OSTEOARTRITIS
Disusun oleh:
Billy Dema Justia Wahid 030.14.031
Maria Chindyvita Darum 030.13.117
Septiana Mirra Pratiwi 030.12.245
Pembimbing:
dr. Dina Lukitowati, Sp.Rad
Pertama-tama saya panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya maka saya dapat menyelesaikan referat dengan
judul "Osteoartritis”.
Referat ini dibuat oleh demi memenuhi tugas di kepaniteraan klinik bagian Radiologi
Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa. Saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dina Lukitowati, Sp.Rad dokter pembimbing yang telah memberikan saran
dan koreksi dalam penyusunan referat ini.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang untuk
menyempurnakan referat ini. Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga
referat ini dapat bermanfaat.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN
Referat
Judul:
OSTEOARTRITIS
Pembimbing
iii
DAFTAR ISI
1. Definisi ..................................................................................................... 6
2. Etiologi ..................................................................................................... 6
4. Patofisiologi.............................................................................................. 7
5. Klasifikasi ................................................................................................. 8
6. Diagnosis .................................................................................................. 9
8. Tatalaksana ............................................................................................. 34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di masyarakat,
bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat. Osteoartritis dapat terjadi
dengan etiologi yang berbeda-beda, namun mengakibatkan kelainan bilologis, morfologis dan
keluaran klinis yang sama.(1) Di Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun. Penelitian di
Bandung pada pasien yang berobat ke klinik reumatologi RSHS pada tahun 2007 dan 2010,
berturutturut didapatkan: OA merupakan 74,48% dari keseluruhan kasus (1297) reumatik pada
tahun 2007. Enam puluh sembilan persen diantaranya adalah wanita dan kebanyakan merupakan
OA lutut (87%). Dan dari 2760 kasus reumatik pada tahun 2010, 73% diantaranya adalah
penderita OA, dengan demikian OA akan semakin banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari-
hari.(2)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif noninflamasi yang sering terjadi pada orang
tua, ditandai dengan degenerasi kartilago artikularis, hipertrofi tulang, dan perubahan membran
sinovial. Hal ini disertai dengan rasa sakit, biasanya setelah aktivitas yang berkepanjangan, dan
kekakuan, terutama di pagi hari atau saat tidak beraktivitas.(3) American College of Rheumatology
mengartikan sebagai kondisi dimana terdapat gejala ke cacatan pada integritas articular tulang
rawan yang ditandai dengan perubahan kapsula sendi. OA biasanya mengenai sendi penopang
berat badan (weight bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai
bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki.(2)
2. ETIOLOGI
3. FAKTOR RESIKO(1)
- Bertambahnya usia
- Riwayat keluarga dengan OA generalisata
- aktivitas fisik yang berat
- Obesitas
- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan
6
4. PATOFISIOLOGI(4)
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi. Terdapat
4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase inflamasi, nyeri,
fase degradasi.
I. Fase Inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi berupaya
melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu
polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel, faktor
tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormone, transforming
growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini
menginduksi kondrosit untuk mensintesis DNA dan protein seperti kolagen dan
proteoglikan. IGF-1 memegang peran penting dalam perbaikan rawan sendi.
II. Fase Inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1
sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang mempengaruhi
sendi. IL-1 (Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α) mengaktifasi enzim
degradasi seperti collagenase dan gelatinase untuk membuat produk inflamasi pada
osteoartritis. Produk inflamasi memiliki dampak negatif pada jaringan sendi,
khususnya pada kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan pada sendi.
III. Fase Nyeri: Terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas
fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus dan komplek lipid pada
pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis
jaringan. Hal ini mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat
lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat menyebabkan peregangan tendo,
ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang
menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medula spinalis serta kenaikan
tekanan vena intramedular akibat stasis vena pada pada proses remodelling trabekula
dan subkondrial.
7
IV. Fase Degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag
didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, material
asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin aktifator
plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang kondrosit untuk memproduksi CSFs.
Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan sendi. Faktor pertumbuhan dan
sitokin membawa pengaruh yang berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin
cenderung merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor
pertumbuhan merangsang sintesis.
5. KLASIFIKASI(1)
a. Primer : Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
b. Sekunder :
i. Berdasarkan etiologi
8
ii. Berdasarkan lokasi
6. DIAGNOSIS
a. Anamnesis(1)
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai inflamasi,
umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak disertai kemerahan
pada kulit)
- Tidak disertai gejala sistemik
- Nyeri sendi saat beraktivitas
- Sendi yang sering terkena: Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang
(PIP) dan distal interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP) pertama. Sendi
lain: lutut, V. servikal, lumbal, dan hip
b. Pemeriksaan Fisik(1)
- Tentukan BMI
- Perhatikan gaya berjalan/pincang?
- Adakah kelemahan/atrofi otot
- Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
- Lingkup gerak sendi (ROM)
- Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
- Krepitus
- Deformitas/bentuk sendi berubah
- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
- Pembengkakan jaringan lunak
- Instabilitas sendi
10
11
12
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG(1)
a. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis Osteoartritis.
