id
SKRIPSI
Oleh:
DINI RISTANTI
K1206002
Oleh:
DINI RISTANTI
K1206002
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
61
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Persetujuan Pembimbing,
62
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
63
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1)
kualitas proses pembelajaran berbicara, yaitu kedisiplinan, minat, keaktifan, perhatian dan
kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara; dan (2)
kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa, yaitu kelancaran siswa dalam
berbicara yang meliputi lafal, intonasi/tekanan, kesesuaian cerita dengan gambar
karikatur, struktur cerita, dan kewajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SD
Negeri Cengklik 1 Surakarta dengan subjek siswa kelas 5B yang berjumlah 41 siswa.
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran berbicara yang termasuk
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus yang masing-masing siklus meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap analisis dan refleksi. Tahap perencanaan
tindakan, meliputi: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) mempersiapkan sarana
pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian, dan (4) mengajukan solusi
alternatif berupa penerapan media gambar karikatur untuk pembelajaran berbicara. Pada
tahap pelaksanaan peneliti mengadakan pengamatan apakah tindakan yang telah
dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk
mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.Tahap observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan
menginterpretasikan aktivitas penggunaan media gambar karikatur dalam pembelajaran
keterampilan berbicara serta mengolah data untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan
kualitas hasil dan proses pembelajaran berbicara siswa dengan media gambar karikatur
tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang mungkin muncul. Tahap analisis dan
refleksi dilakukan peneliti dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan
interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagian mana
yang sudah mencapai tujuan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat peningkatan kualitas
pembelajaran keterampilan berbicara, yang meliputi: (1) Peningkatan kualitas proses
pembelajaran keterampilan berbicara tersebut ditandai dengan meningkatnya: (a) jumlah
siswa yang disiplin dalam mengikuti pembelajaran berbicara, (b) jumlah siswa yang
berminat dalam mengikuti pembelajaran berbicara, (c) jumlah siswa yang aktif baik untuk
maju dengan kesadaran sendiri maupun untuk mengeluarkan pendapat saat pembelajaran
berbicara, (d) jumlah siswa yang memperhatikan guru dan siswa lain yang sedang
berbicara, dan (e) jumlah siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran
berbicara, (2) Peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya
jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan berbicara, yaitu: (a)
pada siklus I sebesar 56,1% atau sebanyak 23 siswa, dan (b) pada siklus II diperoleh hasil
ketuntasan belajar sebesar 95,12% atau sebanyak 39 siswa.
64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Isilah hari-harimu untuk mengerjakan sesuatu (sekecil apapun itu) yang berguna
bagi skripsimu (Penulis).
65
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
66
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut
membantu, terutama kepada:
1. Drs. Edy Suryanto, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
2. Dr. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan lancar;
3. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP UNS yang
telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini;
4. Drs. Soeparno, M.Pd., Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk
penulisan skripsi ini;
5. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin
untuk menyusun skripsi ini;
6. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini;
7. Drs. Sutrisno, M.Pd., selaku Kepala SD Negeri Cengklik 1 Surakarta yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan PTK di SD Negeri
Cengklik 1 Surakarta;
67
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Peneliti
68
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………………………………………………………………........... i
PENGAJUAN SKRIPSI…………………………………………………… ii
PERSETUJUAN…………………………………………………………… iii
PENGESAHAN……………………………………………………………. iv
ABSTRAK…………………………………………………………………. v
MOTTO………………………………………………………………......... vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………......... vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal………………………………………………………. 60
B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian……………………….. 64
C. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………. 90
LAMPIRAN………………………………………………………………... 105
70
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Kerangka Berpikir…………………………………………............. 47
2. Alur Penelitian Tindakan Kelas……………………………..................... 57
71
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pedoman Penilaian Hasil Keterampilan Berbicara…………..………….. 24
2. Pedoman Penilaian Proses Keterampilan Berbicara…………………….. 28
3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian………………................... 49
4. Indikator Ketercapaian Belajar………………………………………….. 55
5. Nilai Hasil Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I……………………... 73
6. Nilai Hasil Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II……………………. 86
7. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I dan II………………. 95
8. Hasil Angket Pascatindakan…………………………………………….. 96
72
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pratindakan……………………………………………………………. 105
2. Siklus I………………………………………………............................ 131
3. Siklus II………………………………………………………………... 166
4. Pascatindakan…………………………………………………………. 196
5. Instrumen……………………………………………............................ 205
6. Lain-lain
73
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BABI
PENDAHULUAN
74
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kemampuan berbicara telah diajarkan sejak siswa duduk di kelas I Sekolah Dasar
melalui pembelajaran keterampilan berbicara. Ketika siswa duduk di kelas 5, seharusnya
siswa telah terampil berbicara. Namun, keterampilan berbicara siswa kelas 5B SD Negeri
Cengklik 1 Surakarta masih sangat rendah. Dilihat dari segi proses pembelajaran dapat
diamati misalnya bagaimana siswa dapat menikmati pembelajaran sebagai suatu
kegiatan yang menyenangkan. Artinya, jika suatu pembelajaran tidak berhasil
membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar secara menyenangkan, maka
pembelajaran itu dapat dikatakan tidak efektif (Darmansyah, dkk, 2007: 40).
Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kualitas proses pembelajaran
berbicara yang terjadi pada siswa kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta dapat dilihat
75
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
melalui banyaknya siswa yang mengeluh pada waktu mereka ditunjuk untuk maju
bercerita. Mereka mengeluh karena merasa bingung untuk menentukan materi atau
topik pembicaraan. Semua ini dikarenakan guru belum bisa menerapkan pembelajaran
yang efektif, misalnya dengan menerapkan metode baru atau penggunaan media
sehingga siswa mampu mengembangkan ide untuk menemukan materi pembicaraan.
Berkaitan dengan hal di atas, peneliti dan guru melakukan diskusi untuk
melakukan pembelajaran yang inovatif yakni dengan mencari solusi untuk permasalahan
yang dihadapi siswa, yaitu kesulitan siswa mengembangkan ide dalam menemukan
materi pembicaraan. Setelah melalui proses diskusi antara peneliti dengan guru
disepakati pembelajaran yang inovatif yang akan dilakukan adalah dengan memberikan
rangsangan kepada siswa melalui media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran
yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas dan kegemaran siswa dalam
76
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berbicara adalah melalui media gambar. Hal ini sejalan dengan penemuan penelitian
yang dilakukan Brown (dalam Haryanto, 1998: 13) yang menyatakan bahwa media
gambar diam memiliki sejumlah implikasi bagi pembelajaran, yaitu: (1) penggunaan
gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa, (2) gambar membantu siswa
memahami dan mengingat isi informasi yang terkandung didalamnya, (3) gambar
dengan garis sederhana lebih efektif sebagai penyampaian informasi daripada gambar
dengan bayangan, (4) gambar berwarna lebih memikat perhatian siswa daripada yang
hitam putih, namun tak selalu gambar berwarna merupakan pilihan terbaik untuk
mengajar, (5) jika ingin mengajarkan konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah
gambar diam kurang efektif untuk digunakan, (6) isyarat yang bersifat non-verbal atau
simbol-simbol seperti tanda panah, atau tanda-tanda lainnya pada gambar dapat
memperjelas pesan yang akan dikomunikasikan. Di samping itu, Burhan Nurgiyantoro
(2001: 278) juga mengungkapkan bahwa rangsang yang berupa gambar sangat baik
untuk dipergunakan pada anak-anak usia sekolah dasar ataupun pembelajar bahasa
asing tahap awal.
