id
SKRIPSI
Oleh:
ALFAN REZA FATHONY
K3207014
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh :
ALFAN REZA FATHONY
K3207014
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
PERSETUJUAN
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Hari : Senin
Tanggal : 23 April 2012
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sekecil apapun yang dapat kita lihat, dengar, dan rasakan, jadikanlah itu
sebuah pengalaman yang sangat berharga.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa, JPBS, FKIP,
UNS.
13. Teman-teman angkatan 2007 Program Studi Pendidikan Seni Rupa, JPBS,
FKIP, UNS.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapat imbalan dari Allah Yang
Maha Pemurah.
Adapun saran-saran yang bersifat membangun penulis terima dengan
senang hati. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan pendidikan seni rupa khususnya.
Penulis,
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sesuai dengan fungsi seni rupa sebagai alat pendidikan, maka seni rupa
mempunyai peranan yang penting di dalam mengembangkan sensitivitas,
kreativitas, dan memberi fasilitas untuk berekspresi dan melengkapi anak dalam
membentuk kepribadiannya. Sehingga anak akan berkembang sesuai dengan
kebutuhannya.
Di dalam pendidikan sekolah, peranan tersebut kadang tidak dapat
terjangkau karena masalah terbatasnya waktu, fasilitas, dan cara
pengembangannya yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana mestinya.
Dengan adanya pendidikan nonformal seperti sanggar lukis ini akan dapat
melengkapi dan membantu keberhasilan fungsi seni tersebut. Di sanggar lukis
anak-anak pada masanya dapat memperoleh kesempatan yang luas untuk
menyalurkan minat, kesenangan, dan keterampilannya. Disamping itu mereka
dibina dan diberi pengarahan praktis mengenai hal-hal yang menyangkut
keterampilan dan bentuk-bentuk visual.
Hasil dari karya seni lukis yang diciptakan oleh anak bimbingan sanggar
juga berbeda dengan mereka yang tidak ikut dalam sanggar. Hal ini bisa diamati
dalam setiap pengadaan lomba lukis anak, kebanyakan para juara lukis rata-rata
berasal dari mereka yang dibimbing oleh sanggar-sanggar lukis. Para juara lukis
anak-anak bimbingan sanggar tersebut menunjukkan salah satu bukti dari
keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan oleh sanggar tersebut.
Keberadaan sanggar lukis untuk anak di kota Surakarta banyak
manfaatnya, karena akan melengkapi dan membantu keberhasilan pendidikan seni
rupa bagi anak-anak. Sanggar lukis “Warung Seni” adalah salah satu
penyelenggara pendidikan nonformal dalam bidang seni lukis yang berada di
Surakarta. Berdirinya sanggar lukis “Warung Seni” turut berperan serta
memberikan tempat bagi anak-anak yang ingin menyalurkan bakat dan kreativitas
mereka dibidang seni lukis. Di samping itu mereka akan mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang seni lukis. Proses pembelajaran yang baik
tentu akan menghasilkan anak didik yang mampu berkarya seni lukis dengan baik.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan
commit to user
suatu penelitian tentang proses pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
milik Bapak Luluk Soemitro yang terletak di Sriwedari, Surakarta. Karena siswa
dalam sanggar tersebut banyak dan terdiri dari usia yang berbeda-beda maka
peneliti membatasi penelitian pada siswa yang masuk dalam kategori anak-anak
yaitu usia 3-12 tahun. Penelitian ini juga berfungsi untuk mengetahui bagaimana
proses awal pembelajaran seni lukis pada anak yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa tujuan pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari,
Surakarta?
2. Apa saja materi, metode, model, dan media pembelajaran yang diajarkan dan
digunakan pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta?
3. Bagaimana sistem evaluasi hasil belajar siswa pada sanggar lukis “Warung
Seni” di Sriwedari, Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan
dengan:
1. Tujuan pembelajaran sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.
2. Materi yang diajarkan pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari,
Surakarta.
3. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis
“Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.
4. Model yang digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis
“Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.
5. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis
“Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.
6. Sistem evaluasi hasil belajar siswa pada sanggar lukis “Warung Seni” di
Sriwedari, Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang tentang proses
pembelajaran pada sanggar lukis.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding atau masukan
pada pendidikan formal maupun nonformal dalam hal proses
pembelajaran, khususnya pada sanggar lukis.
b. Memberikan gambaran kepada masyarakat Sriwedari maupun daerah lain
yang menyelenggarakan bimbingan melukis tentang proses pembelajaran
pada sanggar lukis khususnya untuk anak usia 3-12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ialah
semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan
berencana, diluar kegiatan persekolahan (Ahmadi dan Uhbiyati, 2003: 164).
Pendidikan nonformal menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (2003: 5) adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lebih lanjut, dalam
pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 15),
dinyatakan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan pelaku atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Menurut Coombs dan Ahmed (1985), Pendidikan Luar Sekolah
adalah kegiatan pendidikan yang terorganisasi dan sistematis yang
berlangsung dalam kerangka sistem pendidikan formal untuk menyediakan
aneka ragam pelajaran tertentu kepada kelompok penduduk tertentu, baik dari
golongan dewasa maupun remaja (Zakiyah, 2006: 12). Dengan demikian,
pendidikan nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat atau pemerintah atau gabungan keduanya
yang berfungsi melengkapi jenis pendidikan yang ada dengan kerangka
kegiatan yang berbeda dengan kegiatan formal.
