id
SKRIPSI
Oleh:
Erma Susilowati
NIM K1208085
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh:
ERMA SUSILOWATI
K1208085
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Nur Syarohmawati
Adikku yang selalu menghibur kala susah dan memotivasiku
FACEL
Fira, Ardhy, Colin, Erma, Lina, lima bersaudara selamanya....
Teman-teman tercinta
Wahyu Purwanto, Nita Nur’aini, Aditya Permana. S., Muhari Widi, Dwi,
Wahyudi, Ummi, dan seluruh teman-teman Bastind ’08.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
Indonesia. Peneliti menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segenap kerendahan
hati perkenankan peneliti menghaturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberi izin penulisan skripsi.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.
3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penyusunan skripsi.
4. Prof. Dr. Herman. J Waluyo, M. Pd., dan Drs. Purwadi, selaku Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan positif kepada
peneliti hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
dengan tulus membagikan ilmunya kepada peneliti.
6. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri
Karangpandan yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di sana.
7. Dra. Ami Rahayu, selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri Karangpandan
yang telah memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam menyusun
skripsi.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Swt.
Akhirnya peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
PERNYATAAN ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ............................................................................................... iv
PENGESAHAN ................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan ................................................................................ 72
A. Simpulan ................................................................................... 85
B. Implikasi .................................................................................... 87
C. Saran .......................................................................................... 88
LAMPIRAN ...................................................................................................... 93
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 08 Contoh Naskah Drama yang Ditulis Peserta Didik ..................... 154
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
kemudian drama. Hal ini disebabkan karena ketika menghayati naskah drama
yang berbentuk dialog, peserta didik kurang teliti dibandingkan dengan
memahami prosa atau puisi terlebih lagi kurangnya rasa percaya didri dalam
menentukan gerak dan karakter dari pemain dalam naskah drama tersebut.
Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran drama adalah
faktor guru. Guru sebagai salah satu komponen pembelajaran adalah orang yang
bertindak dan bertanggung jawab langsung pada pengelolaan kelas. Peran serta
peserta didik secara aktif atau pasif dalam pembelajaran drama sangat tergantung
dengan cara guru mengajar. Sebagai pengelola seorang guru diharapkan dapat
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, guru mata
pelajaran bahasa Indonesia harus mampu menyusun RPP secara matang dan
mampu melaksakan secara optimal dan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, agar
kompetensi dasar yang terkait dengan pembelajaran drama dapat diraih dengan
baik. Menurut Mulyasa (2007:222) seorang guru dalam menyusun RPP paling
tidak harus mencakup beberapa aspek agar proses belajar dapat terkendali dengan
baik, yaitu (1) mengisi kolom identitas; (2) menentukan alokasi waktu yang
dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan; (3) menentukan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang
terdapat pada silabus yang telah disusun; (4) merumuskan tujuan pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta indikator yang telah
ditentukan; (5) mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi
pokok/pembelajaran dalam silabus; (6) menetukan metode yang tepat dalam
pembelajaran yang akan digunakan; (7) merumuskan langkah-langkah
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (8) menentukan
sumber belajar yang digunakan; (9) menyusun kriteria penilaian, lembar
pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran. Pada saat pembuatan RPP,
hendaknya guru memilih metode yang akan digunakan dalam penyampaian materi
dengan inovatif, tidak monoton sehingga pesera didik tidak merasa jenuh dan
bosan. Pemilihan media yang kurang tepat atau kurang mendukung juga dapat
menghambat proses penyampaian materi kepada peserta didik. Kurangnya
commit
pemahaman peserta didik terhadap to user drama dikarenakan keterbatasan
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
pengetahuan yang diterima dari guru selain itu kurang memenuhinya buku teks
yang dipakai dalam pembelajaran apresiasi drama.
Dalam sebuah pembelajaran, berbagai pendukung atau komponen
diperlukan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar dan tujuan yang
diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Sejalan dengan pendapat
Hamalik (2003:10) bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu
pula dengan pembelajaran drama, diperlukan beberapa unsur yang dapat
menunjang pembelajaran drama agar berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa
unsur tersebut antara lain: guru yang berpengalaman, peserta didik yang aktif dan
kreatif, fasilitas yang menunjang pembelajaran, perlengkapan yang memadai, dan
prosedur yang sistematis. Guru yang berpengalaman dalam pembelajaran
apresiasi drama harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
bagi peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan
kemampuannya secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran apresiasi drama.
Fasilitas dan perlengkapan pembelajaran dalam apresiasi drama yang minim
menjadikan proses petransferan ilmu menjadi terhambat. Pada saat proses
penyampaian materi kebanyakan guru masih susah dalam pengelolaan fasilitas
terutama pada penggunaan media yang mendukung. Di SMA Negeri Karangpadan
fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Dalam
pembelajaran apresiasi drama guru masih terbatasi dengan media LCD dan
pengeras suara/speaker yang jumlahnya sedikit. Sehingga dalam memberikan
contoh pementasan drama guru harus meminjam laboratorium fisika untuk
memutarkan contoh drama pentas tersebut dikarenakan belum mempunyai
laboratorium bahasa sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,
permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan
pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA Negeri Karangpandan, secara
lebih terperinci dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan
guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP)?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan
guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan,
materi, metode, media, dan evaluasi)?
3. Bagaimanakah guru melaksanakan pementasan drama di kelas XI SMA
Negeri Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses
latihan, dan proses perekaman drama)?
4. Apakah kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan
bagaimanakah upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya di kelas XI
SMA Negeri Karangpandan (peserta didik, fasilitas,waktu, bahan ajar)?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang dikemukaan, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui.
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi yang
membacanya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian yang hendak dilakukan diharapkan dapat
memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam hal pembelajaran
apresiasi drama di SMA Karangpandan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan secara lengkap potensi dan kreativitas dalam
diri peneliti terkait dengan aspek pembelajaran apresiasi drama dan
sekaligus dapat menjadi bahan perbandingan dalam kenyataan di
lapangan.
b. Bagi Guru
Memberikan gambaran mengenai pembelajaran apresiasi sastra pada
umumnya, pada apresiasi drama khususnya sehingga dapat menjadi
alternatif pemecahan masalah dan memunculkan kreativitas serta
inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama.