Pemeriksaan darah membantu menyingkirkan diagnosis lain dan monitor terapi.
b. Pemerksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk ke
ortopaedi.
13
Gambar 1. Posisi pasien dan hasil radiograf proyeksi AP
15
Posisi pasien berdiri diatas step stool agar pasien terangkat sehingga cukup untuk sinar
horizontal.
b. Posisi Obyek :
1) Posisikan kaki lurus di depan dengan tekanan pada kedua kaki
2) Sediakan pengganjal sebagai kestabilan pasien
3) Pusatkan sendi lutut pada pertengahan meja pemeriksaan
c. Central Ray (CR) :
Arah sinar horizontal tegak lurus kaset / film, 50 – 100 caudad pada pasien kurus; pada
pertengahan diantara sendi lutut setinggi 0,5 inchi di bawah apek patella.
d. Central Point (CP) :
Titik bidik pada titik pertengahan antara kedua lutut setinggi 0,5 inchi di bawah apek patella.
e. FFD : 100 cm
f. Ukuran Kaset : 24 x 30 cm
g. Kriteria Gambar :
1) Celah sendi femorotibial terbuka dan berada pada pertengahan film. Jika lutut normal
celah sendi akan sama pada kedua sisi kanan dan kiri.
2) Patella mengalami superposisi dengan femur dan sebagian kaput fibula akan superposisi
dengan tibia.
3) Terlihat jaringan lunak di sekitar sendi
16
Gambar 3. Posisi pasien dan hasil radigraf proyeksi weight- bearing
17
Pemeriksaan Radiologi
a. Radio Anatomi(7)
Ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh dengan mempelajari suatu radiograf (foto sinar-
X).
Perbedaan dengan anatomi umum :
1. Radiograf : 2 dimensi ( panjang dan lebar) → hanya 1 bidang pemotretan.
2. Tidak seluruh bagian tubuh tampak pada foto sinar X.
3. Ada Magnifikasi,yang tergantung dari :
• Jarak fokus – obyek
• Jarak fokus – film
18
c. Bone Survey : (7)
Dilakukan pada keadaan – keadaan :
- Lesi tulang yang bersifat multiple,seperti pada myeloma Multiple.
- Penyakit tulang yang bersifat sistemik seperti hiperparatiroidi.
21
perbedaannya sedikit sekali.
g. Sendi : (8)
- Bagian lucent antara tulang femur dan tibia – cavum artikulare. Disebut sela sendi.
- Sela sendi lebih lebar dari pada yang sesungguhnya – radiologic joint space.
- Pada bayi, sela sendi lebih lebar lagi karena epifise tak tampak, yang tampak ; diafise.
1. Osteoartritis
Penyakit degeneratif yang umum dan terjadi pada sendi dengan ciri khas hilangnya kartilago
sendi dan pembentukan formasi tulang baru. Gambaran radiologisnya sendiri adalah:
- Ditemukannya penyempitan celah sendi (tergantung beban yang diterima tulang)
- Tulang menjadi porotik yang ditandai dengan corpus yang semakin pipih
- Biasanya timbul osteofit atau spurs formation (pertulangan baru), terdapat bridging
(penyambungan) dari satu osteofit ke osteofit lain.
- Terlihat adanya sklerosis pada sendi dan deformitas pada tulang, serta erosi sebagian
tulang rawan
22
- Bila sudah fase yang berat (Grade 4) dapat timbul kista
Grade Gambaran
23
Gambar 5. Foto Rontgen Articulatio Genu(9)
24
Gambar 6. Gambaran Foto Rontgen Articulatio genu(10)
25
Gambar 8. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis lutut.(10)
Keterangan :
Gambar atas kiri : pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah sendi (tanda
panah)
Gambar bawah kiri : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai terbentuknya osteofit
(tanda panah)
Gambar atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan destruksi
padapada kartilago dan sunchondral (tanda panah terbuka)
Gambar bawah kanan : ditemukan kista subchondral (tanda panah)
26
Gambar 9. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut.(11)
27
Gambar 10. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis tangan.(10)
Keterangan :
Gambaran anteroposterior dari foto sinar-x di atas menunjukkan menyempitnya celah sendi dan
sklerosis subchondral pada sendi metacarpal pertama (tanda panah putih). Pembentukan osteofit
dengan pembengkakan jaringan lunak dan sklerosis subchondral dijumpai pada sendi
interphalangeal distal kedua dan ketiga (tanda panah transparan)
28
Gambar 11. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari tangan(11)
Gambar 12. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari kaki. (11)
29
Gambar 13. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis panggul.(10)
Keterangan :
Gambar atas : gambar pertama menunjukkan penyempitan celah sendi pada panggul (tanda panah
putih), sklerosis subchondral (kepala panah putih), dan terbentuknya kista (kepala panah
transparan).
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang menunjukkan
semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) dan sklerosis (kepala panah putih).