Peneliti dan guru memilih salah satu media gambar diam yang dapat
dimanfaatkan dalam media pembelajaran untuk keterampilan berbicara, yaitu media
gambar karikatur. Alasan pemilihan media ini karena karikatur sebagai media
komunikasi mengandung pesan tanpa banyak komentar, tetapi cukup dengan rekaan
gambar yang sifatnya lucu dan menarik perhatian siswa apalagi gambar yang disajikan
adalah gambar yang berwarna. Oleh karena itu, diharapkan media ini dapat diterapkan
dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa dalam rangka menarik perhatian
siswa sehingga siswa merasa berminat dan termotivasi untuk menyampaikan pesan
yang ada di pikiran melalui perantara karikatur untuk selanjutnya diwujudkan dalam
bentuk bahasa yang disuarakan (berbicara).
Sri Anitah (2009: 12) menyatakan bahwa gambar yang berwujud karikatur ini
dapat digunakan sebagai media komunikasi untuk semua tingkatan sosial, mulai dari
orang-orang yang tidak bersekolah sampai pada orang yang berpendidikan tinggi.
Karikatur juga dapat berbicara dengan bahasa yang universal tanpa memerlukan
penjelasan. Bentuknya selain menarik, juga dapat mengikat perhatian orang dan
memperjelas ide atau informasi yang dikemukakan.
77
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut Toety Heraty Noerhadi (dalam Ruby, 2008:3) menyatakan bahwa
karikatur merupakan gambaran yang diadaptasi dari realitas, tokoh-tokoh yang
digambarkan adalah tokoh-tokoh bukan fiktif yang ditiru untuk memberikan persepsi
tertentu terhadap pembaca. Oleh karena itu, persepsi yang diberikan oleh pembaca
atau penikmat karikatur berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga persepsi ini yang
kemudian akan bisa memicu timbulnya kemampuan berbicara pada siswa setelah
mereka melihat gambar karikatur.
Langkah ini akan memberikan gambaran pada siswa untuk berbicara, serta
meningkatkan keterampilan siswa dalam hal kelancaran berbicara dengan bahasa yang
baik dan benar. Atas dasar itu, maka peneliti merasa perlu meneliti hal di atas.
Penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan media gambar
karikatur dilakukan agar pembelajaran berbicara yang efektif dapat diterapkan oleh guru
sehingga keterampilan siswa dalam berbicara baik itu proses maupun hasilnya dapat
ditingkatkan melalui media gambar karikatur.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah:
78
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kualitas:
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pembelajaran keterampilan
berbicara.
b. Media gambar karikatur dapat dipergunakan sebagai media alternatif bagi
guru di sekolah lain dalam mengajarkan keterampilan berbicara yang lebih
menyenangkan bagi siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dengan diterapkannya media karikatur dalam pembelajaran berbicara,
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran berbicara.
b. Bagi Guru
Guru mampu mengondisikan pembelajaran bahasa Indonesia lebih khusus
pembelajaran berbicara menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, dengan
menggunakan media gambar karikatur, guru juga dapat membantu siswa
dalam mengatasi kesulitan mengekspresikan gagasan yang ada di pikiran
siswa melalui kegiatan berbicara.
c. Bagi sekolah
79
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teoretik
Hakikat Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Pengertian Berbicara
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain
melalui kegiatan komunikasi yang tentunya membutuhkan bahasa sebagai
medianya. Salah satu keterampilan yang sangat mendukung kegiatan
komunikasi tersebut adalah berbicara. Tarigan (1993: 8) menyebut komunikasi
sebagai jalan yang mempersatukan para individu ke dalam kelompok untuk
menciptakan dan menetapkan suatu tindakan. Dengan demikian komunikasi
merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan gagasan-gagasan
pribadi kepada orang lain dengan memerankan bahasa sebagai mediumnya.
Oleh Winarno Surakhmad (1986: 144), bahasa diperankan sebagai medium
komunikasi utama bagi kehidupan manusia baik di dalam hubungan sosial
sehari-hari maupun hubungan interaksi edukatif.
Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai suatu kombinasi
dari tindakan-tindakan yang mengandung maksud dan tujuan tertentu. Tarigan
(1993: 11) mengungkapkan bahwa komunikasi ialah serangkaian perbuatan
komunikasi yang dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan atau
mencapai maksud-maksud tertentu. Ditambahkannya pula bahwa komunikasi
merupakan tujuan utama dari kegiatan berbicara. Dengan berbicara, seseorang
akan menyampaikan (mengomunikasikan) pesan kepada orang lain.
Hal senada diungkapkan oleh Sudarwan Danim (1995:2) bahwa,
“komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan media, simbol atau tanda untuk mencapai
tujuan tertentu”. Media, simbol atau tanda ini, oleh Ahmad Rofi’udin dan
Darmiyati Zuhdi (2001:7:) diartikan sebagai seluruh komponen yang berkaitan
dengan kegiatan berbicara, seperti faktor kebahasaan dan non-kebahasaan.
81
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Penyimak
Keberhasilan berbicara, dapat dilihat pertama kali pada penyimak atau
pendengar. Cara yang digunakan adalah dengan menganalisis situasi
dan kebutuhan tingkat pendidikan pendengar. Dengan cara ini akan
menghindarkan dari kesalahan-kesalahan dalam berbicara.
2) Pembicaraan
Sebelum pembicaraan berlangsung, maka pembicara seharusnya
mempersiapkan apa yang akan dibicarakan, di antaranya:
a) menentukan materi;
b) menguasai materi;
c) memahami khalayak;
d) memahami situasi; dan
e) merumuskan tujuan yang jelas.
3) Media dan Sarana
Pembicaraan dapat disampaikan dengan lebih menarik jika didukung
dengan memberikan ilustrasi yang tepat, dan menggunakan alat bantu
yang tepat. Misalnya menggunakan kaset, komputer, gambar.
4) Pembicara
Pembicara adalah unsur penting yang menentukan efektivitas retorik.
Syarat pembicara yang baik, di antaranya:
a) memiliki pengetahuan yang luas;
b) kepercayaan diri yang cukup;
86
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan:
I. Lafal
Kemampuan mengucapkan bunyi (vokal, konsonan) secara benar dapat
dinilai dengan indikator:
97
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II. Intonasi/tekanan
Naik dan turunnya suara, serta ketepatan penekanan suku kata dapat
dinilai dengan indikator:
V. Kelancaran/kewajaran
99
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jumlah siswa
persentase
I = kedisiplinan
II = minat
III = keaktivan
IV = perhatian
V = kesungguhan
selain buku teks, yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam
suatu situasi belajar-mengajar (Wilkinson, 1984:5).
103
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
agar dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat dan akurat. Secara
khusus, Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153-154) mengungkapkan
beberapa tujuan digunakannya media pengajaran, yaitu:
Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi
“verbalisme”.
Memperbesar perhatian para siswa.
104
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menjadi lebih menarik; (3) proses belajar siswa menjadi lebih interaktif; (4)
jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi; (5) kualitas belajar siswa dapat
ditingkatkan; (6) proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja; (7)
sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan; serta (8) peran guru dapat berubah ke arah yang
lebih produktif.
Salah satu poin tentang fungsi media pendidikan dalam proses belajar
mengajar yang dikemukakan Arief S. Sadiman, dkk (2009: 17) terasa sangat
tepat bila dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dijelaskan di
sana bahwa dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi, maka sikap pasif anak didik dapat teratasi. Secara detail, diungkapkan
pula, media berfungsi sebagai penumbuh gairah belajar, memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan kenyataan,
serta memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri menurut minat dan
kemampuannya. Peran dan kegunaan, media alam proses belajar mengajar,
yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat
digunakan sendiri oleh siswa.
