pendukung

Tinjauan Pustaka: Manfaat Exercise Terapi pada Osteoarthritis

(Literature Review: Benefit of Exercise Therapy for Osteoarthritis)

Maria Theresia Arie Lilyana*


Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Jl. Raya Kalisari Selatan no.1, Surabaya; Telp. (031) 99005299
Email: arie.lilyana8@gmail.com/arie@ukwms.ac.id

ABSTRAK

Pendahuluan: Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan nyeri dan kekakuan sendi,
sehingga menganggu aktivitas harian individu. Penatalaksanaan OA untuk mengurangi gejala berupa terapi Farmakologi dan non
Farmakologi seperti diet untuk mengontrol berat badan, modifikasi gaya hidup, penggunaan alat bantu, edukasi pasien, rehabilitasi okupasi
serta exercise terapi. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk mengkaji exercise terapi sebagai terapi komplementer yang dapat
diterapkan pada kasus OA untuk mengurangi keluhan, serta manfaatnya untuk mempertahankan kualitas hidup individu dengan OA.
Metode: Kajian ini merupakan tinjauan pustaka tentang manajemen nonfarmakoterapi yaitu exercise terapi pada OA dari beberapa artikel.
Kata kunci yang dipergunakan dalam penelusuran adalah osteoarthritis dan exercise therapy. Hasil: Excersise terapi yang dapat diterapkan
pada kasus OA antara lain tai chi, yoga dan qigong. Rekomendasi: Exercise terapi seperti tai chi, yoga dan qigong dapat diterapkan pada
kasus OA untuk mengontrol gejala OA.
Kata kunci: exercise terapi, nonfarmakoterapi, OA

ABSTRACT

Introduction: Osteoarthritis (OA) is common musculosceletal disease characterized by pain and joint stiffnes caused disability for
actitivity daily living. Management of OA is to reduce symptoms with pharmacology and non- pharmacology therapy such as diet to control
weight, lifestyle modification, using assisted device, patient education, occupation rehabilitation and exercise therapy. The aim of literature
review is to examine exercise therapy as a complementary therapy that can be applied for OA case to reduce symptom and the benefit to
icrease quality of life. Method: This is a literature review of exercise therapy as nonpharmacotherapy management for OA from articles.
Keyword used in searching article are osteoarthritis and exercise therapy. Results: Exercise therapy that have been applied for OA are tai
chi, yoga and qigong.
Recommendation: Exercise therapy for OA like tai chi, yoga and qigong
can applied for to control OA’s symptom.

