SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
PENGESAHAN
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
42
Dekan,
ABSTRACT
Cecilia Tyas Rosari Wulandari. “Effort Of Improve Reading Ability Through Media Image On
Mentally Retarded Students Of Elementary Semester II Class III In SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar In The School Year 2009/2010”. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training
and Science Education, Sebelas Maret University, July 2010.
The aim of this study is to find a model by improving the reading skills through the medium
of drawing on student’s second semester of grade III with mentally retarded in SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar in the school year 2009/2010.
The approach used in this study is Class Action Research (CAR). It is a study done by
teacher in the class where he or she teaches by stressing on perfectness or increasing practice and
process in learning the Indonesia Languaghe. The subject of this study is all of elementary class
III students semester II in SDLB Negeri Cangakan Karanganyar in the school year 2009/2010 that
consisting of 5 students.
This study uses descriptive comparative analysis technique, namely by comparing the tes value of
inter-cycles. This study analyzes the students’ test value before using media image and their test
value after using media image two cycles.
Based on the result of processing data it can be concluded that the application of students
learning to read at grade III with mentally retarded in SDLB Negeri Cangakan Karanganyar
through media images that have been executed can be concluded that media images can enhance
students’ ability to read grade III with mentally retarded in SDLB Negeri Cangakan Karanganyar
semester II in the school year 2009/2010. Based on preliminary data known to the average reading
scores reading scores of 58,00. Exhaustiveness classically has reached 60%. In the second cycle,
the average reading scores of 64,00. Exhaustiveness classically has reached 100%.
44
Based on the results of this study concluded that reading ability can be enhanced through
the medium of drawing on students’ grade III with mentally retarded SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar in the school year 2009/2010.
MOTTO
PERSEMBAHAN
46
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................... v
HALAMAN ABSTRACT .................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................... vii
49
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR GRAFIK
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan akhir dari pengajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa terampil dalam
berbahasa, terampil menyimak, terampil membaca, dan terampil dalam menulis. Untuk dapat
terampil dalam berbahasa, haruslah ditunjang dengan pengetahuan lain yang berupa pemahaman
kosakata yang cukup. Dengan demikian kosakata turut berperan dalam menentukan kualitas
keterampilan membaca.
Anak tunagrahita yaitu anak yang mempunyai kecerdasan atau IQ di bawah 84, memiliki
keterbatasan dalam hal berpikir, daya ingatnya rendah, sukar berfikir abstrak, daya fantasinya
rendah, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam membaca. Dalam membaca anak tunagrahita
banyak mengalami kesulitan untuk melafalkan kata yang sesuai untuk mengungkapkan apa yang
diinginkan. Hal ini dapat dimaklumi karena mereka mengalami keterbelakangan mental.
Menurut pandangan umum sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dan lebih terarah, baik di
lingkungan sekolah dan luar sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2003:7) “sekolah
sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen
perubahan, bukan hanya harus peka penyesuaian diri, melainkan seharusnya pula
dapat mengantisipasikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam
kurun waktu tertentu.”
Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan di sekolah harus menyediakan
sarana belajar yang sesuai kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
pengembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pendidikan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai
dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam
rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulum pendidikan
dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang:
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan
menulis, matematika (termasuk menghitung), pengantar sains dan teknologi, ilmu
bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian,
pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, serta bahasa Inggris.
57
sesuatu yang jauh dari jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat
memberikan gambaran tentang maksud bacaan yang ada di dalamnya. Melalui
gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih
konkrit untuk siswa tunagrahita (C). Menurut Gerlach & Ely (dalam Sri Anitah,
2004:22) mengatakan bahwa “gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi
juga seribu tahun atau seribu mil.”
Dalam realitas proses pembelajaran, guru merupakan faktor penentu,
karena guru yang mampu mengerahkan dan mendayagunakan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Dengan melihat gejala dan berbagai pemikiran di
atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul:
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Media Gambar pada Siswa
Tunagrahita Kelas III Semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun
Pelajaran 2009/2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti telah diuraikan di depan, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah media gambar dapat meningkatkan
kemampuan membaca pada siswa tunagrahita kelas III semester II di SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010?.”
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa
tunagrahita kelas III semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun pelajaran
2009/2010.
