DOSEN PENGAJAR :
Ns. Andi Budiyanto Adi Putra, S.Kep.,M.Kep
KELOMPOK I
KEPERAWATAN A
SALMIAH (70300114080)
KHUSNUL KHOTIMAH (70300118005)
MUH. NURWAHID (70300118009)
MUTHMAINNAH (70300118014)
M. FICHRY S DASY (70300118018)
SRI RAHAYU (70300118022)
YUSNI PRATIWI (70300118026)
RIZKI AMALIA (70300118030)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
tak lupa juga kami haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari
dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada Ibu Maria Ulfah Ashar,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 yang
telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-
baiknya dalam menyelesaikan makalah ini tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembacanya, Karena itu kami mohon kritik serta saran yang membangun agar dalam
pembuatan makalah kedepannya bisa menjadi lebih baik.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep medis
1. Definisi.....................................................................................................6
2. Etiologi.....................................................................................................6
3. Tanda dan gejala.......................................................................................7
4. Patofisiologi..............................................................................................7
5. Pemeriksaan penunjang............................................................................8
6. Penanganan dan pengobatan.....................................................................8
7. Edukasi nutrisi..........................................................................................8
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian keperawatan...........................................................................9
2. Diagnosa keperawatan............................................................................13
3. Intervensi keperawatan...........................................................................18
BAB III PEMBAHASAN
A. Kasus............................................................................................................23
B. Mind map......................................................................................................24
C. Asuhan keperawatan sesuai kasus................................................................25
D. Integrasi keislaman.......................................................................................46
BAB 1V JURNAL PENDUKUNG INTERVENSI .............................................48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................68
LAMPIRAN
A. Daftar pustakan.............................................................................................69
B. Lembar kerja mahasiswa..............................................................................70
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteoarthritis ditemukan oleh American college of rheumatology sebagai
sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis dimasukkan oleh organisasi kesehatan dunia ke dalam salah satu dari
empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu, system kesehatan maupun
system perawatan social dengan bivya yang cukup besar, dengan perbandingan
kejadian 9,6% pria dan 18% wanita. Di amerika 1 dari 7 penduduk menderita
osteoartritis [ CITATION eril7 \l 2057 ]
Osteoastritis adalah gangguan sendi yang bersifvt kronis disertai kerusakan
tulang rawan sendi berupa disentegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit diikuti
dengan fibrosis pada kapsul sendi. [ CITATION marl9 \l 2057 ]
Berdasarkan data dari national health interview survey, menunjukkan bahwa
prevalensi arthritis yang termasuk bentuk dari osteoarthritis yang di diagnosis oleh
dokter diperkirakan akan meningkat beberapa tahun mendatang. Perkiraan tahun 2040
akan meningkat 78,4% juta dari total populasi dewasa atau 18 tahun ke atas akan
menderita radang sendi.
Diindonesia prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >70 tahun. Menurut riskesdas tahun 2013,
prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnose tenaga kesehatan di Indonesia 11,9%
sedangkan berdasarkan gejala tertinggi di ntt 33, 1 %, jawa barat 32 %, bali 30%,
Jakarta 21,8%. [ CITATION sitl9 \l 2057 ]
Karena masih banyak kasus osteoarthritis yang terjadi, maka dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai osteoartritis, penyebab dari osteoartritis, tanda dan
gejala osteoartritis, serta penanganan dan pengobatan osteoarthritis.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu osteoartritis
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya osteoartritis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala apa saja yang muncul saat seseorang terkena
osteoartritis
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi terjadinya osteoartritis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dalam memperkuat
diagnosis medis osteoartritis
6. Untuk mengetahui bagaimana cara menangani osteoartritis serta pengobatannya
7. Untuk mengetahui nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh pasien yang terdiagnosis
osteoartritis
8. Untuk mengetahui apa saja yang perlu dikaji pada pasien osteoartritis
9. Untuk mengetahui diagnose keperawatan apa saja yang akan muncul pada pasien
osteoartritis
10. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang bisa diberikan pada pasien osteoartritis
sesuai dengan diagnose keperawatannya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Arthritis adalah peradangan dari sendi dan dapat mempengaruhi semua
kelompok umur. Penyakit ini bisa melibatkan satu atau beberapa sendi.[ CITATION
Drs07 \l 1057 ]
Osteoarthritis adalah kondisi yang di tandai dengan nyeri dan kekuatan pada
daerah persendian. Pada umumnya osteoarthritis mulai terjadi pada saat penderita
menginjak umur 45 tahun keatas,walaupun orang yang lebih mudah juga bisa
terkena.kondisi imi menyebabkan bertambahnya susah bagi penderita untuk bergerak
tanpa rasa nyeri dan kaku sendi dan ini sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderita. [ CITATION DrA10 \l 1057 ]
Osteoarthritis (OA), asam urat, dan arthritis gout sama sama penyakit pada
sendi, tetapi bedanya pada OA karena kerusakan jaringan rawan sendi atau struktur
jaringan sekitar penrsendian, sedangkan pada artritis goul, nyeri sendi disebabkan
adanya penumpukan asam urat yang mengkristal pada area persendian. Tetapi salah
satu penyebab dari kedua penyakit ini adalah kegemutan(obisitas). [ CITATION mis07 \l
1057 ]
B. Etiologi
Menurut [ CITATION Djo06 \l 1057 ] Osteooarthritis adalah nama penyakit pada
persendian. Berikut adalah penyebab osteortrhritis;
1. Otot
Jika otot lemah, persendian lebih menjadi tegang dan dapat membuat tendon
sobek akhirnya menyebabkan OA
2. Kartilago
Kecelakaan, usia, dan faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan kartilago
rusak. Jika kartilago rusak, antara tulang satu dan tulang lain menjadi saling
beresinggungan dan akhirnya menyebabkan OA.
3. Tulang
Perubahan struktur tulang dapat berpengaruh terhadap bentuk persendian yang
memicu rusaknya kartilago dan akhirnya menjadi penyebabkan OA
4. Peradangang
5
Ketika kartilago didegradasi sel-sel imun berkumpul dan menghancurkan
jaringan yang sudah mati. Dalam kajian ini, kadang sel sel imun menyerang sel sehat
juga. Hal ini dapat mengubah cairan dalam persendian, menyebabkan pembengkakan
dan rasa sakit.
5. Tendon dan ligamen
Persendian dapat ditahan dengan cara menyambungkan serta mengikatkan otot
dan tulang. Jika terjadi kecelakaan atau pelemahan karna jarang dipakai, kartilago di
lutut menjadi tidak kuat menahan beban dan akhirnya mudah jatuh dan roboh
6. Gen
Lebih dari stengah jumlah penderita arthritis memang dilahirkan dengan
keadaan gen pengontrol pembentukan atau pengrusakan kartilagonya termulasi
sehingga kartilagonya lebih lemah dan degradasinya terjadi lebih cepat dari yang
seharusnya.