Sudjana (2000) berpendapat bahwa Pendidikan Luar Sekolah
mempunyai peranan untuk membantu sekolah formal sebagai pelengkap,
penambah, dan pengganti pendidikan sekolah (Zakiyah, 2006: 13).
Pendidikan formal tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan dan
keterbatasan ini dapat diperbaiki oleh Pendidikan Luar Sekolah dengan
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Cyril Burt
Masa coreng : 2-3 tahun
Masa garis : 4 tahun
commitdeskriptif
Masa simbolisme to user : 5-6 tahun
Masa realisme deskriptif : 7-8 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
c. Viktor Lowenfeld
Masa mencoreng : 2-4 tahun
Masa pra bagan : 4-7 tahun
Masa bagan : 7-9 tahun
Masa permulaan realisme : 9-11 tahun
Masa psendo realisme : 11-13 tahun
Masa krisis puber : 13-17 tahun
d. Rhoda Kellogg
Coretan dan corengan : 2-3 tahun
Rahasia bentuk : 2-4 tahun
Seni kontur : 3-4 tahun
Anak dan desain : 3-5 tahun
Mandala, matahari, dan radial : 3-5 tahun
Manusia : 4-5 tahun
Mirip gambar : 4-6 tahun
Gambar : 5-7 tahun
4. Proses Pembelajaran
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara
alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau
sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin
dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau
lebih objek di bawah pengaruhnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Proses
diakses 23/11/2011).
Dalam konsep teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran
commit to user
(instruction) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran merupakan usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
5. Komponen-komponen Pembelajaran
Suharsimi Arikunto (2009: 4-5) menggolongkan komponen
pembelajaran ke dalam empat hal, yaitu: komponen input, komponen output,
transformasi, dan umpan balik (feed back). Komponen tersebut digambarkan
dalam bagan sebagai berikut:
UMPAN BALIK
Keterangan:
Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi,
yaitu calon siswa yang sebelum masuk ke suatu institusi telah dinilai
terlebih dahulu kemampuannya.
Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi, yaitu lulusan
dari suatu institusi setelah mengikuti kegiatan penilaian.
Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi. Di dalam transformasi terdapat unsur-unsur siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
a. Siswa
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-
mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak
mengajar, dan merespons dengan tindak belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 22). Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar
tersebut siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari
bahan belajar. Bisa dikatakan juga siswa adalah penerima pesan yang
diberikan oleh pengirim pesan yaitu guru.
b. Guru
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam
kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang
mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru
commit to user
(http://id.wikipedia.org/wiki/Guru diakses 07/12/2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran adalah memberdayakan semua potensi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan
pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui,
memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan
mengaktualisasikan diri (Majid, 2008: 24).
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan
berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusus
pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa
arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai
oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah
yang ingin dicapai (Soetopo, 2005: 144-145).
15
e. Metode Pembelajaran
Secara harfiah kata metode atau metodologi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari kata “mefha” yang berarti melalui, ”hodos”
yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu
pengetahuan (Majid, 2008: 135). Menurut Soetopo (2005: 145) metode
pembelajaran adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran
yang harus dikuasai oleh guru.
Jadi dapat diartikan bahwa, metode pembelajaran adalah cara
atau jalan yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran (http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-
definisi-metode-pembelajaran.html).
Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran:
1) Metode Ceramah, yaitu cara menyampaikan materi ilmu
pengetahuan kepada anak didik yang dilakukan secara lisan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
17
f. Model Pembelajaran
Menurut Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2008: 7) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
19
g. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk
jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah
(antara dua pihak atau kutub) atau sesuatu alat. Dalam Webster
Dictionary (1960), media atau medium adalah segala sesuatu yang
terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang
digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal.
Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu
yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada
penerima pesan (Anitah, 2009: 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
21
h. Sistem Evaluasi
Sistem evaluasi menurut Davies (1981) dalam Dimyati dan
Mudjiono (2006: 190) adalah proses sederhana memberikan/menetapkan
nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses,
orang, objek, dan masih banyak yang lain. Sedangkan Wand dan Brown
dalam Nurkancana (1986: 1) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 191). Selanjutnya Sudijono (2007: 4-5) menyimpulkan
bahwa evaluasi adalah mencakup dua kegiatan, yaitu pengukuran dan
penilaian. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu
dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang
pada ukuran baik atau buruk, pandai atau bodoh, dan sebagainya. Dari
beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian evaluasi pendidikan
adalah proses pengumpulan data dengan melakukan pengukuran dan
penilaian untuk menentukan sejauh mana tujuan pendidikan telah
tercapai.
Pelaksanaan evaluasi hasil belajar memiliki beberapa fungsi,
diantaranya adalah :
1) Fungsi Selektif
Fungsi selektif seperti yang dikatakan Mulyanto (2006: 7) yaitu
untuk menyeleksi siswa berkaitan dengan penentuan kebijakan.
Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti kebijakan pemberian materi
commit
baru, penerimaan siswa baru,todan
user
kebijakan-kebijakan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
2) Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik menurut Mulyanto (2006: 8) yaitu untuk
menemukan kelemahan siswa dan faktor-faktor penyebabnya.
