SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ISTIADI BUDIYOKO
J 500 060 034
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
ii
SKRIPSI
DEKAN FK UMS
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Perbedaan Tingkat Depresi Antara Murid Putra Kelas X SMA yang
Pernah dan Belum Pernah Tinggal di Pondok Pesantren di Islamic Boarding School
(IBS) MTA Surakarta”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah menuntun ke jalan yang lurus
yang dirahmati ALLAH SWT.
Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
derajat Sarjana Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam
melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Subagyo, dr. Sp.A (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
2. dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes selaku penguji dan Ketua Tim Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah meluangkan
waktunya sebagai penguji serta memberikan saran dan kritik dalam
penyusunan skripsi ini.
3. dr. Rh. Budhi Muljanto, Sp.KJ selaku pembimbing utama, yang telah banyak
memberikan motivasi, bimbingan, saran, kritik serta pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini..
4. dr. Erna Herawati, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak
memberikan motivasi, pengarahan, bimbingan, saran, kritik dan dukungan
dalam penyusunan skripsi ini.
iii
iv
5. Bapak Drs. Diastono, selaku Kepala Sekolah SMA MTA Surakarta, yang
telah memberikan izin dalam penelitian ini.
6. Ustadz Nur Kholis selaku Kepala Islamic Boarding School MTA Surakarta
dan Ustadz Juni Jauhari selaku Pengasuh santri putra kelas X yang telah
memberikan izin dan tempat dalam pelaksanaan penelitian.
7. Ayah-ku tercinta, Bapak Ir. Daryoko, M.Si ; Ibu-ku tersayang, Ibu Siti
Maryatun; dan kakak-ku yang kukasihi, Mas Irwan Reantyoko; dan seluruh
keluarga besar saya terima kasih telah memberikan cinta dan kasih sayang,
perhatian serta doa-doa nya.
8. Semua warga MTA yang telah memberikan arahan dalam mengaji dan
menuntut Ilmu.
9. Semua teman-teman angkatan 2006, dalam satu perjuangan bersama menuntut
ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
10. Semua pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis
iv
v
PERSEMBAHAN
1. Papa-ku tercinta Bapak Ir. Daryoko, M.Si. dan Ibu-ku tersayang Siti Maryatun,
serta Kakak-ku mas Irwan Reantyoko, yang telah memberikan motivasi, saran,
kritik, cinta, kasih sayang, doa yang tak kenal lelah sampai kapan pun sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ini.
2. Keluarga besar ku budhe, pakdhe, mbah uti, mbah kakung, yu Sugi, dik Novi dan
yang lain sebagainya, yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk
segera menyelesaikan studi ini.
3. Keluarga besar Majelis Tafsir Al-Qur’an , SMA MTA dan Asrama Putra MTA
Surakarta terimakasih atas semua motivasi, bimbingan, tuntunan, dan ilmu yang
bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
4. TK Darmawanita, SDN Gentan I, SMPN 3 Sukoharjo, terimakasih kasih untuk
segala ilmu dan pendidikannya.
5. Keluarga Tapak Suci ranting Gentan-Kumbulan (Pelatih dan rekan latihan) yang
telah banyak mengajarkan ilmu bela diri sebagai bekal dalam menjaga diri dan
siaga terhadap sekitarnya.
6. Teman-teman satu perjuangan FK UMS angkatan 2006, Azmier, All Team Futsal
FK UMS 2006 (Ian, Ios, Tomo, Prabu, Fuat, Sembung, Prapto, mas Erik dll),
Team Futsal KFC Kumbulan, DOC Band, teman-teman satu ilmu kesehatan jiwa
(Fuat, Hanang, Angga, Pakdhe Futaki), teman-teman KOS Projo, KOS Matoa,
KOS Bu-Heri, Pigur.
7. My Motor Sport Supra-Jup yang sekian lama dalam kondisi apapun setia
menemaniku selama awal kuliah hingga akhir kuliah.
8. Someone yang setia untuk menantikan ku.
9. Teman-temanku satu kontrakan di penumping (Angga, Widodo, Prapto, Oky,
Pakdhe Futaki), terimakasih semua atas partisipasi, dorongan dan bantuannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
v
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali dalam naskah ini dan disebutkan
dalam pustaka.
Istiadi Budiyoko
vi
vii
MOTTO
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
vii
viii
DAFTAR ISI
viii
ix
ix
x
DAFTAR TABEL
x
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
xiii
ABSTRAK
xiii
xiv
ABSTRACT
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
tingkat yang rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Dalam ajaran Islam memiliki
ajaran-ajaran yang bertujuan untuk membantu seseorang bagaimana caranya
seseorang bisa memelihara dan meningkatkan kesucian jiwanya atau fitrah-fitrahnya
sehingga dengan begitu ia merasa damai dan mampu menciptakan suasana religius
dan agamis di mana pun ia berada (Muhaimin dkk, 2002).
