id
SKRIPSI
oleh:
YUNITA NURUL KHOMSAH
K1207042
i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
oleh:
YUNITA NURUL KHOMSAH
K1207042
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Hari : Kamis
Tanggal : 5 Januari 2012
iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita merupakan
hal kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam kita.
Oliver Wendell Holmes
Manusia tidak dirancang untuk gagal, tetapi manusialah yang gagal untuk
merancang.
William J. Siegel
Kita tidak pernah belajar menjadi berani dan sabar kalau di dunia ini hanya
ada kebahagiaan.
Hellen Keller
Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama
sekali.
Arthur Hugh Clough
vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena atas
limpahan nikmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian
Semiotik Kumpulan Cerpen Samin Karya Kusprihyanto Namma”. Skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendaha n hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M .Pd. selaku dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M .Hum selaku ketua jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.
3. Dr. Andayani, M .Pd. selaku ketua program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.
4. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. selaku pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan bantuan dalam setiap bagian
skripsi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, dan bantuan dalam setiap bagian skripsi sehingga
peneliti dapat menye lesaikan skripsi ini.;
6. Dan semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Peneliti
viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAM AN JUDUL…………………………………………………… i
HALAM AN PERSETUJUAN…………………………………………. ii
HALAM AN PENGESAHAN…………………………………………. iv
HALAM AN ABSTRAK……………………………………………….. v
HALAM AN MOTTO…………………………………………………... vi
HALAM AN PERSEMBAHAN………………………………………… vii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. ix
DAFTAR GAM BAR…………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xiv
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Rumusan M asalah………………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………… ……. 6
BAB II: LANDASAN TEORI………………………………………….. 7
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………… 7
1. Hakikat Kajian Semiotik…………………………………... 7
a. Sejarah Semiotik……………………………………… 7
b. Pengertian Semiotik…………………………………... 8
c. Teori Semiotik………………………………………... 10
1) Teori semiotik Peirce……………………………. 10
2) Teori Semiotik Saussure………………………… 12
3) Teori Semiotik Charles Morris………………….. 14
4) Teori Semiotik Roland Barthes………………….. 14
5) Teori Semiotik Umberto Eco……………………. 16
6) Teori Semiotik Odgen & Richard………………... 16
ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
xii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kumpulan cerpen ini memiliki keunikan dengan kisahnya yang bersifat tradisional
dan fenomenal. Kumpulan cerpen Samin mengangkat peristiwa-peristiwa yang
sederhana namun menarik, karena sarat dengan keluguan-keluguan masyarakat
desa. Seperti diungkapkan oleh Yant Mujiyanto (Pawon edisi 12, 2007: 12)
bahwa Antologi Samin yang berisi 10 cerpen adalah buku yang sungguh-sungguh
menerjemahkan karakteristik wong ndesa, dengan idiom-idiom dan bahasa ndesa,
persoalan dan cara pikir khas ndesa. M embaca cerpen-cerpen dalam buku ini
serasa kita diajak ke pedalaman desa-desa di Jawa, bukan hanya dalam latar
tempat dan suasananya, melainkan juga ruhnya, spirit, aspirasi, obsesi, perasaan,
kebahagiaan, dan kebersahajaannya. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ibnu
Megananda (Pawon edisi satu tahun, 2008: 28) yang menyataka n bahwa
kumpulan cerpen Samin dicetak sederhana, tapi isinya tidak sederhana. Walaupun
ada sepuluh cerpen dengan cerita biasa, tapi cukup sumringah. Sumringah
maksudnya cerita tidak disajikan hanya dengan kalimat kegetiran, namun dengan
logika yang kadang me ngajak pembaca tersenyum.
Berdasarkan pengamatan terbatas dari peneliti, cerpen-cerpen dalam
kumpulan cerpen Samin memiliki ikatan satu sama lain. Beberapa judul cerpen
dalam kumpulan cerpen ini memiliki kesatuan ide yang mengacu pada keadaan
politik suatu masa. Pada setiap kisahnya mengandung makna yang tersirat yang
sejujurnya ingin pengarang, yaitu Kusprihyanto Namma sampaikan kepada
pembaca. Hal demikian senada dengan yang diungkapkan Yant Mujiyanto
(Pawon edisi 12 2007: 13) bahwa di sela-sela kesederhanaan pengucapan dan
materi cerita, cerpen-cerpen dalam buku ini menyimpan misteri yang dibiarka n
pengarangnya tetap sebagai misteri.
Berdasarkan data lapangan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa
pembaca kumpulan cerpen Samin, peneliti menyimpulkan bahwa beberapa
pembaca mengalami sedikit kesulitan dalam memahami makna atau maksud
sebenarnya ya ng ingin disampaikan oleh pengarang dalam kisahnya. Pembaca
mengalami kesulitan menelaah pernyataan-pernyataan yang digunakan pengarang
dalam menuangkan ide ceritanya dengan bentuk-bentuk simbol yang bersifat
abstrak. Hasil identifikasi peneliti pada kumpulan cerpen Samin, pengarang yaitu
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimanakah identifikasi dan analisis ikon, indeks, dan simbol untuk
menemukan makna semiotik pada kumpulan cerpen Samin karya
Kusprihyanto Namma?
2. Apakah latar belakang pengara ng (Kusprihyanto Namma) menggunakan
unsur semiotik (ikon, indeks, dan simbol) tersebut dalam menyampaikan
ide ceritanya?
3. Bagaimanakah kebermaknaan penggunaan unsur semiotik tersebut dalam
mendukung keestetikan kumpulan cerpen Samin karya Kusprihyanto
Namma?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis ikon, indeks, dan simbol untuk
menemukan makna semiotik pada kumpulan cerpen Samin karya
Kusprihyanto Namma.
2. Mendeskripsikan latar belakang pengarang (Kusprihyanto Namma)
menggunakan unsur semiotik (ikon, indeks, dan simbol) dalam
menyampaikan ide cerita.
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan
kesastraan khususnya mengenai kajian sem iotik dalam kumpulan cerpen
Samin karya Kusprihyanto Namma.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan untuk referensi mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kaitannya dengan analisis
cerpen.
b. Bagi peserta didik, penelitian dapat menjadi acuan dalam menganalisis
sastra khususnya kaitannya dengan makna, sehingga membantu
menambah pengetahuan peserta didik dalam mengapresiasi sastra.
c. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai makna dalam kumpulan cerpen Samin karya
Kusprihyanto Namma, sehingga dapat diambil nilai positif untuk
diaplikasikan dalam kehidupan.
d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman lebih dan
dapat menggali kemampuan peneliti dalam bahasa dan sastra
Indonesia.
6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kajian Semiotik
a. Sejarah Semiotik
Ni Wa yan Sartini (www.journal.unair.ac.id, 17 Maret 2011)
menerangkan bahwa ilmu semiotik bermula dari ilmu linguistik dengan
tokohnya Ferdinand de Saussure (1857 - 1913). Saussure tidak hanya
dikenal sebagai Bapak Linguistik tetapi juga banyak dirujuk sebagai tokoh
semiotik dalam bukunya Course in General Linguistics (1916). Selain itu ada
tokoh yang penting dalam semiotik yaitu Charles Sanders Peirce (1839 -
1914) seorang filsuf Amerika dan Charles Williams Morris (1901 - 1979)
yang mengembangkan behaviouris semiotics. Tokoh semiotik yang
mengembangkan teori-teori semiotik modern adalah Roland Barthes (1915 -
1980), Algirdas Greimas (1917 - 1992), Yuri Lotman (1922 - 1993),
Christian Metz (193 - 1993), Umberco Eco (1932), dan Julia Kristeva (1941).
Linguis selain Saussure yang bekerja dengan semiotics framework adalah
Louis Hjlem slev (1899 - 1966) dan Roman Jakobson (1896 - 1982).
Strukturalisme adalah sebuah metode yang telah diacu oleh
banyak ahli semiotik yang didasarkan pada model linguistik struktural
Saussure. Strukturalis mencoba mendeskripsikan sistem tanda sebagai
bahasa-bahasa, Strauss denga n mith, kinship dan totemisme, Lacan dengan
unconcious, Barthes dan Greim as dengan grammar of narrative. M ereka
bekerja mencari struktur dalam (deep structure) dari bentuk struktur luar
(surface structure) sebuah fenome na. Semiotik sosial kontemporer telah
bergerak di luar perhatian struktural yaitu menganalisis hubungan -
hubungan internal bagian-bagian dengan a self contained system, dan
mencoba mengembangkan penggunaa n tanda dalam situasi sosial yang
spesifik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa lahirnya semiotik khususnya di
Eropa tidak dapat dilepaskan dari bayangan strukturalisme yang
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ketiga nya saling berkaitan satu sama lain. Sintaktik berkaitan dengan studi
mengenai tanda secara individual maupun kombinasinya, khususnya analisis
yang bersifat deskriptif tentang tanda dan kombinasinya. Semantik adalah
studi mengenai relasi antara tanda dan signifikasi atau maknanya. Pragmatik
adalah studi mengenai relasi antara tanda dan penggunanya, khususnya yang
berkaitan dengan penggunaan tanda secara konkrit dalam berbagai peristiwa
serta dampaknya tehadap pengguna. Pragmatik berkaitan dengan nilai,
maksud, dan tujuan dari sebuah tanda.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dan penggunaannya dalam suatu
usaha untuk menemukan makna. Tanda dapat mewakili berbagai hal seprti
fenomena kehidupan, pikiran, perasaan, perila ku manusia, bahasa, dan
sebagainya.
c. Teori Semiotik
Perkembangan teori semiotik saat ini dapat dibedakan ke dalam dua
je nis semiotika, yaitu semiotik komunikasi dan semiotik signifikansi. Semiotik
komunikasi menekankan diri pada teori produksi tanda, sedangkan semiotik
signifikasi mene kankan pemahaman, dan atau pemberian makna suatu tanda.
Produksi tanda dalam semiotik komunikasi, mensyaratka n adanya pengiriman
informasi, penerima informasi, sumber, tanda-tanda, saluran, proses
pembacaan, dan kode. Semiotik signifikasi tidak mempersoalkan produksi dan
tujuan komunikasi, melainkan menekankan bidang kajiannya pada segi
pemahaman tanda-tanda serta bagaimana proses kognisi atau interpretasinya.
1) Teori Semiotik Peirce
Peirce (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 41) menyatakan bahwa:
“Sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang
lain. Sebuah tanda yang disebutnya sebagai representation haruslah
mengacu pada sesuatu yang disebutnya sebagai objek acuan”. Proses
perwakila n itu disebut dengan semiosis. Semiosis adalah suatu proses di
mana suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang
ditandainya.
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SIMBOL m enggantikan
REFEREN
(relasi imputasi)
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sistem tanda tingkat pertama itu disebut meaning (arti). Karya sastra itu juga
merupakan sistem tanda yang berdasarkan konvensi masyarakat. Karya sastra
merupakan sistem tanda yang lebih tinggi kedudukannya dari bahasa, maka
disebut sistem semiotik tingkat kedua. Bahasa tertentu itu mempunya i
konve nsi tertentu pula, dalam sastra konvensi bahasa itu disesuaikan dengan
konve nsi sastra. Pada sebuah karya sastra, arti kata-kata ditentukan oleh
konve nsi sastra. Dengan demikian, timbullah arti baru yaitu arti sastra. Jadi,
arti sastra itu merupakan arti dari arti (meaning of meaning ). Untuk
membedakannya arti bahasa itu disebut makna (significance).
Weissbrod (1998: 2) menerangkan bahwa: “Even dan Zohar suggested
viewing literature a polysystem, a system of systems, wich can described by a
series of oppositions”. Karya sastra bukan hanya sekedar tulisan yang tidak
bermakna dan dibuat sesuka hati, namun karya sastra dibuat dengan
memperhatikan aturan atau sistem. Sistem-sistem tersebut meliputi unsur-
unsur struktural, keindahan, nilai-nilai, dan sebagainya.
Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis
suatu karya sastra. Kajian semiotik sebagai suatu sistem tanda-tanda dan
menentukan konvensi-konve nsi apa yang memungkinkan karya sastra
mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sastra
atau hubungan dalam antarunsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam
makna ( Rachmat Djoko Pradopo, 2002: 123).
Ada banyak cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya
sastra secara sem iotik. Nyoman Kutha Ratna (2004: 104) menyebutka n cara
yang paling umum adalah dengan menaganalisis karya melalui dua tahapan
sebagaimana ditawarkan oleh Wellek dan Warren, yaitu analisis intrinsik
(mikrostruktur) dan analisis ekstrinsik (makrostruktur). Cara yang lain
sebagaimana dikemukakan oleh Abrams dilakukan dengan menggabungkan
empat aspek, yaitu pengarang (ekspresif), semestaan (mimetik), pembaca
(pragmatik), dan objektif (karya sastra itu sendiri).
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dasar umum sebuah kar ya sastra. Gagasan dasar umum inilah yang telah
ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk
mengembangkan cerita”. Panuti Sudjiman (1988: 50) juga menyebut tema
sebagai gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari suatu karya
sastra.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema
adalah ide pokok suatu cerita yang digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan kisah atau peristiwa dalam karya sastra tersebut. Setiap
cerita pasti mempunyai ide pokok, yaitu sesuatu yang hendak disampaikan
pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah
kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan, atau pandangan
hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan. Pengarang tidak dituntut
menjelaskan temanya secara gamblang dan menyeluruh, tetapi ia bisa saja
hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan kemudian terserah
pembaca bagaimana menyikapi dan menyelesaikannya.
Stanton (dalam Herman J. W aluyo dan Nugraheni, 2008: 13)
mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk menafsirkan tema, yaitu
a) harus memperhatikan detail yang menonjol dalam cerita rekaan; b) tidak
terpengaruh oleh detail cerita yang kontradiktif; c) tidak sepenuhnya
tergantung oleh bukti-bukti implisit, tetapi harus yang eksplisit; d) tema itu
diujarkan secara jelas oleh cerita bersangkutan. Faktor pengarang dengan
pandangan-pandangannya turut menentukan tema karyanya.
2) Alur atau Plot
Panuti Sudjiman (1988: 29) menyatakan bahwa dalam sebuah
cerita rekaan berbagai cerita disajikan dalam urutan tertentu. Peristiwa
yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu alur. Alur
yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek
tertentu (Habbiburahman, http://lulukeche.multiply.com/ journal/item/, 27
Mei 2010). Sehubungan dengan hal tersebut, Jakob Sumardjo dan Saini
K.M. (1988: 49) mengungkapkan bahwa: “Alur adalah hal yang
menggerakkan kejadian cerita, yaitu segi rohaniah dari kejadian”. Atar
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Semi (1993: 44) menyatakan bahwa alur merupakan kerangka dasar yang
amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus saling
berkaitan, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan
peristiwa lainnya, dan bagaimana agar tokoh terikat dalam satu kesatuan
waktu.
Plot menurut Burhan Nurgiyantoro (1995: 94) berbeda dengan
cerita. Plot bersifat lebih kompleks daripada cerita. Plot lebih menekankan
permasalahannya pada hubungan kasualitas, kelogisan hubungan
antarperistiwa yang dikisahkan dalam karya naratif yang bersangkutan.
Herman J. Waluyo dan Nugraheni (2008: 14) menyebut alur sebagai
kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang
menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar
pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang saling berkesinambungan,
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, dan membentuk jalinan
cerita yang utuh.
Atar semi (1993: 44) menyatakan baik tidaknya sebuah alur
ditentukan oleh 3 hal, yaitu:
a) Apakah tiap peristiwa susul menyusul secara logis dan alamiah.
b) Apakah tiap peristiwa sudah cukup tergambar atau dimatangkan
dalam peristiwa sebelumnya.
c) Apakah peristiwa itu terjadi secara kebetulan dengan alasan yang
masuk akal dan dapat dipahami.
Menurut Habbiburahman (http://lulukeche.multiply.com journal/
item/, 27 M ei 2010) jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
a) Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca.
b) Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan
pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga
seperti terus tergiang di telinga pembaca.
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
oleh Panuti Sudjiman (1988: 57) bahwa amanat adalah ajaran moral atau
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.
Burhan Nurgiyantoro (1995: 336) menyebutkan bentuk
penyampaian amanat dalam karya fiksi dengan dua cara yaitu secara
langsung dan tak langsung. Bentuk penyampaian langsung identik dengan
cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelasan.
Sebaliknya bentuk penyampaian tidak langsung dengan cara tersirat dalam
cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
amanat adalah pesan berisi ajaran moral atau nila i-nilai yang ingin
disampaikan penulis melalui karyanya. Setelah membaca karya tersebut
pembaca diharapkan mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam
sebuah karya sastra dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
B. Kerangka Berpikir
Ada beberapa tinjauan yang ditawarkan dalam mengapresiasi sebuah kar ya
sastra,, yaitu tinjauan sem iotik, tinjauan sosiologi sastra, tinjauan sosiopragmatik,
dan sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kajian semiotik
pada kumpulan cerpen Samin karya Kusprihyanto Namma. Kajian semiotik ini
bertujuan untuk menemukan tanda bahasa dalam kumpulan cerpen Samin yang
mengacu pada makna karya tersebut. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh
dalam menganalisis karya sastra secara semiotik berdasarkan beberapa teori yang
telah dipaparkan sejumlah tokoh sem iotik, yaitu Ferdinand de Saussure, Charles
Sanders Peirce, Roland Barthes, dan sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti lebih
mengarah pada teori Peirce dalam menganalisis unsur semiotik kumpulan cerpen
Samin, yaitu mengidentifikasi ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam
kumpulan cerpen tersebut kemudian menganalisisnya untuk menemukan makna
semiotik. Setelah unsur semiotik tersebut dianalisis, peneliti memaparkan tujuan
pengarang menggunakan ikon, indeks, dan sim bol dalam menyampaikan ide
cerita. Selain itu, peneliti juga mendeskripsikan kebermaknaan penggunaan unsur
semiotik tersebut dalam mendukung keestetikan kar ya. Berikut ini disajikan
32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Makna semiotik
Kesimpulan
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialam i oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, secara holistik, dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode ilm iah (Lexy J. Moleong, 2004: 6). Data yang dikumpulkan berupa kata-
kata dan kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau
jumlah.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan yaitu dari bulan Mei sampai
dengan bulan November 2011. Objek penelitian ini adalah kumpulan cerpen
Samin karya Kusprihyanto Namma yang terdiri atas 10 judul cerpen dan
diterbitkan oleh Gerilya Peradaban pada tahun 2007.
Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Bulan (2011)
Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov
1. Persiapan
a. Pengajuan Judul xx
b. Penyusunan Proposal xx xx
c. Izin Penelitian xx
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data xxxx
b. Analisis Data xxxx xx
c. Penarikan Kesimpulan xx
3. Penyusunan Laporan xxxx xxxx
34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Sumber Data
Data adalah sumber informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisis.
Data dalam penelitian sastra berupa kata, frasa, atau kalimat (Siswantoro, 2010:
70). H.B. Sutopo (2002: 49) menyatakan bahwa data tidak akan bisa diperoleh
tanpa sumber data. Betapapun menariknya suatu permasalahan atau topik
penelitian, tidak akan berarti jika tidak memiliki sumber data. Sumber data dalam
penelitian ini meliputi:
1. Dokumen
Dokumen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu kumpulan
cerpen Samin karya Kusprihyanto Namma yang terdiri atas 10 judul cerpen
dan diterbitkan oleh Gerilya Peradaban pada tahun 2007.
2. Informan
Informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pengarang
(Kusprihyanto Namma) dan beberapa pembaca kumpulan cerpen Samin
karya Kusprihyanto Namma. Informan yang berupa pembaca terdiri dari
pembaca awam, pembaca akademis, dan pembaca praktis. Informan yang
berupa pembaca awam, yaitu Iska yati Hasanah, Retno Juanita, dan Tiara
Angginadi Perwita. Informan yang berupa pembaca akademis, yaitu Dewi
Setyorini, Tyas Sri Utami, Niken Sarasvati Devi, Wahyu Agustina, dan
Desinta Prihatini. Informan yang berupa pembaca praktis, yaitu Chafit Ulya,
M.Pd. Data hasil wawancara terlampir.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam peneltitian ini adalah Purpossive
Sampling, ya itu sampel yang pemilikannya didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan
penelitian. Purpossive Sampling adalah pengambilan data yang dilakukan dengan
cara memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap
(H.B. Sutopo, 2002 : 56).
35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data
Data yang berhasil dikumpulkan, diuji kemantapan dan kebenarannya.
Maksudnya, setiap penelitian harus menentukan cara untuk meningkatkan
validitas data yang diperoleh dari kemantapan kesimpulan dan tafsiran makna
penelitiannya. Menurut H.B. Sutopo (2002: 78), validitas data merupakan jaminan
bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian. Terdapat
beberapa cara yang biasanya dipilih untuk menge mbangkan validitas (kesahihan)
data penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah
36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan hal lain di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap hal tersebut (Lexy J.
Moleong, 2004: 330).
Penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber
menurut H.B. Sutopo (2002: 80) triangulasi metode dilakukan peneliti denga n
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda. Pada penelitian ini peneliti membandingkan data
hasil analisis dokumen, yaitu kumpulan cerpen Samin dengan data hasil
wawancara terhadap pembaca dan pengarang. Triangulasi sumber mengarahkan
peneliti agar di dalam mengumpulkan data menggunakan beragam sumber data
yang tersedia. Maksudnya, data yang sejenis akan lebih mantap kebenara nnya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda (H.B. Sutopo, 2002: 79). Pada
penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa informan, yaitu
pengarang dan pembaca. Informan yang berupa pembaca terdiri dari 3 jenis yaitu
pembaca akademis, pembaca awam, dan pembaca praktis. Peneliti kemudian
membandingkan hasil-hasil wawancara tersebut untuk menemukan data yang
akurat.
G. Teknik Analisis Data
Lexy J. Moleong (2004: 103) mengungkapkan bahwa: “Analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Penelitian ini
menggunakan metode pembacaan semiotik yang terdiri atas pembacaan
heuristik dan hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya.
Pembacaan heuristik secara semiotik berdasarkan konvensi sistem semiotik
tingkat pertama (Riffatere dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2005: 135).
Pembacaan ini mengacu pada konvensi kebahasaan. Pembaca melakukan
penafsira n struktur kebahasaan (tanda linguistik) secara referensial. Bahasa
yang digunakan merupakan penanda yang dihubungkan dengan referennya,
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan secara rinci mengenai langkah
penelitian dari awal hingga akhir, guna membantu lancarnya pelaksanaan
penelitian. Langkah-la ngkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Membaca kumpulan cerpen Samin karya Kusprihyanto Namma.
2. Mewawancarai beberapa pembaca untuk memperoleh data.
3. Mewawancarai pengarang untuk mendapatkan data genetik.
4. Mengidentifikasi dan menganalisis ikon, indeks, dan simbol dalam
kumpulan cerpen Samin karya Kusprihyanto Namma untuk menemuka n
makna semiotik.
5. Mendeskripsikan latar belakang pengara ng menggunakan unsur semiotik
(ikon, indeks, dan simbol) tersebut dalam penyam paian ide ceritanya.
6. Mendeskripsikan kebermaknaan penggunaan unsur semiotik (ikon, indeks,
dan simbol) tersebut dalam mendukung keestetikan karya.
7. Menarik kesimpulan.
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang kumpulan cerpen Samin dari segi semiotik.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitia n, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik, dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
ilm iah (Lexy J. Moleong, 2004: 6).
Penelitian ini difokuskan pada kajian semiotik dalam kumpulan cerpen
Samin berdasarkan teori semiotik Charles Sanders Peirce. Teori tersebut
membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis
hubungan, yaitu 1. Ikon, jika berupa hubungan kemiripan 2. Indeks, jika berupa
hubungan kedekatan eksistensi 3. Simbol, jika berupa hubungan yang sudah
terbentuk secara konvensi. Permasalahan yang diangkat oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah identifikasi ikon, indeks, dan simbol untuk menemukan
makna semiotik pada kumpulan cerpen Samin, hal yang melatarbelakangi
pengarang (Kusprihyanto Namma) menggunakan ikon, indeks, dan simbol dalam
menyampaikan ide ceritanya, dan kebermaknaan penggunaan indeks, ikon, dan
simbol dalam mendukung keestetikan kumpulan cerpen Samin.
Untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti melakukan
pengambilan data dari berbagai sumber. Data dalam penelitian ini adalah
dokumen dan hasil wawancara. Data berupa dokumen berupa kumpulan cerpen
Samin dan berbagai sumber pustaka dari buku, jurnal, maupun internet. Data
berupa hasil wawancara peneliti dapatkan dengan cara mewawancarai pengarang,
yaitu Kusprihyanto Namma, dan beberapa pembaca kumpulan cerpen Samin. Data
yang diperoleh berupa identifikasi ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam
kumpulan cerpen Samin yang terdiri dari 10 judul cerpen. Data-data tersebut,
yaitu:
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan mempunyai cara sendiri dan tidak mau mematuhi hal yang telah
ditetapkan atau dijalani oleh sebagian masyarakat yang lain.
35) Mbah Lurah, yang panas kupingnya mendengar kata-kata Pak Rekso yang
dia nilai sok suci itu, menyebut Pak Rekso sebagai Samin. (cerpen Samin,
hal. 30)
Kuping atau telinga adalah organ tubuh manusia yang digunakan
untuk mendengar atau menangkap suara dari luar. Kata “panas kuping “
menunjukkan ketidaksukaan tokoh mendengar ucapan lawan bicaranya.
Ucapan tokoh lain tersebut membuatnya risih dan membuatnya tidak
nyaman, sakit hati, atau marah.
36) Dan lolosnya calon-calon bermodal kantong. (cerpen Samin, hal. 31)
Kantong merupakan bagian dari pakaian atau tas yang digunaka n
orang untuk menyimpan uang atau harta berharga lainnya. Ungkapan
”bermodal kantong” dalam kutipan tersebut berarti bahwa dalam mencapai
sesuatu yang diinginkannya tidak dengan usaha namun dengan
menggunakan uang atau harta. Mereka menggunakan uang untuk
mendapatkan jabatan. Uang tersebut dapat digunakan untuk menyogok
warga agar memilih dirinya, dan sebagainya.