Dengan dilaksanakannya evaluasi, guru akan dapat mengetahui
berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya,
sehingga guru akan lebih mudah menentukan solusi untuk mengatasi
hal tersebut.
3) Fungsi Penempatan
Fungsi penempatan menurut Mulyanto (2006: 8) yaitu untuk
menentukan relevansi kelompok belajar siswa dengan tingkat
kemampuannya. Dalam hal ini hasil evaluasi digunakan untuk
menempatkan atau mengarahkan siswa mengikuti pendidikan pada
jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan
kemampuannya masing-masing.
23
B. Kerangka Berpikir
Di dalam suatu proses pembelajaran terdapat beberapa komponen yang
membentuk suatu sistem. Semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain karena semuanya memiliki peran masing-masing yang saling terkait.
Beberapa komponen tersebut antara lain siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi
yang diajarkan, metode yang digunakan, model pembelajaran, media yang
digunakan, dan sistem evaluasi hasil belajar. Suatu kegiatan belajar akan berhasil
dengan baik apabila proses pembelajarannya juga baik.
Untuk mempermudah alur penelitian ini, maka disusun suatu kerangka
berpikir sebagai berikut:
Proses Pembelajaran:
1. Tujuan
2. Materi
3. Metode
4. Model
5. Media
6. Evaluasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain (Moleong, 2009: 157). Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini definisinya adalah sebagai berikut:
1. Informan
Informan adalah semua pihak (orang) yang membantu peneliti
sebagai sumber data selama penelitian berlangsung. Sutopo (2002: 50)
menyatakan bahwa “Informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada
yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam
menyajikan informasi yang ia miliki”.
Dalam penelitian ini informan yang terlibat sebagai sumber data
antara lain adalah: pengelola sanggar lukis “Warung Seni” yaitu Bapak Luluk
Soemitro dan siswa yang belajar menggambar di sanggar lukis “Warung
Seni” yang berusia 3-12 tahun.
3. Dokumen
Dokumen merupakan rekaman tertulis tetapi juga berupa gambar
atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa
tertentu (Sutopo, 2002: 54). Dalam penelitian ini sumber data yang dijadikan
commit
dokumen antara lain: buku-buku to user
tentang sanggar lukis, catatan administrasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
1. Pengamatan (Observasi)
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar
(Sutopo, 2002: 64).
Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan observasi secara
langsung, yaitu penulis secara langsung terjun ke lokasi tujuan penelitian
untuk mengamati kegiatan yang relevan dengan penelitian. Adapun obyek
observasi meliputi:
a. Keadaan Lapangan
b. Komponen Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”
c. Proses Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”
d. Sistem Evaluasi Sanggar Lukis “Warung Seni”
e. Hasil Karya Lukis Siswa Sanggar Lukis “Warung Seni”
2. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009: 186). Bentuk persyaratan dan
jenisnya disesuaikan kebutuhan dan keadaan informan, sehingga dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
3. Analisis Dokumen
Data-data dokumentasi yang tersedia tidak dapat diabaikan karena
sebagai bahan dokumentasi menyimpan banyak informasi atau data yang
berarti untuk melengkapi dan memperluas data-data yang telah diperoleh.
Dalam hal ini dokumen yang digunakan adalah buku-buku tentang sanggar
lukis, catatan administrasi, katalog karya, foto-foto, piagam, dan benda-benda
yang digunakan selama proses pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni”.
E. Teknik Sampling
Sampling adalah menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai
macam sumber dan bangunannya (constructions) (Moleong, 2009: 224).
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Seperti yang dikatakan Sutopo (2002: 36), teknik cuplikan penelitian
kualitatif cenderung bersifat “purposive” karena dipandang lebih mampu
menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang
tidak tunggal. Sutopo (2002: 56) juga menyatakan “Dalam purposive sampling,
commit
peneliti cenderung memilih informan to user
yang dianggap mengetahui informasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data
yang mantap”.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pemilik sanggar lukis
“Warung Seni” dan peserta didik yang berusia 3-12 tahun, serta beberapa karya
lukis anak-anak hasil binaan sanggar lukis tersebut.
F. Validitas Data
Validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir
makna sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara
yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas data penelitian (Sutopo, 2002:
78). Cara-cara tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 330).
Teknik triangulasi untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian
ini adalah triangulasi dengan sumber. Menurut Patton dalam Moleong (2009:
330) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
2. Review Informan
Cara ini juga merupakan usaha pengembangan validitas penelitian
yang sering dilakukan oleh peneliti kualitatif. Hal ini perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau
deskripsi sajian yang bisa disetujui. Di dalam pelaksanaannya sering
diperlukan suatu diskusi agar kesamaan pemahaman dari peneliti dan
informannya bisa dicapai (Sutopo, 2002: 83).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
1. Reduksi Data
Menurut Miles dan Huberman (1992: 16), reduksi data diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Proses reduksi data sudah dilaksanakan sejak
pengambilan keputusan rencana kerja, pemilihan kasus, penyusunan proposal,
membuat pernyataan maupun cara pengumpulan data yang akan dilakukan.
Hal ini berlanjut selama pengumpulan data berlangsung sampai laporan akhir.
2. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman (1992: 17), penyajian data merupakan
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan terjadinya
penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat pada
penyajian data penelitian akan lebih mudah memahami berbagai hal yang
terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis
commit to user
berdasarkan pemahaman tersebut. Penyajian dilakukan setelah data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Pengumpulan
Data
Sajian
Reduksi
Data
Data
Penarikan
Simpulan/
Verivikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahap-tahap atau langkah-langkah yang harus
ditempuh seorang peneliti agar penelitian yang akan dilakukannya berjalan
dengan sistematis, sehingga dapat mencapai tujuan. Sedangkan prosedur yang
ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lapangan
1. Keadaan di Sekitar Sanggar Lukis “Warung Seni”
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
sanggar lukis “Warung Seni” ini berbatasan dengan studio milik Bapak
Suparmin. Studio milik Bapak Suparmin yang bernama “Spar Galery” ini jasa
utamanya adalah pembuatan pigura. Tetapi tidak hanya digunakan sebagai
bengkel pigura saja, studio ini juga digunakan untuk menawarkan karya
lukisan dan menawarkan jasa melukis.
Kemudian bangunan yang berada tepat di depan sanggar lukis
“Warung Seni” adalah ruko-ruko kosong yang dulunya digunakan untuk
warnet. Di bagian luar ruko kosong tersebut terdapat cukup banyak lukisan
yang dipajang dan diletakkan begitu saja. Lukisan-lukisan itu mayoritas
bertemakan bunga-bunga, kehidupan binatang, dan aktivitas manusia.
Lukisan-lukisan tersebut milik Bapak Suhartono yang memang dipajang
untuk menarik perhatian calon pembeli yang lewat atau mengunjungi
komplek tersebut.
Sebelah kanan dari ruko kosong yang digunakan untuk memajang
lukisan milik Bapak Suhartono, terdapat ruko yang bertuliskan “Bali Art
Shop”. Ruko tersebut merupakan pusat sanggar budaya Gianyar Bali di
Surakarta yang juga menerima pesanan lukisan Bali, patung Bali, dan seni
ukir Bali dan juga ukir Jepara. Sebelah kanan “Bali Art Shop” terdapat toilet
umum yang sudah tidak terawat lagi dan tidak bisa digunakan.
Tepat di samping kanan studio lukis “Warung Seni”, terdapat ruko
yang digunakan untuk kamar kost. Kamar itu digunakan oleh anak dari
pemilik rumah makan lesehan “Bu Manto” yang ada di komplek tersebut.
Sebelah kanan dari kamar kost tersebut terdapat papan reklame yang
digunakan untuk menempelkan poster-poster kegiatan pameran lukisan yang
akan berlangsung atau pengumuman lainnya. Sedangkan di sebelah barat
sanggar lukis “Warung Seni” terdapat dua bangunan rumah makan lesehan
yang bernama “R.M. Bu Manto” dan “R.M. Lezat”. Rumah makan itu
menyajikan makanan-makanan khas Jawa, khusunya khas Solo dan Jogja.
Kemudian sebelah utara dari rumah makan tersebut merupakan aula yang
berukuran 12 x 8 m² yang digunakan Bapak Luluk Soemitro sebagai tempat
commit to user
bimbingan melukis untuk anak-anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
35
36
37
lukis dan sketsa yang dipasang disetiap sudut dinding bangunan. Lukisan
maupun gambar yang tergantung di tempat itu merupakan karya siswa
sanggar lukis “Warung seni” dan juga karya pemilik serta pengelola
sanggar tersebut. Beberapa karya banyak juga yang hanya ditumpuk atau
diletakkan begitu saja. Hal ini dikarenakan tempatnya memang sempit
dan tidak memadai untuk meletakkan banyak karya.
Tidak hanya lukisan yang sudah jadi yang dipajang di studio
tersebut, lukisan yang belum jadi atau masih dalam proses pembuatan
juga ada di sini. Pada lukisan yang masih dalam tahap proses tersebut
terdapat foto obyek yang akan digambar yang diletakkan di pojok atas
gambar. Lukisan yang belum jadi itu adalah lukisan pesanan dari
seseorang dan juga lukisan milik Bapak Luluk Soemitro sendiri.
Selain untuk meletakkan karya yang sudah jadi ataupun yang
belum jadi, tempat ini juga digunakan untuk menyimpan peralatan untuk
kegiatan bimbingan melukis. Diantaranya ada tempat duduk pendek yang
jumlahnya ada sekitar 20 buah dengan kondisi yang masih bagus. Kursi
ini digunakan untuk siswa bimbingan yang masih anak-anak. Sedangkan
tempat duduk yang berukuran lebih besar dengan tinggi sekitar 60 cm
yang jumlahnya sekitar 10 buah. Kursi yang lebih besar ini untuk praktek
gambar model langsung untuk siwa dewasa. Kursi ini terbuat dari plastik
dan kondisinya masih bagus.
Tempat yang satunya lagi merupakan aula yang memiliki luas
12 x 8 m². Ruangan ini terbuka, berbentuk joglo dan tanpa pintu sehingga
cukup terang meskipun tanpa bantuan lampu. Untuk alasnya bangunan
ini menggunakan tegel beton dengan kondisi yang masih bagus. Namun
saat melihat ke atas akan ada plafon yang kondisinya rusak berat, bahkan
sebagian besar plafon sudah tidak ada lagi. Secara umun kondisi aula ini
memang masih bagus dan layak untuk kegiatan bimbingan melukis.
Tempat inilah yang digunakan Bapak Luluk Soemitro untuk bimbingan
melukis anak-anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
2. Tujuan yang kedua adalah untuk memajukan seni lukis di kota Surakarta.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Bapak Luluk Soemitro melalui sanggar
lukis “Warung Seni” membimbing anak didiknya untuk memahami dunia
seni lukis. Dengan adanya bimbingan tersebut diharapkan dapat melahirkan
pelukis-pelukis baru di Surakarta. Munculnya pelukis-pelukis baru tersebut
diharapkan pula menambah semarak perkembangan seni lukis di Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
3. Tujuan yang ketiga adalah untuk memberikan tempat atau wadah bagi
seniman, pengamat seni maupun pecinta seni untuk mengadakan komunikasi.
Ditempat tersebut para seniman bisa membahas kegiatan yang akan dilakukan
maupun sekedar sharing tentang perkembangan dunia seni lukis. Hal ini
memang perlu dilakukan mengingat perkembangan seni lukis di Surakarta
masih dirasa sangat kurang dibanding Yogyakarta yang sama-sama sebagai
kota budaya.
1. Siswa
Siswa sanggar lukis “Warung Seni” yang paling banyak adalah anak-
anak dari umur 3-12 tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah di Surakarta,
bahkan ada juga yang dari luar kota diantaranya dari Karanganyar dan
Sukoharjo. Selain siswa dari warga negara Indonesia, ada juga siswa yang
berkewarganegaraan asing yaitu China dan Arab. Orang tua yang
mengikutkan anaknya mengikuti bimbingan melukis sebagian besar karena
ingin anaknya berprestasi di dunia seni, salah satunya seni rupa. Selain itu
para orang tua juga mengharapkan agar kemampuan motorik dan kreativitas
anak bisa lebih berkembang melalui kegiatan bimbingan ini.
Daftar nama siswa sanggar lukis “Warung Seni” tercantum dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
42
selanjutnya dan akan dievaluasi oleh Bapak Luluk Soemitro atau putri-
putrinya sebelum mulai pelajaran baru. Karya yang telah dievaluasi
dikembalikan lagi kepada siswa.
Obyek gambar yang diajarkan bermacam-macam dan setiap
pertemuan berganti-ganti tema. Pada dasarnya tema merupakan suatu gagasan
pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu cerita. Tema dalam
pembelajaran sanggar lukis “Warung Seni” cenderung mengambil tema yang
berada di lingkungan sekitar. Faktor lingkungan begitu kuat memberi
pengaruh terhadap munculnya inspirasi. Situasi lingkungan tersebut bisa
terjadi pada peristiwa atau sesuatu yang pernah dilihatnya, misalnya tema
tentang aktivitas di pasar, pemandangan sawah, kehidupan hewan, dan
sebagainya. Dilihat dari keseluruhan dari tema-tema yang dipilih
menunjukkan bahwa situasi dan kondisi alam sekitar merupakan sesuatu yang
menarik bagi anak. Hal ini sesuai dengan kondisi anak, dimana mereka mulai
mengenal tentang situasi lingkungan disekitarnya.
Tidak hanya obyek yang dicontohkan oleh Bapak Luluk Soemitro
saja yang diajarkan, setiap tiga bulan sekali siswa diajak keluar untuk melukis
pemandangan. Pemandangan yang diambil antara lain pemandangan gunung,
kebun, persawahan, taman, sungai, dan air terjun.
a. Ceramah
Metode ceramah digunakan pembimbing saat mengawali pelaksanaan
pembelajaran, yaitu pada saat pengucapan salam dan membahas tema
obyek yang akan digambar pada pertemuan itu. Tema yang akan
digambar oleh siswa disampaikan dulu oleh pembimbing. Setelah semua
commit
siswa mengerti dan paham to user
yang akan digambar, maka pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
c. Tanya Jawab
Siswa yang mengalami kesulitan dalam melukis kebanyakan masih malu
untuk bertanya kepada pembimbing. Melihat hal tersebut pembimbing
selalu menanyakan kepada siswa bila ada yang mengalami kesulitan saat
melukis. Selain untuk menanyakan kesulitan siswa, metode ini juga
digunakan untuk sekedar basa basi kepada siswa, misal menanyakan
perkembangan siswa atau sekedar menanyakan kabar siswa. Selain itu
juga digunakan untuk menanyakan pendapat siswa saat menentukan tema
obyek yang akan digambar pada awal bimbingan.
44
e. Pemberian Tugas
Metode ini digunakan pembimbing untuk memberikan tugas melukis
kepada siswa saat di rumah. Tugas tersebut diberikan saat akhir pelajaran
dan nantinya dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Untuk tema
gambar ditentukan Bapak Luluk Soemitro. Tujuan dari pemberian tugas
ini adalah melatih siswa menggunakan waktu luangnya dengan hal yang
bermanfaat dan juga melatih keterampilan siswa dengan teknik-teknik
yang telah diajarkan.
f. Karya Wisata
Metode ini dilakukan Bapak Luluk Soemitro dan siswanya untuk melukis
pemandangan di luar lingkungan sanggar. Biasanya karya wisata
dilakukan setiap tiga bulan sekali dan mengunjungi tempat-tempat yang
memiliki pemandangan yang bagus. Karya wisata juga dapat melatih
anak untuk belajar melukis obyek secara langsung karena selain
menemukan obyek diam, anak juga akan menemukan obyek bergerak.
Selain untuk belajar melukis pemandangan, karya wisata juga
dimanfaatkan untuk melepas kejenuhan saat belajar melukis di sanggar.
Namun kegiatan karya wisata ini tidak selalu rutin tiga bulan sekali
dilakukan karena bila ada siswa yang tidak bisa ikut maka kegiatan ini
dibatalkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Penghapus
Gambar 5. Penghapus
(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Pastel minyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Kertas gambar
Kertas gambar digunakan untuk melukis obyek lukisan. Kertas ini tebal
dan ukuran kertas gambar yang biasa digunakan adalah A3.
53
tersebut dengan cara meletakkan satu meja untuk tiga kursi, sedangkan untuk
kursi besar ditata di samping tempat belajar anak. Dalam menyiapkan tempat
pembelajaran ini Bapak Luluk Soemitro dibantu oleh anaknya yaitu Bu Uryn.
Siswa mulai datang pada pukul 15.30 WIB, mereka sebagian besar
diantar oleh orang tuanya. Siswa yang datang langsung menempati tempat duduk
yang telah disediakan. Bapak Luluk Soemitro selanjutnya menyapa anak-anak
bimbingannya dan menyuruhnya untuk menyiapkan alat-alat yang digunakan
untuk belajar melukis seperti spidol hitam kecil, buku gambar, dan pastel. Setelah
semua anak siap dengan alat-alatnya kemudian Bapak Luluk Soemitro
menyampaikan tema yang akan dilukis pada hari itu. Selain menyampaikan
materi, Bapak Luluk Soemitro juga menanyakan pendapat anak-anak mengenai
tema yang disampaikan tersebut dan beliau juga bertanya apakah siswa pernah
melihat obyek-obyek yang akan dilukis. Metode di atas secara tidak langsung
berfungsi sebagai cara untuk membuat anak merasa nyaman dan betah dalam
mengikuti bimbingan melukis.
54
55
56
Pemberian tanda warna pada sketsa lukisan ini menggunakan pastel minyak yang
dibawa siswa. Selama pemberian tanda warna pada sketsa lukisan tersebut Bu
Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik menjelaskan bagaimana teknik mewarnai sketsa
lukisan yang baik. Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik juga menjelaskan bahwa
seluruh bidang gambar harus penuh dengan goresan pastel, bahkan untuk warna
putih juga harus diberi goresan warna putih dari pastel.
57
1. Keluwesan membuat garis, yaitu dalam membuat garis obyek pada sketsa
lukisan, Bapak Luluk Soemitro melarang siswanya untuk mengulang-ulang
garis yang dibuatnya. Bapak Luluk Soemitro lebih senang bila dalam
membuat sketsa lukisan obyek-oyek yang digambar dibuat hanya dengan
sekali goresan walaupun bentuk gambar kurang sempurna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
2. Pewarnaan bidang gambar, yaitu dalam mewarnai sketsa lukisan anak harus
menutup seluruh bidang-bidang gambar dengan warna pastel, termasuk warna
putih.
3. Komposisi, yaitu bila lukisan yang dibuat anak masih menyisakan bidang
kosong, Bapak Luluk Soemitro menyuruh anak tersebut untuk mengisi bidang
kosong dengan gambar. Gambar yang diisikan bebas tetapi harus sesuai
dengan tema lukisan yang dibuat.
59
60
Karya di samping
komposisi yang
ditampilkan sudah
memenuhi seluruh bidang
gambar dengan bentuk
obyek yang detail. Dalam
pewarnaan sudah bisa
menampilkan gradasi yang
lebih halus.
Karya Ridwan (9 th)
3. Masa permulaan Karya di samping sudah
realisme mendekati obyek asli
(9-11 th) dengan komposisi yang
memenuhi bidang obyek.
Dalam pewarnaan juga
sudah menampilkan
gradasi yang halus.
Tabel 2. Hasil karya lukis anak berdasarkan masa periodisasi seni rupa anak
menurut Viktor Lowenfeld
61
Namun hasil karya lukis siswa sanggar lukis “Warung Seni” juga masih
terdapat kelemahan. Anak-anak belum mampu membuat bentuk dan proporsi
obyek dengan baik. Untuk siswa yang dalam melukis bentuk obyek kurang baik,
Bapak Luluk Soemitro memberikan tugas melukis sendiri di rumah. Tugas
diberikan pada pertemuan hari minggu karena jarak pada pertemuan berikutnya
lama sehingga anak bisa maksimal dalam mengerjakan tugas melukis. Tema yang
dilukis adalah tema yang belum dikuasai anak seperti aktivitas manusia atau
binatang.
G. Pembahasan
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, sanggar lukis “Warung Seni”
dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penggunaan komponen
pembelajaran hampir sama dengan lembaga pendidikan formal. Di sanggar ini
terdapat siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, model, media pembelajaran, dan sistem evaluasi seperti pada
lembaga pendidikan formal. Perbedaannya, penerapan komponen-komponen
tersebut dalam proses pembelajarannya bersifat fleksibel.
Siswa sanggar lukis “Warung Seni” paling banyak diikuti oleh anak-anak
usia 3-12 tahun. Siswa sanggar ini berasal dari berbagai daerah di Surakarta.
Karena bentuk pembelajarannya berupa bimbingan, siswa di sanggar lukis
“Warung Seni” terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pengertian siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 22) yang menyatakan
bahwa siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di
sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan
merespons dengan tindak belajar.
Walaupun siswa terdiri dari umur yang berbeda-beda, namun tidak ada
pengelompokan berdasarkan usia siswa dalam proses belajarnya padahal materi
yang disampaikan sama. Hal ini mengurangi rasa percaya diri pada anak-anak
yang usianya masih sangat muda karena merasa kalah dengan anak yang usianya
lebih tua. Selain itu hasil karyanya pun juga terlihat lebih bagus pada anak yang
usianya lebih tua. Inilah salah commit to user sanggar lukis “Warung Seni”
satu perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
dengan lembaga pendidikan formal dimana pada lembaga pendidikan formal anak
dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia dan materi yang diajarkan.
Guru dalam sanggar lukis “Warung Seni” saat ini adalah Bapak Luluk
Soemitro dan dibantu beberapa putrinya yaitu Bu Uryn, Bu Unik, dan Bu Atik.
Walaupun bukan lulusan dari jurusan seni rupa namun Bapak Luluk Soemitro dan
putri-putrinya mampu mengajarkan teknik melukis pada anak-anak
bimbingannya. Hal ini sesuai dengan pengertian guru bahwa dalam kegiatan
belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan”.
Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan,
keterampilan, atau isi ajaran yang lain seperti kesenian, kesusilaan, dan agama
(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 170-171). Tetapi pembelajaran ini terlihat kurang
baik karena siswa yang dibimbing selalu diberi contoh dalam melukis. Anak tidak
diberi kebebasan dalam menampilkan bentuk-bentuk visual yang diinginkan dan
anak juga tidak diberi kebebasan dalam memilih warna yang digunakan untuk
mewarnai lukisan yang mereka buat.
Setiap lembaga pendidikan tentu memiliki tujuan dari pembelajaran yang
dilakukan. Tujuan dari pembelajaran adalah memberdayakan semua potensi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan
pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami,
melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri
(Majid, 2008: 24). Begitu juga dengan sanggar lukis “Warung Seni” yang juga
memiliki tujuan pembelajaran sebagai berikut: (1) Sebagai lembaga pendidikan
nonformal yang membantu tercapainya tujuan dari pendidikan seni rupa secara
utuh, sehingga kekurangan yang ada dalam pendidikan formal bisa terpenuhi oleh
lembaga pendidikan nonformal ini, (2) Untuk memajukan seni lukis di Surakarta.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Bapak Luluk Soemitro melalui sanggar lukis
“Warung Seni” membimbing anak didiknya untuk memahami dunia seni lukis.
Dengan adanya bimbingan tersebut diharapkan dapat melahirkan pelukis-pelukis
baru di Surakarta, (3) Untuk memberikan tempat atau wadah bagi seniman,
pengamat seni maupun pecinta seni untuk mengadakan komunikasi. Ditempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
tersebut para seniman bisa membahas kegiatan yang akan dilakukan maupun
sekedar sharing tentang perkembangan dunia seni lukis.
Materi yang diajarkan di sanggar lukis “Warung Seni” meliputi teknik
pembuatan sketsa obyek dan teknik pewarnaan. Untuk materi sketsa obyek
dilakukan oleh Bapak Luluk Soemitro dan untuk pewarnaan oleh Bu Uryn, Bu
Atik, dan Bu Unik. Obyek yang digambar antara lain aktivitas manusia, hewan,
tumbuhan, dan pemandangan alam. Untuk pemandangan alam tidak dibuatkan
sketsa sebagai contoh tetapi siswa diajak mengunjungi tempat yang memiliki
pemandangan alam yang bagus. Di sana anak diajarkan melukis obyek secara
langsung. Pemandangan alam yang dituju biasanya persawahan, pantai, air terjun,
dan sungai. Dari materi yang diberikan, anak yang tidak tahu menjadi tahu
bagaimana melukis sebuah obyek dengan benar dan anak juga tahu bagaimana
menggunakan alat lukis yang benar. Perubahan tingkah laku dari materi yang
diajarkan sesuai dengan pendapat Majid (2008: 170) yang menyatakan bahwa
sumber belajar atau materi diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan
sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi, dapat digunakan sebagai
wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Namun dalam memberikan materi anak selalu diberi contoh. Hal ini berdampak
pada kurangnya kemandirian dan kreativitas siswa pada saat membuat karya lukis.
Dalam melaksanakan proses pembelajarannya, sanggar lukis “Warung
Seni” menggunakan beberapa metode pembelajaran. Metode yang digunakan
antara lain ceramah, praktik atau demonstrasi, tanya jawab, pemberian ampunan
dan bimbingan, pemberian tugas, dan karya wisata. Penggunaan metode-metode
ini tidak semuanya dilakukan dalam satu kali bimbingan, penggunaannya
menyesuaikan keadaan siswa dan keinginan pembimbing. Penggunaan metode
pembelajaran pada proses pembelajaran ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa, metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
(http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-definisi-metode-pembelajaran.html
diakses 01/12/2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
65
atau atas dasar ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap
sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk,
pandai atau bodoh, dan sebagainya.
Pelaksanan evaluasi sanggar lukis “Warung Seni dilakukan di sela-sela
saat proses pembelajaran berlangsung. Obyek yang di evaluasi antara lain,
keluwesan membuat garis, pewarnaan bidang gambar, komposisi, dan kerapian.
Karena siswa yang belajar anak-anak, Bapak Luluk Soemitro tidak
mempermasalahkan bentuk atau proporsi obyek yang digambar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Sanggar lukis “Warung Seni” sebagai pendidikan nonformal turut
berperan dalam program penyelenggaraan pendidikan seni rupa. Program
pendidikan seni rupa yang diselenggarakan terfokus pada bidang seni lukis,
karena bidang ini lebih populer dan banyak diminati dibandingkan dengan bidang
seni rupa lainnya. Pendidikan yang diselenggarakan berbentuk bimbingan. Bentuk
bimbingan ini memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dasar-dasar teknik
melukis, yaitu dari pembuatan sketsa obyek sampai dengan pewarnaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sanggar lukis
“Warung Seni”, maka pokok-pokok simpulan hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan sanggar lukis “Warung Seni” sebagai pelengkap pendidikan seni rupa
yang ada pada lembaga pendidikan formal secara praktek atau keterampilan
sudah dilaksanakan dengan cukup baik, siswa yang mengikuti bimbingan
tahu cara menggambar obyek dan teknik mewarnai obyek. Namun dilihat dari
segi wawasan masih kurang mencukupi karena dalam kegiatan bimbingan di
sanggar lukis ini anak tidak diberikan teori dan referensi tentang seni lukis.
2. Materi tentang teknik melukis dan pewarnaan yang diberikan selalu
dibimbing dan diberikan contoh. Hal ini membuat hasil lukisan anak terpaku
pada gambar yang telah dicontohkan oleh pembimbing. Pembelajaran dengan
cara ini akan berdampak pada kurangnya kemandirian dan kreativitas anak
dalam melukis.
3. Bimbingan melukis di sanggar lukis “Warung Seni” paling banyak diikuti
oleh anak-anak usia 3-12 tahun. Walaupun usia anak berbeda-beda namun
materi yang diberikan sama.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
4. Dari sekian metode yang digunakan, metode praktik atau demonstrasi lebih
dominan digunakan pada saat bimbingan. Hal ini dikarenakan pembelajaran
di sanggar lukis “Warung Seni” ini terfokus pada pembelajaran praktek
melukis.
5. Penggunaan model pembelajaran kontekstual terlihat pada saat anak diajak
menggambar ke lokasi yang ditentukan pembimbing. Hal ini dilakukan untuk
melatih anak melukis obyek diam maupun bergerak secara langsung.
6. Media pembelajaran yang digunakan di sanggar lukis “Warung Seni” adalah
gambar sketsa obyek yang digambar di papan white board. Proses pembuatan
gambar sketsa obyek bertahap. Dengan cara seperti ini anak mudah menerima
materi yang diajarkan dan pada akhir bimbingan seluruh anak bisa
menyelesaikan gambar secara bersamaan, sehingga tidak ada anak yang
tertinggal saat waktu kegiatan bimbingan selesai.
7. Bentuk evaluasi di sanggar lukis “Warung Seni” berupa pembahasan
langsung. Bentuk evaluasi melalui pembahasan ini terbukti efektif diterapkan
karena siswa dapat mengetahui letak kekurangan dan kelebihan karya lukis
yang telah mereka buat.
B. Implikasi
Materi yang diberikan selalu dibimbing dan diberikan contoh. Cara ini
membuat hasil lukisan anak terpaku pada gambar yang telah dicontohkan oleh
pembimbing. Hal ini juga berdampak kurangnya kemandirian dan kreativitas
siswa dalam membuat karya lukis.
Tidak adanya pengelompokan usia anak dalam mengikuti bimbingan
melukis membuat anak yang lebih muda merasa sulit menerima materi yang
disampaikan, begitu juga sebaliknya, anak yang lebih tua merasa mudah dalam
menerima materi yang disampaikan pembimbing. Hal ini juga membuat
keterampilan anak yang lebih tua kurang berkembang dalam melukis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
C. Saran
Berdasar kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
1. Dalam memberikan materi tentang teknik melukis sebaiknya disesuaikan
dengan tingkatan usia anak, karena setiap anak mempunyai karakter dan
kemampuan sendiri yang sesuai dengan tingkat usianya.
2. Pemberian materi tentang teknik membuat sketsa obyek sampai dengan
mewarnai hendaknya tidak selalu diberikan contoh atau arahan dari
pembimbing tetapi cukup dengan menyampaikan tema yang akan dilukis. Hal
ini akan memberikan kebebasan kepada anak dalam mewujudkan lukisan
menurut daya fantasi dan kreasi mereka masing-masing.
3. Untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman anak tentang alat lukis,
hendaknya anak diperkenalkan berbagai jenis alat lukis yang lain. Misalnya
cat air, cat minyak, cat akrilik, dan lain-lain. Dengan adanya berbagai jenis
alat lukis ini, anak-anak dapat mencoba bereksperimen dengan alat-alat lukis
tersebut sampai akhirnya mereka menemukan alat lukis yang cocok dan
sesuai dengan dirinya.
commit to user