c. Bagi Sekolah
Memberi masukan dan pertimbangan untuk meningkatan mutu
pembelajaran apresiasi sastra, khususnya pada pembelajaran
apresiasi drama.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain
lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan
pembelajaran apresiasi sastra, pada pembelajaran apresiasi drama
khususnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
BAB II
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran
Sebelum membahas mengenai hakikat pembelajaran, terlebih dahulu
disinggung sedikit tentang arti belajar. Belajar menurut Witherington (dalam
Sukmadinata, 2009:155) merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dengan bentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Senada dengan
pendapat di atas belajar diartikan sebagai suatu proses di mana suatu perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap situasi (Hilgrad dalam
Sukmadinata, 2009:156). Lain halnya dengan pendapat Hamalik (2003:37)
memberikan pengertian bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang
disebut dengan belajar adalah proses yang berkaitan dengan kegiatan/aktivitas
yang menghasilkan suatu perubahan, baik berupa penambahan informasi
(pengetahuan) maupun berupa perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan
lingkungannya. Belajar merupakan suatu kegiatan penambahan informasi atau
perubahan tingkah laku. Belajar tidak hanya dapat dilakukan oleh anak kecil saja
tapi bisa dilakukan oleh setiap individu tanpa memandang umur. Kegiatan belajar
sendiri tidak hanya bisa dilakukan di bangku sekolah saja tetapi juga bisa di jalan,
di lingkungan keluarga dan masyarakat, juga berbagai tempat lainnya yang dapat
dijadikan sebagai penambah informasi dan pengalaman hidup bagi manusia.
Belajar sangat erat kaitannya dengan istilah pembelajaran. Istilah ini
sama dengan kata intruction atau pengajaran. Pengajaran merupakan interaksi
belajar dan mengajar (Hamalik, commit to user Seiring dengan perkembangan
2003:54).
7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
a. Siswa/Peserta didik
Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Lain halnya
menurut UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa istilah siswa berganti dengan istilah peserta didik yang
berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
b. Guru
Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Seperti halnya dengan pengertian dan istilah peserta didik, guru pun memiliki
istilah lain dalam UU no 20 tahun 2003 yaitu pendidik. Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga profesional yang
memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan, diantaranya: sebagai
sumber belajar, sebagai fasilitator, sebagai manajer, sebagai demonstrator,
sebagai administrator, sebagai motivator, sebagai organisator, dan sebagai
evaluator (Sanjaya, 2008:147). Peran guru tersebut selaras dengan pendapat
Soedomo (2005:23) yang secara ringkas mengelompokkan tugas seorang
guru pada dasarnya meliputi tiga hal, yakni: (1) tugas edukasional
(mendidik), (2) tugas instruksional (mengembangkan kemampuan afektif,
kognitif, dan psikomotorik), dan (3) tugas managerial (mengelola kelas dan
kegiatan belajar).
c. Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku yang
commitdidik
diinginkan terjadi pada peserta to user
setelah mengikuti proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
g. Evaluasi
Evaluasi yakni suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana peserta
didik telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar
dan mengajar (Hamalik, 2003:157). Wand dan Brown (dalam Sanjaya,
2008:181) mendefinisikan evaluasi sebagai “… refer to the act process to
determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses
untuk menentukan nilai suatu yang dievaluasi. Beliau juga menyebutkan
karakteristik evaluasi, yakni suatu proses berhubungan dengan pemberian nilai
atau arti.
Keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya:
1) Minat Belajar
Minat, artinya kecenderungan yang agak menetap, mempengaruhi si
subjek agar merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu
bidang.
2) Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan
guna mencapai tujuan tertentu.
3) Bahan Belajar
Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik, dan harus
sesuai dengan karakteristik peserta didik agar diminati oleh peserta didik.
4) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar-mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran
dari sumber belajar (guru) kepada penerima (peserta didik). Dalam memilih
alat bantu belajar harus mempertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar itu
dengan tujuan belajar, kemampuan peserta didik, bahan yang dipelajari, dan
ketersediaan di sekolah (Hamalik, 2003:69)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
5) Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam
lingkungan tempat proses pembelajaran yang berlangsung.
6) Kondisi Peserta didik yang Belajar
Kondisi peserta didik adalah keadaan peserta didik pada saat kegiatan
belajar-mengajar berlangsung, baik fisik maupun psikis.
7) Kemampuan Guru
Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan
guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta dalam
mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar-
mengajar berlangsung.
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk
meyampaikan materi kepada peserta didik.
2. Hakikat Drama
Secara etimologis kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu draomai
yang memiliki arti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Menurut Moulton
(dalam Tarigan, 1991: 70) drama adalah kehidupan yang ditampilkan dengan
gerak (life presentedin action). Kemudian Sudjiman (dalam Siswanto, 2008: 163)
menyatakan bahwa drama merupakan karya sastra yang bertujuan
menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat
lakuan dan dialog.
Selanjutnya, Waluyo (2006: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti
luas apabila ditinjau dari genre sastra atau cabang kesenian mandiri, yaitu drama
naskah dan drama pentas. Drama naskah merupakan genre sastra yang
disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan drama pentas merupakan kesenian
mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik,
tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan sebagainya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:342) “drama” memiliki beberapa
commit
arti, yaitu (1) komposisi syair atau prosa to userdiharapkan dapat menggambarkan
yang
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan;
(2) cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus
disusun untuk pertunjukan teater; (3) kejadian yang menyedihkan. Subrata dalam
kamus Webster’s New World Dictionary (1989) akan menjumpai entri “drama”
(hlm. 413) yang menyatakan:
“a literary composition that tell a story, usually of human conflict, by means
of dialogue and action, to be performed by actors”
Kalimat di atas mempunyai makna bahwa drama merupakan suatu
karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang disajikan
dalam bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas.
Kemudian Wijanto (dalam Dewojati, 2010: 8) menyimpulkan yang dimaksud
drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita
yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah
kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung,
disajikan dalam bentuk dialog dan gerak dalam bentuk naskah, didukung tata
panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana.
Dari beberapa definisi dan pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan drama adalah sebuah bentuk karya sastra yang
menceritakan konflik kehidupan, dipertunjukkan oleh para aktor yang memiliki
karakter ditunjukkan lewat dialog dan tingkah dalam sebuah pementasan lengkap
dengan unsur-unsur pembangunnya.
Drama sering disebut dengan istilah “sandiwara” atau “teater”. Kata
“sandiwara” sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “sandi” yang berarti rahasia
dan “warah” yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran ayng disampaikan
secara rahasia atau tidak terang-terangan. Hal ini karena pada hakikatnya setiap
sandiwara memiliki/mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi
penontonnya. Kata “teater” berasal dari bahasa Inggris theater yang berarti
“gedung pertunjukkan” atau “dunia sandiwara”. Kata tersebut ternyata sebenarnya
berasal dari bahasa Yunani yaitu theatron yang artinya pertunjukan atau dunia
sandiwara yang spektakuler, Wiyanto dan Soemanto dan Padmodarmaya (dalam
Endraswara, 2011:12). Kedekatancommit to user
tiga kata tersebut memang memiliki makna
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
yang hampir sama, tetapi tetap memiliki perbedaan yang mampu membedakan
ketiganya.