30
Gambar 14. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada panggul. (11)
Keterangan :
31
Gambar 15. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada pinggul. (11)
Keterangan : (11)
Keterangan : (11)
B. CT Scan : tampak kista subchondral yang kecil yang dikelilingi oleh thin sclerotic halo
C. MRI : terlihat adanya kista subchondral (panah) yang memiliki intensitas tinggi
33
8. TATALAKSANA(1,2)
1. Non Medikamentosa
Terapi non medikamentosa yang diberikan berupa menghilangkan faktor resiko yang dapat
diubah, misalnya pada penderita obesitas diharapkan dapat menurunkan berat badannya.
Kemudian dapat juga dipakai penyangga badan seperti tongkat atau kruk, fisioterapi untuk
menjaga mobilitas sendi, mempertahankan kekuatan otot, serta mengurangi nyeri; dan brace
lutut.(1)
2. Medikamentosa
a. Lini Pertama
Pengobatan OA yang ada saat ini barulah bersifat simptomatik dengan obat anti inflamasi
non steroid (OAINS) untuk mengurangi keluhan nyeri kronik progresif kemudian
dikombinasi dengan program rehabilitasi dan proteksi sendi. Pada stadium lanjut dapat
dipikirkan berbagai tindakan operatif. Pengetahuan tentang patogenesis OA mendorong
para peneliti untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat menghambat
perjalanan/progresivitas penyakit yang disebut sebagai Disease-Modifying Osteoarthritis
Drugs (DMOADs) yang bersifat kondroprotektif. Selain itu juga ada SYSADOA
(symptomatic slow acting drugs for osteoathritis) yang bekerja lambat sehingga hasilnya
baru terlihat setelah enam minggu. Untuk obat DMOADs sayangnya banyak yang masih
dalam tahap penelitian seperti tabel di bawah ini.
Antispasmodik
34
Long acting
Depokortikosteroid infra-artikuler
S-adenosilmetionin (SAM)*
Kondroitin-sulfat oral*
Glukosamin-sulfat (Dona)*
Orgotein intra-artikuler*
Diacerhein*
Avocado/soy nonsaponifiables*
Pentosan polysulfate*
Tetapi genetik*
35
b. Lini Kedua
Penggunaan nutrisi seperti glukosamin dan chondroitin sulfat masih kontroversial, pada
penelitian masih belum menunjukkan hasil yang bagus.
Injeksi articular :
- Dengan kortikosteroid, dapat menurunkan rasa sakit pada jangka waktu yang pendek
- Dengan asam hialuronat dapat menurunkan rasa sakit
Pemberian opioid dapat digunakan pada pasien dengan rasa sakit yang sangat berat dan
pasien yang tidak kooperatif.
36
BAB III
KESIMPULAN
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif noninflamasi yang sering terjadi pada
orang tua, ditandai dengan degenerasi kartilago artikularis, hipertrofi tulang, dan perubahan
membran sinovial. Hal ini disertai dengan rasa sakit, biasanya setelah aktivitas yang
berkepanjangan, dan kekakuan, terutama di pagi hari atau saat tidak beraktivitas.(3). Penyebab
terjadinya OA bisa berupa idiopatik maupun terdapat penyakit yang mendasari. (1)
Beberapa Fase penting dari proses terjadinya OA adalah inisiasi, inflamasi, nyeri, dan
degradasi.(4) Dalam membuat diagnosis, dalam anamnesis dapat ditemukan : Nyeri dirasakan
berangsur-angsur (onset gradual), inflamasi (-) (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak disertai
kemerahan pada kulit), gejala sistemik (-), Nyeri sendi saat beraktivitas, Sendi yang sering terkena:
Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP) dan distal interfalang (DIP),
dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP) pertama. (1) Sendi lain: lutut, V. servikal, lumbal, dan hip.
(1)
Kemudian pada pemeriksaan fisik dapat menentukan diagnosis mengikuti ketentuan ICD-10
kode:M17 dimana dapat menemukan minimal 3 dari 6 kriterianya untuk diagnosis OA sendi lutut;
kode M18 untuk OA tangan dengan minimal ditemukan 3 dari 4 kriteria. (1)
Pemeriksaan penunjang untuk OA dengan X-Ray dengan posisi AP dan Lateral. Kriteria
gambar lateral Distal femur, proksimal tibia dan fibula serta patella terlihat dalam radiograf,
Femoropatellar dan sendi lutut membuka. Kriteria Gambar AP; Celah sendi femorotibial terbuka
dan berada pada pertengahan film, Jika lutut normal celah sendi akan sama pada kedua sisi kanan
dan kiri, Patella mengalami superposisi dengan femur dan sebagian kaput fibula akan superposisi
dengan tibia, Terlihat jaringan lunak di sekitar sendi. (5,6)
Gambaran Osteoartritis yaitu; penyempitan celah sendi, Tulang menjadi porotik yang
ditandai dengan corpus yang semakin pipih, biasanya timbul osteofit atau spurs formation
(pertulangan baru), terdapat bridging (penyambungan) dari satu osteofit ke osteofit lain, terlihat
adanya sklerosis pada sendi dan deformitas pada tulang, serta erosi sebagian tulang rawan. (8)
Setelah terdiagnosis OA, pasien dapat mendapatkan terapi secara medikamentosa maupun non-
medikamentosa. (1)
37
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
38