Keywords: exercise therapy, nonpharmacotherapy, OA

PENDAHULUAN dalam aktivitas harian, pembeng-


Osteoartritis (OA) adalah kakan sendi, gangguan pergerakan
gangguan sendi yang bersifat kronis sendi akibat adanya fibrosis pada
disertai kerusakan tulang rawan kapsul, osteofit atau ireguralitas
sendi berupa disintegrasi dan permukaan sendi sehingga dapat
perlunakan progresif, diikuti ditemukan adanya krepitasi,
pertambahan pertumbuhan pada tepi deformitas sendi akibat kontraktur
tulang dan tulang rawan sendi yang kapsul serta instabilitas sendi karena
disebut osteofit diikuti dengan kerusakan sendi, dan juga adanya
fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan nodus pada sendi interfalangeal
ini timbul akibat mekanisme (Rasjad, 2007).
abnormal pada proses penuaan, Pengobatan yang umumnya
trauma atau akibat kelainan dan yang diberikan pada OA berupa
menyebabkan kerusakan tulang farmakoterapi dan nonfarmakoterapi.
rawan sendi (Rasjad, 2007). Farmakoterapi yang diberikan berupa
Sendi-sendi yang biasanya cream topical, acetaminophen, non-
terkena OA primer adalah vertebra steroid antiinflamatory drugs
servikal bawah, vertebra lumbal (NSAIDs), tramadol, opiod dan
bawah, sendi karpometakarpal I ibu injeksi intraarticular. Nonfarma-
jari, sendi-sendi interfalangeal kologi yang dapat diberikan berupa
proksimal, sendi-sendi interfalangeal penanganan umum melalui diet
distal, pinggul, lutut dan sendi untuk mengontrol berat badan
metatarsofalangeal I. OA sekunder sehingga mampu mengurangi beban
umumnya terjadi pada bahu, siku, sendi yang menopang berat badan,
pergelangan tangan, sendi modifikasi gaya hidup melalui upaya
metakarpofalangeal dan pergelangan mencegah terjadinya trauma,
kaki (Hartanto, Listiawati, Jaya, pemakaian alat bantu, edukasi
2010). pasien, rehabilitasi okupasi serta
Gejala klinis pada kasus OA exercise terapi (Von Roenn, Paice,
disebabkan oleh proses inflamasi Preodor, 2006) pemasangan bidai
sinovial, penggunaan sendi serta bila terdapat nyeri akut (Rasjad,
inflamasi dan degenerasi yang terjadi 2007). Tindakan operasi merupakan
sekitar sendi. Gejala yang terjadi intervensi terakhir apabila terapi
antara lain: nyeri terutama pada sendi farmako dan nonfarmakoterapi tidak
yang menanggung beban tubuh mengurangi gejala (Von Roenn,
seperti sendi panggul dan lutut, Paice, Preodor, 2006).
kekakuan pada sendi besar atau jari
tangan yang menyebabkan gangguan
Rasjad, 2007 memberikan intervensi 4. Pemasangan bidai
pada penanganan umum OA antara 5. Tindakan operasi
lain: istirahat yang teratur untuk (Rasjad, 2007).
mengurangi beban sendi, mengu-
rangi berat badan dengan diet, Penegakkan diagnosis OA ber-
latihan di rumah berupa latihan statis dasarkan gejala mekanik yaitu nyeri
untuk memperkuat otot serta saat beraktivitas yang hilang dengan
fisioterapi untuk mengurangi nyeri, beristirahat, kaku sendi yang terjadi
menguatkan otot dan menambah luas pada pagi hari selama kurang dari
pergerakan sendi (Rasjad, 2007). 1 jam, adanya penurunan rentang
gerak (Hartanto, Listiawati, Jaya,
METODE 2010). Gejala lain yang mungkin
diungkapkan adalah adanya nyeri,
Kajian ini merupakan tinjauan
kelemahan otot, dan disfungsi fisik
pustaka tentang manajemen
akibat OA yang terjadi pada lutut
nonfarmakoterapi yaitu exercise
(M.A. Fitzcharles, D. Lussier, and Y.
terapi sebagai terapi komplementer
Shir,2010 dalam Chyu,et al 2011).
pada kasus osteoarthritis yang
OA lutut menyebabkan pasien
diambil dari beberapa artikel hasil
mengalami kesulitan berjalan, defisit
penelitian. Refensi kajian ini
keseimbangan dan kelemahan otot
diperoleh dari buku ajar ortopedi,
(G. Jones, et al, 1995 dalam Chyu,et
jurnal penelitian baik dalam negeri
al, 2011) yang dapat meningkatkan
maupun luar negeri yang diperoleh
resiko terjadinya jatuh (M.E. Tinneti,
dalam bentuk naskah lengkap
C. Gordon, E. Sogolow, P. Lapin,
melalui googlescholar, penelusuran
and E.H. Bradley, 2006 dalam
dengan menggunakan kata kunci
Chyu,et al, 2011).
osteoarthritis dan exercise therapy.
Fokus penulisan ini adalah
manajemen nonfarmakoterapi pada PEMBAHASAN
kasus OA terutama exercise terapi Tujuan exercise terapi pada OA
yang dapat diterapkan dan spesifik terutama pada sendi yang
manfaatnya. terdampak. Sebagai contoh pada
sendi lutut maka latihan penguatan
isometric pada otot femoris
quadriceps dilakukan dan bermanfaat
HASIL dalam mengurangi ketidakstabilan
Tujuan penanganan OA adalah sendi serta mencegah disuse atrophy
mengurangi rasa nyeri, menambah (Von Roenn, Paice, Preodor, 2006).
luas pergerakan/ mobilisasi sendi dan Exercise terapi sebaiknya mulai
mengurangi beban tubuh. dilakukan beberapa hari setelah nyeri
Pengobatan tersebut terdiri dari: akut mengalami fase istirahat yang
1. Penanganan umum cukup. Penanganan OA dalam
2. Pemberian obat-obatan bentuk exercise terapi yang telah
3. Aspirasi bilamana ada cairan
dalam sendi
dipraktekan adalah: yoga, tai chi, penting pada gejala OA yang
Qigong; muncul. 3 manfaat Tai chi yang
Taichi merupakan metode dirasakan antara lain: manfaat
latihan olah pikir dan tubuh yang pertama yaitu meningkatkan sistem
kuno dari Cina yang bermanfaat kardiovaskuler, kekuatan otot,
meningkatkan fungsi otot, keseimbangan, koordinasi dan fungsi
keseimbangan dan fleksibilitas, fisik yang memengaruhi kelemahan
mengurangi resiko jatuh, otot dan tingkat nyeri pasien.
mengurangi: nyeri, kekakuan sendi, Manfaat ke dua yang dirasakan
dan kelelahan, memperbaiki; pola adalah komponen pikiran dan tubuh
tidur, system respirasi dan mampu mempengaruhi system
kardiovaskuler serta kesejahteraan immune, endokrin, neurochemical
dari pasien (J.M. Brism’ee, R.L. dan fungsi autonom tubuh. Manfaat
Paige, M.C. Chyu et al. (2007) dan ke tiga yaitu kemampuan mengotrol
K.L. Bennel and R.S. Hinman. pernapasan dan pergerakan napas
(2011) dalam Chyu,et al, 2011). meningkatkan fase istirahat dan
Wang et al, 2009 mengadakan keseimbangan mental yang
penelitian dengan teknik randomized berpengaruh memotong siklus nyeri
controlled trial di pusat layanan arthritis. Dampak yang dirasakan
kesehatan di Boston, Massachussets pada akhirnya adalah meningkatkan
pada 40 pasien dengan OA fungsi fisik, psikologi dan
tibiofemoral dengan rerata usia 65 kesejahteraan psikososial dan
tahun dan BMI 30 kg/m2. Intervensi kualitas hidup pasien OA.
yang dilakukan adalah olah tubuh Exercise terapi Yoga juga telah
dan pikiran berupa Tai chi pada 20 diterapkan pada kasus OA. Penelitian
pasien dan 20 pasien sisanya yang dilakukan oleh Telles, Naveen,
mendapat intervensi attention control Gaur dan Balkhrisna (2011)
(wellness education dan stretching). menunjukkan bahwa latihan yoga
Intervensi dilaksanakan selama 12 bermanfaat bagi pasien dengan
minggu, dan intervensi tetap rematoid arthritis (RA). Penelitian
dilakukan follow up pada minggu ke tersebut dilakukan pada 64 pasien
24 dan 48 untuk melihat manfaat dengan RA dan 47 orang diantaranya
exercise terapi yaitu Tai chi. Sesi adalah wanita. Rentang usia
intervensi dilakukan selama 60 menit partisipan penelitian adalah 20 – 70
terdiri dari: pemanasan dan review tahun dengan RA yang mendapatkan
tentang prinsip dan tekhnik Taichi, pengobatan NSAIDs dan
latihan Taichi, tekhnik pernapasan kortikosteroid. Latihan yoga
dan berbagai tekhnik relaksasi yang dilaksanakan selama 1 minggu setiap
dapat dipergunakan oleh pasien sesi dilakukan selama 2,5 jam.
dengan OA lutut. Hasil penelitian Latihan yang dilakukan antara lain:
tersebut menunjukkan sinergi antara latihan pernapasan dengan tekhnik
komponen fisik dan mental berperan yoga, latihan fleksi dan ekstensi serta
rotasi sendi bahu. pergelangan sendi siku jari-jari tangan dikombinasi
tangan, latihan fleksi dan ekstensi dengan latihan pernapasan. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan Partisipan penelitian sebanyak 112
seluruh partisipan mengalami dibagi dalam kelompok intervensi
penurunan nilai indeks disabilitas sebanyak 60 orang dan 52 orang
dibandingkan awal intervensi mendapatkan sham terapi. Standar
dilakukan. Partisipan wanita prosedur pada intervensi ini tidak
mengalami perbaikan untuk ada, tergantung dari healer yang
berpakaian, bangun tidur serta merasakan adanya lokasi lutut yang
berjalan, sedangkan partisipan lelaki mengalami hambatan aliran Qi.
mengalami perbaikan untuk Berdasarkan hasil penelitian, dampak
berpakaian, bangun, berjalan dan bagi partisipan sangatlah bervariasi
menggenggam meskipun nilai tergantung dari healer yang
ambang nyeri tidak ada perbaikan melakukan intervensi tersebut.
pada partisipan penelitian. Sehingga disarankan pada penelitian
Qigong merupakan exercise selanjutnya diperlukan jumlah pasien
terapi lainnya yang dapat diberikan yang lebih besar dengan standar yang
pada kasus OA. Penelitian yang sama bagi healer yang memberikan
dilakukan oleh Chen et al, 2008 intervensi.
dengan metode randomized
controlled trial pada kasus OA lutut
yang dilakukan intervensi berupa
eksternal Qigong.
Ju
rn
al
Tabel 1. Tabel Tinjauan Pustaka Ne
Prosedur rs
No Penulis Judul Desain Responden Hasil
Penilaian L
1 Chenchen Wang, Tai Chi is Effective Randomized 40 partisipan dengan Skala nyeri OA Skala nyeri kelompok E
Christopher H. in Treating Knee controlled trial gejala OA menurut intervensi awal sebesar N
Schmid, Patricia L. Osteoarthritis: A tibiofemoral Western 209 dari skala 0-500 dan T
Hibberd, et al (2009) Randomized (20 partisipan Ontario dan berkurang sebanyak - E
Controlled Trial dengan intervensi tai McMaster 157,25 (-203,11 R
chi dan 20 partisipan University sam-pai -111,39) di A,
dengan intervensi minggu ke 12 V
control attention) Kelompok kontrol skala ol.
nyeri awal sebesar 220 7,
dan berkurang sebesar - N
38,45 (-84,31 sampai - o.
7,41) 1,
42 2 Shierly.Telles, Effect of one week of Single group 64 partispan dengan Stanford Health Sebelum intervensi -
Kalkuni V Naveen., yoga on function and intervention rheumatoid arthtritis Assesment 0,85±0,50
Vaishali Gaur., severity in yang mendapatkan Questionner Setelah intervensi
Acharya Balkhrisna. rheumatoid arthritis intervensi yoga 0,58±0,40
(2011). selama 1
minggu
3 Kevin W. Chen,, Effect of External Randomized 60 partisipan dengan McGill Pain Healer 1 dari 11, 5
Adam Perlman, Jason Qigong Therapy on controlled trial intervensi Qigong Questionner menjadi 4,7 selama 3
G Liao, Alex Lam, Osteoarthritis of the yang dilakukan oleh minggu intervensi
Joy Staller, Leonard knee a Randomized 2 healer dan 52 Healer 2 dari 9,8 menjadi
H Sigal. (2008). Controlled Trial partisipan dengan 3,7 selama 3 minggu
intervensi Sham intervensi
Sham intervensi dari 11
menjadi 5,6
arthritis. BMC Research Note
SIMPULAN vol.4. no.118
Exercise terapi yang dapat
diberikan pada pasien OA sebagai
terapi komplementer pengobatan
tradi-sional antara lain Taichi, Yoga
dan Qigong. Penerapan intervensi
tersebut diharapkan mampu
mengontrol gejala OA dan
memperbaiki kualitas hidup
penderita OA.