2. Manfaat Praktis
60
a. Untuk guru
Menemukan alternatif model untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa
tunagrahita kelas III SDLB Negeri Cangakan Karanganyar.
b. Bagi sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran terhadap sekolah dalam rangka peningkatan kemampuan
membaca, sehingga siswa dapat menyelesaikan program pendidikan yang ditempuh dengan
lancar.
c. Bagi peneliti
Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tunagrahita kelas III di SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar dalam meningkatkan kemampuan membaca.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Siswa Tunagrahita (C)
adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah
biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006:
90).
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu
didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)
menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)
keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita
yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan
pekerjaan.
d. Faktor Penyebab Tunagrahita
Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang dapat dilihat
dari beberapa faktor, antara lain faktor dari dalam yang dibawa sejak lahir
(faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya
(faktor eksogen).
Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya
ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa
sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan
lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan
psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor
yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi
pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut
Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui
jenjang sebagai berikut:
1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;
2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur;
3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi;
4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;
5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran;
6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;
7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.
65
Menurut Moh. Amin (2005: 62) anak tunagrahita dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu:
1) Faktor Keturunan, faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria
disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium).
Kelainan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan
baik kepada anaknya yang laki-laki maupun perempuan. Apakah
warisan tersebut akan nampak atau tidak juga tergantung pada
dominan resesifnya kelainan tersebut.
2) Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan
kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam
individu.
3) Infeksi dan keracunan, diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan
adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-
penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya.
Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis,
toxoplasmosis dan keracunan yang berupa: gravidity sindrome yang
beracun, kecanduan alkohol dan narkotika.
4) Trauma, ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya
trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi
dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.
5) Masalah pada kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai by poxia
dapat dipastikan bahwa bayi yang di lahirkan menderita kerusakan
otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga
disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.
6) Faktor lingkungan sosial budaya, lingkungan dapat berpengaruh
terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang
terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab
ketunagrahitaan. Tunagrahita dapat disebabkan oleh lingkungan
yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-
mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang
diperlukan anak pada masa perkembangannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak
tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan
psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran
tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan pada waktu
kecil pernah sakit ecara terus menerus; faktor keturunan, gangguan
metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan
oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan,
dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella
sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.
66
2. Kemampuan Membaca
b. Manfaat Membaca
Membaca memberikan banyak manfaat. Beberapa ahli memberikan
pandangan yang bervariasi tentang manfaat membaca. Berikut dikemukakan
manfaat membaca sebagai berikut.
Menurut Farida Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.” Adapun manfaat membaca adalah: (1) dapat
menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam
kehidupan; (2) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia; (3) dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala
kehidupan; (4) isi yang terkandung dalam teks yang dibacanya dapat segera
dikethaui; (5) membaca intensif dapat menghemat energi, karena tidak
terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak menggangu
orang di sekelilingnya.
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-
hari baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran
69
diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru
untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-
siswanya. Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis
bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan guru dan siswa
tentu perlu dibaca.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan
kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang
meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang
ada di dunia.
Menurut penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
memiliki banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Dengan membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat
menularkan ilmu yang telah kita peroleh kepada orang lain.
c. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa
yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang,
memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh
informasi dan memahami makna bacaan. Menurut Suwaryono Wiryodijoyo
(1999:1) tujuan membaca sebagai berikut:
(1) Membaca untuk kesenangan, materi bacaan berupa roman, novel,
komik; (2) Membaca untuk penerapan praktis, materi bacaan berupa
buku petunjuk praktis, buku resep makanan, modul ketrampilan; (3)
Membaca untuk mencari informasi khusus, materi bacaan berupa
ensiklopedia, kamus, buku petunjuk telepon; (4) Membaca untuk
mendapatkan gambaran umum, materi bacaan berupa buku teori, buku
teks, esay; (5) Membaca untuk mengevaluasi secara umum, materi
bacannya berupa roman, novel, maupun puisi.
