Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSCULOSKELETAL


OSTEOARTRITIS

Disusun untuk memenuhi tugas : Keperawatan Komunitas


Dosen Pengampu : Iva Milia Hani R, S.Kep.,Ns. M.kep

Disusun Oleh :

1. Ajeng Rahayu (173210002)

2. Dionisius Panji Eka P. (173210008)

3. Naila Widatul Mayasiroh (173210023)

4. Meisyaroh Lailatul Q. (173210020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2019
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas segala limpahan
rahmat & kasih sayang-Nya. Karena atas izin-Nya lah, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang Pengobatan Herbal ini dengan baik. Tujuan
dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan, juga menambah pengetahuan kami dan rekan-rekan agar lebih mengetahui
dan memahami pengobatan Herbal. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon
untuk saran dan kritiknya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan.............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi..........................................................................................
B. Etiologi..........................................................................................
C. Manifestasi Klinis.........................................................................
D. Patofisiologi.................................................................................
E. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian.......................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................
C. Intervensi Keperwatan.....................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latara Belakang
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif
sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul
karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) adalah bentuk
dari arthritis yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling
sering terjadi pada usia lanjut.
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis
degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah
kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia
lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering
mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada
pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih
dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi
kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas,
sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan
akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.
Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling
sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi
synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan
nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan
cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan
bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut
bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.
Oleh karena itu kami akan membahas tentang asuhan keperawatan osteoarthritis.

B. Rumusan Masala

1. Apa itu Osteoartritis?

4
2. Apa saja Penyebab Osteoartritis?

3. Bagaimana Penatalaksanaan Osteoartritis?

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengerti
dan memahami teori tentang askep osteoarthritis, serta dapat menegakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal osteoarthritis.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang pengertian osteoarthritis
b. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang penyebab osteoarthritis
c. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang manifestasi klinik osteoarthritis
d. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang patofisiologi osteoarthritis
e. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang pathways osteoarthritis
f. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang pemeriksaan diagnostik
osteoarthritis
g. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang penatalaksanaan medis
osteoarthritis
h. Mahasiswa mengerti, memahami dan menegakkan asuhan keperawatan
osteoarthritis meliputi : pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002
hal 1087)
Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh
pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga,
maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi
(Elizabeth J.Corwin, 2009)
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara,
1996 hal 336)
Jadi Osteoarthritis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degenerasi atau
penuaan sendi yang dibedakan menjadi Osteoarthritis primer dan sekunder.

B. Etiologi

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:


1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.

6
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

C. Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.

7
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
5. Pembengkakan Send
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

D. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak


meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan
sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan

8
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga
sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.

9
 Pathways

10
E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Untuk OA tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan


laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang mendasari
pada OA sekunder.
2. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum
adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan /
tulang yang mengalami degenerasi.
3. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang
seperti pecahnya tulang rawan.
4. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
5. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
6. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
7. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi

F. Penatalaksanaan Medis

1. Medikamentosa
a. Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS, seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis
biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa
lambung dan gangguan faal ginjal.

11
c. Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang
mempu mengurangi nyeri/ngilu
d. Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang
akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika
osteoarhtritis pada lutut.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan
dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan
isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi.
Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting

12
6. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi
yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
a. Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti
dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
b. Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat
serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang
menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
c. Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja.
Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat
bergerak.
7. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan,
upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang
berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl
dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan
mandiri.

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pengkajian osteoarthtritis
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan
stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris. Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot,
kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskur
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah. Tanda :
penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan. Tanda : pembengkakan sendi simetri
g. Nyeri/kenyamanan

14
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari )
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.

3. Riwayat Psiko Sosial


Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep
diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup
kurang gerak
2. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi
3. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi
4. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum
5. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang
familier dengan sumber-sumber informasi
6. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi
7. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan

C. Intervensi Keperawatan

1. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup
kurang gerak

15
Kriteria Hasil :
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
b. Menunjukkan toleransi aktivitas
c. Mendemonstrasikan penghematan energi

Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi.
b. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
c. Tentukan penyebab keletihan
d. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat

2. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan hingga
sedang
b. Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan oleh
indikator 1-5 (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
b. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas
c. Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan untuk menurunkan
ansietas dan memperluas fokus
d. Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas

3. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi


Kriteria Hasil :
a. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan
adaptasi dengan ketunadayaan fisik
b. Menunjukkan citra tubuh
Intervensi :

16
a. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh
klien
b. Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien
c. Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan

4. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum


Kriteria Hasil :
Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh keseimbangan,
gerakan terkoordinasi, perilaku pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan :
Pencegahan Jatuh
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien
b. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
c. Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat meminimalkan cedera
d. Bantu pasien saat ambulasi
e. Sediakan alat bantu berjalan

5. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang


familier dengan sumber-sumber informasi
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang proses penyakit
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi
b. Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan klien
c. Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
d. Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan
permasalahannya

6. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi


Kriteria Hasil :
a. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri
Intevensi :
a. Kaji tingkat nyeri

17
b. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian nyeri setelah atau
selama aktivitas yang menimbulkan nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri (berat)
d. Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan

7. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan


Kriteria Hasil :
Menunjukkan perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji kemampuan personal hygiene
b. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi
c. Dukung kemandirian klien dalam personal hygiene, bantu klien hanya jika
diperlukan
d. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
e. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi Osteoarthritis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degenerasi atau
penuaan sendi yang dibedakan menjadi Osteoarthritis primer dan sekunder. Faktor
penyebabnya meliputi: umur,pengausan,kegemukan,trauma,keturunan,akibat penyakit
radang sendi lain, Joint Mallignment

B. Saran

Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai


pihak, antara lain:
1. Bagi pembaca, terutama mahasiswa diharapkan dapat menggunakan makalah ini
sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang anfisman.
2. Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah
ini, sehingga makalah ini dapat terbit dengan kondisi yang lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik
Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC
Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika

20

Anda mungkin juga menyukai