Anda di halaman 1dari 165

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH PEMBELAJARAN CTL DENGAN INKUIRI


BEBAS TERMODIFIKASI DAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN
VERBAL
(Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA
Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014)

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Pendidikan Sains

Oleh :

NURKHAMID
S831208066

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit
2014to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul: PENGARUH PEMBELAJARAN CTL DENGAN


INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI
KREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN VERBAL (Pembelajaran
Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA
Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014) ini adalah karya penelitian saya
sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas nomor 17, tahun
2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi
dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Pendidikan
Sains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Sains UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapat sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Juli 2014

Mahasiswa

Nurkhamid
commit to user
S 831208066

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,


kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan kesabaran.

(QS Al „Asr : 1 - 3)

Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan,


perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan,

keyakinan memberi arah hidup untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan

di dunia dan akhirat, Amin.

(Pengalaman hidupku)

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hatiku, tesis ini kupersembahkan untuk:

1. Istri tercinta Heni Sofiya, S.Pd. yang senantiasa memberikan doa, kasih

sayang, pengertian, serta perjuangan dan pengorbanan yang sangat luar

biasa yang tidak pernah tergantikan.

2. Anak-anakku (Melati Nur Arummega, Maulidiya Nur Laili Sofi. dan

Novia Ihdatsa Aulia Rizki) yang senantiasa memahami, memaklumi dan

mendukung serta doanya.

3. Para dosen yang telah memberikan ilmu dengan segenap jiwa, senantiasa

mengingatkan.

4. Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas ukhuwahnya.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Ctl Dengan Inkuiri Bebas

Termodifikasi Dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Dan Kemampuan Verbal ( Pembelajaran

Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1

Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014 )”.

Dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini penulis mendapatkan

banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin kepada penulis.

2. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Sains yang telah memberikan ijin dalam penyusunan tesis ini serta

memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi.

3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku pembimbing I yang dengan

kesabarannya memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi.

4. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya


commit dan
memberikan bimbingan, pengarahan, to user
motivasi.

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan kesabaran hati dan

senantiasa membagi ilmunya.

6. Mas‟ut, S.H, M.Hum selaku Kepala Bappeda Kabupaten Kudus, atas ijin, dan

dorongannya untuk belajar.

7. Drs. H. Su‟ad, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kudus atas

kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan studi.

8. Drs. Sunarya, M.Pd., selaku Kepala SMA Sekolah Negeri 1 Pati atas

kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan studi.

9. Rekan-rekan Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan

September 2012 yang senantiasa saling memberi semangat.

10. Rekan-rekan Guru SMA Negeri 1 Kudus yang selalu memberi dukungan dan

semangat.

11. Semua pihak yang belum penulis sebutkan yang turut membantu dalam

penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia

pendidikan.

Surakarta, Juli 2014

Penulis

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ……….........................................................................


ii

LEMBAR PENGESAHAN ………. ........................................................................


iii

PERNYATAAN ........................................................................................................
iv

MOTTO.....................................................................................................................
v

PERSEMBAHAN .....................................................................................................
vi

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


vii

ABSTRAK ...............................................................................................................
ix

ABTRACT ................................................................................................................x x

DAFTAR ISI .............................................................................................................


xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................


xiv

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................


xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................


xx

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................


1

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................


1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................


6

C. Pembatasan Masalah .................................................................................


7

D. Perumusan Masalah ..................................................................................


8

E. Tujuan Penelitian .......................................................................................


9

F. Manfaat Penelitian .....................................................................................


10
commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id x
digilib.uns.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................


13

A. Kajian Teori .............................................................................................


13

B. Bahan Ajar Sistem Peredaran Darah ............................................. 55

C. Penelitian yang Relevan ...........................................................................


63

D. Kerangka Berpikir ....................................................................................


65

E. Hipotesis ...................................................................................................
66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................


67

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................


67

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...............................................


68

C. Rancangan dan Variabel Penelitian ..........................................................


70

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................


75

E. Instrumen Penelitian .................................................................................


77

F. Uji Validitas ..............................................................................................


80

G. Uji Reliabilitas .........................................................................................


84

H. Uji Taraf Kesukaran .................................................................................


86

I. Uji Daya Pembeda Soal ............................................................................


88

J. Tes Kreatifitas ...........................................................................................


89

K. Angket Kemampuan Verbal ....................................................................


90

L. Teknik Analisis Data ................................................................................


91

M. Uji Hipotesis ............................................................................................


93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................


97

A. Deskripsi Data ..........................................................................................


97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xi
digilib.uns.ac.id

B. Pembahasan ...............................................................................................
124

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................


135

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................................


138

A. Simpulan .................................................................................................
138

B. Implikasi ....................................................................................................
141

C. Saran ..........................................................................................................
141

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


143

LAMPIRAN ..............................................................................................................
134

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel ............................................................................................................ Halaman


2.1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ...............................................................
33

2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing ....................................


34

2.3. Tahapan Pembelajaran Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ...................................


40

2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi .....................


41

3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................................


67

3.2. Data Populasi Penelitian ............................................................... 68

3.3. Desain Faktorial Penelitian ........................................................................................


71

3.4. Hasil Validitas Butir Soal Kognitif ............................................................................


83

3.5. Hasil Validitas Butir Angket Afektif .........................................................................


83

3.6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif ...........................................................................


85

3.7. Hasil Uji Reliabilitas Afektif .....................................................................................


86

3.8. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ...............................................................................


87

3.9. Klasifikasi Daya Pembeda .........................................................................................


89

3.10. Hasil Uji Validitas Tes Kreatifitas .............................................................................


90

3.11. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreatifitas .........................................................................


85

3.12. Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Verbal .............................................................


91

3.13. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Verbal ..........................................................


91

4.1. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Ditinjau dari Penggunaan Metode 98

Pembelajaran ..............................................................................................................

4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Penggunaan

commit to user
Metode Pembelajaran.................................................................................................
98

xii
perpustakaan.uns.ac.id xiii
digilib.uns.ac.id

4.3. Diskripsi Data Prestasi Afektif Berdasarkan Metode Pembelajaran ........................


100

4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Metode

Pembelajaran .............................................................................................................
100

4.5. Deskripsi Data Prestasi Psikomotor Ditinjau dari Penggunaan Metode 102

Pembelajaran .............................................................................................................

4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Metode

Pembelajaran .............................................................................................................
102

4.7. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kreativitas Siswa .....................
104

4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kreatifitas ...............................


104

4.9. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreatifitas .............................
105

4.10. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Kreatifitas .................................


106

4.11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kreativitas 107

Siswa .........................................................................................................................

4.12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kreativitas

Siswa .........................................................................................................................
107

4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kemampuan 109

Verbal ........................................................................................................................

4.14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kemampuan 109

Verbal ........................................................................................................................

4.15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Kemampuan 110

Verbal ........................................................................................................................

4.16. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Kemampuan 111

Verbal ........................................................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xiv
digilib.uns.ac.id

4.17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kemampuan

Verbal ........................................................................................................................
112

4.18. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kemampuan 113

Verbal ........................................................................................................................

4.19. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif .........................................................


114

4.20. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif ...........................................................


115

4.21. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Psikomotor ....................................................


116

4.22. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif .....................................................


117

4.23. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif .......................................................


117

4.24, Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Psikomotor ................................................


118

4.25. Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif ......................................................


119

4.26. Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif ................................. 121

4.27. Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Pskomotor ............................. 123

4.28. Rerata Prestasi Psikomotor, Afektif, dan Kognitif berdasar

Kemampuan Verbal dan Kreatifitas ................................................. 132

4.29. Rerata Prestasi Kognitif berdasar Kemampuan Verbal dan Kreatifitas 134

4.30. Rerata Prestasi Afektif berdasar Kemampuan Verbal dan Kreatifitas 134

4.31. Rerata Prestasi Psikomotor berdasar Kemampuan Verbal dan 135

Kreatifitas ..................................................................................................................

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar ........................................................................................................ Halaman

2.1. Diagram Komposisi Darah Manusia ........................................................................


56

2.2. Struktur Anatomi Jantung ..........................................................................................


58 29

2.3. Diagram Penggolongan Darah Manusia ..................................................................


60

2.4. Diagram Mekanisme Pembekuan Darah .................................................................


63

2.5 Kerangka Berpikir ........................................ 66

4.1. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Penggunaan 99

Metode Pembelajaran ................................................................................................

4.2. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Penggunaan Metode 101

Pembelajaran .............................................................................................................

4.3. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Penggunaan

Metode Pembelajaran ...............................................................................................


103

4.4. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa ........................


104

4.5. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas ....................................


106

4.6. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas .............................


108

4.7. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan 110

Verbal .......................................................................................................................

4.8. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal......................


112

4.9. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kemampuan

Verbal ........................................................................................................................
113

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nurkhamid, 2014. “Pengaruh Pembelajaran CTL Dengan Inkuiri Bebas


Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing Terhadap prestasi belajar siswa
Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Dan Kemampuan Verbal” (Pembelajaran
Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1
Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014). TESIS: Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha
Sunarno, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Program Studi
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi kognitif,


afektif dan psikomotor pada pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas
Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, kreativitas siswa, kemampuan verbal dan
interaksinya.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini
adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran
2013/2014. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2
kelas. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif,
kemampuan verbal, angket untuk prestasi afektif dan kreativitas siswa dan hasil
observasi untuk prestasi psikomotor. Teknik analisis data menggunakan analisis
anava 2x2x2.
Hasil pada penelitian ini adalah 1) tidak ada perbedaan prestasi belajar
kognitif antara pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi
dan Inkuiri Terbimbing, namun ada perbedaan prestasi belajar afektif dan
psikomotor antara pendekatan inkuiri melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi
dan Inkuiri Terbimbing. 2) ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan psikomotor
antara kreativitas tinggi dan rendah, namun tidak ada perbedaan prestasi belajar
afektif antara kreativitas siswa tinggi dan rendah. 3) ada perbedaan prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotor antara kemampuan verbal tinggi dan rendah. 4)
ada interaksi antara pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas
Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar kognitif namun tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL melalui
metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor. 5) tidak ada interaksi antara
pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri
Terbimbing dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif,
afektif dan psikomotor 6) tidak ada interaksi antara kreativitas siswa dan
kemampuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor 7) tidak ada
interaksi antara pembelajaran CTL melalui Inkuiri Bebas Termodifikasi dan
Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas siswa dan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.

Kata Kunci: pembelajaran CTL, Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri


Terbimbing, kreativitas siswa, kemampuan verbal, prestasi belajar dan sistem
peredaran darah. commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nurkhamid,, 2014 “Effect of Learning CTL With Modified Free Inquiry and
Guided Inquiry Against Science Students prestation study Seen From
Creativity And Verbal Ability” (Learning Material Circulatory System Class XI
Science SMAN 1 Odd Semester Academic Year 2013/2014 Holy). THESIS:
Supervisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Supervisor II: Prof. Dr.
Sugiyarto, M.Si. Master of Science Education, Faculty of Teacher Training and
Education, University March Surakarta.

ABSTRACT

This study aimed to determine differences in cognitive achievement,


affective and psychomotor learning through methods CTL Modified Free Inquiry
and Guided Inquiry, student creativity, verbal skills and interaction.
This study was an experimental study. The population of this study were
all students of class XI Science SMAN 1 academic year 2013/2014 Holy. Samples
were taken with a random cluster sampling technique number 2 grade. Data
collected by the test method for cognitive learning achievement, verbal ability,
affective and achievement questionnaire for student creativity and observation
results for psychomotor achievement. Analysis using ANOVA analysis 2x2x2.
The results in this study were 1) there is no difference in learning achievement
between the cognitive learning through methods CTL Modified Free Inquiry and
Guided Inquiry, but there are differences in affective and psychomotor learning
achievement between the approaches of inquiry through the inquiry method and
the Modified Free Guided Inquiry. 2) there are differences in the cognitive and
psychomotor learning achievement between high and low creativity, but there
were no differences in affective learning achievement between students of high
and low creativity. 3) there are differences in learning achievement of cognitive,
affective and psychomotor between high and low verbal ability. 4) there is an
interaction between the CTL learning through methods Modified Free Inquiry and
Guided Inquiry by the creativity of the students to learn cognitive achievement,
but there is no interaction between the CTL learning through methods Modified
Free Inquiry and Guided Inquiry by the creativity of the affective and
psychomotor learning achievement. 5) there is no interaction between the CTL
learning through methods Modified Free Inquiry and Guided Inquiry with critical
thinking skills to the learning achievement of cognitive, affective and
psychomotor 6) there is no interaction between the students' creativity and verbal
skills to achievement of cognitive, affective and psychomotor 7) no learning
through interaction between CTL Modified Free Inquiry and Guided Inquiry with
students' creativity and verbal skills to the learning achievement of cognitive,
affective and psychomotor.

Keywords: learning CTL, Modified Free Inquiry and Guided Inquiry, student
creativity, verbal ability, academic achievement and circulatory system.
commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang cukup mendasar dalam

pembangunan suatu bangsa dan negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

perlu diwujudkan adanya interaksi belajar mengajar yang baik. Pada

penyelenggaraan pembelajaran di kelas guru selalu merencanakan kegiatan

pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada aturan dan rencana

pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak

terpisahkan yaitu biologi sebagai proses, produk dan sikap. Proses yang dimaksud

disini adalah proses melalui kerja ilmiah, yaitu kritis terhadap masalah,

mengembangkan hipotesis, merancang percobaan dan melakukan pengamatan

serta menarik kesimpulan. Produk sains beupa konsep-konsep azas, prinsip, teori,

dan hukum. Sikap dan watak ilmiah yang dikembangkan di dalam sains misalnya

rasa ingin tahu, jujur, kritis, terbuka, disiplin, teliti, logis, serta antusiasme yang

tinggi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran biologi yang ideal akan

berakibat pada berkembangnya ketrampilan proses sains siswa, tumbuhnya sikap

ilmiah serta meningkatnya hasil belajar. Melakukan kegiatan sains dilandasi oleh

pengembangan sikap ilmiah akan menjadikan belajar menjadi lebih bermakna.

commit to
Konsep-konsep yang diperoleh melalui user
pengalaman akan mengendap di dalam

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

memori jangka panjang siswa. Kenyataannya, pembelajaran biologi selama ini

masih berorientasi pada produk bukan pada proses. Keberhasilan suatu

pembelajaran hanya di ukur dari sebernapa banyak konsep-konsep yang mampu

dihapalkan oleh siswa. Susanto (2002:15) menyatakan permasalahan

pembelajaran biologi selama ini adalah: 1) Pengajaran biologi hanya berorientasi

pada produk, bukan pada proses; 2) Pengajaran biologi hanya mencurahkan

pengetahuan tanpa didasarkan hasil kerja praktek; 3) pengajaran biologi berfokus

pada menjawab pertanyaan yang telah diajarkan atau tertulis dalam bahan ajar.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam

menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa

khususnya pelajaran Biologi. Misalnya dengan membimbing siswa untuk

bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu

siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini

memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa

tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan

suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat

keluar dari kesulitan belajar.

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran biologi di SMA 1 Kudus yang

semula sekolah SMA-RSBI sekarang menjadi SMA yang SSN sama dengan SMA

negeri lainnya, Ternyata dalam proses pembelajarannya pada umumnya masih di

dominasi dengan Teacher contered dan teoritis, biologi dianggap sebagai mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

pelajaran hapalan. Proses pembelajaran belum melatihkan siswa untuk

menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan kehidupan nyata di

lapangan. Pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk membangun

konsep sendiri berdasarkan pengalaman langsung sehingga hasil kemampuan diri

siswa rendah. Beban materi yang banyak dengan waktu pembelajaran terbatas,

menyebabkan guru kurang berinovasi mengembangkan model pembelajaran yang

mampu menggali tiga aspek ilmiah dari siswa. Dampaknya adalah kemampuan

siswa dalam membangun konsep belum maksimal , memori jangka panjang siswa

rendah dan hasil akhir belajar siswa belum maksimal.

Materi sistem peredaran darah merupakan salah satu materi biologi yang

diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA pada semester Gasal. Hasil belajar siswa

secara kuantatif masih belum maksimal meskipun nilai rerata sudah diatas KKM

karena kesenjangan nilai tertinggi dengan terendah terpaut jauh. Berdasar data

daftar nilai ulangan harian biologi siswa kelas XI IPA selama 2 tahun terlihat ada

peningkatan dalam penentuan KKM dan rerata yang dicapai siswa. Tahun

pelajaran 2011/2012 dengan KKM 77 siswa yang mencapai KKM 54% dengan

rerata 76,25. Tahun pelajaran 2012/2013 nilai batas KKM 78 dinaikkan 1 angka,

siswa yang mencapai KKM 57% dengan rerata 77,63.

Materi sistem peredaran darah sangat kompleks, organ-organ yang terlibat

peredaran darah juga bersifat abstrak sehingga siswa sulit menguasai konsep

dengan cepat, Selama ini materi sistem peredaran darah membutuhkan alokasi

waktu yang lebih lama dibanding materi pelajaran lain menyebabkan alokasi

untuk materi lain dan pengayaan sangat terbatas.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu

model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran Inkuiri baik Inkuiri terbimbing

dan inkuiri bebas termodifikasi dapat mengungkapkan apakah dengan model

tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi Biologi. Penulis

memilih model pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa

menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran.

(Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran Inkuiri siswa lebih aktif dalam

memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau

memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Pemilihan model Contxstual Teaching Learning (CTL) dengan di padu model

pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Inkuiri Bebas termodifikasi diharapkan

pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Alokasi waktu

pembelajaran sistem peredaran darah menggunakan model inkuiri terbimbing dan

inkuiri bebas termodifikasi adalah 9 jam pelajaran. Tidak semua materi sistem

peredaran darah disampaikan, hanya di pilih materi-materi yang esensiil yang di

anggap mewakili seluruh materi. Pemilihan materi-materi esensiil dapat

mengurangi alokasi waktu 50-70% dari alokasi waktu semula.Model

Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) akan lebih efektif apabila di

padu dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan seperti Inkuiri terbimbing

dan inkuiri bebas termodifikasi. Inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat

guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal

dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Gurupun mempunyai peran aktif dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan

pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini, siswa belajar lebih berorientasi

kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami

konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan itu, siswa akan dihadapkan kepada

tugas-tugas yng relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok

maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu

kesimpulan secara mandiri.

Pembelajaran Biologi dengan model Contextual Teaching Learning (CTL)

melalui Inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi adalah pembelajaran

yang diperkuat dengan sintaks yang dapat meningkatkan proses sains bagi siswa

disertai membangun konsep-konsep yang diperoleh melalui pengalaman.

Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman menjadi lebih bermakna dan kuat

dalam memori jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar

kognitif. Proses untuk menemukan fakta dan konsep melaui kegiatan observasi

dan eksperimen dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa serta dapat

menumbuhkan sikap ilmiah yang diperlukan dalam pembelajaran. Oleh karena itu

medel Contextual Teaching Learning (CTL) yang dipadu dengan metode Inkuiri

terbimbing dan inkuri bebas termodifikasi di duga dapat meningkatkan prestasi

belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Peningkatan prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal.

Faktor internal siswa yang perlu dikembangkan antara lain kreativitas dan

kemampuan verbal. Kreativitas dan kemampuan verbal yang dimiliki oleh siswa

bervariasi, tetapi selama ini guru kurang memperhatikan kedua aspek tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Kreativitas yang terdapat pada diri siswa secara alamiah perlu ditingkatkan dan

diberdayakan dengan iklim dan lingkungan yang disesuaikan dengan keberadaan

diri siswa dalam mendukung dan tercapainya kegiatan pembelajaran. Kemampuan

verbal sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi agar siswa mampu

merespon bahan ajar yang disampaikan oleh guru dan menuangkan kembali

konsep-konsep yang dipelajarai secara lisan maupun tulisan sehingga dalam

pembelajarannya akan tercapai efektif dan semua siswa akan mudah

mempelajarinya. Siswa dengan kreativitas dan kemampuan verbal tinggi lebih

mudah menyerap materi pembelajaran dan dapat memanggil kembali pengetahuan

yang diperoleh dikemudian hari sehingga siswa yang kreatif dan berkemampuan

verbal tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian tentang

“Pengaruh Pembelajaran CTL Dengan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas

Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Kreatifitas dan

Kemampuan Verbal Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran biologi di SMA 1 Kudus pada umumnya masih

bersifat teoritis dan belum memberikan ruang bagi siswa untuk

mengembangkan ketrampilan proses sains.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

2. Orientasi pembelajaran biologi lebih terfokus pada produk pengetahuan

bukan pada proses dalam memperoleh konsep pengetahuan baru.

3. Guru kurang berani berinovasi mengembangkan model pembelajarn yang

mampu menggali kemampuan diri siswa.

4. Penyampaian materi sistem peredaran darah manusia membutuhkan waktu

yang relatif lama agar dapat dipahami secara keseluruhan oleh siswa sehingga

kurang efisien dalam waktu

5. Kreativitas siswa dan kemampuan verbal siswa sangat bervariasi, tetapi guru

belum memperhatikan pengembangan kedua aspek tersebut.

6. Rata-rata nilai siswa kelas XI IPA SMA 1 Kudus pada materi sistem

peredaran darah manusia belum maksimal karena masih di sekitar KKM dan

sebagian masih dibawahnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, permaasalahan yang muncul pada

pembelajaran biologi sangat kompleks sehingga diperlukan pembatasan agar

penelitian mempunyai arah dan fokus yang jelas. Pembatasan masalah da;am

penelitian ini meliputi :

1. Model pembelajarn yang digunakan adalah model CTL

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri bebas termodifikasi dan

inkuiri terbimbing

3. Proses pembelajaran yang disampaikan pada siswa menggunakan Ketrampilan

Proses Sains yang diharapkan siswa aktif dan inovatif.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

4. Kreativits siswa yang digunakan adalah kreativitas verbal, dibatasi atpada

katagori tinggi dan rendah. Pengukuran kreativitas siswa menggunakan tes

kreativitas verbal dari Munandar (1995).