Sebagai alat bantu, efektivitas media itu sangat tergantung pada cara
dan kemampuan guru yang memakainya (Basuki Wibawa dan Farida Mukti,
2001: 13). Dengan keefektifan itulah, maka peningkatan kualitas pendidikan
sebagai salah satu usaha pemanfaatan fungsi media pembelajaran akan
mencapai keberhasilan.
1) Berdasarkan karakteristiknya
a) Media yang memiliki karakteristik tunggal, sebagai berikut:
(1) radio: memiliki karakteristik suara saja;
106
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(3) TV dan VTR: memiliki karakteristik suara, gambar, gerak, (garis dan
tulisan);
a) Lama presentasi, yaitu: (1) presentasi sekilas dan (2) presentasi tak
sekilas.
b) Sifat presentasi, yaitu: (1) media dengan presentasi kontinyu dan (2)
media dengan presentasi tak kontinyu.
3) Berdasarkan pemakainya
Berdasarkan jumlah pemakainya, media dapat dapat dibedakan atas: (1)
media untuk kelas besar, (2) media untuk kelas kecil, dan (3) media untuk
belajar secara individual.
(dalam Mulyani Sumantri dan Johar Per- mana, 2001: 157-158) membagi media
sebagai berikut: (1) media visual, (2) media audio, (3) media audio-visual, dan (4)
media asli dan orang. Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2006: 37)
mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu (1) media cetakan, (2)
media pajang, (3) overhead transparancies, (4) rekaman audio tape, (5) sere
slide dan file strups, (6) penyajian multiimage, (7) rekaman video, dan (8)
komputer.
108
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Hendaknya kita memilih media yang sesuai dengan metode yang kita
pergunakan.
4) Hendaknya kita memilih media yang sesuai dengan materi yang akan kita
komunikasikan.
5) Hendaknya kita memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, baik
ditinjau dari segi jumlahnya, usianya, maupun tingkat pendidikannya.
6) Hendaknya kita memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan tempat media itu kita pergunakan.
7) Hendaknya kita memilih media yang sesuai dengan kreativitas kita.
8) Sebagai catatan tambahan, janganlah kita menggunakan media tertentu
dengan alasan bahwa media tersebut merupakan barang baru atau karena
media tersebut merupakan satu-satunya media yang kita miliki, (Soeparno,
1988: 10-11).
1) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dengan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi
siswa.
4) Media yang akan digunakan harus efektif dan efisien.
Sepaham dengan pendapat di atas, Mulyani Sumantri dan Johar
Permana (2001: 156-157) mengungkapkan prinsip-prinsip pemilihan media
pembelajaran, yaitu:
111
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Diagram
c. Bagan
Bagan adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara
diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual, untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang menunjukkan perkembang- an
ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu dan
ruang.
Poster
Poster adalah gambar yang besar, yang memberi tekanan pada satu
atau dua ide pokok sehingga dapat dimengerti dengan melihatnya
sepintas lalu.
b. Peta
Peta adalah gambar permukaan bumi atau sebagian daripadanya.
Dengan peta orang dapat memvisualisasikan apa yang ada di permukaan
bumi ini dan menentukan tempat kejadian sesuatu.
113
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Gambar Representasi
115
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kerangka Berpikir
Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pemerolehan informasi/
keterampilan. Keberhasilan dalam belajar berhubungan dengan cara pengajaran dan
seberapa besar minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Demikian pula
dengan penggunaan pendekatan dalam pembelajaran juga mempengaruhi keberhasilan
dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mencari solusi yang dapat digunakan
untuk mengajarkan pembelajaran berbicara di sekolah agar siswa tertarik untuk
120
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengikuti pembelajaran tersebut, serta bekerja sama dengan guru kelas untuk mencari
media yang tepat untuk digunakan dalam mengajarkan materi berbicara kepada siswa.
Media yang dipilih, yaitu media gambar karikatur. Media ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa dalam pembelajaran berbicara, minat siswa terhadap
pembelajaran berbicara atau paling tidak responsnya pasti akan berbeda. Maksudnya,
ada siswa yang suka dan ada pula yang tidak. Tetapi di sisi lain, hampir keseluruhan
siswa menyukai media gambar karikatur karena dirasa sangat membantu siswa untuk
menyampaikan pesan melalui kegiatan berbicara. Kedua hal tersebut bila digabungkan,
maka akan menjadi sebuah solusi yang cukup menarik. Selain itu, dengan menerapkan
media gambar karikatur dalam pembelajaran berbicara, siswa akan mendapatkan
pengalaman baru dalam belajar, khususnya belajar keterampilan berbicara.
Adapun alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Kondisi awal
121
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Erma Lestari (2008)
dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara
dengan Menggunakan Media Komik Tanpa Kata Pada Siswa Kelas 10-8 SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008”. Di dalam hasil penelitian tersebut dijelaskan
bahwa media komik tanpa kata dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat
diajukan sebuah hipotesis bahwa :
“Melalui media gambar karikatur kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan
berbicara siswa kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta dapat ditingkatkan”.
123
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Maret 2010.
Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Oktober 2009, pelaksanaan
pembelajaran pada bulan November sampai Desember 2009 dan penyusunan laporan
pada bulan Januari sampai Maret 2010. Secara rinci jenis kegiatan dan waktu
pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
1. Persiapan x xxx
survei awal
sampai
penyusunan
proposal
2. Seleksi xxx xx
informan,
penyimpanan
instrumen dan
alat
3. Pengumpulan xx
data
124
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Analisis data xx xx
5. Penyusunan xxx x
laporan
Subjek Penelitian
Akibat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya peneliti tidak mencari
semua informasi sebagai subjek kajian dalam penelitian ini. Peneliti hanya mengambil
informasi dari guru kelas 5B dan siswa kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta.
Pengumpulan data dari siswa dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara
dan soal-soal tes pada siswa untuk kemudian dianalisis sebagai sumber data.
125
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yakni, berbagai
kegiatan pembelajaran berbicara yang berlangsung di dalam kelas yang dialami
oleh siswa 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta dengan penggunaan media
karikatur.
2. Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan guru kelas 5B SD Negeri
Cengklik 1 Surakarta.
3. Dokumen berupa foto-foto peristiwa yang berupa foto kegiatan pembelajaran
berbicara, hasil tes siswa, rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru
dan peneliti, silabus yang ditentukan oleh pihak sekolah serta hasil angket yang
terisi oleh siswa kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta.
1. Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran berbicara
yang berlangsung di kelas. Observasi ini bertujuan untuk mengamati
perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas.
2. Teknik Tes
Adapun teknik tes digunakan dengan maksud untuk mengetahui perubahan
hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran berbicara dengan
menggunakan media karikatur. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam
pengambilan data dengan menggunakan tes adalah dengan menyiapkan
perangkat bahan tes, menilainya serta mengolah data dari hasil kegiatan
pembelajaran. Dalam penelitian ini guru melaksanakan dua kali tes, yakni pre-tes
untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pembelajaran keterampilan
berbicara, serta post-tes untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan media karikatur.
3. Angket
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta informan
untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang
digunakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informasi yang
jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk diwawancarai satu per satu.
Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas 5B SD Cengklik 1
Surakarta yang berjumlah 41 orang.
4. Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari guru dan siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran berbicara di dalam kelas. Wawancara mendalam
(indepth interview) digunakan untuk mencari informasi mengenai kesulitan yang
dialami oleh guru dalam pembelajaran berbicara, dan faktor-faktor penyebabnya.
Wawancara yang digunakan untuk mencari data dari siswa menggunakan teknik
wawancara berstruktur secara tertulis dan lisan.