SARAN
Terapi komplementer melalui
exercise terapi seperti Taichi, Yoga
dan Qigong yang diberikan pada
kasus OA dapat diterapkan sesuai
dengan manfaat yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Chen, Kevin W., Adam Perlman,
Jason G Liao, Alex Lam, Joy
Staller, Leonard H Sigal.
(2008). Effect of External
Qigong Therapy on
Osteoarthritis of the knee a
Randomized Controlled Trial.
Clin Rheumatol. vol.27. no.12.
p.1497-1505. diunduh di DOI:
10.1007/s10067-008—0955-4

Rasjad, Chairuddin. (2007).


Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone

Telles, Shierly., Kalkuni V Naveen.,


Vaishali Gaur., Acharya
Balkhrisna. (2011). Effect of
one week of yoga on function
and severity in rheumatoid

43
Hartanto, Huriawati., Enny Listi-
awati, David Putra Jaya.
(2010). Manual Washington:
Terapi Rawat Jalan. Jakarta:
EGC

M.A. Fitzcharles, D. Lussier, and Y.


Shir. (2010). Management of
Chronic arthritis pain in the
Elderly. Drugs and Aging
vol.27 no.6 p.471-490.

Von Roenn, Jamie, Paice Judith A,


Preodor,. Michael E. (2006).
Current Diagnosis &
Treatment. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc

J.M. Brism’ee, R.L. Paige, M.C.


Chyu et al. (2007). G. home-
based tai chi in elderly
subjects with knee osteo a
randomized controlled trial.
Clinical Rehabilitation vol.21,
no.2. p 99-111

K.L. Bennel and R.S. Hinman.


(2011). A review of the
evidence for exercise in
osteoarthritis of the hip and
knee. Journal of Science and
Medicine in Sport vol.14 no 1
p.4-9

Wang, Chenchen., Christopher H.


Schmid., Patricia L. Hibberd.,
Robert

Kalish.,
RonnenRoubenof., Ramel
Rones., Timothy McAlindon.
(2009). Tai Chi is Effective in
Treating Knee
Osteoarthritis:

44
A Randomized Controlled
Trial. Arthritis & Rheumatism
vol.61.no 11. p.1545-1553.
diunduh di DOI
10.1002/art.24832
BAB V

KESIMPULAN

Osteoartritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat biasanya

mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai

dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikukar yang berakibat pada

pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan

ketidakmampuan beraktifitas normal.pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi fase

inflamasi, fase nyeri, dan fase degradasi. Penggolongan obat dapat berupa dengan

terapi farmakologi, terapi non farmakologi dan juga pembedahan.


LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Djoko arisworo, y. N. (2006). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : grafindo media pratama.
Dr.Ayustawasi, P. (2010 ). menggali keluhan anda info kesehatan umum untuk pasien.
Jakarta: informasi medika.
Drs.susianto dr.hendry wijaja, M. H. (2007). DIET ENAK ALA FEGETARIAN . bogor:
penebar suadaya swadaya .
gustina, e. (20l7). faktor-faktor yang mempengaruhi osteoartritis . 88-l03.
lilyana, m. t. (20l9). tinjauan pustaka : manfaat exercise terapi pada osteoartritis. jurnal ners
lentera, 37-44.
misnadiarly. (2007). Rematik:asam urat -hiperurisemia, arthritis gout. Jakarta: Obor populer.
mutmainnah, s. (20l9). manajemen pasien osteoartritis secara holistik, komprehensif dengan
menggunakan penedekatan kedokteran keluarga di puskesmas sudiang raya makassar.
umi medical journal, l4l-l53.
Oda, D. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.
LEMBAR KERJA MAHASISWA

NAMA : Muthmainnah
KELOMPOK : 1
NIM : 70300118014
TUTOR : Ns. Andi Budiyanto Adi Putra, S.Kep.,M.Kep

(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada
makalah)

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


Kelompok 2 :
- Kriptisasi : berderak atau suara kisi disebabkan oleh tulang yang bergesekan satu
sama lain
- Edentulous mandibular : kondisi kehilangan gigi
- Neurovaskuler : pembentukan pola system saraf dan system pembuluh darah

Kelompok 3

- luksasio erekta : lengan terkunci dalam posisi abduksi

Kelompok 4 :

- Staphylococcus aureus : bakteri gram posiif yang menghasilkan pigmen kuning.