5. Kemampuan verbal siswa dibatasi dengan katagori tinggi dan rendah.

Pengukuran tes kemampuan verbal siswa menggunakan tes kemamurpuan

verbal dari Sunarno (2009)

6. Materi bahan ajar yang digunakan adalah Sistem Peredaran Darah untuk

kelas XI IPA semester gasal dengan Kompetensi Dasar (KD) menjelaskan

keterkaitan stuktur, fungsi dan proses serta kelainan yang terjadi pada sistem

peredaran darah.

7. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomortor, pengukuran

dilakukan sebagai berikut :

a. Aspek kognitif, melalui tes evaluasi setiap pertemuan dan tes prestasi

belajar

b. Aspek Afektif, mengunakan lembar observasi dan angket.

c. Aspek Psikomotor, menggunakan lembar observasi dan tes prestasi

psikomotor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebageai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar biologi siswa

kelas XI IPA SMA 1 Kudus?

2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi

siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh Kemampuan memori verbal terhadap prestasi

belajar biologi siswa?

4. Apakah terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar biologi siswa?

5. Apakah terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing kemampuan memori verbal siswa

terhadap prestasi belajar biologi siswa?

6. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan kemampuan memori

verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa?

7. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran model CTL melalui Inkuiri

bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan kemampuan

memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

1. Pengaruh model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan

Inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA

1 Kudus

2. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa

3. Pengaruh Kemampuan memori verbal terhadap prestasi belajar biologi siswa

4. Interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan

Inkuiri terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi

siswa

5. Interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan

6. Inkuiri terbimbing kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi

belajar biologi siswa antara kreativitas dengan kemampuan memori verbal

siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa

7. Interaksi antara pembelajaran model CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan kemampuan

memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh fihak-fihak yang

berkaitan dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian teorini sebagai

berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

1. Manfaat teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu

pengetahuan pad umumnya,khususnya dalam bidang pendidikan serta

bahan acuan penelitian sejenis di masa yang akan datang.

b. Dapat memberi masukan bagi para pendidik dalam memilih model dan

metode pembelajaran yang memberikan efektivitas dalam pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Dapat menambah motivasi agar lebih aktif dan berprestasi dalam mata

pelajaran biologi serta menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat.

b. Bagi guru

1) Memotivasi guru mengembangkan berbagai model pembelajaran yang

mampu memberikan pengalaman belajar nyata bagi siswa.

2) Dapat memberikan gambaran penerapan model accelerated learning

melalui concept mapping dan mind mapping di kelas.

c. Bagi sekolah

1) Hasil penelitian ini dapat memberi inovasi proses pembelejaran di

sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran biologi.

2) Dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk pegembangan

kurikulum di sekolah.

3) Dapat meningkatkan prestasi sekolah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

d. Bagi peneliti

Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dan

pengembangan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar

Belajar adalah merupakan kegiatan sehari-hari. Belajar adalah suatu proses

yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,

kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks itu telah lama menjadi objek

penelitian ilmuwan. Karena kompleksnya masalah belajar, banyak sekali teori

yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi (Miarso,

2004:550).Meskipun banyak teori belajar, namun ada kesamaan umum dalam

mendefinisikan belajar. Empat rujukan yang terkandung dalam definisi belajar

adalah: a) adanya perubahan atau kemampuan baru; b) perubahan atau

kemampuan baru itu tidak berlangsung sesaat, tetapi menetap dan dapat disimpan

(permanen); c) perubahan atau kemampuan baru tidak hanya timbul karena

adanya usaha; dan d) perubahan atau kemampuan baru tidak hanya timbul karena

faktor pertumbuhan (Miarso, 2004:550-551). Para guru perancang pembelajaran

dan pengembang program-program pembelajaran yang profesional perlu memilih

teori belajar yang relevan dan tepat untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran

yang akan dikembangkan.

Galloway dalam Sukamto (1997:27) mmmengemukakan pendapat yang sama

yaitu belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,

commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-

pengalaman sebelumnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang merupakan pola

baru dari reaksi berupa kepandaian, kecakapan, sikap, kebiasaan atau suatu

pengertian yang dihasilkan dari proses terjadinya hubungan antara stimulus

dengan unsur di luar individudan potensi yang dimiliki oleh individu itu sendiri.

2. Teori Belajar Kognitivisme

a. Teori Belajar Ausubel

Ausubel berpendapat pembelajaran haruslah bermakna. Pembelajaran

bermakna dapat diartikan sebagai suatu proses mengkaitkan informasi baru pada

konsep-konsepyang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

Ausubel menyatakan bahwa belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi.

Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran

disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua

menyangkut cara siswa mengkaitkan informasi dengan struktur kognitif yang

dimiliki oleh siswa. Bermakna disini adalah apabila siswa mampu mengkaitkan

informasi baru ke dalam konsep yang relevan pada struktur kognitif yang ada

sebelumnya (Dahar, 1989).

Tiga kondisi yang diperlukan dalam belajar bermakna yaitu: 1) materi yang

harus dipelajari oleh siswa harus konseptual, jelas dan disajikan dengan bahasa

dan contoh-contoh yang dapat diterima sesuai deangan pengetahuansiswa

sebelumnya; 2) siswa harus memiliki pengetahuan yang relevan dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

pengetahuan yang akan diperoleh; 3) siswa harus memilih cara belajar penuh arti.

Satu syarat terakhir guru hanya memiliki kontrol secara tidak langsung yaitu

memotivasi siswa untuk belajar dengan mencoba memasukkan makna-makna

baru ke dalam pengetahuan mereka, bukan hanya sekedar menghafal definisi

konsep. Gagasan yang relevan dalam hal ini harus memperhakat pengalaman,

tingkat perkembangan, intelegensia dan usia anak.

b. Teori Belajar Gagne

Gagne dalam Indrawati (2001:35) menyatakan hasil-hasil belajar yang

diharapkan dapat tercapai bila dalam pembelajaran kondisi internal dan eksternal

yang diciptakan oleh guru berhasil. Kondisi internal berupa pernyataan-

pernyataan internal siswa dan proses kognitif, hasil belajar yang diharapkan

adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap

dan teknik kognitif.Guru harus mengetahui struktur kognitif anak dan teknik

untuk memproses informasi baru dalam kondisi interna. Sebaliknya dalam kondisi

eksternal, tujuan belajar harus jelas dan materi baru disajikan secara bermakna

sehingga siswa dapat memprosesnya. Ketrampilan intelektual memungkinkan

seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol

atau gagasan-gagasan. Ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk

memperagakan kegiatan-kegiatan fisik dan keterampilan intelektual (Dahar, 1989)

c. Teori Belajar Piaget

Piaget dalam Dahar (1989:152) memandang bahwa perkembangan kognitif

sebagai suatu proses ketika anak secara aktif membangun sistem makna dan

pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

mereka. Pemikiran Piaget tentang rekontruksi pengetahuan individu adalah proses

belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan

keseimbangan kognitif. Asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian)

informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Sedangkan

keseimbangan kognitif adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi

dan akomodasi.

Menurut Piaget, paling sedikit ada empat faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan kognitif anak, yaitu: (1) perkembangan organik dan perkembangan

fisik; (2) latihan dan pengalaman; (3) interaksi sosial dan transmisi; (4) ekuilibrasi

dan mekanismeny. Faktor yang paling penting dari keempatnya adalah faktor

ekuilibrasi dan mekanismenya, dalam proses ini anak senantiasa dituntut untuk

mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya (Suparno, 2001). Menurut

Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual

sebagai berikut:

1) Periode sensori motor (0-2 tahun)

Pada periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan

tindakan-tindakannya (motor). Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu

lahir seperti konsep-konsep ruang, waktu, berkembang dan tercermin ke

dalam pola-pola perilaku anak.

2) Periode pra-operasional (2-7 tahun)

Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu

melaksanakan operasi-operasi mental.anak pada tingkat pra-operasional tidak


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

dapat berpikir reversible, mempunyai sifat egosentris yaitu sulit untuk

menerima pandapat orang lain serta lebih menfokuskan diri pada aspek status

tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari suatu keadaan kepada

keadaan lain.

3) Periode operasional konkret (7-11 tahun)

Periode ini merupakan permulaan proses berfikir rasional yang berarti anak

memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-

masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan

persepsi, anak dalam periode ini memilih pengambilan keputusan secara

logis.

4) Periode operasional formal (lebih dari 11 tahun)

Pada periode ini anak akan dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya

untuk membantu operasi-operasi yang lebih kompleks dan mempunyai

kemampuan untuk berfikir abstrak.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan yang harus dimiliki

oleh siswa yang dapat mencerminkan pengawasan konsep IPA adalah meliputi

kemampuan intelektual, mengklasifikasi, menghubungkan, menganalisis dan

menerapkan konsep yang diajarkan untuk memecahkan masalah, soal, atau

kejadian.

Siswa SMA atau yang sederajatnya menurut Piaget masuk ke dalam

perkembangan kognitif pada tahap operasional formal karena berada pada rentang

umur 11 atau 12 sampai 18 tahun. Usia 11-18 tahun anak telah dapat dikatakan

menginjak usia remaja. Tahap operasional formal merupakan tahap terakhir dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

perkembangan kognitif Piaget. Anak pada tahap operasional formal telah mampu

berpikir secara logis, berpikir teoritis formal berdasarkan preposisi-preposisi dan

hipotesis, serta dapat mengambil keputusan lepas dari yang diamati saat itu. Anak

dapat berpikir abstrak dan dapat berpikir tidak hanya terikat oleh tempat dan

waktu tetapi dapat pula berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena

mampu berhipotesis (Suparno, 2001:26)

d. Teori Belajar Jerome Bruner

Teori belajar Jerome Bruner menekankan bahwa dalam belajar yang

terpenting adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan

mentranformasikan informasi secara aktif. Lebih jauh Bruner mengemukakan

bahwaoses itu belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung dalam waktu

bersamaan. Ketiga proses itu adalah: (1) Memperoleh informasi baru, (2)

Tranformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989:106) dikatakan bahwa: “We

teach a subject not to produce little living libraries on that rather to get a student

to think mathematicallyfor himself, to consider matters as an historian does, to

take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a

product”.

Ungkapan itu dapat dijabarkan: Dalam mengajarkan sains misalnya, kita

bukan akan mengahsilkan catatan-catatan tentang sains melainkan kita ingin

mengarahkan siswa agar berfikir secara matematis, berperan dalam proses

perolehan pengetahua. Mengetahui itu suatu proses, bukan suatu produk. Lebih

lanjut Bruner mengungkapkan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan

akan bertahan lama dan mempunyai efek transfer lebih baik. Belajar penemuan

meningkatkan penalaran dan kemampuan fikir secara beas dan melatih

ketrampilant kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

3. Proses Belajar Mengajar Biologi

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000: 5).Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini

sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.Proses belajar

mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan

guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi eduaktif untuk mencapai

tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang

sedang dilaksanakan (Usman, 2000: 4).

4. Metode Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning)

Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan

siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional

tertentu (Sagala, 2009: 69).Menurut Muhibin Syah (2004: 139) pendekatan

pembelajaran didefinisikan sebagai segala cara atau seperangkat langkah

operasional yang direkayasa untuk memecahkan atau mencapai tujuan belajar

dalam menunjang efektifitas dan efisensi proses pembelajaran.Contextual

Teaching and Learning (CTL) disebut juga pembelajaran kontekstual merupakan

suatu pendekatan yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa dapat menerapkannya

dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109).

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya denga

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Wenno, 2008: 12).Hanafiah dan Cucu S. (2009: 67) mendefinisikan

CTL sebagai suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk

membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull)

yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan

lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural.Menurut Johnson


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

(2007: 35) Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam

aktivitas penting yang membantu pelajaran akademis dengan konteks

kehidupanre nyata yang mereka hadapi sehingga menemukan makna atas apa

yang dipelajari.

Berdasarkan pengertian di atas, ada tiga konsep pembelajaran kontekstual.

Pertama, CTL metenekankan pada keterlibatan siswa untuk mencari dan

menemukan materi melalui pengalaman secara langsung. Kedua, CTL

mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan

situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa menerapkan materi yang

dipelajari dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109-110).Pembelajaran

menggunakan model Contekstual Teaching Learning (CTL) pada materi sistem

peredaran darah manusia dapat dilakukan pada siswa SMA karena sudah memiliki

kemamppuan kognitif secara simultan maupun berurutan. Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing merupakan metode yang dapat diterapkan

untuk membantu model CTL. Pertimbngannya adalah siswa SMA (usia 15-18

tahun) sudah dapat melakukan analisis dan berpikir abstrak dan logis dengan

menggunakan pola pikir, mengkaitkan konsep-konsep serta bekerja secara

sistematis dan efektif serta dapat memadukan antara faktor internal dan eksternal.

a. Karakteistik dalam CTL

CTL memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.Menurut Sanjaya (2008:110) terdapat lima

karakteristik dalam CTL yaitu:1)Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan

yang sudah dimiliki oleh peserta didik.2)Belajar dalam rangka memperoleh dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

menambah pengetahuan baru dengan cara deduktif yaitu pembelajaran dimulai

dengan mempelajari secara keseluruhan menuju ke bagian-bagian

khusus.3)Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman siswa.4)Pengetahuan

dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan

siswa.5)Adanya refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

b. Prinsip dalam CTL

Pembelajaran kontekstul memiliki 3 prinsip melandasi pelaksanaan proses

pembelajaran.Menurut Johnson (2007:69-85) ketiga prinsip tersebut antara lain

kesaling-bergantungan/intedependensi (prinsip ini mengajak para pendidik untuk

mengenali keterkaitan mereka dan bekerja sama dengan pendidik lain,peserta

didik,masyarakat,dan lingkungannya).Prinsip perbedaan/diferensiasi (mendorong

peserta didik menghasilkan keberagaman,perbedaan,dan keunikan).Prinsip

pengaturan diri (proses pembelajaran diatur,dipertahankan,dan disadari oleh

peserta didik sendiri dalam rangka mengeluarkan seluruh potensinya).

c. Komponen dalam CTL

Menurut Sanjaya (2008:118-123) pembelajaran CTL mempuyai tujuh

komponen yaitu:konstruktivisme (constructivism),menemukan (inquiri),bertanya

(questioning),masyarakat belajar (learning community),pemodelan

(modeling),refleksi (reflection),dan penilaian yang sebenarnya (authentic

assesment).

1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme adalah teori belajar yang ,menyatakan bahwa pengetahuan

yang di bangun siswa sedikit demi sedikit dari pengalaman-pengalaman baru


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

melalui penemuan dan mentransformasikan informasi ke dalam situasi lain

secara kontekstual.Bukan sekedar menerima pengetahuan sebab siswa sebagai

pusat dalam pembelajaran. Pewmbelajaran konstruktivisme berfokus pada

proses menyusun arti, baik dari sudut pandang mereka sendiri atau dari interaksi

dengan orang lain. Untuk teori belajar konstruktivisme dibedakan dua bentuk,

yaitu konstruktivisme individu dan konstruktivisme sosial.

Konstruktivisme Individu fokus pada “inner psikologi” manusia, yaitu

mengartikan sesuatu dengan menggunakan pengetahuan dan keyakinan secara

individu. Pengetahuan bukan cerminan dari luar walaupun pengalaman

mempengaruhi pemikiran dan pemikiran mempengaruhi pengetahuan.

Pengetahuan disusun dengan mentranformasikan, mengorganisasikan dan

mereorganisasikan pengetahuan sebelumnya. Sedangkan untuk konstruktivisme

sosial, Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur-unsur budaya dan

aktivitasnya adalah yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu,

atau dengan kata lain, pengetahuan disusun berdasarkan interaksi sosial dalam

konteks sosial budayanya. Pengetahuan merefleksikan dunia luar yang disaring

dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa, keyakinan dan interaksi antar sesama,

pengajaran klasikal dan role modelling (Salvin, 2008).

2) Menemukan (inquiri)

Inquiri berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan

melalui proses berfikir secara sistematis.Proses inquiri terdiri atas merumuskan

masalah,mengajukan hipotesis,mengumpulkan data,menguji hipotesis,dan

membuat kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

3) Bertanya (questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu.Guru dalam pembelajaran CTL tidak menyampaikan informasi begitu

saja tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Kegiatan bertanya

akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan materi,membangkitkan motivasi belajar,merangsang keingintahuan

siswa,memfokuskan siswa,dan membimbing siswa untuk menemukan dan

menyimpulkan materi.

4) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.Kerja sama itu dapat dilakuan

dalam bentuk belajar kelompok baik formal maupun nonformal.Hasil belajar

dapat diperoleh dari hasil sharing tukar pengalaman tau informasi antar teman

maupun antar kelompok.

5) Pemodelan (modeling)

Pemodelan dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Proses

memperagakan tidak hanya terbatas pada guru saja tetapi juga dapat

memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.Proses memperagakan

juga dapat dilakukan dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar yang dapat

membantu memahamkan siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

6) Refleksi (reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang

dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa

pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi dapat dilakukan dengan cara memberi

kesempatan di akhir pembelajaran pada siswa untuk mengingat kembali apa yang

telah dipelajari kemudian siswa diberi kebebasan menafsirkan dan menyimpulkan

pengalamannya sendiri.

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assement)

Penilaian yang sebenarnya merupakan proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Penilaian autentik dilakukan dengan cara terintegrasi dengan proses pembelajaran.

Penilaian dilakuakan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran

berlangsung sehingga penekananya pada proses belajar bukan hasil belajar.Peran

guru dalam CTL adalah sebagai fasilitator untuk siswa menemukan makna

(pengetahuan). Setiap siswa memiliki potensi keinginan untuk menemukan makna

segala sesuatu yang dipelajari. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan

potensi kodrati siswa untuk menemukan makna dari materi yang diajarkan. Setiap

materi yang disajikan mempunyai makna dengan kualitas yang beragam. Makna

yang berkualitas adalah makna konstektual yaitu dengan menghubungkan materi

ajar dengan lingkungan personal dan sosial (Johnson, 2007:_20).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

5. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Approach)

Pendekatan Inkuiri Terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

mengarahkan kepada suatu diskusi. Gurupun mempunyai peran aktif dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri

terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan

pendekatan inkuiri . Dengan pendekatan ini, siswa belajar lebih berorientasi

kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami

konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan itu, siswa akan dihadapkan kepada

tugas-tugas yng relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok

maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu

kesimpulan secara mandiri.Pada dasarnya, selama proses belajar, siswa akan

memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru

banyak memberikan bimbingan. Kemudian pada tahap-tahap berikutnya

bimbingan tersebut dikurangi sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri

secara mandiri.Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan

dan diskusi multiarah yang menggiring siswa agar bisa memahami konsep

pelajaran matematika. Selain itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar

kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar, guru harus

memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru sanggup memberikan petunjuk-

petunjuk kepada siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

a) Strategi Pembelajaran Guided Inquiry

Ada berbagai macam metode mengajar yang baik, namun tidak ada satu

metode mengajar yang baik untuk semua pengajaran, Suatu strategi pembelajaran

akan berjalan efektif dalam mencapai tujuan tergantung pada kondisi masing-

masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara

faktual.Kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media

pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai, adalah unsur-unsur

pengajaran yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu (Gulo, 2002).Standar

kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum berbasis kompetensi,

merupakan standar minimal pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus

dicapai dan mampu dilakukan oleh siswa pada setiap tingkatan dalam suatu mata

pelajaran.Sedangkan standar kompetensi dalam bidang Biologi pada jenjang SMA

ditekankan pada kemampuan bekerja ilmiah, dan kemampuan memahami konsep-

konsep sains serta kemampuan dalam menerapkannya dalam kehidupan (Amri,

2010).

Dengan mengimplementasikan Guided Inquiry, ada bebarapa kriteria sasaran

belajar yang dapat dicapai oleh guru biologi sebagian bagian dari sains (IPA)

menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

sains. Oleh karena itu, pembelajaran biologi harus mengutamakan keterlibatan

penngalaman langsung sehingga dapat mengembangkan sejumlah ketrampilan

proses seperti melakukan observasi, menyusun hipotesis, menggunakan bahan-

bahan dan peralatan secara tepat dan benar, mengajukan pertanyaan, menggolong-

golongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

kata lain, inkuiri sangat penting diterapkan dalam proses belajar mengajar, karena

dengan Guided Inquiry akan melibatkan peserta didik secara langsung dalam

proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan lebih mempunyai ketrampilan

proses dan penguasaan konsep yang lebih baik (Amri, 2010). Hal itu diperkuat

juga oleh Michal Zion dalam jurnalnya menyatakan bahwa pembelajaran Guided

Inquiry menghasilkan peningkatan pemahaman konsep melalui mengajukan

pertanyaan, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan

mengkomunikasikan data. Selain itu, Guided Inquiry juga membuat siswa

melakukan aktivitas kognitif seperti ilmuan.

Pengembangan Guided Inquiry merupakan salah satu komponen penting dari

pendekatan pembelajaran kontekstual dan kontruk tivistik yang telah berkembang

pesat dalam proses pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Teori

kontruktivisme menegaskan bahwa siswa harus membangun pengetahuannya

sendiri. Dengan belajar melalui strategi pembelajaran inkuiri siswa akan terlibat

dalam proses membangun dan mereorganisasi struktur pengetahuannya melalui

penggabungan konsep-konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan ide-ide

baru yang didapatkan (Trianto, 2007). Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat

ditunjukkan dari perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Rustaman (2002) menyatakan bahwa pandangan kontrutivisme

adalah keberhasilan belajar tergantung tidak hanya pada lingkungan atau kondisi

belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan yang dibangun

oleh seseorang bergantung pada pengalamannya dan hasil persepsi yang berbeda-

beda. Oleh karena itu, makna yang dihasilkan bisa berbeda pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

menekankan pada upaya guru untuk membuat kaitan antara materi pembelajaran

dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa untuk menghubungkan

pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupannya

sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan kontekstual sangat erat kaitannya dengan

inkuiri yang menekankan kegiatan pada proses belajar dengan melakukan

sehingga siswa tidak hanya belajar untuk sebanyak mungkin menghafal fakta dan

kosep yang sudah ada di buku-buku teks saja, melainkan terlibat dalam kegiatan

mempelajari proses pencarian dan penemuan fakta-fakta dan konsep-konsep

berdasarkan masalah-masalah kontekstual yang ada di sekitarnya.(Amri, 2010)

Inquiry dalam bahasa Inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan atau

penyidikan. Guided Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penyidikannya dan menemukan konsep dengan penuh rasa

percaya diri (Gulo, 2002).Strategi Guided Inquiry dalam sains adalah sesuatu

yang sangat manantang dan melahirkan interaksi antara siswa yakni sebelumnya

terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui

proses dan metodeeksplorasiuntuk menguji gagasan-gagasan baru. Hal ini

melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang

lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, dan berpikir

lateral (Wenno, 2008). Guided Inquiry bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan intelektual seluruh potensi peserta didik termasuk pengembangan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

emosional dan pengembangan ketrampilan.Pada hakikatnya, Guided Inquiry

merupakan suatu proses. Proses ini bermula darimerumuskan masalah,

mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik

kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada

kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang

bersangkutan.(Gulo, 2002). Hampir senada dengan pernyataan gulo, menurut

Opara dalam jurnalnya mengatakan bahwa metode pembelajaran Guided Inquiry

memberikan efek yang signifikan tentang pemahaman siswa, selain itu juga

memberikan efek terhadap minat, sikap dan prestasi siswa.Pembelajaran Guided

Inquiry, siswa berkesempatan belajar dalam hal menginvestigasi masalah,

mengkonstruk pemahamannya dan mencari pemecahan masalah. Menurut Tessier

(2010) menyatakan bahwa penggunaan Guided Inquiry menghasilkan peningkatan

terhadap kualitas pembelajaran sains dan membuat siswa lebih tertarik dalam

pelajaran biologi.

Dilihat dari sudut pandang lain, Guided Inquiry terdiri dari banyak proses

belajar yang meliputi beberapa kegiatan ilmlah, diantaranya adalah :

1) Mengobservasi, yaitu suatu kegiatan mengamati obyek untuk mendapatkan

informasi yang sebanyak-banyaknya tentang obyek tersebut.

2) Merumuskan pertanyaan yang relevan, setelah mendapatkan banyak

informasi dari kegiatan observasi, kemudian muncullahpertanyaan yang

berhubungan untuk mendapat pengetahuan baru.

3) Mengkaji literatur dari buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan.

Untuk mendapatkan jawaban sementara atas pertanyaan yang dirumuskan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

maka perlu mengkaji sumber informasi yang mendukung dan relevan.hasil

kajian juga dapat dijadikan deduksi atau penguat/dasar untuk melaksanakan

percobaan.

4) Merencanakan penyelidikan, setelah mengumpulkan informasi sebagai dasar

yang kuat, kegiatan dilanjutkan dengan merencanakan penyelidikan dimana

rencana ini akan menjadi panduan dalam melaksanakan penyelidikan.

5) Mereview pengetahuan yang dimiliki, setelah mantap dalam perencanaan dan

dasar teori perlu mempersiapkan pengetahuan yang dimilikiuntuk persiapan

diri melaksanakan penyelidikan.

6) Melaksanakan penyelidikan menggunakan perencanaan yang telah disusun

menggunakan alat dan bahan yang tersedia untuk mendapatkan data yang

diinginkan.

7) Menganalisis dan menginterprentasikan data pengamatan hasil penyelidikan

kemudian membuat prediksi.

8) Menyusun laporan untuk mengkomunikasikan hasil atau kesimpulan. (Amri,

2010).

Pelaksanaan pembelajaran Guided Inquiry, Gulo (2002) menyatakan bahwa

kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran Guided Inquiry

adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan

di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

(a) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi perma

salahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru

menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari

semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan

permasalahan yang diberikan.

(b) Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntut proses mengumpulan data. Data yang

dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.

(c) Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis

adalah pemiiran “ benar atau salah “.Setelah memperoleh kesimpulan, dari data

percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata

hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses

inkuiri yang telah dilakukannya.

(d) Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Pembelajaran akan lebih

bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam

menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan

diberikan guru. Tahapan pembelajaran Guided Inquiry dikemukakan oleh Eggen

& Kauchak (1996) sebagai berikut :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3 Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing).

Fase Perilaku Guru


1. Menyajikan Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa
pertanyaan atau mengidentifikasi masalah yang ada dan
masalah dituliskan dipapan tulis. Guru membagi siswa
dalam kelompok
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk berpendapat dan membimbing siswa
menentukan hipotesis yang relevan
3. Merancang Percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menemukan dan mengurutkan langkah-
langkah yang sesuai dengan hipotesis yang
akan dilakukan
4. Melakukan Guru membimbing siswa mendapat informasi
percobaan untuk melalui percobaan
memperoleh
informasi
5. Mengumpulkan dan Guru memberi kesempatan pada tiap
menganalisis data kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terrkumpul
6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.4 Tahapan Pembelajaran menggunakan CTL yang dimodifikasi dengan


Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing).

Fase CTL Perilaku Guru


1. Menyajikan bertanya Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa
pertanyaan (questioning) mengidentifikasi masalah yang ada dan
atau masalah dituliskan dipapan tulis. Guru membagi
siswa dalam kelompok
2. Membuat menemukan Guru memberikan kesempatan pada siswa
hipotesis (inquiri) untuk berpendapat dan membimbing siswa
menentukan hipotesis yang relevan
3. Merancang masyarakat Guru memberikan kesempatan pada siswa
Percobaan belajar untuk menemukan dan mengurutkan
(learning langkah-langkah yang sesuai dengan
community) hipotesis yang akan dilakukan
4. Melakukan masyarakat Guru membimbing siswa mendapat
percobaan belajar informasi melalui percobaan
untuk (learning
memperoleh community)
informasi
5. Mengumpulka menemukan Guru memberi kesempatan pada tiap
n dan (inquiri) kelompok untuk menyampaikan hasil
menganalisis pengolahan data yang terrkumpul
data
6. Membuat menemukan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan (inquiri) kesimpulan

Menurut Amri (2010) pembelajaran dengan pendekatan Guided Inquiry

ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut: a) dalam kegiatan, inkuiri

menekankan ketrampilan proses, b) siswa mencari sendiri jawaban dari

permasalahan yang ada, c) siswa aktif dan antusias dalam memecahkan masalah

yang ada, d) masalah yang ditemukan ditemakan dan dipecahkan siswa, e) siswa

merumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan, f) siswa

merencanakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan

mengkaji literatur, g) siswa melakukan percobaan secara individu atau kelompok

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

untuk mendapatkan data yang digunakan dalam uji hipotesis, h) siswa mengolah

data hingga pada kesimpulan.

Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran Guided Inquiry diatas, guru

berusaha membimbing dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir secara

logis, kritis dan analitis karena mereka mengalami keterlibatan secara mental

maupun secara fisik seperti terampil menggunakan alat, terampil untuk merangkai

peralatan percobaan dan sebagainya.

Sasaran utama kegiatan mengajar dengan strategi ini adalah: 1) keterlibatan

siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar melibatkan

kegiatan mental intelektual dan social emosional, 2) keterarahan kegiatan secara

logis dan sistematis pada tujuan pengarahan, 3) mengembangkan sikap percaya

diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses Guided Inquiry, 4) untuk

menyusun strategi yang terarah pada siswa agar dapat berinkuiri secara maksimal

sasaran yang perlu diperhatikan adalah kondisi-kondisi yang memungkinkan

siswa dalam memperoleh dan memproses informasi. Joyce mengemukakan

kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan Guided

Inquiry bagi siswa. Kondisi tersebut ialah: a) aspek sosial didalam kelas dan

suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya

Suasana bebas di dalam kelas, dimana tidak adanya tekanan pada siswa. Adanya

rasa takut atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap

teman, siswa maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat

terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan pemberian peng

hargaan walaupun pendapat tidak relevan atau tepat, perlu selalu dipelihara dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

batas-batas disiplin anda, b) Guided Inquiry pada dasarnya berfokus pada

hipotesis.Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan

bersifat tentatif yang berarti tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Dengan

kata lain, kebenaran selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang

demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis

merupakan fokus strategi Guided Inquiry. Apabila pengetahuan dipandang

sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sebagai sekitar pengujian

hipotesis. Dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Dengan adanya

sudut pandang yang berbeda di antara siswa maka sedapat mungkin

dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open

ended. Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari

siswa masing-masing dengan argument yang benar. Di samping inkuiri terbuka

terkenal pula inkuiri tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang

benar sebagai hasil proses Inquiry, c) penggunaan kata sebagai evidensi yang

berarti penggunaannya di dalam kelas dibicarakan validitas dan reabilitas tentang

fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.

Melalui pembelajaran yang berbasis Guided Inquiry, siswa belajar sains

sekaligus juga belajar metode sains.Proses Guided Inquiry memberi kesempatan

kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa

dilatih bagaimana memecahkan masalah sekalipun membuat keputusan.

Pembelajaran berbasis Guided Inquiry memungkinkan siswa belajar sistem karena

disini memungkinkan terjadinya integrasi dari berbagai disiplin ilmu. Ketika

siswa melakukan eksplorasi akan muncul pertanyaan-pertanyaan matematika,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

bahasa, ilmu social, seni atau teknik.Peran guru dalam pembelajaran inkuiri lebih

dari sebagai pemberi bimbingan, arahan jika diperlukan siswa. Dalam proses

Guided Inquiry siswa dituntut bertanggung jawab terhadap proses belajarnya,

sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh

siswa agar tidak mengganggu proses belajar siswa. (Amri, 2010). Adapun

keunggulan lain menurut Sanjaya (2006) yang berhubungan dengan gaya belajar

bahwa strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Oleh karena itu, dengan menggunakan

strategi pembelajaran inkuiri maka akan terakomodasi beranekaragamnya gaya

belajar dan dimilik tiap siswa.

6. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry Approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari kedua pendekatan

inkuiri sebelumnya yaitu pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri

bebas. Meskipun begitu, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki

tetap diberikan atau tetap mempedomani acuan kurikulum yang telah ada artinya,

dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk

diselidiki secara secara sendiri, namun ia belajar dengan pendekatan ini dalam

menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh

bimbingan. Tetapi bimbingan yang diberikan lebih sedikit daripada inkuiri

terbimbing dan tidak terstruktur. Dalam pendekatan inkuiri jenis ini, guru

membatasi memberi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara

mandiri, dengan harapan ia bisa menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun,

apabila ada siswa yang tidak mampu menyelesaikan permasalahannya maka


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-

contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi atau melalui diskusi

dengan siswa dalam kelompok lain.

Selain ketiga jenis pendekatan inkuiri berdasarkan besarnya intervensi guru

terhadap siswa tersebut, masih terdapat beberapa jenis pendekatan inkuiri lainnya.

Achmad A. Hinduan, dkk., k Edi Hendri M. mengemukakan empat jenis

pendekatan untuk mengembangkan model inkuiri. Keempat pendekatan tersebut

adalah pendekatan rasional (rational approach), pendekatan penemuan murni

(pure discovery approach), pendekatn penemuan terbimbing (guided discovery

approach) dan pendekatn eksperimental (eksperimental approach).

a. Strategi Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Free Modified Inquiry)

Strategi pembelajaran ini dimana guru hanya berperan sebagai pendorong,

nara sumber dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin

kelancaran proses belajar siswa. Pada saat siswa melakukan proses belajar untuk

mencari pemecahan atau jawaban dari masalah yang diajukan oleh guru, bantuan

yang dapat diberikan diberikan oleh guru berupa teknik-teknik pertanyaan dan

bukan berupa penjelasan ataupun bimbingan dapat diberikan secara tidak

langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan

yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir untuk

mencari dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Belajar bermakna bagi

siswa apabila mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,

melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, membuat kesimpulan dan

berdiskusi. Dengan kata lain siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

aktif yang ada pada gilirannya akan membimbing atau mengarahkan mereka pada

pembelajaran inkuiri. Bruner (dalam Dahar, 1978) mengemukakan bahwa

penggunaan pendekatan inkuiri menghasilkan aspek yang baik. Pertama

meningkatkan potensi intelektual siswa karena mereka mendapat kesempatan

untuk mencari dan menemukan keteraturan dan aspek lainnya melalui observasi

dan eksperimen mereka sendiri, kedua siswa memperoleh keputusan intelektual,

ketiga seorang siswa dapat belajar bagaimana melakukan proses penemuan, dan

ke empat belajar melalui inkuiri mempengaruhi siswa mengingat lebih lama.

Menurut Sudirman (2007) menjelaskan dalam inkuiri bebas termodifikasi ini

guru hanya memberikan permasalahan saja. Biasanya disediakan pula alat-alat

atau bahan yang dipperlukan, kemudian siswa diajak untuk memcahkan masalah

melalui pengamatan, eksplorasi dan melalui prosedur penelitian untuk

memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya

sendiri secara berkelompok atau berpasangan. Strategi inkuiri ini merupakan

kolaborasi atau modifikasi dua strategi inkuiri yaitu strategi inkuiri terbimbing

dengan strategi inkuiri bebas, meskipun demikian permasalahan yang akan

dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau berpedoman pada acuan

kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam strategi pembelajaran ini siswa tidak

memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa

yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk

dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan, namun bimbingan yang diberikan

lebih sedikit dari pembelajaran inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur. Adapun

sintaks strategi pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dan penerapannya dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

dilihat Sintaks Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Free Inquiry

Modified) sebagai berikut :

Tabel 2.5. Tahapan Sintaks Pembelajaran Free Inquiry Modified (Inkuiri Bebas
Termodifikasi).

Tahap Jenis – jenis Kegiatan


Pembelajaran
a. Aktivitas Guru 1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
2. Guru Memberikan sebuah permasalahan kepada siswa
b.Aktivitas Siswa 1. Siswa duduk berdasarkan kelompoknya.
2. Siswa menerima respon positif terhadap masalah yang
dikemukakan oleh guru.
c.Tahap 1. Siswa mengidentifikasi masalah.
Penyajian 2. Siswa mengemukakan ide awal
Masalah
d.Tahap 1. Guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan berbagai
Pengumpulan dan informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang telah
Verifikasi Data diajukan dilanjutkan dengan membuat hipotesis.
2. Siswa mengumpulkan informasi dengan berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
3. Siswa membuat dan mengemukakan hipotesis.
e. Tahap 1. Guru membagikan LKS percobaan pada setiap kelompok.
Eksperimen 2. Siswa menentukan alat dan bahan.
3. Siswa melakukan percobaan.
4. Siswa melakukan pengamatan dan kerja sama dalam
pengumpulan data.
5. siswa mencatat hasil percobaan.
f.Tahap 1. Guru meminta siswa untuk mengolah dan menganalisis data
Merumuskan hasil percobaannya berdasarkan pada LKS.
Kesimpulan 2. Siswa mendiskusikan hasil penyelidikannya.
3. Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan dari hasil
percobaannya.
g. Tahap Analisis 1. Guru meminta siswa untuk membuat dan mengemukakan
kesimpulan yang sekaligus dapat menjawab pertanyaan sesuai
dalam LKS.
2. Siswa mempresentasikan hasil percobaannya.
3. Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelas.

Tabel 2.6. Tahapan Pembelajaran menggunakan CTL yang dimodifikasi dengan


commit to user
Free Inquiry Modified (Inkuiri Bebas Termodifikasi).
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Fase CTL Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


1. Menyajikan bertanya 3. Guru membagi 1.Siswa duduk berdasarkan
pertanyaan (questioning siswa dalam kelompoknya.
atau ) beberapa kelom 2.Siswa menerima res pon positif
masalah pok. terhadap masalah yang dikemu
4. Guru Memberikan kakan oleh guru.
sebuah
permasalahan
kepada siswa
2. Membuat menemukan 1.Guru memotivasi 1.Siswa mengidentifika si masalah.
hipotesis (inquiri) untuk menemukan 2.Siswa mengemukakan ide awal
dan menentukan
masalah atau suatu
ide.
3. Merancang masyarakat 2. Guru membagi 1. .Siswa menentukan alat dan
Percobaan belajar LKS percobaan bahan.
(learning pada setiap
community) kelompok.

4. Melakukan masyarakat 3. Guru menentukan 1.Siswa melakukan percobaan.


percobaan belajar percobaan pada 2..Siswa melakukan pengamatan dan
untuk (learning setiap kelompok. kerja sama dalam pengum pulan
memperole community) data.
h informasi 3. siswa mencatat hasil percobaan.
5. Mengumpu menemukan 4. Guru meminta 1. Siswa mengumpul kan informasi
lkan dan (inquiri) kepada siswa deng an berdiskusi untuk
menganalisi untuk mengum menjawab pertanya an yang
s data pulkan berbagai diajukan guru.
infor masi yang 2. Siswa membuat dan
berhubung an mengemukakan hipotesis
dengan permasa
lahan yang telah
diaju kan
dilanjutkandengan
membuat hipotesis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

6. Membuat menemukan
2. 1.Guru meminta1.1.Siswa mendiskusikan hasil
kesimpulan (inquiri) siswa untuk penyelidikannya 2.Siswa
mengolah dan merumuskan dan menarik kesim
menganalisis data pulan dari hasil percobaannya..
hasil percobaannya 3.Siswa mempresenta sikan hasil
berdasar kan pada percoba annya.
LKS. 4.Siswa terlibat aktif dalam diskusi
3. 2.Guru meminta kelas.
siswa untuk
membuat dan
mengemukakan
kesim pulan yang
sekaligus dapat
menjawab perta
nyaan sesuai dalam
LKS.

7. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Menurut Treffinger yang dikutip oleh Hawadi (2002), menjelaskan bahwa

“Tidak ada seorangpun manusia yang tidak memiliki kreativitas”. Kreativitas

sangat penting bagi manusia. Kreativitas merupakan sebuah konsep yang

majemuk dan dimensional sehingga sulit untuk didefinisikan secara operasional.

Semiawan (1992:8), menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat

kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data,atau hal-

hal yang sudah ada sebelumnya.Ditinjau dari kemampuan aktivitas otak dalam

kaitannya dengan kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia.

Buzan (2006:16) fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin

kaitan antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Inilah yang dimaksud

dengan struktur kognitif yaitu skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja

otak dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Proses belajar siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

diusahakan tidak hanya berasimilasi (menyerap pengetahuan) akan tetapi

dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi pengetahuan). Salah satu

tafsiran tentang hakikat kreatifitas dikemukakan oleh Ausubel, sebagai berikut:

Creative achievement ... reflects a rare capacity for developing insights,

sensitivities, ang appreciations in a circumscribed content area of intelectual or

artistic activity. Berdasarkan rumusan itu, maka seseorang yang kreatif adalah

yang memiliki kemampuan pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi melebihi

seseorang yang tergolong intelegen. Berdasarkan eksperimen Maltzman, ternyata

latihan (belajar) menambah kreativitas, baik aspek keluwesan maupun aspek

keaslian dan jumlah, dari jenjang yang rendah sampai pada jenjang yang tinggi.

Banyak pakar yang mendiskusikan kreativitas sebagai hasil berfikir kreatif atau

pemecahan masalah. Thorrance misalnya, mendefinisikan berfikir kretif sebagai

proses penyadaran adanya gap, gangguan atau unsur- unsur yang keliru,

pembentukan gagasan- gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut,

pengkomunikasian hasil- hasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan

hipotesis.

Kreativitas itu merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Itu sebabnya,

teori Bloom yang baru menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian

penting penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan

evaluasi, melainkan kreasi. Untuk mengembangkan siswa yang kreatif

diperlukan guru-guru yang memiliki kompetensi sebagai berikut: 1.

berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif, 2. terampil

mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, 3. terampil


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah, 4. mampu

mengembangkan bahan ajar sehingga menantang siswa lebih kreratif. 5.

mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif. 6. memberi

toleransi dan memberi kebebasan kepada siswa sekali pun hal itu tidak

dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk belajar

yang lebih kreatif.

Menurut hasil studi Utami Munandar (1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah: 1)

terbuka terhaadap pengalaman baru; 2) kelenturan dalam sikap; 3) kebebasan

dalam ungkapan diri; 4) menghargai fantasi; 5) minat dalam kegiatan kreatif; 6)

memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri; 7)mandiri dan

menunjukkan inisiatif; 8) kemandirian dalam memberi pertimbangan. Seperti

dijelaskan Jeff DeGraff dan Khaterine dapat dikembangkan ihtisar ringkas profil

kreativitas individu sebagai berikut:

1) Imajinatif (imagine) mementingkan pencapaian tujuan inovasi dan

pertumbuhan. Karakter : generalis, senang bereksplorasi, menyukai

perubahan dan menyukai keragaman.

2) Penanam Modal (Invest) mementingkan kecepatan dan keuntungan. Karakter:

berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan menyukai

tantangan.

3) Pembaharu (improve) mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter

sistematik, menyukai teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

4) Penggagas (Incubate) mementingkan peran minat dan kelapangan ide-ide.