37) Ia sama sekali tak punya potongan pemberontak. (cerpen Samin, hal. 31)
Potongan sama artinya dengan bagian. Kata ”potongan” dalam
kutipan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada bagian dari diri tokoh yang
menunjukkan bahwa tokoh adalah seorang pemberontak.
38) Supaya perkampungan kelihatan dari kejauhan. Supaya kesucian
senantiasa memayungi si empunya rumah. (cerpen Samin, hal. 32)
Payung adalah alat yang digunakan untuk melindungi diri dari
panas atau hujan. Ungkapan ”Kesucian yang memayungi” maksudnya
kesucian itu mampu memberikan perlindungan kepada pemilik rumah dari
hal-hal yang buruk.
39) Kubuka telinga. Kubuka semua indera. Agar nadi-nadiku menyaksikan
keheningan yang dibangun Guru. Kesaksianku kesaksian hamba. Dengus
napasnya pun menjadi sangat bermakna. (cerpen Jawa, hal. 33)
62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42) Guru mulai membuka mata. M emandangku tajam. Tak tahan aku
menatapnya. (cerpen Jawa, hal. 35)
Kata “tajam” biasa diguna kan untuk menggambarkan benda atau
senjata yang berujung lancip, seperti pisau, gunting, dan sebagainya.
Tajam berarti mudah mengiris atau berkemampuan. Benda yang tajam
juga dapat menusuk. Kata “tajam” dalam pernyataan tersebut digunakan
untuk menggambarkan cara pandang seseorang. “M emandang tajam ”
berarti pandangannya lurus dan kuat seakan menusuk ya ng dipandang.
43) Seandainya kau terlahir sebagai orang Palestina, belum tentu engkau
mengagumi tanah Jawa seperti kekagumanmu saat ini. Jawa adalah area
misterius. Untuk menguak misteri itu kau mesti mengarifi sejarah!”
(cerpen Jawa, hal. 35)
”Arif” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2005: 52) berarti bijaksana, cerdik atau pandai, berilmu,
paham, mengerti. Ungkapan ”Mengarifi sejarah” dalam kutipan tersebut
maksudnya mampu memaham i dan menjadikan sejarah sebagai salah satu
pedoman dalam menjalani hidup.
44) ”Setelah Singosari yang banjir darah itu, muncullah M ajapahit yang juga
menelan banyak nyawa. Lalu untuk memasuki peradaban Demak, berapa
nyawa lagi harus dikorbankan. Tak terhitung. Tak terhitung!” (cerpen
Jawa, hal. 35)
”Banjir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2005: 75) berarti air yang banyak dan menga lir deras.
”Banjir darah” berarti banyak darah yang mengalir. Maksudnya terjadi
peristiwa yang membuat banyak orang terluka ata u meninggal. Ungkapan
”menelan banyak nyawa” maksudnya membuat banyak nyawa menghilang
atau banyak orang yang meninggal. Pernyataan di atas menunjukka n
bahwa dalam perubahan kekuasaan atau masa kepemimpinan kerajaan di
tanah Jawa pada masa dulu terjadi peperangan atau perseteruan yang
membuat banyak orang meninggal.
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45) ”Jangan sampai tanah ini tertetesi darah anak-anaknya sendiri. Jangan
sampai. Lebih baik damai daripada perang. Dan apa untungnya perang
dengan saudara sendiri!” (cerpen Jawa, hal. 36)
”Anak-anak” yang dimaksud dalam pernyataan tersebut adalah
generasi bangsa atau pemuda dari tanah Jawa (Indonesia). ”Tertetesi darah
anak-anaknya sendiri” maksudnya mengorbankan generasi bangsa atau
pemuda tanah Jawa (Indonesia) dalam perebutan kekuasaan.
46) Bapak Kuncung yang semula bertahan pada prinsipnya untuk tidak
memberikan barang mainan yang berbau kekerasan, akhirnya mengalah.
Dibuatkanlah sepucuk bedil untuk kuncung. (cerpen Bedil, hal. 39)
Bau adalah sesuatu yang dapat tercium oleh indera penciuman
(hidung). Berbau berarti memilki bau. ”Berbau kekerasan” berarti
memiliki bau kekerasan, maksudnya termasuk ke dalam barang yang dapat
mengakibatkan perkelahian atau kerusuhan.
47) Di teve, perang bukan lagi sebagai permainan ya ng penuh keriangan,
tetapi menjadi perang, sungguh-sungguh. Darah tercecer di mana-mana.
Nyawa melayang seperti daun yang luruh dalam badai. (cerpen Bedil, hal.
40)
Badai merupakan angin ribut yang bisa menghancurkan dan
menerbangkan benda-benda berat sekalipun. Daun adalah bagian
tumbuhan yang ringan dan mudah gugur karena tertiup angin, apalagi
terkena badai. Badai tentunya mampu membuat banyak sekali daun
berguguran dan menerbangkannya. Pernyataan ”nyawa melayang seperti
daun yang luruh dalam badai” berarti banyak sekali nyawa yang melayang
atau banyak sekali orang yang mati dalam perang tersebut.
48) ”Berkali-kali kami teriak minta tolong, tapi tak seorang pun datang
menolong. Bahkan rotan-rotan itu makin keras memukuli kami. Bapak,
kami bukan napi. Kami hanya ingin menyuarakan hati. Tapi kami mesti
berhadapan dengan rotan, tameng, sepatu, peluru karet, gas air mata. Tak
ada yang bisa kami perbuat selain lari!” (cerpen Bedil, hal. 41)
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
”Suara hati” maksudnya suara atau pendapat yang berasal dari hati
nurani. ”Ingin menyuarakan hati” maksudnya ingin mengungkapkan
pendapat yang berasal dari hati nurani atau keinginan yang terpendam.
49) Aku mencoba tabah. Semuanya mesti dihadapi dengan dada yang lapang.
Malahan dari peristiwa ini, aku banyak memetik pelajaran. (cerpen Bedil,
hal. 42)
Lapang berarti luas. Ungkapan ”dada yang lapang” pada kutipan
tersebut maksudnya sabar. Memetik berarti mengambil sesuatu dengan
mematahkan tangkainya. Memetik biasa digunakan untuk bunga atau
buah. Pada kutipan tersebut, ”memetik” dipadukan dengan kata
”pelajaran” menjadi ”memetik pelajaran” yang dapat diartikan mengambil
pelajaran dari suatu peristiwa.
50) Lagi-la gi Patrem mengangguk. Ia memang tak ingin berlama-lama dengan
Denmas Bei yang doyan ngomong. (cerpen Patrem, hal. 44)
Doyan merupakan sinonim dari kata suka. Biasanya digunakan
untuk mengungkapkan kesukaan pada makanan. ”Doyan ngomong” berarti
tokoh sangat suka berbicara atau cerewet.
51) Namun malam harinya, tatkala pikirannya berputar-putar mengenai
lowongan kerja, ia jadi kepingin untuk mencoba peruntungan surat
saktinya Denmas Bei. (cerpen Patrem, hal. 44)
Pikiran merupakan akal yang ada di dalam otak yang berupa alat
vital manusia untuk menentukan arah hidup. Pikiran juga sering
disamaartikan dengan otak yang berfungsi untuk berpikir atau
memecahkan masalah. ”Pikiran berputar-putar” berarti tokoh sedang
berpikir dan mengingat-ingat beberapa hal yang ada di dalam otaknya
(pikirannya).
52) Harapan akan kerja lagi membayang di pelupuknya. (cerpen Patrem, hal.
45)
Pelupuk atau kelopak mata merupakan bagian luar dari mata.
”M embayang di pelupuk” berarti sudah sangat dekat dan dapat diraih
dengan mudah.
66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53) Sebagai korban PHK, sebagai pengangguran yang mesti menghidupi anak-
istri, biaya tersebut bukanlah biaya yang murah. Mencekik bahkan.
(cerpen Patrem, hal. 46)
Menurut Suharso dan Ana Retnoningsih dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005: 105), ”mencekik” berarti memegang dan
mencekam leher, meraih hingga tak dapat bernapas, mematikan, menindas.
Kata ”mencekik” dalam pernyataan tersebut berarti menyiksa (secara
batin) dan membuat tokoh merasa keberatan dengan biaya yang diminta
untuk pembuatan SKKB.
54) Nanti, bila hal yang membuatnya uringan-uringan itu telah terselesaika n,
Emak akan kembali seperti sediakala. Menjadi ibu yang baik bagi anak-
anaknya. M engelus kami dengan kelembutan. Memberi nasihat-nasihat
yang meneduhkan. Dan terutama melindungi kami dari semua ancaman.
(cerpen Dom, hal. 49)
Teduh berarti terlindung dari sinar matahari, terhindar dari terik
matahari. Teduh memberikan ketenangan. Pernyataa n ”nasihat-nasihat
yang teduh” pada kutipan tersebut berarti nasihat yang mampu
memberikan ketenanga n dan rasa aman.
55) ”Kau yang paling muda, otakmu masih encer. Pikirkanla h bagaimana
mengatasi Emak. Kalau aku rasa baik, tentu aku dukung!” (cerpen Dom,
hal. 49)
”Encer” sama dengan cair. Benda yang bersifat cair memiliki sifat
fleksibel, dapat menyesuaikan wadah yang ditempati, dan dapat
menerobos melalui celah-celah kecil. Kata ”encer” dipadukan dengan kata
”otak”, yaitu organ tubuh manusia yang digunakan untuk berpikir. ”Otak
encer” maksudnya pandai. Orang yang pandai akan mampu memecahkan
berbagai masalah yang sulit sekalipun, seperti benda cair yang bersifat
fleksibel dan mampu menerobos melalui celah sekecil apapun.
56) ”Yang katanya kita menganggapnya gila. Yang katanya, kita mau
menelantarkannya. Sementara Emak telah memeras keringat selama
berpuluh-puluh tahun untuk membesarkan kita. (cerpen Dom, hal. 49)
67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60) Dan Emak dengan senyumnya yang dingin, melakukan kebuasannya tanpa
mengucap sepatah kata pun. (cerpen Dom, hal. 52)
”Dingin” adalah kata untuk menggambarkan kondisi suhu yang
rendah. Kata ”dingin” jika dikaitkan dengan sifat seorang bisa berarti
seseorang itu tidak berperasaan. Pernyataan ”Senyum yang dingin” artinya
senyum yang tidak berperasaan atau senyum yang bukan disebabkan
perasaan tokoh sedang senang. Buas sama artinya dengan liar atau galak.
Kebuasan yang dilakukan Emak maksudnya sikap kasar Emak yang tidak
terkontrol baik perbuatan maupun perkataannya.
61) Selanjutnya, kami dan orang kampung hanya duduk sebagai penonton.
Menyaksikan rumah dan harga diri kami dirobek-robek. (cerpen Dom, hal.
52)
Merobek adalah perbuatan yang merusak. Kata ”Robek” biasanya
digunakan untuk kertas atau benda lain yang tipis. Pernyataan ”Harga diri
dirobek-robek” maksudnya tingkah Emak merusak harga diri tokoh
”kami” (anak-anaknya). Bisa juga diartikan tingkah Emak membuat anak-
anaknya malu dihadapan warga kampung yang lain.
62) Ketika Mbah Karyo meminta seseorang di antara kami yang
memperbolehkan tubuhnya dihuni tuyul, meletuslah kegaduhan. (cerpen
Tuyul, hal. 55)
Meletus artinya pecah atau meledak. ”Meletus” biasanya
digunakan untuk benda-benda seperti balon, bom, ban, dan sebagainya.
Benda yang meletus biasanya menimbulkan suara yang keras. Pernyataan
”meletuslah kegaduhan” maksudnya terjadi kegaduhan atau keributan
yang sangat berisik dan menggemparkan.
63) Begitu warga kampung kami mewakilkan Pak Sofyan, Mbah Karyo
langsung bekerja. M erapal mantra. Lalu mengelilingi tubuh Pak Sofyan
yang mandi keringat. (cerpen Tuyul, hal. 55)
Mandi adalah membasuh tubuh dengan air. Mandi biasanya
membutuhkan air yang cukup banyak sehingga mampu membasahi
seluruh tubuh. ”Mandi keringat” berarti tokoh Pak Sofyan mengeluarka n
69
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) ”Pergi kalia n. Tak ada tontonan di sini!” bentak Emak yang mendadak
muncul dengan kemara han. Matanya mencorong tajam. Mukanya merah
padam. (cerpen Dom, hal. 50)
5) Emak sudah bangun. Kemarahannya yang sem entara ditimbun tidur;
memuncak. Emak jadi betul-betul garang. M atanya melotot. Tangannya
mengepal. Wajahnya semerah api. Kami bergidik dan mundur ke
belakang. (cerpen Dom, hal. 52)
Beberapa indeks di atas berupa keadaan mimik wajah tokoh yang
berfungsi menunjukkan perasaan tokoh. Mata merupakan bagian tubuh
manusia yang menunjukkan perasaan, seperti perasaan sedih, senang,
marah, dan sebagainya. Kata “mencorong” pada kutipan tersebut dapat
diartikan sebagai terbuka lebar atau membelalak. Orang yang marah
biasanya matanya melotot atau membelalak. Pernyataa n “matanya
mencorong tajam” menandakan bahwa tokoh sedang marah. Muka merah
padam bisa disebabkan beberapa hal, yaitu menunjukkan rasa malu atau
menunjukkan rasa marah. Muka merah padam yang dialami oleh tokoh
dalam beberapa judul cerpen tersebut disebabkan karena tokoh sedang
marah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan sebelumnya maupun
sesudahnya.
Pada cerpen Pundhen, pengarang tidak menggunaka n mimik wajah
tokoh untuk menunjukkan kemarahan, tetapi melalui sikap atau perilaku
tokoh. Perilaku ”membanting pintu” dengan keras dapat menunjukkan
beberapa hal, yaitu seseorang sedang terburu-buru atau seseorang sedang
dalam keadaan marah. Berdasarkan pernyataan di atas, tokoh Bu Lurah
membanting pintu dengan keras karena ia merasa kesal dan tidak suka
dengan kedatangan Mbah Joyo. Hal ini dapat dilihat melalui pernyataan
sebelumnya, yaitu:
”Ada keperluan apa? Bapak sedang tidak ada di rumah!” suara itu
sungguh sengit. (cerpen Pundhen, hal. 25)
71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ada yang menanam batu, batu itu akan tumbuh” pengara ng tampilkan
untuk menunjukkan betapa suburnya tanah Jawa.
Selain indeks yang telah disebutkan sebelumnya, dalam kumpulan
cerpen Samin juga terdapat indeks yang berupa gerak bagian tubuh, yaitu
mengerutkan dahi. Hal ini terdapat pada kutipan berikut ini:
1) Melihat perubahan bapaknya yang seperti itu, Agung mengernyitkan dahi.
(cerpen Kembang Tebu, hal. 20)
2) Pak Carik mengerutkan dahi. Seperti sedang berpikir, namun tidak
memberi komentar apa-apa. (cerpen Pundhen, hal. 24)
“M engernyitkan dahi” merupakan gerak mengerutkan dahi. Orang
mengerutkan dahi bisa disebabkan banyak hal. Mengerutkan dahi karena
terserang gatal, karena faktor kebiasaaan, menunjukkan seseorang dalam
kondisi bingung atau sedang berpikir keras. Kegiatan “mengernyitkan
dahi” yang dilakukan tokoh “Agung” dalam cerpen Kembang Tebu berarti
tokoh sedang berpikir karena merasa bingung dengan perubahan sikap
bapaknya. Kegiatan “mengerutkan dahi” yang dilakukan tokoh “Pak
Carik” dalam cerpen Pundhen menunjukkan bahwa tokoh sedang
berpikir. Hal tersebut diterangkan dalam kalimat berikutnya.
c. Simbol
Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian
yang telah disepakati oleh masyarakat. Kumpulan cerpen Samin memiliki 46
je nis simbol, yaitu:
1) Biru sebagai judul cerpen
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengarang, “biru” yang
dimaksud dalam cerpen tersebut adalah sebuah perumpamaan dari warna
yang melambangkan sebuah partai, yaitu warna kuning. Warna kuning ini
menjadi warna partai Golkar pada masa Orde Baru. Pada masa itu,
kekuatan Golkar sangat berpengaruh dalam pemerintahan. Semua pegawai
negeri diwajibkan untuk memilih partai Golkar dalam pemilu, sehingga
Golkar selalu menang dalam pemilihan umum. Selama 32 tahun,
Indonesia dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden. Hal ini sesuai dengan
74
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bodoh dan seakan tidak peduli untuk mengecoh lawan. Hal tersebut
tampak dalam kutipan berikut:
Kalau ia menunjukkan sikap menentang, sebenarnya itu bukan
bentuk penentangan, namun wujud wewaler. Elinga sajroning eling
aja mung eling sajroning lali ( cerpen Samin, hal. 31).
6) Sepeda
Sepeda adalah kendaraan roda dua yang bergerak dengan cara
dikayuh. Sepeda dalam cerpen Mun merupakan titik pokok permasalahan
dalam cerpen tersebut. Sepeda menjadi sumber permasalahan dan inti
cerita. Pengarang menampilkan sepeda dalam cerpen ini untuk
menyimbolkan kesenjangan sosial yang terjadi saat ini. Seiring kemajuan
teknologi yang menghadirkan kendaraan yang canggih seperti sepeda
motor, mobil, pesawat, sepeda menjadi alat trasnsportasi yang dianggap
kuno dan kurang berkelas. Hanya rakyat kelas mene nga h ke bawah yang
masih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.
7) Dan yang paling penting ia sudah tidak grogi kalau ada yang minta
bonceng. Si Parti sudah sering ngandol di boncengan Mun. Tentu orang
yang me lihat suit-suit me nggoda. Tapi Mun pasang tampang ”landak”
sementara si Parti terus menunduk karena hatinya geronjalan tak karuan.
(cerpen Mun, hal. 14)
Landak adalah binatang yang kulitnya berduri. Ia mempertahankan
diri dari musuh dengan menegakkan duri-durinya yang tajam dan
menusuk. Kata ”landak” dalam pernyataan di atas dijadikan perumpamaan
untuk menunjukkan tampang (wajah) seseorang. Pernyataan ”pasang
tampang landak” maksudnya tokoh ”M un” tetap tenang dan tidak
memedulikan ejekan orang lain.
”M enunduk” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan
Ana Retnoningsih, 2005: 598) berarti kepala atau muka condong ke depan
dan ke bawah. M enunduk secara bahasa tubuh (bahasa nonverbal) dapat
diartikan sebagai ungkapan rasa malu atau takut. ”M enunduk” yang
79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adalah benda alam yang sangat panas, dapat memberikan cahaya dan
kehangatan pada bumi dan planet lainnya. Ungkapan ”seperti matahari”
berarti mampu memberikan kehangatan dan memberi penerangan untuk
orang lain.
”Raja rimba” adalah sebutan lain untuk harimau yang memiliki
kekuatan lebih daripada binatang lain, sehingga selalu disebut sebagai raja
rimba. Harimau adalah simbol kekuatan dan keperkasaan. Ungkapan
”seperti aura raja rimba” yang terdapat pada kutipan tersebut berarti
terlihat kuat dan tegas.
27) ”Sudah terlampau lama engkau tidur, sekarang bangunlah!”
”Aku tidur hanya dua sampai empat jam sehari Guru!”
”Itu tidur badan. Jiwamu tertidur bertahun-tahun, sekarang bangunlah!
Jangan biarkan dirimu terpasung!” (cerpen Jawa, hal. 34)
”Pasung” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan
Ana Retnoningsih, 2005: 362) adalah alat untuk menghukum orang,
berupa kayu apit atau berlubang dipasang di kaki, tangan atau leher.
Terpasung adalah keadaan terhimpit dan tidak mampu bergerak. Kata
”terpasung” dalam pernyataan di atas menunjukkan keadaan yang
terkurung, sehingga tidak mampu melakukan apa-apa atau mengeluarkan
ide dan pendapatnya. Tokoh di sini tidak benar-benar terpasung. Tokoh
”Guru” menyamakan keadaan tokoh dengan kondisi terpasung karena ia
tidak melakukan hal-hal yang berguna selama ini.
28) ”Di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung. Sayang pengetahuanmu
tentang tanah pijakanmu sangat terbatas, sehingga tak mampu menangkap
sasmita langitmu. Sesungguhnya, semua tanah itu ditakdirkan indah.
Gurun pasir atau kutub utara-selatan pun mempunyai keindahan tersendiri.
Artinya; engkau jangan tertipu oleh mata!” (cerpen Jawa, hal. 35)
Mata adalah bagian tubuh manusia maupun binatang yang
berfungsi untuk melihat. ”Mata” yang dimaksud dalam pernyataan di atas
adalah penglihatan atau sesuatu yang terlihat. Ungkapan ”tertipu oleh
mata” pada kutipan tersebut maksudnya tertipu oleh sesuatu yang nampak.
87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk sampai ke akhir (hasil yang diinginkan) dengan tanpa putus asa
meskipun menemui banyak halangan.
31) Kuncung juga ingin gaya koboi. Mencabut pistol, memutarkan di
kelingking. Lalu teriak ”Dor! Dor! Dor!” sambil berlari di kerapatan
kebun jagung. (cerpen Bedil, hal. 38)
Koboi adalah figur yang berasal dari Amerika. Koboi memiliki
pakaian yang khas dengan topi dan cela na jeans. Koboi juga identik
dengan kuda sebagai kendaraan, dan pistol sebagai senjata. Koboi terkenal
sangat lihai memainkan pistol mereka.
32) Kelompok lawan yang tak menduga diserang sedemikian cepat, banyak
yang tewas. Beberapa di antara mereka terpaksa menyerah, dengan
mengangkat tangan. (cerpen Bedil, hal. 39)
Mengangkat tangan adalah gerakan meluruskan tangan ke atas.
Mengangkat tangan bisa disebabkan berbagai hal. Sebagai bahasa
nonverbal mengangkat tanga n digunakan untuk menunjukkan sikap
menyerah dari peperangan atau perseteruan. ”Mengangkat tangan” yang
dilakukan tokoh dalam pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tokoh
menyerah dalam permainan perang-perangan. Ini juga dijelaskan dalam
kalimat sebelumnya.
33) Kuncung terhenyak. Ternyata anak-anak muda yang ia tolong itu
pecundang yang ta k sanggup berhadapan dengan sistem negara. M aka tak
aneh, kalau kemudian keikhlasan dan kemanusiaan Kuncung jadi
bumerang. Ia dituduh melindungi orang-orang yang hendak melakukan
makar. Mau tak mau, Kuncung mesti berhadapan dengan pihak yang
berwajib. (cerpen Bedil, hal. 41)
Bum erang adalah senjata dari suku Aborigin yang digunakan
dengan cara dilempar ke musuh atau sasaran dan dapat kembali ke
pelemparnya. Kata ”bumerang” pada pernyataan di atas menunjukkan
serangan balik ke pemiliknya. M aksudnya keikhlasan dan kemanusiaan
Kuncung malah menjadi malapetaka untuk dirinya sendiri atau
menimbulkan hal yang buruk pada dirinya. ”Pihak yang berwajib” adalah
89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38) Dom
Dom atau jarum adalah benda kecil ya ng digunakan untuk sarana
menjahit. ”Dom” yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang tidaklah
sesederhana itu atau bukan sekadar benda kecil yang digunakan untuk
menjahit. Hal yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang melalui
”dom” adalah sindiran terhadap Daerah Operasi Militer (DOM ). DOM
dibentuk sejak tahun 1989 yang pada bertujuan untuk mengamankan
situasi dari tindakan suatu gerakan, yang disebut pemerintah sebagai GAM
(Gerakan Aceh Merdeka). Sejak operasi tersebut diberlakukan, ternyata
telah terjadi berbagai bentuk penyimpangan, seperti tindak kekerasan atau
penyiksaan dan pembantaian peradaban religius yang sudah berabad-abad
dibangun oleh masyarakat Aceh. (http://jaringankomunikasi.
blogspot.com/2008/10/ dom-aceh-1989-1998.html, 13 Agustus 2011)
39) Sebenarnya kam i sudah dapat berdiri dengan kaki sendiri. M encari sesuap
nasi sendiri. (cerpen Dom, hal. 49)
Kaki adalah bagian tubuh manusia yang merupakan tonggak dasar
tubuh manusia. Dengan kaki manusia dapat berdiri, berjalan, dan berlari.
Pernyataa n ”dapat berdiri dengan kaki sendiri” pada kutipan tersebut
berarti tidak membutuhkan topangan dari orang lain atau bersifat mandiri.
”Nasi” merupakan simbol kebutuhan pokok manusia, yaitu pangan.
Ungkapan ”dapat mencari sesuap nasi sendiri” berarti dapat mencari
makan dengan usaha sendiri atau sudah memiliki pendapatan sendiri.
40) Namun, Emak selalu menyangsikan kemampuan kami. Dia menganggap
kami anak-anak ingusan yang menghapus ingus saja mesti lewat tangan
Emak. (cerpen Dom, hal. 49)
”Anak-anak ingusan” adalah simbol untuk menunjukkan a nak-
anak yang masih kecil atau di bawah umur. Anak-anak kecil pada
umumnya masih keluar ingus. Jadi ”anak-anak ingusan” menjadi sebutan
untuk anak-anak di bawah umur yang masih membutuhkan bimbingan
orang tua. Tokoh ”Emak” selalu beranggapan bahwa anak-anaknya masih
butuh bimbingannya, padahal sebenarnya mereka telah dewasa.
91
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
itu terjadi peran ganda yaitu dengan penetapan dwifungsi ABRI, yang
memasukkan militer ke dalam pemerintahan. Ternyata kebijakan tersebut
memberikan efek kurang baik terhadap sistem pemerinta han. Terjadi
penindakan yang keras terhadap pihak-pihak yang berani menentang
pemerintahan, sehingga rakyat pada masa itu seakan dibungkam, tidak
berani bersuara. Begitu pula dengan masyarakat Aceh yang dianggap
memberontak, mendapat ancaman dan serangan melalui DOM yang
pengarang nilai kurang berperikemanusiaan. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Atang Setiawan
(http://www.javanewsonline.com/index, diunduh pada tanggal 12 Oktober
2011) bahwa militer mempunya i peluang untuk menerima tanggung jawab
baru dalam rangka konsep dwifungsi ABRI, yaitu menjadi kepala daerah
maupun anggota DPR/MPR yang dijabat bukan melalui prosedur
pemilihan umum.
43) Emak adalah sentral atau (bahkan) nyawa bagi keluarga kami. (cerpen
Dom, hal. 51)
Sentral merupakan pusat, sesuatu yang penting. Begitupun nyawa.
Nyawa adalah sesuatu yang paling penting dari bagian makhluk hidup,
karena tanpa adanya nyawa makhluk hidup tidak akan hidup. ”Emak
sebagai sentral” dalam pernyataan di atas maksudnya Emak merupakan
sosok yang utama dalam keluarga. Keberadaannya sangat dibutuhkan
dalam keluarga. Ungkapan ”Emak sebagai nyawa” berarti Emaklah yang
bekerja untuk menghidupi keluarga.
44) Sebenarnya kampung kami berada di tengah ibukota kabupaten. Tidak di
pucuk gunung atau di pinggir hujan jati. Meski begitu, pola berpikir
penduduk kampung kami jauh dari moderen. (cerpen Tuyul, hal. 53)
Daerah di pucuk gunung atau di pinggir hujan jati merupakan
daerah yang terpencil atau jauh dari peradaban kehidupan modern. ”Pucuk
gunung dan pinggir hujan jati” dijadikan pengarang sebagai pengganti
kata terpencil. Pernyataan ”tidak di pucuk gunung atau di penggir hujan
jati” pada kutipan tersebut berarti daerah yang menjadi setting cerpen
93
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tokoh Mun memiliki impian memiliki sepeda sejak ia masih muda, namun
baru terkabulkan saat ia sudah separuh baya. Walaupun zaman sudah semakin
maju, ia tidak tergiur untuk memiliki barang yang lebih modern. Ia masih saja
teguh dengan impian masa mudanya, yaitu memiliki sepeda. Melalui tokoh
”Mun” inilah pengarang bermaksud menyampaikan sosok yang tidak tergiur
dengan modernisasi. Ia tetap mempertahankan pandangan dan idealismenya
walaupun dianggap kuno dan dicemooh oleh orang lain.
Kepergia n Mun ke kota dengan sepedanya merupakan inti dari cerita
dalam Cerpen Mun. Adanya pembedaan jalan untuk pengendara sepeda dan
rambu-rambu lalu-lintas yang kurang adil terhadap pengendara sepeda
merupakan bentuk kritik pengarang terhadap kesenjangan sosial. Sepeda
dalam cerpen Mun merupakan simbol kaum pinggiran atau rakyat kecil.
Seperti layaknya sepeda yang mendapat jalan sendiri yang kecil dan jelek,
dalam kehidupan sekarang ini orang-orang miskin juga mendapat
ketidakadilan. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui tindak pilih kasih
yang dilakukan oleh masyarakat. Orang yang memiliki banyak harta akan
dijunjung dan didahulukan daripada orang miskin. Hal ini nampak dalam
kutipan berikut:
”Ngomong-ngomong tempat apa ini, kok mesti ada aturan naik sepeda
harap turun segala. Padahal, yang naik mobil dan sepeda motor tidak
diharuskan turun dari kendaraannya. Kenapa yang naik sepeda harus
turun? Apa bedanya? Apa karena harga sepeda murah?” cerocos Mun
tanpa rasa bersalah sedikitpun. (hal. 16)
Sepeda juga merupakan simbol untuk kaum yang lemah. Kaum yang
lemah selalu menjadi kambing hitam dan kalah oleh orang-orang yang kuat
atau kaya. Kaitannya dalam dunia politik dan hukum, orang yang ka ya dapat
dengan mudah lolos dari hukuman, sedangkan orang yang kurang mampu,
meskipun melakukan kejahatan sekecil apapun akan mendapat hukuman. Hal
inini nampak ketika Mun dihajar oleh massa karena ia melanggar peraturan
la lu-lintas tanpa ada seorang pun yang membelanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli sastra, ”kota” yang
dimaksud dalam cerpen Mun merupakan simbol untuk kebudayaan Barat.
97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Masyarakat tidak ada yang berani melawan karena jika ada yang
melawan pemerinta h pada masa itu akan dianggap sebagai PKI dan
keberlangsungan hidupnya terancam. M asyarakat akan mengucilkannya dan ia
tidak akan mendapat pekerjaan di manapun. Akhirnya mas yarakat mau tak
mau menjalankan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini nampak
dalam kutipan berikut:
“Mengapa Bapak tidak berontak?”
“Setiap orang yang dipecundangi hidupnya, dalam hati pasti
menyimpan bara pemberontakan, Le. Tapi mana mungkin bisa
melakukannya, baru hendak menyampaikan keberatan saja, kita sudah
dituduh terlibat organisasi terlarang. Kamu tahu kan, orang-orang yang
di cap terlibat organisasi terlarang itu hidupnya selalu terancam. Bukan
cuma atas dirinya sendiri, tapi juga atas anak-anak dan saudara-
saudaranya yang tak tahu apa-apa. Bapak tak sanggup dicap seperti itu,
Le. Jadi ya pasrah saja. Gusti Allah tidak sare, Le!” (hal. 21)
99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini pengarang menunjukkan sesuatu yang logis dibalik takhayul yang telah ia
ceritakan sebelumnya. Ternyata penebangan pohon itu berakhir dengan
sukses, tidak ada hal-hal yang seperti telah dikhawatirkan warga sebelumnya.
Hal terakhir yang ingin disampaikan pengarang melalui cerpen
Pundhen adalah perubahan zaman dan kemajuan teknologi justru membuat
moral masyarakat semakin menurun. Kejujuran dan keluguan masyarakat desa
terhapus oleh keglamoran saat ini. Hal ini pengarang tunjukkan dalam kutipan
berikut:
Pada hakekatnya tak ada yang berubah. Kecuali orang-orang kampung
kami yang tak lagi bertani atau berkebun. Tapi ada yang jadi maling,
gali, makelar, sopir, kuli bangunan, pedagang bakso, pelacur, dan
aneka ragam pekerjaan untuk mengisi perutnya. (hal. 27)
102
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1971, diakses pada 12 Oktober 2011) pada Pemilu 1971, para pejabat
pemerintah berpihak kepada salah satu peserta Pemilu, yaitu Golkar.
Pemerintah mengeluarkan Permen (Peraturan M enteri) No. 12/1969 yang
melarang pegawai negeri masuk partai politik, tapi boleh ikut Golkar.
Ketentuan monoloyalitas itu berlaku bagi pegawai negeri pada semua tingkat.
Jadi sesungguhnya pemerintah merekayasa ketentuan – ketentuan yang
menguntungkan Golkar, salah satunya menetapkan seluruh pegawai negeri
sipil harus menyalurkan aspirasinya kepada salah satu peserta Pemilu itu.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Chinty
(http://www.syarikat.org/article/pemilu-indonesia-masa-orde-baru, diakses
pada 12 Oktober 2011) bahwa satu hal yang nyata perbedaannya dengan
pemilu-pemilu sebelumnya adalah bahwa sejak pemilu 1977 pesertanya jauh
lebih sedikit, dua parpol dan satu Golkar. Ini terjadi setelah sebelumnya
pemerintah bersama-sama dengan DPR berusaha menyederhanakan jumlah
partai denga n membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan
Golkar. Kedua partai selain partai Golkar adalah Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Jadi dalam 5 kali
Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 pesertanya hanya tiga
tadi. Hasilnya pun sama, Golkar selalu menjadi pemenang, sedangkan PPP
dan PDI menjadi pelengkap atau sekedar ornamen. Golkar bahkan sudah
menjadi pemenang sejak Pemilu 1971. Keadaan ini secara langsung dan tidak
la ngsung membuat kekuasaan eksekutif dan legislatif berada di bawah kontrol
Golkar. Pendukung utama Golkar adalah birokrasi sipil dan militer.
Selain pemilihan yang dinila i kurang demokratis, pengarang juga
berusaha membuka keburukan calon-calon yang dipilih pada masa itu dengan
sistem penyogokan yang mereka lakukan. Calon-calon tersebut memberikan
uang dan hasutan kepada rakyat untuk memilih mereka. Rakyat justru
menjadikan itu sebagai sumber rejeki.
Pengarang menampilkan tokoh ”Pak Rekso” yang kemudian
mendapatkan julukan ”Pak Samin” sebagai tokoh yang berani melawan
ketidakjujuran dalam sistem pemilihan umum. Julukan itu diberikan oleh
103
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
orang-orang karena Pak Rekso dianggap bodoh dan tidak sadar diri.
Pengarang menampilkan tokoh ”Pak Rekso” yang menyandang gelar Samin
untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya orang Samin bukanlah simbol
kebodohan. Orang hanyalah orang yang memiliki idealisme yang ia pegang
teguh. Ia berani melawan sesuatu yang dianggap tidak benar dan sewenang-
wenang. Dan begitulah sosok Pak Rekso dalam cerpen Samin ini. Ia berani
melawan pemilihan Lurah yang ia anggap tidak demokratis. Melalui tokoh
”Pak Rekso (Pak Samin)”, pengarang juga mengungkapkan bahwa siapapun
yang berani melawan pemerintah pada masa itu akan dikucilkan bahkan
dianggap bodoh.
Waktu terjadi pemilihan Lurah dengan peraturan baru, sebenarnya
Mbah Lurah menjagokan anak mbarepnya. Namun warga sudah jenuh.
Anak Mbah Lurah kalah dalam pemilihan. (hal. 30).
104
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berikutnya yang ia anggap sama bobroknya. Hal tersebut tampak pada kutipan
berikut ini:
Saat ini, sejak Mbah Lurah lengser, kampungku telah ganti lurah tiga
kali. Sepanja ng pergantian itu Pak Samin tetap pada pendiriannya.
Menolak memilih. Selama tata-cara pemilihan, tak berubah, berarti tak
pernah ada perubahan. Yang berubah Cuma wayang-wayangnya. (hal.
31)
105
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masyarakat desa yang masih mempercayai hal-hal yang bersifat gaib. Ketika
ada pencurian terjadi di kampung mereka, mereka langsung gempar dan
menuduh tuyullah pelakunya. Ketika ada yang kaya mendadak, mereka
menuduh ia memelihara tuyul.
Tokoh ”Tuyul” yang ditampilkan pengara ng merupakan upaya
pengarang untuk mengungkapkan penyimpangan yang terjadi dalam
pemikiran masyarakat Indonesia. Masyarakat mudah gempar jika ada
peristiwa kehilangan di kampung mereka. Mereka langsung mencari tahu
siapa pelakunya. Begitupun dengan piha k hukum, kasus pencurian yang kecil
akan mereka usut denga n segera dan memberi hukuman bagi pelakunya.
Sebaliknya, kasus pencurian yang besar, seperti korupsi yang menyebabkan
kerugian negara secara besar-besaran justru masyarakat kurang
menanggapinya. Hukumpun tidak cepat tanggap untuk mengusutnya dan
terkesan berbelit-belit. Ironisnya lagi, pihak yang melakukannya hanya
mendapat hukuman yang ringan dan tidak sewajarnya. Bahkan banyak
koruptor yang lolos dan tidak terdeteksi. Hal inilah yang sebenarnya ingin
disampaikan pengarang melalui cerpen Tuyul. Hal ini tampak dalam dialog
tokoh ”Tuyul” berikut:
”Kalau aku bekerja kurang baik, kau akan mencaciku habis-habisan.
Padahal, jadi Tuyul sekarang sangatlah susah. Orang se karang pintar-
pintar. Cenderung m nyimpan uangnya di bank. Tuyul pantangan
masuk bank. Pantangan masuk laci-laci kantor. Kalau bank kebobolan,
itu bukan pekerjaan Tuyul. Kalau laci-laci kantor kosong melompong,
itu pasti pekerjaan pegawai-pegawai kantor itu sendiri!”
”Karenanya jangan hanya menyalakan Tuyul. M aling ada di mana-
mana. Semua orang berpeluang menjadi maling. Menyalahkan itu
pekerjaan paling gampang. Yang sulit, bisakah kau membetulkan
banyak hal yang terlanjur salah. Atau kau nikmati setiap kesalahan dan
memakluminya sebagai kebenaran. Terus terang, menyaksikan
kemanusiaanmu aku menjadi sakit. Pura-pura suci, tapi semakin tipis
rasa malumu!”
”Sesungguhnya kau manusia, lebih Tuyul daripada kami yang Tuyul!”
(hal. 56)
111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kolonialisme. M aka tak mengapa saya me njadi Samin karena saya percaya bahwa
keindonesiaan ini sangat kaya.”
114
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada paragraf di atas terdapat unsur ikon yang digunakan pengarang, yaitu
pada kalimat “Apalagi bila angin behembus sepoi, kembang-kemba ng itu seperti
menari, tak henti-henti”. Pada kalimat tersebut, pengarang mengumpamakan
gerakan kembang tebu yang tertiup angin bagaikan gerak menari yang biasa
dilakukan oleh manusia. Penggunaan ikon dalam kalimat tersebut justru
menambah keindahan bahasa.
118
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
peristiwa yang terjadi dalam karya sastra tersebut dapat dilihat sebagai suatu
peristiwa kebudayaan, sosial, keagamaan, dan politik masa lalu yang
mempunyai rangkaian yang erat dengan peristiwa masa kini dan masa depan.
Kumpulan cerpen Samin merupakan bentuk kritik pengarang terhadap
penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Peristiwa-
peristiwa yang dikisahkan dalam kumpulan cerpen ini merupakan gambaran
umum keadaan masyarakat pada masa Orde Baru. Selain itu, kumpulan
cerpen Samin juga mengetengahkan tentang kehidupan masyarakat Jawa
le ngkap dengan keluguan dan adat istiadat mereka. Pengarang memang
sengaja mengambil kehidupan masyarakat Jawa sebagai latar cerita. Hal
tersebut dimaksudkan pengarang untuk menunjukkan budaya Jawa yang
sempat terabaikan. Bukan hanya adat-istiadat Jawa yang pengarang tampilkan
dalam kumpulan cerpen Samin, ia juga memasukkan beberapa bahasa Jawa ke
dalam tulisannya. Seorang ahli sastra yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini menyatakan bahwa kesederhanaan dalam kumpulan cerpen
Samin itulah yang menjadi segi keestetikan utama, baik dari segi bahasa
maupun kisah yang diangkat. Penyisipan beberapa bahasa Jawa membuat
kumpulan cerpen tersebut indah dan menarik. Jika diganti dengan bahasa
Indonesia, justru tidak menjadi indah lagi. Hal ini disebabkan karena memang
pada dasarnya ada beberapa bahasa Jawa yang tidak mampu dialihkan ke
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa tersebut membuat kesan Jawanya
sangat terasa.
121
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
122
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini selain berimplikasi pada sastra, juga berimplikasi pada
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Terhadap dunia sastra, penelitian ini
berimplikasi memberikan pengetahuan untuk memahami dan menemukan makna
semiotik yang terdapat dalam karya sastra, khususnya cerpen. M elalui penelitian
ini, pembaca dapat memahami makna sem iotik ya ng terkandung dalam kumpulan
cerpen Samin, sehingga dapat meresapi nilai-nilai yang terkandung di dalam
kumpulan cerpen tersebut.
Terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini
memberikan implikasi menambah wawasan guru maupun siswa dalam
mengapresiasi karya sastra cerpen khususnya yang berkaitan dengan tema, makna,
dan amanat. Berdasarkan hasil penelitian ini, kumpulan cerpen Samin kurang
tepat digunakan sebagai bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia untuk siswa SD,
SMP, maupun SMA. Kumpulan cerpen ini membutuhkan upaya untuk
mengkritisi secara lebih dalam. Bahasa yang digunakan memang sederhana,
namun penceritaanya bersifat simbolis, sehingga siswa akan mengalam i kesulitan
dalam memahami kumpulan cerpen tersebut. Secara tekstual, beberapa judul
cerpen seperti Biru, Patrem, dan Tuyul lebih sederhana dibandingkan cerpen-
cerpen yang lain dan cukup sesuai dengan tingkat pemahaman siswa SMA.
123
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mereka tidak akan terlalu mengalami kesulitan dalam menganalisis unsur intrinsik
cerpen-cerpen tersebut. Meskipun demikian, siswa belum mampu memaknai
secara lebih mendalam cerpen-cerpen tersebut.
C. SARAN
1. Bagi pembaca:
Pembaca sebaiknya tidak ha nya memaknai kumpulan cerpen Samin
hanya dari permukaan saja, tapi juga memaknai secara lebih mendalam agar
dapat menangkap hal yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang. Untuk
itu, sebaiknya pembaca perlu mempelajari dan memahami ilmu semotik.
2. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia:
a. Seorang guru sebaiknya mem iliki pengetahuan mengenai semiotik,
sehingga dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat
membimbing para siswa memahami makna sebuah karya sastra.
b. Jika ingin menggunakan kumpulan cerpen Samin sebagai sumber
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, sebaiknya guru harus hati-hati
dalam memilih cerpen yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
3. Bagi pengarang:
a. Kemasan kumpulan cerpen Samin sebaiknya dibuat lebih menarik dan
pendistribusiannya lebih diperhatikan, agar kumpulan cerpen Samin dapat
dinikmati oleh masyarakat Indonesia secara luas.
b. Pengarang sebaiknya memberikan keterangan terhadap kata-kata sulit
atau kata-kata berbahasa Jawa dalam kumpulan cerpen Samin, agar
kumpulan cerpen tersebut dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia dari
berbagai daerah.
124
commit to user