Setelah dipaparkan beberapa pengertian dari drama, akan dijelaskan
pengklasifikasian drama. Drama diklasifikasikan atas dasar jenis stereotip
manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Drama dalam
Waluyo (2003:38) diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu:
a. Tragedi
Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang
besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar.
Dengan kisah tentang bencana ini, pengarang naskah mengharapkan agar
penonton memandang kehidupan secara optimis. Kenyataan hidup yang
dilukiskan berwana romantis atau idealis, sebab itu lakon yang dilukiskan
sering kali mengungkapkan kekecewaan hidup karena mengharapkan
sesuatu yang sempurna atau yang paling baik di dunia ini.
b. Melodrama
Melodrama adalah lakon/cerita yang sentimentil, dengan tokoh dan cerita
yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh dalam melodrama
adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh agung seperti tragedi).
Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan melodramatik kepada seseorang
seringkali merendahkan martabat orang tersebut, karena dianggap
berperilaku yang melebih-lebihkan perasaannya.
c. Komedi
Drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog
kocak dan bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan
yaitu disebut drama komedi. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi,
tetapi hanya untuk menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Nilai dramatik
dari komedi masih tetap dipelihara. Hal ini berbeda dengan dagelan (farce)
yang mudah mengorbankan nilai dramatik dari lakon demi kepentingan
mencari kelucuan. Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol,
atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Brockett dalam Waluyo (2003:43)
merinci pembagian dramacommit
komedito menjadi
user 6 yaitu: (1) komedi situasi,
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Konflik tokoh hampir
selesai atau memperoleh pemecahan/penyelesaiannnya.
5) Catastrophe atau denoument atau keputusan
Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar lagi
cerita selesai.
d. Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh
dalam cerita drama. Karakter diciptakan penulis cerita untuk diwujudkan
oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Pemain harus memahami
benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama, agar dapat
mewujudkannya. Dalam kaitannya dengan karakter ada yang dinamakan
penokohan. Menurut Waluyo penokohan perwatakan memiliki hubungan
yang sangat erat, tokoh-tokoh yang memiliki watak menyebabkan
terjadinya konflik-konflik yang kemudian dapat menghasilkan sebuah
cerita (2009:27). Beliau juga mengklasifikasikan tokoh-tokoh dalam
drama seperti pengklasifikasian berdasarkan peranannya terhadap jalan
cerita, meliputi tiga jenis tokoh (2006:16).
1) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada
satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh para
tokoh lainnya.
2) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang
tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang
ikut menentang cerita.
3) Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis
maupun untuk tokoh antagonis.
Pengklasifikasian berdasarkan perananya dalam lakon (cerita) serta
fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
1) tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Dalam
hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan antagonis,
2) tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral.
commit
Dalam hal ini adalah tokoh to user dan
tritagonis,
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
dan plot dalam sebuah cerita, karena merupakan tempat kejadian cerita
(Rampan, 1995:43).
Waluyo (2003:23) juga menjelaskan bahwa setting atau latar
biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu. Setting
tempat tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan waktu dan
ruang. Setting waktu berarti waktu terjadinya cerita yaitu siang, pagi, sore,
atau malam hari. Settting ruang dapat berarti ruang dalam rumah atau luar
rumah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar atau
setting adalah sebuah tempat untuk melukiskan berlangsungnya sebuah
peristiwa atau kejadian, baik menyangkut ruang atau pun waktu.
g. Bahasa
Dalam hubungannya dengan drama, bahasa adalah segala-galanya, karena
bahasa ini yang mengantarkan ide dan pikiran dari penulis naskah drama.
Bahasalah yang membantu penulis untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan lewat kata-kata. Bahasa yang digunakan dalam penulisan naskah
adalah bahasa yang hidup dalam masyarakat, bahasa speech-act
(Endraswara, 2011:38).
h. Interpretasi
Drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap kehidupan, berusaha memotret
kehidupan secara nyata. Drama sebagai interpretasi dalam kehidupan
mempunyai kekayaan batin. Kehidupan yang ditiru oleh penulis drama
dalam cerita disentuh atau dimasuki berbagai hal agar sesuai dengan
kehidupan nyata.
karya sastra sebagai sesuatu yang layak diterima dan menerima nilai-nilai sastra
sebagai suatu kebenaran. Dengan demikian berarti apresiasi tidak hanya
membutuhkan aspek afektif dan psikomotor tetapi juga aspek kognitif.
Kegiatan apresiasi bisa dilakukan dari tingkat yang paling rendah atau
sederhana yaitu tingkat membaca karya sastra, kemudian naik ke tingkatan yang
paling tinggi yaitu upaya untuk melakukan tindakan atau kegiatan. Dalam sebuah
kegiatan apresiasi drama misalnya, maka kegiatan awal yang paling mudah adalah
membaca naskah drama dan memahaminya, kemudian berlanjut ketingkat yang
paling sulit atau tinggi yaitu pada waktu memainkan peran suatu tokoh sesuai
dengan sifat dan karakter tokoh di atas sebuah panggung.
Secara lebih rinci, Abdul Rozak Z. (Waluyo dan Nugraheni, 2009:44)
menjelaskan bahwa apresiasi adalah penghargaan atas karya sastra sebagi hasil
pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan atas karya sastra tersebut
dengan didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di
dalam karya sastra tersebut.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
apresiasi drama adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan perihal memahami,
menghayati, dan menghargai karya drama dengan jalan mendengarkan, membaca,
menyaksikan, memerankan bahkan sampai pada mementaskan drama serta
membuat resensi drama.
Dalam mengapresiasi drama diperlukan kecerdasan, kehalusan perasaan,
dan daya khayal yang cukup lincah, demikan juga untuk mementaskannya. Hal itu
karena kita harus menangkap makna drama dari dialog-dialog yang kadang-
kadang menggunakan bahasa yang bukan bahasa sehari-hari, bahkan kadang-
kadang dengan bahasa yang berkadar estetika atau filosofis tinggi (Waluyo,
2003:194).
Fowler (dalam Waluyo, 2006:202) menjelaskan bahwa apresiasi drama,
khususnya pementasan drama dan prosa dapat dibagi atas empat tingkat apresiasi.
a. Pembaca yang telah dapat merasakan karya sastra itu sebagai sesuatu yang
hidup, dengan pelakunya-pelakunya yang mengagumkan. Mereka dapat
commityang
terbawa dalam cerita atau drama to user
sedang dibacanya, diiringi dengan
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
apabila peserta didik sudah mulai belajar untuk mementaskan, maka pengajaran
drama mulai memasuki kawasan kemampuan psikomotorik, meskipun sebenarnya
dalam pengajaran drama di sekolah tidak dapat sepenuhnya lepas dari kemampuan
kognitif, sebab bagaimanapun peserta didik pasti diminta untuk dapat menguasai
beberapa materi yang bersifat teori.
Dalam pembelajaran drama di sekolah, pembelajaran apresiasi drama
juga harus menitikberatkan pada apresiasi peserta didik yaitu kegiatan atau
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran drama di sekolah. Apresiasi peserta
didik itu mencakup tiga hal, yakni kreasi, resepsi, dan ekspresi peserta didik
terhadap drama. Adapun kegiatan peserta didik yang berupa kreasi yaitu kegiatan
peserta didik ketika menulis naskah drama secara individu atau kelompok yang
berupa resepsi yaitu kegiatan peserta didik ketika membaca dan menghafalkan
naskah drama yang telah dibuat, sedangkan yang beupa ekspresi yaitu ketika
peserta didik mementaskan drama berdasarkan naskah drama tersebut.
Dalam pembelajaran drama ada beberapa strategi yang bisa dilakukan.
Pelaksanana pembelajaran akan menjadi semakin mudah apabila mengunakan
strategi tertentu dalam penyampaian materi, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Strategi pembelajaran drama yang menjadi patokan pembahasan adalah
strategi pembelajan yang berkaitan (1) strategi pembelajaran teks drama, meliputi:
a) strategi Stratta, b) langkah-langkah penyajian, c) strategi induktif model Taba,
d) strategi analisis, e) strategi sinektik (model Gordon), f) role playing (bermaian
peran), g) simulasi, dan (2) strategi pembelajaran drama pentas meliputi: a)
pementasan drama di kelas, b) pementasan drama oleh teater sekolah, c) teknik
pembinaan apresiasi drama, dan d) catatan tambahan tentang pemilihan materi.
a. Strategi Pembelajaran Teks Drama
1) Strategi Stratta
Strategi ini diciptakan oleh oleh Lesli StrattaI dan dapat diterapkan
untuk drama dan prosa fiksi. Wardani (dalam Waluyo, 2006: 186)
menjelaskan bahwa di dalam Strategi Stratta ada tiga tahap pembelajaran,
yaitu; (1) tahap penjelajahan, pada tahap ini di dalam pengajaran drama, guru
harus memberikan rangsangan commit to user
untuk mempersiapkan peserta didik untuk
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
membaca atau menonton suatu drama; (2) pada tahap interprestasi, hasil
bacaan atau tontonan mereka (peserta didik) berdiskusi dengan pertanyaan-
pertanyaan yang menggali oleh guru, mengenai kesan mereka, tokoh, latar,
watak, dan lain-lain; (3) pada tahap rekreasi, guru melatih peserta didik
membaca peran-peranya dan mencoba mementaskan kalau dapat. Kegiatan ini
dapat dilakukan dalam kelas tatap muka atau dan dilanjutkan di luar kelas
sebagai tugas terstruktur.
2) Langkah-langkah Penyajian
Sebelum guru melaksanakan kegiatan pembelajaran drama di kelas
harus melakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut antara lain
persiapan memilih bahan yang cocok dalam mengajar dan persiapan guru
sebelum membawa bahan tersebut di kelas, supaya dalam pelaksanaan
mengajarnya dapat terlaksana dengan baik seperti melakukan penjajagan
terlebih dahulu terhadap bahan yang akan diajarkan dan peserta didik yang
diajar, interprestasi yang dimaksudkan untuk membandingkan pemahaman
atau pendapat peserta didik mengenai drama dengan pendapat yang terdapat
dari buku materi, rekreasi ini adalah tingkat pelaksanaan atau praktik bermain
drama.
3) Strategi Induktif Model Taba
Strategi ini dikemukaan oleh Hilda Taba. Model pengajarannya
bersifat induktif dan biasanya strategi ini cocok untuk bagi pembahasan sastra.
Data-data sastra langsung diteliti oleh peserta didik, kemudian diadakan
penyimpulan-penyimpulan. Hilda Taba mengembangkan model pengajaran
yang berorientasi pada pengolahan orientasi. Adapun langkah-langkahnya
yaitu, (1) pembentukan konsep, meliputi mendaftar data, mengklasifikasikan,
dan memberi nama, (2) penganalisasian data, meliputi menafsirkan,
membandingkan, dan menyimpulkan, (3) penerapan prinsip, meliputi
menganalisa, membuat hipotesis, menerangkan, dan memeriksa hipotesis.
4) Strategi Analisis
Strategi ini menitikberatkan pada proses analisis terhadap tema
commit
sebagai hasil akhir, setelah to userplot, hubungan sebab akibat, dan
penokohan,
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
(1) Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan para peserta didik.
(2) Tingkat kesulitan bahasanya sesuai tingkat kemapuan bahasa peserta didik
yang akan menggunkannya. Apabila bahasanya terlalu sulit, maka apresiasi
tidak mungkin baik.
(3) Bahasanya sedapat mungkin digunakan bahasa yang standar, kecuali kalau
cerita memang memasalahkan penggunaan dialek. Penggunaan dialek sedikit
mungkin tidaklah begitu jelek, tetapi jika dapat dihindarkan sebaik mungkin
dihindari saja.
(4) Isinya tidak bertentangan dengan haluan negara.
(5) Naskah hendaknya mempunyai ciri, yaitu adanya masalah yang jelas, tema
atau tujuan yang jelas, perwatakan peranan, adanya penggunaan kejutan yang
tepat, bertolak dari gagasan murni penulis, dan menggunkan bahasa yang baik.
Selanjutnya, seperti halnya dalam setiap pembelajaran mata pelajaran dan
materi apapun ada kegiatan akhir yang berupa evaluasi atau penilaian (assesment).
Evaluasi atau penilaian drama dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran.
Evaluasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mengetahui apakah peserta
didik benar-benar telah memahami bahan yang telah diajarkan guru atau belum.
Dalam penilaian berbasis kelas, jenis penilaian yang harus dibuat oleh guru
meliputi, penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk,
penialain portofolio, dan penilaian diri (Suwandi 2008:81-100). Semua jenis tes di
atas harus dilaksanakan oleh guru agar guru dapat melaksanakan evaluasi
pembelajaran.