Dalam hubungannya dengan tujuan membaca, Djago Tarigan (2005:37)
mengemukakan bahwa:
Tujuan utama membaca adalah memperoleh kesuksesan, pemahaman penuh
terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-
pola teks, pola-pola simbolisme, nada-nada tambahan yang bersifat
70
emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang juga
sarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Burn yang dikutip Farida Rahim (2007:11), tujuan
membaca mencakup:
1) kesenangan;
2) menyempurnakan membaca nyaring;
3) menggunakan strategi tertentu;
4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya;
6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks;
9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Misalkan
pengusaha katering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga
bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk
mendapatkan informasi tersebut. Kemudian, dia bisa merencanakan apa saja
yang harus dibelinya.
Menurut uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca
adalah memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks bacaan
sampai hal yang paling mendetail.
membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor
kesiapan guru dalam pembelajaran (Darmiyati Zuhdi (2007:23-24).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:25), bahwa kemampuan membaca
seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya
adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah
waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak
waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat
komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan.
e. Strategi Membaca
Untuk memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan. Pembaca
menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Strategi membaca pada dasarnya menggambarkan bagaimana pembaca
memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan
tersebut. Menurut Klein yang dikutip Farida Rahim (2007:36) mengategorikan
72
3) Campuran (Electic)
Strategi pemahaman bacaan tidak harus memakai salah satu strategi
saja, siswa dapat mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi
yang ada, termasuk pandangan-pandangan teori dan model pengajaran
membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa digunakan
dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
Berdasarkan kajian teori tentang kemampuan membaca di atas,
dalam penelitian ini indikator aspek kemampuan membaca yang dijadikan
alat ukur meliputi: kemampuan siswa dalam mengucapkan kata-kata dan
memahami makna kata dalam bacaan.
Menurut Anastasi yang dikutip Saifuddin Azwar (2001: 2) “evaluasi berarti penilaian
atau pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku.”
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar
membaca bahasa Indonesia merupakan penilaian yang standar terhadap tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pelajaran membaca bahasa
Indonesia pada kurun waktu tertentu dalam bentuk nilai (angka).
3. Media Pembelajaran
com/2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-
pendidikan/: 1):
Ada dua fungsi utama media pembelajaran.
Fungsi pertama media adalah sebagia alat bantu
pembelajaran, dan fungsi kedua adalah sebagai
media sumber belajar. Kedua fungsi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut (Edgar Dale, 1969.
http://kazzuya.wordpress.com/2009/11/14/media-
pembelajaran-dalam-pendidikan/: 1-2):
1) Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang dimaksud
antara lain: globe, grafik, gambar, dan sebagianya. Materi ajar dengan
tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa
bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh
setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut
abstrak dan rumit/kompleks. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi
melicinkan jalan menuju terrcapainya tujuan pembelajaran.
2) Media pendidikan sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar siswa.
Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
manusia, buku perpustakana, media massa, alam lingkungan, dan media
pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut
membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar
oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa.
Arief S. Sadiman dkk (2003:16-17) mengemukakan bahwa secara
umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis
atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti misalnya:
a) Obyek terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas gambar, film bingkai,
film dan model.
78
b) Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film dan
gambar.
c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high speed
photography atau low speed photography.
3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik
dalam hal ini media berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar.
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.
d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami
kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini
dapat diatasi dengan media pendidikan.
6) Media lingkungan.
Arief Sadiman S., dkk. (2003:10) mengutip dari pendapat Rudi Bretz
sebagai berikut:
Bertz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok
yaitu suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga
yaitu gambar, grafis (line graphic) dan simbol yang merupakan
kontinuum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan.
Di samping itu Bertz juga membedakan media sinar (telecomunication)
dan media rekam (recording) sehingga terdapat delapan (8) klasifikasi
media 1) media audio visual gerak 2) media audio visual diam 3) media
audio visual semi 4) media visual gerak 5) media visual diam 6) media
visual semi gerak 7) media audio 8) media cetak.
Melihat uraian di atas pada dasarnya media dipandang dari ciri-cirinya
ada tiga jenis yaitu suara, visual dan gerak.
4. Media Gambar
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat
memberikan manfaat merangsang minat atau perhatian anak, membantu anak
memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang
menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar
81
B. Kerangka Berpikir
selain itu juga dapat memberikan gambaran tentang maksud dari bacaan. Melalui
gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih
konkrit untuk siswa tunagrahita kelas III SDLB/C Negeri Cangakan Karanganyar
yang dalam pembelajaran membaca didukung dengan media gambar akan
memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding sebelum menerapkan media
gambar.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka digambar bagan
kerangka berpikir sebagai berikut:
C. Hipotesis Tindakan
84
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa
Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas III
SDLB/C Negeri Cangakan Karanganyar pada pembelajaran membaca mata pelajaran bahasa
Indonesia pada semester II tahun pelajaran 2009/2010.
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini subyek penelitian adalah siswa kelas III SDLB/C Negeri
Cangakan Karanganyar berjumlah 5 siswa, yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 2 siswa
perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa tunagrahita kelas III SDLB
Negeri Cangakan Karanganyar sebagai subjek penelitian. Data yang berupa kemampuan membaca
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia diperoleh dengan menggunakan tes setelah dalam proses
pembelajaran menerapkan media gambar.
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini merupakan sesuatu yang paling mendasar
guna keberhasilan suatu penelitian dapat tercapai.
Metodologi penelitian menurut Suharsini Arikunto (2006: 136) “Metode penelitian
adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan
30
Sumadi Suryabrata (2000: 59) berpendapat bahwa “Metode penelitian adalah suatu rangkaian
langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan
masalah”.
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis gunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.
a. Observasi
1) Pengertian Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala
psikis maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi
(Suharsimi Arikunto, 2006: 229).
Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.
2) Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses
dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:
a) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.
b) Observasi Terfokus
86
Agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa,
maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes itu valid
artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Tes
yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan dan mempunyai
taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan siswa. Adapun jenis-jenis validitas
tes menurut Sutrisno Hadi (2000: 111) antara lain: face validity, logical validity,
factorial validity, content validity, external validity, internal validity dan
empirical validity. Adapun uji validitas yang digunakan di sini adalah uji validitas
content validity yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan
88
sesuatu faktor yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi
buatan guru berdasarkan KTSP.
Tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik
tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006: 224). Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan mengahasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Teknik reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dalam pembelajaran matematika sesuai dengan KTSP.
F. Validitas Data
rambu-rambu observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat lengkap dan hati-hati; dan
4) observasi harus dilakukan secara obyektif.
G. Analisis Data
Data berupa hasil tes diklasifisikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut
dianalisis secara desktiprif, yakni dengan membandingkan nilai tes atarsiklus.
Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menggunakan media gambar; dan
nilai tes siswa setelah menggunakan media gambar; sebanyak 2 siklus. Kemudian,
data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan nilai rata-rata pre tes
dengan pos tes siklus I, nilai rata-rata pos tes siklus I dengan nilai rata-rata post
tes siklus II.
H. Prosedur Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc
Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16)
mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari
empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
4. Refleksi atau reflecting
Langkah-langkah penelitian dapat diilustrasikan dalam gambar 3 berikut:
Tindakan
Perencanaan Pengamatan
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan
oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam
siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan
pengamatan sebagai suatu kesatuan. Hasil dari pengamatan dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk
rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seharusnya.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat
kemampuan membaca dilakukan tes. Hasil tes sebagai dasar untuk menentukan
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca.
Tabel 1. Prosedur Penelitian
1 Rencana Tindakan a. Merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan.
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario
pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar.
Siklus e. Mengembangkan format evaluasi.
I f. Mengembangkan format observasi.
2 Pelaksanaan Menerapkan tindakan mengacu pada
Tindakan skenario pembelajaran.
3 Pengamatan Melakukan observasi dengan
memakai format observasi.
4 Evaluasi/Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario pembelajaran dan lain-
lain.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan siklus berikutnya.
d. Evaluasi tindakan I.
e. Refleksi.
91
I. Indikator Kinerja
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
38
93
tidak mengontrol mana siswa yang pasif dalam membaca. Guru tidak mengontrol
atau memberikan bimbingan kepada siswa terhadap kesulitan membaca.
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi kemampuan membaca
dilakukan hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru menyuruh membaca
satu persatu. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau umpan balik
mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi
kemampuan membaca di kelas III SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang
telah diamati tersebut, maka berikut ini dapat disajikan prestasi belajar bahasa
Indonesia yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran bahasa Indonesia materi
kemampuan membaca .
pada kondisi awal ini pembelajaran membaca dapat dikatakan belum mencapai
tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan prestasi belajar membaca yang masih rendah, maka sebagai
guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar bahasa
Indonesia dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas serta didukung
oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan inovasi
pembelajaran dengan menerapkan media gambar dengan tujuan meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan membaca siswa, serta aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi
a) Guru membuka pelajaran, mengadakan presensi sambil memeriksa
siswa apakah sudah siap menerima pelajaran.
b) Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang sudah
diajarkan yaitu bacaan kata.
c) Guru mengajak siswa bersama-sama menyanyikan lagu ”Abjad”
bersama-sama.
2) Kegiatan Inti (45 menit)
a) Guru memberikan informasi mengenai pentingnya membaca dalam
kehidupan sehari-hari bagi siswa.
b) Guru memberikan informasi mengenai materi bacaan yang akan
dipelajari, yaitu membaca kalimat pada gambar.
c) Guru menunjukkan beberapa pias-pias gambar, siswa mengamati
dengan seksama.
d) Siswa bersama-sama guru mengamati serta membaca kalimat pada
pias-pias gambar
96
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum
dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya
pemanfaatan waktu.
Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan kemampuan membaca dan jarangnya tanya jawab dilakukan
antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh
kekurangpahaman siswa akan pentingnya media gambar untuk meningkatkan
kemampuan membaca sehingga masih terdapat siswa yang menghadapi
kesulitan ketika akan mengucapkan suku kata dan kata. Oleh sebab itu, pada
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa agar lebih
mempersiapkan diri dan memperhatikan media gambar yang ditunjukkan guru.
Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa
perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan media gambar yang
dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap
peningkatan kemampuan membaca. Siswa masih perlu dibimbing dan
diarahkan karena aktivitas untuk bertanya masih sangat kurang.
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa
Indonesia siklus II ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu
pertemuan adalah 2 x 35 menit setiap pertemuan. RPP mencakup
100
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi
a) Guru membuka pelajaran, mengadakan presensi sambil memeriksa siswa
apakah sudah siap menerima pelajaran.
b) Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang sudah
diajarkan (membaca nama-nama benda pada gambar)
101
cermat dan cepat melalui media gambar yang diberikan guru. Selama
mendampingi siswa belajar, guru sudah dapat memberikan bimbingan kepada
siswa agar terbiasa dengan pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar,
yang segala sesuatunya yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada
guru.
Dari hasil lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 13 halaman 85)
telah menunjukkan peningkatan yang signifikan, karena aktivitas guru
mengajar telah mencapai 82,50%, aktivitas guru diharapkan terus ditingkatkan
sehingga proses pembelajaran bahasa Indonesia melalui media gambar untuk
meningkatkan kemampuan membaca dapat dipahami oleh guru.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat
siswa diminta mengambil tempat duduk masing-masing, mareka segera
beranjak dari tempat duduk dan siswa segera memperhatikan media gambar
yang dipersiapkan guru.
Pada saat mengamati media gambar materi meningkatkan kemampuan
membaca, seluruh siswa telah menyiapkan diri. Mereka menulis dan membaca
kalimat yang terdapat dalam media gambar. Seluruh siswa sudah mau bertanya
kepada guru untuk menggali beberapa pengalaman yang diingat dari media
gambar sehingga informasi yang didapatkan dari media gambar dapat diserap
oleh siswa.
Pada saat mengerjakan tugas kemampuan membaca, siswa telah
melakukannya dengan segera sehingga waktu yang tersedia dapat diefektifkan
dengan baik. Sebagian siswa sudah aktif dalam bertanya jawab, seluruh siswa
banyak memberikan komentar terhadap materi yang terdapat dalam media
gambar. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa melakukan
tanya jawab saat guru memberikan penjelasan yang terdapat dalam media
gambar. Siswa sudah mulai terbiasa berbicara atau mengeluarkan pendapat di
hadapan teman-temannya.
103
B. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran membaca pada siswa kelas III SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar dilakukan dengan metode ceramah. Dalam proses
pembelajaran ini, masih tampak didominasi oleh segi-segi teoritik. Guru masih
banyak menjelaskan materi pembelajaran secara monoton. Siswa hanya
memperhatikan penjelasan guru sehingga pembelajaran hanya berjalan searah.
Dengan kondisi demikian, siswa sangat pasif selama mengikuti pembelajaran
sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek pembelajaran.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa tidak mendapat bimbingan dari
guru tentang materi yang tidak dapat dikuasai siswa. Berdasarkan tes pada kondisi
awal, diketahui 4 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00. Hanya 1 siswa yang
105
mendapat nilai 60,00. Nilai rata-rata kelas 52,00 dengan tingkat ketuntasan secara
klasikan sebesar 20,00%.
Pada siklus ke II, guru telah melaksanakan aktivitas mengajar dengan baik.
Dari hasil pengamatan pada siklus II diperoleh rerata aktivitas guru 81,50%.
Indikator aktivitas guru dalam pembelajaran rata-rata telah memiliki kriteria baik
dan sangat baik karena telah mencapai batas tuntas.
Aktivitas siswa pada siklus II, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan
baik. Siswa bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Perhatian
siswa terhadap materi yang disampailkan guru melalui media gambar diikuti
dengan senang hati dan dapat memahami apa yang dimaksudkan dalam media
gambar yang diberikan guru.
Data yang diperoleh dari observasi siklus II menunjukkan bahwa aktivitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia materi kemampuan
membaca telah memiliki aktivitas yang diharapkan, rata-rata aktivitas belajar
siswa telah mencapai 81,60% yang diasumsikan telah tuntas.
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai bahasa
Indonesia materi meningkatkan kemampuan membaca sebesar 64,00. Ketuntasan
secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui rerata
yang dicapai sudah memenuhi indikator kinerja dan secara klasikal telah
mencapai batas tuntas.
rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Demikian pula, secara
klasikal belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai kemampuan
membaca sebesar 58,00, sebanyak 3 siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas
belajarnya) dan tinggal 2 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih di
bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal mencapai 60,00%. Berdasarkan data
tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai kemampuan
membaca sebesar 64,00, seluruh siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas
belajarnya). Ketuntasan secara klasikal mencapai 100%. Berdasarkan data
tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang
dilakukan pada pembelajaran membaca melalui media gambar, hasil yang dicapai
siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya
persentase hasil tes yang diperoleh siswa.
Siklus I Siklus II
No. Subyek
Pre Post Ket Pre Post Ket
1 AW 60 65 8,33% 65 70 07,70%
2 BS 50 60 20,00% 60 65 83,33%
3 NS 50 55 10,00% 55 60 09,09%
4 EV 55 60 09,09% 60 65 83,33%
5 YY 45 50 11,11% 50 60 10,00%
Jumlah 260 290 290 320
Rata-rata 52,00 58,00 58,00 64,00
Ketuntasan 20,00% 60,00% 60,00 % 100,00%
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut:
108
70
65
60
55
50
45
40
35
30
AW BS NS EV YY
Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel
perbandingan sebagai berikut:
Tabel 6. Peningkatan Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca Setiap Siklus
Siklus Nilai Rata-rata Peningkatan
Tes Awal 52,00 -
Siklus I 58,00 6,00
Siklus II 64,00 6,00
65
60
55
50
45
40
35
30
Nilai Kemampuan Membaca
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
57
112
DAFTAR PUSTAKA
Salim Choiri, A. dan Munawir Yusuf, 2008. Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan
Khusus. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Sri Anitah, 2004. Media Pengajaran. Surakarta: FKIP UNS.
Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
_____. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Sunaryo Kartadinata. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud,
Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta
Sistematika Proposal dan Pelaporannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book
Publisher.
Sutrisno Hadi, 2000. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Suwaryono Wiryodijoyo. 1999. Teknik Membaca Intensif. Yogyakarta: CV. Nur
Cahaya.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Bandung: Citra Umbara.
Y.B. Suparlan, 1993. Pengantar Pendidikan Tuna Mental Sub Moral. Yogyakarta:
Pustaka Pengarang.
Yusak S. 2003. Instruduksi Pada Anak Berkelainan. Bandung: Sinar Baru.