Dari studi pendahulu yang saya lakukan melalui wawancara dengan Kepala IBS
MTA Surakarta, diperoleh data bahwa Islamic Boarding School MTA merupakan
asrama Islam sekolah yang setara atau sama dengan pondok pesantren. Semua
santri/murid yang berada di dalamnya adalah murid SMA MTA Surakarta dengan
jumlah keseluruhan berkisar 290 santri yang mempunyai latar belakang berbeda-
beda. Untuk murid kelas X SMA berjumlah sekitar 110 orang. Pada murid kelas X
mempunyai jumlah santri yang semasa SMP/SLTA-nya pernah tinggal di pondok
pesantren sekitar 45% sedangkan untuk santri yang semasa SMP/SLTA-nya belum
pernah tinggal di pondok pesantren sekitar 55%. Mereka semua berasal dari berbagai
daerah baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa. Dalam keseharian santri IBS
mempunyai berbagai masalah pribadi yang nampak dalam aktivitasnya, yaitu adanya
depresi. Depresi ini biasa terjadi pada murid/santri kelas X yang latar belakang
sebelumnya belum pernah tinggal di pondok pesantren yaitu sekitar 10% dari total
jumlah murid kelas X. Hal ini dikarenakan mereka masih asing dengan lingkungan
pondok pesantren (Personal Komunikasi, 4 November 2010).
Permasalahan dalam memilih pendidikan pesantren secara sederhana bisa kita
lihat dari rendahnya minat para orang tua untuk menyerahkan masa depan pendidikan
anak-anaknya ke madrasah atau pesantren (notaben Islam). Biasanya mereka tidak
menjadikan lembaga-lembaga tersebut sebagai alternatif utama untuk menyekolahkan
anak-anak mereka. Kalaupun akhirnya mereka masuk bersekolah di madrasah,
pesantren ataupun sekolah Islam biasanya itu dilakukan karena terpaksa (karena tidak
lulus di sekolah umum, misalnya). Ironi sekali, sebagai bangsa dengan mayoritas
Islam, rupanya tidak menjadikan pendidikan Islam sebagai sandaran utama dalam
upaya pengembangan pendidikan bermutu di Indonesia (Efendi, 2008).
3
Sebagian pesantren mampu bersaing dengan sekolah negeri baik di bawah Diknas
maupun Depag. Sebagian para santri menguasai dan punya prestasi yang lebih unggul
dari siswa-siswi di sekolah yang bukan pesantren. Mereka mampu bersaing dalam
mata pelajaran umum dan agama. Di samping itu, mereka punya nilai plus menguasai
ilmu-ilmu agama yang lebih dari siswa lainnya (Bakhtiar, 2009).
Lembaga pendidikan Islam terdiri dari pesantren, madrasah dan sekolah Islam.
Ketiga institusi pendidikan di atas memiliki nama yang berbeda, akan tetapi memiliki
pemahaman yang sama baik secara fungsional dan substansional. Secara fungsional
ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai wadah untuk menggembleng mental,
moral dan spiritual generasi muda dan anak-anak untuk dipersiapkan menjadi
manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Sedangkan secara substansial
dapat dikatakan bahwa ketiga institusi tersebut merupakan panggilan jiwa spiritual
seorang kyai, ustadz, guru yang tidak semata-mata didasari oleh motif materiil, tetapi
sebagai pengabdian kepada Allah. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam
yaitu mendekatkan diri kepada Allah, bukan semata-mata untuk pangkat maupun
bermegah-megahan (Ihsan dkk, 2007).
B. Perumusan Masalah
Dari hasil uraian latar belakang di atas, di rumuskan permasalahan apakah ada
perbedaan tingkat depresi antara murid putra SMA kelas X Islamic Boarding School
(IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok pesantren.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat depresi antara murid putra SMA
kelas X Islamic Boarding School (IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum
pernah tinggal di pondok pesantren.
4
2. Tujuan Khusus
Mengetahui tingkat depresi antara murid putra SMA kelas X Islamic Boarding
School (IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok
pesantren.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu Kedokteran Jiwa tentang perbedaan tingkat depresi
pada murid putra SMA kelas X yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok
pesantren.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai tindakan preventif pada murid yang terkena depresi berupa konseling,
nasehat serta dorongan kepada anggota kedua kelompok sampel.
b. Sebagai tambahan ilmu bagi pihak PONPES dalam membimbing anak
didiknya menjadi lebih baik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pondok Pesantren
a. Pengertian
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-, dan akhiran -an,
berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatia juga menjelaskan pesantren
berasal dari kata santri, yaitu seorang yang belajar agama islam, dengan demikian
pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama islam.
Etimologi dari pesantren adalah pe-santri-an, “tempat santri”. Pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam, mengandung makna bahwa titik pusat perkembangan
keilmuan dilembaga ini adalah ilmu-ilmu agama. Oleh karena ilmu agama itu tidak
akan berkembang dengan baik tanpa ditunjang oleh ilmu-ilmu lain (ilmu-ilmu sosial,
humaniora, dan ilmu-ilmu kealaman), maka oleh sebagian pesantren ilmu-ilmu
tersebut juga merupakan bagian dari ilmu-ilmu yang diajarkan (Daulay, 2001).
5
6
a. Santri
Santri adalah siswa yang belajar di pondok pesantren, menurut (Daulay, 2001)
santri ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok :
1) Santri Mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh
yang tidak memungkinkan dia untuk pulang ke rumahnya, maka dia mondok
10
b. Murid Umum
Yang dimaksud disini adalah siswa atau murid sekolah umum yang mengenyam
jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah yaitu pendidikan umum
yang sebelumnya belum pernah tinggal di pondok pesantren. Walaupun masing-
masing jenis pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda, namun masing-
masing harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional yaitu bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
11
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (Hadi dkk, 2000).
Pendidikan umum diselenggarakan pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Pendidikan dasar adalah pendidkan umum yang lama pendidikannya
sembilan tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di Sekolah Dasar dan 3 tahun di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sedang pendidikan menengah yang di maksudkan
disini adalah Sekolah Menengah Umum (Hadi dkk, 2000).
c. Permasalahan Pendidikan
Menurut (Hadi dkk, 2000) permasalahan-permasalahan yang ada dalam
pendidikan umum adalah :
1) Berkurangnya peranan keluarga dalam melakukan pembinaan anak-anaknya.
2) Sekolah dan atau lembaga pendidikan formal sebagai pembina anak dan
pemuda masih belum dapat melaksanakan fungsinya secara penuh.
3) Terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga pendidik baik secara kualitatif
maupun secara kwantitatif dalam penyelenggaraan pendidikan.
4) Kurang seimbangnya jumlah anak usia sekolah dengan fasilitas pendidikan
dan pembinaan yang tersedia dan lain-lain.
5) Penyalahgunaan obat-obat terlarang di kalangan generasi muda.
6) Masih kurangnya pengertian dan perhatian masyarakat, orang tua serta anak
didik tentang tujuan pendidikan dan sistem pendidikan yang berlangsung
sehingga mengakibatkan tidak adanya kesesuaian, keinginan dan pemilihan
progam pendidikan dengan kemampuan anak.
7) Kenakalan para generasi muda yang mengakibatkan adanya perkelahian antar
kelompok generasi muda dan lain-lain.
d. Penyesuaian Diri
Menurut (Warkitri dkk, 2002) penyesuaian diri adalah proses menyelaraskan
antara kondisi diri sendiri dengan sesuatu objek (fisik, psikis atau rohaniah) atau
12
a. Pendahuluan
Dalam proses pendidikan dikenal tiga lembaga yaitu pendidikan sekolah,
pendidikan masyarakat dan pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga terbukti lebih
efektif untuk membangun sisi efektif (sikap dan perilaku siswa). Pendidikan sekolah,
efektif untuk membangun sisi kognitif (pengetahuan siswa). Sedangkan pendidikan
masyarakat, khususnya pendidikan luar sekolah, efektif dalam membangun sisi
psikomotorik (ketrampilan siswa). Idealnya ketiga institusi ini berjalan secara
harmonis dan komprehensif, beriringan dan saling melengkapi. Akan tetapi,
kehidupan jaman modern banyak mempengaruhi situasi pendidikan, sedikitnya dalam
2 hal :
1) Banyak keluarga sangat sibuk untuk melaksanakan fungsi pendidikan
keluarga.
13
2) Kuatnya tekanan situasi pergaulan di luar rumah dan di luar sekolah dalam
perkembangan anak.
Dengan semangat untuk berbuat yang terbaik di antara lembaga-lembaga
pendidikan yang ada dewasa ini dan manusia pada umumnya maka pembenahan
pembinaan di asrama sudah menjadi keharusan. Dengan kaidah yang tegas bahwa
“membina budaya-budaya klasik yang baik dan terus menggali budaya-budaya baru
yang lebih konstruktif”, maka Yayasan Majelis Tafsir Al-Qur’an bertekad untuk
menyelenggarakan pembinaan siswa SMA MTA Surakarta setelah berakhirnya
pelajaran intra sekolah, sebagai bentuk peduli untuk menciptakan lingkunan luar
sekolah yang kondusif dengan penuh kegiatan yang Islami (Yayasan Majelis Tafsir
Al-Qur’an, 2009).
D. Depresi
a. Pengertian Umum
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan
14
gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 2001).
Depresi adalah reaksi normal terhadap kehilangan yang menyedihkan seperti
kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan harga diri, kehilangan milik pribadi, atau
kehilangan kesehatan (Pinel, 2009).
Depresi ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda
pada masing-masing individu. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk
keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, sedih, rasa putus asa),
diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakkan. Tetapi, bila gejala depresi muncul
dalam keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lesu, nyeri ulu hati,
sakit kepala yang terus menerus, adanya depresi yang melatarbelakanginya sering
tidak terdiagnosis (Amir, 2005).
Berdasarkan (Sadock and Sadock, 2009) penggolongan depresi menurut gejalanya
sebagai berikut:
a) Depresi neurotik
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang
menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya
seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya
kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih.
Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus
merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal
seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.
b) Depresi psikotik
Secara tegas istilah “psikotik” harus dipakai untuk penyakit depresi berat yang
mencerminkan penyakit yang parah dan merupakan indikator prognostik yang
buruk.
c) Psikosis depresi manik
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai
gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini
menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini
15
dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan
gambaran ini disebut “mania”.
b. Epidemiologi
Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. Sekitar
20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami
depresi (Amir, 2005). Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering,
dengan prevalensi seumur hihup adalah kira-kira 15%, kemungkinan setinggi 25%
pada wanita. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi
gangguan depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang
dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin berhubungan
dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain pada kelompok usia tersebut
(Sadock and Sadock, 2007).
Dalam sebuah studi besar yang prospektif, Ferguson dan Woodward (2002)
mengidentifikasi bahwa 13% dari 1.265 remaja mengembangkan gangguan depresi
berat pada umur 14-16 tahun. Selanjutnya, pada umur antara 16-21 tahun, kelompok
ini secara signifikan beresiko memunculkan depresi berat, gangguan kecemasan
(Durand and Barlow, 2006).
Menurut Ayub Sani Ibrahim dari bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universita
Trisakti, dalam penelitiannya terhadap 158 siswa pria dan wanita di delapan SMU
negeri di Jakarta, membuktikan bahwa prevalensi depresi pada kelompok umur 15-17
tahun lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi rata-rata umum penduduk. Pada
murid wanita, angkanya 10,71% dan pria 8,33%. Untuk kelompok usia di atas 17-20
tahun, angka depresi pada pria 6,25% dan wanita 4,54%. Tapi, secara keseluruhan,
dalam kelompok umur penelitian 15-20 tahun, angkanya lebih tinggi dibandingkan
dengan prevalensi rata-rata umum (Hadi, 2004).
16
c. Etiologi
Penyebab depresi secara pasti, belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga
berperan dalam terjadinya depresi yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang bersifat
stressor (problem keuangan, perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain), faktor
kepribadian, genetik, dan biologik lain seperti gangguan hormon, keseimbangan
neurotransmiter biogenik amin, dan imunologik (Amir, 2005).
Untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada
sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama.
Namun dari sekian banyak penyebab (Hadi, 2004) merangkumkan sebagai berikut:
1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari
depresi. Ada empat macam kehilangan:
a. Kehilangan abstrak: kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau
ambisi.
b. Kehilangan sesuatu yang konkrit: rumah, mobil, potret, orang atau bahkan
binatang kesayangan.
c. Kehilangan hal yang bersifat khayal: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa
tidak disukai atau dipergunjingkan orang.
d. Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang: menunggu hasil tes
kesehatan, menunggu hasil ujian, dan lain-lain.
2. Reaksi terhadap stres. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.
3. Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik
maupun emosi.
4. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan.
5. Reaksi terhadap obat.
Etiologi berdasarkan teori genetik menjelaskan bahwa depresi dipicu oleh
kemalangan atau musibah atau kejadian stres, namun kerentanan terhadap depresi ini
berbeda-beda. Pada umumnya nampak adanya diatese familial terhadap sebagian
besar penyakit depresif, namun terutama bagi gangguan afektif unipolar
(Lumbantobing, 2004).
17
d. Gejala Klinik
Menurut (Hawari, 2004) ditinjau dari segi gejala maupun tanda-tanda pada
seseorang yang mengalami depresi secara umum sebagai berikut:
1. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya.
2. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
3. Nafsu makan dan berat badan menurun.
4. Konsentrasi dan daya ingat menurun.
5. Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini seringkali disertai dengan
mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah
meninggal.
6. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya).
7. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreativitas menurun, produktivitasnya juga menurun.
8. Gangguan seksual (libido menurun).
9. Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.
10. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
11. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna.
12. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.
e. Diagnosis
Jika dua atau lebih episode depresif berat terjadi dan terpisah oleh periode di
mana individu yang bersangkutan tidak mengalami depresi paling tidak selama 2
bulan, maka diagnosisnya adalah major depressive disorder, recurrent (gangguan
depresi berat, berulang). Bila hanya terjadi satu kali, kriteria yang sama didiagnosis
sebagai gangguan depresi mayor, satu episode (Durand and Barlow, 2006).
19
1) Pendekatan Psikodinamika
Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk
memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek)
penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang.
Model psikoterapi untuk depresi yang lebih baru telah muncul dari aliran
interpersonal atas terapi psikodinamika, contohnya adalah psikoterapi
interpersonal (interpersonal psychoteraphy/ IPT). IPT adalah suatu bentuk
singkat dari terapi (biasanya tidak lebih dari 9-12 bulan) yang berfokus pada
hubungan interpersonal klien di saat ini. Perintis IPT percaya bahwa depresi
terjadi dalam suatu konteks interpersonal dan bahwa isi hubungan perlu untuk
ditekankan dalam penanganan.
2) Pendekatan Behavioral
Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi
dipelajari dan dapat dihilangkan (unlearned). Terapis perilaku bertujuan untuk
secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan
kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku-
perilaku ini. Terapi perilaku telah terbukti menghasilkan keuntungan yang cukup
berarti dalam menangani depresi untuk orang dewasa dan juga remaja.
3) Pendekatan Kognitif
Berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari dan
mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapis menggunakan suatu
kombinasi dari teknik-teknik behavioral dan kognitif untuk menbantu klien
mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta
mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
4) Pendekatan Biologis
Pendekatan-pendekatan biologis yang paling umum untuk menangani
gangguan mood melibatkan penggunaan obat-obatan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif untuk depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar.
Obat-obatan yang digunakan untuk menangani depresi mencakup beberapa kelas
22
E. Kerangka Teori
Lingkungan:
1. Sistem Pembelajaran.
2. Kemandirian murid (santri).
3. Pemahaman pelajaran Ilmu
Agama Islam.
4. Faktor tekanan dari lingkungan.
5. Karakter/akhlak.
F. Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara murid putra (santri)
SMA kelas X yang pernah tinggal di Pondok Pesantren dengan yang belum pernah
tinggal di Pondok Pesantren. Sedangkan yang belum pernah tinggal di Pondok
Pesantren tingkat depresi lebih tinggi daripada yang pernah tinggal di Pondok
Pesantren.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional. Dalam penelitian cross-sectional peneliti mencari hubungan antara variabel
bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan
pengukuran sesaat. Tentunya tidak semua subyek harus diperiksa pada hari ataupun
saat yang sama, namun baik variabel resiko serta efek tersebut diukur menurut
keadaan atau statusnya pada waktu observasi (Sastroasmoro dkk, 2008).
Penelitian cross sectional, pengambilan data dilakukan pada satu saat atau satu
periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu
penelitian (Budiarto, 2004).
C. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Saryono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah murid putra SMA
kelas X IBS MTA Surakarta.
25
26
Murid putra (santriwan) kelas X yang mewakili murid yang pernah tinggal di
pondok pesantren karena:
a. Merupakan murid yang mempunyai latar belakang pernah tinggal di pondok
pesantren.
b. Mempunyai pengalaman dan adaptasi dengan lingkungan pondok pesantren
yang lebih dibanding murid yang belum pernah tinggal dipondok.
Murid putra (santriwan) kelas X yang mewakili murid yang belum pernah tinggal
di pondok pesantren karena:
a. Merupakan murid yang mempunyai latar belakang belum pernah tinggal di
pondok pesantren.
b. Merupakan murid yang sedang beradaptasi pada fase –fase awal mondok di
pondok pesantren.
2. Teknik pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan metode random sampling. Pencuplikan
random sederhana dilakukan terhadap murid putra kelas X SMA yang pernah tinggal
di pondok pesantren dan yang belum pernah tinggal di pondok pesantren. Masing-
masing subyek atau unit populasi memiliki peluang yang sama dan independen untuk
terpilih ke dalam sampel (Murti, 2006).
3. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus (Murti, 2006):
Z 2 1−α/2 . p. q
𝑛=
d2
Keterangan:
P = Perkiraan proporsi (prevalensi) tingkat depresi (50%) {variabel
dependen pada populasi}
Q = 1- p (0,5)
Z 2 1−α/2 = Statistik Z (1,96)
D = Presisi absolute atau margin of eror yang diinginkan (15%)
27
Dari penelitian sebelumnya yang serupa belum diketahui tentang prevalensi pada
populasi, sehingga menggunakan nilai p = 0,5. Nilai q = 1-p, sehingga nilai q = 0,5.
Jika peneliti menginginkan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95%
(Z 1−α/2 = 1,96) dan presisi yang diinginkan sebesar 15%, maka sampel yang
diingkan adalah :
Z 2 1−α/2 . p. q
𝑛=
d2
E. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
a. Murid putra kelas X SMA MTA Surakarta.
b. Bersedia menjadi responden.
c. Tinggal di Islamic Boarding School MTA Surakarta.
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden.
b. Hasil skor LMMPI >10.
c. Siswa yang mempunyai gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga, misalnya:
1) Kematian orang tua.
2) Orang tua sakit berat atau cacat.
3) Hubungan antara anggota keluarga tidak harmonis.
4) Orang tua sakit jiwa.
5) Perpisahan atau perceraian orang tua.
6) Menderita sakit kronis.
28
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Saryono,
2008). Sedangkan menurut (Sastrosasmoro dkk, 2008) variabel penelitian
didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek
ke subyek yang lain.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan
perubahan variabel lain (Sastroasmoro dkk, 2008). Skala pengukuran dengan
skala nominal. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asal status SMP/SLTP
sebelumnya.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang dihipotesiskan dipengaruhi
(dependen) oleh variabel lain (Murti, 2003). Skala pengukuran dengan skala
nominal. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat depresi.
3. Variabel Perancu
Variabel perancu merupakan variabel independen di luar paparan atau faktor
penelitian, yang pengaruhnya terhadap variabel dependen ingin dikontrol (Murti,
2003).
Variabel Perancu :
a. Kematangan
Yaitu merupakan perkembangan susunnan saraf sehingga fungsi tubuh
menjadi lebih sempurna.
b. Pengalaman
Yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
29
c. Transmisi sosial
Yaitu hubungan timbal balik dengan lingkngan sosial antara lain melalui
pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
d. Ekuilibrasi
Yaitu sistem pengaturan dalam diri individu sendiri yang mampu
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
G. Definisi Operasional
1. Murid
Murid putra (Santri) SMA kelas X.
2. Asal Status SMP/SLTP Sebelumnya
Murid yang pernah tinggal di Pondok Pesantren adalah murid putra (santriwan)
SMA MTA kelas X yang mempunyai latar belakang sebelumnya pernah tinggal
di pondok pesantren selama masa SMP/SLTP-nya atau minimal 2 tahun.
3. Derajat Tingkat Depresi
Pengukuran tingkat depresi dengan menggunakan kuesioner Beck Depression
Inventory (BDI). Dengan alat ukur berupa kuesioner, dan cara pengukuran
dengan pengisian BDI diisi sendiri oleh responden (Sadock and Sadock, 2009).
H. Instrumen Penelitian
Dalm penelitian ini menggunakan instrument kuesioner yang mengandung
pertanyaan yang harus diisi oleh responden.
1. Kuesioner Data Diri
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui status responden secara lengkap dan
terjaga kerahasiaannya. Kuesioner ini mengandung pernyataan bahwa kesediaan
menjadi subjek dalam penelitian tanpa suatu paksaan dari pihak manapun. Dan
responden bersedia menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.
30
lanjut. Dari hasil tersebut didapatkan subyek penelitian yang diharapkan. Kemudian
dengan bantuan kuesioner BDI untuk menentukan tingkat depresi tiap sampel.
J. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan pengolahan data setelah data terkumpul yang
selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan. Analisis data dilakukan untuk tujuan
menjawab hipotesis penelitian. Maka digunakan uji statistik yang sesuai dengan
variabel penelitian.
Setelah dilakukan pencuplikan dengan metode random sampling dengan cara
penyebaran kuesioner ke kedua populasi akan diperoleh data yang akan dilanjutkan
dengan Chi Square. Seluruh data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
komputer program SPSS versi 16 for windows.
32
K. Jalannya Penelitian
Murid SMA
Murid Putra
SMA Kelas X
IBS MTA
Formulir biodata,
kuesioner L-MMPI
Subjek Penelitian
Analisis data
dengan Chi-Square
Penyusunan
Proposal
Ujian Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan dan
Analisis Data
Penyusunan
Skripsi
Ujian Skripsi
Perbaikan Skripsi
34
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Tabel 2. Data Hasil Penelitian
Keterangan Tinggal di Pondok Pesantren Total
Murid Putra Sampel
Belum Pernah Pernah
Kelas X SMA 43 43 86
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah murid putra SMA kelas X IBS
MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok pesantren. Untuk
pelaksanaan penelitian ini dengan cara menyebarkan Kuesioner Data Diri untuk
mengetahui status responden, Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory (L-
MMPI) untuk menilai kejujuran, dan skala penilaian Beck Depression Inventory
(BDI) untuk mengetahui adanya tingkat depresi dalam sekali waktu. Jumlah
keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 111 murid, yang bersedia menjadi
responden 97 murid. Dimana 5 murid termasuk kriteria esklusi, sehingga diperoleh
92 mahasiswa yang memenuhi syarat penelitian. Karena banyak subjek penelitian
yang dibutuhkan hanya 86 murid maka kita lakukan lakukan perandoman untuk
membuang 6 subjek penelitian. Dari hasil pengambilan data diperoleh kriteria yaitu
nilai 0-16 menunjukkan tidak depresi dan 17-63 menunjukkan bahwa responden
mengalami depresi (Beck, 1996).
Pada tabel 3 menunjukkan tentang distribusi tingkat depresi responden untuk
murid putra SMA kelas X yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok
pesantren. Untuk distribusi tingkat depresi yang menunjukkan tidak depresi pada
murid yang belum pernah tinggal di PONPES sebanyak 19 orang (22,09%) dan yang
pernah sebanyak 29 orang (33,72%). Untuk distribusi yang mengalami depresi pada
34
35
murid yang belum pernah tinggal di PONPES sebanyak 24 orang (27,91%) dan yang
pernah sebanyak 14 orang (16,28%).
Tabel 4 menunjukkan adanya signifikan dalam penelitian ini, yaitu dengan uji beda
Chi-Square dengan menggunakan progam SPSS versi 16 for windows.