- Proteus :
- Pseudomonas : bakteri gram negatif
- Escherichia coli : salah satu jenis bakteri gram negative yang umumnya
ditemukan di usus besar manusia.
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Kelompok 2 : fraktur mandibulla, rahang, kecelakaan
Kelompok 3 : dislokasi sendi, trauma, kecelakaan
Kelompok 4 : osteomyelitis, infeksi, bakteri

3. MASALAH YANG DITEMUKAN

Kelompok 2 : nyeri akut, deficit nutrisi, gangguan pola tidur


Kelompok 3 : nyeri akut, gangguan movilitas fisik, gangguan pola tidur, gangguan

citra tubuh

Kelompok 4 : nyeri akut, gangguan mobilitas fisik

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

Kelompok 2 :
- Apa itu yang dimaksud dengan kemampuan otot mendukung tulang turun baik
yang tertutup maupun yang terbuka ?
- Penanganan apa yang dilakukan atau cara pemberian makan pada pasien fraktur
mandibulla?

Kelompok 4 :

- Apakah ada pengobatan non medis osteomielitis?

5. JAWAB PERTANYAAN

Kelompok 2 :
- Kemampuan otot dalam melakukan dan mendukung gerakan itu menurun baik
lukanya itu terbuka maupun tertutup atau hanya muncul tanda fraktur dan
perubahan warna maksudnya itu baik tertutup akan tetap mempengaruhi
kemampuan gerak otot.
- Pada pasien fraktur mandibular dengan luka memar disertai efusi jaringan masih
ringan maka instruksi yang diberikan adalah makan makanan lunak atau cair.

Kelompok 4

- Selain pembedahan dan medis, ada juga pengobatan non medis yang dapat
dilakukan pada pasien osteomielitis yaitu mengendalikan gula darah, suplementasi
nutrisi, terapi hiperbarik oksigen, berhenti merokok, serta perawatan ulkus
dekubitus.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien osteoarthritis
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien fraktur mandibulla
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien dislokasi sendi
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien osteomielitis

7. INFORMASI TAMBAHAN

Kelompok 2 : kompres dingin dapat meringankan nyeri

Kelompok 3 : pemberian massase dapat meringankan nyeri pada sendi

Kelompok 4 : pembedahan merupakan salah satu cara mengatasi osteomielitis


8. KLARIFIKASI INFORMASI

Kelompok 2 : salah satu tindakan non farmakologis yang dapat diberikan pada pasien

fraktur yaitu dengan kompres dingin, tujuan dari kompres dingin yaitu untuk

meringankan nyeri. Mekanisme penurunan nyeri dengan kompres dingin berdasarkan

teori endorphin yaitu zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Produksi

endorphin dapat ditingkatkan melalui stimulasi kulit,

Kelompok 3 : salah satu tindakan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami

dislokasi sendi yaitu dengan massase, massase ini bertujuan untuk mengurangi

ketegangan otot, memposisikan persendian, dan memperlancar peredararan darah.

Kelompok 4 : salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk pasien osteomielitis

yaitu dengan dilakukan pembedahan yang diman tujuan dari pembedahan ini yaitu

untuk menghilangkan tulang nekrotik.

9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI

Kelompok 2 : fraktur mandibulla merupakan diskontinuitas tulang mandibulla yang

diakibatkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Saat mengalami fraktur

tentu orang akan mengalami nyeri oleh karena itu selain pemberian obat penurun

nyeri, dapat juga dilakukan pemberian kompres dingin, pemberian kompres dingin

pada pasien yang fraktur sudah dibuktikan oleh beberapa penelitian dan ternyata
kompres dingin efektiv untuk diguunakan.

Kelompok 3 : dislokasi adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua

permukaan sendi secara komplet/lengkap. Dilokasi yang sering terjadi pada orang

yang mengalami cedera yaitu dislokasi bahu. Salah satu penanganan dislokasi bahu

yang dapat diberikan yaitu dengan massase. Beberapa penelitian juga sudah

membuktikan bahwa pemberian massase pada pasien yang mengalami dislokasi bahu

efektif untuk di gunakan menurunkan nyeri.

Kelompok 4 : osteomielitis adalah kondisi inflamasi yang dapat terjadi pada tulang

dan struktur sekundernya. Umumnya kondisi ini disebabkan karena adanya infeksi

bakteri. Salah satu penanganan yang dapat diberikan untuk pasien osteomielitis yaitu

dengan pembedahan untuk menghilangkan tulang nekrotik dan membuka tulang yang
sehat sehingga memberikan vaskularisasi yang baik. Tapi sebelum dilakukan

pembedahan harus dilakukan deteksi dini terlebih dahulu agar dalam pemberian

tindakan selanjutnya bisa diberikan dengan tepat.

10. LAPORAN DISKUSI


Pada diskusi hari ini, ada 4 kelompok yang di wakili oleh 2 orang setiap
kelompok untuk memaparkan makalah kelompoknya mengenai kasus yang terdapat pada
system muskulokeletal. Pada pemaparan kelompok terdapat 4 kasus yang dibahas yaitu
osteartritis, dislokasi sendi, fraktur mandibular, dan ostemyelitis.

NAMA : YUSNI PRATIWI KELOMPOK :1


NIM : 70300118026 TUTOR :

LEMBAR KERJA MAHASISWA


(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada makalah)
1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
Kelompok 2 :
a. Kraniomaxilofasial itu adalah bagian tulang-tulang pembentuk wajah
b. Krepitasi merupakan istilah serapan dari bahasa Latin, yakni crepitus yang berarti
gemeretak. Bunyi ini dapat muncul berupa derik akibat gesekan ujung-ujung tulang
patah, juga dari pergerakan sendi
c. Deformitas musculoskeletal adalah kelainan dan trauma pada sistem muskuloskeletal
yang bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari ekstremitas atau batang tubuh.
d. Edentulous mandibula yaitu Kondisi dimana hilangnya seluruh gigi pada bagian
rahang
e. Fraktur condylus salah satu fraktur yg melibatkan sendi temporomandibula sehingga
dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula

Kelompok 3 :
a. Deformitas adalah perubahan bentuk atau suatu kondisi kelainan bentuk secara
anatomi dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya
b. Luksasio erekta adalah keadaan dimana kaput humerus mengalami jepitan atau
terperangkap di bawah kavitas glenoid dimana lengan mengarah ke atas sehingga
lengan terkunci dalam posisi abduksi
c. Kavitas glenoid sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya
kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira
hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar,
keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas
gerakannya.

Kelompok 4 :
a. Gingivitis adalah suatu inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di
sekitar gigi atau jaringan gingiva.
b. Periodontitis (pyorrhea) adalah peradangan dari gingivitis yang menyebar sampai ke
struktur penyangga gigi.

c. Furunkulosis. Ini adalah abses pada kulit yang menyerupai bisul, terjadi sebagai
akibat dari infeksi bakteri jenis Staphylococcus.

d. Debridemen adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan
nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan
mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf,
pembuluh darah, tendo dan tulang. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan
berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi juga dapat terjadi
kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis,
amputasi tungkai atau kematian. Setelah debridement akan terjadi perbaikan sirkulasi
dan suplai oksigen yang adekuat ke luka.

e. Periosteum adalah membran padat dari jaringan ikat fibrous di permukaan tulang luar
tulang kecuali pada permukaan artikulasi.

2. KATA/PROBLEM KUNCI
Kelompok 2 : Fraktur, mandibula, kecelakaan lalu lintas
Kelompok 3 : Dislokasi, trauma
Kelompok 4 : Osteomylitis, Osteomyelitis akut

3. MASALAH YANG DITEMUKAN

Kelompok 2 : Nyeri Akut, Defisit Nutrisi, Gangguan Pola Tidur


Kelompok 3 : Nyeri Akut, Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola Tidur, Gangguan
Citra Tubuh
Kelompok 4 : Nyeri Akut, Gangguan Mobilitas Fisik

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

Kelompok 2 :
a. Seperti apa itu rotation flap dan free lap?

Kelompok 3 :
a. Pada penderita dislokasi sendi ,jika sudah sembuh apakah tulang yang mengalami
pergeseran akan kembali ke posisi semula?
b. Khususnya pada bagian gangguan pola tidur. Saya melihat salah satu DS nya
berbunyi bahwa klien sering mengeluh sulit tidur karena nyeri yang sering ia rasakan.
Tetapi pada penulisan diagnosanya sendiri dikatakan gangguan pola tidur b/d
hambatan lingkungan. Kenapa bukan gangguan pola tidur b/d nyeri. Saya sendiri
tidak melihat hambatan lingkungan yang tertera di DS DO nya. Tolong lebih
dispesifikkan hambatan lingkungan seperti apa yang dimaksud (apakah karena
kebisingan, kelembapan lingkungan, pencahayaan, dll)?

Kelompok 4 :

a. Mengapa pada Mengidentifikasi agen spesifik yang menjadi penyebab osteomielitis


msih sangat sulit? Apa yg menyebabkan. Apakah karena ukurannya yg kecil atau
bagaimna?
b. Osteomielitis ini salah satu penyebabnya karena infeksi bakteri. Apakah infeksi ini
bisa didapatkan melalui makanan?
c. Mengapa Osteomilitis umumnya terjadi pada pasien yang sedang mengalami cuci
darah
d. Mungkin dari saya bisa djelaskan sedikit mngenai terapi pendukung dari jurnal karena
kurang faham sama yg di makalah.

5. JAWABAN PERTANYAAN

Kelompok 2 :
a. Flap rotasi atau rotation flap adalah flap kulit setengah lingkaran yang diputar ke
cacat pada titik tumpu. Flap rotasi memberikan kemampuan untuk memobilisasi area
jaringan yang luas dengan basis vaskular yang luas untuk rekonstruksi
Istilah free lap tau flap bebas, transfer jaringan autologus bebas dan transfer

jaringan mikrovaskuler adalah istilah yang sama yang digunakan untuk


menggambarkan “transplantasi jaringan dari satu lokasi tubuh ke lokasi lain untuk

merekonstruksi defek yang ada.

Kelompok 3 :
a. Bisa kembali semula dengan penanganan dan pengobatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan serta pemberian perawatan yang tepat, oleh karena itu seperti yg sdh di
jelaskan Ners tidak di anjurkan untuk ke tukang urut karena pada saat di urut bisa saja
akan sembuh namun tidak di ketahui apa yg terjadi pada bagian dalam apakah dia
kembali ke posisi semua atau tidak maka dari itu di anjurkan ke dokter apa bila terjadi
dislokasi untuk melakukan rontgen melihat keadaan sendi apakah sdh kembali ke
posisi normal. Hanya saja apabila sdh terjadi dislokasi fungsi dan kekuatan sendi tdk
akan sama seperti pada saat blm terjadi dislokasi, tidak lagi di anjurkan untuk
mealkukan aktivitas berat pada bagian yg sdh terjadi dislokasi kecuali apabila terjadi
komplikasi pada dislokasi sendi.
Jika dislokasi tidak segera diobati, kondisi ini dapat bertambah parah dan bisa

menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:


1) Kerusakan saraf dan pembuluh darah di sekitar sendi.
2) Sobeknya otot, ligamen, dan jaringan penghubung otot dengan tulang (tendon)
pada sendi yang cedera.
3) Peradangan pada sendi yang cedera. Risiko ini akan semakin tinggi pada lansia.
4) Meningkatnya risiko cedera kembali pada sendi yang mengalami dislokasi
b. Kenapa bukan gangguan pola tidur b/d nyeri, krna dibuku diagnosa penyebab dri
gangguan pola tidur itu tdak ada krna nyeri, alasan kami mengambil hambatan
lingkungan krna itu berhubungan dengan kondisi pasien sekarang

Kelompok 4

a. Bisa jadi. Tapi kan meskipun agen etiologi seringkali sulit untuk diidentifikasi, tapi
sudah banyak peneliti yang percaya bahwa bakteri (staphyylococci, streptococci ,
bacteroised, actinomyces) adalah penyebab utama terjadinya osteomielitis kronis.
Osteomielitis biasanya disebabkan oleh spesies staphylococcus, kemudian diikuti
dengan enterbacteriaceae dan pasien pseudamonas. Staphylococcus aureus merupakan
patogen yang paling sering menyebabka osteomielitis baik pada osteomielitis akut
maupun kronis. Osteomielitis juga merupakan infeksi polimikroba karena banyaknya
patogen yang ditemukan dan berhubungan dengan osteomielitis.
b. Iyaa. Salah satu penyebabnya bisa melalui makanan. Pola Makan untuk Pengidap
Osteomielitis.Karena Pola makan sehat perlu dijalani pengidap selama perawatan
osteomielitis. Misalnya dengan memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan
vitamin A, C dan E, mangan, folat, magnesium, zat besi, kalsium dan kalium. Nutrisi
tersebut bisa ditemukan pada bayam, buah-buahan, biji-bijian, dan ikan. Sebaiknya
hindari konsumsi alkohol dan makanan berlemak tinggi. Pasalnya alkohol berpotensi
meningkatkan aliran darah. Sedangkan makanan berlemak tinggi menyebabkan
penumpukan lemak di arteri. Akibatnya, timbunan lemak memicu kenaikan berat
badan dan peningkatan tekanan darah.
c. Jadi kenapa osteomielitis umumnya terjadi pada pasien yang sedang cuci darah, hal
ini karena disebabkan oleh faktor resiko dari osteomielitis itu sendiri. Yaitu dimana
osteomielitis ini salah satu penyebabnya itu bisa terjadi melalui aliran darah seperti
yang tertera di laporan pendahuluan kami bagian etiplogi. Nah Infeksi bisa
disebabkan oleh peyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat
lain (mislanya tonsil yang terinfeksi, lepuh, atau gigi terinfeksi). Aliran darah juga
bisa membawah suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak,
infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang
dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomielitis juga terjadi
akibat penyebaran hematogen yang biasanya terjadi ditempat yang terdapat
trauma.Trauma yg dimaksud disini beragam, bisa karena oeprasi pasca caesar,
pembedahan lainnya dan cuci darah.
d. Jadi untuk kasus osteomielitis, dijelaskan pada jurnal kami bahwa ada
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus ini antara lain dengan
sequestrectomy dan debridemen untukmenghilangkan tulang nekrotik dan membuka
tulang yang sehat sehingga memberikan vaskularisasi yang baik. Hal ini sangat
membantu dalam pemberian antibiotik yang adekuat. Menurut Anderssonprinsip
penatalaksanaan osteomielitis adalah kultur dan tes sensitivitas untuk memastikan
pemberian antibiotik yang tepat, drainase dan debridemen, sequestrectomy,
meniadakan sumber infeksi, jika diperlukan dapat dilakukan dekortikasi dari
mandibula, dan terakhir kemungkinan tindakan reseksi dan rekonstruksi tulang yang
terlibat setelah infeksi sudah dapat ditangani. Pada kasus infeksi dan organisme mikro
persisten, Fragiskos menambahkan perlunya terapi hiperbarik oksigen yang
mampumeningkatkan metabolisme sel di daerah infeksi dan menghambat bakteri
anaerob. Selain itu daya tahan tubuh pasien harus ditingkatkan dengan asupan nutrisi
yang baik.

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

Kelompok 2 : Merevisi asuhan keperawatan fraktur mandibula


Kelompok 3 : Merevisi asuhan keperawatan dislokasi sendi
Kelompok 4 : Merevisi asuhan keperawatan osteomyelitis

7. INFORMASI TAMBAHAN

Kelompok 2 :
Efektivitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur
mengalami penurunan nyeri yang signifikan.

Kelompok 3 :
Terapi masase, terapi latihan Muscle setting exercise dan AAROM Exercise efektif untuk
menurunkan nyeri pada pasien dislokasi sendi

Kelompok 4 :

Sequstrectomy dapat dilakukan pada kasus osteomielitis kronis untuk menghilangkan


tulang yang nekrosis dan meningkatkan vaskularisasi di daerah infeksi sehingga memungkinkan
penetrasi antibiotik adekuat.

8. KLARIFIKASI INFORMASI

Kelompok 2 :
Penurunan nyeri dengan pemberian kompres dingin berdasarkan atas teori endorphin.

Endhorpin merupakan zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Semakin tinggi

kadar endorphin seseorang, semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan.

Kelompok 3 :

Terapi masase yang meliputi pelemasan otot dengan soft tissue release melalui

manipulasi gerakannya memberikan efek relaks pada jaringan lunak di sekitar area cedera

terutama otot penopang sendi ankle, melalui gerakan penekanan dan stretching/peregangan

yang menyeluruh di area permukaan otot-otot tungkai bawah menghilangkan kekakuan otot

yang terjadi akibat dari cedera, jadi selain manipulasi manual therapy pada soft tissue release

juga terdapat manipulasi exercise therapy yaitu berupa gerakan stretching/peregangan.

Begitupula dengan deep tissue massage melalui manipulasi gerakan yang diberikan

yaitu gerakan stroke/penekanan yang dalam dan perlahan menggunakan siku dan lengan

bawah terapis di area permukaan otot-otot tungkai bawah memberikan efek relaks dan nyaman

pada pasien yang dapat memicu hormon endorphin yang mampu mengurangi rasa nyeri. Secara

tidak langsung pelemasan otot dengan soft tissue release atau deep tissue massage yang

menghilangkan kekakuan otot dan memberikan kenyamanan pada otot dan jaringan lunak

lainnya membantu meningkatkan fungsi gerak sendi ankle karena pada setiap gerakan sendi

memerlukan bantuan daripada jaringan lunak dan otot-otot penopang di sekitar sendi.

Kemudian penanganan reposisi gerak yang diberikan dengan gerakan peregangan pasif dan PNF

pada sendi ankle memberikan efek penurunan nyeri gerak.

Kelompok 4 :

Sequestrectomy dan debrimen untuk menghilanglan nekrotik dan membuka tulang

yang sehat sehingga memberikan vaskularisasi yang baik. Hal ini sangat membantu dalm

pemberian antibiotik yang adekuat.

9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI

Kelompok 2 :
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang

bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Berdasarkan penelitian, kompres dingin efektif untuk

menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur. Produksi endorphin dapat ditingkatkan

melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit meliputi massase, penekanan jari-jari dan pemberian

kompres hangat atau dingin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres dingin dapat

menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup. Penurunan nyeri dengan pemberian

kompres dingin berdasarkan atas teori endorphin. Endhorpin merupakan zat penghilang rasa

nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Semakin tinggi kadar endorphin seseorang, semakin ringan

rasa nyeri yang dirasakan. Pada tindakan kompres dingin dapat memberikan efek fisiologis,

seperti menurunkan respon inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah, dan mengurangi

edema.