Moody (dalam Waluyo, 2003: 177) mengatakan bahwa penilaian dalam
pembelajaran drama meliputi empat tingkatan, yaitu: (1) tingkatan informasi
(pengetahuan); (2) tingkatan konsep (pemahaman); (3) tingkatan perspektif (cara
pemikiran pengarang dan pembaca); (4) tingkatan apresiasi (penghargaan karya
sastra dan pemahaman jalan pikiran pengarang). Tingkatan yang dicapai dalam
evaluasi pembelajaran drama tingkat Sekolah Menengah Atas sampai pada
tingkatan konsep (pemahaman). Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan adalah
dengan tes tertulis dan diskusi mengenai unsur-unsur drama yang telah
commit to user
terkandung dalam suatu pementasan.
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Oleh karena itu, tes esai disebut sebagai tes subjektif. Lain halnya tes objektif
yaitu disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test). Jawaban
terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang
benar. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang ádalah tes jawaban
benar-salah (trae-false), pilihan ganda (multipli choice), isian (complection),
dan penjodohan (maching) (Suwandi, 2008: 58-59).
Untuk mencari nilai setiap peserta didik menggunakan teknik
penilaian yang dikembangkan oleh FSI (Foreign Service Institute) sebagai
berikut:
1) Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 sampai
dengan 5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti
sedang, nilai 2 berarti kurang, nilai 1 berarti kurang sekali.
2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur
penilaian yang diperoleh peserta didik.
3) Nilai akhir peserta didik diperoleh dengan menggunakan rumus:
Total nilai x skor ideal (100) = nilai
Skor maksimum (25)
b. Penilaian Sikap
Suwandi (2008:89-90) memaparkan bahwa sikap bermula dari
perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu atau objek. Sikap juga suatu ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan
hidup yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum, objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Sikap terhadap materi pelajaran.
2) Sikap terhadap guru atau pengajar.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran.
Penilain sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik-teknik tersebut antara lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
1) Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umunya menunjukan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap
peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai
umpan balik dalam pembinaan.
2) Pertanyaan Langsung
Menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap
seseorang berkaitan dengan suatu hal. Jawaban atau reaksi yang diberikan
dapat dipahami sikap peserta didik terhadap objek sikap.
3) Laporan Pribadi
Penggunaan teknik ini peserta didik diminta membuat ulasan yang
berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal
yang menjadi objek sikap. Menurut Suwandi (2008: 94) dalam penilaian sikap
dapat menggunakan format penilaian sebagai berikut.
No Nama Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Peserta antusias memperhatikan Keaktifan Keaktifan
didik terhapadap guru pada saat dalam pada saat dalam
drama pembahasan pembelajaran berlatih
drama apresiasi drama peran
Jumlah
commit to user
(Tabel 2.2. Format Penilaian Proyek)
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Guru kelas tidak hanya membahas secara khusus kurikulum yang memuat
tentang drama yang menyoroti pengetahuan darama dan teknik drama
melain secra garis besar saja. Dalam pembelajaran drama dari mulai
pemanasan,kegiatan utama dan sampai berakhirnya pembelajaran yang
ditekankanguru adalah kemampuan eksplorasi kinestetik anak-anak dan
representasi serta ekspresivitas. Metode pembelajaran yang digunakan guru
harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan bahan ajar
yang dibutuhkan untuk mengembangkan kepribadian mengajar guru dan
meningkatkan kualitas pendidikan drama.
serta olah rasa dilatihkan secara bersama-sama, (3) pembinaan latihan materi
meliputi teknik berakting dan pemberian pengetahuan tentang bedah naskah, dan
(4) pementasan produksi. Fungsi teater sekolah dalampembelajaran apresiasi
drama adalah (1) sebagai sumber belajar dalam pembelajaran apresiasi drama, (2)
aktivitas latihan teater sebagai model dalampembelajaran apresiasi drama, dan (3)
teater sekolah sebagai pendorong kompetensi bersastra bagi peserta didik.
C. Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
44
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
commitdan
peristiwa (proses pembelajaran), to user
informan (guru dan peserta didik).
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
commit
bertujuan untuk lebih memudahkan to user
dalam mengambil data-data yang dianggap
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
commit to
Gambar 3.1 Analisis Interaktif user & Huberman, 1992:23)
(Miles
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. Deskripsi Temuan
50
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
begini mbak, kalau silabus yang saya gunakan itu hasil dari MGMP bahasa
Indonesia se-kabupaten Karanganyar. Untuk sekarang ini ada ketentuan
baru yang mengharuskan silabus dan perencanaan pembelajaran itu
berkarakter, artinya dapat membentuk karakter dari peserta didik itu
sendiri, mbak. Selain itu, silabus itu nanti dijadikan dasar dalam
pembuatan suatu perencanaan pembelajaran. (CLHW1)
f) model peraga
peserta didik yang mempunyai pengalaman sebagai pemain
drama/sinetron/bermain drama.
g) Lingkungan
pementasan drama/sinetron/rekaman drama
Metode yang digunakan guru, yaitu:
a). presentasi
b). diskusi kelompok
c). inquary
d). demonstrasi
12) Penilaian
a). teknik dan bentuk
tes lisan
tes tertulis
observasi kinerja/demonstrasi
tagihan hasil karya/produk: tugas, projek, portofolio
pengukuran sikap
penilaian diri
b). instrumen/soal
Daftar pertanyaan lisan tentang fungsi dialog dalam drama dan
cara mengekspresikan dialog dalam drama.
Tugas/perintah untuk melakukan persiapan, latihan, pementasan,
dan tanggapan penampilan dialog dalam drama.
Daftar pertanyaan uji kompetensi dan kuis uji teori untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori dan
konsep yang sudah dipelajari.
c). rubrik penilaian pengekspresian dialog tokoh dalam drama
Kompetensi Dasar : Mengekspresikan dialog para tokoh dalam
pementasan drama
Nama Peserta Didik :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
Kelas/Nomor Absen :
Tanggal Penilaian :
KOMPONEN SKOR
1 2 3 4 5
1. Ucapan (terdengar jelas oleh penonton?)
2. Intonasi (bervariasi sesuai tuntutan naskah?)
3. Pengaturan jeda (pengaturan jeda tepat
sehingga maksud kalimat mudah ditangkap
penonton?)
4. Intensitas dan kelancaran berbicara
(konsisten?)
5. Kemunculan pertama (mantap& memberikan
kesan yang baik?)
6. Memanfaatkan ruang yang ada untuk
memosisikan tubuh (blocking) saat
pementasan (baik/tidak?)
7. Ekspresi dialog untuk menggambarkan
karakter tokoh (sesuai karakter tokoh?)
8. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh
untuk mendukung ekspresi dialog (sesuai
karakter tokoh?)
9. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh
untuk mendukung ekspresi dialog (sesuai
karakter tokoh?)
10. Gerakan (bersifat alamiah dan tak dibuat-
buat?)
SKOR (MAKSIMAL 50)
(Tabel 4.1. Rubrik Penilaian)
Bentuk silabus dan RPP yang dikembangkan oleh guru secara lebih jelas
dapat dilihat di lampiran. Penyusunan RPP oleh forum MGMP bahasa Indonesia
SMA se-kabupaten Karanganyar membuat pembelajaran yang akan dilakukan
oleh guru menjadi lebih terstruktur, walaupun tidak bisa dipungkiri dalam
pelaksanaannnya terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah dituliskan dalam
RPP.
didik mendiskusikan adegan dan unsur- unsur drama dari rekaman drama
yang diputarkan. (CLHP 1)
Dalam pelaksanaan pembelajaran drama di kelas XI IPS 1 yang
dilakukan oleh Ibu Ami telah menggunakan media yang mengarah pada
pembelajaran apresiasi drama meskipun pelaksanaan pembelajarannya harus
di laboratorium fisika. Hal ini dikarenakan di ruang kelas XI IPS 1 belum ada
media yang memfasilitasi pembelajaran apresiasi drama. Di laboratorium
fisika guru menggunakan alat berupa LCD, proyektor, papan tulis, spidol, dan
buku materi. Pada saat pembelajaran suasana kelas sangat tenang sehingga
pembelajaran berjalan lancar. Guru menjelaskan tentang adegan dalam drama
dan unsur-unsur drama. Kemudian guru bersama peserta didik mendiskusikan
jumlah adegan dalam naskah drama yang berjudul “Tanda Bahaya” dan
meminta menyebutkan adegan apa saja yang terdapat dalam naskah tersebut.
Selain adegan, guru meminta kepada peserta didik untuk mencari tokoh
bayangan yang terdapat dalam naskah tersebut. Selanjutnya, guru
memutarkan rekaman drama yang bertemakan broken home karya peserta
didik yang sekarang kelas XII. Pemutaran rekaman drama tersebut
memerlukan durasi kurang lebih 30menit. Sisa waktu yang tinggal 15menit
digunakan guru untuk membicarakan adegan dan unsur-unsur dalam rekaman
drama tersebut. Sebelum diakhiri, guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk membaca dan menghayati naskah “Tanda Bahaya” yang akan
dilanjutkan pembahasan pada pertemuan berikutnya. Guru menanyakan
kepada peserta didik apakah ada kesulitan mengenai materi yang diajarkan
hari ini dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” dan akhirnya guru
menutup pembelajaran pada pukul 11.45 WIB dengan mengucapkan salam
dan peserta didik menjawabnya.
Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada
pertemuan yang pertama, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami sudah
mampu menguasai kondisi peserta didik di laboratorium fisika dan menguasai
materi yang diajarkan. Pada kegiatan pembelajaran dapat diketahui peserta
commit
didik antusias dalam mengikuti to user dan bisa bekerja sama dengan
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
guru, sehingga guru mudah dalam memberikan dan menerangkan materi dan
peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan Ibu
Ami dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab,
berdiskusi, dan inkuiri. Evaluasi yang dilakukan guru berupa pengamatan
keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.
b. Pengamatan Kedua
Peneliti melaksanakan pengamatan kedua dalam pelaksanaan
pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 13 Februari
2012 mulai pukul 08.30 WIB. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama
yang kedua ini dilaksanakan di ruang kelas XI IPS 1, sudah tidak lagi di
laboratorium fisika. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka pelajaran
dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru menanyakan
kehadiran peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru
antara lain: 1) Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik terhadap
materi yang diajarkan kemarin tentang adegan, tema, penokohan, alur, setting
dan amanat; 2) Guru dan peserta didik membahas naskah drama “Tanda
Bahaya” dari tema, penokohan, petunjuk lakuan, konflik yang terjadi, alur,
setting, dan amanat; 3) Guru memberikan contoh ekspresi dan dialog orang
yang sedang marah, sedih, dan bahagia; 4) Peserta didik memperhatikan guru
dan mereka tertawa ketika melihat ekspresi dari guru; 5) Guru menunjuk
peserta didik secara acak untuk memerankan tokoh dalam naskah drama
“Tanda Bahaya”, setelah mendapatkan pemeran yang cocok dengan karakter
tokoh di dalam naskah guru menyuruh peserta didik tersebut maju untuk
mementaskan drama tersebut didepan kelas; 6) Peserta didik yang ditunjuk
tersebut maju untuk memeran tokoh di dalam drama; 7) Peserta didik yang
lainnya memerhatikan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pertemuan kedua
ini, guru menyuruh peserta didik untuk mendemonstrasikan naskah drama
“Tanda Bahaya” di depan kelas. Setelah selesai mendemonstrasikan, guru dan
commit to user
peserta didik yang lainnya memberikan penilaian terhadap pemeranan tokoh
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
dalam naskah tersebut. Guru dan peserta didik menilai bahwa pemeran belum
menjiwai watak tokoh yang sesuai dengan naskah, ekspresinya masih kurang,
masih terjadi blocking. Kemudian guru memberikan contoh dialog-dialog
yang dirasa masih kurang sesuai dengan naskah. Guru menanyakan kepada
peserta didik apakah ada kesulitan mengenai materi yang diajarkan hari ini
dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” . Guru memberikan tugas rumah
kepada peserta didik untuk mengerjakan uji kompetensi unit 12 halaman 56-
58 dalam modul bahasa Indonesia dan akhirnya guru menutup pembelajaran
pada pukul 09.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik
menjawabnya. (CLHP 2)
Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada
pertemuan yang kedua, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami telah
mengikutsertakan peserta didik untuk terlibat langsung sebagai model dalam
memerankan tokoh dalam naskah drama “Tanda Bahaya” meskipun hanya
beberapa peserta didik saja yang ditunjuk. Hasil dari permodelan tersebut
didiskusikan bersama untuk memberikan saran agar ketika berperan nanti
dapat meminimalisir kesalahan. Metode yang digunakan Ibu Ami ketika
mengajar, yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Evaluasi
yang dilakukan oleh Ibu Ami berupa penilaian sikap dan pemberian tugas.
c. Pengamatan Ketiga
Peneliti melaksanakan pengamatan yang ketiga dalam pelaksanaan
pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Kamis, 16 Februari
2012 mulai pukul 10.15 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka
pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru
menanyakan kehadiran peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru menanyakan
tugas rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya; 2) peserta didik
menjawab “belum selesai Bu”; 3) guru menyuruh peserta didik untuk
melanjutkan mengerjakan tugasnya dengan diberi waktu 10menit; 4) guru dan
peserta didik membahas tugas tersebut bersama-sama; 5) guru menjelaskan
commit to dengan
soal-soal tersebut yang dikaitkan user materi; 6) peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
bu”. Ibu Ami, “baik, kalau tidak ada pembelajaran hari ini Ibu akhiri, dan
jangan lupa tugas membuat naskahnya!”. Akhirnya guru menutup
pembelajaran pada pukul 09.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta
didik menjawabnya. (CLHP 4)
Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada
pertemuan yang keempat, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami dalam
pembelajaran kali ini berbeda dengan pertemuan yang sebelumnya, kali ini
lebih semangat dan peserta didik lebih antusias karena peserta didik disuruh
berkelompok untuk membuat rancangan naskah drama yang akan dipentaskan.
Guru mengajar menggunakan metode ceramah, inkuiri, dan kelompok.
Evaluasi yang digunakan guru adalah penilaian sikap dan penilaian tugas yang
berupa naskah drama.
e. Pengamatan Kelima
Peneliti melaksanakan pengamatan yang keempat dalam pelaksanaan
pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 27 Februari
2012 pukul 09.15 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka
pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru
menanyakan kehadiran peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru memberikan
pengumuman tentang pengumpulan naskah drama pada akhir bulan April dan
pengumpulan rekaman drama pada akhir bulan Mei dalam bentuk kepingan
CD; 2) peserta didik mendengarkan dan mencatat pengumuman dari guru; 3)
guru menyuruh peserta didik membaca meteri yang terdapat di unit 17 dalam
modul bahasa Indonesia; 4) peserta didik membaca dan memahami materi
yang tertulis dalam unit 17; 5) guru menjelaskan materi yang terdapat di unit
17 tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah drama dan
elemen-elemen yang terkandung dalam sebuah dialog; 6) peserta didik
mendengarkan penjelasan guru; 7) guru menyuruh pesert didik berkelompok
dan melanjutkan tugas menulis naskah drama; 8) peserta didik berkelompok
dan mengerjakan tugas untuk menulis naskah drama yang nantinya akan
dipentaskan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
ee.. Begini ya mbak,, di SMA Negeri Karangpandan ini kurang lebih tiga
atau empat tahun yang lalu sudah tidak melakukan pementasan drama di
kelas, melainkan membuat sebuah rekaman drama/drama televisi.(CLHW1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
ujian akhir nasional, dan belum lagi adanya study tour juga yang
menyebabkan pembelajaran apresiasi drama dengan banyak indikator yang
harus dicapai peserta didik dilaksanakan dengan waktu seminimal mungkin
mengingat materi yang harus diajarkan masih banyak. Kalau masalah materi
drama ini saya menerangkan sesuai dengan yang di modul bahasa Indonesia
itu mbak.(CLHW 1)
1) Peserta didik
Guru memberikan motivasi agar peserta didik semangat mengikuti
pembelajaran dan tidak malu-malu untuk berakting dengan menjelaskan
tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi
drama. Selain itu, guru memberikan kelonggaran waktu untuk
mengerjakan tugas tersebut di kelas. Akan tetapi kalau hal tersebut terjadi
berulang-ulang guru akan memberikan sanksi kepada peserta didik
tersebut.
2) Fasilitas
Guru dalam menjelaskan materi apresiasi drama menggunkan fasilitas
kelas yang ada, namun ketika guru ingin memutarkan contoh rekaman
drama hasil karya kakak kelas mereka, Beliau harus meminjam ruang
laboratorium fisika yang telah difasilitasi LCD dan proyektor, sedangkan
laptop dan speakernya pinjam kepada guru lain. Peralatan untuk
pengambilan rekaman drama diserahkan kepada peserta didik itu sendiri.
3) Waktu
Dalam mengefektifkan waktu, guru memberikan penjelasan materi drama
secara singkat, padat, dan jelas dan untuk bermain perannya guru
menyerahkan semuanya kepada peserta didik yang dilakukan di luar
KBM. Guru hanya memantau peserta didik dengan cara menanyai
perkembangan bermain peran dan terima jadi dari hasil perekaman drama
tersebut.
4) Bahan dan Materi Ajar
Solusi mengenai keterbatasan materi yang dialami adalah guru dan
peserta didik mencari materi ajar dari sumber lain, misalnya dari buku
drama yang berkaitan dengan materi, misalnya buku Terampil Bermain
Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet.
Selain itu, peserta didik mencari ilmu sendiri tentang pengeditan rekaman
drama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
di RPP dapat membantu guru untuk lebih mudah menerangkan materi dan
menciptakan suasana kelas yang kondusif. Dalam pembelajaran apresiasi
drama ini guru menggunakan metode yang bermodel contexstual teaching and
learning (CTL) dan metode yang digunakan inquairy, diskusi kelompok
(learning community), demonstrasi (modelling), dan ceramah.
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar sudah
disesuaikan dengan indikator pencapaian. Penilaian hasil belajar dalam RPP
yang digunakan guru merupakan pengembangan dari silabus, antara lain:
a). teknik dan bentuk
tes lisan/tes tertulis, observasi kinerja/demonstrasi,
tagihan hasil karya/produk: tugas, proyek, portofolio
pengukuran sikap, penilaian diri
b). instrumen/soal
Daftar pertanyaan lisan tentang fungsi dialog dalam drama dan cara
mengekspresikan dialog dalam drama.
Tugas/perintah untuk melakukan persiapan, latihan, pementasan, dan
tanggapan penampilan dialog dalam drama.
Daftar pertanyaan uji kompetensi dan kuis uji teori untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori dan konsep yang sudah
dipelajari.
Evaluasi yang dilakukan oleh Ibu Ami dalam pembelajaran apresiasi
drama terdapat tiga macam penilaian, yaitu secara tertulis/lisan, rubrik
pengamatan dan penugasan. Penilaian tertulis dan lisan digunakan guru untuk
mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi apresiasi drama.
Rubrik pengamatan digunakan guru untuk memberikan penilaian terhadap
keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian proyek untuk
memberikan penilaian terhadap hasil produksi rekaman drama peserta didik.
Akan tetapi, format penghitungan penilaian belum disertakan hanya berupa
rubrik penilaian saja yang terdapat di RPP yang disertai skor. Format-format
penilaian dan penskoran harusnya disertakan ketika membuat RPP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
a. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok ini dilakukan oleh guru dengan cara mengundi
peserta didik. Jumlah peserta didik di kelas XI IPS 1 adalah tiga puluh dua
orang yang dibagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok
beranggotakan empat orang. Awal pembentukan guru memanggil sekretaris
untuk menuliskan nomor satu sampai delapan di papan tulis, kemudian peserta
didik dipanggil urut nomor absen untuk mengambil undian dapat nomor
berapa, setelah itu melaporkan kepada sekretaris untuk ditulis namanya sesuai
dengan nomor yang diperolehnya. Hal ini dilakukan guru agar adil dan tidak
terkesan pilih-pilih.
b. Penulisan Naskah
Peserta didik telah terbagi sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Langkah selanjutnya adalah proses penulisan naskah. Sebelum kelompok
menulis naskah, didahului dengan penentuan tema. Guru menyarankan
pengambilan tema berdasarkan pengalaman saja agar mudah menyusun
naskahnya. Setelah penentuan tema, peserta didik dibimbing untuk
menuliskan synopsis naskah dramanya nanti seperti apa. Selanjutnya
penyusunan dialog dan pemberian petunjuk lakuan dalam naskah drama.
Setelah naskah selesai, peserta didik mengkonsultasikan naskah tersebut
kepada guru untuk mendapatkan penilaian. Kemudian setelah naskah sudah
benar-benar siap untuk diperankan, peserta didik barulah memerankan naskah
drama yang mereka buat tersebut.
c. Proses Latihan
Proses latihan ini diserahkan sepenuhnya oleh guru kepada peserta didiknya.
Latihan yang dilakukan peserta didik cukup lama hampir tiga bulan. Peserta
didik mengawali latihan drama dengan proses reading guna menentukan
tokoh yang sesuai dengan naskah yang dibuatnya. Proses reading mereka
lakukan di sela-sela waktu pelajaran, yaitu ketika jam istirahat. Proses reading
ini memakan waktu cukup lama hampir dua bulan karena dilakukan hanya
pada waktu istirahat saja. Setelah dialog-dialognya lancar, mereka mencoba
commit
latihan vokal, intonasi, ekspresi, dan togerak-gerik
user yang mereka lakukan pada
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
hari Jumat setelah ibadah sholat Jumat dan hari Sabtu setelah pulang sekolah.
Setelah mereka mendapatkan vokal, intonasi, ekspresi, gerak-gerik yang
sesuai, mereka mencoba melibatkan properti yang akan digunakan dalam
drama televisinya nanti supaya terbiasa.
d. Proses Perekaman Drama
Proses perekaman drama ini mengahabiskan waktu kurang lebih dua minggu
untuk perekaman video, pengeditan dan penambahan animasi-animasi yang
dibutuhkan untuk menarik perhatian penonton. Peralatan yang digunakan
peserta didik berupa camera digital atau handycam yang merupakan hasil
pinjaman, karena ada beberapa kelompok yang anggotanya tidak memiliki
camera digital atau pun handycam. Lokasi shooting yang mereka gunakan
kebanyakan di area sekolah, tetapi ada juga yang mengambil lokasi shooting
di area bukit kapur dan area pemakaman. Setelah proses pengambilan video
selesai, mereka kemudian melakukan pengeditan dan pemberian animasi-
animasi. Proses pengeditan mereka mengalami kendala, dikarenakan mereka
tidak mempunyai pengetahuan tentang pengeditan sebuah rekaman drama.
Dalam pembelajaran TIK juga tidak terdapat materi tentang pengeditan
rekaman drama, sampai akhirnya mereka membawa video tersebut kepada
orang yang lebih ahli, yaitu orang yang pekerjaannya sebagai pengeditan
rekaman drama/video shooting. Setelah selesai pengeditan, mereka
menyimpan hasil bermain perannya dalam bentuk kepingan CD yang
kemudian diserahkan kepada guru agar mendapatkan penilaian akhir dari KD
apresiasi drama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
BAB V
A. Simpulan
Dari hasil temuan penelitian tentang pembelajaran apresiasi drama di
SMA Negeri Karangpandan diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan
khususnya kelas XI IPS 1 berupa: (1) silabus; dan (2) RPP. Penyusunannya
secara keseluruhan sudah baik sesuai dengan kondisi sekolah dan KTSP,
namun masih terdapat kekurangan dalam menyusun RPP, yaitu guru tidak
mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.
2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan
khususnya kelas XI IPS 1 secara umum dapat dilaksanakan dan berhasil baik.
Hal ini dibuktikan: (1) penyampaian materi oleh guru yang telah dipilih sesuai
dengan SK dan KD yang hendak dicapai; (2) penggunaan metode yang inovatif
ketika guru menyampaikan materi; (3) penggunaan media yang sesuai
perkembangan teknologi, yaitu menggunakan laptop, LCD, proyektor, dan
speaker; (4) evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi
drama terdapat dua jenis, yaitu evaluasi proses (penilaian pada saat
pembelajaran apresiasi drama berlangsung), dan evaluasi hasil (penilaian
terhadap produksi film peserta didik dan hasil ulangan harian).
3. Pelaksanaan pementasan drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya
kelas XI ditiadakan diganti dengan pementasan drama televisi yang berwujud
sebuah rekaman drama dalam kepingan CD dengan durasi waktu maksimal tiga
puluh menit. Persiapan guru sebelum pelaksanaan pementasan antara lain: (1)
membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, (2) setiap kelompok
menyusun naskah yang berdasarkan pengalaman, (3) melaksanakan perekaman
drama.
4. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi drama di kelas XI
IPS 1 SMA Negeri Karangpandan antara lain:
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
a). peserta didik yang malu-malu/takut serta kurang rasa percaya diri dan
tidak mengerjakan tugas;
b). belum memiliki fasilitas yang lengkap;
c). waktu yang terbatas;
d). bahan dan materi ajar.
Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang muncul dalam
pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS1 SMA Negeri Karangpandan,
yaitu:
a). guru memberikan motivasi, semangat, menjelaskan tujuan dan manfaat
mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama, guru
memberikan kelonggaran waktu untuk menyelesaikan tugas dan bila
terjadi berkai-kali guru memberikan sanksi;
b). guru mengajak peserta didik untuk belajar di ruangan yang memiliki
fasilitas lengkap, seperti di laboratorium fisika;
c). guru menjelaskan materi drama dengan singkat, padat, dan jelas, kemudian
guru memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk bermain
drama dengan kelompoknya masing-masing;
d). guru dan peserta didik bersama-sama mencari tambahan materi ajar yang
berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama, salah satunya Terampil
Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di
internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu,
dalam pembelajaran TIK guru menambahkan materi tentang pengeditan
film agar hasilnya nanti lebih baik.
B. Implikasi
Melalui simpulan yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan
implikasi penelitian ini sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran yang benar-benar terprogram dengan baik dan
lebih rinci dapat memengaruhi proses dan produk hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana pendidikan hendaknya selalu
commit
mempertahankan kemampuannya to user
dalam menyusun rencana pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi, maka saran-saran yang dapat
peneliti tawarkan sebagai berikut.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id
commit to user