Menurut [ CITATION DrA10 \l 1057 ] penyebab langsung dari osteoarthritis belum
diketahui dengan jelas. Tetapi beberapa faktor resiko yang dihubungkan dengan
munculnya gejalah OA ini sudah mulai diketahui
Faktor resiko tersebut antara lain;
Adanya sejarah kejadian OA dianggota keluarga
Sejarah adanya trauma pada daerah persendian
Pemakaian sendi sendi yang berlebihan
Berat badan diats rata rata (kegemuksn)
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit ini umumnya nyeri lutut atau nyeri pada sendi
yang terserang. Umumnya lutut atau panggul karena sendi-sendi ini merupakan sendi
yang menahan beban tubuh. Awalnya nyeri dirasakan ketika beraktifitas, namun
6
lama-kelamaan ketika penyakit memberat nyeri bisa dirasakan saat istrahat maupun
saat malam hari. Selain itu osteoarthritis ditandai dengan kaku sendi saat bangun pada
pagi hari. Selama kurang lebih 30 menit.
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada
osteoarthritis merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika aka
nada pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istrahat.
D. Patofisiologi Osteoarthritis
Perubahan yang terjadi pada Osteoarthritis adalah ketidakrataan rawan sendi
disusul ulserasi dan hialngnya rawan sendi sehingga terjadi kotak tulang dengan
tulang dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral,osteopit pada tepi
tulang dan reaksi radang pada membrane sinovial. Pembekakan sendi, penebalan
membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya ligament menyebabkan
ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi menjadi lemah karena efusi
sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spsme otot pada sisi lain. Perubahan
biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme
kondrosit,gangguan biokimia matrik akibat erbentuknya enzem metalloproteinase
yang memecah proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtami p singga
meningkatkan nocereseptor dan menimbulkan nyeri. (Sri Suriani, 2013)
7
E. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan artroskopi.
ini bisa dikontrol dengan menjaga agar sendi-sendi yang terkena tetap digerakkan.ini
a. Bantalan tulang rawan Yang melapisi tulang di daerah persendian tersebut akan
dijaga kondisi-nya, gerakkan teratur pada daerah persendian ini juga sekaligus
meningkatkan kesehatan dan stabilitas otot-otot dan tendon yang menyangga sendi
tersebut.
b. Bantalan tulang rawan ini tidak menerima aliran darah dari pembuluh darah,jadi
daerah ini tergantung dari gerakan cairan sendi untuk memberi makanan dan
seperti taichi atau gerakan senam sejenisnya. Merupakan beberapa kegiatan yang
Perlu diingat level olah raga atau olah gerak yang dilakukan harus disesuaikan
dengan kondisi persendian tersebut. Tidak Perlu melakukan. Olahraga berat untuk ini.
Tujuan yang penting adalah untuk menggerakkan sendi-sendi yang akan kaku
F. Edukasi nutrisi.
8
b. Susu skim kering dapat digunakan sebagai sumber rendah kalori lebih murah daripada
c. Anjurkan untuk memperbanyak penggunaan minyak ikan dan ikan( misalnya minyak
d. Penggunaan asam folat dan vitamin B12 dapat mendukung penggunaan NSAID dan
pengawasan dokter atau ahli gizi, vitamin D, dengan dosis dua kali dari diet yang
f. Makanlah sumber beta-karoten dan enam buah dan sayuran setiap hari.
9
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskoloskeletal
adalah nama klien, usia yang memberikan petunjuka mengenai faktor predisposisi
penyakit, karena pada beberapa penyakit sistem muskoloskeletal banyak terjadi
pada klien diatas usia 60 tahun dan jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun.
[ CITATION Oda13 \l 14345 ]
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskoloskeletal seperti osteoarhritis adalah klien mengeluh nyeri pada persendian
yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan
mobilitas. [ CITATION Oda13 \l 14345 ]
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita
oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke
rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain rumah
sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian. Pada riwayat kesehatan
sekarang, pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergerak dan merasa kaku
pada persendian.[ CITATION Oda13 \l 14345 ]
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatanyang lalu seperti riwayat penyakit muskoloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya
riwayat penyakit muskoloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Pada klien yang menderita osteoarthritis
biasanya pernah menderita penyakit akromegali dan inflamasi pada sendi seperti
artropati. [ CITATION Oda13 \l 14345 ]
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena faktor genetik/keturunan. Penyakit osteoarthritis bisa terjadi
karena faktor genetic. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan
ada kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya. [ CITATION Oda13 \l
14345 ]
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami gangguan
musculoskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu meningkat
b) Nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
10
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan
4) Pemeriksaan Reviews Of System
a) System pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam
batas normal.
b) System sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi
perifer, warna dan kehangatan.
c) System persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan, spasme otot, terlihat kelemahan
fungsi. Pergerakan mata, dilatasi pupil.
d) System perkemihan
Perubahan pola berkemih seperti inkotinensia urun, dituria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e) System pencernaan
Konstipasi, konsiten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising
usus anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
f) System musculoskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
5) Pola Fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang bisa dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada persedian, ketidakmampuan mobilisasi.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan.
b) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah dan
makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi dan penggunaan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi,
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
e) Pola aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama.
f) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak
punya rumah, dan masalah keuangan.
g) Pola sensori kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan dan pembau.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri,
11
harga diri, peran, identitas diri, manusia sebagai sistem terbuka dan
makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan dan
dampak terhadap sakit.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
j) Pola mekanisme penganggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Led meningkat
b) Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi
c) Asam urat guna mengetahui apakah penyebab osteoarthritis pada klien
disesbabkan jumlah asam urat yang beerlebih.
2) Foto Rontgen
Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi.
3) Serologi
Cairan synovial dalam batas normal
4) Tes Khusus
a) Tes Fluktasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan
disebelah kiri dan kanan patella. Bila kemudian suprapatellaris itu
dikosongkan menggunakan tangan lainnya, maka ibu jari dari jari telunjuk
tadi seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi lutut.
b) Tes Tekuk
Caranya : dengan memakai punggung tangan, kita mengusapi
“lekuk kecil” disebelah medial patella kearah proximal, sehingga
dikosongkan dari cairannya. Kemudian kita melaksanakan gerakkan
mengusap yang sama pada patella bagian lateral, maka lekuk kecil yang
medial itu akan kelihatan terisi cairan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas Fisik b/d kekakuan sendi, kerusakan integritass struktur
tulang
2. Nyeri kronis b/d kondisi musculoskeletal kronis
3. Defisit Perawatan Diri b/d gangguan muskuloskeletal
4. Defisit Pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
C. Intervensi
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Luaran : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari maka
mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil Kekuatan otot meningkat, Rentang
gerak meningkat, Gerakan terbatas menurun, Kelemahan fisik menurun.
12
Observasi
Terapeutik
Edukasi
2. Nyeri Kronis
Luaran : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, frekuensi nadi
membaik, pola napas membaik, tekanan darah membaik.
Intervensi : Manajemen Nyeri
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional
dengan onset mendadak atau lambat berintensitas ringan hingga berat dan
konstan
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekeunsi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping panggunaan analgetik
Terapeutik
13
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
14
1) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
4. Defisit Pengetahuan
Luaran : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topik meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat.
Terapeutik
Edukasi
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorang laki-laki berusia 4 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama nyeri
pada lutut kiri, pasien dating diantar keluarga ke ird sejak seminggu yang lalu,
keluhan nyeri lutut dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak
adanya bengkak di lutut yang dirasakan seminggu sebelum di antar ke rumah sakit,
nyeri dirasakan tidak menghilang walaupun lutut pasien telah dikompres, bengkak
tersebut membuat klien tidak bisa berjalan dan menggerakkan kaki kirinya. Tekanan
darah 140/80 mmhg, frekuensi nadi 96x/menit, suhu 38,1℃, frekuensi napas
24x/menit.
B. Mind mapping
16
C. Askep
1. FORMAT PENGKAJIAN
PENGKAJIAN AWAL
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP
MEDIKAL BEDAH
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A Ruang Rawat : ar-rahman
No. Rekam Medik : 01443
Umur : 40 Tahun Tgl/Jama Masuk : 21 september
2020/15.00
17
Pendidikan :- Tgl/Jam Pengambilan Data : 21 september
2020/15.30
Pekerjaan : Buruh Diagnosa Masuk : osteoastritis
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluahan : nyeri lutut kiri
Utama
Keluhan : klien mengatakan nyeri lutut dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan
saat ini semakin berat sejak adanya bengkak di lutut. Klien juga mengatakan nyeri
yang dirasakan tidak menghilang walaupun lutut pasien sudah di kompres.
(√) Tidak pernah opname ( ) Pernah Opname dengan sakit :
……………………… Di RS :……………………………………
Pernah Mendapat Pengobatan : (√) Tidak ( ) Ya : Yaitu :
…………………………………………………………………..
BB Sebelum Sakit : 50 Kg Pernah Operasi : (√) Tidak ( ) Pasca
Operasi Hari Ke : ……...................................
C. KEADAAN UMUM
Kesadaran : (√) CM () Somnolen ( ) Apatis ( ) Soporos Koma
( ) Koma
GCS : ......... E V M
Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (√) Ya Pasca
Operawsi : …………………………………………..
D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
- Suhu : 38,10 C ( ) Gelisah (√) Nyeri ( ) Skala Nyari :
…………………………………………...................................
- Gambaran nyeri :
P: nyeri terasa saat digerakkan dan memberat sejak adanya bengkak di lutut
Q: nyeri seperti tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak menentu
- Lokasi Nyeri : lutut
- Frekuwensi : dirasakan sewaktu-waktu
- Durasi : tidak menentu
- Rsepon Emosional : klien tampak meringis
- Penyempintan Fokus : …………………………………..
- Cara Pengatasi Nyeri : tidur
18
- Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN
- TB : 170 Cm - Kebiasaan mandi : 2X/hari
- BB : 50 kg - Cuci rambut : 2X/hari
- IMT : - Kebiasaan gosok gigi : 1X/hari
- Kebiasaan makan : 3X/hari - Kebersihan badan : (√) Bersih ( ) Kotor
- Keluhan saat ini : - Keadaan rambut : (√) Bersih ( ) Kotor
( ) Tidak Nafsu makan ( - Keadaan kulit kepala : (√) Bersih ( ) Kotor
) Mual ( ) Muntah - Keadaan kuku : (√) Pendek ( ) panjang ( )
( ) Sukar/Sakit Menelan Bersih ( )Kotor
( ) Sakit gigi ( ) Stomatitis - Keadaan vulva/perineal : (√) Bersih ( )
( ) Nyeri ulu hati/salah cernah,
Kotor
yang berhubungan dengan
- Keluhan saat ini: ( ) eritema ( ) gatal-gatal
…………………………………
…………………………. ( ) luka
- Di sembuhkan dengan : - - Integritas kulit : ( ) Jaringan parut ( )
Kemerahan ( ) Laserasi ( ) userasi ( )
- Pembesaran tiroid : tidak ada
Ekimosis ( ) lepuh ( ) Drainase
- Hernia/Massa : tidak ada
- Luka Bakar : (Derajat/Persen)
- Holitosis : tidak Kondisi ………………………………….
gigi/gusi : baik - Tandai lokasi luka bakar dengan menggambar
- Penampilan lidah : baik Bising bentuk depan dan belakan tubuh
Usus … ..X/menit
( ) Makan per
NGT/parienteral/Infus - Keadaan luka : ( ) Bersih ( ) Kotor
(dimulai tgl :
- Lain-lain :
……………..Jenis cairan
……………………... ………………………………………….
Dipasang di : …………
……………….
- Porsi makan yang di habiskan : 1
piring
- Makanan yang di sukai
Nasi goreng
- Diet :
……………………………………
…………………..
- Lain-
lain………………………………
…………. ………….
Masalah keperawatan : Masalah Keperawatan
..................................................................
..............................................................................
...........
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum : 1500CC/hari . - Aktivitas waktu luang : baring dan duduk
19
Jenis : air mineral Aktivitas/Hobby :
- Turgor kulit : ( ) Kering ( ) ………………………………………………
Tidak elastic - Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (√) Ya
- Punggung kuku : baik Warna : - Kekuatan otot : -
normal - Tonus otot : -
Pengisian kapiler : - Postur : ………………….Tremor
…………………………………… ……………………………
………. - Rentang gerak : kurang
- Mata cekung : ( ) Tidak (√) Ya :
- Keluahan saat ini : klien mengatakan bengkak
Ka/Ki
tersebut membuat klien tidak bisa berjalan dan
- Konjungtiva : anemis Sklera : menggerakkan kaki kirinya
…………………………… - gerakan terbatas : ( ) Tidak (√)Ya
- Edema : (√) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki ( )Nyeri Otot ( ) Kaku otot ( )
- Distensi vena jugularis : Lemah Otot
…………………………………… (√) Nyeri sendi (√) bengkak sendi ( )
…. Inkooardinasi
- Asites : (√) Tidak ( ) Ya ( ) Parise/paralise : dibagian :
Spider Neavi : (√) Tidak ………………………………...
( ) Ya ( ) Kelelahan ( ) Amputasi ( )
Minum per NGT : (√) Deformitas
Tidak ( ) Ya :…….CC/hari. Kelainan bentuk ekstremitas
Terpasang dekopresi ………………………………….
(NGT):(√) Tidak ( ) Ya : …… - Penggunaan alat bantu : gips / Traksi / Kruk
CC/hari (tongkat)
Dimulai tgl : ………Jenis (tanggal : ……………… Di :
Cairan………Dipasang di :……… …………………………………..
- Terpasang infuse : ( ) Tidak (√) - Pelaksanaan aktivitas : ( ) Mandiri √) Parsial
Ya 20tts/menit ( ) Total
- Lain-lain : - Jenis aktifitas yang perlu dibantu: ke toilet
…………………………………… - Lain-lain :
………………. …………………………………………………
…….
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan.
.......................................... Gangguan mobilitas fisik
.....................................
ELIMINASI OKSIGENASI
NEOROSENSORIS KEAMANAN
- Rasa Ingin Pingsan/Pusing : (√) Alergi/sensitivitas : tidak
Tidak Perubahan system imun sebelumnya:
( ) Ya tidak ada penyebab:
- Stroke (gejala sisa) : tidak Riwayat penyakit hubungan seksual
- Kejang : (√) Tidak ( ) Ya (tanggal/tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi :
Tipe :
………………periksa :…………………
…………………………..
Transfuse darah/jumlah :
Aura : ………………..
……………..kapan:………………….
Frekuensi :
Gambaran reaksi :
………………………….
………………………………………………
Status postika : ………
..
Cara Mengontrol :
Riwayat cidera kecelakaan :
…………………
……………………………………..
Status Mental :
Fraktur/dislokasi :
terorientasi/Disorientasi :
………………………………………………
waktu…………
..
Tempat :
Arthritis/sendi tak stabil :
……………………. Orang :
……………………………………….
………………………
Masalah punggung :
Kesadaran : composmentis (
……………………………………………..
) mengantuk ( ) letargi ( ) stupor
Perubahan pada tahi lalat :
( ) koma ( ) kooperatif (
………………………………………
) menyerang ( ) delusi
Pembesaran nodus :
( ) halusinasi
……………………………………………..
afek (gambarkan) :
Kekuatan umum :
…………………………
………………………………………………
- Memori :………..yang lalu :
..
……………………. Cara berjalan : normal
- Kaca mata: ……………….. kontak Rom : -
lensa : …………………. ………………………………………………
- Alat bantu dengar : (√) tidak ( ) ya ……………
di………………………. Hasil kultur, pemeriksaan sistem
- Ukuran/reaksi pupil : ka/ki : imun : -
………………………..............
- Facial drop : (√) tidak ( ) kaku
kuduk (√) tidak
- ( ) ya
- Genggaman tangan/lepas : ka/ki
:normal.postur : normal
- Koordinasi : ………… reflex
patella ka/ki : ……………….
- Reflex tendon dalam bisep/trisep:
normal
22
- Kernig sign : (√)Tidak ( ) Ya
- Babinsky : (√)tidak ( ) ya
- Chaddock : (√) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (√) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :
SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan Pria
seksual : (√) tidak - Rabes Penis : …………….gannguan Prostat :
( ) ya …………….…
- Penggunaan kondom - Sirkumsisi : ( √ ) tida ( ) ya _ Vasektomi :
- Masalah-masalah/kesulitan seksual ( √ ) Tidak ( ) Ya
- Perubahan terakhir - Melakukan pemeriksaan sendiri:
dalam frekuensi /minat. ……………………………..
Wanita - Payudara/testis :
- Usia menarke : ……. Thn, lamanya ………………………………………………
siklus : …..hari - Prostoskopi/pemeriksaan Prostat terakhir :
- Durasi : ………… …………………
- Periode menstruasi terakhir : …… Tanda ( Obyektif)
menopause: ….. Pemeriksaan ;
- Rabas vagina :……. ……………….payudara/Penis/Testis :
- Perdarahan antar periode :…… …………
Kulit genetalia/Lest :
……………………………………………
Masalah Keperawatan :
23
( ) Takut -Perubahan terakhir :
( )Sedih( )Rendah diri ( ) ………………………………………….
Hiperaktif ( )acu tak acuh -Lain-lain :
( )marah ( )Mudah ………………………………………................
Tersinggung .....
( ) merasa Kurang sempurna
( ) Eurofik
( ) tidak Sabar
- Keputusan asaan : ………Ketidak
berdayaan :……………...
- Lain-lain :
……………………………………
………………...
Masalah keperawatan :
24
F. DATA GENOGRAM
? ?
40
Keterangan:
: Laki-laki : Klien
Keterangan :
G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien telah meninggal dunia karna sebab
Ayah klien anak ke-2 dari 4 bersaudara , 2 saudara ayah klien tekah meninggal
25
H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM
26
FORMAT KLASIFIKASI DATA
27
KATEGORISASI DATA
KATEGORI DAN SUB KATEGORI DATA SUBJEKTIF DAN
OBJEKTIF
FISIOLOGI RESPIRASI
-
SIRKULASI - TD : 140/80 mmHg
NUTRISI DAN CAIRAN -
ELIMINASI -
AKTIVITAS DAN - Aktivitas waktu luang :
ISTIRAHAT baring dan duduk
- Keluahan saat ini :
klien mengatakan
bengkak tersebut
membuat klien tidak
bisa berjalan dan
menggerakkan kaki
kirinya
- Kesulitan bergerak :
( ) Tidak (√) Ya
- Rentang gerak : kurang
- gerakan terbatas : ( )
Tidak (√)Ya
(√) Nyeri sendi (√)
bengkak sendi
- Pelaksanaan aktivitas :
(√) Parsial
- Kebiasaan tidur :
kurang
- Kebiasaan tidur
dipengaruhi oleh
faktor : nyeri pada lutut
NEUROSENSORY -
REPRODUKSI DAN -
SEKSUALITAS
PSIKOLOGIS NYERI DAN KENYAMANAN - klien mengatakan
nyeri lutut dirasakan
sejak 6 bulan yang lalu
dan semakin berat
sejak adanya bengkak
di lutut.
- Klien juga mengatakan
nyeri yang dirasakan
tidak menghilang
walaupun lutut pasien
sudah di kompres.
- Rsepon Emosional :
klien tampak meringis
28
- P: nyeri terasa saat
digerakkan dan
memberat sejak
adanya bengkak di
lutut
Q: nyeri seperti
tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan
sewaktu-waktu dengan
durasi yang tidak
menentu
INTEGRITAS EGO -
PERTUMBUHAN DAN -
PERKEMBANGAN
PERILAKU KEBERSIHAN DIRI -
PENYULUHAN DAN -
PEMBELAJARAN
RELASIONAL INTERAKSI SOSIAL -
LINGKUNGAN KEAMANAN DAN -
PROTEKSI
29
ANALISA DATA
30
Parsial fisik
31
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri kornis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis dibuktikan
dengan
DS :
- klien mengatakan nyeri lutut dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan
semakin berat sejak adanya bengkak di lutut.
- Klien juga mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menghilang walaupun
lutut pasien sudah di kompres.
- P: nyeri terasa saat digerakkan dan memberat sejak adanya bengkak di
lutut
Q: nyeri seperti tertusuk jarum
R: lutut
S: Skala 8
T: nyeri dirasakan sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak menentu
- Kebiasaan tidur : kurang
- Kebiasaan tidur dipengaruhi oleh faktor : nyeri pada lutut
DO :
- Rsepon Emosional : klien tampak meringis
- TD : 140/80 mmHg
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan
DS :
DO :
- Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (√) Ya
- Rentang gerak : kurang
- gerakan terbatas : ( ) Tidak (√)Ya
(√) Nyeri sendi (√) bengkak sendi
- Pelaksanaan aktivitas : (√) Parsial
32
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan I.08238 Manajemen nyeri 1. Dengan mengetahui nyeri pasien maka
berhubungan dengan intervensi Observasi perawat dapat memberikan intervensi yang
kondisi musculoskeletal keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, tepat sesuai dengan nyeri yang di rasakan
kronis dibuktikan dengan 1x24 jam maka karakteristik, pasien
DS : tingkat nyeri durasi, frekuensi, 2. Membantu perawat memberikan tindakan
- klien mengatakan menurun dengan kualitas, intensitas yang tepat
nyeri lutut kriteria hasil nyeri 3. Agar perawat mengetahui apa pengaruh
dirasakan sejak 6
Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri pasien terhadap kualitas hidup pasien
bulan yang lalu nyeri
dan semakin berat menurun 4. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
3. Identifikasi
sejak adanya Tekanan darah pengaruh nyeri perhatian. Dapat Menghilangkan
bengkak di lutut. pada kualitas hidup
membaik ketidaknyamanan dan mengurangi nyeri
- Klien juga Terapeutik
5. dengan menjelaskan cara mengurangi nyeri
mengatakan nyeri 4. Berikan teknik
yang dirasakan pada pasien bertuju agar pasien maupun
nonfarmakologis
tidak menghilang keluarganya dapat melakukannya secara
untuk mengurangi
walaupun lutut
mandiri
pasien sudah di rasa nyeri
kompres. 6. agar pasien dapat mengatasi nyerinya tanpa
Edukasi
- Kebiasaan tidur : harus mengkonsumsi obat pereda nyeri
5. Jelaskan strategi
kurang
7. analgetik memblok lintasa nyeri sehingga
meredakan nyeri
- Kebiasaan tidur 6. Ajarkan teknik nyeri dapat berkurang
dipengaruhi oleh nonfarmakologis
faktor : nyeri pada
lutut untuk mengurangi
- P: nyeri terasa rasa nyeri
saat digerakkan
dan memberat Kolaborasi
sejak adanya 7. Kolaborasi
bengkak di lutut
Q: nyeri seperti pemberian
tertusuk jarum analgetik, jika
R: lutut
S: Skala 8 perlu
T: nyeri dirasakan
sewaktu-waktu
dengan durasi
yang tidak
menentu
DO :
- Rsepon
Emosional : klien
tampak meringis
- TD : 140/80
mmHg
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan I.05173 Dukungan 1. Untuk mengetahui apakah ada rasa nyeri yang
berhubungan dengan intervensi mobilisasi dirasakan atau keluhan fisik lainnya saat
nyeri dibuktikan dengan keperawatan selama Observasi melakukan pergerakan.
DS : 1x24 jam maka 1. Identifikasi adanya 2. Untuk mengetahui apakah klien mempu
- Aktivitas waktu mobilitas fisik nyeri atau keluhan melakukan mobilitas tanpa adanya masalah pada
luang : baring dan meningkat dengan fisik lainnya jantung.
duduk kriteria hasil 2. Monitor frekuensi 3. Agar perawat lebih mudah melakukan
- Keluahan saat Nyeri menurun jantung dan mobilitas dengan bantuan keluarga dan keluarga
ini : klien Kaku sendi menurun tekanan darah juga bisa melkukan mobilitas ke pasien secara
bengkak tersebut menurun mobilisasi 4.Agar pasien dan keluarga mengerti tentang tujuan
DO : pergerakan
- Kesulitan Edukasi
bergerak : ( )
4. Jelaskan tujuan dan
Tidak (√) Ya
- Rentang gerak : prosedur mobilisasi
kurang
- gerakan terbatas :
( ) Tidak (√)Ya
(√) Nyeri sendi
(√) bengkak sendi
- Pelaksanaan
aktivitas : (√)
Parsial
D. Integritas keislaman
Yaa ayyuhan-naasu qad jaa`atkum mau'idzatum mir rabbikum wa syifaa`ul limaa fis-suduuri wa hudaw wa ra?matul lil-mu`miniin
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57)
BAB IV
Jurnal pendukung
ABSTRAK
Pendahuluan: Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan nyeri dan kekakuan sendi,
sehingga menganggu aktivitas harian individu. Penatalaksanaan OA untuk mengurangi gejala berupa terapi Farmakologi dan non
Farmakologi seperti diet untuk mengontrol berat badan, modifikasi gaya hidup, penggunaan alat bantu, edukasi pasien, rehabilitasi okupasi
serta exercise terapi. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk mengkaji exercise terapi sebagai terapi komplementer yang dapat
diterapkan pada kasus OA untuk mengurangi keluhan, serta manfaatnya untuk mempertahankan kualitas hidup individu dengan OA.
Metode: Kajian ini merupakan tinjauan pustaka tentang manajemen nonfarmakoterapi yaitu exercise terapi pada OA dari beberapa artikel.
Kata kunci yang dipergunakan dalam penelusuran adalah osteoarthritis dan exercise therapy. Hasil: Excersise terapi yang dapat diterapkan
pada kasus OA antara lain tai chi, yoga dan qigong. Rekomendasi: Exercise terapi seperti tai chi, yoga dan qigong dapat diterapkan pada
kasus OA untuk mengontrol gejala OA.
Kata kunci: exercise terapi, nonfarmakoterapi, OA
ABSTRACT
Introduction: Osteoarthritis (OA) is common musculosceletal disease characterized by pain and joint stiffnes caused disability for
actitivity daily living. Management of OA is to reduce symptoms with pharmacology and non- pharmacology therapy such as diet to control
weight, lifestyle modification, using assisted device, patient education, occupation rehabilitation and exercise therapy. The aim of literature
review is to examine exercise therapy as a complementary therapy that can be applied for OA case to reduce symptom and the benefit to
icrease quality of life. Method: This is a literature review of exercise therapy as nonpharmacotherapy management for OA from articles.
Keyword used in searching article are osteoarthritis and exercise therapy. Results: Exercise therapy that have been applied for OA are tai
chi, yoga and qigong.
Recommendation: Exercise therapy for OA like tai chi, yoga and qigong
can applied for to control OA’s symptom.
SARAN
Terapi komplementer melalui
exercise terapi seperti Taichi, Yoga
dan Qigong yang diberikan pada
kasus OA dapat diterapkan sesuai
dengan manfaat yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Kevin W., Adam Perlman,
Jason G Liao, Alex Lam, Joy
Staller, Leonard H Sigal.
(2008). Effect of External
Qigong Therapy on
Osteoarthritis of the knee a
Randomized Controlled Trial.
Clin Rheumatol. vol.27. no.12.
p.1497-1505. diunduh di DOI:
10.1007/s10067-008—0955-4
43
Hartanto, Huriawati., Enny Listi-
awati, David Putra Jaya.
(2010). Manual Washington:
Terapi Rawat Jalan. Jakarta:
EGC
Kalish.,
RonnenRoubenof., Ramel
Rones., Timothy McAlindon.
(2009). Tai Chi is Effective in
Treating Knee
Osteoarthritis:
44
A Randomized Controlled
Trial. Arthritis & Rheumatism
vol.61.no 11. p.1545-1553.
diunduh di DOI
10.1002/art.24832
BAB V
KESIMPULAN
mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
inflamasi, fase nyeri, dan fase degradasi. Penggolongan obat dapat berupa dengan
DAFTAR PUSTAKA
Djoko arisworo, y. N. (2006). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : grafindo media pratama.
Dr.Ayustawasi, P. (2010 ). menggali keluhan anda info kesehatan umum untuk pasien.
Jakarta: informasi medika.
Drs.susianto dr.hendry wijaja, M. H. (2007). DIET ENAK ALA FEGETARIAN . bogor:
penebar suadaya swadaya .
gustina, e. (20l7). faktor-faktor yang mempengaruhi osteoartritis . 88-l03.
lilyana, m. t. (20l9). tinjauan pustaka : manfaat exercise terapi pada osteoartritis. jurnal ners
lentera, 37-44.
misnadiarly. (2007). Rematik:asam urat -hiperurisemia, arthritis gout. Jakarta: Obor populer.
mutmainnah, s. (20l9). manajemen pasien osteoartritis secara holistik, komprehensif dengan
menggunakan penedekatan kedokteran keluarga di puskesmas sudiang raya makassar.
umi medical journal, l4l-l53.
Oda, D. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.