Kelompok 3 :

Dislokasi sendi dapat memungkinkan terjadinya pergeseran atau keluarnya ligamen dari

jalurnya sehingga rasa nyeri yang dirasakan tak kunjung hilang dan ligamen rentan mengalami

robekan yang lebih parah. Efektivitas terapi masase yang meliputi pelemasan otot dengan soft

tissue release dan deep tissue massage yang disertai reposisi gerak terhadap cedera ankle.

Terapi masase yang meliputi pelemasan otot dengan soft tissue release melalui manipulasi

gerakannya memberikan efek relaks pada jaringan lunak di sekitar area cedera terutama otot

penopang sendi ankle, melalui gerakan penekanan dan stretching/peregangan yang

menyeluruh di area permukaan otot-otot tungkai bawah menghilangkan kekakuan otot yang

terjadi akibat dari cedera, jadi selain manipulasi manual therapy pada soft tissue release juga

terdapat manipulasi exercise therapy yaitu berupa gerakan stretching/peregangan.

Begitupula dengan deep tissue massage melalui manipulasi gerakan yang diberikan

yaitu gerakan stroke/penekanan yang dalam dan perlahan menggunakan siku dan lengan

bawah terapis di area permukaan otot-otot tungkai bawah memberikan efek relaks dan nyaman
pada pasien yang dapat memicu hormon endorphin yang mampu mengurangi rasa nyeri. Secara

tidak langsung pelemasan otot dengan soft tissue release atau deep tissue massage yang

menghilangkan kekakuan otot dan memberikan kenyamanan pada otot dan jaringan lunak

lainnya membantu meningkatkan fungsi gerak sendi ankle karena pada setiap gerakan sendi

memerlukan bantuan daripada jaringan lunak dan otot-otot penopang di sekitar sendi.

Kemudian penanganan reposisi gerak yang diberikan dengan gerakan peregangan pasif dan PNF

pada sendi ankle memberikan efek penurunan nyeri gerak.

10. LAPORAN DISKUSI


KELOMPOK : KLP 1 A NAMA : SALMIAH
TUTOR: Andi Budiyanto Adi Putra S.Kep.,Ns.,M.Kep NIM :70300116040

LEMBAR KERJA MAHASISWA

(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada makalah)
1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
Klp 2: Alveolar: Kondilus koronoideus
Klp 3: Agranulositosis aeukopenia
Klp 4: furukologis

2. KATA/PROBLEM KUNCI
Klp 2: fraktur mandibula
Klp 3: dislokasi
Klp 4: osteomyelitis

3. MASALAH YANG DITEMUKAN


Klp 2: nyeri akut, defisit nutrisi, gangguan pola tidur
Klp 3: nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur
Klp 4: nyeri akut, gangguan mobilitas fisik

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Klp 3: mengapa membuka mulut yang berlebihan saat menguap dapat menjadi
penyebab dislokasiKlp
4: dietiologi saya lihat bahwa osteomietis biasanya disebabkan oleh spesis
staphylococcus kemudian enterbacteriaceae dan pasien pseudamonas. Mungkin bisa
dijelaskan ketiga penyebabnya itu?

5. JAWABAN PERTANYAAN
Klp 3: karena pada saat kita menguap, sendi-sendi dan sekelompok otot rahang
lah yang bekerja. Sama halnya ketika koita melakukan gerakan mengunyah, menelan,
dan berbicara. Sehingga bisa saja ketika membuka mulut secara berlebihan bisa
menyebabkan pergeseran sendi bagian rahang. Saat menguap tulang rahang bawah
yang biasanya bergerak berlebihan dan memiliki tonjolan iniulah yang masuk ke
dalam cekungan ditulang tengkorak. Jika berlebihan dibuka akan mengakibatkan
dislokasi rahang, posisi tulang rahang bawah keluar dari cekungan dan tidak dapat
kembali ke posisi normal.dislokasi rahang bisa terjadi sebagian, utuh, unilateral (satu
sisi ) atau bilateral (dua sisi).
Klp 4: spesies staphylococcus, enterbacteriaceae dan pseudamonas merupakan
spesies bakteri yang ditularkan secara hematogenous. Gejalanya seperti demam,
malaise, anoreksia, serta rasa nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang
yang terlihat.

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

7. INFORMASI TAMBAHAN

8. KLARIFIKASI INFORMASI

9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI

Klp 2:fraktur adalah patah tulanga tau terputrusntya kontinuitas jaringan


tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur mandibula merupakan kondisi
diskontinuitas tulang mandibula yang dilakukan oleh trauma wajah ataupun keadaan
patologis.

Klp 3: dislokasi adalah cedera pada sendi dimana ujung dari tulang pada sendi
tersebut lepas dari posisi normalnya. Dislokasi terjadi karena trauma akibat
kecelakaan seperti kecelakaan mobil, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan terjatuh
dari tempat yang tinggi, dan lain-lain

Klp 4: osteomielitis adalah proses inflamasi yang menyerupai proses destruksi


tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.
10.LAPORAN DISKUSI / DOKUMENTASI
NAMA : sri rahayu KELOMPOK : 1
NIM : 70300118022 TUTOR: Andi Budiyanto Adi Putra S.Kep.,Ns.,M.Kep

LEMBAR KERJA MAHASISWA


(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada makalah)

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING

Klp 2: Alveolar:
Kondilus koronoideus
Klp 3: Agranulositosis
aeukopenia
Klp 4: furukologis
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Klp 2: fraktur mandibula
Klp 3: dislokasi

Klp 4: osteomielitis

3. MASALAH YANG DITEMUKAN

Klp 2: nyeri akut, defisit nutrisi, gangguan pola tidur

Klp 3: nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur

Klp 4: nyeri akut, gangguan mobilitas fisik

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

Klp 2:

Klp 3: mengapa membuka mulut yang berlebihan saat menguap dapat menjadi

penyebab dislokasi

Klp 4: dietiologi saya lihat bahwa osteomietis biasanya disebabkan oleh spesis

staphylococcus kemudian enterbacteriaceae dan pasien pseudamonas. Mungkin bisa dijelaskan

ketiga penyebabnya itu?

5. JAWABAN PERTANYAAN

Klp 3: karena pada saat kita menguap, sendi-sendi dan sekelompok otot rahang lah yang

bekerja. Sama halnya ketika koita melakukan gerakan mengunyah, menelan, dan berbicara.

Sehingga bisa saja ketika membuka mulut secara berlebihan bisa menyebabkan pergeseran

sendi bagian rahang. Saat menguap tulang rahang bawah yang biasanya bergerak berlebihan

dan memiliki tonjolan iniulah yang masuk ke dalam cekungan ditulang tengkorak. Jika

berlebihan dibuka akan mengakibatkan dislokasi rahang, posisi tulang rahang bawah keluar dari

cekungan dan tidak dapat kembali ke posisi normal.dislokasi rahang bisa terjadi sebagian, utuh,

unilateral (satu sisi ) atau bilateral (dua sisi).


Klp 4: spesies staphylococcus, enterbacteriaceae dan pseudamonas merupakan spesies

bakteri yang ditularkan secara hematogenous. Gejalanya seperti demam, malaise, anoreksia,

serta rasa nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang yang terlihat.

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

7. INFORMASI TAMBAHAN

8. KLARIFIKASI INFORMASI

9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI

Klp 2:fraktur adalah patah tulanga tau terputrusntya kontinuitas jaringan tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang

mandibula yang dilakukan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis.

Klp 3: dislokasi adalah cedera pada sendi dimana ujung dari tulang pada sendi tersebut

lepas dari posisi normalnya. Dislokasi terjadi karena trauma akibat kecelakaan seperti

kecelakaan mobil, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan terjatuh dari tempat yang tinggi, dan

lain-lain

Klp 4: osteomielitis adalah proses inflamasi yang menyerupai proses destruksi tulang

yang disebabkan oleh bakteri piogenik.

10.LAPORAN DISKUSI
NAMA : Muh.nurwahid
KELOMPOK : 1
NIM : 70300118009

TUTOR : Andi Budiyanto Adi Putra, S.Kep., Ns., M.Kep

LEMBAR KERJA MAHASISWA


(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada makalah)

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


Kelompok 2 :
- Kriptisasi
- Edentulous mandibula
- neurovaskuler

Kelompok 3
- luksasio erekta
-

Kelompok 4 :
- Staphylococcus aureus
- Proteus
- Pseudomonas
- Escherichia coli

2. KATA/PROBLEM KUNCI
Kelompok 2 : fraktur mandibulla, rahang, kecelakaan
Kelompok 3 : dislokasi sendi, trauma, kecelakaan
Kelompok 4 : osteomyelitis, infeksi, bakteri

3. MASALAH YANG DITEMUKAN


Kelompok 2 : nyeri akut, deficit nutrisi, gangguan pola tidur
Kelompok 3 : nyeri akut, gangguan movilitas fisik, gangguan pola tidur, gangguan citra
tubuh
Kelompok 4 : nyeri akut, gangguan mobilitas fisik

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

Kelompok 2 :
- Apa itu yang dimaksud dengan kemampuan otot mendukung tulang turun baik
yang tertutup maupun yang terbuka ?
- Penanganan apa yang dilakukan atau cara pemberian makan pada pasien fraktur
mandibulla?

Kelompok 4 :
- Apakah ada pengobatan non medis osteomielitis

5. jawab pertanyaan
Kelompok 2 :
- Kemampuan otot dalam melakukan dan mendukung gerakan itu menurun baik
lukanya itu terbuka maupun tertutup atau hanya muncul tanda fraktur dan
perubahan warna maksudnya itu baik tertutup akan tetap mempengaruhi
kemampuan gerak otot.
- Pada pasien fraktur mandibular dengan luka memar disertai efusi jaringan masih
ringan maka instruksi yang diberikan adalah makan makanan lunak atau cair.

Kelompok 4
- Selain pembedahan dan medis, ada juga pengobatan non medis yang dapat
dilakukan pada pasien osteomielitis yaitu mengendalikan gula darah, suplementasi
nutrisi, terapi hiperbarik oksigen, berhenti merokok, serta perawatan ulkus
dekubitus.

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien osteoartritis
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien fraktur mandibulla
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien dislokasi sendi
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien osteomyelitis

7. INFORMASI TAMBAHAN
Kelompok 2 : kompres dingin dapat meringankan nyeri
Kelompok 3 : pemberian massase dapat meringankan nyeri pada sendi
Kelompok 4 : pembedahan merupakan salah satu cara mengatasi osteomyelitis

8. KLARIFIKASI INFORMASI
Kelompok 2 : salah satu tindakan non farmakologis yang dapat diberikan pada pasien
fraktur yaitu dengan kompres dingin, tujuan dari kompres dingin yaitu untuk meringankan
nyeri. Mekanisme penurunan nyeri dengan kompres dingin berdasarkan teori endorphin yaitu
zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Produksi endorphin dapat ditingkatkan
melalui stimulasi kulit,
Kelompok 3 : salah satu tindakan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami
dislokasi sendi yaitu dengan massase, massase ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan
otot, memposisikan persendian, dan memperlancar peredararan darah.
Kelompok 4 : salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk pasien osteomielitis yaitu
dengan dilakukan pembedahan yang diman tujuan dari pembedahan ini yaitu untuk
menghilangkan tulang nekrotik.

9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI


Kelompok 2 : fraktur mandibulla merupakan diskontinuitas tulang mandibulla yang
diakibatkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Saat mengalami fraktur tentu orang
akan mengalami nyeri oleh karena itu selain pemberian obat penurun nyeri, dapat juga
dilakukan pemberian kompres dingin, pemberian kompres dingin pada pasien yang fraktur
sudah dibuktikan oleh beberapa penelitian dan ternyata kompres dingin efektiv untuk
diguunakan.
Kelompok 3 : dislokasi adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet/lengkap. Dilokasi yang sering terjadi pada orang yang
mengalami cedera yaitu dislokasi bahu. Salah satu penanganan dislokasi bahu yang dapat
diberikan yaitu dengan massase. Beberapa penelitian juga sudah membuktikan bahwa
pemberian massase pada pasien yang mengalami dislokasi bahu efektif untuk di gunakan
menurunkan nyeri.
Kelompok 4 : osteomielitis adalah kondisi inflamasi yang dapat terjadi pada tulang dan
struktur sekundernya. Umumnya kondisi ini disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Salah
satu penanganan yang dapat diberikan untuk pasien osteomielitis yaitu dengan pembedahan
untuk menghilangkan tulang nekrotik dan membuka tulang yang sehat sehingga memberikan
vaskularisasi yang baik. Tapi sebelum dilakukan pembedahan harus dilakukan deteksi dini
terlebih dahulu agar dalam pemberian tindakan selanjutnya bisa diberikan dengan tepat.
10. LAPORAN DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai