Anda di halaman 1dari 111

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU


KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

SKRIPSI

Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi


Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sebelas Maret

Di susun oleh :
Eko Apriyanto
D 0105065

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si


NIP. 195310091980032003

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji

1. Ketua : Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si


NIP. 196010091986011001 (………………)

2. Sekretaris : Dra. Sudaryanti, M.Si


NIP. 195704261986012002 (………………)

3. Penguji : Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si


NIP. 195310091980032003 (………………)

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi
commit SN. SU
to user
NIP 195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Eko Apriyanto


NIM : D 0105065

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul :

“KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA


SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN”
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi
tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
saya peroleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan,

Eko Apriyanto

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk :

v Allah SWT atas segala limpahan nikmatNya..

v Kedua Orang Tua Ku tercinta yang tiada putus asa akan do’a,

kasih sayang dan pengorbanannya serta yang selalu mengharap

keberhasilan buah hatinya ini..

v Saudara-saudaraku tersayang “my truely inspirations”..aku

belajar banyak dari kalian Guys..

v Sahabat-sahabatku seperjuangan di FISIP AN 2005..

v Masa Depan ku..

v Almamater..

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(Q. S Alam Nasrah : 6, 7, 8)

“Pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh,


agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta, dan
ilmu dan agama adalah wajah yang cantik dan tampan”
(Albert Einstein)

“Bersunggunglah saat harapan Anda kecil,


lebih bersungguhlah saat Anda mungkin kalah dan
makin bersungguh-sungguhlah saat Anda tidak mungkin menang.
Itulah iman.
(Penulis)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba.
Karena di dalam mencoba itulah, kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk BERHASIL”
(Penulis)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil’Alamin, puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul :

“KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA

SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di

Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, pengarahan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si selaku Pembimbing Skripsi dan Pembimbing

Akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta nasehat

selama penulisan skripsi dan saat penulis menempuh kuliah.

2. Drs. Sudarto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Drs. Supriyadi, SN, SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS atas

segala ilmu yang diberikan selama penulis kuliah.

5. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta.

6. Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan

KPPT Kota Surakarta.

7. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka

untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini berguna untuk

pengembangan dan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi para pembaca.

Terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..... iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO…………………………………………….................... vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………..... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….... ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….... xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………....... xii
ABSTRAK……………………………………….…………………………….. xiii
ABSTRACT....................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Balakang Masalah……….………………………................... 1
B. Rumusan Masalah………………….……………………................ 10
C. Tujuan Penelitian...…………….……………………...................... 10
D. Manfaat Penelitian...………………….…………………................ 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………........... 12
A. Pengertian Kinerja………..……………………………………….. 12
B. Indikator Kinerja………………………………………………….. 17
C. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta….… 22
D. Izin Mendirikan Bangunan….…………………………………….. 24
E. Kerangka Pemikiran…………………….................…………......... 29
BAB III. METODE PENELITIAN……………….....………………………... 32
A. Jenis Penelitian………………………………………….............. 32
B. Lokasi Penelitian............................................................................... 32
C. Teknik Pengumpulan Data……………………………................... 33
D. Metode Penarikan Sampel………………………............................ 35
commit to user
E. Teknik Analisis Data ……………………………........................... 35
F. Validitas Data ………………………….......................................... 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 40


A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………………...... 40
1. Sejarah Pembentukan KPPT Kota Surakarta.………………….. 40
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi dan Misi ………… 42
3. Susunan Organisasi KPPT Surakarta …………………………. 43
4. Kepegawaian KPPT Kota Surakarta ………………………….. 56
5. Jenis Pelayanan KPPT Kota Surakarta........................................ 56
B. Pembahasan……………………………………………………….. 61
1. Indikator Produktivitas………………………………………… 61
2. Indikator Kualitas layanan……………………………………... 70
3. Indikator Akuntabilitas………………………………………… 74
C. Hambatan yang dihadapi KPPT Surakarta………………………… 89
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………… 95
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 95
B. Saran………….…………………………………………………… 99

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman


1.1 Jumlah Pemohon IMB, SK IMB yang terbit dan Waktu
Penyelesaian IMB di KPPT Surakarta periode bulan Januari-Mei
2010..................................................................................................... 8
1.2 Jadwal Pelayanan KPPT Surakarta…………………………………. 58
1.3 Inventaris Ruang Kepala KPPT Surakarta………………………….. 58
1.4 Inventaris Ruang Staf KPPT Surakarta………………...…………... 59
1.5 Inventaris Ruang Rapat……………………………………………... 60
1.6 Rekapitulasi setoran retribusi IMB melalui KPPT Surakarta tahun
2008 dan 2009……………………………………………………... 62

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman


1.1 Kerangka Pemikiran……………........................................................ 31
1.2 Skema Model Analisis Interaktif……................................................ 37
1.3 Susunan Organisasi KPPT Kota Surakarta…………………………. 44
1.4 Mekanisme Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan IMB………... 77
1.5 Prosedur Pelayanan KPPT Kota Surakarta…………………………. 79

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Eko Apriyanto, D0105065, KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN


TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN, Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, 2011, 99 Halaman.
Organisasi publik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin kompleks. Organisasi tersebut harus selalu melakukan perubahan
kinerjanya kearah perbaikan untuk mengatasi segala hambatan yang ada dan
perkembangan teknologi yang semakin maju. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Kota Surakarta diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima
kepada mayarakat dalam memberikan pelayanan di bidang perijinan yang
dibutuhkan masyarakat salah satunya adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan terutama dalam penataan
bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan dengan Rencana Umum Tata
Ruang Kota (RUTRK). Kinerja KPPT Surakarta merupakan kemampuan KPPT
dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan visi dan misi secara optimal
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja KPPT dalam memberikan pelayanan
penerbitan ijin IMB di Kota Surakarta dan untuk mengetahui hambatan apa saja
yang dihadapi KPPT dalam memberikan pelayanan perijinan IMB di Kota
Surakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dapat menggambarkan kinerja KPPT
Surakarta dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber melalui wawancara,
dokumentasi serta observasi. Wawancara dilakukan langsung dengan Kepala KPPT
Surakarta, Kepala Seksi Evaluasi, Kepala Bagian Tata Usaha serta pemohon IMB.
Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yaitu
dengan memilih informan yang dianggap mengetahui dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik
trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja KPPT Surakarta dapat
diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu produktivitas, kualitas layanan
dan akuntabilitas. Dari ketiga indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa secara
umum kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan ijin IMB dapat dikatakan cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya keluhan dari masyarakat mengenai
pelayanan yang diberikan oleh KPPT meskipun ada keluhan hanya sebatas
kesalahan manusiawi seperti salah ketik. KPPT Surakarta sudah bisa dikatakan
akuntabel, karena telah melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur dan aturan
yang berlaku, serta selalu rutin membuat laporan kepada Walikota. Namun KPPT
dalam memenuhi kinerjanya menemukan beberapa hambatan yang bisa
mengganggu pelaksanaan kinerja KPPT dalam pelayanan IMB, hambatan ini
datang dari luar KPPT diantaranya dari pihak pemohon sendiri dan pemeriksaan
commitoleh
lapangan (survey) yang masih dipegang to user
Dinas Tata Kota (DTK), sehingga saat
ini kinerjanya masih tergantung dari kerja Dinas Tata Kota.
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ruang lingkup pelayanan publik meliputi berbagai macam aspek kehidupan

masyarakat yang sangat luas dan kompleks. Kinerja organisasi yang baik sangat

berpengaruh terhadap pelayanan publik yang mengutamakan kepuasaan pelanggan

(masyarakat). Namun, selama ini birokrasi di Indonesia belum mampu menunjukkan

kondisi prima sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi tersebut merupakan salah

satu ketidakberhasilan kinerja birokrasi dalam upaya menuju Good Governance.

Good Governance itu sendiri mempunyai arti sebagai suatu cara mengatur

pemerintahan yang baik dengan memberikan pelayanan publik secara efisien,

memiliki sistem pengadilan yang dapat diandalkan dan memiliki akuntabilitas publik

(UNDP,1997:5). Karakteristik Good Governance mencakup (1) partisipasi; (2) aturan

hukum; (3) transparansi; (4) responsiveness; (5) berorientasi consensus; (6)

efektivitas dan efisiensi; (8) visi strategis; (9) akuntabilitas (UNDP,1997:7). Sosok

governance suatu negara dikatakan good atau bad dapat dilihat dari kemampuan suatu

pemerintahan dalam melaksanakan prinsip-prinsip tersebut.

Organisasi publik merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelayan bagi

warga negara. Peran organisasi publik sangat sentral dalam sistem pemerintahan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga terciptanya suatu kinerja yang

tinggi dalam organisasi publik perlu diupayakan agar penyelenggaraan pemerintahan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat berjalan secara efektif, efisien dan responsif dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang semakin kompleks.

Karakteristik negatif tentang birokrasi di Indonesia seperti yang dikemukakan

Jay M Shafritz dan E. W Russel (1997) seperti inefisiensi, kaku, prosedural, lamban,

berbelit-belit dan korup terlanjur melekat dalam persepsi masyarakat tentang

birokrasi yang ada di Indonesia. Meskipun setiap instansi pemerintah telah

mengadakan perbaikan dan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, namun

masih dirasa kurang. Peningkatan kinerja menjadi salah satu faktor utama untuk

memperbaiki kondisi birokrasi di Indonesia. Adanya evaluasi kinerja dalam suatu

organisasi menunjukkan bahwa suatu organisasi itu mulai berusaha untuk

mengupayakan peningkatan kinerja yang optimal. Oleh karenanya penilaian terhadap

kinerja suatu organisasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi

organisasi, karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian keberhasilan suatu

organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian tersebut juga dapat

dijadikan sebagai input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja pada organisasi

selanjutnya.

Salah satunya adalah evaluasi kinerja terhadap Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. Sama halnya dengan instansi publik yang lain,

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta juga berusaha untuk

memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat, yang mana didukung oleh faktor

kinerja yang baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta adalah sebuah

unit baru yang dibentuk dengan dilatarbelakangi oleh dua hal, yang pertama adalah

adanya keluhan-keluhan baik dari masyarakat umum maupun dari kalangan dunia

usaha mengenai penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

yang terkesan berbelit-belit, tidak transparan, dan membutuhkan waktu yang lama.

Yang kedua adalah pemberlakuan otonomi daerah yang berdasarkan UU No.32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang telah memberikan kewenangan yang

luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di

daerahnya masing-masing, termasuk dalam bidang penyelenggaraan pelayanan

publik. Penerapan otonomi daerah dan dukungan kuat dari pemerintah pusat, serta

tuntutan dari masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta untuk menyelenggarakan

pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas, telah memberi dorongan kepada

Pemerintah Kota Surakarta untuk mendirikan suatu Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) melalui pola pelayanan satu pintu (one stop service) dengan

berdasar kemudahan pemberian pelayanan. Program one stop service merupakan

kegiatan penyelenggaraan perijinan dan non perijinan yang proses pengelolaannya

dimulai dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dilakukan dalam satu

tempat, sistem pelayanan cepat, memiliki kepastian waktu dan biaya, kejelasan

informasi atau prosedur dan terbebas dari pungutan liar (pungli) jika berhubungan

dengan pemerintah. (http://www.depkominfo.go.id)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hal tersebut juga sejalan dengan inisiatif Walikota Surakarta yakni Ir. Joko

Widodo untuk mengoperasikan Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) terhadap

masalah perijinan dan pelayanan publik lewat Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota Surakarta. (http://www.surakarta.go.id)

''Harapan kami, one stop service ini akan meningkatkan iklim usaha di Solo,
terutama masuknya investasi. Dengan demikian, peredaran uang akan tinggi
dan bisa mendukung tumbuh kembangnya iklim berusaha di Solo,'' kata Wali
Kota saat pencanangan one stop service di kompleks Balai Kota.
(http://www.suaramerdeka.com).

Penerapan pelayanan satu pintu tersebut kemudian tidak hanya dijadikan

sebagai sebuah program saja namun sesuai dengan Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan

perubahan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) menjadi Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) pada tanggal 31 Desember 2008. Sistem terpadu yang diterapkan

oleh KPPT Surakarta yaitu permohonan ijin yang lebih dari 1 (satu), maka

persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6

(enam) hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program ini mempunyai arti

percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi

yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan.

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sangat beragam, didalamnya terdapat berbagai jenis

pelayanan bidang perizinan dan non perizinan, di antaranya adalah :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Izin Pemanfaatan Ruang (IPR)


2. Penggantian Biaya Cetak Peta
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Izin Lokasi
5. Izin Usaha Perdagangan (IUP)
6. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP-MB)
7. Izin Usaha Industri (IUI)
8. Tanda Daftar Gudang (TDG)
9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
10. Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW)
11. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP)
12. Izin Usaha Toko Modern (IUTM)
13. Izin Gangguan Tempat Usaha (HO)
14. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
15. Izin Pemasangan Reklame
16. Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata
17. Izin Jasa Pemandu Wisata
18. Izin Impresariat
19. Izin Jasa Informasi Pariwisata
20. Izin Jasa Konvensi
21. Izin Hotel
22. Izin Pondok Wisata
23. Izin Restoran
24. Izin Rumah Makan
25. Izin Gedung Pertemuan Umum
26. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan
27. Izin Usaha Sekolah Mengemudi
28. Izin Usaha Bengkel Umum
29. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS)
30. Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS)
(Sumber: KPPT Kota Surakarta)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari sekian banyak jenis pelayanan bidang perizinan yang ada di Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta di atas, penulis tertarik untuk

meneliti proses penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Pertama, karena IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan

terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan

dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), tetapi dalam kenyataannya

masih banyak juga bangunan di Kota Surakarta ini yang belum memiliki IMB. Hal itu

disebabkan adanya anggapan selama ini dalam masyarakat bahwa untuk mengurus

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diperlukan banyak sekali persyaratan yang harus

dipenuhi oleh para pemohon serta proses pengurusannya memerlukan waktu yang

lama karena harus melalui beberapa prosedur dan tata cara kepengurusan yang

panjang.

Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Kepala SD Cokroaminoto Pasar

Kliwon Bp. Asmuni sebagai berikut :

“Pengurusan IMB mulai dari memasukan syarat-syarat administrasi sampai


keluar IMB ternyata tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa sejumlah sekolah penerima Dana Alokasi
Khusus (DAK) mengeluhkan lambatnya pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), dan dikhawatirkan lambatnya pengurusan IMB ini bisa
mengganjal proses pencairan DAK termin kedua. Pasalnya pelampiran Izin
Mendirikan Bangunan menjadi salah satu syarat kelengkapan dari SPJ Dana
Alokasi Khusus (DAK) termin pertama yang harus segera diajukan sekolah”.
(Harian Joglosemar, Rabu 18 November 2009)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kedua, penulis menemukan data dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota Surakarta bahwa dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 ternyata

terdapat perbedaan jumlah pemohon IMB dengan SK IMB yang dikeluarkan oleh

KPPT Kota Surakarta setiap bulannya. Dan dari SK IMB yang diterbitkan itu ternyata

hampir 80% penyelesaian pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di KPPT Kota

Surakarta tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan oleh Walikota

Surakarta yaitu 6 hari. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari data pada tabel 1.1 bisa kita lihat bahwa jumlah pemohon IMB setiap

bulan dengan SK IMB yang diterbitkan ternyata tidak sama. Misalnya saja seperti

yang terjadi pada bulan Februari, jumlah pemohon IMB ada 106 orang, tapi SK IMB

yang terbit hanya 94 SK IMB. Sama halnya dengan bulan-bulan berikutnya terjadi

ketidaksesuaian antara jumlah pemohon dengan SK IMB yang diterbitkan. Hal ini

disebabkan karena adanya beberapa penumpukan berkas permohonan, sehingga

proses pengurusan perijinannya diakumulasikan pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini

sesuai seperti yang di ungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala

KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Kalo mas lihat memang angka-angka yang ada pada data tersebut tidak
sesuai, hal ini terjadi karena ada beberapa penumpukan berkas permohonan
disetiap bulannya. Ini disebabkan karena syarat-syarat yang terdapat diberkas
para pemohon IMB tersebut dinyatakan kurang lengkap, sehingga kami
(KPPT) menunda dulu untuk melanjutkan proses pengurusannya sampai
berkas permohonan tersebut dilengkapi syarat-syaratnya gitu mas’.
(wawancara, 15 Januari 2011)

Dari pernyataan diatas terungkap bahwa penumpukan berkas ini terjadi karena

ada sebagian sisa berkas permohonan IMB yang belum dikerjakan oleh KPPT

Surakarta dikarenakan beberapa dari berkas permohonan tersebut ada syarat-syarat

yang belum sesuai atau bisa dikatakan belum lengkap. Oleh karena itu KPPT

sementara menunda dulu proses pengurusan permohonan IMB tersebut, sampai

berkas permohonan tersebut dilengkapi. Karena itulah banyak ditemukan berkas

permohonan yang hanya menumpuk saja di KPPT. Selanjutnya setelah berkas-berkas

permohonan tersebut dilengkapi barulah KPPT Surakarta melanjutkan proses

pengurusan IMB tersebut sampai dicetaknya SK IMB. Kemudian data pada tabel 1.1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dari jumlah 512 SK IMB yang diterbitkan mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei

2010 hanya 101 pemohon yang proses pengurusan IMB-nya sesuai dengan jangka

waktu yang telah ditentukan yakni 6 hari. Sedangkan sisanya yaitu 411 pemohon

yang proses penyelesaian IMB-nya lebih dari 6 hari (terlambat). Ini menunjukkan

bahwa waktu penyelesaian pelayanan IMB di KPPT Kota Surakarta sebagian besar

tidak sesuai dengan standar waktu pelayanan yang telah ditetapkan oleh Walikota

Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan yang telah penulis

ungkapkan diatas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Surakarta

dalam memberikan pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan IMB ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk metode ilmiah dalam rangka

pemecahan masalah. Demikian pula dengan penelitian ilmiah ini, pada prinsipnya

adalah usaha untuk menemukan jawaban dari suatu perumusan masalah. Untuk

memberikan suatu arahan maka perlu adanya suatu tujuan dari sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) dalam memberikan pelayanan penerbitan ijin IMB di Kota Surakarta.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dalam memberikan

pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan bagi penulis mengenai teori tentang kinerja

sebuah pemerintahan daerah terkait masalah pelayanan perijinan.

b. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam mengadakan suatu penelitian

tentang masalah kinerja pelayanan perijinan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta :

Sebagai suatu bahan rekomendasi dan pertimbangan dalam membuat

suatu kebijakan berikutnya untuk meningkatkan kinerja khususnya yang

berkaitan dengan pelayanan perijinan, umumnya pelayanan yang

dilakukan pemerintah daerah.

b. Bagi Penulis dan Masyarakat :

1. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana (strata satu) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dapat di gunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya, yang

berkaitan dengan permasalahan diatas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja"

yang menerjemahkan kata dari bahasa asing “prestasi”. Bisa pula berarti “hasil kerja”.

Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja oleh Lembaga Administrasi Negara

dalam Joko Widodo (2005) diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, visi, organisasi (Joko Widodo, 2005:206).

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan

oleh para cendekiawan sebagai “penampilan untuk kerja” atau prestasi (Yeremias

Keban, 2004:191).

Dalam praktek pengukuran kinerja seringkali dikembangkan secara ekstensif,

instensif, dan eksternal. Pengembangan kinerja secara ekstensif mengandung maksud

bahwa lebih banyak bidang kerja yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja,

sedangkan pengembangan secara eksternal diartikan lebih banyak pihak luar yang

diperhitungkan dalam pengukuran kinerja. Pemikiran seperti ini sangat membantu

untuk dapat lebih secara valid dan objektif melakukan penilaian kinerja karena lebih

banyak parameter yang dipakai dalam pengukuran dan lebih banyak pihak yang

terlibat dalam penilaian (Yeremias Keban, 2004:192).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Achmad Ruky istilah “kinerja/ prestasi” sendiri sebenarnya adalah

pengalihbahasaan dari kata “PERFORMANCE”. Sebagaimana dikatakan oleh

Bernardin dan Russel dalam Ahmad Ruky (2002) yang memberikan definisi tentang

performance adalah sebagai berikut :

“Performance is defined as the record of outcomes produced on a


specified job function or activity during a specificied time period.”
(Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-
fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
tertentu). (Ruky, 2002:15)

Yang ditekankan disini adalah pengertian prestasi sebagai “hasil” atau “apa

yang keluar” (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi pada organisasi.

Sedangkan menurut Yeremias Keban (2004:209) kinerja yaitu : hasil kerja yang

dijanjikan kepada publik pada setiap tahun anggaran termasuk yang dijanjikan dalam

pemilihan umum atau pengangkatan dalam jabatan.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi

organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja

sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun

kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok

individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria

keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai, tanpa

ada tujuan dan target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat

diketahui karena tidak ada tolok ukurnya (Muhammad Mahsum, 2006:25).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengertian kinerja, dari berbagai pendapat di atas, pada dasarnya menekankan

apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar

(outcome). Apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan, bila disimak lebih lanjut

merupakan suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja), dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari seseorang atau

kelompok orang dalam organisasi berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dalam

upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dan ditentukan dan disepakati

bersama.

Menurut Surya Dharma (2005) bahwa penilaian kinerja didasarkan pada

pemahaman pengetahuan, keahlian, kepiawaian, dan prilaku yang diperlukan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan analisis tentang atribut perilaku

seseorang sesuai kriteria yang ditentukan untuk masing-masing pekerjaan. (Surya

Dharma, 2005:101)

Surya Dharma juga mendeskripsikan bahwa kriteria bagi penilaian kinerja

harus berimbang di antara :

· Pencapaian dalam hubungannya dengan berbagai sasaran.

· Perilaku dalam pekerjaan sejauh mempengaruhi peningkatan kinerja.

· Efektifitas sehari-hari. (Surya Dharma, 2005:130)

Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan

menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi

dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas.

Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi

publik sering kali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna jasa

tidak memiliki alternatif sumber pelayanan.

Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa

yang memiliki pilihan sumber pelayanan, penggunaan pelayanan bisa mencerminkan

kepuasan terhadap pemberi layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi publik,

penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali dengan

kepuasanya terhadap pelayanan. Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila

permintaan akan informasi ditangani dengan segera dan sangat membantu dalam

semangat “can do/ will do” dan disampaikan dalam bentuk yang dikehendaki oleh

pemakai informasi (Surya Dharma, 2005:82). Sedangkan menurut Salim dan

Woodward dalam Agus Dwiyanto (2006) melihat kinerja berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan ekonomi, efisiensi, dan persamaan pelayanan. Aspek ekonomi dalam

kinerja diartikan sebagai strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal

mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik (Dwiyanto,

2006:52).

Penilaian terhadap kinerja bagi setiap organisasi merupakan suatu kegiatan

yang sangat penting. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan

suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu dapat pula dijadikan input

atau masukan bagi perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi selanjutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Radnor and Barnes (2007) dalam International Journal of Public

Sector Management . Vol. 22 No. 6, 2009 pp. 478-498 :

“Performance measurement is quantifying, either quantitatively or


qualitatively, the input, output or level of activity of an event or process (p.
393)”.
(Pengukuran kinerja dinilai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari
input, output atau tingkat aktivitas dari sebuah kejadian atau proses).

Sebagaimana diungkapkan oleh Agus Dwiyanto (2006) bahwa penilaian

kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan

sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya (Dwiyanto,

2006:48). Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu

sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi

itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa.

Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem manajemen kinerja, yang

mana penerapan sistem manajemen kinerja akan membawa dampak positif bagi

sebuah organisasi, karena dengan melakukan penelitian terhadap kinerja organisasi

baik dari level yang paling rendah maupun yang level yang tertinggi dalam

organisasi, akan berpengaruh terhadap manajemen organisasi, kepemimpinan, dan

juga meningkatkan kualitas dalam kehidupan kerja karyawan.

Hal ini diungkapkan oleh Juhanni Ukko yang ditulis dalam International

Journal of Business Performance Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 86-98 (dalam

www.inderscience.com) berikut ini :

“When designing and implementing a PM system there are always some


impacts on the management, leadership and further on the QWL of the
employees. Hence, the successful implementation of a PM system should bring
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

out positive impact. If the PM system can support the management of the
company in leadership and communication, it can enhance for example the
employees’ commitment, motivation and possibilities to affect the decision
making”.
(ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah sistem manajemen
kinerja (PM) selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga
termasuk didalamnya kualitas kehidupan pekerja (QWL) dari para pekerja.
Sehingga keberhasilan dari implementasi sistem manajemen kinerja selalu
membawa dampak positif. Jika dalam sistem manajemen kinerja dapat
mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan
komunikasi, itu dapat dijadikan contoh sebagai komitmen karyawan, motivasi,
dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan).

B. Indikator Kinerja

Menurut Mahmudi (2005), indikator kinerja merupakan sarana atau alat untuk

mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu

sendiri. Indikator berfungsi untuk mengukur kinerja organisasi yang akan digunakan

oleh manajemen untuk mengambil tindakan tertentu (Mahmudi, 2005:147).

Indikator penyusun kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks

penelitian yang dilakukan, seperti indikator yang diungkapkan oleh Lenvinne dalam

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005) :

1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers

terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan konsumen.

2) Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak

melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3) Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pelayanan dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat

(Ratminto&Winarsih, 2005:174).

Penilaian kinerja adalah hal yang sangat penting karena dengan itu dapat

digunakan untuk mengetahui kinerja organisasi. Dengan melakukan penilaian

terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan dengan

lebih terarah dan sistematis. Sehingga untuk mengukur suatu kinerja organisasi

diperlukan indikator-indikator ukuran yang baku dan relevan.

Pada dasarnya menurut Agus Dwiyanto (2006) terdapat beberapa indikator

yang biasanya digunakan dalam mengukur kinerja. Indikator-indikator yang biasa

digunakan dalam menilai kinerja organisasi publik antara lain :

1. Produktivitas

Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio

antara input dan output. Konsep Produktivitas dirasa terlalu sempit dan

kemudian General Accaunting Office mencoba mengembangkan satu ukuran

Produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan

publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja

yang penting.

2. Kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam

menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat

terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan

demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator

kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan

masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan

masyarakat tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan

terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau

diskusi publik. Akibat akses informasi mengenai kepuasan masyarakat

terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran

kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan

masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Responsivitas disini menunjukkan keselarasan antara program

dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas dimasukkan kedalam salah satu indikator kinerja karena

responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik

dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan

antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki

kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

Oleh karena itu responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan

responsivitas. (Agus Dwiyanto:2006)

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas berhubungan dengan seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh

rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat

seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa

dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau

pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari

ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang

tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan norma yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berkembang dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja KPPT Kota Surakarta dalam

pelayanan IMB penulis hanya menggunakan indikator diantaranya produktivitas,

kualitas layanan dan akuntabilitas. Indikator produktivitas secara luas digunakan

untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT

Surakarta. Kemudian indikator kualitas layanan digunakan untuk mengukur tingkat

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KPPT Surakarta dalam penerbitan IMB.

Dan indikator akuntabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar

tanggungjawab KPPT dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam bentuk

laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di atasnya dalam hal ini Walikota

Surakarta.

Penulis mengunakan teori-teori terkait dengan indikator kinerja dari Agus

Dwiyanto dan Ratminto dkk. Dengan alasan bahwa pertama, teori-teori tersebut

merupakan teori yang dinilai relevan dan kompeten dengan kenyataan dilapangan

atau yang dijumpai penulis di KPPT Surakarta khususnya pada pelayanan IMB.

Artinya, tidak ada unsur paksaan memasukkan teori untuk mengukur kinerja KPPT

Kota Surakarta. Kedua, teori-teori tersebut merupakan teori yang baru, dengan kata

lain tidak ketinggalan jaman. Sehingga dinilai sangat relevan dengan kondisi dan

situasi pada saat sekarang. Ketiga, teori tersebut dinilai menggunakan indikator-

indikator pengukuran yang paling praktis dan sederhana. Namun tepat atau valid dan

langsung pada inti permasalahan. Sehingga dengan teori-teori tersebut diharapkan

akan menghasilkan penelitian yang bermanfaat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) sesuai dengan Perda Kota

Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kota Surakarta, merupakan perubahan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT). KPPT

merupakan sebuah organisasi milik pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam

pelaksanaan tugas-tugas pemerintah di bidang perijinan di Kota Surakarta. Secara

lebih tegas, tugas pokok dan fungsi KPPT dipertegas berdasarkan Peraturan Walikota

Surakarta Nomor 36 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata

Kerja KPPT Kota Surakarta.

Fungsi-fungsi KPPT antara lain :

1. Penyelenggaraan kesekretariatan kantor;

2. Pelaksanaan perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;

3. Penyelenggaraan pendaftaran, verifikasi dan penerbitan perijinan;

4. Penyelenggaraan evaluasi, pelaporan dan pengaduan;

5. Penyelenggaraan sosialisasi;

6. Pembinaan jabatan fungsional.

Definisi organisasi menurut Hessel Nogi Tangkilisan (2005:132):

“Organisasi adalah suatu bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan


bersama-sama secara efisien dan efektif melalui kegiatan yang telah
ditentukan secara sistematis dan di dalamnya ada pembagian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan
organisasi tersebut.”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Gibson et al. (1993:3) dalam Hessel Nogi (2005:135), dalam

kaitannya dengan tujuan, organisasi itu mengejar tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

yang dapat dicapai secara lebih efisien dan lebih efektif dengan tindakan yang

dilakukan secara bersama-sama. Organisasi merupakan suatu alat dalam mencapai

tujuan dan sangat diperlukan oleh masyarakat, baik dalam bidang profit maupun jasa

(pelayanan). Tujuan organisasi akan tercapai bilamana tiap-tiap individu yang ada

dalam organisasi sadar akan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya sehingga pada

akhirnya tujuan organisasi akan tercapai.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan

kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan, sehingga KPPT sebagai organisasi pemerintah yang memiliki aktivitas

ataupun kegiatan dalam memaksimalkan peran untuk meraih optimalisasi dan tujuan

yang telah ditetapkan.

KPPT dipercaya sebagai lembaga yang menjunjung kesederhanaan,

transparansi, ketepatan waktu dan kualitas dalam pelayanan publik. KPPT

mempunyai program pelayanan satu pintu (one stop service). Program ini mempunyai

arti percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi

yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan. Pelaksanaan program telah

dilakukan yaitu dengan penerapan permohonan ijin yang lebih dari 1 (satu), maka

persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6

(enam) hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program tersebut sesuai dengan

tujuan KPPT, yaitu sebagai pelopor kemudahan dan kepastian dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyelenggaraan pelayanan publik, serta misi KPPT, yaitu meningkatkan kualitas

publik, mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan publik,

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik, serta

meningkatkan citra aparatur negara menjadi semakin positif. Sesuai dengan tujuan

pembentukan organisasi publik maka Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)

Kota Surakarta sebagai salah satu organisasi pemerintahan yang bertugas melayani

kepentingan masyarakat dalam perijinan dinilai berhasil apabila mampu mewujudkan

tujuan yang dimaksud. Kinerja KPPT berarti menunjukkan seberapa jauh kemampuan

KPPT dalam melayani kebutuhan masyarakat di bidang perijinan yang disesuaikan

dengan tujuan-tujuan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebelumnya oleh

pemerintah.

D. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Dalam rangka pengaturan dan pengendalian serta menjaga pelestarian

bangunan yang mempunyai nilai sejarah maka setiap kegiatan mendirikan dan

merobohkan bangunan harus berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Daerah

ini, diwujudkan dengan adanya kewajiban kepada masyarakat yang melakukan

kegiatan mendirikan bangunan untuk memiliki IMB.

Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menurut Peraturan Daerah Kota

Surakarta No. 8 Tahun 2009 adalah : perijinan yang diberikan oleh Walikota kepada

pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan

atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang

berlaku. Selanjutnya dalam peraturan yang sama, juga dijelaskan mengenai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengertian Mendirikan bangunan yaitu pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya

atau sebagian, baik membangun bangunan baru maupun menambah, merubah,

merehabilitasi, dan atau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk pekerjaan

menggali, menimbun, atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan

mengadakan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah wujud

fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,

sebagian atau seluruhnya berada diatas dan atau didalam dan atau air yang berfungsi

sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat

tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun

kegiatan khusus.

Kewajiban memiliki IMB ini adalah sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2009

yang berbunyi : setiap orang yang akan mendirikan bangunan harus terlebih dahulu

mendapatkan IMB dari Pemerintah Daerah. Hanya untuk hal-hal tertentu saja ada

pembebasan seperti tercantum dibawah ini yang sesuai dengan Perda No. 8 Tahun

2009, yaitu :

1. Mendirikan bedeng

2. Memplester

3. Memperbaiki retak bangunan

4. Mempebaiki ubin bangunan

5. Memperbaiki daun pintu dan daun jendela

6. Memperbaiki penutup atap tanpa mengubah

7. Memperbaiki lubang cahaya/udara tidak lebih dari satu meter persegi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi

9. Memperbaiki langit-langit tanpa merubah jaringan utilitas.

Permohonan untuk pembuatan IMB harus dilampiri dengan dokumen

administrasi dan dokumen rencana teknis. Dokumen administrasi meliputi :

a. Legalisasi kelurahan dan kecamatan setempat

b. Fotocopy KTP

c. Fotocopy PBB terbaru

d. Salinan atau fotocopy bukti kepemilikan tanah

e. Persetujuan/izin pemilik tanah untuk bangunan yang didirikan diatas

tanah yang bukan miliknya, dan

f. Rekomendasi teknis dari instansi berwenang sesuai fungsi bangunan.

Sedangkan untuk dokumen rencana teknis meliputi :

a. Gambar arsitektur

b. Gambar struktur, dan

c. Gambar utilitas.

Permohonan IMB dapat ditolak, apabila :

a. Bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan dokumen

administrasi dan dokumen rencana teknis,

b. Pada lokasi tersebut sudah ada rencana Pemerintah, dan

c. Bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi

dari Peraturan daerah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selanjutnya Walikota juga dapat mencabut Keputusan IMB apabila :

a. Persyaratan yang menjadi dasar diberikannya IMB terbukti tidak benar,

b. Pelaksanaan pekerjaan mendirikan atau merubah bangunan menyimpang dari

rencana yang disahkan dalam IMB,

c. Setelah 6 (enam) bulan diberikannya IMB pelaksanaan pekerjaan belum dimulai,

d. Setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kemudian dihentikan berturut-turut selama

6 (enam) bulan.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2009, besaran tarif retribusi IMB

ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk bangunan dikenakan sebesar 1,75% dari nilai bangunan,

b. Untuk bangunan fungsi keagamaan dan fungsi murni sosial budaya dikenakan

retribusi sebesar 60% dari nilai retribusi IMB,

c. Untuk merubah bangunan dikenakan sebesar 50% dari nilai retribusi,

d. Nilai bangunan ditetapkan oleh Walikota berdasar pedoman harga permeter

persegi bangunan pemerintah dan Rumah Dinas yang dikeluarkan Oleh Direktur

Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.

Seperti yang telah disebutkan dimuka, bahwa kegiatan mendirikan bangunan

harus terlebih dahulu mempunyai IMB. Oleh sebab itu apabila peraturan ini

dilanggar, maka akan ada sanksi yang dikenakan. Pelanggaran terhadap peraturan

IMB akan dikenakan sanksi sebagai administratif dan atau sanksi pidana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sanksi administratif yang dimaksud dapat berupa :

a. Peringatan tertulis,

b. Pembatasan kegiatan pembangunan,

c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan,

d. Penghentian sementara pada pemanfaatan bangunan,

e. Pembekuan ijin mendirikan bangunan,

f. Pencabutan ijin mendirikan bangunan,

g. Pembekuan sertifikat lain fungsi bangunan,

h. Pencabutan sertifikat lain fungsi bangunan, atau

i. Perintah pembongkaran bangunan.

Sanksi pidana dapat berupa :

a. Setiap orang atau badan yang melanggar akan diancam dengan kurungan 3 bulan

atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,-

b. Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalainnya melanggar ketentuan

mengenai bangunan yang telah ditetapkan dalam Perda ini sehingga

mengakibatkan bangunan tidak layak fungsi dapat dipidana kurungan atau denda

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya diancam kurungan paling

lama 3 bulan atau denda paling banyak 4 kali jumlah retribusi yang terutang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Kerangka Berpikir

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sesuai dengan

Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Surakarta, merupakan perubahan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT).

KPPT merupakan sebuah organisasi milik pemerintah yang mempunyai kewenangan

dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah di bidang perijinan di Kota Surakarta.

Prosedur pelayanan yang diselenggarakan di KPPT meliputi penerimaan berkas dari

para pelanggan, pemrosesan berkas, hingga penerbitan ijin. Hal tersebut sesuai

dengan sistem pelayanan satu pintu (one stop service) yang berlaku di KPPT sebagai

pengganti dari sistem pelayanan satu atap.

Kinerja KPPT Kota Surakarta merupakan kemampuan KPPT dalam

melaksanakan tugas-tugasnya dalam pelayanan jasa di bidang pelayanan perijinan

guna mencapai tujuan dan misi secara optimal. Kinerja ini diharapkan mampu

menjelaskan apakah organisasi KPPT Surakarta mampu melaksanakan tugas-tugas

dan fungsi-fungsi yang diembankan kepadanya secara optimal agar berhasil di dalam

melayani masyarakat sebagai pengguna jasa, khususnya dalam pelayanan IMB.

Kriteria yang digunakan di dalam mengukur kinerja KPPT Surakarta ini

adalah produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas. Indikator produktivitas

secara luas digunakan untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang

dihasilkan oleh KPPT Surakarta. Kemudian indikator kualitas layanan digunakan

untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KPPT Surakarta

dalam pelayanan IMB. Dan indikator akuntabilitas digunakan untuk mengukur


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

apakah KPPT Surakarta telah melaksanakan tugas dan kegiatannya sesuai dengan

prosedur/aturan yang ada dan pertanggungjawaban KPPT dalam melaksanakan tugas

dan kegiatannya dalam bentuk laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di

atasnya dalam hal ini Walikota Surakarta.

Dalam penelitian ini Kinerja KPPT Surakarta dikatakan berhasil apabila

Pertama, dalam melaksanakan pelayanan IMB apakah sudah dilakukan sesuai dengan

prosedur yang berlaku yaitu sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Surakarta No:

065/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Surakarta.

Kedua, pelayanan yang diberikan apakah berorientasi pada kepuasan pelanggan

KPPT dalam hal ini pemohon IMB sehingga dapat diketahui apa saja keluhan-

keluhan yang dihadapi KPPT Surakarta dan bagaimana para pegawai menyelesaikan

keluhan/masalah-masalah tersebut. Ketiga, apakah capaian penerimaan retribusi yang

diperoleh dari pembayaran IMB melalui KPPT Surakarta sudah sesuai dengan hasil

yang diharapkan. Keempat, apakah pertanggungjawaban yang disampaikan oleh

KPPT Surakarta dalam bentuk laporan kepada Walikota Surakarta sudah dilakukan

secara rutin tiap bulan dan setahun sekali.

Supaya kinerja KPPT Surakarta berhasil, maka perlu diketahui hambatan-

hambatan apa saja yang dihadapi oleh KPPT dalam pelaksanaan pelayanan

penerbitan IMB, sehingga nantinya hambatan-hambatan tersebut bisa diatasi dan pada

akhirnya dapat tercapai keberhasilan kinerja dari KPPT Surakarta dalam

melaksanakan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Kerangka berfikir dari

penelitian ini dapat dilihat dari gambar berikut ini :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran

Kinerja KPPT Kota Keberhasilan Kinerja


Surakarta : KPPT Surakarta dalam
- Produktivitas melaksanaan pelayanan
- Kualitas layanan Izin Mendirikan Bangunan
- Akuntabilitas (IMB)

Hambatan-hambatan yang
dihadapi KPPT dalam
melaksanakan pelayanan
perijinan IMB

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

pendekatan yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai berbagai hal yang

ada menjadi bahan penelitian dengan cara menggali, mendalami, menemukan fakta-

fakta dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipaparkan

melalui penafsiran dan dianalisa menggunakan penelitian kualitatif.

Menurut Denzin dan Lincoln (1987) penelitian kualitatif merupakan

penelitian atas dasar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

menggunakan berbagai metode yang ada (Lexy J. Moleong, 2002:5). Jadi penelitian

ini berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana kinerja Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dengan menggunakan beberapa

indikator kinerja dalam memberikan pelayanan penebitan IMB. Sebagian besar data

yang ada berupa kata-kata, namun ada pula data yang berupa angka. Data-data yang

terkumpul ini dianalisis sesuai dengan apa yang ditemui di lapangan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)

Kota Surakarta yang beralamatkan di Jl. Jend. Sudirman No.2. Adapun pemilihan

lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- KPPT Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang

melakukan fungsi pelayanan publik. KPPT Kota Surakarta sebagai instansi

yang paling berwenang dalam penerbitan perijinan, dituntut mengoptimalkan

kinerjanya dalam penerbitan perijinan guna menciptakan kemudahan bagi

masyarakat kota Surakarta.

- Adanya kesempatan dan ijin penelitian yang diberikan pihak KPPT Kota

Surakarta kepada penulis untuk melakukan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara

Pengumpulan informasi dari sumber data ini memerlukan teknik wawancara,

dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam

dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada informan. Disini peneliti

menggunakan pedoman wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih terarah.

Penulis melakukan wawancara dengan informan yang dirasa berkompeten dan

tahu menahu mengenai objek penelitian. Wawancara tersebut penulis lakukan

dengan:

1. Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta.

2. Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta.

3. Ibu. Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan

Pengaduan KPPT Kota Surakarta.

4. Pelanggan KPPT yakni pemohon IMB.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dari sumber data yang berupa tulisan,

angka, gambar atau grafik serta rekaman gambar yang dilakukan melalui pengamatan

langsung terhadap obyek penelitian dengan menggunakan alat indera pendengaran

dan penglihatan terhadap fenomena sosial yang terjadi di lokasi penelitian. Observasi

difokuskan pada kinerja KPPT dalam pelayanan IMB dan hambatan-hambatan apa

saja yang dihadapi KPPT dalam memberikan pelayanan itu.

Penulis mengamati bagaimana dokumen masuk ke KPPT dari para pemohon.

Bagaimana proses serta urut-urutan yang terjadi dalam pelayanan IMB, namun disini

penulis tidak ikut dalam pemantauan di lapangan, jadi hanya sebatas pengamatan

tentang kegiatan yang terjadi di KPPT dalam proses penerbitan perijinan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari,

mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan penelitian berupa

Surat Keputusan Walikota Surakarta No: 065/187/1/2005 Tentang Tata Laksana

Pelayanan Perijinan pada KPPT Surakarta, Perda No. 8 Tahun 2009 tentang

Bangunan, dokumen-dokumen tentang profil KPPT Surakarta, dan brosur-brosur

serta leaflet mengenai pelayanan perijinan IMB di KPPT Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Metode Penarikan Sampel

Penulis dalam menentukan narasumber menggunakan purposive sampling,

yaitu penulis menggunakan pertimbangan tentang informasi atau narasumber yang

akan dipilih berdasarkan penilaian bahwa informasi tersebut memenuhi syarat

penelitian. Dalam penelitian ini informasi berasal dari dalam instansi yakni aparat

yang dianggap bisa memberikan informasi yang dibutuhkan.

Informan yang dipilih oleh penulis adalah Kepala KPPT, Kepala Sub Bagian

TU KPPT, Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta,

dan Pelanggan KPPT (pemohon IMB).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis data yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan simpulan.

a) Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. (Miles dan Huberman,

1992:15)

Pengertian diatas dengan kata lain merupakan proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada. Berfungsi untuk

mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Proses

ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset sampai penelitian berakhir.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Penyajian data

Merupakan susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya

untuk merakit dan memudahkan melihat informasi dalam bentuk yang

kompak. Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan

banyak menolong peneliti sendiri. Penyajian data harus mengacu pada

rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian

sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci

untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

c) Penarikan simpulan

Pada awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mengerti apa arti

dan hal-hal yang ia temui dalam melakukan pencatatan peraturan, pokok

pernyataan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan proposi-

proposisi. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir (Sutopo, 2002:93). Simpulan perlu diverifikasi

agar bisa dipertanggungjawabkan. Verifikasi dapat berupa kegiatan yang

dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian dengan cara melakukan

pengulangan pengecekan data untuk tujuan pemantapan, atau melihat kembali

catatan-catatan lapangan pada waktu penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang

dianalisis dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus

dan interaktif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Aktifitas diantara ketiga komponen tersebut dilaksanakan dalam bentuk

interaktif dalam proses pengumpulan data dalam suatu proses siklus. Dalam bentuk

ini penelitian berlangsung. Kemudian peneliti bergerak diantara 3 (tiga) komponen

analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

Ketiga komponen tersebut diatas, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan simpulan sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama,

dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan

umum yang disebut analisis. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model

interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2
Model Analisis Interaktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan
simpulan/Verifikasi
Sumber : HB. Sutopo, 2002 : 96

Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat dilihat pada

waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data.

Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan

refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

peneliti menyusun rumusan pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok

temuan yang penting dalam arti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang disebut

reduksi data. Kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis

dan logis dengan suntingan penelitinya supaya makna peristiwanya menjadi lebih

jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks, gambar,

dan sebagainya) yang sangat mendukung kekuatan sajian.

Reduksi dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah

mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada

waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk

menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam

reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan

pegumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada

juga bagi pendalaman data. (H.B. Sutopo, 2002:95-96)

F. Validitas Data

Peneliti dalam menentukan keabsahan data atau validitas data, menggunakan

teknik pemeriksaan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan yang lain untuk pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam trianggulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hal ini menurut Lexy J. Moleong (2002) dapat dicapai dengan langkah :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan

menengah atau tinggi, orang berbeda, dan orang pemerintahan.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Berdasarkan langkah di atas maka dalam penelitian ini pengumpulan data

dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara dari berbagai sumber yang berbeda yang tersedia. Dengan demikian data

yang satu akan dikontrol oleh data yang lain dari sumber yang berbeda.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Sejarah Pembentukan KPPT Kota Surakarta

Masyarakat sering mengeluhkan proses pelayanan perijinan oleh pemerintah

yang berbelit dan perlu biaya ekstra. Ada yang harus bolak-balik mengurus surat

perijinan dari satu kantor ke kantor lainnya. Sehingga kinerja pelayanan umum dinilai

tidak efisien oleh masyarakat. Pemerintah pusat mulai menyadari kecenderungan

praktek semacam itu sehingga mulai merintis upaya-upaya untuk memperbaiki

kualitas pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik mulai memperhatikan

dan menerapkan pola penyelenggaraan, prinsip, standar, biaya pelayanan, tingkat

kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggaraan serta evaluasi kinerja pelayanan

publik. Pola penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan secara fungsional, terpusat,

terpadu satu pintu dan terakhir gugus tugas.

