Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

“PAROTITIS”

Disusun oleh :
dr. Ribka Elda Patandianan

Pendamping :
dr. Lusiana Ningsih, MM

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS PANDERE SIGI
2023
BAB I
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama/ Jenis kelamin : An. I, Laki-laki
Umur : 25-07-2020 (2tahun 5bulan)
No. RM : 7271012507200003
Pekerjaan/ Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Kalawara
Tanggal Pemeriksaan : 2 Desember 2022

2. Riwayat Penyakit Sekarang


a. Keluhan utama : Bengkak pada leher kanan
b. Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada leher kanan yang dialami
sejak 2 hari yang lalu. Bengkak terasa terasa nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan
bertambah berat bila pasien membuka rahangnya serta mengunyah. Nyeri sedikit
berkurang saat pasien tidak berbicara, menutup mulut dan beristirahat. Keluhan ini
disertai dengan demam, dan membaik dengan pemberian obat penurun demam.
Ayah pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya
dikarenakan pembengkakan pada pipi kanannya sehingga menyulitkan pasien untuk
makan dan terasa nyeri saat mengunyah, sementara ini pasien masih dapat makan dan
minum. Di dalam rumah tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien, tetapi anak tetangga pasien ada yang mengalami keluhan yang serupa,
keluhan ini muncul pada pasien sekitar 2 hari sepulang bermain dari rumah
tetangganya. Sementara itu anak dari tetangga pasien sudah 1 minggu mengalami
keluhan ini.
Mimisan (-), bercak-bercak kemerahan (-), tidak ada gusi yang bengkak atau gigi
yang berlubang dan pasien juga tidak mengalami trauma pada dearah yang bengkak.
Batuk (-), sesak napas (-), mual dan muntah (-). BAB dan BAK biasa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu/ Keluarga


 Keluhan yang sama sebelumnya disangkal
 Batuk pilek sering
 Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)
 Riwayat asma (-)
 Riwayat alergi obat (-)

4. Riwayat sosial ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu pasien sebagai ibu rumah
tangga. Penghasilan ayah tidak menentu. Pasien tinggal bersama dengan ibu, ayah
dan 3 orang saudaranya serta kakek dan neneknya.

5. Riwayat Imunisasi
Pasien sama sekali belum pernah di imunisasi sejak lahir hingga saat ini.

6. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan pasien tidak di ketahui oleh orang tuanya, karena pasien hanya
ditemukan oleh bapak & ibu yang sekarang menjadi orang tuanya.

7. Riwayat Gizi
Anak mendapat sufor hingga usia 12 bulan dan diberikan makanan pendamping ASI
mulai usia 6 bulan.

8. Pemeriksaan
 Tanda-tanda Vital
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. BB : 9,5 Kg
c. TB : 82 cm
d. Kesadaran : Compos mentis
e. Nadi : 90x/menit
f. Pernapafasan : 22x/menit
g. Suhu : 36,4 0 C
h. Status Gizi :
a. BB/U : 0 s/d +2 SD = Gizi baik
b. TB/U : 0 s/d +2 SD = Normal
c. BB/TB : 0 s/d +1 SD = Normal

 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk : normocephal
b. Mata : Exopthalmus/ enopthalmus : (-)
Kelopak : Normal
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : Bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : Jernih
c. Telinga : Sekret : -/-, penurunan pendengaran (-/-)
d. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
deformitas (-/-)
e. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
f. Leher : Pembesaran KGB (-), Struma (-)
g. Thorax
I : Simetris Bilateral, retraksi subcosta (-), retraksi substernal (-)
P : Vokal fremitus kanan=kiri
P : Sonor di seluruh lapang paru
A : Vesicular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II murni regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
I : Tampak datar, distensi (-)
A : Peristaltic (+) kesan normal
P : Tympani (+)
P : Nyeri tekan (-), Organomegaly (-)
h. Genitalia :Tidak tampak adaya keremerahan pada scrotum, nyeri,
pembengkakan (-),
i. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
j. Kulit : Turgor kulit baik, hangat (+), CRT <2 detik

Status Lokalis:
Regio angulus mandubula dextra
Terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4-7 cm, bentuk bulat, konsistensi lunak,
batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus, nyeri tekan
(+).

9. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

10. Usulan Pemeriksaan Penunjang


 Darah Rutin, pada infeksi virus biasanya akan menunjukkan leukopenia, tetapi
jika terdapat infeksi sekunder dan parotitis supuratif yang disertai pus, maka
didapatkan leukositosis.
 Kultur jaringan untuk menentukan penyebab infeksi dan respon keberhasilan
pengobatan yang telah diberikan
 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) untuk membedakan adanya tumor parotis
atau neoplasmResume:
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada leher kanan yang
dialami sejak 2 hari yang lalu. Bengkak terasa terasa nyeri yang dirasakan sepanjang
hari dan bertambah berat bila pasien membuka rahangnya serta mengunyah. Nyeri
sedikit berkurang saat pasien tidak berbicara, menutup mulut dan beristirahat.
Keluhan ini disertai dengan demam, dan membaik dengan pemberian obat penurun
demam.
Ayah pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari
biasanya dikarenakan pembengkakan pada pipi kanannya sehingga menyulitkan
pasien untuk makan dan terasa nyeri saat mengunyah, sementara ini pasien masih
dapat makan dan minum.
Di dalam rumah tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien,
tetapi anak tetangga pasien ada yang mengalami keluhan yang serupa, keluhan ini
muncul pada pasien sekitar 2 hari sepulang bermain dari rumah tetangganya.
Sementara itu anak dari tetangga pasien sudah 1 minggu mengalami keluhan ini.
Riwayat imunisasi, Pasien sama sekali belum pernah di imunisasi sejak lahir
hingga saat ini. Riwayat persalinan pasien tidak di ketahui oleh orang tuanya, karena
pasien hanya ditemukan di pinggir jalan oleh bapak & ibu yang sekarang menjadi
orang tuanya. Status Lokalis: Regio angulus mandubula dextraTerdapat massa dengan
diameter sebesar ± 4-7 cm, bentuk bulat, konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan (-)
dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus, nyeri tekan (+).

11. Diagnosis Kerja


Parotitis epidemic dextra

12. Diagnosis Banding


 Parotitis supuratif
 Adenitis servikalis
 Tumor Parotis

13. Management Tatalaksana


A. Promotif
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya.
 Menyarankan pasien untuk beristirahat
 Menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur
 Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri.
 Memberikan edukasi kepada keluarga pasien akan pentingnya imunisasi
MMR dimana imunisasi berperan untuk membentuk antibody dan kekebalan
tubuh

B. Preventif
 Imunisasi MMR
 Hindari kontak dengan pasien parotitis
 Menjaga higenitas dan kebersihan diri

C. Kuratif
Non Farmakologi
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan
beristirahat yang cukup
 Diet lunak
Farmakologi
 Anti piretik: Paracetamol syrup 120mg/5 ml 3 kali sehari, bila demam.
 Roboransia: Vitamin C
 Anti histamine: Chlorpheniramin maleat 3 x 2mg, 3 kali ½ tablet
D. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh.
 Mengatur pola makan dengan gizi seimbang
 Minum obat sesuai anjuran dan teratur.
 Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS

14. Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungtionam: dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Kelenjar Parotis


Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar liur yang terbesar. Masing-masing beratnya rata-rata 25 gram dan
bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara hijau dan kuning (yellowish) terletak
dibawah meatus akustik eksternus diantara mandibula dan otot
sternokleidomastoideus.7

Kalenjer parotis 8
Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50% berbentuk segitiga,
30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar parotis berbentuk seperti
piramida terbalik dengan permukaan-permukaannya sebagai berikut: permukaan
superior yang kecil, superficial, anteromedial, dan posteromedial. Bentuk konkav
pada permukaan superior berhubungan dengan bagian tulang rawan dari meatus
akustik eksternus dan bagian posterior dari sendi temporomandibular. Disini saraf
auriculotemporal mempersarafi kelenjar parotis. Permukaan superfisialnya ditutup
oleh kulit dan fascia superficial yang mengandung cabang fasial dari saraf aurikuler,
nodus limfatikus parotis superficial, dan batas bawah dari platisma.7
Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan
sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter. Bagian posterior kelenjar
dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoid, dan tepi anterior muskulus
stemokleidomastoideus. Bagian dalam yang merupakan lobus medial meluas ke
rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum stilomandibular,
muskulus digastrikus, serta selubung karotis. Di bagian anterior lobus ini terletak
bersebelahan dengan bagian medial ptetygoideus. Bagian lateral hanya ditutupi oleh
kulit dan jaringan lemak subkutaneus. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia
leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan
struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri
karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis dari
nervus trigerninus dan nervus fasialis.7

Kelenjer air ludah 8


Pendarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-cabang di
dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna melalui vena
yang keluar dari kelenjar parotis.7
Nodul kelenjar lime ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis
(kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10
kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada
bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis.
Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus
limfatikus servikal atas.7
Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada cabang
petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otik. Serabut
postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal. Kelenjar parotis
memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensen’s duct
yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2; lokasi biasanya ditandai oleh papilla
kecil.7

2. Definisi
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama
kelanjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah
terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembesaran sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Menyerang pada anak
dibawah usai 15 tahun (sekitar 85% kasus).

3. Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus
menyebar melalui kontak langsung melalui droplet, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi,
bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada
komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi
epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam rumah,
perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah terjadi pada anak berusia 5-9 tahun.
Terutama ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun
1968. Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis
kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun meskipun
demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah pernah endemik
parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia/dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur
3-4 tahun sebesar 70%-80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis.
Laki-laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.

4. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemica adalah anggota group paramyxovirus, yang juga
termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles dan virus newcastle disease. Ukuran
dari partikel paramyxovirus sebesar 90-300 mµ. Virus mumps merupakan virus
ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan
merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang
(host). Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin.
Infeksi parotitis epidemica ditandai dengan gejala prodermal berupa demam, nyeri
kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti peradangan kelanjar parotis
(parotitis) dalam waktu 48 jam sebelum sampai 3 hari setelah terlihatnya pembengkakan
kelenjar parotis.
Virus ini mempuyai 2 komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu: antigen S atau
yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal
dari hemaglutinin permukaan (2) Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus
ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paromoxyvirus dapat hancur
pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.
5. Patogenesis
Masa inkubasi 15 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfaticus servikalis, dari sini virus menyebar melalui
aluran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,
thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak.
Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus ini mulai melakukan
multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus kemudian
menuju ke banyak jaringan serta menuju ke kelenjar ludah dan parotis. Setelah virus
masuk ke dalam sistem pernapasan, virus akan bereplikasi secara lokal. Diseminasi
viremic kemudian terjadi pada jaringan target seperti kelenjar parotis. Sel nekrosis
dan peradangan dengan infiltrasi sel mononuklear adalah respon jaringan, Kelenjar
ludah edema dan terjadi deskuamasi sel epitel yang melapisi sel nekrotik.
Mumps merupakan penyakit virus sistemik dengan kecendrungan bereplikasi
dalam sel epitel diberbagai organ dalam. Virus sering menyerang ginjal dan dapat
dideteksi didalam urin kebanyakan pasien. Viruria dapat bertahan hingga 14 hari sejak
gejala klinis muncul.
Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel
tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis
jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan menifestasi dari viremia awal. Viruria
biasanya terjadi, dan disertai oleh ganggungan ginjal.

6. Gejala Klinis
Masa inkubasi berkisar 14-25 hari, dengan puncak pada 17-18 hari dan rata-
rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8-30 hari. Pada
anak, manifestasi prodermal jarang tetapi mungkin bersama dengan demam, nyeri otot
(terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu tubuh biasanya naik
sampai 38,5-39,5 ºC, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis yang mula-
mula unilateral tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik
spontan maupun pada perabaan, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis.
Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak sampai ke belakang.
Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada 1-3 hari dan
pembengkakan menghilang dalam 1 minggu setelah pembengkakan maksimal.
Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga keatas dan keluar dari sudut
mendibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit diatas kelenjar yang membengkak tidak
hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda yang ditemukan pada parotitis bakteri.
Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari. Satu kelenjar parotis
biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya
pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.

7. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan menurun, sakit
kepala, muntah, sakit ketika menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan
pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan
perabaan, terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang berdisifat asam.
b. Klinis
 Panas ringan sampai tinggi (38,5-39,5) ºC
 Keluhan nyeri di daerah parotis satu atau di kedua belah sisi disertai
dengan pembesaran.
 Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anorexia dan rasa
malas.
 Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa
inkubasi 14-24 hari).
 Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif
hingga sakit berat.
 Pembengkakan parotis (daerah zygoma: belakang mandibula di depan
mastoid).

8. Differensial Diagnosis
 Parotitis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, influenza, parainfluenza I
dan 3 dan sitomegalovirus
 Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik. Disebabkan oleh kelainan
metabolik dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi,
obesitas dan sirosis.
 Pembesaran kelenjar parotis simtomatik, pembesaran kelenjar akibat operasi
 Parotitis supuratif, disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar
dari duktus kelenjar. Penyebabknya otitis media atau mastoiditis.
 Parotitis berulang, suatu keadaan yang penyebabkan belum diketahui, tapi
mungkin bersifat alergi yang sering berulang.
 Kalkulus salivarus, menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran sub
mandibularis menyebabkan pembengkakan intermitten.
 Limfo sarcoma atau tumor parotis.
 Adenitis servikal, disebabkan oleh streptococcus, difteria bullneck,
mononukleosisinfeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis
kanalis auditorius eksterna.
 Rekasi obat, obat sulfonamid atau yodium organik bisa menyebabkan
pembengkakan parotis dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.
Parotitisodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravea.
Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan
parotis.
 Sindroma Sjorgen, merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur
lainnya yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling
sering terjadi pada wanita pasca menopause.

9. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
rigan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
 Amilasi Serum
Biasanya ada kelainan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan keadaan kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu.
 Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukkan
adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibitor (HI) test, Neutralization
(NT) test.
 Pemeriksaan Virologi
Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.

10. Penatalaksanaan
Patotitis meruapakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik
bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena otu pengobatan parotitis seluruhnya
simtomatis da suportif.
a. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat bila: tidak ada komplikasi, keadaan umum cukup
baik.
 Istirahat yang cukup
 Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
 Medikamentosa
Analgesik-antipiretik bila perlu: metampiron: anak > 6 bulan 250-500mg/hari
maksimal 2 g/hari, paracetamol: 10-15mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
b. Penderita rawat inap
Penderita demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat. Diet lunak,
analgesik-antipiretik, penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.
c. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
 Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya.
 Orkhitis, istirahat yang cukup pemberian analgesik-sistemik kortikosteroid
(hidrokortison, 10mg/kg/24jam, peroral selama 2-4 hari.

11. Imunitas
Imunitas bersifat permanen setelah terkena satu kali infeksi. Hanya ada satu
tipe antigen virus gondongan dan tipe ini tidak memperlihatkan variasi antigenic yang
bermakna. Antibody terhadap glikoprotein HN (Antigen V), glikoprotein F dan
protein nukleokapsid NP internal (Antigen S) timbul didalam serum pasca-infeksi
alamiah. Antibody terhadap antigen S muncul paling cepat (3-7 hari setelah awal
gejala klinis), tetapi antibody ini hanya muncul sebentar dan biasanya hilang dalam 6
bulan. Antibody terhadap antigen V muncul lebih lambat (sekitar 4 minggu setelah
gejala muncul), tetapi bertahan selama bertahun-tahun.8
Antibody terhadap antigen HN berkorelasi baik dengan imunitas. Bahkan
infeksi subklinis diperkirakan mencetuskan imunitas seumur hidup. Respons imun
berperantara sel juga timbul. Interferon dibangkitkan pada awal infeksi mumps. Pada
orang yang kebal, antibody IgA yang disekresi di nasofaring menunjukan aktivitas
netralisasi. Imunitas pasif ditransfer dari ibu ke anak sehingga kita jarang melihat
mumps pada bayi dibawah usia 6 bulan.8

12. Komplikasi
a. Meningoencephalitis
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.
Pendertia mula-mula menunjukkan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian
disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-
anak. Meningoencephalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan
meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain
biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukkan tekanan yang
meninggi, pemeriksaan nonne dan pandy positif, jumlah sel terutama limfosit
meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan cairan cerebrospinal biasanya
berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat
melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik
enterovirus dimana leukosit polimorfornulear sering mendominasi pada awal
penyakit.
b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilareral walaupun inseidennya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
c. Orchitis
Komplikasi dari parotitis dapat berupa Orchitis yang dapat terjadi pada masa
setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, mengigil, mual, nyeri perut
bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi
dengan atau tanpa epididimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat
perdarahan kecil. Orchitis biasanya menyertai paroriris dalam 8 hari setelah
parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3-14 hari. Testis yang terkena
menjadi nyeri dan bengkak serta kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata
lamnya 4 hari. Sekitar 30-40% terstis yang terkena menjadi atropi. Gangguan
fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absulute jarang terjadi.
d. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditermukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas.
e. Pancreatitis
Nyeri perut sering tumbul ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, mengigil, lesu, merupakan tanda adanya pancreatitis akibat mumps.
Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga
kadang diagnosis keliru dengan gastroenteriris. Pancreatitis ringan dan
asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada
akhir minggu pertama.
f. Nefritis
Kadang-kadag kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum
diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis
ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan
kelainan pada ginjla.
g. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakn tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada
umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid pada panderita.
h. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangan jarang terjadi, tetaou infesi ringan
miokardium mungkin leebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 5-10 hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi
dari miokarditis seperti deprasi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.
Dapat disertai dengan takiradi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
i. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Artralgia yag disertai dengan pembengkakan
dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang
jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliartritis yang sering kali berpindah-
pindah. Gejala sendi mulai 1-2 minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya
yang terkena adalah sendir besar khususnya paha dan lutut. Penyakit ini berakhir
1-12 minggu dan sembuh sempurna.
j. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya
bilateral, dari kelenjar lakrimalis, neuritis optik (papilitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dairi kehilangan penglihatan sampai kekaburan rringan degan
penyembuhan dalam 10-20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam
20 hari; skelritis, tenonitis, dengan eksoftalmus; trombosis vena sentral.
k. Embriopati parotitis
Tidak terdapat bukti kuat bahwa infeksi ibu mencederai janin, kemungkinan
hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal
kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus.

13. Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limitid, dapat sembuh sendiri. Prognosis
parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta jarang berlanjut
menjadi kronis.
14. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemica dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
 Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
 Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemica yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan
subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau
reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.
Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak
dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus “Mumps”, sangat efektif dalam
menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu
yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15-95%.
Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu
vaksin terhadap morbilli, rubella dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang
diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek
antibodi meternal; individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen
vaksin; demam akut selama kehamilan, leukemia dan keganasan, limfoma sedang
diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat
radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan
setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vakasin
“mumps” dalam situasi ini.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pasien ini didiagnosis dengan parotitis sinistra karena berdasarkan anemnesis
didapatkan keluhan begkak sejak 2 hari yang lalu pada leher kanan. Bengkak terasa nyeri
sepanjang hari dan bertambah berat bila pasien membuka rahangnya serta mengunyah. Nyeri
sedikit berkurang saat pasien tidak berbicara, menutup mulut dan beristirahat. Keluhan ini
disertai dengan demam, demam tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat, dan
membaik dengan pemberian obat penurun demam. Ayah pasien mengatakan bahwa nafsu
makan pasien juga berkurang dari biasanya dikarenakan pembengkakan pada pipi kanannya
sehingga menyulitkan pasien untuk makan dan terasa nyeri saat mengunyah, sementara ini
pasien masih dapat makan dan minum. Di dalam rumah tidak ada yang mengalami keluhan
yang sama dengan pasien, tetapi anak tetangga pasien ada yang mengalami keluhan yang
serupa, keluhan ini muncul pada pasien sekitar 2 hari sepulang bermain dari rumah
tetangganya. Mimisan (-), bercak-bercak kemerahan (-), tidak ada gusi yang bengkak atau
gigi yang berlubang dan pasien juga tidak mengalami trauma pada dearah yang bengkak.
Batuk (-), sesak napas (-), mual dan muntah (-). BAB dan BAK biasa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status lokalis: pada regio angulus mandibula
sinistra terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4-7 cm, bentuk bulat, konsistensi lunak,
batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus, nyeri tekan (+).
Adapun faktor risiko yang menyebabkan penularan pada pasien ini adalah adanya
kontak antara pasien terhadap penderita parotitis, yaitu sekitar 2 hari sebelum demam, pasien
bermain di rumah tetangganya yang mengalami keluhan serupa yang saat itu teman pasien
sudah hampir 7 hari menderita parotitis. Sebagaimana yang telah dipaparkan berdasarkan
tinjauan pustaka, bahwa penulara parotitis terjadi melalui droplet, kontak langsung, air liur
dan urin. Dan air ludah yang masuk ke saluran respiratorius dan virus mulai berreplikasi di
epitel seluaran pernapasan yang kemudian menuju ke banyak jaringan dan menuju ke
kelenjar parotis.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
diagosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan faktor risiko penularan penyakit.
Terapi yang diberikan bersifat simptomatik untuk mengurangi gejala, dengan
pemberian analgesik antipiretik. Diberikan juga vitamin C untuk membantu pemuluhan daya
tahan tubuh. Parotitis disebabkan oleh paromoxyvirus, bersifat self limited. Tidak ada
antivirus yang spesifik untuk mengobati penyakit ini.
Edukasi yang diberikan yaitu menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya ini
disebabka oleh virus dan dapat sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh, mengatu
pola makan, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, menghindari kontak secara
langsung antara pasien parotitis dengan anggota keluarga lain yang berada di dalam rumah.
Berdasarkan teori penyakit ini biasanya bersifat self limiting disease (sembuh sendiri)
dan disebabkan oleh virus (paramoxyvirus) oleh karena itu terapi yang diberikan hanya terapi
simptomatis, suportif, untuk mempercepat penyembuhan sebaiknya pasien lebih banyak
beristirahat, makan makanan serta minuman yang bergizi dan sehat dengan tujuan untuk
dapat meningkatkan daya tahan dan pemilihan makanan lunak bila pasien kesulitan dalam
menelan makanan biasa.
Pada pasien ini terapi yang berikan adalah:
a) Promotif:
 Menjelaskan pada pasien dan orang tuanya mengenai penyakitnya dan cara
penularannya
 Menyarankan pasien untuk beristirahat yang cukup
 Menyarankan pasien dan orang tuanya untuk memberikan makanan yang
bergizi seimbang dan penerapan pola hidup sehat
 Menjelaskan pada pasien dan orang tuanya bahwa penyakitnya dapat sembuh
sendiri.
b) Preventif :
 Imunisasi MMR
Pencegahan penyakit ini dapat dilakuakan secara aktif dengan pemberian
vaksin parotitis merupakan bagian imunisasi rutin bagi anak-anak. Vaksin
mumps biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan Campak dan
Rubella (MMR) yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas.
Vaksinasi memberikan perlindungan yang bagus sekali paling sedikit 4 tahun.
 Hindari kontak dengan pasien parotitis
 Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk mencegah penyebaran
droplet.
c) Kuratif
Non-medikamentosa:
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi
 Beristirahat yang cukup untuk mengurangi nyeri dan memulihkan daya tahan
tubuh
 Daerah pipi di kompres dengan air dingin dan air hangat secara bergantian
 Diet lunak 1.200 kkal untuk membantu memulihkan daya tahan tubuh dan
sediaan lunak diberikan agar pasien tidak kesulitan mengunyah makanan
karena nyeri.
Medikamentosa
 Antipiretik-analgesik: paracetamol syrup 3x120 mg/5 mg bila demam selama 3
hari 1sendok teh
 Roburansia: vitamin C 3x25mg, 3x ½ tablet selama 3 hari
 Anti histamin: Chlorpheniramin maleat 3x 2 mg per hari diberikan selama 3
hari, menyebabkan kantuk yang membuat anak menjadi tidur dan beristirahat
d) Rehabilitatif
Mengkonsumsi makanan berigizi dan vitamin untuk mempercepat pemulihan daya
tahan tubuh.

Secara keseluruhan berdasarkan teori yang sudah ada maka diagnosis dan terapi yang
diberikan pada pasien ini sudah tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson. Buku Ajar Ilmu Kesahatan Anak. (book online) diakses (tanggal 22 April 2019.
Diunduh dari URL://http://books.google.co.id/books?
id=5EPWABOw9TYC&pg=PA1076&dq=parotitis&hl=id&sa=X&ei=_Bk9VNGoM4Og
ugS364HgBQ&ved=0CCcQ6AEwAQ#v=onepage&q=parotitis&f=fals e
2. Ayu DS. Parotitis Epidemika. (serial online). Diakses (tanggal 22 Desember 2022).
Diunduh dari : URL: https://www.scribd.com/doc/216591507/makalah-parotitis
3. Rahman M. Parotitis. (serial online). Diakses (tanggal 22 Desember 2022) Diunduh dari
URL:// http://www.scribd.com/doc/76304517/47453475-PAROTITIS
4. Erwanto. Penatalaksanaan Mumps. (serial online). Diakses (tanggal 22 Desember 2022).
Diunduh dari: URL://http://www.jacinetwork.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=73:gondonganmumps&catid=45:immunizatiova
ccination&Itemid=70
5. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. (serial online). Diakses (tanggal 22 Desember 2022).
Diunduh dari URL:// :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408- 0024.pdf
6. Ranuh GNGI, Suyitno H, et al. Campak, gondongan dan rubella dalam Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia. 2011.
P.353-61
7. Pudjijadi STM, Hadinegoro STS. Orktis Pada Infeksi Parotitis Epidemika: Laporan
Kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009 .Diakses (tanggal 29 Desember 2022).
Diunduh dari URL:// http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-8.pdf 8. Templer WJ,
Meyer DA et al. parotitis. Diunduh dari URL://
http://emedicine.medscape.com/article/882461-overview pada tanggal 22 April 2015.
8. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2013. Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai