id
SKRIPSI
Oleh:
NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO
NIM K1208110
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh:
NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO
K1208110
SKRIPSI
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berbicara .................................................................................... 24
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 25
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 26
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. IMPLIKASI ................................................................................ 62
C. SARAN....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
CL : Catatan Lapangan
JA : Jovanka Addin P. A.
Nar. : Narasumber
Pen. : Peneliti
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
kondisi sekolah cukup nyaman dan kondusif, karena sarana dan prasarana yang
dimiliki cukup menunjang untuk pembelajaran berbicara.
Berdasarkan dari uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai strategi pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru
di SMP Negeri 8 Surakarta. Penelitaian ini peneliti tuangkan dalam judul
DI SMP NEGERI 8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam
pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
hal-hal sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara
1. Hakikat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Nurgiyantoro (2001: 276) mengungkapkan pengertian berbicara adalah
aktivitas kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah
kemudian manusia belajar mengucapkan bunyi dan akhirnya mampu untuk
berbicara. Jika ingin berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus
menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan.
Suwandi dan Setiawan (2003: 7) menjelaskan bahwa berbicara adalah
kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Sebagai perluasan dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan kelihatan
(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikomunikasikan. Selain
itu Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 8) juga mengungkapkan
kemahiran berbicara mempunyai prasyarat-prasyarat tertentu. Prasyarat tersebut,
misalnya; keberanian, ketenangan sikap di depan orang banyak, mampu memberi
reaksi yang cepat dan tepat, sanggup melontarkan pikiran-pikiran atau gagasan-
gagasan secara lancar dan teratur, dan memperlihatkan suatu sikap dan gerak-
gerik yang tidak canggung dan kaku. Selain itu perlu diperlihatkan ekspresi fisik,
ucapan (lafalisasi), dan lagu. Ekspresi fisik berupa sikap dan mimik akan sangat
mampu menegaskan maksud pembicara.
Berbicara juga dapat diartikan sebuah ujaran sebagai suatu cara
berkomunikasi mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan
keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata (Tarigan,
1993: 8). Senada dengan pengertian di atas, Arman Agung (2008: 1) mengartikan
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
berbicara sebagai suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting,
karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia,
menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan
perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya. Suharyanti dan
Suryanto (1996: 28) juga berpendapat bahwa berbicara adalah suatu peristiwa
penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan,
bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu (1) bahasa lisan dan (2)
bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan,
sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya dinamakan bahasa tulis. Menulis dan membaca
merupakan ragam bahasa yang berkaitan erat dengan bahasa tulis, sedangkan
berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan ragam bahasa lisan.
Tidaklah sama antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Dalam bahasa tulis
seorang penulis diikat oleh susunan dan kaidah-kaidah penulisan dan lain
sebagainya. Dalam bahasa lisan, seorang bembicara juga diikat oleh kaidah-
kaidah seperti pelafalan, jeda, intonasi, dan sebagainya. Adakalanya seorang
pembaca tidak memahami tulisan apabila belum dilafalkan. Bahasa tulis dapat
menimbulkan multi tafsir atau makna ganda. Beberapa kalimat dalam kalimat
mungkin ambigu akan tetapi jika kalimat tersebut terlepas dari susunan kalimat
menjadi tidak ambigu. Hal itu sesuai dengan pendapat Susumo Kuno, dkk. (2001:
142).
anger of building syntactic
generalizations on the basic of a few ambiguous/unacceptable sentences
that first come to mind. Some or all of these sentences may be
ambiguous/unacceptable for nonsyntactic reasons, and sentences of the
same pattern might be unambiguous/acceptable if they were free from the
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
accomplish intended actions and how hearers infer intended meaning form
what is said. Although speech act studies are now considered a sub-
discipline of cross-cultural pragmatics, they actually take their origin in
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
dan (4) kelancaran komunikasi. Lebih lanjut, Midar G. Arsjad dan Mukti U. S.
(1991: 87) menjelaskan bahwa keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor,
yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (1)
ketepatan suara; (2) penempatan tekanan nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (3)
pilihan kata (diksi); dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun faktor
nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (2) mimik,
gerak badan, dan pandangan; (3) penampilan; (4) menghargai pendapat orang lain;
(5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7) penalaran; dan (8) penguasaan topik.
d. Merencanakan Pembicaraan
Keterampilan berbicara di depan khalayak, atau yang dikenal dengan
istilah public speaking tidak akan muncul begitu saja pada diri seseorang.
Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktik
penggunaannya. Berkaca dari masalah itulah para ahli menaruh perhatian terhadap
upaya membina dan mengembangkan keterampilan berbicara.
arus
dilalui dalam mempersiapkan suatu pembicaraan, yaitu (1) menyeleksi dan
memusatkan pokok pembicaraan, (2) menentukan tujuan khusus pembicaraan, (3)
menganalisis pendengar dan situasi, (4) mengumpulkan materi, (5) menyusun
ragangan kerangka dasar (outline), (6) mengembangkan ragangan/kerangka dasar,
dan (7) menyajikan pembicaraan.
e. Tujuan Berbicara
Menurut Suwandi dan Setiawan (2003: 12) yang dimaksud dengan tujuan
berbicara bergantung dengan apa yang dikehendakinya. Suatu maksud akan
menimbulkan reaksi-reaksi tertentu pula. Pada umumnya tujuan berbicara sebagai
berikut: (1) pembicara dikatakan mendorong apabila berusaha memberi semangat,
membangkitkan keinginan atau menekankan perasaan yang kurang baik, serta
menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Setelah pembicara itu berakhir,
pendengar diharapkan menunjukkan reaksi yang berupa tergugah perasaan mereka
terhadap hal yang disampaikan oleh pembicara; (2) pembicara berusaha
mempengaruhi keyakinan pendengar. Setelah pembicara selesai, diharapkan akan
terjadi persesuaian pendapat, keyakinan, dan kepercayaan antara pendengar dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; (6) daerah
dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai
dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan agar peserta didik mampu: (1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa nasional; (3) memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
(4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (6) menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: (1) mendengarkan; (2) berbicara; (3) membaca; dan (4) menulis.
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di SMP untuk
keterampilan berbicara pada semester genap dapat dilihat dari table berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi dasar
Kelas VII
1. Mengungkapkan 10.1 Menceritakan tokoh idola dengan
pikiran, perasaan, mengemukakan identitas dan keunggulan
informasi, dan tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan
pilihan kata yang sesuai
pengalaman melalui
kegiatan menanggapi 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan
cerita dan bertelepon bahasa yang santun
Kelas VIII
1. Mengemukakan 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan
pikiran, persaan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai
informasi melalui dengan bukti atau alasan
10. 2 Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan
kegiatan diskusi benar, serta santun
dan protokoler
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
yang berbeda maka dapat menimbulkan atensi atraktif dan dapat menarik para
pendengar. Keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan
mengasah, mengolah, serta melatih seluruh potensi yang ada.
Ellis (dalam Adi, 2011: 15) mengemukaan adanya tiga cara untuk
mengembangkan kemampuan berbicara secara vertikal. Ketiga cara tersebut,
yaitu: (1) menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru); (2)
mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan (3) mendekatkan
atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum
benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Tujuan lainnya
adalah agar anak-anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka
secara lisan. Rangsangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah
dengan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, bermain puzzle, angka, halma,
congklak, kartu, monopoli, ataupun komputer.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 286-287) menjelaskan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara memiliki beberapa tujuan, bergantung pada
tingkatannya masing-masing. Dalam hal ini ada tiga tingkatan yang digunakan,
yaitu tingkat pemula, menengah, dan tingkat tinggi. Pembelajaran keterampilan
berbicara pada tingkat pemula bertujuan agar peserta didik dapat : (1) melafalkan
bunyi-bunyi bahasa; (2) menyampaikan informasi; (3) menyatakan setuju atau
tidak setuju; (4) menjelaskan identitas diri; (5) menjelaskan kembali hasil simakan
atau bacaan; (6) menyatakan ungkapan rasa hormat; dan (7) bermain peran. Untuk
tingkat menengah tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta
didik dapat: (1) menyampaikan informasi; (2) berpartisipasi dalam percakapan;
(3) menjelaskan identitas diri (4); menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan;
(5) melakukan wawancara; (6) bermain peran; dan (7) menyampaikan gagasan
dalam diskusi atau pidato. Adapun untuk tingkat yang paling tinggi, yaitu tingkat
lanjut, tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat:
(1) menyampaikan informasi; (2) berpartisipasi dalam percakapan; (3)
menjelaskan identitas diri (4); menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan; (5)
berpartisipasi dalam wawancara; (6) bermain peran; dan (7) menyampaikan
gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
2. Jumlali skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur
penilaian yang diperoleh siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Total Nilai
X 100 =
20
4. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap satuan pendidikan pasti
mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Secara singkat alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Guru mamahami
kurikulum
PBM,
Metode/pendekatan,
Hasil PBM
keterampilan berbicara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang ada berdasarkan
konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara detail tentang proses
pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta. Dalam
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
C. Sumber Data
Menurut Sutopo (2002: 23) sumber data dalam penelitian kualitatif dapat
berupa manusia dengan tingkah lakunya, peristiwa, dokumenter, arsip, dan benda-
benda lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Peristiwa
Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah
peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta
yang dilakukan oleh guru dalam kelas dan terfokuskan pada pola interaksi
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lainya untuk
menspesifikasikan penelitian dan memudahkan dalam pengambilan data.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan beberapa siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 8
Surakarta.
3. Dokumen
Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini
adalah silabus, RPP, dan nilai keterampilan berbicara, yang berkaitan secara
langsung dengan pokok pembahasan penelitian ini.
D. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada tujuan yang
diinginkan. Peneliti mengambil sampel satu kelas dari masing-masing tingkatan di
SMP Negeri 8 Surakarta. Kelas inilah yang diamati tentang proses pembelajaran
dan nilai hasil keterampilan berbicara. Kelas yang dipilih adalah kelas VII F untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
tingkat kelas VII dan kelas VIIIA untuk tingkat kelas VIII, tidak menggunakan
kelas IX karena ditakutkan menggangu proses Ujian Nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memeroleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana
dalam Rahayu, 2011: 36)
Wawancara mendalam dilakukan secara tidak formal terstruktur guna
mendapatkan data yang tidak bisa didapat mealui teknik observasi. Untuk itu
peneliti melakukan wawancara secara langsung. Peneliti melakukan
wawancara kepada guru bahasa Indonesia kelas VII dan kelas VIII dan siswa
dari kelas yang menjadi objek penelitian.
F. Validitas Data
Teknik uji validitas data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Triangulasi data
Yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber untuk
mendapatkan/mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data tersebut, peneliti
menggunakan beberapa sumber, yaitu dokumen (hasil rekaman maupun
catatan ujaran-ujaran yang disampaikan guru dan siswa), peristiwa (proses
pembelajaran), dan informan (guru dan murid)
2. Triangulasi metode
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dari observasi di
objek penelitian kemudian direduksi dan dikuatkan dengan bukti dari metode
wawancara.
3. Review informan
Laporan penelitian di-review oleh informan (khususnya informan
kunci) untuk mengetahui apakah data-data yang ditulis sesuai dan disetujui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Negeri 8 Surakarta; (3) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri
8 Surakarta dalam pembelajaran keterampilan berbicara; dan (4) upaya-upaya
yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui
dalam pembelajaran keterampilan berbicara SMP Negeri 8 Surakarta.
4. Penarikan Simpulan
Berdasar dari hasil analisis terhadap ujaran dan pembicaraan antara
guru dengan murid yang terjadi pada proses pembelajaran dan pada saat
diwawancarai, kemudian ditarik simpulan. Simpulan-simpulan tersebut
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini data yang
diverifikasi meliputi: perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara,
pelaksanaan pembelajaran, kendala yang timbul dalam pembelajaran
keterampilan berbicara, serta upaya guru bahasa Indonesia. Visualisasi proses
analisis tersebut sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
dari dua tempat duduk siswa, dan terdiri dari empat baris meja. Sedangkan ruang
kelas VIII A, juga terlihat bersih dan tertata rapi. Tetapi berbeda degan kelas VII
F, pencahayaan ruangan dibantu dengan lampu penerangan walaupun dalam
kondisi siang hari. Itu karena kelas VIII A terdapat di sudut, sebelah timur kelas
terdapat laboraturium IPA jadi sinar matahari hanya sedikit yang masuk dalam
ruang kelas. Terdapat dua pintu, sama seperti ruang kelas lainnya yaitu di depan
dan di belakang. Kursi dan meja diatur dengan posisi menghadap ke utara, terbagi
atas empat deret terdiri dari dua tempat duduk siswa, dan terdiri dari empat baris
meja.
Adapun sarana penunjang yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta adalah buku-buku referensi
yang berkaitan dengan keterampilan berbicara. Salah satu buku penunjang
kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara adalah buku pegangan guru
(modul/paket), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan buku-buku referensi Pintar
Berbahasa Indonesia SMP.
B. Temuan Penelitian
1. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
di SMP Negeri 8 Surakarta
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang berisi kegiatan guru
dalam mempersiapkan penyusunan berbagai keputusan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tujuan tersebut, sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2004
adalah berupa penugasan terhadap kompetensi dasar tertentu oleh peserta didik,
sehingga siswa memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran
atau standar kompetensi yang ditetapkan. Dengan demikian, penyusunan
serangkaian kegiatan itu dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian. Hal tersebut didasarkan pada amanat Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 1999-2004 tentang penyempurnaan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum
2004. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum yang menekankan pada kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
ungkapan di atas, ternyata masih ditemukan pada sekolah yang menjadi objek
peneliti, yaitu di SMP Negeri 8 Surakarta, namun bedanya tidak mengkopi dari
sekolah lain tetapi menggunakan silabus dan RPP yang dibuat oleh kelompok
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) bahasa Indonesia sekolah menengah
pertama (SMP) kota Surakarta. Tetapi hal tersebut seharusnya
mempertimbangkan konteks masing-masing sekolah, keadaan sarana dan
prasarana yang berbeda di setiap sekolah, dan kondisi siswa di setiap sekolah
yang tentunya berbeda antara sekolah satu dengan sekolah lainnya.
Hal-hal yang dicantumkan dalam silabus adalah (1) standar kompetensi
(2) kompetensi dasar (3) materi pokok/pembelajaran (4) kegiatan pembelajaran
(5) indikator penilaian (6) penilaian (7) alokasi waktu (8) sumber belajar.
Sedangkan hal-hal yang dicantumkan dalam RPP merupakan penjabaran secara
lebih rinci dari silabus yang sudah dibuat, antara lain mencantumkan (1) identitas
sekolah (2) Standar kompetensi (3) kompetensi dasar (4) indikator (5) tujuan
pembelajaran (6) materi pembelajaran (7) metode pembelajaran (8) langkah-
langkah pembelajaran (9) sumber belajar dan (10) penilaian. Bentuk silabus dan
RPP tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 (CL No 2.1 dan No. 2.2).
mengenai tokoh idola dari siswa, misalnya artis, tokoh kartun, pemain sepak bola,
pahlawan nasional, atau orang tua. Kemudian guru bertanya kepada siswa
mengapa mengidolakan seseorang yang menjadi idola siswa, contohnya
keunggulannya, karakter dari tokoh idola, dan identitas dari tokoh idolanya.
Siswa dengan antusias menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang hal-hal yang akan dipahami
dari kompetensi dari hari ini, yaitu mencari identitas dari sebuah tokoh idola,
menyebutkan prestasi-prestasi yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa,
dan menyebutkan sikap atau perilaku yang dapat dicontoh, tentunya sikap yang
baik. Masing-masing siswa diminta untuk mengidentifikasi identitas, prestasi, dan
sikap dari tokoh idola yang diidolakan oleh siswa. Pada kesempatan ini, guru
memberikan contoh bagaimana guru WP mengidentifikasi identitas, prestasi, dan
sikap dari tokoh idolanya, yaitu RA. Kartini. Guru menampilkan biografi tentang
RA. Kartini dengan menggunakan LCD proyektor yang terdapat di setiap kelas.
Guru menceritakan secara garis besar bagaimana RA Kartini memperjuangkan
martabat wanita di Indonesia, identitas RA Kartini, dan semangat yang membara
dari RA Kartini beserta teman-teman wanitanya.
Setelah menyampaikan materi, guru menyuruh siswa untuk membuat
kelompok masing-masing kelompok empat orang siswa, dengan cara berhadap-
hadapan depan dengan belakang. Tiap kelompok dihitung berdasarkan urutan dari
deret paling kiri kebelakang kemudian deret sebelahnya dan seterusnya.
Terbentuk delapan kelompok dalam kelas tersebut. Untuk kelompok dengan
urutan ganjil (1, 3, 5, dan 7) mendapat ugas menuliskan prestasi dari tokoh idola
yang menjadi objek diskusi, yaitu BJ Habiebi. Sedangkan untuk kelompok Genap
(2, 4, 6, dan 8) menuliskan sikap dan perilaku yang patut untuk diteladani dari
seorang BJ Habiebi. Sesekali guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa jika
ada yang mengalami kesulitan, maka guru memberikan penjelasan disela-sela
siswa mengerjakan. Dengan demikian kondisi diskusi berjalan dengan kondusif.
Setelah diskusi, masing-masing kelompok diminta untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
santun pada kelas VIII. Guru bertanya apakah diantara siswa pernah menjadi
seorang pembawa acara sebelumnya. Guru menjelaskan materi tentang berbicara
dan pengertian sebuah sesuatu acara.
Materi yang dijelaskan selanjutnya adalah susunan acara. Siswa diberi
tugas untuk menyusun sebuah susunan acara, siswa diberi kebebasan untuk
memilih acara yang siswa sukai, misalnya ulang tahun, perpisahan sekolah, atau
yang lainnya, dan siswa bertindak sebagai pembawa acaranya. Siswa diberikan
beberapa menit untuk membuat sebuah susunan acara dengan bahasa yang baik
dan santun. Pada kesempatan membuat susunan acara, guru berkeliling untuk
memeriksa hasil pekerjaan siswa, juga bertujuan untuk memantau kondisi kelas
agar tetap kondusif. Setelah beberapa saat, siswa maju untuk mempraktikkan
menjadi seorang pembawa acara pada acara yang mereka susun sendiri. Siswa
yang tidak maju ditugaskan untuk mengoreksi pemilihan kata yang kurang tepat
dari siswa yang maju. Kondisi menjadi sedikit gaduh karena siswa yang
dibelakang menyoraki teman yang sedang maju membawakan acara, namun guru
segera memberikan teguran untuk memperhatikan.
Di akhir pertemuan, guru menayanyakan kepada siswa apakah menemui
kesulitan ketika menyusun sebuah acara. Ada siswa yang mengeluhkan rasa
percaya diri yang bagus ketika menyusun konsep acara, tetapi sangat kurang
percaya diri ketika maju. Guru menjawab, kurangnya percaya diri itu wajar untuk
tahap belajar, dan akan lebih baik jika sering dilatih dan seringnya tampil di
sebuah acara yang sebenarnya. Guru memberikan tugas kepada siswa yang belum
maju praktik pada pertemuan hari itu, untuk mengoreksi kebahasaan dari konsep
suatu acara yang telah dibuat dan melatih diri untuk praktik berbicara. Dan bagi
siswa yang telah maju mengganti kata-kata yang salah kemudian dikumpulkan,
agar tidak ditemukan siswa pinjam pekerjaan siswa lainnya.
Pada pertemuan berikutnya, guru menanyakan tugas rumah siswa yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Siswa diminta untuk memeriksa kembali
pekerjaan yang sudah dibuat. Guru memberikan penjelasan mengenai penataan
susunan acara yang baik dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
santun. Siswa memeriksa kembali pekerjaan mereka. Sesekali guru berkeliling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Selain itu, jika guru ingin memberikan contoh dari buku-buku peningkatan
keterampilan berbicara yang ada di perpustakaan untuk dibawa ke dalam
kelas juga tidak memungkinkan.
giliran maju ke dapan. Hal sepele tetapi justru menjadi kendala yang besar
untuk pembelajaran berbicara, khususnya tingkat sekolah menengah pertama.
Bayangkan saja, masih SMP sudah sering bercanda yang tidak ada
manfaatnya, apalagi kelak nanti di tingkat lanjutan. Misalnya, banyak yang
berbicara memotong pembicaraan guru atau menyela teman yang maju, tetapi
jika yang bercanda tadi disuruh mengulang, dia tidak bias.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
dalam bentuk ucapan atau jika telah berulang kali diingatkan tetapi tetap
dilakukan guru dapat mengeluarkan siswa dari dalam kelas.
C. Pembahasan
1. Orientasi Pembelajaran Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta
Secara umum Orientasi pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua,
yakni pembelajaran yang berorientasi pada teori dan pembelajaran yang
berorientasi pada praktik. Pembelajaran yang berorientasi kepada teori dapat
diartikan bahwa inti dari sebuah pembelajaran adalah menyampaikan teori
sebanyak-banyaknya kepada siswa tanpa memerhatikan empat keterampilan dasar
yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan
yang dimaksud adalah keterampilan menulis, membaca, menyimak dan berbicara.
Jadi guru semata-mata hanya bertugas untuk mentransfer materi pelajaran kepada
siswa tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keempat
keterampilan berbahasa.
Berkebalikan dengan pembelajaran yang berorientasi pada teori,
pembelajaran yang berorientasi kepada praktik cenderung memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berapresiasi dengan keterampilan yang mereka
miliki. Guru berusaha untuk melatih keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh
siswa, baik itu keterampilan membaca, menulis, menyimak maupun berbicara.
Dengan demikian belajar tidak hanya sekedar mentransfer materi kepada siswa
tetapi juga melatih siswa untuk lebih apresiatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
baik. Sesekali guru berkeliling untuk memeriksa tugas yang dikerjakan oleh
setiap kelompok agar diskusi dapat berlangsung dengan baik. Jika siswa
mengalami kesulitan saat diskusi, mereka menanyakannya kepada guru ketika
guru berkeliling memeriksa pekerjaan mereka.
kurang baik. Bagi siswa yang tampil baik guru memberikan pujian atau
penguatan, sedangkan bagi siswa yang tampil kurang baik guru memberikan
masukan-masukan dan dorongan agar tampil lebih baik pada kesempatan
yang lain.
Inovasi-inovasi untuk membangkitkan semangat siswa sangat
dibutuhkan agar hasil pembelajaran menjadi memuaskan. Seorang pengajar
harus memiliki kemampuan lain, di samping kemampuan mengajar dan
menyampaikan materi. Seorang guru harus memiliki kepribadian matang,
dinamis, fleksibel, kreatif, inovatif, agresif, dan cerdas. Dalam hal ini soft
skill menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan guru dalam
membangkitkan semangat siswa.
2) Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara
oleh guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Surakarta beraneka ragam.
Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi ajar disesuaikan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Banyak metode yang digunakan
dalam pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah tersebut. Beberapa
metode tersebut di antaranya: permodelan, unjuk kerja, diskusi, demonstrasi,
penugasan, tanya jawab, dan inquiri yang dipadukan satu sama lain. Selain
metode ceramah, metode yang sering muncul dalam pembelajaran adalah
metode unjuk kerja.
Para guru menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Ada guru yang lebih menyukai metode diskusi
yang dikolaborasikan dengan metode lainnya. Metode diskusi dipilih karena
memiliki ranyak kelebihan, salah satunya dengan diskusi siswa akan
memiliki rasa persaudaraan yang kuat. Dari sekian banyak metode yang
digunakan, tampaknya metode ceramah lebih mendominasi jika
dibandingkan dengan metode lainnya. Hal tersebut dikarenakan penggunaan
metode apapun selalu diawali oleh ceramah guru walaupun hanya sebentar.
Dalam menerapkan atau memilih metode pembelajaran, guru juga
nenyesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa. Guru tidak menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
3) Bentuk-bentuk Tugas/Tes
Penilaian kemampuan berbicara dilakukan bukan berdasarkan tes
tulis melainkan tes non tulis atau unjuk kerja. Beberapa bentuk tugas yang
dipakai diantaranya mendiskripsikan tokoh idola, bercerita hasil wawancara,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
adalah belum sepenuhnya pada tingkat tes tersebut dipahami oleh siswa
sehingga hasilnya pun kurang memuaskan. Misalnya pada tes tingkatan
penerapan, siswa belum sepenuhnya mampu menerapkan masalah yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil temuan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta dapat dikemukakan simpulan
sebagai berikut.
1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP
Negeri 8 Surakarta dilakukan dengan menggunakan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran dari MGMP Kota dikembangkan guru kemudian
diimplementasikan dalam pembelajaran yang sebenarnya. Langkah-langkah
pembelajaran yang sudah dibuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
sudah dilaksanakan secara baik pada pembelajaran yang sesungguhnya.
Pembelajaran secara umum dilaksanakan dalam tiga langkah yakni kegiatan
awal, inti dan penutup.
2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta
pada dasarnya dapat berlangsung dan berhasil dengan baik. Hal ini
diindikatori dengan: (a) persiapan sebelum pembelajaran; (b) guru
melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai dengan RPP; (c) guru berperan
sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok belajar; (d) guru
menerapkan metode kooperatif dan inquiri; (e) guru menggunakan materi ajar
dari modul, buku referensi berbicara, dan lembar kerja siswa (LKS); dan (f)
penilaian terhadapo unjuk kerja siswa.
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara
di SMP Negeri 8 Surakarta di antaranya: (a) kurangnya buku tentang
keterampilan berbicara di perpustakaan; (b) siswa sulit diatur ketika
berdiskusi; (c) waktu pembelajaran terbatas; (d) minimnya kosakata bahasa
baku siswa; (e) siswa kurang percaya diri; (f) siswa kurang serius ketika
praktik berbicara; dan (g) siswa kurang antusias mengikuti pelajaran.
4. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pembelajaran keterampilan berbicara tersebut di antaranya: (a) sekolah
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
B. IMPLIKASI
Penelitian ini memberikan suatu gambaran bahwa keberhasilan suatu
pembelajaran menjadi tanggung jawab guru dan sekolah. Guru bertanggung
jawab untuk mengembangkar materi, menyampaikan materi, mengelola kelas,
memilih media dan sumber belajar, serta menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai. Sedangkan sekolah bertanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar
yang nyaman bagi proses pembelajaran
Penelitian ini memaparkan pelaksanaan pembelajaran berbicara di SMP
Negeri 8 Surakarta. Pembelajaran berbicara berorientasi pada praktik. Guru
mengarahkan siswa untuk dapat berbicara dengan bahasa yang baik dan benar
serta santu. Guru menggunakan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dibuat oleh MGMP Kota Surakarta dengan prosedur pembelajaran,
pemilihan sumber belajar, media, dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa di SMP Negeri 8 Surakarta, sehingga diharapkan dapat berdampak pada
keberhasilan pembelajaran.
Terdapat kendala-kendala yang ditemukan selama pembelajaran yang
berasal dari siswa, guru, dan sarana prasarana yang digunakan dalam
pembelajaran. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan baik oleh pihak
guru dan sekolah. Solusi yang diberikan atas kendala yang ditemukan
memberikan dampak pada berlangsungnya pembelajaran berbicara di SMP
Negeri 8 Surakarta secara lebih baik dari sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih banyak berlatih berbicara dengan menggunakan
tema tertentu dan praktik di depan halayak.
b. Siswa hendaknya lebih banyak membaca untuk menambah kosakata yang
dimiliki.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran
berbicara dengan cara memberikan hadiah berupa nilai kepada siswa
yang aktif selama pembelajaran berlangsung.
b. Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan saat menulis puisi.
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya berupaya untuk menciptakan suasana belajar
yang kondusif untuk mendukung tencapainya tujuan pembelajaran.
b. Pihak sekolah hendaknya selalu memberikan motivasi kepada guru untuk
meningkatkan kinerjanya dengan cara memberikan penghargaan kepada
guru yang berprestasi.
commit to user