DERMATOSES)
dengan ptekie, pigmentasi, dan kadang-kadang telangiektasia dengan tidak adanya hubungan
insufisiensi vena atau gangguan hematologi (Tbl.169-1). Yang termasuk sinonim dari
dermatitis purpura pigmentosa persisten, purpura simplex, dan purpura pigmentosa kronik.
Penyakit ini paling sering ditemukan pada ekstremitas bawah, namun lesi mungkin jarang
melibatkan tubuh bagian atas. Terdapat laporan pada telapak tangan, telapak kaki, genital dan
keterlibatan mukosa mulut. Pada keadaan jinak, erupsi umumnya tanpa gejala yang
cenderung menjadi kronis, dengan remisi dan flare. Ciri histopatologi secara umum, termasuk
Erupsi purpura pigmentosa jarang. Tampaknya tidak ada entis atau jenis kelamin
sebagai faktor predisposisi, dan sebagian besar pasien yang berusia 30-an dan 40-an (lihat
PATOGENESIS
Terdapat tiga pandangan berbeda dari patogenesis erupsi purpura pigmentosa. Yang
pertama adalah bahwa karena gangguan atau kelemahan dari pembuluh darah kulit yang
menyebabkan kerapuhan kapiler (Capillary Fragility) dan eritrosit ekstravasasi. Namun, hal
ini tidak memperhitungkan inflamasi infiltrat secara umum pada gangguan ini. Mekanisme
yang diusulkan kedua adalah kekebalan humoral (humoral immunity). Patogenesis ini
beberapa kasus tidak menunjukkan deposit. Mekanisme ketiga adalah imunitas seluler.
Infiltrat di dermatosis purpura pigmentosa terdiri dari limfosit, makrofag, dan sel langerhans.
Infiltrasi inflamasi ini menyebabkan kerapuhan pembuluh darah dan kebocoran dari eritrosit.
Aiba dan Tigami menggunakan studi Immunohistologik dalam delapan kasus penyakit
Schamberg untuk menunjukkan bahwa infitrat dermal yang sebagian besar terdiri dari sel-sel
T helper Inducer dan OKT6 sel reaktif, sedangkan epidermis menunjukkan pada pewarnaan
dengan Human Leukocyte Antigen (HLA)-DR antibodi dan antibodi OKT6. Berdasarkan
penelitian ini, mereka menyimpulkan bahwa reaksi imun seluler, khusunya sel Langerhans
Dematosis purpura pigmentosa dapat diinduksi oleh obat-obatan (Tbl. 169-2), tetapi
yang lainnya juga terlibat (Tbl. 169-3). Mekanisme yang diinduksi obat-obatan atau
penyebab lain mungkin dimediasi oleh imun, bagaimanapun hal ini tidak terbukti. Gravitasi
dan tekanan pada vena dapat menjelaskan lokalisasi lesi ke ekstremitas bawah.
JENIS DERMATOSIS PURPURA PIGMENTOSA
Schamberg pertama kali dijelaskan pada tahun 1901 yaitu erupsi pigmentosa pada
kaki dari seorang anak berusia 15 tahun dengan patch coklat kemerahan (Reddis-Brown
Patch) berbentuk tidak teratur dengan kepala berukuran seperti pin Puncta kemerahan yang
Meskipun digambarkan pada anak-anak dan remaja, onset usia rata-rata penyakit
schamberg adalah dalam dekade kelima. Lesi cenderung berkembang pada salah satu atau
kedua kaki bagian bawah. Lesi dapat melibatkan batang tubuh atau ekstremitas atas (Gbr.
169-1 dan 169-2). Penyakit Schamberg pada umumnya asimtomatik dan resisten. Remisi dan
Kasus purpura annularis telangiectodes yang dijelaskan oleh Majocchi pada tahun
1896 yaitu pada pria 21 tahun dengan patch folikel annular dan makula coklat kemerahan
dengan telangiektasis dan purpura pada ekstremitas bawah. Pola annular adalah karakteristik
khas dari subtipe ini (Gbr. 169-3). Lesi pada individu mungkin memiliki hipopigmentasi
sentral dan sedikit atrofi (Slight Atrophy), dengan telangiektasis perifer. Berbentuk linear dan
pola tidak teratur juga dapat terjadi. Lesi yang paling sering timbul seimetris pada ekstremitas
bawah, namun, ekstremitas atas dan batang tubuh mungkin terlibat. Lesi tidak menunjukkan
gejala dan biasanya berlangsung beberapa bulang dengan relaps dan remisi. Suptipe ini lebih
Pada tahun 1925, Gougerot dan Blum melaporkan erupsi pigmentosa di ekstremitas
bawah pada pria 41 tahun. Ciri yang membedakan subtipe ini adalah lesi primer, suatu
poligonal atau Reddish Brown Polygonal atau Round Lichenoid Papule, yang berkaitan
dengan purpura atau telangiektasis. Papul pada individu sering bergabung menjadi plak
dengan atau tanpa scale. Lichenoid menggambarkan tampilan klinis daripada ciri histologis.
Warna dn morfologi lesi dapat menggambarkan klinis yang keliru untuk Kaposi Sarcoma
(Gbr. 169-4). Seperti subtipe lain, erupsi ini ditemukan pada ekstremitas bawah dan kadang-
kadang pada lengan. Hal ini terjadi lebih sering pada laki-laki daripada perempuan dan
(Seasonal Eruption) asimtomatik yang terjadi pada musim semi dan panas. Kualitas yang
membedakan adalah scale ringan yang melapisi patch yang khas dan makula eritematosa. Hal
ini menyebar dengan cepat selama 15 sampai 30 hari, yang melibatkan kaki dan kadang-
kadang tubuh bagian atas. Erupsi ini menghilang tanpa pengobatan selama beberapa bulan ke
tahun.
Onset akut dan keterlibatan secara luas oranye-coklat ke makula purpura dengan
pruritus berat yang membedakan gatal pada purpura (Gbr. 169-5). Hal ini biasanya muncul
pertama pada ekstremitas bawah dan menjadi generalisata. Gangguan ini juga memiliki
perjalanan kronis, tetapi bisa terdapat remisi spontan. Laki-laki separuh baya yang paling
sering terkena.
Lichen Aureus (Lichen Purpuricus)
Marten yang pertama kali mengemukakan istilah Lichen Purpuricus pada tahun
1958, dan Calnan kemudian disebut erupsi yang sama Lichen Aureus. Dalam kondisi ini,
lichen mengacu pada gambaran klinis dan histopatologis. Sebuah dense, band-like, dermal,
inflamasi infiltrasi yang membedakan lichen aureus dari dermatosis purpura pigmentosa
lainnya. Secara klinis, berbatas konfluen emas untuk tembaga-oranye, yang tidak umum
makula ungu atau papul (Gbr. 169-6). Meskipun mungkin lesi ini pruritus yang intensif,
penyakit ini biasanya tanpa gejala. Paling sering unilateral dan terlokalisasi pada ekstremitas
bawah, tetapi dapat mengenai lengan dan batang tubuh. Gangguan ini memiliki predileksi
pada orang dewasa muda, dengan pucak kejadian pada dekade ke-2 dan ke-3. Lesi ini
cenderung bersifat kronis, tetap stabil dan perjalanannya lambat. Resolusi spontan jarang
terjadi pada orang dewasa, tetapi erupsi pada anak-anak mungkin self-limited.
Unilateral Linear Capillaritis (Segmental Pigmented Purpura)
pigmentosa pada empat pemuda (usia rata-rata 22 tahun). Semua pasien memiliki makula,
pigmentasi, erupsi unilateral yang melibatkan kaki, tungkai atau pantat. Secara klinis, lesi
yang paling mungkin muncul lichen aureus, namun, patologi tidak menunjukkan infiltrat
likenoid. Selain itu, pada empat kasus diselesaikan secara spontan pada sekitar 2 tahun tidak
seperti perjalanan lichen aureus kronis biasanya. Ada juga beberapa kasus yang dialporkan
dari lichen aureus segmental dan zosteriform serta peyakit schamberg. Dua kasus dikaitkan
dengan trauma, dan satu kasus yang mendahului perkembangan morphea lokal.
pada tahun 1996, dan Wong melaporkan dua kasus tambahan. Onset usia rata-rata adalah 59
tahun, semua pasien keturunan Asia, dan semua terjadi hanya pada laki-laki. Pemeriksaan
histopatologi menunjukkan sel mononuklear padat dengan granuloma pada dermis kapiler,
penebalan kapiler, dan deposit hemosiderin. Durasi lesi berkisar dari 2 bulan sampai 20
tahun.
mikosis fungoides. Bahkan, pertama kali psien di diagnosis lichen aureus di Amerika Serikat,
kemudian di diagnosis dengn mikosis fungoides. Apakah terdapat gangguan atau kasus-kasus
mikosis fungoides hanya mirip secara klinis dengan purpura pigmentosa goides. Beberapa
bukti yang mendukung teori bahwa varian likenoid dari dermatosis purpura pigmentosa
mungkin tanda dari mikosis fungoides, dengan temuan histologis yang sama dan populasi
klonal dari limfosit. Follow up dalam jangka panjang sebagai tindak lanjut dari pasien ini
HISTOPATOLOGI
Dermatosis purpura pigmentosa member histopatologi yang sama. Lesi awal, infiltrat
perivaskular limfosit ditemukan dalam papilari dermis dengan ekstravasasi eritrosit (Gbr.
dermatitis likenoid purpura pigmentosa dari Gougerot Blum dan eczematid-like purpura dari
Doucas dan Kapetanakis. Pada lesi yang lebih lama, tanda peradangan kurang dan
makrofag. Dalam lichen aureus, infiltrasi mononuklear dalam dermis bagian atas yang
Diagnosis umumnya dibuat secara secara klinis dan didukung oleh pemeriksaan
Pemeriksaan klinis kerapuhan kapiler dengan aplikasi dari spigmomanometer (Uji Hess)
kerapuhan kapiler pada dermatosis purpura pigmentosa, dan pemeriksaan lainnya normal.
Ulasan riwayat medis pasien, obat-obatan, dan potensi kontak alergi disarankan. Biopsi kulit
dapat diindikasikan untuk menyingkirkan vaskulitis, terutama jika lesi papular. Mikosis
fungoides harus dipertimbangkan jika lesi yang kronis dan tidak berkurang.
DIAGNOSA BANDING
Pengobatan sering kali tidak efektif, dan perawatan yang anekdot. Jika erupsi yang
diinduksi oleh obat-obatan atau kontak alergi, penghentian obat kausatif atau kontak alergi
dapat menyebabkan komplit resolusi. Namun, sisa pigmentasi dapat bertahan selama
bertahun-tahun. Bioflavonoid oral (Toside, 50 mg bid) dan asam askorbat (500 mg bid)
diberikan kepada tiga pasien dengan purpura pigmentosa kronis dalam sebuah penelitian
terbuka pada tiga pasien dalam waku 4 minggu. Kortikosteroid telah dilaporkan berhasil,
terutama triamcinolone spray atau steroid potent topikal (Fluoride). Kortikosteroid sistemik
dan siklosporin sering efektif tetapi tidak ditunjukan karena sifat jinak dari gangguan.
Dengan kedua steroid topikal dan sistemik, kekambuhan dari lesi timbul ketika steroid
dihentikan. Pengobatan dengan pimecrolimus topikal dua kali sehari membersihkan lesi
lichen aureus pada anak laki-laki usia 10 tahun. Dalam contoh studi, kalsium dobesilate 500
mg dua kali sehari, diberikan kepada sembilan pasien selama 3 bulan. Tujuh pasien memiliki
perbaikan ringan sampai sedang pada 1 tahun setelah pengehentian terapi. Griseofulvin 500
mg dua kali sehari sampai 750 mg per hari, lesi meningkat dalam waktu seminggu dan lesi
baru hilam dalam 33 hari dalam penelitian terbuka dari enam pasien. Cochicine 0,5 mg dua
kali sehari, sembuh pada wanita usia 28 tahun dengan penyakit schamberg yang sukar
mungkin dapat membantu. Sebuah penelitian acak, investigator blind trial membandingkan
pentoxifyline 400 mg tiga kali sehari, dengan topikal betametason dipropionat krim 0,05%
dua kali sehari selama 2 bulan. Pasien yang diobati dengan pentoxifyline memiliki
peningkatan secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang diobati dengan
steroid topikal. Namun, respon tersebut tidak dapat dipertahankan setelah penghentian obat.
Psoralen dan narrow band ultraviolet A serta narrow band ultraviolet B dilaporkan
membersihkan lesi. Imunosupresi pototerapi diinduksi respon yang dimediasi sel merupakan
mekanisme yang diusulkan. Suportif stocking harus dipakai bila lesi terdapat di ekstremitas
bawah.