PASIEN OSTEOARTRITIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah AWT atas berkah dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Medikal
Bedah III Keperawatan Mandiri Manajemen Nyeri Pada Pasien
Osteoatritis”. Makalah ini disusun sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1. PENGERTIAN ..................................................................................................5
2. EPIDEMIOLOGI ..............................................................................................5
3. PATOGENESIS .................................................................................................5
4. FAKTOR RISIKO .............................................................................................8
5. TANDA DAN GEJALA KLINIS ......................................................................10
6. PENATALAKSANAAN SECARA UMUM .....................................................12
7. PENATALAKSANAAN MANDIRI KEPERAWATAN ................................13
B. KONSEP RELAKSASI ........................................................................................14
1. PENGERTIAN .................................................................................................14
2. TUJUAN ............................................................................................................15
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKNIK RELAKSASI
NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN
NYERI ...................................................................................................................15
4. PROSEDUR TEKNK RELAKSASI NAPAS DALAM.................................. 15
KESIMPULAN......................................................................................................17
SARAN ..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP OSTEOARTRITIS
1. Pengertian
2. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-masing
negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan bahwa athritis jenis
ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia
dewasa dan lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia
(Bethesda, 2013).
Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data
radiografi menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar
usia lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun
(Hansen & Elliot, 2005). Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya nyeri
pada sendi, terutamanya pada saat bergerak (Priyanto, 2008).
3. Patogenesis
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua
yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osetoarthritis primer
atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memilik penyebab
yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik
5
maupun proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi
disebebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolit,
pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu
lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai pada praktek sehari-
hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder ( Soeroso dkk, 2006).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses
penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa
osteoarthritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolise kartilago
dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui
(Soeroso dkk, 2006). Kerusakan tersebut dapat diawali oleh kegagalan
mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera (Felson,
2008).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang
dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara kertilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubrican merupakan protein pada
cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cidera dan peradangan pada sendi (Felson,
2008).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan
balik yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak
(Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan
6
tekanan yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum
terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan
ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima.
Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang
diterima (Felson, 2008).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang
terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat 10 dimampatkan
berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada
sendi sebelum timbulnya osteoarthritis dapat terlihat pada kartilago
sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson,
2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu
kolagen tipe dua dan aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat,
membatasi molekul-molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen.
Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam
hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008).
Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan vaskular,
mensintesis seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit
menghasilkan enzim pemecah matriks, yaitu sitokin [Interleukin-1 (IL-1),
Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga faktor pertumbuhan. Umpan balik
yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk
melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru.
Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin
faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan (Felson, 2008).
Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks (MPM) untuk
memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di
matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase awal
osteoarthritis, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian
permukaan dari kartilago (Felson, 2008).
7
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi
pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu
proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis
prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki
efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan
protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya
osteoarthritis (Felson, 2008).
Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian
matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan
degradasi. Namun ada fase awal perkembangan osteoarthritis, kartilago
sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif (Felson, 2008).
Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi
akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke
kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta
jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari
mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan
meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah sendi (Felson, 2008).
4. Faktor Resiko
Resiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke waktu
tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat dilihat pada pasien osteoarthritis secara umum seperti
berikut : (Anonim, 2006) :
1). Usia
8
2). Berat badan
3). Trauma
4). Genetika
6). Nutrisi
9
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D.
Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu
kemampuan tulang untuk merespons secara optimal proses
terjadinya osteoarthritis dan akan mempengaruhi perkembangannya.
Kemungkinan vitamin D mempunyai efek langsung terhadap
kondrosit di kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang terbukti
membentuk kembali reseptor vitamin D.
10
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan
kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri.
Sehingga dapat diasumsikan nyeri yang timbul pada
osteoarthritis berasal dari luar kartilago (Felson, 2008). Pada
penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber
dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi
(sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (Felson,
2008). Osteofit merupakan salah satu penyebab dari timbulnya
rasa nyeri. Ketika osteofit tumbuh, terjadi proses inervasi
neurovascular yang menembusi bagian dasar tulang hingga ke
bagian kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang
berkembang. Hal ini yang menyebabkan timbulnya nyeri
(Felson, 2008).
Nyeri juga dapat timbul dari bagian luar sendi, termasuk
pada bagian bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di
lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibal
band (Felson, 2008).
2) Hambatan gerakan sendi
3) Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri
atau setelah tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di
kursi atau duduk di mobil dalam waktu yang cukup lama,
bahkan setiap bangun tidur pada pagi hari (Soeroso dkk, 2006).
4) Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut.
Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
11
patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso dkk, 2006).
5) Pembesaran sendi (deformitas)
12
b. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikn sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
Bimbingan Antisipasi
Distraksi
13
degan demikian menurunkan kewaspadaan trerhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Hipnosis Diri
B. KONSEP RELAKSASI
1. Pengertian
14
2. Tujuan
15
c. Letakkan kaki terpisah satu sama lain.
h. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteoartritis adalah penyakit sendi yang paling banyak ditemui, dialami
oleh populasi usia pertengahan ke atas. Osteoartritis ditandai kerusakan
progresif kartilago sendi dan menyebabkan perubahan struktur di sekitar
sendi. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain akumulasi cairan,
pertumbuhan tulang yang berlebih, kelemahan otot, dan tendon, sehingga
membatasi gerak dan menyebabkan nyeri dan bengkak. Nyeri musculoskeletal
yaitu nyeri yang berasal dari sistem musculoskeletal, yang terdiri dari tulang,
sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan bursa
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
dan kelemahannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi yang berkepentingan.
17