Gambar 3. Diagram distribusi responden berdasarkan tingkat depresi
35
30
25
20
non-pondok
15
pondok
10
0
Tidak Depresi Depresi
36
Dari diagram gambar 3 menunjukkan bahwa pada murid putra SMA kelas X
yang belum pernah tinggal di pondok pesantren lebih depresi daripada yang pernah
tinggal di pondok pesantren.
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini diperoleh hasil uji beda Chi-Square dengan nilai 𝑋 2
hitung lebih besar dari 𝑋 2 tabel (4,715 > 3,841) dan P value (0,030 < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara
murid putra SMA kelas X yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok
pesantren. Dengan kata lain di mana murid putra SMA kelas X yang belum pernah
tinggal di pondok pesantren lebih depresi daripada yang pernah tinggal di pondok
pesantren. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Aulia (1998)
tentang perbandingan derajat depresi antara remaja yang tinggal di panti asuhan
dengan remaja yang tinggal bersama orang tua.
Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik
yang manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Bila manifestasi
gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti
murung, sedih, rasa putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakkan
(Amir, 2005).
Penyebab depresi secara pasti, belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga
berperan dalam terjadinya depresi yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang bersifat
stressor (problem keuangan, perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain), faktor
kepribadian, genetik, dan biologik lain seperti gangguan hormon, keseimbangan
neurotransmitter biogenik amin, dan imunologik (Amir, 2005). Namun dari sekian
banyak penyebab (Hadi, 2004) merangkumkan sebagai berikut:
1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari
depresi. Ada empat macam kehilangan:
a. Kehilangan abstrak: kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau
ambisi.
37
b. Kehilangan sesuatu yang konkrit: rumah, mobil, potret, orang atau bahkan
binatang kesayangan.
c. Kehilangan hal yang bersifat khayal: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa
tidak disukai atau dipergunjingkan orang.
d. Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang: menunggu hasil tes
kesehatan, menunggu hasil ujian, dan lain-lain.
2. Reaksi terhadap stres. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.
3. Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik
maupun emosi.
4. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan.
5. Reaksi terhadap obat.
sebagai siswa atau peserta didik akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa di sekolah
itu ada norma dan peraturan yang harus dipatuhi (Warkitri dkk, 2002). Kehidupan di
pondok pesantren yang sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya terutama
santri/murid yang dahulu belum pernah tinggal di pondok pesantren, mereka harus
melakukan penyesuaian diri agar bisa bertahan hingga menyelesaikan pendidikannya
di pondok pesantren tersebut. Padatnya jadual yang diterima para santri kemudian
memberi dampak lain pada kehidupannya. Yang kemudian menjadi masalah adalah
adanya santri yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sistem asrama
tersebut. Tak jarang pula santri keluar dari pondok pesantren sebelum lulus atau
bahkan tahun pertama di pondok pesantren.
Tidak sedikit murid putra SMA kelas X IBS MTA yang tidak mampu dalam
mengatasi permasalahan penyesuaian diri yang bedampak munculnya gangguan
kejiwaannya. Ini bisa disebabkan karena lingkungan/ sistem pendidikan atau
kurikulum PONPES satu dengan lainnya berbeda. Berdasarkan segi kurikulum
menurut (Nafi’ dkk, 2007) IBS MTA Surakarta termasuk menggabungkan kurikulum
pesantren dengan kurikulum pemerintah. Konsekuensinya harus menyediakan tenaga
pengajar dalam jumlah besar untuk jumlah santri yang sama, karena santri
memperoleh layanan dalam porsi dua kali lipat lebih banyak daripada yang belajar di
pesantren dalam dua opsi sebelumnya. Maka dari itu munculah berbagai masalah
dalam diri murid/santri yang bersangkutan. Hal ini tidak jauh beda dengan hasil
penelitian Hidayat (2009) yang menunjukkan bahwa penyesuaian diri santri di
pondok pesantren tradisional lebih baik dibandingkan santri di pondok pesantren
modern. Ini bisa disebabkan karena perbedaan pada kurikulum pondok pesantren
modern yang lebih padat dan lebih rumit.
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berilut:
1. Terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara murid putra SMA
kelas X IBS MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok
pesantren.
2. Murid putra SMA kelas X IBS MTA Surakarta yang belum pernah tinggal di
pondok pesantren lebih depresi daripada yang pernah tinggal di pondok
pesantren.
B. Saran
1. Penelitian perlu dilakukan pada populasi yang lebih luas, sampel lebih banyak
dan menggunakan teknik yang lebih akurat, serta perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan membandingkan beberapa populasi yang berbeda.
2. Pada murid putra SMA kelas X IBS MTA Surakarta yang belum pernah dan yang
pernah tinggal di pondok pesantren diharapkan dapat memahami dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok pesantren.
3. Dari pihak pembina atau pengasuh IBS MTA Surakarta agar lebih memperhatikan
tentang masalah kejiwaan anak didiknya dan memberikan konseling, nasehat serta
motivasi sebagai tindakan preventif.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. 1998. Studi Banding Derajat Depresi Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan
dengan Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua. Skripsi.