LEMBAR KERJA MAHASISWA
NAMA : Muthmainnah
KELOMPOK : 1
NIM : 70300118014
TUTOR : Ns. Andi Budiyanto Adi Putra, S.Kep.,M.Kep
(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada
makalah)
Kelompok 3
Kelompok 4 :
citra tubuh
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Kelompok 2 :
- Apa itu yang dimaksud dengan kemampuan otot mendukung tulang turun baik
yang tertutup maupun yang terbuka ?
- Penanganan apa yang dilakukan atau cara pemberian makan pada pasien fraktur
mandibulla?
Kelompok 4 :
5. JAWAB PERTANYAAN
Kelompok 2 :
- Kemampuan otot dalam melakukan dan mendukung gerakan itu menurun baik
lukanya itu terbuka maupun tertutup atau hanya muncul tanda fraktur dan
perubahan warna maksudnya itu baik tertutup akan tetap mempengaruhi
kemampuan gerak otot.
- Pada pasien fraktur mandibular dengan luka memar disertai efusi jaringan masih
ringan maka instruksi yang diberikan adalah makan makanan lunak atau cair.
Kelompok 4
- Selain pembedahan dan medis, ada juga pengobatan non medis yang dapat
dilakukan pada pasien osteomielitis yaitu mengendalikan gula darah, suplementasi
nutrisi, terapi hiperbarik oksigen, berhenti merokok, serta perawatan ulkus
dekubitus.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien osteoarthritis
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien fraktur mandibulla
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien dislokasi sendi
- menyelesaikan/membahas asuhan keperawatan pasien osteomielitis
7. INFORMASI TAMBAHAN
Kelompok 2 : salah satu tindakan non farmakologis yang dapat diberikan pada pasien
fraktur yaitu dengan kompres dingin, tujuan dari kompres dingin yaitu untuk
teori endorphin yaitu zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Produksi
Kelompok 3 : salah satu tindakan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami
dislokasi sendi yaitu dengan massase, massase ini bertujuan untuk mengurangi
Kelompok 4 : salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk pasien osteomielitis
yaitu dengan dilakukan pembedahan yang diman tujuan dari pembedahan ini yaitu
diakibatkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Saat mengalami fraktur
tentu orang akan mengalami nyeri oleh karena itu selain pemberian obat penurun
nyeri, dapat juga dilakukan pemberian kompres dingin, pemberian kompres dingin
pada pasien yang fraktur sudah dibuktikan oleh beberapa penelitian dan ternyata
kompres dingin efektiv untuk diguunakan.
permukaan sendi secara komplet/lengkap. Dilokasi yang sering terjadi pada orang
yang mengalami cedera yaitu dislokasi bahu. Salah satu penanganan dislokasi bahu
yang dapat diberikan yaitu dengan massase. Beberapa penelitian juga sudah
membuktikan bahwa pemberian massase pada pasien yang mengalami dislokasi bahu
Kelompok 4 : osteomielitis adalah kondisi inflamasi yang dapat terjadi pada tulang
dan struktur sekundernya. Umumnya kondisi ini disebabkan karena adanya infeksi
bakteri. Salah satu penanganan yang dapat diberikan untuk pasien osteomielitis yaitu
dengan pembedahan untuk menghilangkan tulang nekrotik dan membuka tulang yang
sehat sehingga memberikan vaskularisasi yang baik. Tapi sebelum dilakukan
pembedahan harus dilakukan deteksi dini terlebih dahulu agar dalam pemberian
Kelompok 3 :
a. Deformitas adalah perubahan bentuk atau suatu kondisi kelainan bentuk secara
anatomi dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya
b. Luksasio erekta adalah keadaan dimana kaput humerus mengalami jepitan atau
terperangkap di bawah kavitas glenoid dimana lengan mengarah ke atas sehingga
lengan terkunci dalam posisi abduksi
c. Kavitas glenoid sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya
kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira
hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar,
keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas
gerakannya.
Kelompok 4 :
a. Gingivitis adalah suatu inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di
sekitar gigi atau jaringan gingiva.
b. Periodontitis (pyorrhea) adalah peradangan dari gingivitis yang menyebar sampai ke
struktur penyangga gigi.
c. Furunkulosis. Ini adalah abses pada kulit yang menyerupai bisul, terjadi sebagai
akibat dari infeksi bakteri jenis Staphylococcus.
d. Debridemen adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan
nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan
mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf,
pembuluh darah, tendo dan tulang. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan
berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi juga dapat terjadi
kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis,
amputasi tungkai atau kematian. Setelah debridement akan terjadi perbaikan sirkulasi
dan suplai oksigen yang adekuat ke luka.
e. Periosteum adalah membran padat dari jaringan ikat fibrous di permukaan tulang luar
tulang kecuali pada permukaan artikulasi.
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Kelompok 2 : Fraktur, mandibula, kecelakaan lalu lintas
Kelompok 3 : Dislokasi, trauma
Kelompok 4 : Osteomylitis, Osteomyelitis akut
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Kelompok 2 :
a. Seperti apa itu rotation flap dan free lap?
Kelompok 3 :
a. Pada penderita dislokasi sendi ,jika sudah sembuh apakah tulang yang mengalami
pergeseran akan kembali ke posisi semula?
b. Khususnya pada bagian gangguan pola tidur. Saya melihat salah satu DS nya
berbunyi bahwa klien sering mengeluh sulit tidur karena nyeri yang sering ia rasakan.
Tetapi pada penulisan diagnosanya sendiri dikatakan gangguan pola tidur b/d
hambatan lingkungan. Kenapa bukan gangguan pola tidur b/d nyeri. Saya sendiri
tidak melihat hambatan lingkungan yang tertera di DS DO nya. Tolong lebih
dispesifikkan hambatan lingkungan seperti apa yang dimaksud (apakah karena
kebisingan, kelembapan lingkungan, pencahayaan, dll)?
Kelompok 4 :
5. JAWABAN PERTANYAAN
Kelompok 2 :
a. Flap rotasi atau rotation flap adalah flap kulit setengah lingkaran yang diputar ke
cacat pada titik tumpu. Flap rotasi memberikan kemampuan untuk memobilisasi area
jaringan yang luas dengan basis vaskular yang luas untuk rekonstruksi
Istilah free lap tau flap bebas, transfer jaringan autologus bebas dan transfer
Kelompok 3 :
a. Bisa kembali semula dengan penanganan dan pengobatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan serta pemberian perawatan yang tepat, oleh karena itu seperti yg sdh di
jelaskan Ners tidak di anjurkan untuk ke tukang urut karena pada saat di urut bisa saja
akan sembuh namun tidak di ketahui apa yg terjadi pada bagian dalam apakah dia
kembali ke posisi semua atau tidak maka dari itu di anjurkan ke dokter apa bila terjadi
dislokasi untuk melakukan rontgen melihat keadaan sendi apakah sdh kembali ke
posisi normal. Hanya saja apabila sdh terjadi dislokasi fungsi dan kekuatan sendi tdk
akan sama seperti pada saat blm terjadi dislokasi, tidak lagi di anjurkan untuk
mealkukan aktivitas berat pada bagian yg sdh terjadi dislokasi kecuali apabila terjadi
komplikasi pada dislokasi sendi.
Jika dislokasi tidak segera diobati, kondisi ini dapat bertambah parah dan bisa
Kelompok 4
a. Bisa jadi. Tapi kan meskipun agen etiologi seringkali sulit untuk diidentifikasi, tapi
sudah banyak peneliti yang percaya bahwa bakteri (staphyylococci, streptococci ,
bacteroised, actinomyces) adalah penyebab utama terjadinya osteomielitis kronis.
Osteomielitis biasanya disebabkan oleh spesies staphylococcus, kemudian diikuti
dengan enterbacteriaceae dan pasien pseudamonas. Staphylococcus aureus merupakan
patogen yang paling sering menyebabka osteomielitis baik pada osteomielitis akut
maupun kronis. Osteomielitis juga merupakan infeksi polimikroba karena banyaknya
patogen yang ditemukan dan berhubungan dengan osteomielitis.
b. Iyaa. Salah satu penyebabnya bisa melalui makanan. Pola Makan untuk Pengidap
Osteomielitis.Karena Pola makan sehat perlu dijalani pengidap selama perawatan
osteomielitis. Misalnya dengan memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan
vitamin A, C dan E, mangan, folat, magnesium, zat besi, kalsium dan kalium. Nutrisi
tersebut bisa ditemukan pada bayam, buah-buahan, biji-bijian, dan ikan. Sebaiknya
hindari konsumsi alkohol dan makanan berlemak tinggi. Pasalnya alkohol berpotensi
meningkatkan aliran darah. Sedangkan makanan berlemak tinggi menyebabkan
penumpukan lemak di arteri. Akibatnya, timbunan lemak memicu kenaikan berat
badan dan peningkatan tekanan darah.
c. Jadi kenapa osteomielitis umumnya terjadi pada pasien yang sedang cuci darah, hal
ini karena disebabkan oleh faktor resiko dari osteomielitis itu sendiri. Yaitu dimana
osteomielitis ini salah satu penyebabnya itu bisa terjadi melalui aliran darah seperti
yang tertera di laporan pendahuluan kami bagian etiplogi. Nah Infeksi bisa
disebabkan oleh peyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat
lain (mislanya tonsil yang terinfeksi, lepuh, atau gigi terinfeksi). Aliran darah juga
bisa membawah suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak,
infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang
dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomielitis juga terjadi
akibat penyebaran hematogen yang biasanya terjadi ditempat yang terdapat
trauma.Trauma yg dimaksud disini beragam, bisa karena oeprasi pasca caesar,
pembedahan lainnya dan cuci darah.
d. Jadi untuk kasus osteomielitis, dijelaskan pada jurnal kami bahwa ada
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus ini antara lain dengan
sequestrectomy dan debridemen untukmenghilangkan tulang nekrotik dan membuka
tulang yang sehat sehingga memberikan vaskularisasi yang baik. Hal ini sangat
membantu dalam pemberian antibiotik yang adekuat. Menurut Anderssonprinsip
penatalaksanaan osteomielitis adalah kultur dan tes sensitivitas untuk memastikan
pemberian antibiotik yang tepat, drainase dan debridemen, sequestrectomy,
meniadakan sumber infeksi, jika diperlukan dapat dilakukan dekortikasi dari
mandibula, dan terakhir kemungkinan tindakan reseksi dan rekonstruksi tulang yang
terlibat setelah infeksi sudah dapat ditangani. Pada kasus infeksi dan organisme mikro
persisten, Fragiskos menambahkan perlunya terapi hiperbarik oksigen yang
mampumeningkatkan metabolisme sel di daerah infeksi dan menghambat bakteri
anaerob. Selain itu daya tahan tubuh pasien harus ditingkatkan dengan asupan nutrisi
yang baik.
7. INFORMASI TAMBAHAN
Kelompok 2 :
Efektivitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur
mengalami penurunan nyeri yang signifikan.
Kelompok 3 :
Terapi masase, terapi latihan Muscle setting exercise dan AAROM Exercise efektif untuk
menurunkan nyeri pada pasien dislokasi sendi
Kelompok 4 :
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Kelompok 2 :
Penurunan nyeri dengan pemberian kompres dingin berdasarkan atas teori endorphin.
Endhorpin merupakan zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Semakin tinggi
Kelompok 3 :
Terapi masase yang meliputi pelemasan otot dengan soft tissue release melalui
manipulasi gerakannya memberikan efek relaks pada jaringan lunak di sekitar area cedera
terutama otot penopang sendi ankle, melalui gerakan penekanan dan stretching/peregangan
yang menyeluruh di area permukaan otot-otot tungkai bawah menghilangkan kekakuan otot
yang terjadi akibat dari cedera, jadi selain manipulasi manual therapy pada soft tissue release
Begitupula dengan deep tissue massage melalui manipulasi gerakan yang diberikan
yaitu gerakan stroke/penekanan yang dalam dan perlahan menggunakan siku dan lengan
bawah terapis di area permukaan otot-otot tungkai bawah memberikan efek relaks dan nyaman
pada pasien yang dapat memicu hormon endorphin yang mampu mengurangi rasa nyeri. Secara
tidak langsung pelemasan otot dengan soft tissue release atau deep tissue massage yang
menghilangkan kekakuan otot dan memberikan kenyamanan pada otot dan jaringan lunak
lainnya membantu meningkatkan fungsi gerak sendi ankle karena pada setiap gerakan sendi
memerlukan bantuan daripada jaringan lunak dan otot-otot penopang di sekitar sendi.
Kemudian penanganan reposisi gerak yang diberikan dengan gerakan peregangan pasif dan PNF
Kelompok 4 :
yang sehat sehingga memberikan vaskularisasi yang baik. Hal ini sangat membantu dalm
Kelompok 2 :
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Berdasarkan penelitian, kompres dingin efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur. Produksi endorphin dapat ditingkatkan
melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit meliputi massase, penekanan jari-jari dan pemberian
kompres hangat atau dingin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres dingin dapat
menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup. Penurunan nyeri dengan pemberian
kompres dingin berdasarkan atas teori endorphin. Endhorpin merupakan zat penghilang rasa
nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Semakin tinggi kadar endorphin seseorang, semakin ringan
rasa nyeri yang dirasakan. Pada tindakan kompres dingin dapat memberikan efek fisiologis,
seperti menurunkan respon inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah, dan mengurangi
edema.
Kelompok 3 :
Dislokasi sendi dapat memungkinkan terjadinya pergeseran atau keluarnya ligamen dari
jalurnya sehingga rasa nyeri yang dirasakan tak kunjung hilang dan ligamen rentan mengalami
robekan yang lebih parah. Efektivitas terapi masase yang meliputi pelemasan otot dengan soft
tissue release dan deep tissue massage yang disertai reposisi gerak terhadap cedera ankle.
Terapi masase yang meliputi pelemasan otot dengan soft tissue release melalui manipulasi
gerakannya memberikan efek relaks pada jaringan lunak di sekitar area cedera terutama otot
menyeluruh di area permukaan otot-otot tungkai bawah menghilangkan kekakuan otot yang
terjadi akibat dari cedera, jadi selain manipulasi manual therapy pada soft tissue release juga
Begitupula dengan deep tissue massage melalui manipulasi gerakan yang diberikan
yaitu gerakan stroke/penekanan yang dalam dan perlahan menggunakan siku dan lengan
bawah terapis di area permukaan otot-otot tungkai bawah memberikan efek relaks dan nyaman
pada pasien yang dapat memicu hormon endorphin yang mampu mengurangi rasa nyeri. Secara
tidak langsung pelemasan otot dengan soft tissue release atau deep tissue massage yang
menghilangkan kekakuan otot dan memberikan kenyamanan pada otot dan jaringan lunak
lainnya membantu meningkatkan fungsi gerak sendi ankle karena pada setiap gerakan sendi
memerlukan bantuan daripada jaringan lunak dan otot-otot penopang di sekitar sendi.