5. Analisis Dokumen
128
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Triangulasi metode, teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah
diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari data wawancara dan
angket siswa. Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil observasi dengan data
yang berasal dari siswa diperoleh melalui observasi, angket, dan teknik wawancara
berstruktur.
2) Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji satu data yang
diperoleh dari sumber data yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan keabsahan
antusias siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan trianggulasi
sumber data dari siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa
foto pembelajaran dan catatan lapangan.
3) Review informan, teknik ini digunakan untuk menanyakan informan, apakah data
yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum, sudah sesuai dengan
kesepakatan atau belum.
kerja sama antara peneliti dan guru. Analisis kritis terhadap keterampilan berbicara
mencakup ketepatan siswa dalam menggunakan faktor kebahasaan dan non-
kebahasaan dalam praktik berbicara serta kualitas proses pembelajaran yang diukur
melalui keaktivan, kedisipilanan, minat, perhatian, dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara pada setiap siklus.
130
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kemampuan 70% Diukur dari hasil tes kemampuan berbicara siswa secara
siswa dalam
lisan dan dihitung dari jumlah ketuntasan belajar.
melakukan
aktivitas
berbicara
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Sarwiji Suwandi (2004: 119-120) mengungkapkan bahwa PTK
merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari
permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,
kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan
tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam PTK
adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru (dan bersama pihak lain)
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat
keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program
tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan
penelitian siklus berikutnya (siklus kedua) untuk mencoba tindakan lain (alternatif
pemecahan lain sampai permasalahan dapat diatasi).
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PTK, perlu
diketahui karakteristik dari PTK itu sendiri. Menurut Rochman Natawidjaya
(dalam Sarwiji Suwandi, 2004: 119-120) karakteristik PTK meliputi:
1. Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk
menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan.
2. Diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor-faktor
yang telah ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian.
3. Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas.
4. Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan).
5. Banyak mengandalkan data yang diperoleh secara langsung dari pengamatan
atas perilaku serta refleksi peneliti.
6. Bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilaksanakan dalam bentuk studi
kasus.
131
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Refleksi I Pengamatan/
pengumpulan data I
Permasalahan
Perencanaan tindakan Pelaksanaan Tindakan
baru hasil refleksi
II II
Refleksi II Pengamatan/
pengumpulan data II
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, dkk, 2008: 74)
Keterangan:
132
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti dan guru
kemudian berdiskusi untuk menemukan alternatif. Alternatif yang disepakati antara
peneliti dan guru adalah media pembelajaran berbicara yang berupa gambar karikatur.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru
menetukan solusi yang tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan
tindakan meliputi:
3. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas
penggunaan media gambar karikatur dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Dalam kegiatan ini, peneliti berperan sebagai partisipan pasif. Maksudnya, peneliti
berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif. Peneliti hanya mengamati
dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
berbicara. Setelah itu, peneliti mengolah data untuk mengetahui ada atau tidak
peningkatan kualitas hasil dan proses pembelajaran berbicara siswa dengan media
gambar karikatur tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang mungkin muncul.
133
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tindakan ini dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi
dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagian
mana yang sudah mencapai tujuan penelitian. Dalam melakukan refleksi, peneliti harus
bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Selain itu, peneliti dengan guru
mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan yang telah dilakukan). Setelah itu ditarik
kesimpulan penelitian yang dilakukan, berhasil atau tidak sehingga peneliti dan guru
dapat menetukan langkah selanjutnya.
134
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
Survei kondisi awal dilakukan peneliti pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009
pukul 09.15 WIB dan hari Rabu, 14 Oktober 2009 (selama 2 x 35 menit). Survei
kondisi awal dilakukan peneliti untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di
lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Keadaan yang perlu
diteliti meliputi proses dan kemampuan keterampilan berbicara siswa kelas 5B SD
Negeri Cengklik 1 Surakarta. Kondisi awal tersebut digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti dan guru pada saat
siklus dilakukan.
Survei awal yang dilakukan peneliti meliputi beberapa langkah berikut: (1)
wawancara dengan guru dan siswa, (2) observasi lapangan, dan (3) angket.
Wawancara dilakukan dengan guru pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009 pukul 09.15
WIB. Wawancara ini dilakukan selama kurang lebih 15 menit. Dalam waktu 15
menit, peneliti mendapatkan informasi dari guru bahwa terdapat kendala dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran keterampilan
berbicara. Hal ini diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa sedikit sekali siswa
dalam satu kelas yang bisa dijadikan kandidat dalam perlombaan keterampilan
135
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berbicara. Guru juga menyatakan hanya bisa menemukan satu atau dua orang
siswa saja dalam satu kelas yang terampil dalam berbicara sehingga tidak perlu
diadakan seleksi di sekolah.
Rendahnya kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara dikarenakan
guru merasa kesulitan dalam memotivasi siswa agar mau berbicara di depan kelas.
Selain itu, siswa juga kurang berantusias dalam pembelajaran keterampilan
berbicara. Metode yang digunakan guru belum bisa meningkatkan hasil dari
pembelajaran keterampilan berbicara. Guru juga belum menggunakan media yang
dapat merangsang siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Padahal
salah satu kesulitan siswa adalah mereka merasa bingung untuk mengungkapkan
ide atau materi yang hendak mereka jadikan materi atau topik berbicara di depan
kelas.
Tahapan selanjutnya pada survei awal ini, yaitu observasi pratindakan.
Observasi pratindakan dilakukan peneliti 4 hari setelah wawancara dengan guru,
yakni hari Rabu, 14 Oktober 2009 pukul 09.15 WIB (selama 2x35 menit). Dalam
tahap observasi ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil
tempat duduk paling belakang agar lebih leluasa mengamati proses pembelajaran.
Fokus peneliti tertuju pada aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan
keadaan sebagai berikut:
1. Kedisiplinan dan Kesiapan Siswa Mengikuti Pembelajaran Berbicara
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses
pembelajaran berlangsung, terungkap bahwa kedisiplinan dan kesiapan siswa
kurang terhadap pelajaran. Hal ini terlihat dari adanya siswa yang masih
bercanda dengan teman sebangkunya saat proses pembelajaran berlangsung.
Ketidaksiapan siswa sangat terlihat pada waktu guru menyampaikan bahwa
pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa adalah berbicara. Secara spontan
mereka berteriak dan mengeluh. Adapula siswa yang meminta membawa buku
ke depan kelas saat ditunjuk.
136
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
138
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Penguasaan Kelas
Posisi guru saat mengajar hanya di depan kelas. Guru tidak berkeliling
kelas atau memantau siswa yang duduk di belakang sehingga banyak siswa
yang duduk di belakang tidak memperhatikan pelajaran. Mereka dapat leluasa
melakukan kegiatan pribadi, seperti bercanda dengan teman, bermain kertas,
dan melamun.
Tahap selanjutnya dalam penelitian survei awal ini adalah melengkapi data
dengan kegiatan pengisian angket pratindakan yang dilakukan oleh siswa.
Pengisian angket ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa terhadap
pembelajaran keterampilan berbicara. Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 14
Oktober 2009. Angket tersebut berisi 7 pertanyaan yang masing-masing
pertanyaan sudah terdapat pilihan jawabannya. Dari hasil pengisian angket
diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang berminat terhadap pembelajaran
keterampilan berbicara sebesar 17 % atau sejumlah 7 dari 41 siswa.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, peneliti dan guru melakukan diskusi
untuk mencari solusi kendala-kendala yang dialami siswa dalam proses
pembelajaran keterampilan berbicara. Dari diskusi tersebut, diperoleh kesepakatan
bahwa peneliti dan guru akan bersama-sama melakukan penelitian tindakan kelas
dengan mengambil judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan
Media Gambar Karikatur Siswa Kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010”.
140
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
telah ditentukan (hal-hal atau fitur-fitur yang ada dalam gambar dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari).
g) Siswa diberi kesempatan untuk mengamati gambar karikaturnya masing-masing
berdasarkan hal-hal yang telah ditentukan (hal-hal atau fitur-fitur yang ada
dalam gambar dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari).
h) Siswa satu per satu maju untuk bercerita mengenai hasil pengamatannya
tentang gambar karikatur tersebut.
i) Guru menyimpulkan proses berbicara melalui pengamatan gambar karikatur
yang telah dilakukan.
j) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal sulit dalam
pembelajaran berbicara yang telah dilaksanakan.
k) Guru bersama siswa melakukan refleksi.
l) Guru menutup pelajaran.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan selanjutnya
didiskusikan dengan peneliti.
3) Guru dan peneliti mempersiapkan media yang berupa gambar karikatur untuk
pembelajaran keterampilan berbicara. Gambar yang dipilih adalah gambar
karikatur berwarna dengan tema “Aktivitas Sehari-hari”.
4) Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian berupa penilaian tes dan
non-tes. Instrumen tes dinilai dari hasil praktik berbicara siswa (sesuai
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai). Instrumen non-tes dinilai
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan berdasarkan
rubrik penilaian proses pembelajaran berbicara yang meliputi: (a)
kedisiplinan, (b) minat, (c) keaktivan, (d) perhatian, dan (e) kesungguhan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
5) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus I.
Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan dalam siklus 1 dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu, 4 November 2009 dan hari Sabtu,
7 November 2009.
141
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan 1
Seperti yang telah direncanakan oleh peneliti dan guru, tindakan siklus 1
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu, 4 November 2009 dan
hari Sabtu, 7 November 2009 di ruang kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta.
Pada pertemuan pertama, pelaksanaan tindakan berlangsung selama 2 x 35 menit,
dan dilaksanakan pada pukul 09.15 WIB. Selanjutnya, untuk pertemuan kedua,
dilaksanakan pada pukul 08.10 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran keterampilan
berbicara pada tindakan siklus 1 ini meliputi:
1) Guru mengondisikan kelas dan melakukan presensi.
2) Guru menjelaskan tentang kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dalam pembelajaran berbicara.
3) Apersepsi tentang keterampilan berbicara dengan menggali pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi menceritakan hasil
pengamatan gambar karikatur dengan bahasa yang baik dan benar.
4) Siswa menerima gambar karikatur dari guru.
5) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai maksud pembelajaran
berbicara yang akan dilakukan dengan gambar karikatur.
6) Siswa mendengarkan contoh yang diberikan guru dalam bercerita dengan
melakukan pengamatan terhadap gambar karikatur berdasarkan hal-hal yang telah
ditentukan (hal-hal atau fitur-fitur yang ada dalam gambar dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari).
7) Siswa diberi kesempatan untuk mengamati gambar karikaturnya masing-masing
berdasarkan hal-hal yang telah ditentukan (hal-hal atau fitur-fitur yang ada dalam
gambar dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari).
8) Siswa satu per satu maju untuk bercerita mengenai hasil pengamatannya tentang
gambar karikatur tersebut.
9) Guru menyimpulkan proses berbicara melalui pengamatan gambar karikatur yang
telah dilakukan.
10) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal sulit dalam
pembelajaran berbicara yang telah dilaksanakan.
142
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(2) Guru jarang menegur siswa yang tidak fokus dalam pembelajaran.
Siswa yang tidak fokus pada pembelajaran hanya ditegur satu kali
pada waktu apersepsi.
b) Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu:
(1) Siswa kurang disiplin pada waktu mengikuti pelajaran berbicara.
Banyak aktifitas yang dilakukan siswa di luar kegiatan pembelajaran
seperti melamun, berbicara dengan teman sebangku, dan bercanda.
(2) Pada waktu maju, pandangan siswa hanya tertuju pada gambar.
(3) Pada waktu ada siswa yang maju, banyak siswa yang tidak
mendengarkan (perhatian siswa kurang).
(4) Ada beberapa siswa yang mengeluh karena mendapatkan gambar
yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
(5) Saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa pada waktu
pembelajaran, hanya beberapa siswa yang aktif memberikan
pertanyaan dan menanggapinya.
(6) Ada beberapa siswa yang masih lupa dengan bagian cerita yang
mereka ceritakan di depan kelas.
c) Kelemahan dari penggunaan media gambar karikatur
(1) Gambar karikatur yang tidak berwarna tidak begitu menarik perhatian
siswa sehingga ada beberapa siswa yang mengeluh jika mendapatkan
gambar yang tidak berwarna (hitam putih).
(2) Siswa belum begitu memahami tentang cara bercerita dengan gambar
karikatur.
15) Keberhasilan proses pembelajaran berbicara siklus I dapat dilihat dari
beberapa indikator berikut ini:
a) Kedisiplinan
Siswa yang menunjukkan kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran
berbicara dengan media gambar karikatur sebanyak 23 siswa atau sekitar
56,1%. Hal ini diperoleh dari penilaian sikap siswa yang sudah
menunjukkan kedisiplinan di kelas, seperti kedisiplinan dalam kesiapan
mengikuti pelajaran dan melaksanakan prosedur pembelajaran berbicara.
146
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Minat
Siswa terlihat lebih antusias terhadap pembelajaran berbicara dengan
gambar karikatur dibandingkan tanpa media apapun. Minat siswa, peneliti
nilai dari antusias siswa untuk mengikuti setiap aturan main dalam
pembelajaran keterampilan berbicara. Siswa juga tidak mengeluh pada
waktu mereka melakukan kegiatan berbicara di depan kelas. Siswa yang
menunjukkan minat terhadap pembelajaran berbicara dengan media
gambar karikatur sebanyak 63,41% atau sejumlah 26 siswa.
c) Keaktifan
Keaktifan siswa pada waktu proses pembelajaran berbicara dilihat dari
keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat, bertanya dan berani
maju dengan kesadaran sendiri. Siswa yang sudah menunjukkan keaktifan
dengan cara mengungkapkan pendapat bertanya dan maju dengan
kesadaran sendiri sebanyak 24 siswa. Persentase keaktifan siswa yang
peneliti simpulkan dari rubrik penilaian proses pembelajaran keterampilan
berbicara adalah 58,53%.
d) Perhatian
Siswa yang sudah menunjukkan perhatiannya selama proses pembelajaran
berbicara adalah sejumlah 23 siswa. Persentase perhatian siswa sebanyak
56,1%. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil pengamatan selama
pembelajaran berbicara. Siswa memperhatikan guru pada waktu apersepsi,
penyampaian materi, dan evaluasi. Sebagian siswa juga sudah bisa
menjadi pendengar yang baik.
e) Kesungguhan
Kesungguhan siswa yang peneliti nilai adalah dari kesungguhan siswa
dalam melakukan pengamatan terhadap gambar. Siswa terlihat serius dan
bersungguh-sungguh dalam mengamati gambar karikatur. Siswa yang
menunjukkan kesungguhannya dalam pembelajaran berbicara sejumlah 22
siswa atau 53,66%.
16) Ketuntasan hasil belajar yang berupa kemampuan siswa menceritakan hasil
pengamatan atau kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar mencapai
147
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sekitar 56,1%. Hal ini terlihat dari hasil praktik berbicara dan dihitung dari
jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 (batas ketuntasan) ke atas, yaitu
sebanyak 23 siswa.
148
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24 Dina Monika 3 4 4 4 4 19 76 Ya
25 Dinar Andina Pratiwi 4 3 4 3 3 17 68 Ya
26 Imma Rafiana 3 4 3 3 2 15 60 Tidak
27 Indah Arum Sari 4 3 4 4 3 18 72 Ya
28 Is Ma Umi Nur R 3 3 3 4 4 17 68 Ya
29 Mahanani P 4 3 4 3 3 17 68 Ya
30 Swastika Wendy A 3 3 2 3 1 12 48 Tidak
31 Theodora Diani L 2 3 3 2 3 13 52 Tidak
32 Adimas Agustinus 4 3 4 4 4 19 76 Ya
33 Aldevengky T 3 3 4 4 4 18 72 Ya
34 Arif Luqman 3 3 3 3 1 13 52 Tidak
35 Geradus Septi H 4 3 4 3 4 18 72 Ya
36 Ian Danarko P 3 3 4 4 3 17 68 Ya
37 Victor Dhea Komang 3 2 3 3 2 13 52 Tidak
38 Wika Ayudyah P 4 3 3 4 4 18 72 Ya
39 Andrea Sakti P 2 3 2 2 3 12 48 Tidak
40 Erika Prissilia 3 3 3 2 1 12 48 Tidak
41 Fajandra Yoga M 3 4 3 4 3 17 68 Ya
Nilai Rata-Rata 63,73
Ketuntasan Belajar = 56,1% ≤65 = 23 siswa
≥65 = 18 siswa
Keterangan:
I : lafal
II : intonasi
III : kesesuaian cerita dengan gambar karikatur
IV : struktur cerita
V : kelancaran/kewajaran
149
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
151
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memegang stabilo adalah siswa yang maju. Guru melakukan hal ini di
tengah pembelajaran berlangsung.
d) Guru dan peneliti membuat daftar nilai yang akan diisi oleh siswa. Jadi,
siswa disuruh menilai teman yang maju. Hal ini akan membuat siswa
lebih fokus pada waktu menjadi pendengar. Selain itu, siswa yang maju
memiliki semangat baru untuk berbicara sebaik mungkin di depan kelas
karena mereka akan dinilai oleh siswa yang lain.
e) Guru memberikan bimbingan secara khusus terhadap siswa yang kurang
jelas terhadap cara-cara berbicara dengan menggunakan gambar
karikatur.
f) Di akhir pembelajaran hendaknya guru tidak lupa memberikan refleksi,
umpan balik, atau penguatan atas materi yang telah disampaikan.
g) Guru dan peneliti lebih selektif dalam memilih gambar karikatur yang
dipergunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara agar tidak ada
lagi siswa yang mengeluh karena mendapatkan gambar yang tidak sesuai
dengan keinginan mereka.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Setelah peneliti mengetahui kelemahan dan kekurangan yang terdapat
pada tindakan I, peneliti dan guru mengadakan perencanaan yang kedua. Tahap
perencanaan ini dilakukan pada hari Sabtu, 7 November 2009 di ruang guru SD
Negeri Cengklik 1 Surakarta. Diskusi ini ditujukan untuk membuat rancangan
tindakan yang dilakukan pada proses penelitian pada siklus II. Siklus II disepakati
oleh peneliti dan guru akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada
hari Rabu, 11 November 2009 dan hari Sabtu, 14 November 2009.
Tahap perencanaan tindakan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran berbicara dengan
menggunakan media gambar karikatur, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
152
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Peneliti dan guru mempersiapkan lembar penilaian yang akan dibagikan pada
siswa.
5) Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian berupa penilaian tes dan
non-tes. Instrumen tes digunakan untuk menilai hasil praktik berbicara siswa
(sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai). Instrumen non-tes
digunakan untuk menilai proses pembelajaran berbicara yang meliputi: (a)
kedisiplinan, (b) minat, (c) keaktifan, (d) perhatian, dan (e) kesungguhan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan oleh peneliti dan guru, tindakan siklus II
dilaksakan pada hari Rabu, 11 November 2009 dan hari Sabtu, 14 November
2009. Pelaksanaan tindakan silkus II tersebut dilaksankan dalam dua kali
pertemuan dan dilaksanakan di ruang kelas 5B SD Negeri Cengklik 1 Surakarta.
Peneliti masih bertindak sebagai partisipan pasif, yaitu sebagai orang yang
mengamati jalannya proses pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai
pemimpin jalannya proses pembelajaran berbicara dengan media gambar
karikatur. Tema yang dipilih peneliti dan guru dalam pembelajaran berbicara
pertemuan kedua ini masih sama dengan siklus I, yakni tentang “Aktifitas Sehari-
hari”. Posisi peneliti berada di belakang siswa karena dengan posisi seperti ini,
peneliti dapat dengan leluasa mengamati siswa dan guru. Sesekali peneliti berjalan
ke depan kelas untuk memotret siswa yang maju.
Secara rinci, pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama
dilaksankan pada hari Rabu, 11 November 2009 selama dua jam pelajaran, yaitu
pukul 09.15-10.25 WIB.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Guru mengondisikan kelas dengan cara menegur siswa yang masih gaduh atau
belum siap mengikuti pelajaran dan melakukan presensi.
2) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran berbicara
dengan media gambar karikatur.
154
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10) Siswa yang lain menilai kemampuan berbicara siswa yang maju sesuai dengan
pendapat masing-masing di lembar penilaian yang sudah disediakan guru.
11) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran keterampilan
berbicara dengan media gambar karikatur.
12) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal-hal yang dianggap
sulit dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
13) Guru kembali memberikan motivasi bagi siswa yang akan maju pada
pertemuan berikutnya.
155
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14) Guru menyuruh salah satu siswa untuk mengumpulkan lembar penilaian.
Lembar penilaian ini akan dibagikan lagi pada pertemuan kedua.
15) Guru melakukan refleksi, umpan balik, dan menutup pelajaran.
Pertemuan kedua yang merupakan lanjutan dari pertemuan pertama pada
siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 November 2009 selama dua jam
pelajaran, dimulai pukul 08.10 WIB. Adapun urutan pelaksaan tindakan II
pertemuan kedua ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru melakukan apersepsi dan evaluasi pembelajaran berbicara pada
pertemuan sebelumnya.
2) Guru membagikan lembar penilaian pada siswa.
3) Guru kembali memberikan contoh pada siswa dengan bercerita menggunakan
gambar karikatur.
4) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk maju dengan kesadaran
sendiri.
5) Siswa ditunjuk satu-persatu untuk maju.
6) Guru melakukan evaluasi dan refleksi dengan siswa mengenai pembelajaran
berbicara yang telah dilaksanakan.
7) Guru memberikan hadiah pada siswa yang paling bagus dalam bercerita
dengan gambar karikatur.
8) Guru menutup pelajaran.
senang saat menerima gambar dan hanya ada satu keluhan saja dari siswa.
Siswa terlihat aktif, berminat, dan antusias dengan lembar penilaian. Mereka
terlihat lebih bersungguh-sungguh untuk melakukan kegiatan berbicara
karena akan dinilai oleh teman yang lain secara langsung. Keaktifan siswa
dapat terlihat dari pertanyaan yang timbul dari siswa, yakni mengenai lembar
penilaian.
6) Pada waktu guru memberikan kesempatan untuk mengamati gambar, ada
seorang siswa yang sudah bersedia untuk maju atas kesadaran sendiri. Siswa
tersebut diikuti oleh dua orang siswa lainnya. Setelah ketiga siswa tersebut,
siswa yang sudah siap maju tanpa ditunjuk semakin banyak. Ada 9 siswa
yang bersedia maju tanpa ditunjuk setelah mereka bertiga. Pada waktu
mendengarkan cerita teman mereka, siswa yang berperan sebagai pendengar
terlihat lebih serius karena untuk mengisi lembar penilaian yang dibagikan
guru, siswa harus benar-benar memperhatikan siswa yang sedang bercerita.
7) Ada beberapa siswa yang ingin maju lagi karena mereka merasa belum puas.
Guru melakukan pendekatan pada siswa tersebut untuk memberikan
pengertian karena keterbatasan waktu sehingga mereka tidak diperkenankan
maju lagi. Penjelasan tersebut diterima oleh siswa tersebut.
8) Guru melakukan selingan dengan cara guru menyuruh siswa bernyanyi dalam
rangka menunjuk teman yang maju. Caranya, guru menyediakan stabilo,
kemudian siswa disuruh secara bergiliran membuka dan menutup kembali
stabilo tersebut. Siswa yang lain bernyanyi. Pada waktu lagu berhenti atau
selesai, siswa yang memegang stabilo adalah siswa yang maju. Siswa
nampak berantusias dan senang mengikuti selingan dari guru. Siswa bertepuk
tangan sambil bernyayi, bahkan sebagian besar dari mereka tertawa pada saat
melihat ada teman yang mendapatkan stabilo pada akhir lagu. Siswa yang
mendapat stabilo pun ikut tertawa. Suasana kelas terlihat tidak tegang dan
tidak membosankan lagi.
9) Setelah siswa ke 15, guru mencoba mempersilahkan siswa yang ingin maju
dengan kesadaran sendiri. Ternyata ada satu orang siswa yang berani maju.
(Pada pertemuan kedua, ada 9 siswa yang bersedia maju tanpa ditunjuk).
158
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10) Setelah penunjukkan beberapa siswa dengan cara bernyanyi, guru menunjuk
siswa dengan pengocokan lagi.
11) Setelah semua siswa maju, guru melakukan evaluasi dan refleksi dengan
melakukan tanya jawab dengan siswa. Siswa terlihat aktif untuk memberikan
pertanyaan dan menanggapi pertanyaan dari guru.
12) Sebelum menutup pembelajaran, guru memberikan hadiah pada siswa yang
paling bagus dalam berbicara. Siswa tersebut terlihat sangat senang. Siswa
yang lain menyambut dengan suara gemuruh dan tepuk tangan yang meriah.
Kemudian, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
13) Kelemahan atau kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus II hampir
tidak terlihat lagi. Dengan kata lain, guru telah mampu mengatasi segala
kelemahan yang terdapat pada siklus I dengan baik. Siswa telah menunjukkan
perbaikan sikap selama proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru sudah
bisa menguasai kelas. Penguasaan kelas ini terlihat pada waktu guru sudah
melakukan moving di kelas. Hal ini berarti, guru pada waktu mengajar tidak
hanya berada di depan kelas, tapi juga mengitari kelas. Guru juga melakukan
pendekatan pada siswa yang merasa kecewa karena tidak diperbolehkan maju
lagi. Hal ini membuat kelas terlihat kondusif untuk belajar. Kelemahan yang
masih terlihat adalah masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangku
pada waktu pembelajaran berlangsung. Selain itu, kelemahan lainnya adalah
terletak pada gambar karikatur, yakni masih ada satu siswa yang mengeluh
tentang gambar yang didapatkan. Hal ini dikarenakan agak sulit menemukan
gambar karikatur yang sesuai dengan keinginan siswa.
14) Keberhasilan proses pembelajaran berbicara dengan media gambar karikatur
pada siklus II dapat dilihat dari beberapa indikator berikut ini:
a) Kedisiplinan
Siswa yang menunjukkan kedisiplinan pada siklus II ini meningkat dari
siklus I. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang
menunjukkan kedisiplinaannya dalam mengikuti pembelajaran berbicara.
Kedisiplinan ini berwujud pada perilaku siswa yang sudah menunjukkan
159
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
161
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
162
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V : kelancaran/kewajaran
163
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk berbicara di depan kelas. Peningkatan ini dapat dilihat dari persentase di
siklus I, yaitu sebesar 56,1% menjadi 73,17% di siklus II.
5) Kesungguhan siswa juga meningkat dalam hal mengamati gambar. Mereka
nampak lebih serius dalam memperhatikan fitur-fitur dalam gambar yang akan
mereka jadikan materi atau topik pembicaraan di depan kelas. Hal ini dipicu
dengan adanya tantangan untuk tampil lebih baik dari penampilan sebelumnya
karena penampilan kali ini dinilai secara langsung oleh teman yang menjadi
pendengar. Kesungguhan siswa meningkat dari 53,66% di siklus I menjadi
80,48% di silklus II.
6) Daya imajinasi siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaannya
dalam bentuk cerita menunjukkan peningkatan dari siklus I sebesar 56,1%
menjadi 95,12%. Hal ini terbukti dari 41 siswa yang melakukan praktik
berbicara, 39 siswa sudah mencapai batas ketuntasan, yaitu dengan
memperoleh nilai ≥65.
7) Kelemahan atau kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus II hampir
tidak terlihat lagi. Dengan kata lain, guru telah mampu mengatasi segala
kelemahan yang terdapat pada siklus I dengan baik. Siswa telah menunjukkan
perbaikan sikap selama proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru sudah
bisa menguasai kelas. Penguasaan kelas ini terlihat pada waktu guru sudah
melakukan moving di kelas. Hal ini berarti, guru pada waktu mengajar tidak
hanya berada di depan kelas, tapi juga mengitari kelas. Guru juga melakukan
pendekatan pada siswa yang merasa kecewa karena tidak diperbolehkan maju
lagi. Hal ini membuat kelas terlihat kondusif untuk belajar. Kelemahan yang
masih terlihat adalah masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangku
pada waktu pembelajaran berlangsung. Selain itu, kelemahan lainnya adalah
terletak pada gambar karikatur, yakni masih ada satu siswa yang mengeluh
tentang gambar yang didapatkan. Hal ini dikarenakan agak sulit menemukan
gambar karikatur yang sesuai dengan keinginan siswa.
165
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
166
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa pada waktu mendengarkan teman yang maju, guru melakukan selingan
dengan cara bernyanyi untuk menunjuk siswa yang maju. Lembar penilaian
digunakan guru untuk mengatasi ketidakfokusan siswa pada waktu mendengarkan
teman yang sedang berbicara di depan kelas.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan, guru dapat dikatakan
telah berhasil melaksanakan pembelajaran berbicara dengan menggunakan media
gambar karikatur sehingga mampu menarik minat siswa yang berakibat
meningkatnya hasil berbicara siswa. Dengan media gambar karikatur,
pembicaraan siswa menjadi lebih terarah karena siswa memiliki materi atau topik
pembicaraan. Keberhasilan penggunaan media gambar karikatur dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbicara dapat dilihat dari
indikator-indikator sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Proses dapat dilihat dari indikator-indikator berikut ini:
a. Meningkatnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Pada waktu survei awal atau pada waktu tindakan belum dilakukan, siswa
kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini nampak pada
ketidaksiapan siswa mengikuti pembelajaran. Setelah pelaksanaan
tindakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa kesiapan atau kedisiplinan
siswa dalam mengikuti setiap prosedur pembelajaran meningkat.
Persentase kedisiplinan diperoleh 56,1% (pada siklus I), menjadi 70,73%
(pada siklus II).
b. Meningkatnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Pada waktu survei awal, banyak siswa yang mengeluh pada waktu guru
menjelaskan akan dilaksanakan pembelajaran berbicara. Siswa juga
mengeluh pada waktu guru menyuruh maju. Ada yang mengeluh bingung
karena tidak memiliki topik pembicaraan, ada juga yang lupa dengan
kelanjutan pembicaraan. Setelah dilakukan tindakan, siswa terlihat lebih
antusias dalam proses pembelajaran di kelas. Rasa antusias siswa terlihat
168
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada waktu siswa merasa ingin tahu tentang gambar karikatur. Mereka
juga tidak mengeluh pada waktu ditunjuk.
Peningkatan minat siswa dapat dilihat dari perbandingan persentase minat
siswa antar siklus, yaitu 63,41% (pada siklus I), dan 75,6% (pada siklus
II).
c. Meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Keaktifan siswa di setiap siklus semakin menunjukkan adanya
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan persentase
keaktifan siswa antarsiklus, yaitu 58,53% (pada siklus I) menjadi 78,05%
(pada siklus II).
Pada waktu survei awal, hanya ada satu siswa yang berani maju dengan
kesadaran sendiri (tanpa ditunjuk). Setelah dilakukan tindakan, siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini dapat
dibuktikan dari meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan
mengeluarkan pendapat serta meningkatnya siswa yang maju untuk
berbicara di depan kelas dengan kesadaran sendiri. Media gambar
karikatur telah menumbuhkan keberanian siswa untuk maju tanpa
mengeluh karena mereka merasa sudah siap dengan materi atau topik yang
terdapat dalam gambar karikatur yang sudah mereka amati sebelumnya.
d. Meningkatnya perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Perhatian siswa terhadap guru dan siswa lain yang sedang berbicara di
depan kelas menjadi lebih besar dibandingkan sebelum dilakukan
tindakan. Pada waktu survei awal, banyak siswa yang melakukan aktivitas
sendiri seperti berbicara dengan teman sebangku, menggoda teman lain,
dan melamun. Setelah dilakukan tindakan, perhatian siswa baik terhadap
guru maupun terhadap siswa yang sedang berbicara di depan kelas
menjadi meningkat. Hal ini dipicu dengan adanya lembar penilaian yang
dibuat oleh guru dan peneliti. Mereka menjadi lebih fokus pada waktu
menjadi pendengar karena dituntut untuk menilai teman mereka yang
169
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sedang maju berbicara di depan kelas. Peningkatan ini dapat dilihat dari
persentase di siklus I, yaitu sebesar 56,1% menjadi 73,17% di siklus II.
e. Meningkatnya kesungguhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Kesungguhan siswa juga meningkat dalam hal mengamati gambar karena
mereka merasa tertarik dengan gambar tersebut. Mereka nampak lebih
serius dalam memperhatikan fitur-fitur dalam gambar yang akan mereka
jadikan materi atau topik pembicaraan di depan kelas. Hal ini dipicu
dengan adanya tantangan untuk tampil lebih baik dari penampilan
sebelumnya karena penampilan kali ini dinilai secara langsung oleh teman
yang menjadi pendengar. Kesungguhan siswa meningkat dari 53,66% di
siklus I menjadi 80,48% di siklus II.
2. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari indikator berikut:
Sebelum dilakukan tindakan, siswa terlihat kesulitan dalam mengungkapkan
ide, gagasan, dan perasaan mereka ke dalam aktifitas berbicara. Mereka
bingung karena tidak memiliki materi atau topik untuk dijadikan patokan
dalam berbicara. Akibatnya, banyak siswa yang berhenti sebelum cerita
mereka selesai. Siswa mengaku lupa pada kelanjutan cerita. Semua ini
mengakibatkan rasa malu pada diri siswa sehingga suara mereka menjadi
sangat pelan. Rendahnya kemampuan siswa dalam berbicara dapat dilihat dari
nilai yang diperoleh mereka sebelum tindakan dilaksanakan. Hanya terdapat
16 siswa dari 41 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar. Dapat
dikatakan siswa yang memperoleh nilai ≥65 sejumlah 39,02%.
Setelah dilakukan tindakan, siswa lebih berani dan tidak mengeluh lagi pada
saat mereka maju untuk berbicara. Keberanian siswa ini dikarenakan mereka
sudah memiliki kesiapan yang matang untuk berbicara. Gambar karikatur
yang diberikan guru ternyata menimbulkan daya imajinasi bagi siswa untuk
mengungkapkan ide mereka ke dalam aktifitas berbicara. Akibatnya, siswa
menjadi lebih lancar dalam berbicara dan suara mereka juga cukup lantang.
Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika
melakukan praktik berbicara di depan kelas. Penilaian hasil pembelajaran
170
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Adapun hasil pelaksanan tindakan siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada
rekapitulasi data berikut ini.
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I dan II
No Indikator Presentase
Siklus I Siklus II
1 Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran 56,1% 70,73%
berbicara
2 Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara 63,41% 75,6%
3 Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 58,53% 78,05%
keterampilan berbicara
4 Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran 56,1% 73,17%
keterampilan berbicara
5 Kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran 53,66% 80,48%
berbicara
6 Kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas 56,1% 95,12%
berbicara
172
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Beberapa simpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penggunaan media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran berbicara pada siswa kelas VB SD Negeri Cengklik I Surakarta
terbukti dengan adanya peningkatan proses pembelajaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya kedisiplinan siswa
selama mengikuti kegiatan proses pembelajaran berbicara pda siklus I dan
siklus II. Pada siklus I kedisiplinan siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran berbicara sebesar 56,1%. Peningkatan kedisiplinan siswa
tersebut meningkat pada siklus II, yakni menjadi 70,73%.
b. Meningkatnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
berbicara.
Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya minat siswa selama
mengikuti kegiatan proses pembelajaran berbicara pada siklus I dan siklus
II. Pada siklus I kedisiplinan siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran berbicara sebesar 63,41%. Pada siklus II minat siswa
mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut bisa dilihat
pada persentase minat siswa pada pembelajaran berbicara siklus II, yaitu
sebesar 75,6%.
c. Meningkatnya keaktivan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
keterampilan berbicara.
Pernyataan di atas terbukti dengan meningkatnya keaktivan siswa selama
mengikuti kegiatan proses pembelajaran berbicara pada siklus I dan siklus
II. Pada siklus I keaktivan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
173
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor-faktor dari pihak guru, yaitu
174
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
merumuskan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru hendaknya lebih memotivasi siswa agar berani mengungkapkan ide,
gagasan, serta perasaannnya melalui aktivitas berbicara dengan memilih
atau menggunakan media yang kreatif dan inovatif.
b. Guru hendaknya bisa memunculkan hal-hal baru dalam pembelajaran,
misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang kreatif sehingga
175
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
176
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
177
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Heru Dwi Waluyanto. 2000. “Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual dalam
penyampaian Kritik Sosial”. Dalam Jurnal. http://puslit2.petra.ac.id/
ejournal/index.php/dkv/article/viewFile/16059/16051. Diunduh tanggal
tanggal 12 Juni 2009.
Husain Junus dan Aripin Banasuru. 1996. Bahasa Indonesia Tinjauan Sejarahnya
dan Pemakaian Kalimat yang Baik dan Benar: Sebuah Analisis Teori
Praktis. Surabaya: Usaha Nasional.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya dan Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Martinis Yamin. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Marwoto dan Yant Mujiyanto. 1998. BPK Berbicara II (Sanggar Bahasa dan
Sastra Indonesia). Surakarta: Depdikbud RI UNS Surakarta.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV. Maulana.
Nababan, Sri Utari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: CV. Maulana.
178
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
179
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
180