Merespon masalah tersebut, Pemerintah Kota Surakarta membentuk Unit

Pelayanan Terpadu (UPT) Pemkot Surakarta, yang dibentuk berdasar Keputusan

Walikota Surakarta No. 04 Tahun 1998 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kotamadya Surakarta yang pada saat pembentukannya

masih menggunakan pola satu atap. Berselang kemudian karena dipandang sudah

tidak sesuai lagi dengan kebijakan baru di bidang pelayanan umum, Walikota

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Surakarta mengeluarkan Surat Keputusan Walikota No. 65/187/1/2005 tentang Tata

Laksana Pelayanan Perijinan pada Unit Pelayanan Terpadu Surakarta, yang dimana

pada intinya UPT berwenang melaksanakan pemrosesan dan penyelenggaraan

pelayanan perijinan yang berada pada semua instansi perangkat daerah Kota

Surakarta. Dengan tata laksana yang baru tersebut UPT Surakarta menggunakan pola

pelayanan satu pintu. Dan kemudian untuk memberikan kewenangan kepada UPT

mengenai masalah pembinaan dan pertimbangan perijinan di UPT, Walikota

Surakarta menerbitkan Keputusan Walikota Surakarta No. 006/188/2005 tentang Tim

Pembina dan Tim Pertimbangan Perijinan UPT Kota Surakarta dan Peraturan

Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan

Walikota kepada Koordinator UPT Kota Surakarta.

Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Surakarta dibentuk sejak 08 September 1998

dengan menggunakan pelayanan satu atap. Baru pada 07 Desember 2005

menggunakan pelayanan satu pintu. Pelayanan satu pintu tersebut direalisasikan

dalam Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan perubahan Unit Pelayanan Terpadu (UPT)

menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) pada tanggal 31 Desember

2008. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) berlokasi di dalam kompleks

Balaikota Surakarta, di Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta 57111, telepon (0271)

653693.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi dan Misi

a. Kedudukan KPPT Surakarta

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Surakarta merupakan kantor

pelayanan perijinan satu pintu. KPPT adalah lembaga pelayanan daerah yang

kedudukannya dibawah Pemerintah Kota dan bertanggungjawab langsung kepada

Walikota. KPPT dipimpin seorang Kepala yang bertanggungjawab atas sebagian

kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Pertanggungjawaban disampaikan oleh

Kepala melalui Sekretaris Daerah kepada Walikota.

b. Tugas Pokok dan Fungsi KPPT Surakarta

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) mempunyai tugas pokok yaitu

melayani masyarakat umum dibidang perijinan di lingkungan Pemerintah Kota

Surakarta (meliputi wilayah Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan

Serengan, Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Pasar Kliwon). Dan untuk

meyelenggarakan tugas pokok tersebut KPPT mempunyai fungsi : Menerima berkas-

berkas pengajuan ijin, dan memproses perijinan.

c. Visi dan Misi KPPT Surakarta

Visi yang di emban, yaitu :

“Dipercaya sebagai lembaga yang menjunjung kesederhanaan, transparansi,

ketepatan waktu dan kualitas dalam pelayanan publik”.

Untuk merealisasikan visi tersebut, UPT mempunyai misi :

1. Meningkatkan kualitas publik,

2. Mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan publik,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik,

4. Meningkatkan citra aparatur Negara menjadi semakin positif.

3. Susunan Organisasi KPPT Surakarta

Sesuai dengan Perwali No. 36 Tahun 2008, tentang Penjabaran TUPOKSI dan

Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, dan sesuai dengan SMM ISO 9001

KPPT Kota Surakarta, menguraikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari

pejabat dan staf struktural KPPT sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Kepala KPPT.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai KPPT

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM perusahaan

3. Menetapkan dan mengkaji ruang lingkup penerapan dari SMM

4. Mengesahkan kebijakan dan sasaran mutu perusahaan

5. Mengesahkan kebijakan dan sasaran mutu perusahaan

6. Menyediakan sunber daya yang diperlukan untuk penerapan, pemeliharaan,

dan perbaikan dari SMM

7. Menetapkan uraian tugas masing-masing karyawan

8. Mengesahkan pedoman SMM

9. Memimpin rapat tinjauan manajemen

Ø Kewenangan :

1. Menunjuk wakil Manajemen dan anggota-anggota tim ISO

2. Merubah :

- Lingkup penerapan

- Pedoman SMM

- Elemen-elemen SMM

- Kebijakan Mutu

- Sasaran Mutu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Wakil Manajemen SMM.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Memastikan bahwa SMM telah diterapkan dengan benar disemua

dep/fungsi dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan ISO 9001 2008 dan

peraturan-peraturan yang berlaku

2. Merencanakan dan menerapkan system komunikasi internal

3. Memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM telah dikendalikan dan

didistribusikan sesuai prosedur

4. Memastikan bahwa pengendalian operasi telah ditetapkan untuk semua

aktivitas-aktivitas yang berdampak terhadap mutu layanan dan kepuasaan

pemohon dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

5. Memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran terhadap kinerja-kinerja

SMM telah dilaksanakan termasuk pencapaian sasaran mutu

6. Memastikan bahwa catatan-catatan mutu di masing-masing fungsi telah

dipelihara sesuai prosedur

7. Menyelenggarakan audit SMM internal

8. Menyiapkan dan menyelenggarakan rapat tinjauan mamajemen sesuai

prosedur

9. Memeriksa dan mengesahkan prosedur-prosedur SMM

Ø Kewenangan :

1. Mengusulkan perbaikan-perbaikan sistem manajemen muyu kepada Ka

KPPT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Mengusulkan Tim dan pengendali dokumen kepada Ka KPPT

3. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

4. Menolak dan menyetujui permintaan untuk perubahan dokumen SMM

c. Pengendali Dokumen.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Pengendalian dan distribusi dokumen-dokumen SMM baik internal ataupun

eksternal

2. Menyusun draft dokumen

3. Menyimpan master dokumen, menggandakan dan mendistribusikan

dokumen terkendali

4. Menarik dan memusnahkan dokumen kadaluarsa

d. Ka Si Pendaftaran.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Ka Si

Pendaftaran

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Pendaftaran

3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu

4. Ikut memastikan bahwa dokuman-dokumen SMM, baik internal maupun

eksternal, telah tersedia di bagian-bagian yang membutuhkan

5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa

setiap personel telah memenuhi persyaratan kompetensi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Merubah instruksi kerja dan sasaran sesuai kebutuhan

e. Staf Pendaftaran.

Ø Tugas dan tanggungjawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf Pendaftaran

2. Mematui prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku

Ø Kewenangan :

1. Menghentikan/menolak berkas permohonan yang tidak memenuhi

persyaratan

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan

f. Ka Si Verifikasi.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai ka Si Verifikasi

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Verifikasi

3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu

4. Ikut memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM, baik internal maupun

eksternal, telah tersedia di bagian-bagian yang membutuhkan

5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa

setiap personel telah memenuhi persyaratan kompetensi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan /pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Merubah intruksi kerja dan sasaran sesuai kebuutuhan

g. Staf Verifikasi.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Mempelajari berkas permohonan ijin sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2. Menyampaikan informasi tentang penolakan dan pemrosesan berkas izin

lebih lanjut kepada petugas untuk disampaikan kepada pemohon, setelah

mendapat persetujuan dari Kasi Verifikasi

3. Menyerahkan berkas yang sudah lengkap dan benar kepada Tim Teknis

untuk diadakan Pemeriksaan dan Peninjauan Lapangan dengan persetujuan

Kasi Verifikasi,

4. Menghitung skor dan menghitung biaya retribusi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan berpedoman kepada berita acara

pemeriksaan lapangan

5. Menyerahkan berkas permohonan ijin yang sudah lengkap kepada petugas

seksi penerbitan

6. Menyerahkan berkas yang sudah lengkap kepada tim teknis

7. Mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan rapat, baik yang diadakan

oleh tim teknis


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan

9. Mematuhi prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku

Ø Kewenangan :

1. Menghentikan/menolak berkas permohonan yang tidak memenuhi

persyaratan

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan

h. Ka Si Penerbitan.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf Penerbitan

2. Mematuhi prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku

Ø Kewenangan :

1. Menghentikan/menolak berkas permohonan yang tidak memnuhi

persyaratan

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan

i. Ka Subbag TU

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Ka Subbag TU

penerbitan

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Subbag TU

3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu

4. Ikut memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM, baik internal maupun

eksternal, telah tersedia dibagian-bagian, yang membutuhkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa

setiap personel telah memenuhi persyaratan kompetensi

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Merubah instruksi kerja dan sasaran kebutuhan

j. Staf Kepegawaian.

Ø Tugas dan tangung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf

Kepegawaian

2. Mengkoordinir pelaksanaan analisis kebutuhan pelatihan, setahun sekali

3. Menyusun dan melaksanakan program pelatihan mutu

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Mengusulkan program pelatihan tahunan

k. Bendahara Barang.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Bendahara

Barang

2. Sarana/prasarana pelayanan dan pendukunganya dipelihara/diperbaiki

dengan rutin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Catatan-catatan telah dipelihara sesuai prosedur

4. Mengontrol dan mengendalikan barang habis pakai

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan untuk menjaga

keselamatan dan kesehatan kerja.

l. Bendahara Pengeluaran/Staf Pengadaan.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf pengadaan

2. Pengadaan infrasruktur dilakukan dengan memperhatikan mutu layanan dan

peraturan perundangan yang berlaku

3. Memastikan bahwa Peraturan-peraturan yang relevan telah dipahami dan

ditaati

4. Uraian tugas masing-masing karyawan telah ditetapkan dan

dikomunikasikan

5. Persyaratan kompetensi telah ditetapkan dan dipenuhi

6. Dokumen-dokumen SMM yang relevan telah tersedia ditempat kerja

7. Catatan-catatan telah dipelihara sesuai prosedur

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan untuk menjaga

mutu pelayanan

m. Petugas Informasi.

Petugas Informasi bertanggungjwab kepada Kasi Pendaftaran, dengan Uraian

Tugas sebagai berikut :

1. Menerima dan melayani warga masyarakat/pemohon izin yang datang ke

KPPT dengan ramah dan sopan serta memberikan penjelasan berbagai

pelayanan KPPT dengan baik dan benar.

2. Mengarahkan pemohon kepada loket sesuai dengan kebutuhan pemohon.

3. Memberikan penjelasan kepada pemohon tentang kebutuhan yang

diharapkan oleh pemohon.

4. Menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemui di loket informasi, dan

memberikan upaya pemecahannya serta melaporkan setiap kejadian yang

penting kepada atasan untuk dicarikan solusinya.

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

n. Petugas penerima pengaduan.

Petugas penerima pengaduan bertanggung jawab kepada Kasi Evaluasi, dengan

Uraian Tugas sebagai berikut:

1. Menerima berbagai oengaduan dari masyarakat maupun aparat pemerintah

mengenai berbagai pelayanan yang ditimbulkan dengan adanya KPPT, baik

secara lisan maupun tertulis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Memberikan jawaban kepada warga masyarakat, pemohon ataupun aparat

pemerintah terhadap pertanyaan/permasalahan yang dipertanyakan dengan

baik, jelas, benar, ramah, dan sopan.

3. Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan Petugas Teknis dan

melaporkannya kepada atasan langsung untuk dicarikan jalan keluarnya,

apabila pertanyaan yang muncul tidak mampu untuk diberi jawaban seketika

atau jawabannya membutuhkan koordinasi lebih dahulu.

4. Mengkoordinasi semua pertanyaan yang muncul kepada Dinas/Instansi

terkait untuk dibuatkan jawabannya, dengan persetujuan Kepala Kantor.

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

o. Petugas Penerima Pembayaran Retribusi.

Petugas Penerima Pembayaran Retribusi bertanggung jawab kepada Kasub Bag

TU, dengan Uraian Tugas sebagai berikut :

1. Menerima berkas yang akan dibayar /SKRD dari pomohon.

2. Menghitung SKRD yang harus dibayar.

3. Menerima uang dari pemohon dan menghitungnya.

4. Mencatat laporan keuangan ke dalam buku penjagaan.

5. Membuat setoran ke Kas Daerah.

6. Membuat laporan harian dan laporan bulanan.

7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

p. Petugas Pengadministrasi Dokumen Ijin.

Petugas Pengadministrasi Dokumen Ijin bertanggung jawab kepada Kasi

Penerbitan, dengan Uraian Tugas sebagai berikut :

1. Menerima berkas yang sudah lengkap dan benar serta telah dilakukan

Pemeriksaan/Peninjauan Lapangan dari petugas verifikasi, untuk

selanjutnya disampaikan kepada petugas entry data.

2. Menerima dan menyusun draft/konsep dokumen ijin dari petugas entry data

dan menyampaikan kepada Kasi Penerbitan untuk diadakan pengecekan dan

persetujuannya.

3. Memintakan tanda tangan ke Kepala Kantor atas Draft/konsep ijin yang

sudah diparaf oleh Kasi Penerbitan.

4. Mencatat pengadministrasian proses pencetakan dokumen izin dalam Buku

Register Pencetakan Ijin.

5. Menbuat laporan bulanan.

6. Menyampaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses

administrasi izin dan melaporkan kepada atasan langsung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Kepegawaian KPPT Surakarta

Kepegawaian Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Surakarta merupakan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 29 personel, yang diperbantukan mewakili

unit kerja organisasi Pemerintah Kota Surakarta. Pejabat struktural sebanyak 6 orang,

dan 23 orang pegawai yang bertugas sebagai staf operasional. Mereka direkrut

melalui pelatihan kepribadian, kepribadian yang dimaksud diantaranya memiliki

inovasi, berkepribadian ramah dan berpenampilan menarik.

Pegawai KPPT ini secara sruktural masih bertanggungjawab kepada unit kerja

organisasi masing-masing, tetapi secara fungsional mereka bertanggungjawab kepada

Kepala KPPT. Koordinator Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Pelayanan diangkat dan

diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundangan

yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip-prinsip

koordinasi, integrasi dan sikronisasi secara vertikal dan horizontal dalam lingkungan

kerja KPPT dan unit kerja terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Jenis Pelayanan KPPT Kota Surakarta

Jenis pelayanan perijinan yang diselenggarakan KPPT meliputi jenis-jenis

pelayanan perijinan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

Sesuai peraturan Walikota Surakarta No. 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan Sebagian

Kewenangan Walikota Kepada Koordinator Unit Pelayanan Terpadu Surakarta, jenis

perijinan yang ditangani oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Surakarta

berjumlah 30 perijinan, meliputi :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Izin Pemanfaatan Ruang (IPR)


2. Penggantian Biaya Cetak Peta
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Izin Lokasi
5. Izin Usaha Perdagangan (IUP)
6. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP-MB)
7. Izin Usaha Industri (IUI)
8. Tanda Daftar Gudang (TDG)
9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
10. Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW)
11. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP)
12. Izin Usaha Toko Modern (IUTM)
13. Izin Gangguan Tempat Usaha (HO)
14. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
15. Izin Pemasangan Reklame
16. Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata
17. Izin Jasa Pemandu Wisata
18. Izin Impresariat
19. Izin Jasa Informasi Pariwisata
20. Izin Jasa Konvensi
21. Izin Hotel
22. Izin Pondok Wisata
23. Izin Restoran
24. Izin Rumah Makan
25. Izin Gedung Pertemuan Umum
26. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan
27. Izin Usaha Sekolah Mengemudi
28. Izin Usaha Bengkel Umum
29. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS)
30. Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS)
(Sumber: KPPT Kota Surakarta)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pelayanan pembuatan perijinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Surakarta dilaksanakan setiap hari dengan waktu pelayanan :

Tabel 1.2 Jadwal Pelayanan KPPT Kota Surakarta

No Hari Jam Layanan

1. Senin - Kamis 07.15-14.00

2. Jum’at 07.15-11.00

3. Sabtu 07.15-12.00

Sumber : KPPT Kota Surakarta

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, KPPT Surakarta

mempunyai peralatan yang mendukung proses pelayanan yang antara lain dapat

diketahui dari data inventaris barang yaitu sebagai berikut :

1. Ruang Kepala

Tabel 1.3 Inventaris Ruang Kepala

No Nama Barang Jumlah Keadaan


1. AC Ruangan 1 Baik
2. Gambar Presiden 1 Baik
3. Gambar Wapres 1 Baik
4. Meja Kerja 1 Baik
5. Kursi Kerja 1 Baik
6. Gambar Burung Garuda 1 Baik
7. Kursi Tamu (merah) 1 Baik
8. Meja Panjang (arsip) 1 Baik
9. Meja Telepon 1 Baik
10. Telepon 1 Baik
Sumber : KPPT Kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Ruang Staf
Tabel 1.4 Inventaris Ruang Staf

No Nama Barang Jumlah Keadaan


1. Meja Kerja 26 Baik
2. Kursi Kerja (biru) 24 Baik
3. Kursi Kerja Beroda 7 Baik
4. Kursi kerja (merah) 15 Baik
5. AC Ruangan 6 Baik
6. Mobil Kijang AD 370 AA 1 Baik
7. Mobil Kijang AD 9505 FA 1 Baik
8. Tempat Leaflet 2 Baik
9. Kursi Panjang Pemohon 6 Baik
10. Anjungan Informasi 2 Baik
11. Meja Cap Reklame 1 Baik
12. Filling Cabinet 2 Baik
13. Layar Komputer 6 Baik
14. Printer Canon 4 Baik
15. Printer Oki Microline 1 Baik
16. Meja Komputer 8 Baik
17. Scanner IMB 1 Baik
18. Mesin Tik Double 1 Baik
19. Mesin Tik Manual 1 Baik
20. Meja Telepon 1 Baik
21. Staples Besar 1 Baik
22. Perforator Besar 1 Baik
23. Kalkulator 12 digit 1 Baik
24. Kalkulator 16 digit 1 Baik
25. Duty Printer Dr-120LB 1 Baik
26. CPU 6 Baik
27. Telepon 2 Baik
28. Almari 1 Baik
29. Stavol 2 Baik
30. UPS 1 Baik
31. Vertical Banner 4 Baik
32. Televisi 21’ 1 Baik
33. Speaker pemanggil 1 Baik
34. Mesin Fotocopy 1 Baik
Sumber : KPPT Kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Ruang Rapat
Tabel 1.5 Inventaris Ruang Rapat

No Nama Barang Jumlah Keadaan


1. Meja Rapat dan White Board 1 Baik
2. Kursi Rapat (biru) 9 Baik
Sumber : KPPT Kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Pembahasan

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh

penulis. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik wawancara dengan beberapa

sumber, observasi ke lapangan dan studi dokumentasi. Hasil penelitian tentang

kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan IMB ini terfokus pada kriteria penilaian

yaitu produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas serta menjelaskan mengenai

hambatan yang dihadapi KPPT dalam pelayanan IMB di Kota Surakarta.

1. Produktivitas KPPT Surakarta

Produktivitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat

apakah kinerja suatu organisasi itu baik atau buruk, dalam hal ini satu ukuran

produktifitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu

memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

Indikator produktivitas dalam hal ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui

output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT Surakarta.

Sasaran atau target yang ingin dicapai oleh KPPT Surakarta dalam pelayanan

IMB tidak hanya dalam hal peningkatan pelayanan administrasi perkantoran saja,

atau peningkatan sarana dan prasarana saja tetapi KPPT Surakarta juga mempunyai

target tertentu selain target-target yang diprogramkan untuk kelancaran aktivitas

pelayanan secara teknis, yaitu pencapaian jumlah retribusi IMB yang masuk di KPPT

Surakarta. Diantaranya capaian target dari pemasukan retribusi IMB per tahun yang

diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir. Dan berikut ini disajikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tabel capaian retribusi IMB dari tahun 2008 dan 2009.

Tabel 1.6
Rekapitulasi Setoran Retribusi IMB melalui KPPT Surakarta
Periode Tahun 2008 dan 2009

No Bulan Tahun Capaian


Tahun 2008 (Rp) Tahun 2009 (Rp)
1 Januari 408.338.300 188.991.600
2 Februari 365.380.200 170.283.700
3 Maret 165.525.900 120.667.500
4 April 1.241.716.023 126.644.800
5 Mei 299.857.900 173.872.500
6 Juni 124.252.900 327.187.600
7 Juli 199.112.400 306.415.600
8 Agustus 419.723.900 104.410.800
9 September 639.228.800 220.890.400
10 Oktober 157.147.900 328.448.100
11 November 524.485.600 408.707.600
12 Desember 310.980.600 825.122.000

Jumlah 4.855.750.423 3.301.642.200


Persentase 140,32% 95,51
Sumber : KPPT Kota Surakarta

Dari data yang terdapat dalam tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

jumlah retribusi IMB yang berhasil disetor ke kas daerah melalui KPPT tahun 2008

mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 40,32% dan melebihi target

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

retribusi yang ditetapkan. Hal itu dikarenakan ada beberapa ijin IMB yang nilai

retribusinya cukup besar dibayarkan pada tahun 2008, yakni Apartemen Solo

Paragon, Solo Center Point, dan Kusuma Mulia serta Hotel Ibis (hotel bintang 3). Hal

ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala

KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Di tahun 2008 capaian retribusi yang diperoleh KPPT terjadi peningkatan
yang signifikan yakni pada pertengahan tahun 2008, karena terdapat retribusi
yang masuk kesini cukup besar, mas..Diantaranya retribusi yang dibayarkan
hotel berbintang 3 yaitu hotel Ibis dan Kusuma mulia. Selain itu juga
pemasukan dari Apartemen Solo Paragon dan Solo Center Point”.
(wawancara, 26 Oktober 2010)

Retribusi IMB ini merupakan penyumbang kas daerah terbesar diantara

perijinan yang lain yang ada di KPPT Surakarta. Sedangkan capaian retribusi di tahun

2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, pada tahun 2009 persentase

penurunannya sebesar 4,49% karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi

dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008.

Tetapi untuk target tahunan KPPT Surakarta pada tahun 2009 sudah tercapai

meskipun tidak sebesar pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

produktivitas KPPT Surakarta cukup baik dilihat dari pemasukan yang didapat dari

retribusi pembayaran Izin Mendirikan Bangunan (IMB) setiap tahunnya.

Tingkat produktivitas yang dihasilkan oleh KPPT Kota Surakarta berjalan

dengan baik meskipun tidak secara keseluruhan karena adanya beberapa kendala.

Seperti yang terlihat dalam pelaksanaan proses penyelesaian berkas permohonan

sampai diterbitkannya SK IMB oleh KPPT Surakarta. Dan berikut ini disajikan tabel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jumlah pemohon IMB dari bulan Januari - Mei 2010 :

Tabel 1.1
Jumlah Pemohon IMB dan SK IMB Yang Diterbitkan KPPT Kota Surakarta Dari
Bulan Januari - Mei 2010

No Bulan Jumlah Pemohon SK IMB Yang Diterbitkan


1. Januari 80 94
2. Februari 106 94
3. Maret 88 92
4. April 112 90
5. Mei 98 142
Jumlah 484 512
Sumber : KPPT Kota Surakarta 2010

Dari data yang terdapat dalam tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

dari Bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2010 jumlah permohonan IMB yang

telah masuk ke KPPT Surakarta dengan jumlah SK yang diterbitkan tidak seimbang

atau masih terdapat selisih jumlah. Sebagai contoh saja di bulan Januari terdapat

pemohon yang mengajukan berkas permohonan IMB sebanyak 80 pemohon, tetapi

disini SK yang terbit mencapai 94 SK dan terdapat selisih 14 pemohon. Ini bisa

terjadi karena ada sisa berkas dari bulan Desember 2009 sebanyak 14 berkas yang

baru diselesaikan pada bulan Januari 2010. Begitu pula pada bulan Februari 2010

terdapat sejumlah 106 pemohon yang mengajukan berkas permohonan IMB, tapi

ternyata hanya sekitar 94 SK yang terselesaikan. Sehingga sisa berkas tertumpuk di

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bulan berikutnya. Hal tersebut juga terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga

cenderung terdapat selisih antara jumlah pemohon dengan SK yang terbit.

Mengenai hal tersebut Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota

Surakarta memberikan penjelasan sebagai berikut :

“Permasalahannya pemohon sekian dan SK yang keluar sekian itu bukan


karena kami tidak menjalankan prosedur pelayanan. Yang perlu diketahui SK
itu hanya bisa keluar jika pemohon sudah membayar retribusi. Nah, SK yang
tidak keluar itu karena pemohon yang belum membayar retribusi. Biasanya
kendala mereka yang tidak bisa membayar itu kaget melihat nominal nilai
retribusinya. IMB itu perijinan yang paling mahal retribusinya, bisa sampai 10
juta, 20 juta bahkan ada yang sampai 50 juta. Buktinya berkas-berkas
permohonan yang belum dibayar kebanyakan retribusinya diatas 10 juta.
Mungkin pemohon tersebut saat mengajukan IMB tidak siap dengan nominal
yang harus dibayar. Mereka sudah ditagih bahkan sampai tiga kali tapi belum
juga datang ke KPPT untuk membayar. Padahal syarat-syarat semua sudah
kami proses sesuai prosedur lho mas, mereka tinggal bayar thok tapi ya itu
kembali lagi kepada masing-masing pemohon gitu mas.”
(wawancara, 26 Oktober 2010)

Dari wawancara dengan Kepala KPPT di atas, ternyata ada sebagian besar

dari pemohon yang waktu memasukkan berkas permohonan IMB, syarat-syarat sudah

lengkap dan benar semua tetapi sewaktu pemohon akan membayar retribusi mereka

tidak sanggup karena nilai retribusi yang harus di bayar cukup tinggi. Karena alasan

tersebut, sebagian dari mereka tidak mengurus lagi ijinnya, sehingga dari pihak KPPT

pun untuk sementara juga menunda proses pencetakan IMB, sampai si pemohon

melunasi biaya retribusi tersebut. Jika pemohon itu kembali lagi ke KPPT bulan

berikutnya, saat itu juga KPPT melanjutkan proses pencetakan dokumen ijin. Hal

inilah yang menjadikan proses kepengurusan IMB menjadi tertunda, sehingga

menyebabkan penumpukan berkas permohonan dan baru diselesaikan di bulan-bulan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

selanjutnya, karena pihak KPPT juga menunggu pemohon untuk menyelesaikan

kewajiban membayar retribusinya terlebih dahulu.

Sehingga terjadinya perbedaan jumlah pemohon dengan SK IMB yang

diterbitkan disetiap bulan bukan karena kinerja KPPT Surakarta yang tidak produktif,

justru KPPT Surakarta sudah menjalankan semua proses sesuai dengan prosedur

pelayanan yang berlaku. Selisih antara jumlah pemohon yang masuk dengan SK yang

diterbitkan tersebut diantaranya disebabkan faktor adanya pemohon yang tidak

sanggup membayar retribusi yang telah diberitahukan kepada pemohon lewat Surat

Permohonan Pembayaran (SPP), sehingga cukup banyak juga berkas permohonan

yang sudah masuk ke KPPT Surakarta tidak dapat diproses lebih lanjut sampai pada

diterbitkannya SK. Sebab salah satu syarat SK IMB dapat diterbitkan adalah

pemohon terlebih dahulu membayar retribusi yang dibebankan kepada mereka.

Selain itu Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan

Pengaduan KPPT Kota Surakarta menambahkan keterangan sebagai berikut :

“Selain faktor pemohon yang tidak mau bayar kesini, ada faktor lainnya yang
jadi sebab adanya selisih jumlah pemohon dan SK yang dicetak itu karena
adanya pemohon yang sudah daftar ngajuin IMB kesini tetapi pas disurvey
ternyata data-data yang ada diberkas permohonan dengan kondisi dilapangan
tidak sesuai seperti misalnya bangunannya menyalahi GSB (Garis Sempadan
Bangunan) lalu kami suruh mereka untuk benerin dulu terus kesini lagi dan
sementara proses lebih lanjut kami tunda. Kalo sudah beres baru kami
lanjutkan. Nah ternyata cukup banyak juga mas, pemohon yang tidak kembali
lagi kesini untuk ngelanjutin proses sampai SK keluar. Akhirnya berkas
permohonannya pun macet nggak bisa dilanjutin cuma numpuk di meja. Itulah
penyebab lain mengapa bisa terjadi perbedaan jumlah tersebut, mas.”
(wawancara, 28 Oktober 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemohon yang sudah

memasukkan berkas permohonannya ke KPPT Surakarta dan untuk selanjutnya

disurvey ke lapangan untuk menyesuaikan denah bangunan. Tetapi ternyata terdapat

ketidaksesuaian antara syarat-syarat dalam berkas permohonan dengan kondisi

bangunan dilapangan. Oleh pihak KPPT Surakarta pemohon tersebut diminta

membenahi syarat-syarat yang belum sesuai tersebut dan untuk sementara

pemrosesan berkas permohonannya ditunda dahulu. Bila syarat-syarat sudah dibenahi

maka petugas KPPT Surakarta meminta mereka untuk segera kembali lagi ke KPPT

untuk melanjutkan proses selanjutnya sampai pada proses pencetakan SK IMB.

Namun kemudian banyak ditemui pemohon yang tidak kembali lagi untuk

melanjutkan proses pelayanan IMB dengan alasannya masing-masing. Hal itulah

yang menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan antara jumlah pemohon IMB

yang telah masuk ke KPPT Surakarta dengan jumlah SK IMB yang sudah diterbitkan.

Dalam kesempatan yang berbeda Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala

KPPT Surakarta menambahkan keterangan sebagai berikut :

“Kendala lain juga datang pada unit teknis (petugas lapangan) dari DTK saat
melakukan survey lapangan, mas. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK sudah
berkoordinasi dan membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan untuk
petugas lapangan saat survey sampai menyerahkan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) adalah 2-4 hari. Namun realitanya sering lebih dari 4
hari. Hal itu dikarenakan Dinas Tata Kota (DTK) hanya punya 2 petugas
survey dalam satu kecamatan. Sehingga banyak berkas permohonan yang
ngantri menunggu untuk disurvey dari pihak DTK. Sehingga berkas yang
belum digarap oleh DTK, ya menumpuk dulu mas di KPPT sampai
dokumen-dokumen tersebut di garap oleh DTK gitu mas. Hal inilah yang
menyebabkan di KPPT sering terjadi penumpukan berkas-berkas
permohonan.” (wawancara, 26 Oktober 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemeriksaan

lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata Kota). Pelaksanaan

pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan oleh KPPT

Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari Dinas Tata Kota.

Meskipun dari pihak KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi

terkadang petugas atau pegawai dari Dinas Tata Kota (DTK) baru menyerahkan

berita acara pemeriksaan (BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4

hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya

dua orang untuk satu kecamatan.

Dari hasil wawancara dan pembahasan-pembahasan diatas, dapat disimpulkan

bahwa produktivitas kinerja dari KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup baik. Hal ini

dilihat dari capaian target retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT

Surakarta dalam 2 tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009. Meskipun capaian

retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, karena di tahun

2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar

seperti yang terjadi di tahun 2008. Tetapi untuk target tahunan pada 2009 KPPT

Surakarta sudah tercapai. Selain itu juga bisa dilihat dari proses penyelesaian berkas

pemohonan sampai diterbitkannya SK IMB oleh KPPT. Meskipun ada beberapa

faktor yang menyebabkan kinerja KPPT bisa menjadi tidak produktif yang berasal

dari pihak eksternal dalam hal ini Dinas Tata Kota (DTK) sebagai petugas survey

(pemeriksa lapangan). Karena hanya ada dua petugas survey disetiap kecamatan. Ini

sangat kurang sekali jika dibandingkan dengan jumlah berkas permohonan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diterima oleh KPPT Surakarta setiap bulannya, dan ini menyebabkan sering terjadi

penumpukan berkas permohonan karena proses pengurusan selanjutnya juga masih

menunggu kerja dari Dinas Tata Kota (DTK) sendiri. Hal inilah yang menyebabkan

KPPT “menunggu” untuk melanjutkan proses sampai penerbitan IMB. Faktor lain

juga datang dari pihak pemohon IMB sendiri, seperti tidak lengkapnya berkas

permohonan dan ada juga pemohon yang tidak menyelesaikan pembayaran retribusi,

padahal sebenarnya IMB tersebut tinggal dicetak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Kualitas layanan KPPT Surakarta

Pengukuran kinerja KPPT Surakarta dalam menerbitkan IMB juga dapat

dilihat dari bagaimana kualitas layanan yang diberikan oleh KPPT Surakarta kepada

pelanggannya. Kualitas layanan itu sendiri menggambarkan mutu pelayanan yang

diberikan dan kecocokan pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan oleh

KPPT Surakarta, oleh karena itu pengukuran kualitas layanan KPPT Surakarta

ditentukan oleh penilaian pengguna jasa. Pengguna jasa dapat menilai pelayanan yang

diberikan, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Pengguna jasa,

dalam hal ini pelanggan atau pemohon ijin KPPT, akan merasa puas jika pelayanan

yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan, begitu pula sebaliknya, jika

pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan yang diharapkan maka pengguna jasa

belum merasa puas.

Kualitas layanan dapat dilihat dari banyak tidaknya keluhan dari para

pengguna jasa, kemudahan pelanggan KPPT dalam memperoleh informasi mengenai

syarat-syarat tentang pengajuan permohonan penerbitan ijin. Pengguna jasa KPPT

Surakarta berharap setiap mereka datang ke KPPT Surakarta mereka mendapatkan

informasi yang mereka cari dan mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat. Seperti

yang dikemukakan Bapak Permana dari CV. Jaya Teknik :

“Kalau di KPPT malah diberi info lengkap tentang syarat-syarat buat


pengajuan ijinnya mas, nggak kayak di kelurahan, malah dipersulit.”
(wawancara, 25 November 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Tofik dari CV. Bumi Maju Mapan :

“Informasi mengenai syarat-syarat pegajuan ijin hingga besarnya biaya dan


lamanya waktu jadinya ijin sudah terperinci dan sangat jelas, jadi saya bisa tau
kira-kira habisnya biaya buat bikin ijin tu totalnya berapa.”
“Pegawai disini juga sangat teliti mengenai kelengkapan syarat-syarat
permohonan ijin, kurang satu syarat saja pelanggan disuruh pulang untuk
segera melengkapi agar nantinya ijin bisa keluar tepat pada waktunya.”
tambahnya. (wawancara, 25 November 2010)

Bapak Permana dari CV. Jaya Teknik juga menambahkan :

“Kalau disini pegawainya cekatan, cepet banget gitu, yang lama tu ngantrinya
mas, mungkin gara-gara pegawainya cuman sedikit ya.”
(wawancara, 25 November 2010)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hadi Santosa dari Gamatrans :

“Disini pegawainya ramah-ramah mas, kerjanya juga cepet kok, lha wong
ngantrinya kaya gini aja, nyelesaiin ngurusi ijin orang-orang itu ya lumayan
cepat juga.” (wawancara, 25 November 2010)

Pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub

Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Pegawai KPPT telah mendapatkan pelatihan khusus tentang kepribadian,


yaitu bagaimana menyapa pelanggan, melayani dengan cepat, tepat dan tentu
saja ramah, setelah itu baru diseleksi untuk menjadi pegawai KPPT.”
(wawancara, 29 November 2010)

Organisasi di bidang jasa dalam memberikan pelayanan tidak luput dari

komplain atau keluhan pelanggan. Hal ini terjadi karena karakteristik pelanggan yang

berbeda-beda. Pelanggan akan merasa senang terhadap sikap petugas pelayanan yang

serius menangani setiap keluhan yang disampaikan serta bersama-sama mencari jalan

keluar. Pegawai dalam situasi seperti ini harus mempunyai kemauan untuk

memecahkan masalah dan kendala secara cermat, tepat, dan bijaksana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keluhan oleh pelanggan adalah salah satu ungkapan penilaian akan kualitas

yang didapatkannya. Keluhan timbul karena rasa ketidakpuasan pihak pelanggan.

Bagaimanapun keluhan itu datang dan tujuannya tiap petugas pelayanan harus

mempersiapkan mental dalam menghadapi keluhan. Berikut kutipan pernyataan Bp.

Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta mengenai keluhan

pelanggan :

“Selama ini KPPT jarang sekali ada komplain dari pemohon ijin, tetapi bila
pemohon ijin ingin mengajukan komplain, mereka bisa langsung
memasukkan komplain ke kotak saran atau langsung disampaikan kepada
KPPT lewat petugas yang ada di depan, atau bisa langsung SMS ke Walikota
melalui SMS gateway, karena KPPT ini tanggung jawabnya kepada
masyarakat dan Walikota. Langkah kami jika ada komplain ya kami segera
mengatasinya, kadang kami juga mengadakan briefing untuk membahas
permasalahan dalam memberikan pelayanan sehingga pelayanan prima bisa
terwujud.” (wawancara, 29 November 2010)

Tanggapan dari Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan

dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

“Kalau ada pemohon yang komplain lebih sering langsung pada petugas yang
melayani mas, dan kami akan menanggapinya dengan sabar dan ramah,
misalnya kesalahan manusiawi (human error) seperti salah ketik, bisa
langsung kami benarkan, tapi kalau ada yang mendesak sampai butuh
penyelesaian langsung biasanya Kepala KPPT ikut turun langsung juga,
pokoknya ya tetap dengan kepala dingin tapi juga memberikan jalan keluar
terbaik pada pemohon (customer) gitu mas.” (wawancara, 29 November 2010)

Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa untuk mengajukan

komplain/keluhan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, pelanggan dapat

menyampaikan langsung kepada petugas KPPT yang bersangkutan, kotak saran atau

SMS ke Walikota. Langkah yang dilakukan untuk mengatasi komplain yang ada yaitu

segera mengatasi permasalahan yang ada jika dinilai urgent dengan mengadakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rapat membahas permasalahan-permasalahan yang ada dalam memberikan pelayanan

kepada pelanggan.

Berikut kutipan pendapat Bapak Toufik dari CV. Bumi Maju Mapan

mengenai ketanggapan pegawai KPPT dalam menghadapi komplain :

“Saya belum pernah komplain ke KPPT, soalnya sejauh ini saya sudah cukup
puas dengan kerja Petugas KPPT. Saya rasa mereka cukup tanggap juga mas,
ngerjain tugasnya dengan terampil dan cekatan.”
(wawancara, 25 November 2010)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak Watijo Warga Jl. Tulang

bawang selatan RT.03/03 Kadipiro Banjarsari dan Bapak Sutrisno Warga Begalon,

RT.05/04 Panularan Laweyan mengungkapkan :

“Saya belum pernah komplain, soalnya dari awal petugas sudah menjelaskan
syarat dan bagaimana prosedurnya, jadi ya baik-baik saja menurut saya mas.”
(wawancara, 27 November 2010)

“Saya sih belum pernah komplain, pelayanannya bagus mas, sampai sejauh ini
saya merasa puas, pelayanan yang diberikan disini (KPPT) sangat
professional mas.” (wawancara, 27 November 2010)

Pernyataan-pernyataan dari pelanggan dan dari pihak KPPT di atas

menunjukkan bahwa kemudahan mendapatkan informasi dan kemampuan pegawai

KPPT dalam melayani para pelanggan serta penanganan penyelesaian masalah seperti

komplain atau keluhan sudah sesuai dengan harapan para pelanggannya karena sejauh

ini pelanggan merasa puas dengan pekerjaan para pegawai KPPT Surakarta.

Minimnya keluhan atau komplain dari para pengguna jasa akan pelayanan di KPPT

Surakarta, juga menggambarkan bahwa kualitas layanan di KPPT Surakarta bisa

dikatakan sangat baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Akuntabilitas KPPT Surakarta

KPPT Surakarta dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya harus jelas dan

wajib mempertanggungjawabkan kegiatannya dalam bentuk laporan kepada lembaga

atau birokrat yang ada di atasnya dalam hal ini Walikota Surakarta atau kepada pihak

yang memerlukan pertanggungjawabannya, misalnya kepada pihak-pihak terkait yang

bekerja sama dengan KPPT Surakarta. Pertanggungjawaban yang dilakukan secara

langsung kepada instansi yang ada di atasnya, akan mudah melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan tugasnya, sehingga kemungkinan akan terjadinya

penyelewengan-penyelewengan bisa diperkecil.

KPPT Surakarta mempertanggungjawabkan secara vertikal kepada Walikota

Surakarta, sedangkan pertanggungjawaban secara horizontal dilakukan kepada

masyarakat. Berikut ungkapan Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT

Kota Surakarta:

“Masalah pertanggungjawaban secara rutin kita melaporkan ke Walikota.


Biasanya ada laporan setiap bulan dan tiap tahun. Tanggung jawab KPPT juga
ditujukan pada masyarakat.” (wawancara, 29 November 2010)

Materi laporan pertanggungjawaban pelayanan IMB ini berisi tentang

rekapitulasi jumlah pemohon IMB yang masuk dan jumlah SK IMB yang telah

diterbitkan. Selain itu dalam laporan tersebut juga dicantumkan tentang data dan

keterangan dari pemohon seperti : nama dan alamat pemohon, alamat bangunan,

peruntukan bangunan, tanggal masuknya permohonan, tanggal ditetapkannya SK

beserta nomor SK nya, serta jumlah retribusi yang dibayar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bp. Drs. Toto Amanto,

MM selaku Kepala KPPT Kota Surakarta di bawah ini :

“Poin-poin yang dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban itu meliputi:


rincian retribusi yang didapat lewat KPPT Surakarta, banyaknya pemohon
yang masuk dan banyaknya IMB yang telah diterbitkan beserta keterangannya
seperti nama, alamat pemohon, tanggal masuknya pemohon dan keluarnya SK
dan sebagainya.” (wawancara, 29 November 2010)

Laporan ini disusun dan dipertanggungjawabkan oleh Kepala KPPT Surakarta

kepada Walikota Surakarta setiap bulan sekali dan tiap tahun, tembusannya ditujukan

kepada unit kerja terkait, dalam hal ini berarti kepada Dinas Tata Kota (DTK)

Surakarta. Sedangkan mekanisme laporan pertanggungjawabannya untuk lebih

jelasnya dapat kita lihat dari keterangan yang disampaikan oleh Bp. Drs. Toto

Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Untuk mekanisme laporan pertanggungjawabannya sendiri gini mas pertama


koordinator bagian pelayanan IMB memberikan materi laporan yang berisi
data terakhir apa saja yang telah dikerjakan, apa yang telah didapat kemudian
diserahkan kepada koordinator bagian Tata Usaha (TU) untuk kemudian
direkapitulasi secara keseluruhan. Setelah itu diberikan kepada saya selaku
kepala KPPT Surakarta untuk diperiksa dan ditandatangani. Kemudian
laporan tersebut disampaikan kepada pemberi kewenangan yaitu Walikota
Surakarta dan tembusannya kepada unit kerja terkait dalam hal ini jika
mengenai IMB maka dikasih ke Dinas Tata Kota (DTK) gitu mas”.
(wawancara, 29 November 2010)

Keterangan yang disampaikan oleh Kepala KPPT Surakarta tersebut senada

dengan penjelasan yang diberikan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub

Bagian TU KPPT Kota Surakarta sebagai berikut :

“Laporan pertanggung jawaban itu dibuat sebulan sekali paling lambat tanggal
5 awal bulan. Mengenai alurnya seperti ini mas, pada awal bulan yaitu tanggal
1 petugas bagian IMB memberikan print out daftar pemohon IMB yang sudah
masuk dan sudak dicetak SK beserta jumlah retribusinya. Untuk lebih detail
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

nya juga disertakan keterangan seperti data pemohon, tanggal masuknya


permohonan dan keluarnya SK, nomor SK dan keterangan lain yang
menunjang. Kemudian semuanya itu diserahkan kepada Saya selaku Kepala
bagian TU melalui koordinator bagian IMB. Kemudian Saya menghimpunnya
untuk diberikan kepada Pak Totok (Kepala KPPT) yang kemudian diserahkan
kepada Pak Wali dengan tembusan kepada Dinas Tata Kota (DTK).”
(wawancara, 25 November 2010)

Dari keterangan yang telah disampaikan oleh Kepala KPPT dan Kepala Sub

Bagian TU KPPT Kota Surakarta di atas maka mekanisme laporan

pertanggungjawaban tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Setiap tanggal 1 awal

bulan koordinator bagian IMB memberikan materi laporan kepada Kepala Tata Usaha

(TU). Materi laporan tersebut berisi antara lain jumlah pemohon IMB yang masuk

dan jumlah SK IMB yang terbit dalam waktu sebulan beserta keterangan-keterangan

lainnya seperti nama dan alamat pemohon, alamat bangunan, peruntukan dan luas

bangunan, tanggal masuk permohonan dan tanggal diterbitkannya SK, serta tarif

retribusi yang dibayar. Kemudian Kepala Sub Bagian TU akan menghimpun dan

memeriksa kembali materi laporan tersebut. Setelah itu materi laporan tersebut

diserahkan kepada Kepala KPPT selambat-lambatnya tanggal 5 awal bulan. Laporan

tersebut akan ditandatangani oleh Kepala KPPT Kota Surakarta untuk kemudian

disampaikan kepada Walikota Surakarta dengan tembusan kepada Dinas Tata Kota

(DTK).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Uraian panjang mengenai mekanisme laporan pertanggungjawaban tersebut di

atas dapat dirangkum dalam gambar di bawah ini :

Gambar 1.4
Mekanisme Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan IMB
KPPT Kota Surakarta

Walikota Kepala KPPT


Surakarta Kota Surakarta

Dinas Tata Kota tembusan


Kepala Sub
(DTK) Bagian TU

Koordinator
Sumber : KPPT Kota Surakarta bagian IMB

Selain itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dalam

melaksanakan tugas dan kegiatannya harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip

administrasi yang benar atau sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. KPPT

Surakarta dalam melaksanakan kegiatannya, khususnya dalam pelayanan IMB sudah

di atur prosedur pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang ada, yaitu berdasarkan

dari Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 065/187/1/2005 tentang Tata

Laksana Pelayanan Perijinan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota

Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Seperti yang diutarakan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala

KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Prosedur pelayanan di KPPT ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang


ada, yaitu Keputusan Walikota Surakarta Nomor 065/187/1/2005. Disitu
sudah dijelaskan alur yang harus dilalui pemohon ijin. Dan sebagian besar
pemohon ijin tidak merasa kesulitan dengan prosedur pelayanan yang ada.”
(wawancara, 26 Oktober 2010)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku

Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta :

“Prosedur perijinan di sini sederhana dan mudah dilaksanakan, sehingga para


petugas pun merasa diuntungkan dengan prosedur yang sederhana tersebut.”
(wawancara, 28 Oktober 2010)

Pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub

Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Dalam memberikan pelayanan kepada pemohon, pegawai disini selalu


bekerja sesuai tata urutan sebagaimana yang ada dalam prosedur yang telah
ditetapkan di SK Walikota. Nanti mas bisa lihat sendiri prosedur tersebut
dilampirannya”. (wawancara, 28 Oktober 2010)

Prosedur pelayanan yang digunakan oleh KPPT Surakarta adalah sebagai

berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1.5

Prosedur Pelayanan KPPT Surakarta

Pemohon Berkas Penelitian Entry data


datang masuk validasi komputer
(1) (2) (3)

Tim Pemeriksa
Lapangan
(4)

Rapat Tim
Pertimbangan
(5)

Output :
a. Ditolak
b. Ditunda
Penyerahan c. Diterima
dokumen
(11)

Dikembalikan
Agenda/ berkasnya
administrasi (6a)
(10)

Diberi waktu
melengkapi
Proses tanda syarat (6b)
tangan Pejabat
(9) Dihitung
biayanya
(6c)
Pembayaran di
Cetak
Kas Daerah
dokumen
(7)
(8)

Sumber : Keputusan Walikota Surakarta No: 065/187/1/2005

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari bagan alur prosedur pelayanan tersebut berikut penjelasan kegiatan

masing-masing prosesnya :

1) Proses pertama disebut proses masuk. Dalam proses ini kegiatan yang dilakukan

antara lain :

a. Pemohon mengambil formulir permohonan pengajuan pengurusan IMB.

b. Pemohon mengisi formulir dengan lengkap.

c. Pemohon menyerahkan berkas permohonan kepada petugas penerima.

d. Pemohon menunggu informasi dari petugas,

e. Petugas penerima menyerahkan berkas permohonan kepada petugas teknis.

2) Proses kedua disebut proses penelitian validitasi, kegiatannya antara lain :

1. Petugas teknis meneliti berkas-berkas permohonan.

2. Petugas teknis membubuhkan paraf apabila berkas lengkap/membuat

catatan kekurangan kelengkapan berkas,

3. Petugas teknis menyerahkan catatan kekurangan kelengkapan berkas

kepada petugas penerima,

4. Petugas teknis menginfomasikan kepada petugas penerima bahwa berkas

sudah lengkap

5. Petugas penerima mencatat dan membuat tanda terima berkas,

6. Petugas penerima menginformasikan kepada pemohon bahwa berkas

permohonan lengkap/tidak lengkap

7. Petugas penerima mengirim berkas yang telah lengkap kepada Tim

Pemeriksa Lapangan yang sebelumnya telah di entry data dalam komputer.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Proses ketiga adalah entry data komputer. Operator komputer

merekam/memasukan data di berkas ke dalam aplikasi ijin IMB.

4) Proses keempat adalah proses pemeriksa lapangan yaitu Tim Pemeriksa lapangan

yang terdiri dari petugas-petugas dari unit kerja terkait mengadakan pencocokan

berkas di lapangan dengan ketentuan :

a. Pemeriksaan lapangan dilaksanakan setiap hari/sesuai kebutuhan,

b. Anggota Tim Pemeriksa Lapangan sebelum melaksanakan pemeriksaaan

lapangan harus hadir terlebih dahulu pukul 08.00,

c. Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Berita Acara Pemeriksaan dan Rekomendasi Persetujuan disampaikan kepada

Koordinator KPPT setelah pemeriksaan lapangan. Dalam proses ini biasanya

dilaksanakan keesokan harinya setelah penerimaan berkas di KPPT lengkap.

5) Proses kelima adalah rapat tim pertimbangan, kegiatannya adalah :

1. Tim Pertimbangan atas undangan Kepala KPPT mengadakan rapat untuk

memutuskan permohonan ijin.

2. Rapat dilaksanakan setiap hari/sesuai kebutuhan,

3. Tim pertimbangan menyusun rekomendasi penerimaan/penolakan yang

didalamnya berisi pertimbangan teknis, yuridis dan sosial,

4. Tim Pertimbangan menyusun alasan penolakan dan atau alasan penundaan

proses permohonan.

Dalam proses ini dilaksanakan esok hari setelah pemeriksaan di lapangan/pada

hari yang sama setelah pemeriksaan lapangan sesuai kebutuhan, rapat diadakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di KPPT Surakarta.

6) Proses keenam adalah output, dilakukan setelah Rapat Pertimbangan selesai. Tim

Pertimbangan menyerahkan kepada Kepala KPPT :

1. Rekomendasi penolakan beserta alasan-alasannya,

2. Rekomendasi penundaan disertai catatan-catatan yang harus dipenuhi,

3. Rekomendasi penerimaan untuk diproses lebih lanjut kepada petugas cetak.

7) Proses ketujuh adalah pembayaran di kas daerah, kegiatannya antara lain :

1. Petugas menghitung biaya yang harus dibayar serta mencetak SKRD (Surat

Ketetapan Retribusi Daerah),

2. Petugas menyerahkan SKRD kepada pemohon,

3. Pemohon membayar di kas daerah kepada petugas penerima,

4. Petugas menerima resi pembayaran dan memasukan ke dalam berkas

kepada petugas penerima,

8) Proses kedelapan adalah cetak dokumen, kegiatannya diantaranya :

1. Petugas pencetak menerima berkas permohonan yang telah dilengkapi

rekomendasi penerimaan dan resi pembayaran.

2. Petugas penerima mencetak dokumen ijin dan dokumen pelengkap lainnya,

3. Dokumen yang telah dimintakan paraf Kepala KPPT untuk selanjutnya

diproses permohonan tanda tangan ijin Pejabat yang berwenang,

4. Petugas mengirimkan kembali berkas permohonan ijin yang

ditolak/ditunda.

9) Proses kesembilan adalah proses tanda tangan pejabat, kegiatan yang dlakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yaitu :

1. Dokumen ijin dimintakan paraf Kepala KPPT sebelum ditandatangani oleh

Kepala yang berwenang/Pejabat yang ditunjuk menandatangani ijin oleh

Walikota

2. Tata Usaha KPPT memonitor proses penandatanganan ijin.

10) Proses kesepuluh yaitu proses agenda atau administrasi.

1. Dokumen ijin yang telah ditandatangani, di agenda oleh Tata Usaha KPPT,

2. Dokumen ijin diserahkan kepada petugas Front Office.

11) Proses kesebelas adalah penyerahan dokumen, kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Petugas menyusun tanda terima dokumen ijin

2. Petugas menyerahkan dokumen ijin kepada pemohon dan membuat rekap

pengambilan ijin pada hari itu, serta menyerahkan kepada Tata Usaha

KPPT

3. Kepala KPPT membuat laporan ke Walikota.

Bapak Permana dari CV. Jaya Teknik dan Bapak Toufik dari CV. Bumi Maju

Mapan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

“Prosedur penerbitan ijin di KPPT sekarang sudah sesuai dengan aturan,


beda dengan yang dulu, prosedurnya bertele-tele, mas kalau nggak bayar
gede jadinya ijin lama. Sekarang udah beda, aturannya sangat ditaati, jadi
kalau menurut saya ya tidak bertele-tele lagi mas, nggak tau itu namanya
lama apa nggak, tapi memang semuanya saya lihat sudah sesuai aturan.”
(wawancara, 25 November 2010)

Bapak Toufik juga menambahkan :

“Prosedur pelayanannya cukup sederhana ya mas, pokoknya kalau datang


menuhin syarat-syaratnya yang dikasih tau sebelumnya. Kalau sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lengkap semua juga lancar-lancar saja, akhirnya juga jadi. Nggak ada yang
dipersulit disini tu, mas.” (wawancara, 25 November 2010)

Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan

KPPT Kota Surakarta mengatakan :

“Kami berusaha melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur administrasi


yang diterapkan, dengan kesederhanaan dan kemudahan, dengan begitu bisa
menghilangkan paradigma lama bahwa pelayanan perijinan itu selalu
berbelit-belit dan dipersulit.” (wawancara, 29 November 2010)

Mengenai kesesuaian prosedur dengan pelaksanaannya, Bp. Drs. Toto

Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta memberi tanggapan seperti

berikut :

“Di KPPT sudah tertulis dengan jelas bagaimana prosedur pemberian


layanan kepada para pelanggan, prosedur tersebut sudah dicantumkan
lamanya pemrosesan ijin, mulai dari masuknya berkas-berkas sebagai syarat-
syarat permohonan ijin hingga penerbitan ijinnya, jadi dari pihak KPPT
sendiri semua sebisa mungkin dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. Sedangkan kegiatan di luar prosedur sangat jarang
dilakukan, atau bisa dikatakan belum pernah dilakukan.”
(wawancara, 29 November 2010)

Selain itu untuk mengetahui apakah KPPT Surakarta sudah menyelengarakan

pelayanan IMB secara taat prosedur atau tidak, penulis juga menggunakan indikator

durasi waktu penyelesaian dari ijin IMB tersebut. Berikut ini akan disajikan data

statistik waktu penyelesaian IMB sampai diterbitkannya dari bulan Januari - Mei

2010 :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 1.1
Jumlah SK IMB yang diterbitkan dan Waktu Penyelesaiannya
Dari Bulan Januari - Mei 2010

No Bulan Jumlah SK IMB Proses Penyelesaian IMB Proses Penyelesaian IMB


yang diterbitkan dalam waktu 6 hari lebih dari 6 hari

1. Januari 94 27 67

2. Februari 94 14 80

3. Maret 92 17 75

4. April 90 21 69

5. Mei 142 22 120

Jumlah 512 101 411

Sumber : KPPT Kota Surakarta 2010

Kesimpulan yang di dapat pada tabel diatas adalah dari jumlah 512 SK IMB

yang diterbitkan mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 hanya 101

pemohon yang proses pengurusan IMB-nya sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditentukan yakni 6 hari. Sedangkan sisanya yaitu 411 pemohon yang proses

penyelesaian IMB-nya lebih dari 6 hari.

Menanggapi data statistik tersebut, Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku

Kepala KPPT Kota Surakarta memberikan penjelasan sebagai berikut :

“Kalo mas lihat data-data tersebut memang durasi waktu yang dibutuhkan
untuk memproses SK sampai jadi lebih banyak yang molor dari 6 hari
sebagaimana yang sudah ditetapkan Bapak Walikota. Tetapi hal tersebut
bukannya kami (KPPT Surakarta) tidak taat prosedur. Pada dasarnya secara
administratif kami sudah sangat taat pada prosedur tetapi dari segi teknis
dalam hal ini Dinas Tata Kota (DTK) yang berwenang untuk cek lapangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

belum bisa dikatakan taat. Jadi dari pihak KPPT sendiri boleh dikatakan
tepat waktu. Terkadang juga mas, kendala justru ditemukan dari pihak
pemohon sendiri yang terlalu lama melengkapi syarat-syarat yang kurang
sehingga menjadikan waktu pengurusan IMB bisa molor lebih dari 6 hari.”
(wawancara, 26 Oktober 2010)

Tanggapan yang hampir sama juga diungkapkan oleh Ibu Siti Khotimah,

S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta

berikut ini :

“Kami akui sampai saat ini kami belum bisa menyelesaikan pengurusan
permohonan IMB yang masuk dalam waktu 6 hari. Tetapi faktor yang
menyebabkan mundurnya kepengurusan IMB ini berasal dari luar KPPT.
Seperti dari pihak Dinas Tata kota (DTK) yang mengembalikan berkas
pemeriksaan lapangan (BAP) yang terlambat dan juga pemohon yang
memang sulit sekali dalam melengkapi persyaratan permohonan, mereka
biasanya membutuhkan waktu yang lama dalam melengkapi kekurangan
persyaratan. Akhinya itu semua membuat penyelesaian IMB bisa molor
menjadi kira-kira 10 hari. (wawancara, 28 Oktober 2010)

Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta juga

menambahkan pernyataan sebagai berikut :

“Aturannya memang 6 hari tetapi dalam realitanya memang banyak yang


lebih dari 6 hari, mas. Yang menyebabkan itu terjadi sekali lagi saya
tekankan karena adanya kendala pada teknis atau petugas lapangan dari
DTK saat melakukan survey lapangan. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK
sudah berkoordinasi dan membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan
untuk petugas lapangan saat survey sampai menyerahkan BAP adalah 2-4
hari. Namun realitanya sering lebih dari 4 hari. Hal itu dikarenakan DTK
hanya punya sekitar 2 petugas survey dalam satu kecamatan. Padahal kalo
mas tau, kami (KPPT) setiap bulan rata-rata menerima 70-90 permohonan
IMB. Kendala yang kedua datang dari pemohon. Pemohon biasanya sulit
sekali melengkapi syarat-syarat yang masih kurang, padahal syarat yang
masih kurang tersebut merupakan syarat yang penting bagi proses pelayanan
selanjutnya, atau dapat dikatakan tanpa syarat tersebut maka proses
pelayanan IMB tidak dapat kami lanjutkan gitu, mas.”
(wawancara, 26 Oktober 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“Ada juga mas, pemohon yang sudah kami kirimi SPP (surat pemberitahuan
pembayaran) beserta nominal retribusi yang harus dibayar tapi
membayarnya ke KPPT lama sekali. Kadang pemohon yang sudah kami
kirimi SPP itu baru datang dua atau tiga minggu kemudian. Sehingga durasi
waktu yang dibutuhkan dari masuknya berkas permohonan sampai tanggal
ditetapkannya SK menjadi lebih lama.” tambah beliau.
(wawancara, 26 Oktober 2010)

Dari keterangan hasil wawancara tersebut diatas terungkap bahwa sebenarnya

pihak KPPT Kota Surakarta sudah menjalankan prosedur pelayanan IMB secara

administratif dengan benar, hanya saja unit teknis terkait yakni dari Dinas Tata Kota

(DTK) belum bisa melaksanakan tugasnya secara tepat waktu. Jadi yang

menyebabkan banyaknya proses penyelesaian IMB yang melebihi waktu yang telah

ditentukan yaitu 6 hari bukan berasal dari pihak KPPT Surakarta sendiri, melainkan

berasal dari pihak luar yaitu dari tim survey Dinas Tata Kota (DTK) dan dari pihak

pemohon sendiri.

Tim survey lapangan dari Dinas Tata Kota sering kali bekerja lebih dari waktu

yang telah disepakati bersama dengan KPPT Surakarta yaitu 2-4 hari. Hal tersebut

dikarenakan pihak Dinas Tata Kota hanya menempatkan dua petugas survey lapangan

pada setiap kecamatan saja. Sedangkan rata-rata jumlah pemohon yang masuk ke

KPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 pemohon.

Dari pihak pemohon sendiri banyak yang terlalu lama dalam melengkapi

syarat-syarat yang masih kurang. Terkadang syarat-syarat yang belum dipenuhi

tersebut merupakan syarat yang sangat dibutuhkan dalam proses pengurusan IMB

selanjutnya. Selain itu cukup banyak juga pemohon yang sudah mendapat Surat

Pemberitahuan Pembayaran (SPP) beserta nominal retribusi yang harus dibayar tetapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mereka baru datang ke KPPT beberapa hari atau minggu kemudian. Hal tersebut

akhirnya menyebabkan durasi waktu yang dibutuhkan dari tanggal pertama kali

pemohon memasukkan berkas permohonan sampai pada tanggal diterbitkannya SK

menjadi lebih lama.

Dari hasil wawancara dan pembahasan-pembahasan mengenai akuntabilitas

diatas bisa dikatakan KPPT Surakarta sudah mempertanggungjawabkan kinerjanya

sebaik mungkin kepada Walikota maupun kepada masyarakat (pelanggan KPPT).

Selain itu KPPT Surakarta dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya sudah

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sudah sesuai

dengan kebijakan atau aturan yang telah ditetapkan. Jadi untuk prosedur pelayanan,

KPPT Surakarta sudah sangat transparan dan sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini akuntabilitas KPPT

Surakarta bisa dikatakan cukup baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPPT Surakarta dalam Pelayanan IMB

1. Pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata Kota).

Pelaksanaan pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan

oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari DTK

sehingga ketepatan waktu penyelesaian masih tergantung dari kinerja mereka

(DTK). Walaupun dari pihak KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan

maksimal, tapi kadang kala petugas/pegawai dari DTK baru menyerahkan berita

acara pemeriksaan (BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4

hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan

hanya dua orang untuk satu kecamatan. Padahal rata-rata permohonan IMB yang

masuk tiap bulannya di KPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 permohonan. Hal

tersebut seperti apa yang dijelaskan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku

Kepala KPPT Kota Surakarta dibawah ini :

“Kendala ada pada unit teknis (petugas lapangan) dari DTK saat melakukan
survey lapangan. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK sudah berkoordinasi dan
membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan untuk petugas lapangan
saat survey sampai menyerahkan BAP adalah 2-4 hari. Namun realitanya
sering lebih dari 4 hari. Hal itu dikarenakan DTK hanya punya 2 petugas
survey dalam satu kecamatan. Padahal tiap bulan KPPT Surakarta rata-rata
menerima 70-90 permohonan.” (wawancara, 26 Oktober 2010)

2. Masih terbatasnya jumlah pegawai di KPPT Surakarta. Pelanggan yang datang

setiap hari di KPPT Surakarta seringkali dalam jumlah banyak, hal ini tidak

diimbangi dengan jumlah petugas pelayanan di KPPT Surakarta, sehingga

terkadang petugas kewalahan dalam melayani pelanggan.

Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Pegawai KPPT ini hanya 30 orang, jadi rata-rata setiap orang harus bisa
melayani 4 permohonan ijin, padahal setiap ijin itu syarat-syaratnya harus di
teliti kevalidannya, masih berlaku atau tidak, baru kemudian di masukkan ke
dalam data komputer, berkas dari syarat-syarat yang masuk itu pun tidak
sedikit, dan kegiatan ini sebenarnya membutuhkan orang lebih dari satu.”
(wawancara, 29 November 2010)

Hal yang sama pun juga dikatakan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku

Kepala KPPT Kota Surakarta mengenai kekurangan tenaga di KPPT berikut ini :

“Tenaga disini masih kurang mas, terutama untuk tenaga dari sarjana tehnik
sipil dan tehnik arsitektur, tenaga ini dibutuhkan untuk pelayanan perijinan
seperti IMB yang membutuhkan pengukuran tanah atau bangunan.”
(wawancara, 29 November 2010)

Jumlah pegawai yang mengerti masalah teknis bangunan ataupun yang

merupakan sarjana tehnik sangat dibutuhkan untuk pelayanan perijinan seperti

IMB. Karena pegawai yang berkompeten dibidang teknik sangat dibutuhkan

pada saat proses validasi. Pada proses validasi pegawai bagian IMB akan

meneliti berkas permohonan yang telah masuk. Salah satu yang harus diteliti

adalah gambar atau sketsa bangunan yang telah dibuat oleh pemohon. Namun

hanya ada tiga orang saja yang mengerti masalah teknis mengenai bangunan

khususnya masalah gambar atau sketsa bangunan padahal sebagian besar

masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh para pemohon saat mengajukan syarat-

syarat permohonan adalah pada denah bangunan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibu Siti Khotimah, S.Sos selaku

Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta sebagai berikut

“Kebanyakan itu pemohon bermasalah pada gambar mas. Tekadang banyak


gambar bangunan yang diajukan pemohon tidak sesuai dengan aturan. Untuk
itu alangkah baiknya jika bagian IMB mempunyai sarjana tehnik yang lebih
banyak lagi. Sebab IMB itu kan penuh perhitungan teknis khususnya teknis
mengenai bangunan. Jadi nanti kita tidak perlu kerepotan lagi saat meneliti
berkas permohonan khususnya masalah gambar teknis bangunan. Selain itu
juga kita bisa mensurvey ke lapangan sendiri tanpa perlu bergantung lagi
pada petugas atau pegawai dari Dinas Tata Kota (DTK). Dengan itu nggak
perlu lagi berkas permohonan harus nunggu disini dulu sebelum diambil dan
dibawa ke Dinas Tata Kota”. (wawancara, 28 Oktober 2010)

3. Kepala KPPT Surakarta yang terkadang tidak berada ditempat juga dapat

menghambat proses penyelesaian pengurusan IMB. Karena bila Kepala KPPT

Surakarta sedang melakukan tugas dinas di luar kota atau berhalangan datang

maka untuk sementara waktu SK IMB maupun dokumen ijin lainnya yang

seharusnya ditandatangani, akhirnya terpaksa ditunda sampai beliau hadir

kembali. Hal tersebut akhirnya bisa menyebabkan proses penyelesaian pelayanan

IMB menjadi terhambat dan bisa melebihi waktu 6 hari.

4. Adanya pemohon yang kurang mengerti syarat-syarat permohonan IMB terutama

masalah gambar atau sketsa bangunan. Banyak sekali ditemui oleh pegawai

KPPT pemohon yang tidak mengerti secara benar mengenai masalah teknis

gambar bangunan. Akibatnya mereka harus bolak-balik ke KPPT hanya untuk

mengurusi masalah gambar bangunan. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Ibu

Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT

Kota Surakarta sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“Sebagian besar pemohon saat menyerahkan syarat permohonan khususnya


denah bangunan banyak yang tidak pas. Kebanyakan pemohon kurang
mengerti dalam hal teknis tersebut. Akhirnya mereka harus berulang kali
kesini hanya untuk memperbaiki gambar bangunan saja. Hal itulah
terkadang yang membuat proses pelayanan IMB bisa terhambat”.
(wawancara, 28 Oktober 2010)

Hal tersebut seperti penuturan yang dialami oleh Bapak Watijo seorang pemohon

IMB yang bertempat tinggal di jalan Tulang bawang selatan RT.03/03 Kadipiro

Banjarsari sebagai berikut :

“Saya memang sudah kesini (KPPT) dua kali. Tepatnya sudah dua mingguan
ini. Pada waktu pertama datang kata petugasnya gambar denah bangunan
saya tidak sesuai aturan main. Setelah dijelasin lalu saya perbaiki dirumah.
Eh, ternyata salah lagi. Memang denahnya saya coba-coba gambar sendiri.
Terus tadi dikasih saran untuk pakai jasa konsultan bangunan atau arsitek
juga bisa”. (wawancara, 27 November 2010)

Ada juga pemohon yang tidak mengerti bagaimana mekanisme perhitungan

retribusi secara jelas. Akibatnya mereka ada yang tidak mau datang ke KPPT lagi

untuk membayar dan ada pula yang mengajukan protes kepada pihak KPPT

Surakarta. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diterangkan Ibu Siti Khotimah,

S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta

sebagai berikut :

“Kadang saya temui pemohon yang datang kesini ngeyel mas nggak mau
bayar, alasannya terlalu mahal. Padahal sudah diterangkan dengan jelas lho
mas, lagipula mekanisme perhitungannya sudah ada. Pemohon tinggal lihat
sendiri di brosur/leaflet yang ada di depan. Kalo sudah ketemu pemohon
yang kayak gitu ya sudah mau gimana lagi tinggal pilih kalo mau bayar ya
prosesnya dilanjutin tapi kalo tetep tidak mau bayar ya terpaksa berkas
permohonannya kami kembalikan. Selain itu ada juga pemohon yang tidak
datang-datang kesini untuk bayar. Padahal surat pemberitahuan pembayaran
(SPP) nya sudah diterima sejak lama. Kebanyakan yang kaya’ gitu itu
pemohon yang kena biaya sampai puluhan juta mas. Mungkin mereka tidak
siap atau tidak punya cukup uang untuk bayar. Akhirnya berkas permohonan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mereka mandeg dan cuma numpuk di meja nggak bisa diproses dan SK nya
tidak bisa diterbitkan. (wawancara, 29 November 2010)

Selain itu terdapat juga pemohon yang kurang lengkap syarat-syaratnya tetapi

tidak mau melengkapi. Hal tersebut seperti ungkapan yang disampaikan oleh Bp.

Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Kota Surakarta dibawah ini :

“Salah satu kendala yang dihadapi oleh KPPT Surakarta saat memberikan
pelayanan adalah dari pihak pemohon sendiri. Banyak juga pemohon yang
sukar sekali untuk melengkapi persyaratan. Padahal pegawai disini (KPPT)
sudah mengingatkan syarat-syarat apa saja yang kurang dan meminta mereka
untuk segera melengkapinya. Jangankan melengkapi mas, pemohonnya
dihubungi saja sulit.” (wawancara, 27 November 2010)

5. Sarana dan prasarana seperti komputer dan printer kurang memadai. Komputer

dan printer tersebut berfungsi untuk menyimpan data pemohon dan juga untuk

mencetak dokumen-dokumen perijinan. Di bagian IMB hanya terdapat dua buah

komputer dan satu buah printer saja. Hal itu jelas sekali bisa menghambat para

pegawai untuk bekerja dengan optimal. Bila terjadi lonjakan permohonan maka

akan merepotkan petugas/pegawai dan bisa menyebabkan pelayanan IMB

menjadi terganggu. Hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan oleh Ibu.

Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Fasilitas seperti komputer dan printer di bagian IMB saya rasakan masih
perlu penambahan. Agar nanti pegawai tidak kewalahan apabila terdapat
banyak dokumen IMB yang harus dicetak, kalo printernya cuma satu kan
malah repot nanti mas. Apalagi kalo itu rusak, malah pengurusannya bisa
molor lagi waktunya.” (wawancara, 29 November 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Ruang tunggu yang sempit dan terbatasnya kursi tunggu. Terbatasnya ruangan

yang ada di KPPT Surakarta juga menjadi salah satu hambatan yang dihadapi

oleh KPPT Surakarta dalam memberikan pelayanan terhadap para pelanggannya.

Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutrisno Warga Begalon,

RT.05/04 Panularan Laweyan berikut ini :

“Kalau masalah ruang tunggu pelanggan mas, KPPT masih termasuk kurang,
apalagi ditambah dengan adanya pelayanan PKMS, para pencari PKMS itu
jumlahnya lebih banyak daripada pencari ijin lainnya, sampai-sampai
sebagian pelayanannya dilaksanakan di luar ruangan. Fasilitasnya memang
bagus mas tempatnya juga bersih, tapi sayangnya ruang tunggu kursinya
kurang kalau pas banyak pemohon, umpek-umpekan gitu rasanya, sampe
berdiri nungguin di luar, mas.” (wawancara, 27 November 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di dalam

BAB IV tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu (KPPT) dalam pelayanan penerbitan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) di Kota Surakarta dikatakan sudah cukup baik. Hal tersebut

dapat dilihat dari ketiga indikator, yaitu produktivitas, kualitas layanan, dan

akuntabilitas.

KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup produktif hal ini bisa dilihat dari

capaian target retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta

dalam 2 tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009. Meskipun capaian retribusi di

tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, karena di tahun 2009

tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar

seperti yang terjadi di tahun 2008. Tapi untuk target tahunan pada 2009 KPPT

Surakarta sudah tercapai. Selain itu produktivitas KPPT Surakarta cukup baik

dilihat dari penyelesaian proses pengurusan IMB meskipun tidak keseluruhan,

karena masih ada faktor yang menghambat yang datang dari luar KPPT seperti

dari Dinas Tata Kota dan juga dari pemohonnya sendiri. Kualitas layanan KPPT

Surakarta secara keseluruhan bisa dikatakan baik. Hal itu bisa kita lihat dari

kesediaan dan ketanggapan pegawai KPPT Surakarta dalam melayani para

pelanggannya serta minimnya keluhan yang masuk ke KPPT Surakarta, meskipun


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ada keluhan hanya sebatas kesalahan manusiawi seperti salah ketik, tetapi hal itu

bisa langsung dengan cepat diselesaikan oleh pegawai KPPT Surakarta. KPPT

Surakarta dalam memberikan pertanggungjawaban juga sudah sangat akuntabel.

Hal tersebut bisa dilihat dari pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas KPPT

Surakarta sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan menurut peraturan

yang berlaku yaitu berdasarkan pada SK Walikota Surakarta No.65/187/1/2005

tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Kota Surakarta.

Pertanggungjawaban juga dilakukan secara rutin dan transparan dalam waktu

tertentu oleh KPPT Surakarta dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kepada

Walikota Surakarta yaitu setiap bulan dan tiap tahun sekali. Materi laporan

tersebut berisi antara lain jumlah pemohon IMB yang masuk dan jumlah SK IMB

yang terbit dalam waktu sebulan beserta keterangan-keterangan lainnya seperti

nama dan alamat pemohon, alamat bangunan, peruntukan dan luas bangunan,

tanggal masuk permohonan dan tanggal diterbitkannya SK, serta tarif retribusi

yang dibayar.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan

pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di KPPT Surakarta

ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1. Pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata

Kota). Pelaksanaan pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum

dilaksanakan oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh

petugas dari DTK sehingga ketepatan waktu penyelesaian masih

tergantung dari kinerja mereka (Dinas Tata Kota). Walaupun dari pihak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi kadang kala

petugas/pegawai dari DTK baru menyerahkan berita acara pemeriksaan

(BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4 hari. Apalagi

pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya dua

orang untuk satu kecamatan. Padahal rata-rata permohonan IMB yang

masuk tiap bulannya diKPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 permohonan.

2. Masih terbatasnya jumlah pegawai di KPPT Surakarta. Pelanggan yang

datang setiap hari di KPPT Surakarta seringkali dalam jumlah banyak, hal

ini tidak diimbangi dengan jumlah petugas pelayanan di KPPT Surakarta,

sehingga terkadang petugas kewalahan dalam melayani para

pelanggannya. Khususnya lagi jumlah pegawai yang mengerti masalah

teknis bangunan sangat sedikit sekali padahal itu dibutuhkan untuk

pelayanan perijinan seperti IMB. Karena pegawai yang berkompeten

dibidang teknik sangat dibutuhkan pada saat proses validasi dokumen

perijinan IMB. Pada proses validasi pegawai bagian IMB akan meneliti

berkas permohonan yang telah masuk. Salah satu yang harus diteliti adalah

gambar atau sketsa bangunan yang telah dibuat oleh pemohon. Namun

hanya ada tiga orang saja yang mengerti masalah teknis mengenai

bangunan khususnya masalah gambar atau sketsa bangunan padahal

sebagian besar masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh para pemohon

saat mengajukan syarat-syarat permohonan adalah pada denah bangunan.

3. Kepala KPPT Surakarta yang terkadang tidak berada ditempat juga dapat

menghambat proses penyelesaian pengurusan IMB. Karena bila Kepala


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KPPT Surakarta sedang melaksanakan tugas dinas di luar kota atau

berhalangan datang, maka untuk sementara waktu SK IMB maupun

dokumen ijin lainnya yang seharusnya ditandatangani, akhirnya terpaksa

ditunda sampai beliau hadir kembali. Hal tersebut akhirnya bisa

menyebabkan proses penyelesaian pelayanan IMB menjadi terhambat dan

bisa melebihi waktu 6 hari.

4. Adanya pemohon yang kurang mengerti syarat-syarat permohonan IMB

terutama masalah gambar atau sketsa bangunan. Banyak sekali ditemui

oleh pegawai KPPT pemohon yang tidak mengerti secara benar mengenai

masalah teknis gambar bangunan. Akibatnya mereka harus bolak-balik ke

KPPT hanya untuk mengurusi masalah gambar bangunan.

5. Sarana dan prasarana seperti komputer dan printer kurang memadai.

Komputer dan printer tersebut berfungsi untuk menyimpan data pemohon

dan juga untuk mencetak dokumen-dokumen perijinan. Di bagian IMB

hanya terdapat dua buah komputer dan satu buah printer saja. Hal itu jelas

sekali bisa menghambat para pegawai untuk bekerja dengan optimal. Bila

terjadi lonjakan permohonan maka akan merepotkan petugas/pegawai dan

bisa menyebabkan pelayanan IMB menjadi terganggu.

6. Ruang tunggu yang sempit dan terbatasnya kursi tunggu. Terbatasnya

ruangan yang ada di KPPT Surakarta juga menjadi salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh KPPT Surakarta dalam memberikan

pelayanan terhadap para pelanggannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran

yang akan penulis sampaikan sehubungan dengan kinerja KPPT dalam

memberikan pelayanan penerbitan IMB di Kota Surakarta, yaitu antara lain :

1. Untuk menunjang kinerja para pegawai KPPT Surakarta khususnya dalam

pelayanan IMB hendaknya diadakan penambahan sarana dan prasarana

yang terasa masih kurang terutama penambahan komputer dan printer.

Apalagi komputer dan printer tersebut merupakan sarana yang sangat vital

yang berfungsi untuk menyimpan data pemohon IMB dan juga untuk

mencetak dokumen-dokumen perijinan IMB. Di KPPT Surakarta sendiri

saat ini hanya terdapat dua unit komputer dan satu printer untuk pelayanan

IMB. Untuk menunjang kinerja pegawai dan mengantisipasi lonjakan

pemohon hendaknya perlu diadakan penambahan dua unit komputer dan

tiga unit printer lagi. Dengan ditambahnya beberapa unit komputer dan

printer tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kinerja

para pegawai.

2. Selain itu perlu juga dilakukan penambahan kursi tunggu bagi para

pelanggan KPPT Surakarta. Karena kursi tunggu yang ada saat ini dirasa

masih kurang mencukupi, apabila terjadi antrian yang panjang banyak

sekali dari pelanggan KPPT Surakarta yang harus menunggu antrian

dengan berdiri bahkan diantaranya juga ada yang sampai menunggu diluar

kantor. Untuk itu penambahan kursi tunggu juga sangat diutamakan demi

kenyamanan pelanggan di KPPT Surakarta.


commit to user

Anda mungkin juga menyukai