Kemudian penanganan reposisi gerak yang diberikan dengan gerakan peregangan pasif dan PNF
(Diisi pada saat belajar mandiri bersama kelompok dan dilampirkan pada makalah)
1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
Klp 2: Alveolar: Kondilus koronoideus
Klp 3: Agranulositosis aeukopenia
Klp 4: furukologis
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Klp 2: fraktur mandibula
Klp 3: dislokasi
Klp 4: osteomyelitis
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Klp 3: mengapa membuka mulut yang berlebihan saat menguap dapat menjadi
penyebab dislokasiKlp
4: dietiologi saya lihat bahwa osteomietis biasanya disebabkan oleh spesis
staphylococcus kemudian enterbacteriaceae dan pasien pseudamonas. Mungkin bisa
dijelaskan ketiga penyebabnya itu?
5. JAWABAN PERTANYAAN
Klp 3: karena pada saat kita menguap, sendi-sendi dan sekelompok otot rahang
lah yang bekerja. Sama halnya ketika koita melakukan gerakan mengunyah, menelan,
dan berbicara. Sehingga bisa saja ketika membuka mulut secara berlebihan bisa
menyebabkan pergeseran sendi bagian rahang. Saat menguap tulang rahang bawah
yang biasanya bergerak berlebihan dan memiliki tonjolan iniulah yang masuk ke
dalam cekungan ditulang tengkorak. Jika berlebihan dibuka akan mengakibatkan
dislokasi rahang, posisi tulang rahang bawah keluar dari cekungan dan tidak dapat
kembali ke posisi normal.dislokasi rahang bisa terjadi sebagian, utuh, unilateral (satu
sisi ) atau bilateral (dua sisi).
Klp 4: spesies staphylococcus, enterbacteriaceae dan pseudamonas merupakan
spesies bakteri yang ditularkan secara hematogenous. Gejalanya seperti demam,
malaise, anoreksia, serta rasa nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang
yang terlihat.
7. INFORMASI TAMBAHAN
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Klp 3: dislokasi adalah cedera pada sendi dimana ujung dari tulang pada sendi
tersebut lepas dari posisi normalnya. Dislokasi terjadi karena trauma akibat
kecelakaan seperti kecelakaan mobil, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan terjatuh
dari tempat yang tinggi, dan lain-lain
Klp 2: Alveolar:
Kondilus koronoideus
Klp 3: Agranulositosis
aeukopenia
Klp 4: furukologis
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Klp 2: fraktur mandibula
Klp 3: dislokasi
Klp 4: osteomielitis
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Klp 2:
Klp 3: mengapa membuka mulut yang berlebihan saat menguap dapat menjadi
penyebab dislokasi
Klp 4: dietiologi saya lihat bahwa osteomietis biasanya disebabkan oleh spesis
5. JAWABAN PERTANYAAN
Klp 3: karena pada saat kita menguap, sendi-sendi dan sekelompok otot rahang lah yang
bekerja. Sama halnya ketika koita melakukan gerakan mengunyah, menelan, dan berbicara.
Sehingga bisa saja ketika membuka mulut secara berlebihan bisa menyebabkan pergeseran
sendi bagian rahang. Saat menguap tulang rahang bawah yang biasanya bergerak berlebihan
dan memiliki tonjolan iniulah yang masuk ke dalam cekungan ditulang tengkorak. Jika
berlebihan dibuka akan mengakibatkan dislokasi rahang, posisi tulang rahang bawah keluar dari
cekungan dan tidak dapat kembali ke posisi normal.dislokasi rahang bisa terjadi sebagian, utuh,
bakteri yang ditularkan secara hematogenous. Gejalanya seperti demam, malaise, anoreksia,
serta rasa nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang yang terlihat.
7. INFORMASI TAMBAHAN
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Klp 2:fraktur adalah patah tulanga tau terputrusntya kontinuitas jaringan tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang
Klp 3: dislokasi adalah cedera pada sendi dimana ujung dari tulang pada sendi tersebut
lepas dari posisi normalnya. Dislokasi terjadi karena trauma akibat kecelakaan seperti
kecelakaan mobil, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan terjatuh dari tempat yang tinggi, dan
lain-lain
Klp 4: osteomielitis adalah proses inflamasi yang menyerupai proses destruksi tulang
10.LAPORAN DISKUSI
NAMA : Muh.nurwahid
KELOMPOK : 1
NIM : 70300118009
Kelompok 3
- luksasio erekta
-
Kelompok 4 :
- Staphylococcus aureus
- Proteus
- Pseudomonas
- Escherichia coli
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Kelompok 2 : fraktur mandibulla, rahang, kecelakaan
Kelompok 3 : dislokasi sendi, trauma, kecelakaan
Kelompok 4 : osteomyelitis, infeksi, bakteri
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Kelompok 2 :
- Apa itu yang dimaksud dengan kemampuan otot mendukung tulang turun baik
yang tertutup maupun yang terbuka ?
- Penanganan apa yang dilakukan atau cara pemberian makan pada pasien fraktur
mandibulla?
Kelompok 4 :
- Apakah ada pengobatan non medis osteomielitis
5. jawab pertanyaan
Kelompok 2 :
- Kemampuan otot dalam melakukan dan mendukung gerakan itu menurun baik
lukanya itu terbuka maupun tertutup atau hanya muncul tanda fraktur dan
perubahan warna maksudnya itu baik tertutup akan tetap mempengaruhi
kemampuan gerak otot.
- Pada pasien fraktur mandibular dengan luka memar disertai efusi jaringan masih
ringan maka instruksi yang diberikan adalah makan makanan lunak atau cair.
Kelompok 4
- Selain pembedahan dan medis, ada juga pengobatan non medis yang dapat
dilakukan pada pasien osteomielitis yaitu mengendalikan gula darah, suplementasi
nutrisi, terapi hiperbarik oksigen, berhenti merokok, serta perawatan ulkus
dekubitus.
7. INFORMASI TAMBAHAN
Kelompok 2 : kompres dingin dapat meringankan nyeri
Kelompok 3 : pemberian massase dapat meringankan nyeri pada sendi
Kelompok 4 : pembedahan merupakan salah satu cara mengatasi osteomyelitis
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Kelompok 2 : salah satu tindakan non farmakologis yang dapat diberikan pada pasien
fraktur yaitu dengan kompres dingin, tujuan dari kompres dingin yaitu untuk meringankan
nyeri. Mekanisme penurunan nyeri dengan kompres dingin berdasarkan teori endorphin yaitu
zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Produksi endorphin dapat ditingkatkan
melalui stimulasi kulit,
Kelompok 3 : salah satu tindakan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami
dislokasi sendi yaitu dengan massase, massase ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan
otot, memposisikan persendian, dan memperlancar peredararan darah.
Kelompok 4 : salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk pasien osteomielitis yaitu
dengan dilakukan pembedahan yang diman tujuan dari pembedahan ini yaitu untuk
menghilangkan tulang nekrotik.