Durand, V.M. and Barlow, D.H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Penerjemah: Soetjipto, H.P. dan Soetjipto, S.M. pp: 274,
289
Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. pp: 16,17,57,58
Hadi, S. dkk. 2000. Pengantar Pendidikan. Surakarta: UNS Press. pp: 61,80,150
Hawari, D. 2001. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : BP FK UI. pp:
91, 130-2, 156-8
Hawari, D. 2004. Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Ed. III.
Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa. pp: 522
41
42
Ihsan, Hamdani dan Fuad. (2007). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia. pp: 56
Iskandar, Y. 1984. Stres, anxietas dan Penampilan. Ed. I. Jakarta : Yayasan Dharma
Graha.
Kosasih, A.D., Priyanto. E dan Makhful. 2008. Latar Belakang dan Penyelenggaraan
Pendidikan Islam Model Santri Asrama di Majalengka Pada Awal Abad
ke-20 M. http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/20.pdf. (5 Oktober 2010)
Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Ed. 2. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. pp: 161-164
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
pp: 58
Nafi’, M.D., A’la, A., Anisah, H., Aziz, A. dan Muhaimin, A. 2007. Praksis
Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Yayasan Selasih. pp: 1-65
Nevid, J.S., Rathus, S.A., and Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta :
Erlangga. Penerjemah: Tim Fakultas Psikologi UI: Murad, J. dkk. pp: 243,
254-258
Sadock, B.J. and Sadock, V. A. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. Ed. 10. Lippincott Williams &
Wilkins. Penerjemah: Kusuma, W. pp: 528-529
Sadock, B.J. and Sadock, V. A. 2009. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook
of Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. pp: 1047-1049
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial ,Individu, dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka. p: 305
Yayasan Majelis Tafsir Al-Qur’an. 2009. Panduan Santri Asrama Putra MTA.
Surakarta : Yayasan MTA. Pp: 1-4
44
LAMPIRAN
44
45
Lampiran 1
Lembar Persetujuan
1. Nama :
2. Kelas :
3. Jenis Kelamin :
4. Usia :
5. Alamat :
6. Latar Belakang di Pondok Pesantren :
( )
46
Lampiran 2
LMMPI
Berilah tanda (X) pada kolom “ya” bila pertanyaan dibawah ini sesuai dengan
perasaan/keadaaan anda, berilah tanda (X) pada kolom “tidak” bila pernyataan tidak
sesuai dengan yang anda rasakan.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Sekali-kali saya berfikir tentang hal-hal yang buruk untuk
diutarakan
Pilihlah dalam setiap lingkaran, keadaan yang paling sesuai dengan keadaan anda saat
ini. Kemudian berilah tanda (X) atau (√) pada lingkaran yang tersedia pada pilihan
yang saudara pilih. Isilah dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan saudara.
1). Bagaimana perasaan anda sekarang ?
o Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu yang biasa saya nikmati
o Saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya
o Saya memperoleh sangat sedikit kepuasan dari segala sesuatu yang biasa saya
nikmati
o Saya tidak dapat memperoleh kepuasan dari segala sesuatu yang biasa saya
nikmati
5). Apakah anda merasa selalu bersalah ?
o Saya merasakan segala sesuatu tentang diri saya sama seperti biasanya
o Saya telah kehilangan kepercayaan diri saya sejak dua minggu yang lalu
o Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
49
o Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari orang lain
o Saya menjadi lebih kritis terhadap diri saya dibanding yang dulu
o Saya mengkritik diri saya sendiri atas semua kesalahan-kesalahan saya
o Saya menyalahkan diri saya untuk semua hal buruk yang terjadi
9). Pernahkah anda berpikir untuk bunuh diri ?
o Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain atau beraktifitas
o Saya kurang berminat terhadap orang lain atau segala sesuatu sejak dua
minggu yang lalu
o Saya telah kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain atau
segala sesuatu
15). Apakah anda merasa lebih sering kehilangan tenaga saat ini ?
o Saya tidak mengalami perubahan pada pola tidur saya, saya dapat tidur
nyenyak seperti biasanya
o Nafsu makan saya sering lebih besar atau kurang dari biasanya
o Saya tak mempunyai nafsu makan sama sekali atau selalu merasa lapar
19). Apakah anda merasa kesulitan dalam berkonsentrasi ?
o Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada akhir-
akhir ini
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4.715 1 .030
b
Continuity Correction 3.819 1 .051
Likelihood Ratio 4.761 1 .029
Fisher's Exact Test .050 .025
Linear-by-Linear Association 4.660 1 .031
b
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.00.
b. Computed only for a 2x2 table
57
Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx. Approx.
Value Errora Tb Sig.
Nominal by Nominal Phi .234 .030
Cramer's V .234 .030
Contingency Coefficient .228 .030
Interval by Interval Pearson's R .234 .105 2.207 .030c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .234 .105 2.207 .030c
N of Valid Cases 86
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.