Karakter: menyukai curah ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi,

bersifat komunikatif dan menyukai belajar.

b. Ciri-ciri Perilaku Kreatif

Menurut Munandar (2004:35) ciri dari perilaku kreatif adalah sebagai berikut:

“Memepunyai daya imajinasi yang tinggi, mempunyai insiatif, mempunyai minat

yang luas,mandiri dalam berpikir,bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru, memiliki kepercayaan diri yang kuat,penuh

semangat,berani mengambil resiko,berani mengemukakan pendapat dan memiliki

keyakinan”. Parnes dalam Munandar (2004:10-11) mengungkapkan kemampuan

kreativitas dapat dibangkitkan melalui masalah yang mengacu pada 5 macam

perilaku kreatif,yaitu(1) Kelancaran, yaitu kemampuan mengungkapkan ide-ide

yang serupa untuk memecahkan suatu masalah. (2) Keluesan, yaitu kemampuan

untuk menghasilkan berbagai manfaat guna memecahkan suatu masalah di luar

kategori biasa.(3) keaslian,yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau

luar biasa. (4) keterperincian,kemampuan menyatakan pengarahan ide secara

terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. (5) Kepekaan, yaitu peka

menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap situasi.

Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan

hasil perpaduan antara fungsi kedua otak manusia. Menurut Clark yang dikutip

oleh Hawadi (2002:24) dalam karyanya dalam konsep otak mengenalkan

perbedaan fungsi otak menurut belahannya yaitu: “Left hemisphere,adalah

belahan otak kiri yang berkenan dengan kempuan berpikir ilmiah, kritis, logis,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

linier, Right hemisphere, adalah belahan otak kanan,yang berkenan dengan fungsi-

fungsi pemikiran yang non linier,non verbal, holistik, humanistik, dan mistik.

Keterkaitan fungsi otak terlihat pada aktivitas belahan otak kiri untuk menerima

masukaan berupa data dan informasi dari lingkungan yang berupa tahap

persiapan, kemudian dilanjutkan otak kanan untuk mengerami (inkubasi). Pada

saat ini sublimasi berlangsung sebagai kelanjutan proses menuju tahap iluminasi

dan vertifikasi.”

c. Pengukuran Kreativitas

Kreativitas dapat diukur melalui tes dan non tes Munandar (2004:59)

menyatakan pendekatan yang dilakukan untuk mengukur kreativitas melalui tes

dengan non tes adalah dengan daftar periksa atau check list, kuesioner, atau daftar

pengalaman.Pengukuran kreativitas menggunakan tes, dapat dilakukan melalui

cara yaitu:

1) Tes Kreativitas Verbal

Tes kreativitas verbal terdiri atas 6 sub tes yaitu: 1). Permulaan kata:tes

permulaan kata bertujuan mengukur kelancaran dengan kata yaitu kemampuan

menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktual tertentu; 2). Menyusun

kata:tes menyusun kata hampir sama dengan sub tes pertama, tetapi subyek

diminta untuk mereorganisasi persepsi atau menyusun sebanyak mungkin kata

menggunakan huruf dan satu kata yang diberikan; 3). Membentuk kalimat tiga

kata: pada sub ini subyek harus mampu menyusun kalimat tiga kata.Kata diawal

kalimat sebagai rangsangan untuk mengurutkan kata dengan susunan yang

berbeda-beda; 4). Sifat-sifat yang sama:tes ini menemukanmengukur kelancaran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

menemukan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu,menemukan sebanyak-

banyaknya obyek yang semuanya memiliki sifat-sifat sama; 5). Macam-macam

penggunaan:bertujuan untuk mengukur kelenturan dalam berpikir dan

orisinalitasnya; 6). Apa akibatnya: tes ini bertujuan mengukur kelancaran, dalam

memberi gagasan digabungkan dengan “elaborasi” diartikan sebagai kemampuan

untuk mendapatkan kemampuan mengembangkan suatu gagasan, merinci, dengan

mempertimbangkan macam-macam implikasi (Munandar,2004:62).

2) Tes Kreativitas Figural (TKF)

Tes kreativitas figural merupakan tes kreativitas yang diadaptasi circle test of

torrance. Standarisasi TKF dilakukan pada tahun 1976 (Munandar,2004:69). Tes

kreativitas figural memiliki manfaat yang hampir sama dengan tes kreativitas

verbal yaitu digunakan untuk mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, serta

elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif.

Hubungan antara Kreativitas dengan Peningkatan Prestasi Belajar setiap

manusia pada dasarnya memiliki kreativitas yang dibawa oleh masing-masing

manusia sejak lahir. Tinggi rendahnya kreativitas seseorang berbeda kadarnya,

ada yang memiliki kreativitas tinggi dan ada yang memiliki kreativitas rendah.

Berdasarkan ciri-ciri perilaku kreatif yang dingkapkan oleh Munandar (2004:35),

kreativitas dapat dikatakan merupakan faktor internal dari seseorang yang dapat

dilatih dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Siswa yang kreatif akan

mampu mengungkapkan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah, menemukan

konsep-konsep, teori, dan fakta melalui serangkaian kegiatan ilmiah, serta

mencari keterkaitan antar konsep-konsep yang ada. Siswa dengan kreativitas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

tinggi lebih mudah untuk menyerap materi pembelajaran dibandingkan siswa

yang memiliki kreativitas rendah.Penyerapan materi pembelajaran secara

maksimal menyebabkan siswa dengan kreativitas tinggi cenderung memiliki

prestasi belajar yang lebih baik.

8. Kemampuan Verbal

a. Pengertian Kemampuan Verbal

Kemampuan verbal merupakan salah satu potensi yang dimiliki peserta didik

yang dapat mendukung tercapainya peningkatan prestasi belajar. Menurut Winkel

(1997: 99) kemampuan verbal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimillikinya dalam bentuk

bahasa yang memadahi, sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain.

Kemampuan tersebut dapat berupa sebuah informasi yang berupa fakta, data,

konsep, dan kaidah-kaidah yang disimpan dalam ingatan. Kemampuan verbal

adalah kemampuan dalam perbendaharaan kata, pemahaman bacaan, analogi

verbal dan mencocokkan kesamaan arti dalam bahasa. Kemampuan verbal melalui

pengamatan media serta kemampuan mengkomunikasikan baik secara lesan

maupun tulisan makna dari pesan berupa simbol, gambar, skema maupun sumber

pembelajaran lain, peserta didik yang dapat mendukung tercapainya peningkatan

prestasi belajar. Menurut Winkel (1997:99) kemampuan verbal kemampuan yang

dimiliki seseorang dalam menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan

kepada orang lain. Kemampuan tersebut dapat berupa sebuah informasi yang

berupa fakta, data, konsep, dan kaidah-kaidah yang disimpan dalam ingatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Lwin dkk. (2008: 11) mendefenisikan kemampuan verbal sebagai kemampuan

untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini

secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran. Kemampuan

verbal penting untuk berkomunikasi, mengungkapkan pikiran, keinginan, dan

pendapat seseorang.

Salah satu jenis kemampuan yang diperoleh dari kegiatan belajar adalah

kemampuan informasi verbal. Seperti yang diungkapkan oleh Gagne dalam

Dimyati dan Mudjiono (2006: 11) bahwa “kemampuan verbal yaitu kapabilitas

untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun

tulisan”. Pengetahuan verbal dapat diperoleh dari sumber-sumber yang

menggunakan bahasa, lisan, tertulis, data, fakta, kata-kata yang diucapkan

seseorang, bacaan, radio, televisi, dan dari sumber-sukmber yang lain. Lebih

lanjut Gagne yang dikutip Winkel (1997: 322) menyatakan bahwa dalam

mengolah informasi baru dan mengaitkannya dengan informasi lama selama

informasi tersebut berda dalam ingatan jangka pendek, siswa harus mengadakan

organisasi mental yang diekspresikan dalam bentuk verbal (perumusan bahasa

yang memadahi).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemampuan verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

mengolah informasi yang didapatkan dan mengungkapkan kembali ide

,gagasan,pendapat, dan pikiran kedalam bentuk bahasa verbal, baik lisan maupun

tulisan.Rustaman (2007:263) berpendapat bahwa “Bernalar verbal dalam berbagai

bentuk dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains yang sesuai dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

karakteristik materinya”. Kemampuan verbal sangat berperan ketika pembelajaran

terutama dalam mengembangkan keterampilan proses sains, misalnya

keterampilan bertanya, menjawab, menginterpretasi data, menuangkan konsep-

konsep dalam ide-ide pokok, serta mengkomunikasikan data, hasil pengamatan

dalam bentuk tabel dan data.

b. Pengukuran Kemampuan Verbal

Pengukuran kemampuan verbal siswa dilakukan melalui tes mencakup

delapan aspek yaitu kemampuan berpikir verbal, kemampuan numerik,

kemampuan berpikir abstrak, kecepatan dan keakuratan, pemikiran mekanis,

hubungan jarak, ejaan, dan penggunaan bahasa.Delapan aspek dalam tes

perbedaan kemampuan tidak diukur semuanya tetapi hanya tes kemampuan

berpikir verbal yang digunakan sebagai salah satu instrumen. Tes kemampuan

verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan memahami pola-pola konsep dalam

suatu kalimat serta mengevaluasi kemampuan siswa dalam berpikir konnstruktif

dalam permasalahan abstrak atau umum. Tes kemampuan verbal diharapkan dapat

memprediksi ketercapaian pembelajaran biologi yang berhubungan dengan

konsep-konsep sistem peredaran darah.

c. Hubungan antara Kemampuan Verbal dengan Peningkatan Prestasi Belajar

Kemampuan verbal berkaitan dengan kapabilitas seseorang untuk

mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Siswa dengan kemampuan verbal tinggi mampu menyusun dan mengolah

informasi yang didapatkan dengan jelas sehingga siswa berkemampuan verbal

tinggi lebih mudah mengungkapkan jalan pikirannya dalam bentuk kata-kata


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

maupun ide-ide dalam tulisan. Seseorang yang pernah menulis atau mengucapkan

suatu pengetahuan secara verbal akan lebih mudah mengingat kembali di waktu

yang akan datang. Tinggi rendahnya kemampuan verbal berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa. Siswa dengan kemampuan verbal tinggi memiliki prestasi

belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan verbal rendah.

9. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Azwar (2007:11) prestasi belajar adalah “Hasil belajar yang telah

dicapai siswa dalam proses belajar mengajaryang dinyatakan dalam bentuk

simbol, angka, atau huruf melalui suatu proses evaluasi”. Gunarso (1981:75)

berpendapat, yang dinamakan prestasi belajar adalah “Hasil maksimum yang

dapat dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar”. Keller dalam

Abdurrohman (2003:38) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah keluaran dari

suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.Berdasarkan

pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar

yang telah dicapai siswa setelah terjadi proses pmbelajaran melalui proses

evaluasi.

b. Pengukuran Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah tujuan pembelajaran yang dapat diaktualisasikan atau

dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dalam Winkel (1997:149-154) ada tiga ranah

(domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya tiga

ranah Bloom tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Pengukuran ranah kognitif digunakan untuk : 1). Mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan melalui proses

pembelajaran, 2). Menentukan ketercapaian tujuan, 3). Memperoleh nilai. Ada

dua jenis tes yang dapat digunakan oleh guru untuk mengukur prestasi belajar

siswa, yaitu tes subyektif yang pada umumnya berbentuk tes essay serta tes

obyektif yang dapatberbentuk tes pilihan ganda. Soal benar-salah (B-S), tes

menjodohkan dan tes isian/melengkapi jawaban. Menurut Anderson dalam

Nuryani (2005:155), kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh Bloom

dikategorikan ke dalam enam jenjang, yakni jenjang menghafal, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

2) Ranah Afektif

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif

Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena pengubahan

sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Sasaran penilaian kawasan

afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Penilaian ranah afektif

bertujuan untuk: a. mendapatkan umpan balik bagi guru maupun bagi siswa

sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan

program perbaikan bagi anak didik yang dicapai, b. mengetahui tingkat

perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, c. menempatkan anak didik

dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, d. mengetahui latar belakang kegiatan

belajar dan kelainan tingkah laku anak didik (Depdikbud dalam Arikunto,

1996:180-181).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Pertanyaan afektif tidak menuntut jawab benar atau salah tetapi jawaban

khusus tentang dirinya mengenai sikap, minat dan internalisasi nilai. Ada

beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap antara lain;

Skala Likert, skala pilihan ganda, skala Thurstone, skala Guttman.

Pengklasifikasian ranah afektif adalah penerimaan, partisipasi, penilaian,

penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup (Arikunto, 1996:181).

3) Ranah Psikomotor

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang

berupa penampilan. Pengukuran ranah psikomotor biasanya disatukan atau

dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus (Arikunto, 1996:185).

Taksonomi ranah Psikomotor adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan

kreativitas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar sebagai cerminan dari hasil belajar seseorang dapat dilihat

dari perubahan tingkah laku yang ditampilkan dan dapat diamati pada siswa

sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain: 1) motivasi;

2) minat; 3) kemampuan verbal; 4) kreativitas; 5) intelegensi. Sedangkan faktor

ekstern antara lain: 1) sarana dan prasarana belajar; 2) kondisi pembelajaran; 3)

metode pembelajaran; 4) lingkungan sosial siswa. Faktor eksternal adalah faktor

yang berada di luar individu yang meliputi faktor keluarga yaitu cara mendidik

orang tua, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

keluarga, pengeertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah

yaitu metode mengajar, kurikulum, hubungan antara guru dan siswa, hubungan

antara siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Indrawati, 2001).

d. Manfaat Pengukuran Prestasi Belajar

Assesment/penilaian sebagai bagian dari program pembelajaran mempunyai

peran yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Assesment

adalah proses pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran

perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh

guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan

benar. Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil belajar

yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Selain it, tes prestasi belajar juga

dapat digunakan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru

menyelenggarakan proses pembelajaran agar dapat melakukan evaluasi program

pembelajaran yang sudah di susun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut

sebagai acuan untuk penyelengaraan proses pembelajaran selanjutnya (Arikunto,

1996).

Prinsipnya adalah pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap domain

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa

untuk menangkap isi dan pesan belajar maka dalam belajar tersebut individu

menggunakan kemampuan pada ranah-ranah diantaranya ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotorik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Pembelajaran pokok bahasan sistem peredaran darah manusia di SMA

Negeri 1 Kudus, prestasi yang di ukur berupa tingkah laku pada ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik. Jenis penilaian yang digunakan dalam penelitian ini

berupa penilaian formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pokok

bahasan sistem peredaran darah manusia. Alat penilaian dalam bentuk tes maupun

non tes. Penilaian non tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam

aspek afektif, sedangkan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek

kognitif dan psikomotorik dilakukan melalui tes obyektif. Alat penilaian

mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal yaitu

ketepatan atau validitasnya dan keajegan atau reliabilitasnya (Sudjana, 1999).

B. Bahan Ajar Sistem Peredaran Darah

Sistem peredaran darah manusia dikenal sebagai sistem peredaran darah

ganda dan tertutup. Dalam pembelajaran sistem peredaran darah ini yang diambil

sebagai konsep esensiil antara lain fungsi darah, komponen darah, alat peredaran

darah, mekanisme peredaran darah, golongan darah, tekanan darah, hubungan

antara frekuensi denyut jantung terhadap aktivitas manusia yang berbeda, sistem

peredaran getah bening, kelainan pada sistem peredaran darah dan sistem

peredaran darah hewan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

1. Komposisi Darah Manusia


dar
plasma sel-sel
darah darah
zat
terlarut1 air eritro leuko tromb
0%

1. Protein

2.

Gambar 2.1. Komposisi darah manusia.

2. Fungsi Darah

Fungsi darah bagi tubuh yaitu a) Mengangkut oksigen dari paru-paru ke

seluruh sel tubuh, b) pembawa zat makanan dari sistem pencernaan ke seluruh

tubuh, c) mengangkut sisa-sisa metabolisme misalnya sisa karbon dioksida, d)

mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke sasaran, e) memelihara

keseimbangan cairan tubuh, f) mempertahankan tubuh dari serangan

mikroorganisme oleh sel darah putiih, g) memelihara suhu tubuh.

3. Komponen darah

Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari berat tubuh. Darah tersusun atas

plasma darah (sekitar 55% dari volume darah) serta sel-sel darah dan keping-

keping darah (sekitar 45% dari volume darah). Fungsi Plasma darah antara lain: a.

Sebagai pelarut bahan kimia, b. Membawa bahan mineral terlarut seperti glukosa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

dan asam amino, c. Menyebarkan suhu panas keseluruh tubuh, d. Menjaga

keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel tubuh.

Darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan

keping-keping darah (Trombosit). Fungsi Eritrosit mengangkut oksigen dari paru-

paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh, karena eritrosit memiliki Hemoglobin

(Hb) yaitu protein yang mengandung zat besi dan mampu mengikat oksigen.

Eritrosit di buat di dalam sumsum merah pada tulang-tulang tertentu dan di

rombak dalam hati. Jumlah Eritrosit pada laki-laki berkisar 4,2 juta -5,4 juta/ml

dan pada perempuan berkisar 3,6 juta – 5,0 juta/ml.

Leukosit berfungsi dalam pertahanan tubuh dari serangan mikroorganisme.

Ukurannya lebih besar dari eritrosit tetapi jumlahnya lebih sedikit sekitar 5 ribu –

10 ribu/ml. Berdasarkan ada tidaknya granula dibedakan leukosit bergranula dan

tidak bergranula. Leukosit granulosit sitoplasmanya bergranula dan inti berlobus,

terdapat tiga jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan yang

agranulosit sitoplasmanya tidak bergranula dan intinya berbentuk bulat sperti

ginjal, terdapat dua Keping darah (trombosit) berasal dari fragmentasi sel

megakariosit di sumsum tulang merah. Bentuknya tidak teratur, berukuran kecil,

tidak berwarna dan tidak berinti. Trombosit hidup kurang lebih 10 hari dan

berperan penting dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi luka dibagian

tubuh tertentu, trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar akan pecah dan

mengeluarkan enzim trombokjenis yaitu limfosit dan monosit.Enzim ini

menyebabkan perubahan protombin menjadi trombin, yang dipercepat dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

kehadiran ion kalsium dan vitamin K. Selanjutnya trombin mengubah fibrinogen

manjadi benang-benang fibrin yang akan menutup luka.

4. Alat-alat Peredaran Darah

a. Jantung

Gambar 2.2. Struktur anatomi jantung.

Jantung berfungsi untuk memompa darah agar tidak terus beredar.Jntung

manusia berukuran kira-kira sekepalan tangan dan memiliki tiga lapisan,yaitu:

perikardium,miokardium, endokardium. Jantung manusia terbagi menjadi empat

ruang (Gambar 2.4), yaitu ventrikel dekster dan sinister,atrium dekster dan

sinister.Diantara bilik kanan dan kiri terdapat sekat septum interventrikularis.

Antara bilik dan serambi dipisahkan oleh sekat septum atrioventrikularis.

Diantara bilik dan serambi terdapat katup yang berfungsi menjaga agar darah yang

masuk dari serambi ke bilik tidak kembali lagi ke serambi saat dipompa oleh bilik.

Antara bilik dan dan serambi kiri disebut katup valvula bilkuspidalis, antara bilik

dan serambi kanan disebut katup valvula trikuspidalis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

b. Pembuluh darah

Arteri disebut juga pembuluh nadi.Pembuluh nadi adalah pembuluh yang

membawa darah meninggalkan jantung menuju seluruh tubuh.Ciri-ciri arteri

adalah: tebal dan kuat, letaknya di bagian dalam jauh dari permukaan tubuh,jika

diraba akan terasa ada denyutan, jika arteri terpotong maka darah akan memancar

keluar,arteri membawa darah yang kaya akan oksigen.Vena disebut pembuluh

balik karena membawa aliran darah menuju jantung.Ciri-ciri pembuluh vena

adalah: tipis, umumnya terletak di permukaan tubuh, memiliki banyak katup di

sepanjang pembuluh darah yang berfungsi menahan darah tetap mengalir menuju

ke jantung, jika pembuluh va terpotong darah tidak memancar hanya

menetes,membawa darah yang kaya karbondioksida.

Kapiler/pembuluh rambut merupakan pembuluh yang sangat kecil.

Dindingnya tersusun atas selapis sel. Diameter pembuluh vena sangat sempit

sehingga darah harus lewat satu persatu. Kapiler berhubungan langsung dengan

sel tubuh.Fungsinya sebagai tempat pertukaran zat yang dibawa oleh arteri dan

vena.

c. Mekanisme Peredaran Darah

Darah manusia selalu beredar di dalam pembuluh darah.Sekali beredar, darah

manusia dua kali melewati jantung sehingga peredaran darah manusia disebut

peredaran darah ganda. Peredaran darah ganda meliputi peredaran darah paru-paru

atau peredaran darah kecil dan peredaran darah tubuh atau peredaran darah besar.

Peredaran darah kecil dimulai dari jantung (ventrikel kanan) menuju ke paru-paru

dan kembali lagi ke jantung (atrium kiri). Sedangkan peredaran darah besar darah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

keluar dari jantung (ventrikel kiri) menuju ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke

jantung melalui atrium kanan.

5. Golongan Darah

Gambar 2.3. Penggolongan darah sistem ABO.

Beberapa sistem penggolongan darah,misalnya sistem ABO, sistem Rh, atau

sistem MN. Penggolongan darah sistem ABO dikemukakan oleh Karl Landsteiner

pada tahun 1901. Berdasarkan sistem ABO, darah manusia dapat dikelompokkan

menjadi empat macam golong darah. Penggolongan sistem ABO didasarkan pada

adanya senyawa aglutinogen dan aglutinin dalam darah. Aglutinogen merupakan

senyawa protein darah yang terdapat pada sel-sel darah merah dan berfungsi

sebagai antigen. Aglutinogen ada dua macam, yaitu aglutinogen A dan

aglutinogen B. Aglutinin adalah suatu protein darah yang terdapat pada plasma

darah, dan berfungsi sebagai antibodi. Aglutinin ada dua macam, yaitu aglutinin a

(anti-A) dan aglutinin B (anti-B). Aglutinogen A dapat digumpalkan oleh

aglutinin a dan aglutinogen B dapat digumpalkan aglutinin b. Cara aglutinogen

dan aglutinin tersebut bereaksi satu dengan yang lain menentukan golongan darah

seseorang.Menurut sitem ABO, darah digolongkan menjadi empat,yaitu: 1)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Golongan darah A,yaitu darah yang memiliki aglutinogen A dan aglutinin a, 2)

Golongan darah B,yaitu darah yang memiliki aglutinogen B dan aglutinin B, 3)

Golongan darah AB, yaitu darah yang memiliki aglutinogen A dan B, tetapi tidak

memiliki aglutinin a dan b, dan 4) Golongan darah O, yaitu darah yang tidak

memiliki aglutinogen A dan B, tetapi memiliki aglutinin a dan b.

6. Tekanan Darah Sistole – Diastole

Tekanan darah memiliki dua nilai,yaitu tekanan sistole dan diastole.Tekanan

sistole adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang terjadi saat bilik menguncup

sehingga darah dipompa ke seluruh tubuh. Tekanan sistole normal adalah sekitar

120 mmHg untuk laki-laki dewasa dan 110 mmHg untuk perempuan dewasa.

Tekanan distole adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang terjadi saat bilik

mengembang maksimum sehingga darah dari serambi masuk ke bilik.Tekanan

distole normal adalah sekitar 80 mmHg untuk laki-laki dewasa dan 70 mmHg

untuk perempuan dewasa. Tekanan darah dapat naik atau turun selama melakukan

aktivitas yang berbeda-beda. Tekanan darah cenderung meningkat sesuai dengan

usia,ras,serta jenis kelamin. Tekanan darah yang jauh melebihi nilai 120/80

mmHg, dinamakan tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang jauh

dibawah nilai 120/80 mmHg, dinamakan tekanan darah rendah (hipotensi).

7. Hubungan antara Frekuensi Denyut Jantung terhadap Aktivitas Manusia yang


Berbeda
Denyut nadi dapat digunakan sebagai tolok ukur kondisi jantung.Frekuensi

denyut nadi pada umumnya seirama dengan frekuensi denyut jantung. Denyut

nadi orang yang sedang beristirahat pada umumnya adalah sekitar 60-80 permenit
commit
pada orang dewasa, 80-100 permenit padatoanak-anak,
user dan 100-140 permenit pada
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

bayi. Frekuensi denyut jantung tergantung dari faktor ras, jenis kelamin, usia,

berat badan, kondisi kesehatan, serta aktivitas tubuh.Seseorang yang melakukan

aktivitas tinggi seperti olahraga atau bekerja kasar akan memacu kerja jantung

lebih cepat dibandingkan dengan orang yang sedang duduk diam atau sedang

tidur.

8. Sistem Peredaran Getah Bening ( Limfatik)

Pembuluh darah bukanlah satu-satunya pembuluh yang terdapat di dalam

tubuh. Ada sistem pembuluh lain yang dinamakan pembuluh getah bening

merupakan bagian dari sistem limfatik. Sistem limfatik tersusun atas pembuluh

Fungsi sistem limfatik antara lain: a) menarik kelebihan cairan tubuh dan

mengembalikan ke dalam darah, b) mengambil sisa-sisa metabolisme sel, dan c)

menyerap emulsi lemak dari jonjot (villi) usus halus dan membawanya ke sistem

peredaran darah.

9. Pembekuan darah

Proses pembekuan darah, dimulai trombosit pecah dibantu dengan anti

hemofilia akan membentuk trombokinase sedang trombokinase akan membantu

mereaksikan protrombin menjadi trombin dibantu dengan vitamin K dan ion Ca+

lalu trombin akan membantu mereaksikan fibrinogen menjadi hasil akhir fibrin

yang bentuknya seperti lendir sehingga darah akan membeku. Seperti yang

digtambarkan dalam skema tabel dibawah ini ( gambar 2.4 ).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.4. Skema proses pembekuan pembekuan darah

C. Penelitian yang Relevan

Dalam pembuatan tesis ini, acuan sebagai bahan kelengkapannya

menggunakan hasil penelitian yang relevan sebagai berikut :

1. Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui

Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Analisis

Dan Sikap Ilmiah Siswa oleh Ika Candra Sayekti. Rekomendasi dari hasil

penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Peneliti dapat

mengembangkan penelitian serupa dengan mengukur prestasi belajar aspek

psikomotorik, sehingga mengetahuiperbedaan psikomotorik siswa yang

diberikan pembelajaran melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi.

(b) Perlu dilakukan penelitian tentang faktor internal lain misalkan tentang

kecerdasan siswa dari siswa yang dimungkinkan mempengaruhi prestasi

belajar siswa. (c) Jika mengkaji sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif,
commit to user
sebaiknya komponen yang dijadikan pedoman penilaian kedua aspek
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

dibedakan. (d) Sebaiknya dalam menentukan pengkategorian variabel

moderator dilihat terlebih dahulu skor yang diperoleh siswa, sehingga

diharapkan dapat menampilkan perbedaan yang signifikan.

2. Pembelajaran Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing Dengan Media Modul

Dane – Learning Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Membaca Dan

Kemampuan Berpikir Abstrak oleh Endah Dwi Yuniyanti, Berdasarkan hasil

penelitian ini direkomendasikan: (a). Pembelajaran yang optimal dapat

dilakukan dengan pemilihan pendekatan, strategi, metode, dan media yang

sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa. (b). Pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan media modul dan e- learningdapat digunakan

sebagai strategi pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. (c). Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru memperhatikan

kemampuan pemahaman membaca siswa dan kemampuan berpikir abstrak,

karena sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (d). Pemanfaatan

media e-learningsebagai media pembelajaran dapat mempermudah

pemahaman

3. Pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas

termodifikasi terhadap motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII di

SMP Negeri 11 Balikpapan oleh Nur Ana Masruro. Berdasarkan hasil analisis

data ditemukan bahwa: (1) terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri

terbimbing dan bebas termodifikasi terhadap motivasi belajar siswa dengan

materi memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan, (2) terdapat pengaruh

penerapan metode inkuiri terbimbing dan bebas termodifikasi terhadap hasil


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

belajar biologi siswa, (3) siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran

inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi sehingga prosesnya berjalan

baik.

D. Kerangka Berfikir.

Dalam kerangka berfikir ini dimana hasil pengamatan dilapangan terdapat

permasalahan pembelajaran dimana prestasi belajar siswa rendah maka dilakukan

tindakan untuk mengatasinya dengan melihat fakta hasil belajar dilapangan dan

tujuan yang baik secara ideal untuk memecahkan permasalahan guru dan siswa

tersebut. Pemecahannya proses belajar tersebut dengan model CTL menggunakan

teori belajar kognitivisme dan konstruktivisme dengan disertai sintaks inkuiri

bebas termodifikasi dan inkuiri terbimbing untuk menggali hasil kreativitas siswa

dan kemampuan verbal sehingga akan menghasilkan produk hasil belajar kognitif,

afektif dan psikomotor meningkat, maka yang paling tepat dalam pemecahan

masalah pembelajaran tersebut menggunakan penelitian Pengaruh Pembelajaran

CTL dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing Terhadap

Ketrampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kreativitas Siswa dan Kemampuan

Verbal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Bagan kerangka pemikiran yang divisualisasikan sebagai berikut:

Permasalahan
Guru Siswa
Masalah nasional:
Prestasi Sains internasional rendah

Fakta Ideal
Fakta Ideal
1. Kemampuan siswa 1. Siswa sudah mampu
1. Pembelajaran ber- 1. Pembelajaran ber
dalam menghubung- menghubungkan an-
sifat teacher cente- sifat Student cen
kan antar konsep ku-Siswatar konsep dengan
red dan teoritis. tered dan inkuiri
rang baik baik.
2. Kurang memperhati- 2. Selalu mengguna
2. Siswa pasif, KPS tidak 2. Siswa aktif, KPS su-
kan KPS. kan KPS
Terarah dengan baik dah terarah baik.
3. Pembelajaran belum 3. Pembelajaran sudah
3. Tidak mengkonstruksi 3. Pengetahuan sudah
sesuai hakikat sains sesuai hakikat sains
Pengetahuan terkontruksi baik
4. Pembelajaran berori 4. Pembelajaran ber-
4. Kreativitas dan kemam- 4. Kreativitas dan ke-
entasi pada produk orientasi pada pro-
puan verbal siswa ber- mampuan verbal
pembelajaran ses pembelajaran
variasi siswa tetap
5. Prestasi belajar kurang 5. Prestasi belajar se-
Berkembang lalu meningkat.
Teori Kognitivisme:
1. Teori belajar D. Ausubel
2. Teori belajar Gagne Model CTL Teori Konstruktivisme
3. Teori Belajar Piaget 1. Kontruktivisme individu
4. Teori Belajar J. Bruner 2. Kontruktivisme Sosial

Sintaks Inkuiri Terbimbing Sintaks Inkuiri bebas dimodifikasi


1.Menyajikan pertanyaan atau masalah 1.Menyajiikan pertanyaan atau masalah
2. Membuat hipotesis 2.Membuat hipotesis
3. Merancang percobaan 3. Merancang percobaan
4. Melakukan percobaan 4. Melakukan percobaan
5. Mengumpulkan dan menganalisa data 5. Mengumpulkan danmenganalisa data
6. Meembuat kesimpulan 6. Membuat kesimpulan

Hasil Belajar Kognitif, Afektif


Kreativitas siswa dan Psikomotor meningkat Kemampuan verbal

Pengaruh Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) Dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Dan Inkuiri
Terbimbing Terhadap ketrampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Dan Kemampuan Verbal

Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

E. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah , tujuan penelitian dan kajian

teori sebagaimana diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar biologi siswa

kelas XI IPA SMA 1 Kudus.

2. Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.

3. Terdapat pengaruh Kemampuan memori verbal terhadap prestasi belajar

biologi siswa.

4. Terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar biologi siswa.

5. Terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing kemampuan memori verbal siswa

terhadap prestasi belajar biologi siswa

6. Terdapat interaksi antara kreativitas dengan kemampuan memori verbal

siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa

7. Terdapat interaksi antara pembelajaran model CTL melalui Inkuiri bebas

termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan kemampuan

memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kudus yang beralamat di

Jl. Pramuka N0. 41, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah,

.Dengan beberapa pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Kudus dahulu

merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan sekarang

menjadi Sekolah Standar Nasional, memiliki sebanyak 8 kelas XI program IPA

serta sarana prasarana yang memadai untuk penelitian.Penelitian ini

dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 dengan rencana

jadwal kegiatan penelitian tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tahap-tahap Penelitian

No Tahapan Penelitian Bulan


Juni Juli Agt Sept Okt Apr Juli
1 Pengajuan judul tesis
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Pengumpulan data
5 Menganalisis data
6 Membahas hasil
penelitian
7 Menulis laporan hasil
penelitian
8. Seminar Hasil tesis
9 Ujian tesis

commit to user

67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:

130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program IPA

SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014 yang masing-masing terdiri

dari 32 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-masing kelas tercantum

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Data Populasi Penelitian

Jumlah Jumlah Nilai rata-rata


No. Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan raport kelas X
1. XI IPA 1 14 18 32 86,94
2. XI IPA 2 11 20 31 84,90
3. XI IPA 3 13 19 32 87,94
4. XI IPA 4 13 19 32 90,50
5. XI IPA 5 14 18 32 91,59
6. XI IPA 6 12 21 33 90,10
7. XI IPA 7 16 18 34 90,29
Total = 226

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006: 131).Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik

Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok

dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada dalam

populasi. Jadi, populasi sengajacommit


dipandang berkelompok-kelompok kemudian
to user

68
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

kelompok tersebut tercermin dalam sampel. Masing-masing kelas dari

keseluruhan kelas XI program IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang

akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok

sampel.

Sebelum penentuan sampel maka dilakukan pengujian kesamaan rerata

prestasi siswa yaitu dengan cara uji t terhadap nilai raport kenaikan kelas X IPA .

Pengukuran dilakukan pada kelas eksperimen dan bukan eksperimen. Uji statistik

yang digunakan adalah uji t-matching. Dihitung dengan menggunakan software

PASW versi 18. Uji kesamaan rerata digunakan untuk mengetahui kesamaan

prestasi siswa dari pengukuran nilai raport kenaikan kelas X IPA dengan

menggunakan uji t 2 pihak. Uji kesamaan rerata dilakukan dalam pengambilan

sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan uji independent samples t-

test. Dari hasil pengujian independent samples t-test didapatkan signifikansi 0.740

(Sig.>0.5) yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari uji t menunjukkan

bahwa sampel (7 kelas populasi) tidak memiliki perbedaan prestasi belajar, berarti

sampel memiliki keadaan awal yang sama.Ini menunjukkuan sampel yang akan

diambil dari populasi adalah representatif (mewakili).

Setelah diundi secara acak, kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen pertama

menggunakan metode pembelajaran Inkuiri bebas Termodifikasi dan kelas XI

IPA5 sebagai kelas eksperimen kedua menggunakan metode pembelajaran Inkuiri

Terbimbing.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

C. Rancangan dan Variabel Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan

metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi terhadap prestasi

belajar biologi siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian

eksperimen (experimental research). Menurut Donald Ary et.al (2005: 337)

penelitian eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan

hipotesis. Kedua kelompok itu diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan

dan hanya berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran, kreativitas dan

kemampuan verbal.Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini

akan menegaskan perbedaan variabel yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan Anava tiga jalan dengan rancangan desain

faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri

Bebas Termodifikasi. Faktor kedua adalah kreativitas siswa dikategorikan dalam

kreativitas tinggi dan rendah. Faktor ketiga adalah kemampuan verbal siswa

dikategorikan tinggi dan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka rancangan

penelitian ini dapat disajikan seperti Tabel 3.3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.3. Rancangan Penelitian

Model Pembelajaran CTL

Inkuiri Bebas Inkuiri

Termodifikas Terbimbing (A2)

(A1)

Kreativitas KemampuanVerbal Tinggi A1B1C1 A2B1C1

Tinggi (B1) (C1)

KemampuanVerbal Rendah A1B1C2 A2B1C2

(C2)

Kreativitas KemampuanVerbal Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1

Rendah (B2) KemampuanVerbal Rendah A1B2C2 A2B2C2

(C2)

Keterangan :

A1B1C1 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan

kreativitas tinggi dan kemampuan verbal tinggi.

A1B1C2 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan

kreativitas tinggi dan kemampuan verbal rendah

A1B2C1 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan

kreativitas rendah dan kemampuan verbal tinggi.

A1B2C2 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan

kreativitas rendah dan kemampuan verbal rendah.

A2B1C1 : Penggunaan metode Inkuiri


committerbimbing
to user pada siswa dengan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

tinggi dan kemampuan verbal tinggi.

A2B1C2 : Penggunaan metode Inkuiri terbimbing pada siswa dengan kreativitas

tinggi dan kemampuan verbal rendah.

A2B2C1 : Penggunaan metode Inkuiri terbimbing pada siswa dengan kreativitas

rendah dan kemampuan verbal tinggi.

A2B2C2 : Penggunaan metode Inkuiri terbimbing pada siswa dengan kreativitas

rendah dan kemampuan verbal rendah.

Pada tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian. Variabel

bebas dalam penelitian ini masing-masing dikelompokkan menjadi dua bagian.

Variabel bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran Inkuiri bebas

termodifikasi (A1) dan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing (A2) ,dan

variabel moderatornya adalah kreativitas (B), dan kemampuan verbal (C). Metode

pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu metode Inkuiri bebas

termodifikasi (A1) dan Inkuiri terbimbing (A2); kreativitas yang digunakan adalah

kreativitas tinggi (B1) dan kreativitas rendah (B2); serta Kemampuan verbal

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).

2. Variabel Penelitian

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung)

adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen.

Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau

independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Variabel bebas( independent variabel ): metode pembelajaran Inkuiri bebas

termodifikasi dan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah dengan

menggunakan metode pembelajaran Inkuiri bebas termodifikasi dan metode

pembelajaran Inkuiri terbimbing. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi

merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan

masalahnya ditentukan oleh siswa dengan didampingi guru, tetapi dalam

penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan yang

mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian akan ditampilkan

atau dipresentasikan.Sedangkan metode nkuiri terbimbing merupakan suatu

kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan

oleh siswa dan guru dengan didampingi guru dalam prosesnya, tetapi dalam

penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pengarahan dan

pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian

akan ditampilkan atau dipresentasikan dalam kelompok.

b. Variabel moderator : kreativitas dan Kemampuan verbal siswa.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan kemampuan

verbal.

1) Variabel moderator I Kreativitas

Kreativitas merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari

bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang dimilikinya. Kreativitas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk

yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya,

yang berguna, serta dapat dimengerti.

a) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu kreativitas

tinggi dan rendah.

b) Indikator: kreativitas tinggi jika ≥ X (rerata) dan kreativitas rendah

jika < X (rerata).

2) Variabel moderator II Kemampuan Verbal

Kemampuan verbal dapat didefinisikan sebagai Kemampuan individu

untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah

secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah serta mampu untuk

divisualisasikan dan bisa diterima secara ilmiah.

a) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu Kemampuan

verbal tinggi dan rendah.

b) Indikator: Kemampuan verbal tinggi jika ≥ X (rerata) dan

Kemampuan verbal rendah jika< X (rerata).

3) Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar biologi materi

Sistem Peredaran Darah. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran Biologi materi

Sistem Peredaran Darah. dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan

belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorpada mata pelajararan Biologi

materi Sistem Peredaran Darah. Materi tersebut disampaikan dengan model


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

pembelajaran CTL dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri bebas

termodifikasi dan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing..

(a) Skala pengukuran: interval

(b) Indikator: nilai tes prestasi belajar Biologi pada materi Sistem

Peredaran Darah aspek kognitif, angket untuk aspek afektif dan lembar

observasi untuk psikomotor. Aspek kognitif adalah domain belajar sesuai

taksonomi Bloom (Situmorang, 2005: 218) aspek

pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek

afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang

merupakan aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral yang

muncul saat terjadi proses interaksi. Aspek psikomotor yaitu hasil belajar

dalam bentuk ketrampilan proses sains yang meliputi merangkai alat,

melakukan percobaan, mengamati, menafsirkan hasil pengamatan,

berkomunikasi dan menyimpulkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu

dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab

dengan tujuan untuk mengukur aspek tertentu. Teknik non tes dengan

menggunakan angket dan observasi. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada

materi pokok Sistem Peredaran Darah menggunakan perangkat tes berupa

obyektif tes dengan 5 pilihan jawaban sedangkan data moderator kreativitas

verbal diperoleh dengan tes. Data moderator kemampuan verbal diperoleh dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

angket, data nilai afektif diperoleh dari angket dan data observasi kemampuan

psikomotor di peroleh dari observasi kegiatan siswa saat melakukan eksperimen

di laboratorium.

Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan

kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda

satu dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut

antara lain berupa teknik angket, teknik tes, teknik observasi dan dokumentasi.

1. Teknik Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang di ketahui. Dalam penelitian ini, angket

digunakan untuk mengetahui kemampuan verbal, dan prestasi belajar Biologi

siswa pada ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup

dengan empat alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk mengambil

data penelitian, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas angket.

2. Teknik Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk

memperoleh data prestasi belajar biologi siswa pada ranah kognitif dan

kreativitas. Bentuk soal tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima

alternatif jawaban dan hanya ada satu jawaban yang benar. Sedang tes kreativitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

berupa tes tertulis yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan jawaban

sebanyak-banyaknya sesuai waktu yang telah ditentukan. Soal-soal tersebut

disesuaikan dengan kisi-kisi soal dan indikator yang telah disusun.Sebelum

diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu soal tes diujicobakan untuk

menentukan validitas dan reliabilitas yang pada akhirnya dapat digunakan untuk

mengambil data penelitian.

3. Teknik Unjuk kerja

Unjuk kerja yang dimaksud adalah unjuk kerja siswa untuk hasil prestasi

belajar pada aspek psikomotorik.Dalam penelitian ini bentuk unjuk kerja yang

yang digunakan adalah pengamatan terhadap siswa saat melaksanakan proses

eksperimen secara langsung.

4. Teknik Dokumentasi

Dalam melaksanakan pengumpulan data dokumentasi, pada penelitian ini

didapatkan dari menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,notulen,

catatan harian, gambar, foto, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk

mengetahui proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun jenis

dokumentasi yang diperlukan adalah foto proses pembelajaran siswa dengan

metode pembelajaran Inkuiri Bebas termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing.

E. Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

diolah.Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran

dan instrumen pengambilan data.

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran

Proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai dengan

rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen pembelajaran

dalam penelitian ini, yang meliputi:

a. Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

dengan tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan.

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu

atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang

dijabarkan dalam silabus.

c. Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan belajar

mengajar agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan

efektif.

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes prestasi belajar

kognitif, instrumen angket prestasi belajar afektif, instrumen kreativitas siswa,

instrumen angket Kemampuan verbal serta lembar observasi pelaksanaan

kegiatan praktikum untuk prestasi belajar psikomotorik.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

a. Tes prestasi belajar kognitif.

Soal tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 50 soal dengan 5 pilihan

jawaban. Soal pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika

jawaban salah. Skala penilaian menggunakan skala 100.

b. Tes kreativitas

Instrumen tes kreativitas siswa disusun sesuai kisi dan indikator yang telah

dibuat.Tes kreativitas verbal berupa pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan

menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya sesuai batasan waktu yang

diberikan.Tes diberikan di awal sebelum pembelajaran di mulai.

c. Angket kemampuan verbal dan prestasi belajar afektif.

Instrumen angket kemampuan verbal dan prestasi belajar afektif disusun

dengan memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia.

Penyusunan item angket meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban dan

petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah

dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan dengan skala 1 sampai 4.

Instrumen yang berupa angket sebelum digunakan untuk mengambil data

penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui

kualitas item angket. Soal angket prestasi belajar afektif berjumlah 20 butir.

d. Lembar Unjuk kerja siswa.

Lembar Unjuk kerja siswa dibuat untuk memperoleh data tentang prestasi

psikomotorik siswa selama eksperimen berlangsung didapat melalui pengamatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

e. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena

data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya

hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya

instrumen pengumpulan data.

f. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif

Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: 1) validitas, yaitu sejauh

mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang

ingin diukur; 2) reliabilitas,yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali; 3) sensitivitas, yaitu

kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; 4) objektivitas, yaitu

data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan 5)

fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan

sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji

dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden

populasi peserta didik kelas XI IPA pada SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran

2013/2014.

F. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket

kreativitas, Kemampuan verbal, afektif, dan tes kognitif. Suatu instrumen yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 168). Uji validitas

instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu

mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Perhitungan uji

validitas dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel. Hasil uji

validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel.

Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2010 : 65). Validitas yang diuji dalam

penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item adalah

ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah butir item. Pada validitas item

sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor

total (Suharsimi Arikunto, 2010 : 76). Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal

yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda

skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 jika siswa

menjawab benar dan angka 0 jika siswa menjawab salah.

Untuk menilai apakah soal tes mempunyai validitas isi tinggi, maka

dilakukan validasi oleh ahli (dosen Biologi). Dalam hal ini untuk menilai apakah

kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan klasifikasi kisi-kisi

yang mewakili isi yang akan diukur.

Setelah dinilai oleh validator, selanjutnya untuk menguji konsistensi internal

soal (validitas empirik) pada tes prestasi belajar, digunakan rumus korelasi Point

Biserial dengan rumus:

̅ ̅
rcommit
pbis = to user

perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

̅ = mean skor dari jawaban benar bagi item yang dicari korelasinya

̅ = mean skor total (skor rata-rata seluruh pengikut tes)

= standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar suatu item

q = proporsi siswa yang menjawab salah (1-p)

Sedangkan untuk menghitung validitas angket dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:

N        
N       N        
rxy =
2 2 2 2

Keterangan:

X : skor item untuk masing-masing responden.

Y : skor total dari keseluruhan item masing-masing responden.

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan.

N : jumlah sampel.

Kriteria item: jika rxy ≥ rtabel maka item tersebut valid, jika rxy< rtabel maka

item tersebut tidak valid untuk taraf signifikansi 5%.

Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar Biologi yang telah

dilakukan terangkum dalam Tabel 3.4 berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Variabel Kriteria Nomor Soal Total

Soal Materi Valid 1,2,3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19, 41

Sistem 20,21,23,24,25,26,27,28,29,31,32,33,34,

Peredaran 35,37,38,39,41,42,43,44,46,47, 48,49,50

Darah Tidak 4, 5, 9, 17, 22, 30, 36, 40, 45 9

Valid

Jumlah 50

Dari hasil ini digunakan untuk pengambilan data yaitu 41 soal yang 9

soal tidak di pakai, karena tidak valid dan semua indikator sudah terwakili.

Sedangkan uji validitas instrumen angket penilaian prestasi belajar afektif

terangkum dalam Tabel 3.5

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif

Variabel Kriteria Nomor Soal Total

Angket Valid 1, 2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11, 12, 20

Penilaian 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

Prestasi Belajar Tidak Valid - 0

Aspek Afektif Jumlah 20

Dari 20 soal yang diujicobakan semua valid sehingga digunakan semuanya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

G. Reliabilitas

Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal. Suatu

soal dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika memberikan hasil

yang sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berlainan dan

waktu yang berlainan.Untuk Pengujian reliabilitas instrument tes kognitif dan

sikap ilmiah menggunakan rumus Kuder-Richardson sebagai berikut:

 n  s   pq 
2
r11    
 n  1  s2 

r11 = Reliabilitas instrument

n = Banyaknya butir pertanyaan

S = Deviasi standar

p = Indeks kesukaran

q =1–p

Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut

adalah reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,91-1,00 : Sangat Tinggi

0,71- 0,90 : Tinggi

0,41- 0,70 : Cukup

0,21-0,40 : Rendah

>0,00-0,20 : Sangat Rendah (Suharsimi Arikunto, 2010: 227)

Untuk mengukur reliabilitas instrumen kreativitas digunakan rumus Alpha.

Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

1 dan 0, misalnya untuk angket dan soal uraian (Suharsimi Arikunto, 2010:227).

Rumus Alpha adalah sebagai berikut:


r11 = ( )( )

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

K : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : jumlah varians butir

: varians total

Kriteria reliabilitas adalah sebagaiberikut :

0,91-1,00 : Sangat Tinggi

0,71-0,90 : Tinggi

0,41-0,70 : Cukup

0,21-0,40 : Rendah

0,00 -0,20 : Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar kognitif Biologi yang telah

dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Soal Materi Sistem 50 0.955 Reliabilitas sangat

Peredaran Darah tinggi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Reliabilitas soal materi Sistem Peredaran Darah diperoleh angka 0,955 yang

berarti reliabilitasnya tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket prestasi

belajar aspek afektif yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Angket Penilaian 20 0,78 Reliabilitas

Prestasi Belajar Aspek tinggi

Afektif

Reliabilitas prestasi belajar aspek afektif sebesar 0,78 yang berarti

reliabilitasnya tinggi.

H. Uji Taraf Kesukaran

Taraf Kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu suatu

bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat

dicari dengan rumus sebagai berikut:

JB A  JB B
IK 
JS A  JS B

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas

JBB = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah

JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas


commit to user
JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sebagai berikut:

IK = 0,00 terlalu sukar

0,10 < IK ≤ 0,30 sukar

0,31 < IK ≤ 0,70 sedang

0,71 < P ≤ 1,00 mudah

IK = 1 terlalu mudah

(Suharsimi Arikunto, 2010: 235)

Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi belajar Biologi yang telah

dilakukan terangkum dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar

Taraf Jumlah Nomor soal Jumlah Jumlah Nomor


Kesukara soal Soal Soal Soal yang
n yang yang tidak
dipakai tidak dipakai
dipakai
Mudah 18 1,2,7,8,9,11,12,14,15,1, 16 2 9,30
25,26,28,30,31,34,35,3
9
Sedang 16 3,10,13,16,17,20,22,23, 12 4 17,22,36,4
29,36,40,41,43,44,46,4 0
9
Sukar 16 4,5,6,19,21,24,227,32,3 13 3 4.5,45
3,
37,38,42,45,47,48,50

Setelah diuji taraf kesukaran dari 50 dengan tingkat kesukaran soal sukar 18

,sedang 16 dan mudah 16 soal yang diuji cobakan setelah dihitung menggunakan

program microsoft excel 2007 terdapat 41 soal valid dan 9 soal tidak valid di lihat

dari tingkat kesukaran soal terdiri sukar to16user


commit ,sedang 12 dan mudah 13. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

mempertimbangkan sebaran materi 41 soal yang valid digunakan untuk tes

prestasi belajar .

I. Uji Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus

untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

JBA  JB B
DP 
JSA

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

JBA= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas

JBB= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah

JSA= Banyaknya siswa pada kelompok atas

Klasifikasi daya pembeda:

D < 0,00 : soal sangat jelek =Negatif = tidak baik (butir soal dibuang).

Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,00≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor)

0,20< D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory)

0,40< D ≤ 0,70 : soal baik (good)

0,70< D ≤ 1,00 : soal baik sekali (excellent)

(Suharsimi Arikunto, 2010: 236)

Hasil uji daya beda yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.9. Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif

Daya Beda Jumlah soal Total

Sangat Membedakan ( baik sekali) 3 3

Lebih Membedakan (baik) 12 12

Cukup Membedakan (cukup) 26 26

Kurang Membedakan (jelek) 9 9

Sangat kurang membedakan (jelek sekali) - -

Jumlah 50

Jadi dari 50 soal yang diujicobakan, 3 soal sangat membedakan dipakai, 12

soal lebih membedakan dipakai, 26 soal cukup membedakan dipakai. Dan semua

soal yang kurang membedakan tidak dipakai.

J. Tes Kreativitas

Tes kreativitas berupa tes uraian. Sebelum digunakan untuk mengambil hasil

data diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba

dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Untuk mengetahui

validitas soal digunakan rumus Product Moment dan reliabilitas menggunakan

rumus alpha. Hasil uji coba yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.10

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa

Variabel Kriteria Nomor Soal Total


Kreativit Valid 1,2,3,4,5,6,7,9,11,12,14,15,16,17,18,20, 35
as Siswa 21,22,23,24,25,27,28,29,30,31,32,33,34,
35,36,37,38,39,40
Tidak Valid 8.10,13,19,26 5
Jumlah 40

Hasil uji coba tes kreativitas terdapat 35 soal valid, semua soal yang valid

dipakai untuk tes kreativitas siswa. 5 soal yang tidak valid yaitu nomor

8,10,13,19,26 tidak dipakai. Sedangkan hasil uji reliabilitas tes kreativitas

terangkum pada Tabel 3.11

Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria


Kreativitas 40 0,908 Reliabilitas tinggi
Siswa

Hasil uji reliabilitas tes kreativitas diperoleh angka 0,908 yang berarti

reliabilitasnya tinggi.

K. Angket Kemampuan Verbal,

Angket Kemampuan Verbal berupa soal pilihan ganda. Sebelum

menggunakan untuk penelitian instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu

untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validitas digunakan

korelasi point biserial, sedangkan untuk reliabilitasnya menggunakan rumus

Kuder Richardson (K-R 20). Hasil uji coba instrumen Kemampuan Verbal yang

telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.12.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan verbal

Variabel Kriteria Nomor Soal Total


Kemampuan Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,16,17, 35
Verbal 18,19,20,21,22,24,25,26,27,28,29,3
0,31,32,33,35, 36,37,39,40
Tidak Valid 11, 15, 23, 34, 38 5
Jumlah 40

Dari 40 soal yang diujicobakan 35 soal valid dan memenuhi sebaran indikator

yang akan diukur, sehingga 35 soal tersebut dipakai, dan 5 soal yang tidak valid

tidak dipakai. Hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir analisis yang

telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.13

Tabel 3.13. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan verbal Siswa

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria


Kemampun 40 0,908 Reliabilitas tinggi
verbal

Hasil uji reliabilitas tes Kemampuan verbal siswa sebesar 0,908 berarti

reliabilitasnya tinggi.

L. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian

(Anava) tiga jalan 2x2x2 dengan sel tak sama. Namun sebelum dilakukan analisis

data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

1. Uji Prasyarat Hipotesis

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini

dihitung menggunakan sofware PASW versi 18. Adapun prosedur yang

dilakukan sebagai berikut :

(1) Prosedur penentuan Hipotesis :

Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

(2) Keputusan Uji

Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan

–Joiners. Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek

kognitif,afektif dan psikomotor dengan menggunakan uji Ryan Joiners

(RJ) , yang perhitungannya dilakukan dengan programsoftware PASWversi

18.Ketentuan pengambilan kesimpulan . Ho ditolak ketika p-

Value>0,05selain itu H1 tidak ditolak. Jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak

ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-

varians yang sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung

menggunakan sofware PASW versi 18.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

(1) Prosedur Penentuan Hipotesis :

Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen)

H1: semua variansi sama (homogen)

(2) Keputusan Uji

Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan

keputusan, Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama

( homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat

signifikansi yang digunakan (α) = 0,05.

M. Uji Hipotesis

1) Uji Anava

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi

tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji

signifikansi efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan

interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Statistik uji dengan

bantuan software program PASW versi 18menggunakan GLM (General

Linier Model). Taraf signifikasi (α) yang digunakan 0,05.

2) Menentukan Hipotesis:

a) HoA: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi

pembelajaran metode Inkuiri bebas termodifikasi dengan siswa yang diberi

metode Inkuiri terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah.

b) H1A: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran

metode Inkuiri bebas termodifikasi dengan siswa yang diberi metode Inkuiri

terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

c) HoB: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam

mempelajari materi Sistem Peredaran Darah..

d) H1B: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas

tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari

materi Sistem Peredaran Darah.

e) HoC: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki Kemampuan verbal

rendah dalam mempelajari materi Sistem Peredaran Darah.

f) H1C: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah

dalam mempelajari materi Sistem Peredaran Darah..

g) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan

Inkuiri terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada

materi Sistem Peredaran Darah.

h) H1AB: Ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri

terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi

Sistem Peredaran Darah.

i) HoAC: Tidak ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan

Inkuiri terbimbing dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa

pada materi Sistem Peredaran Darah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

j) H1AC: Ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri

terbimbing dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa pada

materi Sistem Peredaran Darah.

k) HoBC: Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal

terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah.

l) H1BC: Ada interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah.

m) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan

Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan Kemampuan verbal terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah.

n) H1ABC: Ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri

terbimbing dengan kreativitas dan Kemampuan verbal, terhadap prestasi

belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah.

3) Keputusan Uji

Keputusan uji menggunakan GLM(General Linier Model).

Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika

p-Value > 0,05maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang

digunakan 0,05.

4) Uji Lanjut Anava

Apabila diperoleh Ho ditolak maka diperlukan uji lanjut Anava.

Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji

Mean dan Interaction Plot. Tujuannya untuk mengetahui besarnya pengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan menggunakan metode Mean


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

dapat juga menggunakan uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada

pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari

Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi

belajar. Ketentuan pengambilan keputusan ada interaksi jika terjadi

perpotongan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari SMA Negeri 1 Kudus

sebagai kelompok eksperimen. Data yang diperoleh meliputi: nilai tes

kognitif prestasi belajar, angket afektif, angket Kemampuan verbal , dan tes

kreativitas verbal dan lembar pengamatan psikomotor prestasi belajar siswa

mata pelajaran Biologi materi Sistem Peredaran Darah.

1. Data Prestasi Belajar

Data nilai dari metode Inkuiri Bebas termodifikasi dan metode Inkuiri

Terbimbing didapat dari tes materi Sistem Peredaran Darah pada masing-

masing kelas. Rentang skor penilaian aspek kognitif 0 – 100. Kelas XI IPA-4

dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode Inkuiri Bebas termodifikasi,

sedangkan kelas XI IPA5 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode

Inkuiri Terbimbing. Data prestasi nilai dari kedua metode tersebut terdiri dari

prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Data kognitif diperoleh dari tes

prestasi kognitif pada akhir pembelajaran. Data afektif diperoleh dari angket

afektif, sedangkan data psikomotor didapat dari pengamatan terhadap unjuk

kerja siswa saat kegiatan praktikum.

commit to user

97
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

a. Data Kognitif

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Penerapan metode Inkuiri
Bebas termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing

Metode Jumlah Rata- Standar Nilai Nilai


Data rata Deviasi Terendah Tertinggi
Inkuiri 27 45,283 0,814 43,467 46,919
Bebas
termodifikasi
Inkuiri 30 51,069 0,799 49,463 52,675
Terbimbing

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek

kognitif pada kelas Metode Inkuiri Bebas termodifikasi memiliki nilai

terendah 43,47, nilai tertinggi 46,92, nilai rata-rata 45,28 dengan standar

deviasi sebesar 0,81. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada kelas

metode Inkuiri Terbimbing memiliki nilai terendah 49,46, nilai tertinggi 52,68;

nilai rata-rata 51,07 dengan standar deviasi sebesar 0,80.Distribusi frekuensi

nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan


Metode inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing.

Interval Metode inkuiri Bebas Termodifikasi Metode Inkuiri Terbimbing

Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)

36 - 43 7 25,93 1 3,33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

44 - 51 18 66,67 14 46,67

52 - 59 2 7.41 15 50

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara kelas Metode

inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing. disajikan pada

Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan


metode inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode
Inkuiri Terbimbing.

Dari Tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar

aspek kognitif pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki

frekuensi tertinggi pada interval 44 - 51 yang dicapai oleh 18 siswa

(66,67%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Inkuiri

Terbimbing memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 14 siswa

(46,67%), kedua kelas metode tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup

besar, akan tetapi pada interval 52 - 59 pada metode Inkuiri Bebas

commit
Termodifikasi terdapat 2 siswa to user sedangkan pada kelas penerapan
(7,41%),
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

metode Inkuiri Terbimbing 15 siswa (50%). Ini menunjukkan pembelajaran

dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebaran nilai

kognitifnya lebih baik.

b. Data Afektif

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Penerapan metode Inkuiri
Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing.

Jumlah Rata- Standar Nilai Nilai


Metode
data rata Deviasi Terendah Tertinggi
Inkuiri Bebas 27 35,583 2,162 31,238 39,929
Termodifikasi
Inkuiri 30 50,663 2,123 46,398 54,929
Terbimbing

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek afektif

pada kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki nilai terendah 31,24,

dan nilai tertinggi 39,93; nilai rata-rata 35,58 dengan standar deviasi sebesar 2,16.

Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada kelas metode Inkuiri Terbimbing

memiliki nilai terendah 46,40, nilai tertinggi 54,93, nilai rata-rata 50,66 dengan

standar deviasi sebesar 2,12.Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek

afektif disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan metode


Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing.

Metode Inkuiri Bebas Metode Inkuiri Terbimbing


Interval Termodifikasi
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
20 - 27 8 commit
29,63 to user 1 3,33
28 - 35 8 29,63 3 10
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

Metode Inkuiri Bebas Metode Inkuiri Terbimbing


Interval Termodifikasi
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
36 - 43 4 14,82 1 3,33
44 - 51 5 18,52 11 36,67
52 - 59 1 3,70 5 16,67
60 - 67 1 3,70 8 26,67
68 - 75 0 0,00 1 3,33

Perbandingan prestasi belajar aspek afektif antara kelas Metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing disajikan pada Gambar 4.2

12
10
inkuiri bebas
8
Frekuensi

termodifikasi
6 inkuiri
4 terbimbing

2
0
20 - 27 28 - 35 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67 68 - 75
Nilai Interval

Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar AfektifPenerapan


Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri
Terbimbing

Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar

aspek afektif pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki

frekuensi tertinggi pada interval 20 -27 dan 28 - 35 yang dicapai oleh 8 siswa
commit to user
(29,63%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Inkuiri Terbimbing
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 1 siswa (3,33%) dan 3 siswa

(10%), kedua kelas menunjukkan perbedaannya , akan tetapi pada interval 68 -

75 pada kelas Inkuiri Bebas Termodifikasi tidak ada , sedangkan pada kelas

metode Inkuiri Terbimbing terdapat 1 siswa. Ini menunjukkan pada metode

Inkuiri Bebas Termodifikasi sebaran nilai afektif lebih baik.

c. Data Psikomotor

Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Penerapan Metode
Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing
Jumlah Rata- Standar Nilai Nilai
Metode
data rata Deviasi Terendah Tertinggi
Inkuiri Bebas 27 64,635 1,981 60,655 68,616
Termodifikasi
Inkuiri 30 70,248 1,944 66,341 74,155
Terbimbing

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek psikomotor

pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan metode Inkuiri

Bebas Termodifikasi memiliki nilai terendah 60,66, dan nilai tertinggi 68,62,

nilai rata-rata 64,64 dengan standar deviasi sebesar 1,98. Sedangkan prestasi

belajar aspek psikomotor pada kelas yang diterapkan metode Inkuiri

Terbimbing memiliki nilai terendah 66,34, nilai tertinggi 74,16; nilai rata-rata

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

70,248 dengan standar deviasi sebesar 1,94. Distribusi frekuensi nilai tes

prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan Metode


Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing

Metode Inkuiri Bebas metode Inkuiri Terbimbing


Interval Termodifikasi
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
43 - 50 6 22,22 3 10
51 - 58 3 11,11 3 10
59 - 66 5 18,52 5 16,67
67 - 74 6 22,22 6 20
75 - 82 7 25,93 11 36,67
83 - 90 0 0,00 1 3,33
91 - 98 0 0,00 1 3,33

Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara kelas yang

diterapkan Metode Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri

Terbimbing disajikan pada Gambar 4.3.

12
10
8 Inkuiri Bebas
Frekuensi

Termodifikasi
6
inkuiri
4 Terbimbing
2
0
43 - 5051 - 5859 - 6667 - 7475 - 8283 - 90 91 -
98
Nilai interval

Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor


Menggunakan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode
Inkuiri Terbimbing

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek

psikomotor pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki frekuensi

tertinggi pada interval 43 - 50 yang dicapai oleh 6 siswa (22,22%), sedangkan

pada interval tersebut kelas metode Inkuiri Terbimbing memiliki frekuensi

tertinggi yang dicapai oleh 3 siswa (10%), kedua kelas menunjukkan perbedaan

yang besar, akan tetapi pada interval 83 - 90 pada kelas Inkuiri Terbimbing

terdapat 1 siswa (3,33), sedangkan pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi

tidak ada. Ini menunjukkan pada metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebaran

nilainya lebih baik.

2. Data Kreativitas

Data nilai tes kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas

tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas ≥ rata-rata nilai tes

kreativitas seluruh kelas dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang

mempunyai nilai tes kreativitas < rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas.

Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 57 siswa, terdapat 30 siswa

mempunyai kreativitas tinggi dan 27 siswa mempunyai kreativitas rendah.

a. Data Kognitif

Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas Rendah
dan Tinggi

Jumlah Standar Nilai Nilai


Kreativitas Rata-rata
data Deviasi Terendah Tertinggi
Rendah 30 47,94 0,73 46,47 49,40
Tinggi 30 48,17 0,88 46,66 50,18

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek kognitif


commit to user
pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 46,66 dan nilai
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

tertinggi 50,18; nilai rata-rata 48,17 dengan standar deviasi sebesar 0,88.

Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah

memiliki nilai terendah 46,47 dan nilai tertinggi 49,40; nilai rata-rata 47,94

dengan standar deviasi sebesar 0,73. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar

aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah dan
Tinggi

Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi


Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)
36 - 43 4 11,43 4 18,18
44 - 51 22 73,33 10 45,46
52 - 59 9 25,71 8 36,36
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai

Kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.4.


25
20
Frekuensi

15
10 Rendah
5 Tinggi
0
36 - 43 44 - 51 52 - 59
Nilai Interval

Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas

Rendah dan Tinggi

Berdasarkan tabel dan gambar histogram diatas terlihat bahwa frekuensi

tertinggi prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan kreativitas tinggi pada

interval 44 - 51 yang dicapai oleh 10 siswa (45,46%), sedangkan pada interval

yang sama siswa dengan kreativitas rendah dicapai oleh 22 siswa (73,33%).

Prestasi kognitif siswa dengan kreativitas


commit torendah
user tertinggi pada interval 52 - 59
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

yang dicapai oleh 9 siswa (25,71%), sedangkan siswa dengan kreativitas tinggi

pada interval yang sama sebanyak 8 siswa (36,36%). Dari sini terlihat bahwa

kreativitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa.

b. Data Afektif

Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas


Rendah dan Tinggi

Kreativitas Jumlah Rata- Standar Nilai Nilai

data rata Deviasi Terendah Tertinggi

Rendah 30 43,79 1,94 39,89 47,69

Tinggi 30 42,46 2,33 37,78 47,13

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada

kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 37,78 dan nilai tertinggi 47,13; nilai

rata-rata 42,46 dengan standar deviasi sebesar 2,33. Sedangkan prestasi belajar

aspek afektif pada kreativitas rendah memiliki nilai terendah 39,89 dan nilai

tertinggi 47,69; nilai rata-rata 43,79 dengan standar deviasi sebesar 1,94.

Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel

4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan


Kreativitas Rendah dan Tinggi

Interval Kreativitas commit


Rendahto user Kreativitas Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

20 - 27 6 17,14 3 13,64

28 - 35 8 22,86 3 13,64

36 - 43 2 5,71 3 13,64

44 - 51 7 20 9 40,91

52 - 59 3 8,57 3 13,64

60 - 67 8 22,86 1 4,55

68 - 75 1 2,86 0 0,00

Perbandingan prestasi belajar aspek afektif dengan kreativitas rendah dan

tinggi disajikan pada gambar 4.5

10
8
Frekuensi

6
4
2
0
20 - 27 28 - 35 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67
nilai interval

Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan perbandingan prestasi

belajar aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada

interval 44 - 51 yang dicapai oleh 9 siswa (40,91%), sedangkan pada interval

tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 7


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

(20%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval

68 - 75 pada kreativitas rendah terdapat 1 siswa (2,86%), sedangkan pada kelas

kreativitas tinggi tidak ada. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran

nilainya lebih baik.

c. Data Psikomotor

Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan
Tinggi

Kreativitas Jumlah Rata- Standar Nilai Nilai


data rata Deviasi Terendah Tertinggi
Rendah 30 62,18 1,78 58,60 65,75
Tinggi 30 72,71 2,13 68,43 76,99

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor

pada kelas kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 68,43 dan nilai tertinggi

76,99 nilai rata-rata 72,71 dengan standar deviasi sebesar 2,13. Sedangkan

prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas kreativitas rendah memiliki nilai

terendah 58,60 dan nilai tertinggi 65,75; nilai rata-rata 62,18 dengan standar

deviasi sebesar 1,78. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek

psikomotor disajikan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas


Rendah dan Tinggi

Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi


Interval
Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)
43 - 50 9 25,71 0 0,00
51 - 58 5 14,29 1 4,55
59 - 66 7 20,00 3 13,64
67 - 74 5 14,29 7 31,82
75 - 82 9 25,71 9 40,91
83 - 90 0 0,00 1 4,55
91 - 98 0 commit
0,00 to user 1 4,55
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan

kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada histogram Gambar 4.6.

10
9
8
7
Frekuensi

6
5
4
3
2
1
0
43 - 51 - 59 - 67 - 75 - 83 - 91 -
50 58 66 74 82 90 98
Niali Interval

Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan


Kreativitas Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram dapat diketahui perbandingan

prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki

frekuensi tertinggi pada interval 75,82 yang dicapai oleh 9 siswa (40,91%),

sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi

yang dicapai oleh 9 (25,71%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar,

akan tetapi pada interval 43 - 50 pada kreativitas rendah terdapat 9 siswa

(25,71%), sedangkan pada kelas kreativitas rendah tidak ada. Ini menunjukkan

pada kreativitas tinggi sebaran nilainya lebih baik.

3. Data Kemampuan verbal

Data sikap ilmiah dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu Kemampuan

verbal tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai angket Kemampuan verbal ≥ rata-

commitseluruh
rata nilai angket Kemampuan verbal to user kelas dan kategori Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

verbal rendah bagi siswa yang mempunyai nilai angket Kemampuan verbal < rata-

rata nilai angket Kemampuan verbal seluruh kelas. Dengan menggunakan kriteria

tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa mempunyai Kemampuan verbal tinggi

dan 32 siswa mempunyai Kemampuan verbal rendah.

a. Data Kognitif

Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Kemampuan verbal Rendah
dan Tinggi

Kemampuan Jumlah Rata-rata Standar Nilai Nilai


verbal data Deviasi Terendah Tertinggi
Rendah 30 47,94 0,73 46,47 49,40
Tinggi 30 48,42 0,88 46,66 50,18

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek kognitif pada siswa

dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 46,47 dan nilai tertinggi 49,40;

nilai rata-rata 47,94 dengan standar deviasi sebesar 0,73. Sedangkan prestasi

belajar aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah

46,66 dan nilai tertinggi 50,18; nilai rata-rata 48,42 dengan standar deviasi sebesar

0,88. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada

Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Kemampuan


verbal Rendah dan Tinggi
Kemampuan verbal Rendah Kemampuan verbal Tinggi
Interval
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

36 - 43 7 20,59% 1 4,35%

44 - 51 19 55,88% 13 56,52%

52 - 59 8 commit
23,53%to user 9 39,13%
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai

Kemampuan verbal rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.7.

20
14

15 12
10
Frekuensi

Frekuensi

10 8
6
5
4

0 2
36 - 4344 - 5152 - 59 0
Nilai Interval 36 - 43
44 - 51
52 - 59
Nilai Interval

Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan

Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi

belajar aspek kognitif siswa dengan Kemampuan verbal tinggi pada interval 44 -

51 yang dicapai oleh 13 siswa (56,52%), sedangkan pada interval yang sama

siswa dengan Kemampuan verbal rendah dicapai oleh 19 siswa (55,88). Prestasi

kognitif siswa dengan Kemampuan verbal rendah yang tertinggi pada interval 36

– 43 di capai 7 siswa (20,59%) sedangkan siswa dengan kemampuan verbal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id

tinggi hanya 1 siswa (4,35%). Dari data yang didapat terlihat bahwa Kemampuan

verbal mempengaruhi prestasi belajar kognitif siswa.

b. Data Afektif

Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Kemampuan verbal


Rendah dan Tinggi

Kemampuan Jumlah Rata-rata Standar Nilai Nilai


verbal data Deviasi Terendah Tertinggi
Rendah 30 41,29 2,00 37,26 45,31
Tinggi 30 44,96 2,27 40,39 49,53

Berdasarkan tabel data diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek afektif

pada siswa dengan Kemampuan verbal rendah dengan nilai terendah 37,26 dan

nilai tertinggi 45,31; nilai rata-rata 4,29 dengan standar deviasi sebesar 2,00.

Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada siswa dengan Kemampuan verbal

tinggi dengan nilai terendah 40,39 dan nilai tertinggi 49,53; nilai rata-rata 44,96

dengan standar deviasi sebesar 2,27.

Adapun distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif dengan

Kemampuan verbal tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kemampuan verbal


Rendah dan Tinggi

Kemampuan verbal Rendah Kemampuan verbal Tinggi


Interval
Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)

20 - 27 6 17,65 3 9,09

28 - 35 8 23,53 3 9,09

36 - 43 3 8,82 2 6,06
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

44 - 51 7 20,59 9 27,27

52 - 59 4 11,77 2 6,06

60 - 67 5 14,71 4 12,12

68 - 75 1 2,94 0 0,00

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa dengan

Kemampuan verbal rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.8.

10
8
Frekuensi

6
4
Renda
2 h
0
20 - 28 - 36 - 44 - 52 - 60 - 68 -
27 35 43 51 59 67 75
Nilai Interval

Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan


Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan

prestasi belajar aspek afektif pada Kemampuan verbal tinggi memiliki frekuensi

tertinggi pada interval 44 - 51 yang dicapai oleh sebanyak 9 siswa (27,27%),

sedangkan pada interval yang sama Kemampuan verbal rendah memiliki


commit to user
frekuensi yang dicapai sebanyak 7 siswa (20,59%), kedua kelas menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 68,75 pada Kemampuan verbal

rendah terdapat sebanyak 1 siswa (2,94%), sedangkan pada siswa dengan

Kemampuan verbal tinggi tidak ada. Ini menunjukkan pada Kemampuan verbal

berpengaruh terhadap prestasi afektif.

c. Data Psikomotor

Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kemampuan verbal


Rendah dan Tinggi

Kemampuan Jumlah Rata-rata Standar Nilai Nilai


verbal data Deviasi Terendah Tertinggi
Rendah 30 65,14 1,84 61,46 68,83
Tinggi 30 69,74 2,08 65,56 73,92

Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek

psikomotor pada kemampuan verbal tinggi memiliki nilai terendah 65,56 dan nilai

tertinggi 73,92; nilai rata-rata 69,74 dengan standar deviasi sebesar 2,08.

Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas kemampuan verbal

rendah memiliki nilai terendah 61,46 dan nilai tertinggi 68,83; nilai rata-rata 65,14

dengan standar deviasi sebesar 1,84. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar

aspek psikomotor disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kemampuan


verbal Rendah dan Tinggi

Kemampuan verbal Rendah Kemampuan verbal Tinggi


Interval
Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )
43 - 50 6 12,50 3 6,25
51 - 58 5 11,46 1 2,08
59 - 66 7 14,58 3 6,25
67 - 74 6 12,50 6 12,50
75 - 82 10 commit
22,92 to user 8 16,68
83 - 90 0 0,00 1 2,08
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id

91 - 98 0 0,00 1 2,08

Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan

Kemampuan verbal tinggi dan rendah disajikan pada Gambar 4.9.

12
10
Frekuensi

8 Rendah
6
Tinggi
4
2
0
43 - 50 51 - 58 59 - 66 67 - 74 75 - 82 83 - 90 91 - 98
Nilai Interval
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan

Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan

prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kemampuan verbal tinggi

memiliki frekuensi tertinggi pada interval 75 - 82 yang dicapai oleh 8 siswa

(16,68%), sedangkan pada interval yang sama pada siswa dengan kemampuan

verbal rendah frekuensi yang dicapai oleh 10 siswa (22,92%), kedua kelas

menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 51 - 58 pada siswa

dengan kemampuan verbal rendah terdapat 5 siswa (11,46%), sedangkan pada

kelas kemampuan verbal tinggi frekuensi yang dicapai oleh 1 siswa (2,08%), . Ini

menunjukkan pada kemampuan verbal tinggi mempengaruhi prestasi belajar

psikomotor siswa.

4. Pengujian Persyaratan Analisis

Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara


commit to user
lain: uji normalitas, dan uji homogenitas. Berikut ini uraian pengujian tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id 116
digilib.uns.ac.id

a. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data prestasi

belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada masing-masing kelompok dapat

dilihat Tabel 4.19, 4.20dan 4.21.

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Kriteria Pengelompokan Data signifikansi Kesimpulan Uji

Metode Inkuiri Bebas termodifikasi 0,200 Normal

Metode Inkuiri Terbimbing 0,200 Normal

Kreativitas Rendah 0,195 Normal

Kreativitas Tinggi 0,200 Normal

Kemampuan verbal Rendah 0,117 Normal

Kemampuan verbal Tinggi 0,143 Normal

Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVR 0,200 Normal

Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVT 0,200 Normal

Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_KVR 0,200 Normal

Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_KVT 0,057 Normal

Inkuiri Terbimbing _KR_ KVR 0,200 Normal

Inkuiri Terbimbing _KR_ KVT 0,200 Normal

Inkuiri Terbimbing k_KT_ KVR 0,200 Normal

Inkuiri Terbimbing k_KT_ KVT 0,200 Normal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif

Kriteria Pengelompokan Data signifikansi Kesimpulan Uji


Metode Inkuiri Bebas termodifikasi 0,200 Normal
Metode Inkuiri Terbimbing 0,200 Normal
Kreativitas Rendah 0,067 Normal
Kreativitas Tinggi 0,089 Normal
Kemampuan verbal Rendah 0,146 Normal
Kemampuan verbal Tinggi 0,135 Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVR 0,200 Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVT 0,200 Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_ KVR 0,161 Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_ KVT 0,200 Normal
Inkuiri Terbimbing _KR_ KVR 0,052 Normal
Inkuiri Terbimbing _KR_ KVT 0,200 Normal
Inkuiri Terbimbing _KT_ KVR 0,200 Normal
Inkuiri Terbimbing _KT_ KVT 0,200 Normal

Tabel 4.21 Hasil UjiNormalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

Kriteria Pengelompokan Data Signifikansi Kesimpulan Uji


Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi 0,073 Normal
Metode Inkuiri Terbimbing 0,132 Normal
Kreativitas Rendah 0,142 Normal
Kreativitas Tinggi 0,077 Normal
Kemampuan verbal Rendah 0,130 Normal
Kemampuan verbal Tinggi 0,058 Normal
Inkuiri Bebas Termodifikasi _KR_KVR 0,200 Normal
Inkuiri Bebas Termodifikasi KR_KVT 0,200 Normal
Inkuiri Bebas Termodifikasi _KT_ KVR 0,200 Normal
Inkuiri Bebas Termodifikasi _KT_ KVT 0,094 Normal
Inkuiri Terbimbing _KR_ KVR 0,200 Normal
Inkuiri Terbimbing _KR_ KVT 0,200 Normal
Inkuiri Terbimbing _KT_ KVR 0,200 Normal
Inkuiri Terbimbing _KT_ KVT 0,200 Normal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh signifikansi

> 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas juga digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari

sejumlah populasi sama atau tidak. Rangkumannya disajikan pada Tabel 4.22

untuk aspek kognitif, Tabel 4.23 untuk aspek afektif dan Tabel 4.24 untuk aspek

psikomotor berikut :

Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek

Kognitif

Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan

Metode Inkuiri bebas termodifikasi – 0,696 Homogen

Metode Inkuiri terbimbing

Kemampuan verbal Tinggi – Kemampuan 0,435 Homogen

verbal Rendah

Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,396 Homogen

Metode inkuiri – Kemampuan verbal 0,679 Homogen

Metode inkuiri - Kreativitas 0,628 Homogen

Kemampuan verbal - Kreativitas 0,792 Homogen

Setiap Sel 0,497 Homogen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek

Afektif

Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan


Metode Inkuiri bebas termodifikasi – 0,711 Homogen
Metode Inkuiri terbimbing
Kemampuan verbal Tinggi – Kemampuan 0,147 Homogen
verbal Rendah
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,056 Homogen
Metode inkuiri – Kemampuan verbal 0,988 Homogen
Metode inkuiri - Kreativitas 0,704 Homogen
Kemampuan verbal - Kreativitas 0,110 Homogen
Setiap Sel 0,865 Homogen

Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek

Psikomotor

Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan


Metode Inkuiri bebas termodifikasi – 0,821 Homogen
Metode Inkuiri terbimbing
Kemampuan verbal Tinggi – Kemampuan 0,958 Homogen
verbal Rendah
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,163 Homogen
Metode inkuiri – Kemampuan verbal 0,841 Homogen
Metode inkuiri - Kreativitas 0,285 Homogen
Kemampuan verbal - Kreativitas 0,280 Homogen
Setiap Sel 0,527 Homogen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 120
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian

diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians

yang sama atau homogen.

5. Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga

jalan. Sebagai variabel bebas adalah Metode Inkuiri bebas termodifikasi , Metode

Inkuiri terbimbing, kreativitas dan kemampuan verbal siswa. Sebagai variabel

terikat adalah prestasi belajar siswa. Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui

karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat.

6. Analisis variansi

Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama menggunakan PASWversi 18. Adapun rangkuman hasil analisis variansi

tiga jalan untuk prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25,untuk prestasi

belajar afektif pada Tabel 4.26 dan untuk prestasi belajar psikomotor pada Tabel

4.27 berikut :

a. Prestasi Belajar Kognitif

Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif

Perhitungan Signifikansi
Metode 0,000
Kreativitas 0,675
Kemampuan verbal 0,020
Metode* Kreativitas 0,940
Metode* Kemampuan verbal 0,376
Kreativitas * Kemampuan verbal 0,967
Metode* Kreativitas * Kemampuan verbal
commit to user 0,118
perpustakaan.uns.ac.id 121
digilib.uns.ac.id

Deskripsi hipotesis:

1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif

antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode Inkuiri bebas

termodifikasi dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode

inkuiri terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah.

2) signifikansi kreativitas = 0,675 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi

belajar kognitif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa

yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah.

3) signifikansi kemampuan verbal = 0,020 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya

Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar

kognitif antara siswa yang memiliki Kemampuan Verbal tinggi dengan siswa

yang mempunyai Kemampuan verbal rendah pada Sistem Peredaran Darah.

4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,940 > 0,05 atau (signifikansi >

α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi antara Metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Metode inkuiri

terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif pada materi

Sistem Peredaran Darah.

5) signifikansi interaksi metode dan kemampuan verbal = 0,376 > 0,05 atau

(signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara Metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Metode inkuiri

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 122
digilib.uns.ac.id

terbimbing dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif pada

materi Sistem Peredaran Darah.

6) signifikansi interaksi kreativitas dan kemampuan verbal = 0,967 > 0,05 atau

(signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi kreativitas dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar

kognitif pada materi Sistem Peredaran Darah.

7) signifikansi interaksi metode, kreativitas dan kemampuan verbal = 0,118 > 0,05

atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat interaksi antar metode, kreativitas dan kemampuan verbal

terhadap prestasi belajar kognitif pada materi Sistem Peredaran Darah.

b/ Prestasi Belajar Afektif

Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif

Perhitungan signifikansi

Metode 0,000

Kreativitas 0,663

Kemampuan verbal 0,232

Metode* Kreativitas 0,254

Metode* Kemampuan verbal 0,744

Kreativitas * Kemampuan verbal 0,222

Metode* Kreativitas * Kemampuan verbal 0,111

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 123
digilib.uns.ac.id

Deskripsi Hipotesis:

1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar

afektif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Inkuiri bebas

termodifikasi dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode

Inkuiri Terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah.

2). signifikansi kreativitas = 0663 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi

belajar afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa

yang memiliki kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah

1) signifikansi kemampuan verbal = 0,232 > 0,05 atau (signifikansi > α)

artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki

kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki Kemampuan

verbal rendah pada materi Sistem Peredaran Darah

1) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,254 > 0,05 atau

(signifikansi >α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan

Metode Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar

afektif pada materi Sistem Peredaran Darah

2) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,744 > 0,05 atau

(signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 124
digilib.uns.ac.id

Metode Inkuiri Terbimbing dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi

belajar afektif pada materi Sistem Peredaran Darah

3) signifikansi interaksi kreativitas dan Kemampuan vebal = 0,222 > 0,05

atau (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan

verbal terhadap prestasi belajar afektif pada materi Sistem Peredaran

Darah

4) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kemampuan verbal = 0,111

> 0,05, (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara metode, kreativitas dan kemampuan

verbal terhadap prestasi belajar afektif pada materi Sistem Peredaran

Darah.

c. Prestasi Belajar Psikomotor

Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi

Psikomotor

Perhitungan signifikansi

Metode 0,049

Kreativitas 0,000

Kemampuan verbal 0,104

Metode* Kreativitas 0,762

Metode* Kemampuan verbal 0,579

Kreativitas * Kemampuan verbal 0,161

Metode* Kreativitas * Kemampuan verbal 0,685


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 125
digilib.uns.ac.id

Deskripsi Hipotesis:

1) signifikansi metode = 0,049 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor

antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi dan

dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing

pada materi Sistem Peredaran Darah.

2) signifikansi kreativitas = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor

antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki

kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah

3) signifikansi kemampuan verbal = 0,104 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi

belajar psikomotor antara siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi

dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah pada materi Sistem

Peredaran Darah

4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,762 > 0,05 atau (signifikansi >

α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri

Terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor pada

materi Sistem Peredaran Darah

5) signifikansi interaksi metode dan kemampuan verbal = 0,579 > 0,05 atau

(signifikansi > α) artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 126
digilib.uns.ac.id

Inkuiri Terbimbing dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor

pada materi Sistem Peredaran Darah.

6) signifikansi interaksi kreativitas dan kemampuan verbal = 0,161 > 0,05 atau

(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal terhadap

prestasi belajar psikomotor pada materi Sistem Peredaran Darah

7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kemampuan verbal = 0,685 >

0,05, (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat interaksi antara metode, kreativitas serta kemampuan verbal

terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Sistem Peredaran Darah.

B. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan pengaruh penggunaan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan

Metode Inkuiri Terbimbing terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh

kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa,pengaruh

Kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, interaksi

antara metode dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, interaksi antara

metode dan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa, interaksi

antara Kemampuan verbal dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, dan

ada atau tidaknya interaksi antara metode, Kemampuan verbal , dan kreativitas

terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. Sampel

dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling. Hasil

pengundian diperoleh kelas sebagai kelompok eksperimen pertama adalah XI


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 127
digilib.uns.ac.id

IPA4 dikenai metode pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi dan kelas

sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas XI IPA5 dikenai metode

Inkuiri Terbimbing.

1. Hipotesis Pertama

Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan

dengan sel tak sama pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotor

menunjukkan harga signifikansi berturut-turut sebesar 0,000; 0,000 dan 0,0049

berarti Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar

kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan siswa yang diberi pembelajaran

dengan menggunakan metode Inkuiri Terbimbing pada materi Sistem

Peredaran Darah.

Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 34) menyatakan bahwa prestasi

siswa ditentukan dari interaksi kondisi internal siswa dan kondisi eksternal

siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud kondisi internal siswa adalah

kreativitas dan Kemampuan verbal sedangkan kondisi eksternal yang dimaksud

adalah metode belajar. Seorang guru harus menyesuaikan metode yang

digunakan dengan materi yang diajarkan sehingga interaksi kondisi internal

dan eksternal siswa dapat maksimal dan hasil prestasi siswa sesuai dengan

yang diharapkan.

Materi Sistem Peredaran Darah merupakan materi yang bersifat

empiris dan faktual artinya materi ini dapat diberikan dengan cara eksperimen.

Siswa dapat mengamati. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 128
digilib.uns.ac.id

menginteraksikan siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya.

Salah satu usaha guru untuk memaksimalkan interaksi antara siswa dengan

sumber belajaranya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik materi. Dalam penelitian ini digunakan metode

Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing yang keduanya menuntut

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan

eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan

mengkonstruk pengetahuan secara bersama.

Dari hasil rata-rata prestasi belajar kognitif, siswa yang menggunakan

metode Inkuiri Bebas Termodifikasi yaitu sebesar 80,43 dan yang

menggunakan metode Inkuiri Terbimbing sebesar 71,06. Sedangkan rata-rata

prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi sebesar 46,25 dan yang menggunakan metode Inkuiri

Tebimbing r sebesar 43,719. Dari data prestasi diatas dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi lebih baik daripada

metode Inkuiri Terbimbing. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada proses

mengkostruksi pengetahuan barunya, membutuhkan fasilitator untuk

merangsang sistematika berpikirnya khususnya pada fase search. Siswa

memerlukan penguatan konsep yang mereka dapatkan dari materi sebelumnya.

Berkebalikan dengan hasil prestasi kognitif dan afektif, rata-rata prestasi

psikomotor siswa yang menggunakan metode Inkuiri Terbimbing yaitu 15,719

lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode

Inkuiri Bebas Termodifikasi sebesar 14,313. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 129
digilib.uns.ac.id

tahapan metode Inkuiri Terbimbing mendorong siswa lebih aktif untuk

berkreasi dalam melakukan eksperimen sehingga memicu keterampilan

motoriknya untuk menjadi lebih terasah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halizah Awang dan

Ishak Ramly (2008: 20) yang menyatakan bahwa metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi sesuai diterapkan untuk materi-materi yang membutuhkan

pembuktian empiris seperti halnya materi Sistem Peredaran Darah. Selain itu

disebutkan pula bahwa Inkuiri Bebas Termodifikasi merangsang siswa untuk

mendayagunakan segala kreativitasnya untuk memecahkan masalah.. Sama

halnya dengan penelitian ini, penerapan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi

memicu siswa untuk memecahkan masalah dengan mendayagunakan

kemampuannya mengkaitkan materi yang telah dimiliki dengan hasil

pengetahuan baru yang didapatkan melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan

presentasi. Proses pembelajaran menggunakan Inkuiri Bebas Termodifikasi

akan membentuk pola pikir siswa lebih sistematis sehingga pengetahuan baru

yang sudah terkonstruk di dalam memori jangka pendek kemudian dapat

tersimpan dalam memori jangka panjang yang siap di-recall kembali.

2. Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan

dengan sel tak sama pada prestasi kognitif dan afektif masing-masing

menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,675 dan 0,663 sehingga Ho diterima,

artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa

yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 130
digilib.uns.ac.id

rendah pada materi Sistem Peredaran Darah. Sedangkan pada prestasi

psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,000 sehingga Ho ditolak,

artinya ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi

Sistem Peredaran Darah Hal ini menunjukkan bahwa tinjauan kreativitas tinggi

dan rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar pada materi Sistem

Peredaran Darah baik kognitif maupun afektif, tetapi memberikan perbedaan

terhadap prestasi psikomotor.

Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta.

Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam

mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru

dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar

menjadi kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah

senang mengkaji hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi

makna dari suatu konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan

secara sistematik.

Berdasarkan ciri–ciri tersebut siswa yang mempunyai kreativitasnya

tinggi akan cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena

mereka telah memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi Sistem

Peredaran Darah diberikan oleh guru dengan menggunakan eksperimen.

Eksperimen tersebut merangsang siswa yang kreatif untuk mencoba. Menurut

Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif

oleh siswa dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, berusaha sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 131
digilib.uns.ac.id

untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya

sehingga menghasilkan konsep pengetahuan yang akan tersimpan kuat dalam

memori jangka panjang dan siap di recall kembali.

Dilihat dari deskripsi data pada awal bab ini, bisa dilihat bahwa siswa

mempunyai prestasi yang bisa dikatakan baik, untuk siswa mempunyai

kreativitas tinggi maupun rendah. Ada perbedaan yang signifikan dari prestasi

belajar kognitif dan prestasi belajar afektif siswa yang kreativitasnya tinggi

dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai dengan teori

Piaget karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan cenderung lebih

dapat memaksimalkan interaksinya dengan sumber belajar sehingga siswa

dapat mengkonstruk konsep secara utuh. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038)

mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung

percaya diri, memiliki keinginan untuk bekerjasama, menyenangi hal-hal yang

baru dan ketiga faktor tersebut berpengaruh kuat dalam proses belajar dan

kreativitas berkorelasi kuat dengan prestasi siswa.

3. Hipotesis Ketiga

Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan

sel tak sama pada prestasi kognitif menunjukkan harga signifikansi masing-

masing sebesar 0,020 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan prestasi

belajar kognitif antara siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dengan

siswa yang mempunyai Kemampuan verbal rendah pada materi Sistem

Perdaran Darah. Sedangkan prestasi afektif dan psikomotor menunjukkan

harga signifikansi sebesar 0,232 dan 0,104 sehingga Ho diterima artinya tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 132
digilib.uns.ac.id

ada perbedaan prestasi belajar afektif dan psikomotor antara siswa yang

memiliki Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang mempunyai

Kemampuan verbal rendah pada materi Sistem Peredaran Darah.

Kemampuan verbal adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan

berfikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki

Kemampuan verbal cenderung berpikir secara konseptual dalam memecahkan

suatu masalah melalui langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap

kritis, sikap terbuka, sikap obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap

berani mempertahankan kebenaran dan sikap menjangkau ke depan.

Kemampuan verbal sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan

alam khusunya Biologi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

Kemampuan verbal memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar.

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 23) bentuk

pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga yaitu bentuk pengetahuan fisik, logiko

matematik dan psikologi sosial.

4. Hipotesis Keempat

Hasil pengujian hipotesis kelima menggunakan anava tiga jalan

dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor

menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,940; 0,254 dan 0,762 sehingga Ho

diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi

antara metode pembelajaran dan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar

kognitif, afektif dan psikomotor.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 133
digilib.uns.ac.id

Metode pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru untuk

mengemas media dan metode sedemikian sehingga interaksi siswa dengan

siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan

belajarnya dapat terjadi secara maksimal. Penentuan metode pembelajaran

yang akan digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Salah satu

karkteristik siswa yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah kemampuan

verbal. Sejalan dengan penelitian Sesuai dengan indikator Kemampuan verbal

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kesukaan memeriksa kembali hasil

pekerjaanya dan rasa ingin tahu yang tinggi memberikan kontribusi terhadap

prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi akan

lebih tertantang mempelajari konsep Sistem Peredaran Darah melalui

pemecahan masalah. Rerata prestasi psikomotor dan standar deviasi siswa

yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dan kreativitas tinggi yang dikenai

Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing berturut-turut 73,96; 6,15

dan 80,00; 10,27 sedangkan rerata siswa yang memiliki Kemampuan verbal

rendah dan Kreativitas Rendah yang dikenai metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing berturut-turut 58,13; 10,64 dan 65,58;

11,44. Dari data dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki Kemampuan

verbal tinggi dan rendah cocok dikenai Inkuiri Terbimbing. Inkuiri

Terbimbing.memberikan kebebasan kepada siswa untuk berinteraksi dengan

sumber belajar lebih banyak yaitu siswa mengeksplor kemampuan internalnya

sehingga diperoleh hasil eksperimen yang lebih beragam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 134
digilib.uns.ac.id

5. Hipotesis Kelima

Hasil pengujian hipotesis keenam menggunakan anava tiga jalan

dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik

menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,376; 0,744 dan 0,579 sehingga Ho

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara sikap

ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan

pada Tabel 4.34.

Tabel 4.28 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

Berdasarkan Kemampuan verbal dan Kreativitas

Kreativitas Kemampuan verbal Kemampuan


Prestasi
Tinggi verbal Rendah

Kognitif Tinggi 49,77 47,07

Rendah 49,33 46,54

Afektif Tinggi 46,17 38,75

Rendah 43,75 43,83

Psikomotor Tinggi 76,98 68,44

Rendah 62,50 61,85

Dari Tabel 4.34 diatas menunjukkan bahwa urutan rerata prestasi

kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut dari tinggi ke rendah adalah

kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi-Kemampuan verbal tinggi,

siswa yang memiliki kreativitas commit


tinggi- Kemampuan
to user verbal rendah, kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id

rendah- Kemampuan verbal tinggi dan Kemampuan verbal rendah-kreativitas

rendah.

Torrance dalam Muhammdad Asrori (2008: 63) mengungkapkan bahwa

kreativitas berkembang didasari oleh potensi dari dalam dirinya dan ditunjang

oleh pengalaman selama berinteraksi dengan sumber belajar dalam lingkungan

belajarnya. Sejalan dengan penelitian Munandar (1977) dalam Munandar (2009:

9) bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi dimana kreativitas sebagai

prediktor dari prestasi sekolah. Sama halnya dengan hasil penelitian ini bahwa

siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan Kemampuan verbal tinggi mempunyai

kemampuan untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih baik dalam

lingkungan belajarnya tinggi sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan Kemampuan verbal rendah.

6. Hipotesis Keenam

Berdasarkan tabel test between subject effect, hasil pengujian hipotesis

ketujuh pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut

menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,967; 0,222 dan 0,161 sehingga Ho

diterima berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan

kreativitas dan Kemampuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan

psikomotor.

Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode Inkuiri Bebas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 136
digilib.uns.ac.id

Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing. Selain itu menurut Piaget perolehan

pengetahuan merupakan hasil kostruksi pengetahuan yang masuk dengan

menghubungkan informasi yang masuk tersebut dengan informasi yang telah

diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan melalui metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing sesuai dengan pencarian pengetahuan

secara aktif, dan kreatif serta membutuhkan Kemampuan verbal yang tinggi

sehingga akan diperoleh prestasi yang paling baik. Begitu pula Teori belajar social

Vygotsky yang menyatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik

jika materi yang diberikan diatas sesuai zone of proximal development siswa dan

scaffolding siswa. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan

pada Tabel 4.35, 4.36 dan 4.37.

Tabel 4.29 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Kemampuan verbal


dan Kreativitas

Inkuiri Bebas Inkuiri Terbimbing


Termodifikasi
Kreativitas Kreativitas Kreativitas Kreativitas
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Kemampuan verbal 48,33 52,67 51,20 52,67
Tinggi
Kemampuan verbal 42,80 44,00 51,33 49,08
Rendah

Tabel 4.30 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Kemampuan


verbal dan Kreativitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 137
digilib.uns.ac.id

Inkuiri Bebas Inkuiri Terbimbing

Termodifikasi

Kreativitas Kreativitas Kreativitas Kreativita

Tinggi Rendah Tinggi s Rendah

Kemampuan verbal 43,33 32,50 49,00 55,00

Tinggi

Kemampuan verbal 30,00 36,50 47,50 51,15

Rendah

Tabel 4.31 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Kemampuan

verbal dan Kreativitas

Inkuiri Bebas Inkuiri Terbimbing

Termodifikasi

Kreativitas Kreativitas Kreativitas Kreativita

Tinggi Rendah Tinggi s Rendah

Kemampuan verbal 73,96 61,46 80,00 63,54

Tinggi

Kemampuan verbal 65,00 58,13 71,88 65,58

Rendah

Dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa tidak ada interaksi

commit dan
antara metode pembelajaran, kreativitas to user
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id 138
digilib.uns.ac.id

belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan masih ada faktor

internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Mengingat keterbatasan penulis, tidak semua faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa diteliti. Namun metode pembelajaran, kreativitas dan Kemampuan

verbal memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara parsial.

7. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi

waktu penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan

pembelajaran (silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan

aturan Depdiknas (2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa

kekurangan antara lain instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif

siswa yang hanya berupa angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua

metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode

observasi dan laporan diri. Penggunaan metode observasi didasarkan pada asumsi

bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Metode

laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif

seseorang adalah dirinya sendiri. Penggunaan angket sebagai salah satu bentuk

metode laporan diri menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk

mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu

mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada

tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokan

dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat lebih

diketahui dengan tepat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 139
digilib.uns.ac.id

Selain itu Donald Ary (2007:30) menyatakan “penelitian di bidang

pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian

di bidang IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin

bahwa respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Selain itu

tidak digunakannya reliabilitas rating untuk mengetahui konsistensi rater

(observer) saat melakukan penilaian psikomotor siswa saat eksperimen

berlangsung.

Dalam uji instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas dan tes prestasi

serta nilai angket Kmampuan verbal dan afektif peneliti berusaha agar jawaban

siswa yang dituangkan dalam kuisioner benar-benar independen dan jawaban-

jawaban tersebut diungkapkan secara jujur artinya sesuai dengan suara hati dan

pikiran yang ada dalam diri siswa.

Peneliti juga sudah berusaha untuk bersikap obyektif dan senantiasa

mengatur jarak fisik dan mental supaya siswa tidak merasa tertekan. Namun tidak

dipungkiri bahwa pengisian angket tersebut sifatnya sangat subyektif sehingga

ada celah yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan temannya atau

jawaban tersebut tidak sesuai dengan suara hati mereka, kejadian inilah tentu di

luar kemampuan peneliti dalam menjaga sikap obyektivitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data dan pembahasan yang telah ada, maka dapat ditarik

simpulan antara lain:

1. Hasil penelitian ini memberikan hasil data bahwa ada perbedaan secara

signifikan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang

diajar dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode

Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah Siswa

yang diberi pembelajaran dengan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi

mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode Inkuiri Terbimbing. Penerapan metode Inkuiri

Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing keduanya menuntut kemampuan

siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan eksperimen,

mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan

mengkonstruk pengetahuan secara bersama, namun penerapan metode Inkuiri

Terbimbing ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi.

2. Pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah saat proses

pembelajaran memberikan perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar

kognitif dan afektifnya untuk pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah

tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor. Kreativitas merupakan

faktor internal yang ada dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi
commit to user

140
perpustakaan.uns.ac.id 141
digilib.uns.ac.id

belajar siswa. Kreativitas sangat terkait dengan aspek pribadi, pendorong,

proses dan produk. Eksperimen pada materi Sistem Peredaran Darah

merangsang siswa yang kreatif untuk melakukan inovasi dalam

bereksperimen sehingga kreativitas sangat berpengaruh pada hasil belajar

siswa pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya.

3. Pada siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dan Kemampuan verbal

rendah tidak memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda secara signifikan

terhadap aspek kognitif dan afektif, tetapi ada perbedaan secara signifikansi

terhadap aspek psikomotor pada pembelajaran materi Sistem Peredaran

Darah.Hal ini karena Kemampuan verbal berakibat langsung terhadap

ketrampilan siswa saat melakukan eksperimen. Kemampuan verbal

merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa.

4. Pembelajaran menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri

Terbimbing dengan kreativitas tinggi dan rendah ada interaksi yang

signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak ada

interaksi terhadap prestasi psikomotor untuk pembelajaran materi Sistem

Peredaran Darah. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri

Terbimbing membutuhkan kreativitas dari diri siswa. Pada pembelajaran

materi Sistem Peredaran Darah dengan menggunakan Inkuiri Bebas

Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, kreativitas siswa yang tinggi

mempengaruhi saat proses pembelajaran dan akan merubah prestasi belajar

menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan karena pada tahapan pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 142
digilib.uns.ac.id

Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, menggunakan tahapan

eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan keterampilan merangkai

alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen.

5. Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode Inkuiri Bebas Termodifikasi

dan Inkuiri Terbimbing dengan Kemampuan verbal tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi ada interaksi antara

metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan

Kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor

untuk pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah..

6. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara kreativitas dan Kemampuan

verbal untuk prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada

pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah. Dapat disimpulkan siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, mempunyai kreativitas tinggi dan

rendah serta memiliki Kemampuan verbal tinggi dan rendah prestasi

belajarnya baik aspek kognitif maupun afektif tidak terdapat perbedaan yang

signifikan

7. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas dan Kemampuan

verbal siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada

pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah..

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 143
digilib.uns.ac.id

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

a. Pembelajaran Biologi metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri

Terbimbing, dapat diterapkan pada siswa dengan kreativitas siswa tinggi

maupun pada siswa dengan kreativitas rendah.

b. Pembelajaran Biologi metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri

Terbimbing, dapat diterapkan pada siswa dengan Kemampuan verba tinggi

maupun siswa dengan Kemampuan verbal rendah.

2. Implikasi Praktis

1. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memberikan prestasi belajar yang

baik dibandingkan metode Inkuiri Terbimbing, sehingga metode tersebut

dapat menjadi alternatif dalam proses belajar mengajar untuk materi

Sistem Peredaran Darah .

2. Kreativitas dan Kmampuan verbal siswa perlu mendapatkan perhatian

dari guru dalam upaya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru

Dalam penggunaan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri

Terbimbing,, perlu dilakukan persiapan secara matang, sehingga

pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 144
digilib.uns.ac.id

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode Inkuiri

Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, dibandingkan dengan

penggunaan metode pembelajaran yang lain untuk mengetahui pengaruh

metode tersebut dengan prestasi belajar.

Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kreativitas dan Kemampuan verbal siswa dalam menyampaikan materi

pelajaran, khususnya materi Sistem Peredaran Darah.

2. Peneliti

Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain dan variabel yang

berbeda dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah

pengetahuan guru dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Moh. 1979. Apakah Metode Discovery-Inquiry itu?. Jakarta: Departemen


Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus.

Amin, Moh. 1979. Orthopedagogik Anak Tunagrahita., Jakarta: Dekdikbud.


Dikti, Proyek Tenaga Guru

Arifin, Mulyati. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina


Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Candra, Julius. Kreativitas: Bagaimana Menanam, Membangun dan


Mengembangkannya, ogyakarta: Kanisius, 1994.

Csikszentnihalyi, Mihaly. 2006. A Systems Perspective on Creativity. Journal


Reading. Cambridge: Cambridge University Press.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional.

Evanson M. Muriithi, dkk (2013). Project Method and Learner Achievement in


Physics in Kenyan Secondary Schools. Department of Educational
Communication and Technology. University of Nairobi. International
Journal of Education and Research. Vol. 1 No. 7 July 2013

Fasko, Daniel Jr. 2000. Education and Creativity. Creativity Research Journal.
2000-2001, vol. 13, No 3 dan 4, 317-327. Bowling Green State University.

Fisher, Alec. 2007. Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Gulo.2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Ismo T. Koponen and Terhi Mäntylä. 2004. Generative Role of Experiments in


Physics and in Teaching Physics: A Suggestion for Epistemological
Reconstruction. Finland: Department of Physical Sciences, University of
Helsinki.
commit to user

145
perpustakaan.uns.ac.id 146
digilib.uns.ac.id

Kuslan dan Stone, H.A. 1992. Teaching Children Science, An Inquiry Approach.
California, Wordsworth Pub. Co.

Margono. 1998. Pengantar Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas


Sebelas Maret.

Masidjo, 2007. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.


Yogjakarta: Kanisius.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nancy Lampert. 2011. A study of an after-school art programme and critical


Thinking. Virginia Commonwealth University. International Journal of
Education through Art. Volume 7 Number 1. © 2011 Intellect Ltd Article.
English language. doi: 10.1386/eta.7.1.55_1

Nikerson, Raymond S. 1985. The Teaching of Thinking. United States of


America: Lawrence Erlnaum Associates.

Olatoye, R.A dan Adekoya, Y. M. 2010. Effect Project-Based, Demotration, and


lecture Teaching Strategies on Senior Secondary Students’ Achievement in
an Aspect of Agricultural Science. Nigeria: Osun State University,
Osogbo, Osun. International Journal of Education Research and
Technology, Volume 1, June 2010: 19-29

Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pratiwi, dkk. 2012. Biologi 2 untuk SMA Kelas XI KTSP. Jakarta:. Erlangga.

Rusyan dkk. 1989. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan
Dasar. Bandung: Bina Budhaya.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santrack, John W. (2008). Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:


Erlangga.

Setyoningsih . 2010. Biologi 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta:. Bailmu.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta CV.

Suparno, Agus. 2007. Penerapan Metode Belajar Aktif dan Pembelajaran


commit
Berbasis Proyek. Jakarta: PT to user
Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id 147
digilib.uns.ac.id

Suparno, Paul. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius.

Suparno, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas


Sanata Dharma.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Cetakan kelima. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Cetakan


kedua. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cetakan keempat. Jakarta. PT Bumi
Aksara. Jakarta: PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI.

Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai