Anda di halaman 1dari 164

PENERAPAN PENDEKATAN PROJECK BASED LEARNING

PADA MATERI PENGAWETAN UDANG SEBAGAI


MAKANAN KHAS DAERAH TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X
SMA NEGERI 1 INANWATAN

Oleh :
NAMA : RIBKA TUGEREFAY
NIM : 2021015035030

TESIS
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDY MAGISTER PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA
2023
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PENJIPLAKAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Thesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar akademik, baik di Universitas Cenderawasih maupun
Perguruan Tinggi lain.
2. Karya tulis ini merupakan murni gagasan, rumusan dan penelitian yang saya
lakukan sendiri, dan diarahkan dalam pelaksanaannya oleh Tim Pembimbing,
Tim penelaah/ Tim penguji.
3. Dalam karya tulis ini pada pengutipan teori dan pendapat telah dicantumkan
dengan jelas sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama penulis
yang disertakan di dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sadar dan sesungguhnya, maka apabila
dikemudian hari ditemukan terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan norma yang
berlaku di Perguruan Tinggi.

Jayapura, 22 Maret,2023

Yang membuat pernyataan

Meterai
10000

RIBKA TUGEREFAU
NIM. 2021015035030

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MAGISTER PENDIDIKAN IPA (MP.IPA)
AKREDITASI B SK BAN-PT NOMOR : 183/SK/BAN-PT/SURV-BDG/M/I/2018
Kampus Uncen Abepura, Jl. Raya Sentani Jayapura Papua, Telp.
081322205235.Email:pendidikanipa_sains.s2uncen@yahoo.co.id

LEMBAR PERSETUJUAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. DR.YUSUF BUNGKANG M.Si (Sebagai dosen pembimbing I)


2. Dr.VIRMAN M.T (Sebagai dosen pembimbing II)

Menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

“PENERAPAN PENDEKATAN PROJECK BASED LEARNING


PADA MATERI PENGAWETAN UDANG SEBAGAI
MAKANAN KHAS DAERAH TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X
SMA NEGERI 1 INANWATAN”
Yang di susun oleh : RIBKA TUGEREFAY, /2021015035030

Tesis ini dapat ujikan pada Seminar Hasil Tesis Program Studi Magister
Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Cenderawasih yang akan selenggarakan pada tanggal ..... Maret, 2023

Jayapura, ….. Maret 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. YUSUF BUNGKANG Dr. VIRMAN,M.T


NIP. 195808241989021001 NIP. 196302231995021001

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MAGISTER PENDIDIKAN IPA (MP.IPA)
AKREDITASI B SK BAN-PT NOMOR : 183/SK/BAN-PT/SURV-BDG/M/I/2018
Kampus Uncen Abepura, Jl. Raya Sentani Jayapura Papua, Telp.
081394484406.Email:pendidikanipa_sains.s2uncen@yahoo.co.id

LEMBAR PEGESAHAN

Nama /NIM : RIBKA TUGEREFAY /2021015035030

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Program Studi Magister
Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Cenderawasih, pada tanggal ..... Maret 2023.

Jayapura, ..... Maret, 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. YUSUF BUNGKANG,M.Si Dr. VIRMAN,M.T


NIP. 195808241989021001 NIP. 196302231995021001

Ketua Program Magister Pendidikan IPA

Prof. Dr. Tiurlina Siregar, M.Si


NIP. 19660808 199103 2 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN OLEH PENGUJI

Nama / NIM : RIBKA TUGEREFAY, /2021015035030.

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Program Studi Magister
Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cenderawasih, pada tanggal ..... Maret 2023

Nama Tim Penguji Status Tanda


Tangan

1. Prof. Dr. Tiurlina Siregar, M.Si Penguji I 1.....................


NIP. 19660808 199103 2 001

2. Dr. Virman, M.T Penguji II 2...................


NIP. 196302231995021001

3. Yusuf Bungkang.,M.Si Penguji III 3...................

NIP. 195808241989021001

4. Jonner Nainggolan ., M.Si Penguji IV 4..................


NIP. 196607021993031001

Mengetahui :

Fakultas Keguruan dan llmu Program Studi Magister


Pendidikan Pendidikan IPA

Yan Dirk Wabiser, S.Pd., M.Hum Prof. Dr. Tiurlina Siregar, M.Si
NIP. 19660702 199303 1 001 NIP. 19660808 199103 2 001

iv
LEMBARAN PERSETUJUAN

Pennerapan Pendekatan Projeck Based Learning Pada Materi

Pengawetan Udang Sebagai Makanan Khas Daerah Terhadap

Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X

SMA Negeri 1 Inanwatan

Diterimah dan disetujui oleh Tim Pembimbing Tesis untuk diajukan kepada

Panitia Program Studi Magister Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Cendrawasih.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan

karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya penulisan Thesis ini dengan judul

“Penerapan Pendekatan Projeck Based Learning Pada Materi Pengawetan Udang

Sebagai Makanan Khas Daerah Terhadap Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar

Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan”.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang setulusnya kepada:

1. Dr. Oscar O Wambrauw SE.M.Sc.Agr. selaku Rektor Universitas

Cenderawasih yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Universitas Cenderawasih.

2. Bapak Yan Dirk Wabiser, S.Pd., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menimbah ilmu di Program Studi

Magister Pendidikan IPA.

3. Prof.Dr.Tiurlina Siregar, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan IPA, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, masukan serta

saran guna perbaikan Tesis ini.

4. Dr. Alfred Antoh, M.Si. Selaku Dosen Magister Pendidikan IPA, yang juga

telah memberikan bimbingan, motivasi, masukan serta saran guna perbaikan

Tesis ini.

vi
5. Ibu Rosa. Y Eramuri S.Sos. Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Inanwatan

yang telah memberikan motivasi, bantuan, dukungan dan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Inanwatan.

6. Peserta didik SMA Negeri 1 Inanwatan, yang telah banyak membantu dalam

proses penelitian untuk tesis ini, semoga anak-anak semua diberikan kesehatan

dan kemudahan dalam menggapai dan memperoleh cita-citanya kelak.

7. Suami terkasih, Aser M. Namora, yang selalu mendukung, mendoakan dan

menolong dalam kesulitan selama proses perkuliahan ini.

8. Teman-teman angkatan Program Studi Magister Pendidikan IPA Kelas

Teminabuan-Sorong-Maybrat yang telah berkolaborasi dan berbagi bersama

penulis dalam perkuliahan.

9. Ibu Endang Kristy, S.H., sebagai staff Program Studi Magister Pendidikan

IPA Universitas Cenderawasih yang selalu membantu dan mengingatkan kami

dalam hal kebaikan selama perkuliahan.

Penulis menyadari ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan

saran penulis harapkan guna perbaikan Tesis ini, demi peningkatan kemajuan

dalam dunia pendidikan di Indonesia dan terlebih khusus di Provinsi Papua Barat

Daya.

Teminabuan, 22 Maret, 2023

Penulis

vii
ABSTRAK

RIBKA TUGEREFAY NIM. 20210105035030 PENERAPAN

PENDEKATAN PROJCK BASED LEARNING PADA MATERI

PENGAWETAN UDANG SEBAGAI MAKANAN KHAS DAERAH

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR PESERTA

DIDIK KELAS X SAMA NEGERI 1 INANWATAN TESIS PROGRAM

STUDU MAGISTER PENDIDIKAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PENJIPLAKAN ………………. ii

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………. iii

LEMBAR PEGESAHAN…………………………………………………….. iv

LEMBARAN PERSETUJUAN……………………………………………… v

LEMBAR PENGESAHAN OLEH PENGUJI …………………………….. vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. vii

ABSTRAK …………………………………………………………………… ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1

1. 2. Rumusan Masalah ………………………………………….. 5

1. 3. Tujuan Penelitian……………………………………………. 6

1. 4. Manfaat Penelitian …………………………………………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ………………………………………... 8

2.2. Pengertian Hasil Belajar ………………………………… 11

2.3. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar............... ..12

2.4. Motivasi Belajar…………………………………………….…12

2.2.1. Faktor Internal ……………………………………. 12

2.2.2. Faktor Eksternal…………………………………… 14

ix
2.2.3. Klasifikasi Hasil Belajar………….…………………. 15

2.2.4.Indikator Hasil Belajar………………………………… 16

2.4. Hasil Belajar…………………..………………………… 18

2.4.1PengertianHasilBelajar……………………………………..18

2.4.2. Penerapan pendekatan …………………………….. 18

2.4.3. Evaluasi Hasil Belajar dan Pembelajaran………......... 18

2.4. Pengertian Projeck Based Learning……………………… 20

2.5.1.Karakteristik Projeck Based Learning……………………………20

2.5.2.Manfaat Projeck Based Learning………………………….......….20

2.6. Pengawetan Udang………………………………………………......….20

2.6.1.Ruang Lingkup Pembekuan …………………….................................20

2.6.2. Mutu Udang …………………………………………….....………..20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian …………………………………………… 21

3.2. Metode Penelitian …………………………………………. 21

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 21

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………….. 21

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………… 22

3.6. Prosedur Penelitian ………………………………………… 22

3.7. Tahap Pendefisian …………………………………………. 23

3.8. Uji Coba Produk…………………………………………….. 24

3.9. Jenis Data ………………………………………………….. 26

x
3.6.1.1.Analisis

Permasalahan…………………............................................……………...26

3.6.1.2. Analisis Konsep……………………………………..26

3.6.1.3. Tujuan Pembelajaran………………………………..26

3.6.1.4. Tahap Perencanaan…………………………………..26

3.6.2. Tahap Pengenbangan (Develop)……………….……… 26

3.6.3. Tahap Penyebaran (Disseminate)………………………..27

3.10.Instrumen Pengumpulan Data………………………………27

3.11. Teknik Analisa Data………………………………..………27

3.11.1.Analisis Deskriptif Presentase………………...…………..28

3.12. Petunjuk Pengisian Angket/Kuisioner………..….........28

DAFTAR PUSTAKA

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa ,beraklak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara dan demokratis serta

bertanggung jawab. Untuk mengembang fungsi tersebut pemerintah

menyelengarakan suatu sistim pendidikan nasional sebagaimana tercantum

dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan

Nasional.

Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempat

pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen

pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan di arahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia seutunya melalui olahati, olahpikir, olahrasa, olahraga

agar memiliki daya saing dalam menghadapi tentangan global. Peningkatan

relevansi pendidikan di maksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai

dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.

Pendidikan di lakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan

1
pembaharuan pengelolaan pendidikan secara perencana, terarah dan

berkesinambungan.

Suatu rumusan nasional tentang istilah “Pendidikan“ adalah sebagai

berikut Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan /atau latihan bagi perananya

dimasa yang akan datang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

1989.

Implememtasi Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

System Pendidikan Nasional dijabarkan kedalam sejumlah peraturan antara

lain. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan

Nasional. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya

disusun dan dilaksanakan 8 standar pendidikan nasional yaitu standar isi,

standar proses, standar konpentensi kelulusan, standar pendidikan dan tenagan

kependidikan ,standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiyayaan dan standar penilayan pendidikan.

Sistem pendidikan nasional adalah suatu strategis atau cara yang akan

dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar dan dapat mencapai tujuan

pendidikan nasional. Diterapkan kurikulum 2013 sebagai salah satu

kurikulum yang diterapkan kepada perserta didik saat, perubahan kurikulum

2013 merupan dampak dari pesatnya arus globalisasi. Pengembangan

kurikulum nasional menjadi penting sejalan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada

tataran lokal, nasional, regional, dan global dimasa depan. Kurikulum 2013

yang bertumpu pada pendidikan karakter penyempurnakan pola pikir dan

2
pendalaman materi untuk menciptakan perserta didik yang unggul serta

kemampuan dan perilaku melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu

proses yang kompleks yang didalamnya terdapat proses belajar – mengajar

yang dialami perserta didik sebagai anak didik. Menurut (Gulo dan Huda,

2018) strategi pembelajaran Projeck Based Learning berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

perserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya

dengan penuh pecaya diri projeck based Learnig merupakan bagian inti

dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, sehingga pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh peserta didik, diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta melaingkan hasil dari penemuan sendiri (Huda,2018).

Pembelajaran projeck Based Learning merupan pembelajaran yang

menekankan kepada pengembangan aspek kongnitif, akfektif dan psikomotor

secara seimbang.

Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk

belajar mandiri dan merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi modern yang mengangap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berbakat adanya pengalaman peserta didik melalui

aplikasi konsep dalam kehidupan sehari - hari. (huda,2018).

Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau yang

terletak di Samudra Pasifik dan Hindia. Keadaan beriklim tropis

menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara Asia Tenggara yang

memiliki ekosistem pantai yang sangat produktif di dunia dan sangat

3
sesuai bagi usaha budidaya air payau dan pemanfaatan hasil laut lainnya.

Kekayaan sumber daya alam memberikan status bagi Indonesia sebagai

produsen budidaya perairan maupun potensi pengembangannya secara

ilmiah.

Udang merupakan salah satu produk hasil laut yang disukai dan

banyak dikonsuksi oleh masyarakat walaupun diantara konsumen yang peka

( alergi ) terhadapnya. Udang sangat di gemari dipasaran kerena rasanya

yang khas, oleh karena itu pemasaran udang dalam bentuk segar sangat

disukai oleh konsumen. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan

kesegaran udang yang hendak dipasarkan adalah dengan cara pembekuan.

Dan juga langsug dijual hasil penanagkapan udang yang masih segar di

pasar terdekat misalnya: ( 1 ) Penangkapan udang di Distrik Inanwatan dan

langsung dijual di Distrik Inanawatan berarti tidak dilakukan pengawetan

udang tetapi, kalau dibawah ke Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan

dengan jangkauan yang sangat jauh berarti harus melakukan pengawetan

udang / pembekuan .(2 ) Sama hal dengang penangkapan udang di

Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan kalau langsung dijual dipasar, kalau

mau dijual ke sorong atau keluar daerah, keluar Negeri punjuga harus

dilakukan penaganan pengawetan udang beku dengan sangat baik.

Udang merupakan komoditas eksport utama dari sektor perikanan

dan diketahui sebagai salah satu bahan pangan yang cepat membusuk

kerana termasuk bahan pangan berprotein dan akan berkadar air tinggi.

Penurunan mutu udang dapat terjadi setelah penangkapan dan dapat

disebabkan oleh kontaminasi bakteri selama penanganan yang tepat, antara

4
lain dengan cara pengawetan. Salah satu prinsip pengawetan pangan yang

dapat diterapkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba pada bahan

pangan adalah dengan penambahan zat anti mikroba. ( Fardiaz,1992 ).

Salah satu potensi perikanan yang terdapat di Indonesia adalah jenis

komoditi udang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan merupakan

primadona eksport utama sehingga mempunyai pasaran yang meningkat untuk

menjadi sumber devisa atau pendapatan Negara. Udang merupakan salah

satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma yang spesifik dan

mempunyai nilai gizi yang tinggi, di samping itu daging udang banyak

mengandung asam amino esensial yang penting bagi manusia, seperti lisin,

histidin, arginin tirosin, triflufan dan sistein ( Purwaningsih,1995 ).

Makanan Khas Daerah

Indonesia merupakan negara yang berdiri atas berbagai suku bangsa

dan memiliki keanekaragaman di berbagai bidang, salah satunya adalah

makanan khas daerah. Pada awalnya kita hanya bisa menemukan makanan –

makanan khas daerah di tempat asalnya saja. Namun, seiring dengan

berkembangnya zaman, kini kita dapat menemukan makanan khas daerah di

berbagai macam tempat, tidak hanya didaerah asalnya saja.

Dalam kehidupan manusia sehari – hari udang juga adalah makanan,

yang di sukai sebagai salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia.

Untuk pengawetan udang sebagai makanan khas daerah yang ada disetiap

daerah itu sendiri. Disetiap daerah terdapat bermacam – macam makanan

khas daerah dan juga cara pengawetan makanannya. Ada cara pengawetan

udang secara tradisional dan ada juga yang menggunakan pengawetan udang

5
dengan secara moderen dan menggunakan alat teknologi lainnya, materi

yang diajarkan dalam pelajaran prakarya , kimia, dan biologi. Pengawetan

udang sebagai makanan khas daerah adalah cara yang digunakan (Ahmad

Mudjiaman, 1983 : 72 ).

Untuk mambuat pengawetan udang sebagai makanan ini memiliki daya

simpan yang lama dan mempertahankan agar udang tersebut tidak

perubahan dan rusak. Di dalam pengawetan makanan udang harus

diperhatikan jenis bahan makanan yang mau diawetkan dilihat dari keadaan

bahan makanan dan cara pengawetan serta daya tarik produk pengawetan

makanan. Cara pengawetan udang sebagai makanan khas daerah adalah

dengan menggunakan pengeringan, pemanas, pendingin, pengasinan.

Pengawetan udang sebagai makanan khas dengan cara menjemur bahan

makanan misalnya ikan, daging, udang ( Anugrah, Ayu Sendari, 2020 ).

Pangawetan udang sebagai makanan khas daerah dengan cara

pengasinan makanan dengan menggunakan garam yang dipakai untuk

pengasinan seperti ikan, daging, udang. Tehnik pengawetan udang sebagai

makanan khas daerah yang telah digunakan sejak lama karena untuk

meningkatkan daya simpan dan kualitasnya dari bahan makanan alami.

Tehnik pengawetan udang sebagai makanan khas daerah berguna untuk

menghindari pembusukan dan memperpanjang waktu penyimpanan makanan.

Tehnik pengawetan udang sebagai makanan khas daerah ini dapat

dilakukan dengan cara menghambat dan mematikan pertumbuhan

mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan pada makanan. Salah satu

pengawetan udang ini adalah makanan yang paling banyak dilakukan adalah

6
pengerigan, pengasinan, pendingin, dan fermentasi . Metode modern termasuk

pendingin, pengalengan dan penambahan kimia. Tehnik pengawetan udang

sebagai makanan khas daerah secara tradisional cara pengawetan udang ini

biasanya dilakukan sendiri di rumah . Namun ada juga tehnik pengawetan

udang sebagai makanan yang memerlukan teknologi, pemanas, pendingin yang

memerlukan suhu tertentu.

Pengawetan udang sebagai makanan khas daerah merupakan salah

satu materi pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik. Selain itu

meteri pengawetan udang. Pengawetan udang sebagai makanan khas daerah

merupakan salah satu materi yaitu, kimia, prakarya . Untuk peserta didik

SMA kelas X pada kurikulum 2013. Materi pengawetan makanan khas

daerah diantaranya ikan, udang, daging, yang biasanya diawetkan secara

alami dan sintesis (buatan). Bisa pengawetan udang sebagai makanan khas

daerah dengan menggunakan bahan kimia dan alat teknologi sesuai dengan

kurikulum 2013 yang diajarkan kepada peserta didik. Keterampilan sains

peserta didik belum Nampak mengakibatkan peluan bagi peserta didik untuk

belajar mandiri dalam meningkatkan keterampilan sains dan hasil belajar

belum maksimal, sehingga dalam pelaksanaannya harus dibantu dengan

bahan ajar yang menunjang agar peserta didik dapat memahami materi

tentang pengawetan makanan. Salah satu bahan pembelajaran cetak yang

digunakan peserta didik untuk sember belajar mandiri. Sumber belajar dapat

di pelajari kapan saja, dan dimana saja sebagai alat pendukung belajar.

7
Pembalajaran projeck Based Learning marupakan suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal, seluruh kemampuan

peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehigga mereka dapat merumuskan sendiri tentang penemuan -

penemuan dengan penuh percaya diri.

Penggunaan modul diharapkan untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kesulitan pencapaian

tujuan pembelajaran kemunkinan disebabkan oleh : (1) input dari peserta

didik rendah, (2) guru kurang mengakui dalam pengembangan bahan ajar

sebagai peserta didik. (3) rendahnya motivasi belajar bagi peserta didik (4)

pembelajara masih menggunakan pola terpusat pada guru dan berorientasi

pada pencapaian nilai ujian yang baik. Namun pembelajaran juga

memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik, sehingga aktifitas

pembelajaran cenderung bersifat menghafal yang menyebabkan kemampuan

peserta didik sangat lemah, dan cenderung menghafal rumus dari pada

memahami konsep sehingga peserta didik menjadi pasif dalam kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan penelitin yang dilakukan oleh( N. Nurhidaya,

M .Murtijani, 2018). Peningkatan pemahaman konsep dan hasil belajar

peserta didik melalui pembelajaran berbasis Projeck Based Learning. Hasil

penelitian menujukkan bahwa hasil belajar peserts didik pada siklus 1

sebesar 84,21% meningkat menjadi 94,74% pada siklus II sebesar adalah

10,53% dan berada pada kategori baik sampai dengan kategori sangat baik.

Ketuntasan belajar bagi peserta didik pada siklus 1 sebesar 89,47%

meningkat menjadi 94, 74% pada siklus II. Maka besar peningkatan hasil

8
belajar adalah 5,27%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah penerapan

pada materi pengawetan dan hasil belajar peserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Inanwatan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis Projeck

Based Learning.

Penelitian diatas mendasari penelitian penerapan pendekatan Projeck

Based Learning pada meteri pengawetan udang sebagai makanan khas

daerah terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas

X SMA Negari 1 Inanwatan.

Berdasarkan pengalaman dan hasil obsevasi penulis materi pengaweta

udang sebagai makanan khas daerah yang dianggap mudah dipahami oleh

peserta didik dan konsep berkaitan dengan kehidupan sehari – hari tidak

perlu diajarkan sesuai dengan prosedur yang ada atau biasa diberikan

penugasan saja karena dianggap mudah. Namun kenyataannya banyak

peserta didik yang belum memahaminya, tampa melalui praktikum atau

demonrasi didepan kelas tentang materi pengawetan udang sebagai makanan

khas daerah.

Disini peserta didik hanya menghafal tampa mengetehui konsep

dasarnya, sehingga peserta didik mengalami kesulitan menghadapi soal yang

diberikan oleh guru. Motivasi belajar peserta didik yang rendah lebih

memperburuk hasil belajar peserta didik. Materi pengawetan udang sebagai

makanan khas daerah memiliki KKM 70, namun kenyataan nilai peserta

didik untuk materi tersebut lebih dari 50% masih berada dibawah KKM,

jika dilihat dari hasil ulangan harian peserta didik kelas X tahun pelajaran

2019 - 2020.

9
Berdasarkan alasan tersebut diperlukan suatu inovasi dalam

pembelajaran salah satunya adalah penerapan penekatan berbasis Projeck

Based Learning pada materi pengawetan udang sebagai makanan khas

daerah di SMA Negeri 1 Inanwatan, guna mengatasi kesulitan penguasaan

konsep dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar

berbasis Projeck Based learning. Metode pembelajaran Projeck Based

Learning adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui

penyelidikan, sehingga melatih peserta didik untuk kreaktif dan berpikir

kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan. Akar dari metode

Projeck Based Learning agar peserta didik mampu menggunakan

pengetahuannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya

berdasarkan fakta - fakta yang ada, peserta didik lebih kreaktif dalam

metode ini diharapkan dapat membuat peserta didik lebih memahami konsep

dan hasil belajarnya. (Doyono, Pengaruh Projeck Based Learning terhadap

hasil belajar peserta didik,( Ditinjau Dari Motivasi Belajar. 2016).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti telah melakukan penelitian

tentang Judul: Penerapan pendekatan Projeck Based Learning pada meteri

pengawetan udang sebagai makanan khas daerah terhadap pemahaman

konsep dan hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Inanwatan

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh penerapan pendekatan berbasis Projeck Based

Learnig pada materi pengawetan udang sebagai makanan khas

10
daerah dan pemahaman konsep serta hasil belajar peserta didik kelas X

SMA Negeri 1 Inanwatan.?

2. Apakah ada pengaruh pendekatan berbasis Projeck Based Learning

pada materi pengawetan udang sebagai makanan khas daerah dan

hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan?

3. Apakah ada pengaruh pemahaman konsep berbasis Projeck Based

Learning pada materi pengawetan udang sebagai makanan khas

daerah dan hasil belajar peserta didik kelas X di SMA Negeri 1

Inanwatan?

4. Apakah ada pengaruh hasil belajar berbasis Projeck Based Learning

pada materi pengawetan udang sebagai makanan khas daerah dan

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan?

Agar masalah yang diteliti lebih terarah dan untuk mempermudah

penentuan data yang akan dijaring maka masalah ini dirumuskan sebagai

berikut: Penerapan pendekatan Projeck Based Learning pada materi

pengawetan udang sebagai makanan khas daerah terhadap pemahaman

konsep dan hasil belajar peserta didik SMA Negeri 1 Inanwatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

Penerapan pendekatan berbasis Projeck Based Learning pada meteri

pengawetn udang sebagai makanan khas daerah dan hasil belajaran

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan.?

2. Pemahaman berbasis Projeck Based Learning pada materi pengawetan

udang sebagai makanan khas daerah dan hasil belajar peserta didik

11
kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan.

3. Pemahaman konsep berbasis Projeck Based Learning peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan .

4. Peningkatan hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 1

Inanwatan .

1.4 . Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan bermafaat bagi :

1.4.1 . Manfaat teoritis bagi penulis yaitu :

1.4.2. Melatih kemampuan penulis dalam meneliti dan memecahkan masalah

yang timbul serta mencari pemecahannya.

1.4.3. Melalui disiplin ilmu pengetahuan yang telah di peroleh selama

mengikuti perkuliahan S2 IPA UNIVERSITAS CENDERAWASIH

PAPUA. Maka penulis mampu untuk menyelesaikan hasil penelitian

dengan disiplin ilmu yang diperoleh.

1.4.4. Usaha untuk menemukan konsep baru sebagai tindak lanjut dari

penelitian ini dalam rangka pengembangan penerapan pendekatan

Projeck Based Learning pada materi pengawetan udang sebagai

makanan khas daerah1. 5. Manfaat Teoritis bagi siswa.

1.5. Manfaat Teoritis Bagi Siswa .

Mengatasi kesulitan bagi peserta didik terutama dari penugasan, konsep

materi pengawetan udang sebagai makanan khas daerah dengan

menggunakan penerapan pendekatan Projeck Based Learning serta

pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Inanwatan

12
1.5.1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan

khususnya dalam penelitian pembelajaran yaitu untuk penerapan

pendekatan Projeck Based Learning pada materi pengawetan udang

sebagai makanan khas daerah pada peserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Inanwatan.

1.5.2. Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya, untuk mengkaji

tentang penerapan pendekatan Projeck Based Learning,

pemahaman

konsep dan hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 1

Inanwatan

1.6. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

1.6.1. Bagi penulis

Menambah wawasan , pengalaman dan pengetahuan sebagai penulis

bagaimana cara penerapan pendekatan berbasis Projeck Based

Learning.

1.6.2. Bagi pendidik dan colon pendidik

Menambah wawasan, pengetehuan, tentang cara penerapan

pendekatan Projeck Based Learning. Pada materi pengawetan udang

dan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik.

1.6.3. Bagi peserta didik

Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung

dan pembelajaran secara aktif , mendapat kebebasan dalam menunjukkan

ide - ide masalah, mampu memahami dan menemukan konsep meteri

13
pengawetan udang sebagai makanan khas daerah serta dapat

beragumentasi .

1.6.4. Bagi sekolah

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model

pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran di kelas

X SMA Negeri 1 Inanwatan

b. Menambah koleksi pustaka sehingga dapat dijadikan sebagai

bahan bacaan bagi peserta didik atau pihak lain yang

berkepentingan.

1.6.5. Keterbatasan Penelitian dan pengembangan

Dalam peneitian yang telah dilaksanakan, penelitian

berasumsi bahwa dengan pengembangan pendekatan

pembelajaran

diharapkan

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian dan

penerapan

yang dilakukan memiliki keterbatasan sebagai berikut:

a. Digunakan sebagai media pembelajaran mandiri bagi peserta didik

untuk mendalami meteri pengawetan udang sebagai makanan

khas daerah di SMA Negeri 1 Inanwatan.

b. Digunakan sebagai sarana meningkatkan kemampuan dalam

penguasaan konsep dan hasil belajar peserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Inanwatan.

14
1.7. Definisi Istilah

Penerapan pendekatan pembelajaran ini didasarkan asumsi sebagai

berikut:

1.7.1. Penerapan pendekatan Projeck Based Learning merupakan suatu

pembelajaran, dalam kegiatan belajar yang disusun untuk membantu

peserta didik secara mandiri dalam mencapai tujuan pembelajaran.

1.7.2. Penerapan bahan ajar berupa konsep merupakan metode penelitian

Penerapan yang digunakan untuk mengasilkan produkdan menguji

kelayakan produk tersebut

1.7.3. Penerapan pedekatan merupakan proses interaksi peserta didik

dengan peserta didik yang mempelajari tentang sifat dan fenomena

alam serta seluruh interaksi yang terjadi didalamnya.

1.7.4. Projeck Based Learning merupakan model pembelajaran yang

memberi

kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran melalui penyelidikan, sehingga melatih peserta

didik untuk kreaktif dan berpikir kritis, untuk menentukan sendiri

suatu pengetahuan.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1. Penelitian Terdahulu

1). Siregar, T. ( 2021 ) Metode Pembelajaran Dalam Mewujutkan

Kemandirian Melalui Proses Inovasi Dunia Pendidikan, (154,

176). Metode mengajar adalah suatu pengetahuan yang

dipergguanakan oleh seorang guru atau instruktur dalam

penyajian materi. Pengertian lain adalah teknik penyajian

yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

pembelajaran kepada siswa di kelas baik secara individu

maupun secara kelompok. Metode pembelajaran adalah

merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai.

2 ). Sudjana. N. (2009 ). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung PT Remaja Rosdakarya. Sebagai salah satu upaya

untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

merupakan bagian dari peningkatan kualitas bagi peserta

didik dikelas, aspek yang berhubungan dengan penilaian

digunakan alat penilaian untuk menyusun soal. Pengolahan

dan interpertasi data hasil penilaian, analisis butir soal, untuk

memperoleh kualitas soal yang memadai serta pemanfaatan

16
data hasil penilaian sangat berpengaruh besar terhadap

kualitas hasil dari peserta didik.

3). Menurut pendapat (Sudjana 2005 :76 ). Metode pembelajaran

Merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan

materi pembelajaran dengan bahasa secara teratur dan tidak

ada satu bagian yang bertentangan dan semuanya berdasarkan

pada suatu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya.

4). Nurhadi, dkk. (2011 ). Penerapan Metode Pembelajaran . PT Remaja

Rosdakarya Bandung. Pembelajar berbasis Projeck Based Learning

merupakan metode pembelajaran yang memberikan ruang sebebas

- bebasnya bagi peserta didik untuk menentukan cara belajar

rmasing – masing peserta didik tidak lag i dipaksakan untuk belajar

dengan gaya atau cara tertentu, namun dikembangkan untuk

menjadi pembelajaran yang kreaktif dan produktif.

Nilai posetifnya peserta didik tidak hanya mengetahui ( know ),

tetapi juga memahami (anderstand ), inti sari dari potensi – potensi

pengembangan atas materi pembelajaran tertentu. Titik tekan utama

pada pembelajaran berbasis ingkuiri tidak lagi berpusat pada guru

(teacher centered instruction ), tetapi juga pengembangan nalar kritik

(student - centered approach).

2.2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

Setelah.

Mengalami aktivitas belajar (Anni, dalam Suardi, 2002,: 17). Perubahan

17
Perilaku yang dimaksud dapat mencakup tiga ranah kompetensi, yakni

kognitif

atau kecerdasan berpikir, afektif atau kecerdasan emosional, dan psikomotor

atau kecakapan gerak otot dan campuran.

Perubahan yang dimaksud juga tidak melulu sebagai sesuatu yang

berubah radikal, akan tetapi meliputi perubahan persepsi dan perbaikan

perilaku. Seperti yang diungkapkan oleh Rusman (2016: 67) bahwa hasil

belajar itu dapat dilihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,

termasuk perbaikan perilaku.

Lantas ke mana arah perubahan yang diinginkan dari hasil belajar ini?

Menurut Purwanto (2014: 23) hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat

proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pembelajaran

adalah terjadinya perubahan perilaku yang diinginkan oleh penyelenggara

pendidikan atau dalam konteks tertentu adalah dari keinginan peserta didik itu

sendiri.

Sementara itu, menurut Sudjana (2017: 22) hasil belajar merupakan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Kemampuan tersebut dapat diketahui melalui berbagai teknik evaluasi

berupa tes yang dapat menghasilkan skor. Seperti yang diungkapkan oleh Susanto

(2017:. 5) bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenal jumlah materi pelajaran tertentu.

Selanjutnya dengan nada yang sama, Suardi (2020 : 16) juga berpendapat bahwa

asil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan

18
penilaian dan pengukuran yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut pendapat para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang terjadi

dalam diri pembelajar yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam

kecakapan atau kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat

diketahui melalui kegiatan evaluasi dan penilaian setelah pembelajar

mengalami proses belajar.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perubahan berdasarkan pengalaman. Oleh

karena itu, belajar juga dapat dipengaruhi oleh bermacam faktor yang

menyelubungi pembelajarnya. Menurut Parnawi (2019: 6-10) beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar terdiri atas dua kelompok faktor utama,

yakni factor internal dan eksternal yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal atau faktor-faktor yang datang dari dalam diri yang

mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua faktor, yaitu sebagai berikut.

1. Faktor Biologis (Jasmaniah)

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik

atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu

diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis ini di antaranya adalah sebagai

berikut. Pertama, kondisi fisik yang atau tidak memiliki cacat sejak dalam

kandungan sampai sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat

menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kondisi kesehatan fisik.

19
Bagaimana kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat

mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang

2. Faktor Psikologis (Rohaniah)

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal

yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat

menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil

3. Faktor Eksternal

Sementara itu, faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor

lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor waktu yang akan

dipaparkan sebagai berikut.

1. Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama

dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu

saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan

belajar seseorang. Hal ini karena keluarga adalah lingkungan pertama di mana

anak bahkan belajar untuk belajar itu sendiri.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang

keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan

secara konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara

menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, para siswa,

sampai karyawan sekolah lainnya.

20
3 Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan

belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang

melaksanakan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bahasa asing, keterampilan

tertentu, bimbingan tes dan kurus pelajaran tambahan yang menunjang

keberhasilan belajar di sekolah.

4. Faktor  Waktu.

Waktu atau kesempatan memang berpengaruh terhadap keberhasilan

belajar seseorang. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan

ada atau tidaknya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang

tersedia untuk belajar. Kesempatan itu dihadirkan oleh waktu dan waktu

haruslah dihadirkan sendiri oleh pembelajar, karena waktu tidak dapat

ditambah.

Klasifikasi Hasil Belajar.

Menurut Sopiatin & Sahroni (dalam Yulianti, dkk, 2018, hlm. 205-207) hasil

belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah utama berikut:

1. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yaitu sebaga i berikut:

1. Pengetahuan/ingatan.

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi Bloom, sering

kali disebut juga aspek ingatan (recall).

21
2. Pemahaman.

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar

mengajar. Peserta didik dituntut memahami atau mengerti apa yang

diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat

menafsirkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal

lain.

3. Penerapan.

Penerapan atau aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau

situasi khusus.

4. Analisis.

Jenjang kemampuan ini dituntut dapat menguraikan suatu situasi tertentu ke

dalam unsur-unsur pembentukannya menjadi lebih jelas.

5. Sintesis.

Kemampuan merangkum berbagai komponen atau unsur sehingga menjadi

sesuatu yang baru. Pada jenjang ini, seseorang dituntut untuk dapat

menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggabungkan berbagai faktor

yang ada.

6. Evaluasi.

Jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi,

keadaan, pernyataan atau konse p berdasarkan suatu kriteria tertentu.

2. Ranah Afektif.

Ranah Afektif bekaitan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, antara lain.

1..Menerima.

22
yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang

kepada peserta didik dalam bentuk masalah, gejala, situasi, dan sebagainya.

2.Menanggapi.

yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari

luar.

3.Penilaian.

berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi

tadi.

4.Organisasi.

yakni pengembangan nilai dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, prioritas nilai

yang telah dimilikinya.

1. Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai

yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek, antara lain adalah sebagai

berikut.

1. Keterampilan motorik (muscular or motor skills),

yakni memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),

menggerakkan, menampilkan, melompat dan sebagainya.

23
2. Manipulasi benda-benda (manipulation of materials or objects),

meliputi menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi dan

sebagainya.

3. Koordinasi neuromuscular,

yaitu menghubungkan, mengamati, memotong dan sebagainya.

Indikator Hasil Belajar

Indikator hasil belajar adalah alat untuk mengukur perubahan yang terjadi pada

suatu kejadian atau suatu kegiatan. Agar dapat mengukur hasil belajar maka

diperlukan adanya indikator-indikator sebagai acuan untuk menilai sejauh mana

perkembangan hasil belajar seseorang. Indikator hasil belajar menurut Gagne

(dalam Nasution, 2018, 112-119) di antaranya adalah sebagai berikut:

1.Keterampilan intelektual.

merupakan penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi intelektual

yang dapat dilakukannya. Keterampilan-keterampilan intelektual memungkinkan

seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol

atau gagasan-gagasan.

2.Strategi kognitif,

dalam hal ini, siswa perlu menunjukkan penampilan yang kompleks dalam suatu

situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan

aturan dan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini mampu

mengatur individu itu sendiri, mulai dari mengingat, berpikir, dan berperilaku.

24
4. Sikap,

yaitu perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan

sains. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai

4.Informasi verbal,

Pengetahuan verbal disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi. Dalam hal ini

guru dapat memberikan berupa pertanyaan kepada siswa untuk melatih siswa

dalam menjawab secara lisan, menulis dan menggambar.

5. Keterampilan motorik,

Tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang

digabung dengan keterampilan intelektual. Untuk mengetahui seseorang memiliki

kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan,

ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota badan yang

diperlihatkan orang tersebut.

2.2.1. Hasil belajar

Pengertian hasil merupakan salah satu perubahan – berubahan yang akan

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitinf, afektif dan

psikomotor sebagai hasil kegiatan belajar. Pengertian hasil belajar

sebagaimana diuraikan diatas oleh

Nawawi (dalam Susanto ,2012 : 5 ), yang menyatakan bahwa hasil

belajar diartikan sebagai tinngkat keberhasilan pada peserta didik dalam

pempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes tentang materi

pembelajaran tertentu.

25
Secara sederhana, yang dimaksudkan dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar.

Dan untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan

yang dikehendaki dapat diketahui melalui evalusi.Sebagaimana ditemukan

oleh Sunal (dalam Susanto,2012 : 5 ) “ bahwa evaluasi merupakan proses

penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan efektif suatu program

yang telah memenuhi kebutuhan siswa.

Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Menurut teori gestalt (dalam Susanto, 2012 ), “belajar merupakan suatu

proses perkembangan“. Artinya secara jawa raga anak mengalami

perkembangan.

Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa

maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, Siswa dalam arti kemampuan

berpikir atau tinkah laku intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa baik

jasmani, maupun rohani.

Kedua, Lingkungan ; yaitu sarana dan prasarana, kompentensi guru,

Kreativitas guru, sumser – sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,

lingkungan keluarga.

Pendapat yang dikemukakan oleh wasliman ( dalam

susanto ,2012 :12 )hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil

interaksi antara berbagai foktor yang mempengaruhi, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Dapat dirinci bebagai berikut

26
a). Faktor internal; faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri peserta didik yang memprngaruhi belajarnya. Faktor internal

ini meliputi : Kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan

sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b). Faktor eksternal ; factor yang berasal dari luar diri peserta didik, yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu kelurga , sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan teori taksnomi Bloom hasi l belajar dalam rangkah studi

di capai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,

psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut :

a). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspe pengetehuan, pemahan, penerapan analisis,

sinesis dan penilaian.

b). Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerimah, menjawab atau reaksi,

menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau

kompleks nilai .

c). Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda

– benda, kordinasi neuromuscular ( menghubungkan, mangamati ).

2.2.2. Pengertian Penerapan Pendekatan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia penerapan adalah suatu proses, cara,

menerapakan suatu perbuatan untuk mempraktekkan teori, metode, dan hal

lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

diinginkan oleh kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun.

27
Pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang di tempuh dan

digunakan oleh pendidik untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan

tujuan tertentu. (Rahmawati,2011 :74).

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan

atau sudut pandang berupa cencana awal untuk menentukan pelaksanaan

proses pembelajaran dalam menetapkan perlakuan ( tindakan kelas ) yang

akan digunakan dalam kegiatan belejar - mengajar kepada peserta didik.

2.3. Pengertian Projeck Based Learning

Projeck Based Learning adalah Model pembelajaran yang menjadikan

peserta didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran yang menitikberatkan

pada proses belajar yang memiliki hasil akhir berupa produk . Artinya

peserta didik diberikan kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya

sendiri, mengerjakan proyek pembelajaran secara kolaboratif sampai

diperoleh hasil berupa suatu produk. Itulah mengapa kesuksesan

pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik.

Apa itu Projeck Based Learning. Menurut Fathurrohman ( 2016 ).

Projeck Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan proyek

atau kegiatan sabagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dicapai peserta didik.

2.3. 1. Metode Projeck Besed Learning

a. Pengertian metode Projeck Based Learning secara bahasa adalah

Projeck (proyek), dan Based (alas, dasar, pondasi ), Learning ( pengetahuan )

yang merupakan katadalam bahasa inggris yang berarti : peyelidikan atau

28
memimta keterangan, terjemahan bebas untuk konsep ini adalah peserta didik

dimintah untuk mencari danmenentukan sediri. Dalam konteks penggunaan

metode ini sebagai model belajar mengajar, peserta didik ditempatkan sebagai

subjek pembelajaran , yang berarti bahwa peserta didik memiliki andil yang

besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Pembelajaran

berbasis Projeck Based Learning merupakan metode pembelajaran yang

memberi ruang sebebas –bebasnya bagi peserta didik untuk menentukan cara

belajar masing –masing. Nurhadi (2011).

2.3.2. Tujuan Projeck Based Learning

Dengan diterapkannya suatu model pembelajaran tentu mengandung

tujuan yang hendak dicapai . Adapun tujuan Projeck Based Learning adalah

sebagai berikut.

1. Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.

2. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu

permasalahan dikelas.

3. Meningkatkan keaktifan peserta didik dikelas dalam menyelesaikan

permasalahan dikelas yang kompleks sampai diperoleh hasil yang

nyata.

4. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan

bahan dikelas guna mejunjang aktivitas belajarnya.

5. Melatih sifat kolaboratif peserta didik.

2.3. 4. Karakteristik Projeck Based Learning

29
Model pembelajaran Projeck Based Learning yaitu memiliki

karakteristik dimana guru menjadi fasilitator. Peran fasilitator adalah

memberikan permasalahan berupa studi kasus yang nantinya akan

diselesaikan pada peserta didik dalam bentuk proyek. Maka tak heran

apabila Projeck Based Learning ini menekankan pada keaktifan dan

keterlibatan peserta didik.

2.3.5. Manfaat Projeck Based Learning

Memiliki manfaat dari Projeck Based Learning yaitu peserta didik

menjadi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik

memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, melatih, kolaborasi atau

kerja sama kelompok dan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menemukan hasil kerjanya.

Menurut Fathurrohman ( 2016 ). Manfaat pembelajaran berbasis Projeck

Based Learning sebagai berikut :

a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran .

b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah .

c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang

kompleks dengan hasil berupa produk nyata berupa barang atau jasa.

d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam

mengelolah sumber atau bahan atau alat menyelesaikan tugas.

e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik pada kerja kelompok.

f. Peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangkah kerja.

g. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.

h. Peserta didik merancang proses untuk mendapatkan hasil.

30
i. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelolah

informasi yang dikumpulkan .

j. Peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu.

k. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka

kerjakan.

l. Hasil akhir berupa produk yang dievaluasi kualitasnya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Projeck Based Learning memiliki manfaat yaitu peserta didik

menjadi lebih aktif dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik

memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, melatih kolaborasi atau

kerja sama kelompok dan member kesempatan siswa untuk menorganisasi

proyek. Pengorganisasian proyek dilakukan dengan cara peserta didik

membuat sebuah kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah bagi peserta

didik.

Teori belajar dalam kegiatan belajar, menurut teori humanisme,

manusia bertanggung jawab terhadap pilihan dalam hidup dan perbuatannya

serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan

perilakunya. Belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami

lingkungannya dan dirinya.

2.4. Pengawetan Udang

Pengertian pengawetan adalah upaya pengawetan hasil perikanan

khususnya udang banyak dilakukan dengan jalan pembekuan, menurut

Afrianto dan Liviawati ( 1989 ) pembekuan dapat mengawetkan sifat – sifat

alami udang kerena pembekuan mampu menghambat proses penurunan

31
kimiawi, mikrobiologi dan biokimia yang dapat mengakibatkan kerusakan

atau pembusukan pada udang. Pembekuan yang cepat dan penyimpanan

dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar akan membentuk Kristal –

Kristal es kecil didalam sel sehingga dapat mempertahankan jaringan dengan

kerusakan minimum pada membrane sel (Murniti dan Sunaeman (2000).

Udang merupakan hasil perikanan yang penting baik untuk konsumsi

rumah tangga, konsumsi dalam negeri maupun untuk eksport. Udang termasuk

bahan yang cepat busuk dan rusak, agar mutunya tetap baik, kita perlu

mengusahakan penaganan dengan sungguh –sungguh agar udang tetap awet.

(oleh Ahmad,Mudjiman,1981 hal: 38).

2.4.1. Deskripsi dan Klasifikasi Udang

Udang merupakan mahluk air yang tidak bertulang belakang

(invertabrete).Udang mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang

khas ,kepala dan tubuhnya dilindungu oleh kulit yang banyak mengandung

kalsium dan kitin (Darmono 1991). Pada dasarnya tubuh udang di bagi

menjadi dua begian, yaitu Cephalotorax ( gabungan antara kepala, dada dan

perut ) pada barian ekor terdapat bagian usus dan gonat. Bagian kepala

beratnya sekitar 36 - 49 % dan keseluruhan berat badan daging 24 -41 % dan

kulit 17 – 23% ( Purwaningsih 2009 ).

2.4.2. Tubuh udang

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala

mennyatu dengan bagian dada yang terdiri dari 13 ruas 5 ruas di bagian

kepala, dan 8 ruas di bagian dada, Bagian badan dan abdomen terdiri dari enam

ruas , tiap –tiap ruas ( segmen ) mempunyai sepasang anggota badan ( kaki

32
renang ) yang beruas pula, ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar

dan satu telcom berbentuk runcing.

2.4.3. Komposisi Kimia Dagin Udang

Udang merupakan hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis

tinggi. Komposisi kimia dari jenis udang sangat penting artinya, dilihat dari

segi manfaatnya sangat memenuhi kebutuhan gizi manusia seperti kandungan

protein, vitamin dan mineral lainnya ( Hadiwiyato 1993 ).

Komposisi kimia daging udang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Koposisi daging udang

Nomor Komposisi Kimia Jumlah

1 Air 78,2 %

2 Protein 18,1 %

3 Lemak 0,8 %

4 Garam mineral 1,4 %

5 Magnesium 145-320mg/100g

6 Pospor 40-105mg/100g

7 Zat Besi 270-350mg/100g

8 Kalsium 1,6mg/100g

9 Natrium 140 mg/100g

Sumber Hadiwiyato (1993)

Selain itu daging udang mempunyai asam amino esensial yang penting

bagi manusia, dimana asam amino tirosin, triptofan, dan sistein lebih tinggi

33
dibandingkan hewan darat. Hal ini menyababkan tingginya protein pada udang

dengan 18 jenis asam amino yang terkandung didalamnya.

Komposisi protein dan asam amino esensialyang terdapat pada udang dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Komposisi protein dan Asam Amino Esensial pada Udang.

No Komposisi Sutuan Konsentrasi

1 Protein:

- Mioplasma % 32

- Mifibril % 59

- Miostroma % 5

2 Asam amino esensial:

- Isoleusin g/100g 0,985

- Leusin g/100g 1,612

- Lisin g/100g 1,768

- Metionin g/100g 0,572

g/100g 0,228
- Sistein
g/100g 0,858
- Fenilalanin
g/100g 0,676
- Tirosin
g/100g 0,822
- Treonin
g/100g 0,283
- Triptofan
g/100g 0,956
- valin

Sumber : USDA (2003)


34
2.4.4. Kemuduran Mutu Udang

Proses kemunduran mutu udang yang dimulai setelah udang mati dan

terus berlangsung tampa kontrol. Pola penurunan mutu udang secara umum

tidak jauh berbeda, baik secara enzimatis kimiawi dan mikrobiologi serta

deteriosasi. Pada suhu yang tinggi (32, 2(-38,5C), setelah penyimpanan dan

apabila tidak melakukan penaganan suhu rendah misalnya disimpan dalam es

maka mutu kesegaran dapat bertahan hingga beberapa hari.

Salah satu penyebab mutu udang rendah adalah timbul bercak hitam atau

melanosis pada kulit yang biasa disebut dengan black spot. Black spot akan

tetap timbul meskipun udang langsung di dinginkan setelah di tangkap.

Umumnya bercak hitam akan tumbuh 2-4 setelah penangkapan . Noda itu

mulai berkembang dari bagian kepala lalu meluas kemembran kulit, pada ruas-

ruas tubuh hingga sirip ekor. Pada tingkat lanjut meluas ke bagian kaki dan

akhirnya meluas keseluruh bagian tubuh.

Udang yang bermutu baik akan memperlihatkan kenampakannya yang

segar, dengan warna dan bau yang khas sesuai sfesifikasinya. Namun setelah

kenampakannya pucak dan lembek dengan bau yang tengik, udang sudah

dikatakan busuk.

Tabel 3. Adapun karakteristik bahan baku yang baik dan yang rusak /busuk

Parameter Udang segar Udang tidak segar

Kenapakan Cerah, cemerlan, warna Banyak warna merah

asli ( belum berubah ) jambu yang timbul

menurut jenisnya. terutama pada bagian

35
kepala, antenna, dan kaki

banyak noda hitam pada

kaki.

Bau Segar, tidak tercampur Busuk, bua asam dan

bau asin. amoniak.

Daging Kompak ( padat ), lentur Kendur, mudah dilepas

dan melekat kuat pada dari kulitnya apabila

kuitnya. ditekan dengan jari

terasa lentur.

Mata Bulat, hitam, mengkilat Kelabu, pudar, gelap,

dan tidak menjolok menonjol keluar dan bola

terlalu keluar. mata melekat.

Kulit Melekat kuat pada Mudah dilepaskan dari

daging, dan tidak dagingnya, lendir tebal

berlendir pada pada permukaanya.

permukaannya.

Ruas Hubungan antara ruas Hubungan antara ruas

kuat dan kompak, kepala dan tubuhnya

hubungan antara kepala tidak kuat,dan mudah

dan tubuhnya tidak terlepas.

mudah lepas.

Menurut Hadiwiyato (1993 ), Udang yang digunakan dalam industri

pengolahan hanyalah udang yang memiliki mutu segar. Penilaian mutu udang

36
dapat dilihat secara organaleptik. Mutu udang sebagai bahan baku akan

mempengaruhi produk akhir. Udang yang memiliki kesegaran yang baik

akan menghasilkan produk akhir yang baik pula atau sebaliknya. Berdasarkan

kesegarannya, udang dapat dibedakan menjadi empat kelas mutu, yaitu:

a) Udang mempunyai mutu prima ( prime ) atau baik sekali, yaitu udang -

udang yang benar- benar masih segar, belum ada perubahan warna,

transparan dan tidak ada kotoran atau noda-nodanya.

b). Udang yang mempunyai mutu baik (fancy ). Udang ini mutunya di

bawah prima, ditandai dengan adanya kulit udang yang sudah tampak

pecah - pecah atau retak -retak , tubuh udang lunak tetapi warnanya

masih baik dan tidak terdapat kotoranatau noda – nodanya.

c). Udang bermutu sedang ( medium, black dan spot ).Pecah – pecah pada

kulit udang lebihbanyak dari pada udang yang bermutu baik. Udang sudah

tidak utuh lagi, kakinya patah, ekornya hilang atau sebagian tubuhnya putus.

Daging udang sudah tidak lentur lagi, pada permukaan tubuhnya sudah

tampak banyak noda berwarna hitam atau merah gelap.

d). Udang yang bermutu rendah ( jelek dan rusak ). Kulit udang banyak

yang pecah atau mengelupas, ruas – ruas tubuh sudah banyak putus dan

udang sudah tidak utuh lagi.

2.5. Ruang Lingkup Pembekuan

2.5.1. Pengertian

Secara garis besar yang dimaksud bembekuan adalah suatu cara

pengawetan atau pengambilan penas dari produk yang akan dilakukan

hingga mencapai batas titik beku dari produk tersebut, sehingga bagian

37
besar dari air yang ada pada produk baik itu yang berupa air bebas

( free water ) maupun air terikat ( bound water) menjadi beku.

2.5.2. Prinsip pembekuan

Pada skala domestik yang akan dibekukan diletakkan didalam

freezer, dimana akan terjadi proses pindah panas yang berlangsung

secara konduksi (untuk mengeluarkan panas dari produk ). Proses ini

berlangsung selama beberapa jam, tergantung pada kondisi bahan

pangan yang akan dibekukan. Di industry pangan, telah dikembangkan

metode pembekuan lainnya untuk mempercepat proses pembekuan

yang memungkinkan produk membeku dalam waktu pendek. Pembekuan

cepat menghsilkan Kristal es berukuran kecil sehingga akan

meminimalkan kerusakan tekstur bahan yang akan dibekukan. Selain itu

proses pembekuan cepat juga menyebabkan terjadi kejutan dingin

(freezer shock) pada mikroorganisme dan tidak terjadi tahap adaptasi

mikroorganisme dengan perubahan suhu sehingga mengurangi resiko

pertumbuhan mikroorganisme selama proses pembekuan berangsung.

2.5.3. Metode pembekuan Cepat

a. Pembekuan dengan aliran udara dingin ( air blas freezing ) bahan

pangan yang akan didinginkan diletakkan dalam freezer yang

dialirkan udara dingin (suhu - 40 ℃ . Atau lebih rendah lagi.

b. Pembekuan dengan alat pindah panas tipe gesekkan dalam

(scraped

Hea exchanger produk yang dibekukan dengan metode ini untuk

mengurangi pembentukan kristal es berukuran besar.

38
c. Pembekuan kriogenik ( cryogenic freezing ) dimana nitrogen cair

( atau kabon dioksida ) disemprotkan langsung pada bahan –

bahan pangan berukuran kecil seperti udang atau strawberry,

karena cairan nitrogen dan karbon dioksida mempunyai suhu beku

yang sangat rendah maka proses pembekuan akan berlangsung

spotan.

2.5.4. Metode Pembekuan Lambat

Pembekuan lambat akan menghasikan kristal es besar dan tajam

yang akan lolos sebagai tetesan air pada waktu pencairan. Tetesan

air ini akan menyebabkan sari makanan lebih banyak terbuang dan

mengurangin kaandungan gizi makanan, kristal es yang terbentuk

tumbuh menjadi Kristal es yang besar sehingga cairan dari dalam sel

keluar dan sel menggalami dehidrasi.

2.5.5. Metode Pendingin

a. Air cooling

Air cooling menggunakan suhu pendingin lebih dari 0 derajat

Celcius dengan debit udara 150m3/jam. Metode pendingin cair cooling

dapat digolongkan menjadi :

1. Room cooling biasanya menggunakan ruang dengan insolasi yang

di lengkapi dengan alat pendingin. Umumnya digunakan untuk

berbagai macam produk segar tapi kurang efektif untuk segera

memindahkan field heat produk.

Cara penyimpanan produk dalam ruangan berpendingin sangat

dipengaruhi oleh :

39
a. Debit aliran udara ( diusahakan sekitar 100 cfm per ton produk )

b. Tumpukan produk

c. Ventilasi antar kotak

d. Suhu udara terendah

2.5.6. Produk Pembekuan Udang

Ada banyak macam bentuk produk udang yang dibekukan, hal

ini tertentunya mempunyai tujuan yang berbeda - beda. Menurut

purwningsih ( 1995 ), bentuk - bentuk udang beku dibedakan menjadi :

a. Head On ( HO )

Head on adalah produk penggawetan udang beku yang utuh

lengkap dengan kepala, badan, kulit, dan ekor. Produk ini harus

terbuat dari udang yang mempunyai tingkat kesegaran tinggi.

b. Head Less ( HL )

Head Less adalah produk udang beku yang diproses dalam

bentuk kepala yang sudah dipotong, tetapi masih memiliki ekor.

c. Peeled

Adalah produk udang beku tanpa kepala, kulit dan atau tanpa

ekor. Bentuk pengolahan produk ini dibedakan menjadi lima

jenis ,antara lain:

1. Peeled Tail On ( PTO )

Yaitu produk udang tanpa kepala dan dikupas mulai dari ruas

pertama sampai ruas kelima. Sedangkan ruas terakhir dan ekor

disisikan.

2. Peeled Deveined Tail On ( PDTO )

40
Yaitu produk udang beku kupas ( hampir sama dengan PTO,

Tetapi pada bagian punggung udang diambil vein ).

3. Peeled and Deveined ( PUD )

Yaitu produk udang beku yang kupas seluruh kulit serta ekornya

dan bagian punggunya dibelah untuk diambil kotoran / isi perutnya.

4. Peeled Undeveined ( PUD )

Yaitu produk udang yang dikupas seluruh kulit dan ekor seperti

pada produk PD tetapi tanpa mengambil kotoran perutnya.

2.6. Proses Pengawetan Udang.

Udang sebagai salah satu hasil penangkapan dari nelayan untuk

melakukan pengawetan secara lokal dan modern sebagai berikut :

a. Cara pembersihan udang melalui beberapa tahap antara lain: (1) Udang

setelah ditangkap lalu dicuci. Udang harus bersih dari lumpur, lumut,

sehingga tidak mudah rusak.

b. Menyiangi udang adalah membut kulitnya itu dengan membuang kepala

udang yang menyinpang kotoran dan kaau biarkan maka udang menjadi

rusak.

c. Pembekuan udang/ pengawetan adalah setelah udang dimasukan daam

tempat pembekuan tiap pak berisi berat yang dikehendaki misalnya 2 kg

atau 5 kg tiap pak udang yang dibekukan pada suhu 45℃ . Usaha

pembekuan pada umumnya untuk tujuan eksport Namun adapula yang

disiapkan unutk kebutuhan supermarket, atau hotal – hotel besar. Udang

beku hamper tak mengalami perubahan rasa maupun warna dagingnya.

(oleh Soetarno,AK 2001 hal:55).

41
2.6.1. Mutu Udang.

Mutu udang ditenukan oleh beberapa kriteria,yaitu:

a. Ukurangnya. Makin besar makin tinggi kualitasnya,juga harganya.

b. Kulitnya tipis, bersih, licin, bersinar, dan badan tak cacat, udang yang

begini harganya tinggi.

c. Udang yang masih dalam keadaan hidup, jadi masih segar,

harganya akan tinggi.

2.6.2. Pengeringan .

Dalam pengeringan udang digunakan metode pengeringan

yang berbeda terhadap sifat, fisik dan gizi daging udang yang

diselediki dalam penelitian ini. Udang kupas dikeringkan secara

terpisah menggunakan pengeringan dengan oven dan ada yang

digunakan air panas untuk penyiraman dan menggunakan panas

matahari untuk menjemuran udang. Daging udang ditentukan

dalam dua sistem pengeringan dengan memonitor kehilangan

kelembapan selama pengeringan. Pengeringan menyebabkan

perubahan warna, komposisi prosimak dan kapasitas rehidrasi

dinilai. Tingkat kehilangan kelembapan pengeringan surya lebih

dari pengeringan udara - oven. Perkembangan warna merah

selama pengeringan sebanding di antara kedua metode, tetapi

udang yang dikeringkan dengan sinar matahari tampak lebih

gelap ( L * = 47, 4 ) dibandingkan dengan yang dikeringkan dengan

42
oven udara ( L * = 49, 0 ). Analisisa kimia menunjukkan bahwa

protein dan lemak masing - masing membentuk hampir 20 % dan

2% ( wb ) dari daging udang. Kandungan protein dan abu daging

udang yang dikeringkan di bawah kedua jenis pengering sebanding

tetapi lemak secara signifikan ( p < 0,05 lebih tinggi pada daging

yang dikeringkandengan oven ( 2, 1 % ), dibandingkan dengan

daging yang dikeringkan dengan sinar matahari ( 1,5% ). Meskipun

perilaku rehidrasi udang dari dua sistem pengeringan mengikuti

pola yang sama, udang yang dikeringkan dengan tenaga surya

menyerap kelembapan lebih cepat. Hasilnya menunjukkan bahwa

pendekatan pengeringanyang berbeda dapat mempengaruhi kualitas

fisik dan gizi daging udang secara berbeda.

2.7. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dapat juga disebut sebagai tenaga atau

kekuatan (energy atau power ). Tenaga , daya , kemampuan atau kekuatan

terdapat pula pada unsur alam yang lain. Seperti tenaga air, tenaga uap ,

tenaga angin, dan tenaga matatahari (Sedarmayanti, 1994 : 1 ).

Sumberdaya manusia juga merupakan salah satu factor produksi pula,

disamping bahan. Sumberdaya manusia harus mampu melaksanakan tugas -

tugas dalam memproduksi makanan. Oleh karena itu segala faktor yang

mempengaruhi kemampuan dan kemauan manusia perlu diperhatikan.

Pengelolaan sumberdaya manusia itu relatif sulit karena kita

menghadapi barang hidup yang berprilaku tertentu, bauran produk yang

43
bermacam - macam, kesempatan yang beraneka ragam, teknologi /sarana dan

proses yang aneka werna, lokasi, letak fasilitas fisik.( sukato 1995 :179 ).

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam

membuat suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap

kemampuan siswa membuat produk-produk, teknologi. Pengawetan udang

sebagai makanan khas daerah . Produk yang dibuat adalah bahan - bahan

makanan yang bermanfaat bagi diri siswa. Penilaian ini tidak hanya melihat

hasil akhirnya tetapi juga proses pembuatannya.

Guru harus memahami tujuan penilain hasil belajar dari peserta didik

agar tidak terjadi kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrument penilaian.

Penilaian hasil kerja biasanya digunakan guru untuk menilai: 1) penguasaan

ketrampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan

berikutnya, 2) tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap

akhir jenjang/ kelas di sekolah. Selain itu penilaian produk akan menilai

kemampuan peserta didik dalam bereksplorasi dan mengembangkan gagasan

dalam mendesain, memilih bahan- bahan yang tepat, menggunakan alat

menunjukkan inovasi dan kreasi, memilih bentuk dan keterapilan.( Farida Ida

2017 : 106 ).

Upaya guru untuk meberikan motivasi kepada peserta didik, dan guru

sering berhadapan dengan dua jenis situasi kelas yang berbeda, yakni kelas

yang berada dalam keadaan waspada dan penuh perhatian dan siap

melakukan tindakan untuk mengatasi keadaan tegang dalam dirinya, dan

situasi dimana sebagian peserta didik tidak berada dalam kondisi yang di

harapkan. Mereka seolah – olah sedang mengantuk dan perhatianya tidak

44
tertuju pada pelajaran. Dalam kondisi ini guru perlu menggerakkan /

menggugah perhatian dan minat mereka. Guru berupaya menciptakan

lingkungan yang merangsang agar peserta didik memberikan sambutan

terhadap pembelajaran dari guru.( Hamalik 2014: 114).

2.8. Motivasi Belajar Bagi peserta Didik

Upaya guru untuk penerapan pendekatan pembelajaran kepada

peserta didik, melalui pendekatan Projeck Based Learning. Cara ini

tidak untuk mepertimbangkan kesesuaian bahan pelajaran dengan

kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan serta

pemahaman peserta didik dan hasil belajar . Guru dapat memperhatikan

motivasi belajar dari peserta didik untuk mempelajari bahan- bahan

yang disampaikan nya, oleh sebab itu peserta didik mempunyai

pemahaman konsep sehingga hasil belajar dari peserta didik dapat

memuaskan. Peserta didik dapat melakukan suatu pembelajar, serta

memahami konsep untuk materi pembelajaran itu sebagaimana

mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada peserta

didik, tetapi tak mungkin memaksanya untuk belajar dalam arti

sebenarnya. Ini berarti, tugas guru yang paling berat ialah berupaya

agar peserta didik mau belajar dan memiliki keinginan belajar dan

mempunyai motivasi belajar dari peserta didik.

a. Pengertian Motivasi Belajar

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meninjau

dan memahami motivasi, ialah (1). Motivasi dipandang sebagai

45
proses . Pengetahuan tentang proses ini dapat membantu guru

menjelaskan tingkah laku yang diamati dan meramalkan tingkah

laku orang lain; (2). Menentukan karakteristik proses ini

berdasarkan petunjuk – petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk

– petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya

untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. Mc

Donald (1959).

b. Perkembangan Konsep Pembelajaran

Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan

mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan

kepada peserta didik. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan

aktif, bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya.

Pembelajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Guru

bertindak sebagai pengajar, sedangkan peserta didik berperan sebagai

yang melakukan perbuatan belajar.Guru dan peserta didik menunjukkan

keaktifan yang seimbang sekalipun peranannya berbeda namun terkait

satu dengan yang lainnya.

c. Hasil Belajar

Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh

adalah Jerome Bruner (dalam Slavin,1994), yaitu peserta didik didorong

untuk belajar dengan mandiri. Peserta didik belajar aktif dengan

konsep –konsep dan prinsip – prinsip, sedangkan guru mendorong

46
peserta didik untuk menggunakan pengalaman – pengalaman tersebut,

untuk menemukan prinsip – prinsip bagi diri mereka sendiri.

Bahan yang harus dikelola, artinya, harus direncanakn,

diorganisasikan, dan diawasi sehingga aliran bahan mulai pembelian

melalui proses intern sampai dengan distribusi barang jadi itu efisien

dan efektif yang dapat dilihat melalui pengolahan pengawetan

( Sukanto 1995 : 153).

Nurcholish Handoyono, (2016), Pengaruh penerapan pendekatan

Projeck Based Learning terhadap hasil belajar yang ditinjau dari

motivasi belajar. Hasil penelitian mennujukkan bahwa: (1 ) ada

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang

menggunakan Projeck Based Learning problem Projeck based learning

dan konvensioanal, (2) ada hasil belajar yang signifikan antara peserta

didik bermotivasi belajar tinggi dan rendah. (3) tidk ada interaksi yang

signifikan antara metode pelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar (4) perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik

yang diajar menggunakan metode Projeck Based Learning dengan

metode konversional. (5) tidak ada perbedaan hasil belajar yang

signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan metode

Projeck Based Learning dengan metode konversional. (6) tidak ada

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang

diajar menggunakan metode Projeck Based Learning dengan problem

Based Learning.

47
Beberapa keunggulan metode Projeck Based Learning juga di

nugkapkan oleh Bruner seorang Psikolong Univercity Amerika Serikat

dalam Khoirul Anam, M. A (2015 ) sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat memahami konsep – konsep dasar dan ide –

ied lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada

situasi – situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong peserta didik untuk berfikir inisiatif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

4. Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatifnya

sendiri.

5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

6. Dapat menciptakan situasi proses belajar menjadi lebih

merangsang.

Kelemahan penerapan Pendekatan metode Projeck Based Learning

antara lain sebagai berikut:

1. Permasalahan dengan waktu yang dialokasikan . Apabila

guru dan peserta didik belum begitu terbiasa melaksanakan

model pembelajaran Projeck Based Learning, maka ada

kemungkinan besar waktu tidak dapat dimanajemen dengan

baik.

2. Pembelajaran Projeck Based Learning yang dilakukan oleh

peserta didik dapat melenceng arahnya dari tujuan semula

karena belum terbiasa melakukannya.

48
3. Pada akhir suatu pembelajaran bisa saja setelah segala

upaya dan kerja keras peserta didik dan kelompoknya

ternyata membuahkan hasil yang kurang maksimal.

4. Akan terjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran

karena peserta didik terbiasa menerimah informasi dari

guru.

5. Jika jumlah peserta didik didalam kelas terlalu banyak,

maka guru akan mengalami kesulitan untuk menfasilitasi

proses belajar seluruh peserta didik.

6. Ketika pembelajaran Projeck Based Learning yang

selalu disetting dalam kelompok ini berlangsung, biasanya

ada berapa peserta didik yang kurang aktif dalam

kelompoknya (Khoirul Anam, 205).

2.8.1. Sintaks Projeck Based Learning

Langkah – langkah Penerapan Pendekatan Projeck Based

Learning sebagai berikut:

a. Identifikasi dan kalasifikasi persoalan, dengan melakukan

pengamatan terhadap pencobaan. Persoalan dapat diajukan oleh guru

maupun peserta didik. Permasalahan yang diajukan harus disesuaikan

dengan peserta didik, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.

b. Memprediksi, yaitu memperkirakan berdasarkan pada data hasil

pengamatan.

49
c. Membuat hipotesis. Peserta didik berkolaborasi dangan guru dalam

menyusun hipotesis.

d. Perencanaan percobaan, yaitu mengamati percobaan yang

dilakukan.

e. Mengumpulkan data saat pelaksanaan percobaan. Agar dapat

menjawab hipotesis yang dibuat maka langkah berikutnya adalah

memgumpulkan data dan menganalisisnya. Pengmpulan data pada

materi pengawetan udang mempunyai karaktersistik yang khas

untuk masing – masing bidang kajian. Pengumpulan data dapat

dilakukan dilingkungan sekitar nya.

f. Mengomonikasihkan. Dengan menyusun dan menyampaikan laporan

percobaan secara sistematis.

g. Mengambil kesimpulan. Kesimpulan diambil setelah proses – proses

sebelumnya diselesaikan semua sehingga dapat merumuskan

kesimpulan yang sesuasi dengan hipotesis yang diajukan (Asih &

Eka. (2014).

2.8.2. Tipe - tipe Penerapan Pendekatan Projeck Based Learning

Pembelajar Projeck Based Learning dapat diklasifikan menjadi

beberapa bagian berdasarkan sintaks atau langkah – langkah

pembelajaran dan dibedakan menjadi lima tingkatan, yaitu:

a. Praktikum ( tradional hand-on )

Tingkat ini merupakan Projeck Based Learning yang paling

sederhana, dimana perlengkapan untuk Projeck Based Learning sudah

di sediakan oleh guru mulai dari buku petunjuk, alat, dan bahan

50
pratikum. Guru berperang selalu memberikan bimbingan bagi para

peserta didik.

b. Pengalaman sains tersrtuktur ( strukrured science experiences )

Pada tingkat ini, guru berperan menentukan topik dan

pertanyaan, memberikan petunjuk hasil penelitian atau prosedur

pratikum, alat dan bahan pratikum, sedangkan analisis hasil

penelitian dan kesimpulan dilaksanakan oleh peserta didik.

Menurutnya pembuatan merupakan petunjuk proses belajar telah

terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam,

yaitu pengetahuan dan keterampilan. Menurut Suhartini Arikunto

bahwa secara garis besar faktor – faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat dibedahkan atas dua jenis yaitu yang bersumber dalam

diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai factor internal, dan

factor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang

disebut factor eksternal. ( Khotimah, 2016 ).

Menurut Sanjaya dalam Qdrynt (2014), pada umumnya hasil

belajar dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotor. Maka ranah –ranah tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan

dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir, seperti

kemampuan mengingat atau kemampuan memecahkan masalah.

51
2. Ranah afektif, adalah berkenaan dengan sikap, nilai –nilai dan

apresiasi. Ada lima tingkat dalam ranah afektif ini yaitu:

penerimaan, merespons, menghargai organisasi dan pola hidup.

3. Ranah psikomotor, meliputi suatu tingkah laku yang menggunakan

syaraf dan otot badan. Ada lima tingkatan dalam ranah ini yaitu,

imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

Benjamin S. Bloom menyebutkan 6 jenis prilaku ranah kognitif

sebagai berikut : (1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang

hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan

itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip

atau metode. (2) Pengetahuan, mencakup kemampuan menangkap arti

dan makna tentang hal yang dipeajari. (3) Penerapan, memcakup

kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi

masalah yang nyata dan baru misalnya menggunakan prinsip (4)

Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian

– bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. (5)

Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru misalnya

kemampuan menyusun suatu program (6) Evaluasi, mencakup

kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan

keriteria tertentu. (Zakky, 2020 ).

a. Suasana, tugas atau konteks kegiatan lingkungan peserta didik.

b. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikasih.

c. Terdapat rangkuman meteri pembelajaran .

52
d. Terdapat instrument penilaian, yang memungkinkan peserta didik

melakukan penilaian mandiri (seif Assesment).

e. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga

peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi.

f. Terdapat informasi tentang rujukan / pengayaan /referensi yang

mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2.8.3. Penilaian Hasil Belajar.

2.8.3.1. Pengertian penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap

hasil – hasil belajar yang di capai siswa dengan keriteri tertentu. Hal

ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar

siswa. Hsail belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kongnitif, akfektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu,

dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku

yang diinginkan dikuasai siswa ( kompentensi ) menjadi unsure penting

sebagai dasar acuan penilaian. Penilaian proses pembelajaran adalah

upaya member nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan – tujuan pengajaran.

2.8.3. 2. Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya

diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi

53
melalui proses belajarnya. Dengan mengtahui tercapai tidaknya tujuan

pembelajaran dapat diambil tindakan perbaikan proses pembalajaran dan

perbaikan siswa yang bersangkutan misalnya dengan melakukan

perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan

bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian

tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan

tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya

memperbaiki pembelajaran.

Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses

pembelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa.

Oleh sebab itu penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu

sama lain sebab hasil belajar ayng sicapai siswa merupakan akibat

dari prosess pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya ).

Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai

berikut :

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran .

Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengcu pada rumusan-

rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari

kompentensi mata pelajaran.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar - mengajar. Perbaikan

mungikin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau

pengalaman belajar siswa, Strategi pembelajaran yang digunakan

guru, media pembelajaran dan lain – lain.

54
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada

orang tua. Dalam laporan tersebut di kemukakan kemampuan dan

kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata

pelajaran dalam bentuk nilai –nilai prestasi yang dicapainya.

2.8.3.3.Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Sejalan dengan fungsi penilaian diatas maka tujuan dari penilaian hasil

belajar adalah :

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para sisiwa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan

pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi

kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di

sekolah, dalam aspek intelektua, social, emosional , moral, dan

keterampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam meruba

tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang

diharpkan. Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran penting

artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau

membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi

manusia yang berkualitas.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan

pembelajaran serta stratagi pelaksanaan. Kegagalan para siswa

55
dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang

sebagai kekurangan pada diri siswa semata – mata, tetapi juga

bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan

kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan

program tersebut. Misalnya kekurang tepatan dalam memilih dan

menggunakan metode mengajar dan alat bantu pembelajaran.

d. Memberikan pertanggung jawaban ( accountability ) dari pihak

sekolah pada pihak – pihak yang berkepentingan. Pihak yang

dimaksud meliputi pemerintah ,masyarakat ,dan para orang tua

siswa. Dalam mempertanggung jawabkan hasil – hasil yang

dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan

kelemahan pelaksanaan system pendidikan serta kendala yang di

hadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang

berkepentingan. Misalnya dinas pendidikan setempat melalui

petugas yang menanganinya . Sedangkan pertanggung jawaban

kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan

kemajuan belajar siswa (rapot ) pada setiap akhir program

semester.

2.8.3.4. Prinsip

Penilaian Hasil Belajar

Selain tujuan dan fungsi penilaian, guru juga harus memahami

prinsip – prinsip penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain

adalah sebagai berikut :

56
a. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari

proses pembelajaran. Artinya setiap guru melaksanakan proses

pembelajaran ia harus melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian

yang dimaksud adalah penilaian formatik. Tidak ada proses

pembelajaran tampa penilaian. Dengan demikian maka kemajuan

belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat selalu memperbaiki

kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

b. Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas

kemampuan apa yang harus dinilai, meteri atau isi bahan yang

diujikan, alat penilaian yang akan diguanakan, dan interprestasi

hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu - rambu dalam

merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang

berlaku terutama tujuan dan kompentensi mata pelajaran ruang

lingkup isi atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaan.

c. Penilaian harus dilaksanakan secara komprenhensip, artinya

kemampuan yang diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Dalam aspek kognitif mencakup : Pengetahuan,

pemahaman ,aplikasi dan analisis, sintesis dan evaluasi secara

proposional.

d. Alat penilaian harus valid dan reliable. Valid artinya mengukur

apa yang seharusnya diukur ( ketetapan ). Reriabel artinya hasil

yang di peroleh dari penilaian adalah konsisten atau ajeg

(ketetapan).

57
e. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya.

Data hasil penilain sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan

untuk menyempurnakan program pembelajaran , memperbaiki

kelemahan – kelemahan pembelajaran dan kegiatan bimbingan

belajar pada siswa yang memerlukannya.

f. Penilaian hasil belajar harus objektif dan adil sehingga bisa

mengambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Prinsip –

prinsip penilaian diatas dapat digunakan guru dalam

merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar.

Pemilaian hasil belajar yang dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi

yang ada dalam pembelajaran. Pelaksanaan penilaian mengikuti

ketentuan yang telah dirumuskan mengetahui hasil belajar dari peserta

didik . Penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan instrument yang

telah dirancang atau disiapkan untuk mengetahui hasil belajar dari

peserta didik dikelas.

Berisi instruksi tugas yang bertujuan untuk penguatan pemahaman

tentang konsep / materi yang dipelajari bentuk-bentuk tugas dapat berupa:

2.8.3.5. Kegiatan observasi untuk mengenal fakta

a. Tes

Berisi tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta

didik dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil

58
belajar yang telah dicapai. Sebagai dasar untuk melaksanakan

kegiatan berikut.

b. Lembar kerja pratik

Berisi petunjuk atau prosedur kerja suatu kegiatan pratik

yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka penguasaan

kemampuan psikomotorik. Isi lembar kerja antara lain, alat dan

bahan yang digunakan. Petunjuk tentang keamanan / keslamatan

kerja yang harus diperhatikan, langkah kerja dan gambar kerja

(bila diperlukan ) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Lembar

kerja perlu dilengkapi dengan lembar pengamatan yang dirancan

sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

2.8.3.6. Bagian Evaluasi Hasil Belajar

Teknik evaluasi harus disesuaikan dengang ruang lingkup yang

dinilai, serta indikator keberhasilan yang akan dicapai. Jenis - Janis tes

yang dilakukan antara lain :

a. Tes kongnitif dirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat

pencapaian kemampuan kongniktif. Soal yang dikembangkan sesuai

dengan karakterristik aspek yang dinilai dan dapat menggunakan

jeni – jenis tes tertulis yang dinilai cocok.

b. Tes psikomotor, instrument tes psikomotor dirancang untuk

menggukur dan menetatkan tingkat pencapaian kemampuan

psikomotorik dan berubahan perilaku.

c. Penilaian ; sikap dirancang untuk mengukar hasil kerja.

59
2.8.3.7.Kunci Jawaban

Berisi jawaban dan pertanyaan dari tes yang diberikan setiap

kegiatan pembelajaran dan evaluasi pencapaian kompetensi, dilengkapi

dengan kriteria penilaian pada setiap item tes. merupakan ilmu yang

berkaitan dengan cera mencaritau tentang alam semesta secara

sistematis, sehingga pembelajaran bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep - konsep, atau prinsip –

prinsip sesaat tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan dapat diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik

untuk pempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya. Dimana prospek

pengembanagan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan

sehari –hari proses pembelajaran menekankan pada pemberian

penggalaman langsung terhadap peserta didik untuk mengembankan

kompetensi dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. Pendidikan diarahkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan

tersebuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitarnya.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan di sekolah menengah atas (SMA)

pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan yaitu konsep

pembelajarannya di kembangkan sebagai mata pelajaran integrative

pada kurikulum 2013, KD mata pelajaran sudah memadukan konsep

dari aspek disiplin ilmu pengetahuan namun tidak semua aspek dapat

dipadukan karena pada topiknya dan tidak semua aspek dapat

dipadukan. Terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapakan

60
dalam pembelajaran diantaranya connected (terhubung), webbed

( transparan / langsung ), shared ( berkelompok / bersama ), dan integrated

( terintegrasi ). Empat model tersebut dipilih karena konsep –konsep

dalam KD memiliki karakterisrik yang berbeda –beda, sehingga

memiliki model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang

optimal.

Menurut Kemendikbud (2013 ) terdapat sejumlah konsep yang

saling bertautan dalam suatu KD. Supaya dalam pembelajaran dapat

menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep – konsep tersebut

harus dipertautkan terhubung dalam pembelajaran . Pada model

terhubung konsep pokok yang menjadi materi pembelajaran inti,

sedangkan penerapan konsep yang dikaitkan berfungsi untuk

memperkaya. Ada KD yang mengandung konsep saling berkaitan

tetapi tidak beririsan . Untuk menghasilkan potensi yang utuh, konsep

harus berkaitkan dengan tema tertntu yang biasa disebutkan dengan

webbed atau yang sekarang disebut tematik. Ada sejumlah KD yang

mengandung konsep saling beririsan / tumpang tindih, sehingga biasa

diajarkan secara terpisah menjadi tidak efisien. Konsep tersebut

memerlukan pembelajaran model integrated atau sharad. Pada model

integrated materi pembelajaran dikemas pada konsep KD yang

sepenuhnya beririsan , sedangkan pada model shared, konsep dalam

KD yang diajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari

bagian yang beririsan. Menurut Karli, H dan Margaretha dalam Puji

Rahayu (2019), Beberapa ciri pembelajara adalah sebagai berikut :

61
a. Holistik, suatu peristiwa yang terjadi dan pusat perharian dalam

pembelajaran yang dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk

memahami suatu fenomena dari segala sisi.

B. Bermakna berkaitan antar konsep – konsep lain akan menambah

kebermaknaan

konsep yang dipelajari dan diharapkan peserta didik, sehingga

mampu menerapkan hasil belajarnya dalam memecahkan masalah

nyata dalam kehidupannya.

c. Aktif, pembelajaran dikembangkan melalui penerapan pendekatan

Projeck Based Learning peserta didik teribat secara aktif dalam proses

pembelajaran secara tidak langsung dapat memotivasi peserta didik

untuk belajar.( Rahayu, 2019).

Setiap proses pembelajaran harus dipastikan telah berjalan dan

mencapai hasil sebagaimana ditetapkan dalam RPP, sehingga harus terus

dievaluasi terhadap seluruh proses pembelajaran nya. Evaluasi ini meliputi

evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil yang mampu dicapai oleh

peserta didik. Hasil evaluasi yang telah dilakukan dijadikan pijakan oleh

guru agar dapat mengambil langkah – langkah tindak lanjut yang dinilai

terbaik dan bisa dilakukan baik oleh guru, peserta didik, orang tua peserta

didik, mampu menyelenggarakan sekolah lainya. ( Widodo, 2015).

C. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Tawil & Liliasari (2014, hal 36 ) dalam Lela Gusdiantini

(2017), keterampilan proses sains sangat penting untuk diimplementasikan

dari sekarang, karena melihat perkembangan ilmu pengetehuan yang semakin

62
cepat dan maju sehingga tidak mungkin lagi jika peserta didik hanya

diajarkan secara verbal, akan tetapi peserta didik harus dibiasakan untuk

mengembangkan ilmu, menentukan pengetahuan baru, serta dapat

menentukan konsep –konsep.

Pemahaman konsep dan hasil belajar perlu dikembangkan sejak peserta

didik memduduki sekolak dasar. Dengan menggunakan keterampilan proses

sains. Pembelajaran akan lebih menarik dan menimbulakn kesan yang

posetif yang akan tertanam dalam diri peserta didik sampai mereka beranjak

dewasa. Selain itu dengan menggunakan keterampilan proses sains

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetukan secara

langsung apa yang dipelajarinya. Menurut Nurlaela , dkk, (2016), dalam Lela

Gusdiantini (2017), Pembelajaran dengan mengalami secara langsung akan

membantu peserta didik untuk lebih memperkuat daya ingat peserta didik

itu dapat mengembangkan pemahaman peserta didik pada materi yang

sedang dipelajarinya.

D. Kerangkah Pemikiran

Mata pelajaran sains merupakan salah satu bidang mata pelajaran sains

yang dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.

Selama proses pembelajaran sains, peserta didik dituntut untuk aktif dalam

menentukan konsep –konsep utama dari materi sains baik melalui kegiatan

observasi, eksperimen membuat gambar, grafik, tabel, dan

mengkomonikasihkan hasil pada orang lain, hal ini berkaitan dengan sikap

dan pemahaman konsep proses sains. Pada kenyataan disekolah pemahaman

konsep proses sains pada peserta didik masih rendah hal tersebut terjadi

63
karena model pembelajaran yang digunakan guru belum memberikan

kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengembangkan

pemahaman dan proses mereka secara maksimal. Selain itu penilaian dari

hasil belajar yang diterapkan pada pembelajaran sains hanya menggunakan

penilaian tes. Pada hal penilaian tes hanya dapat menilai aspek kognitifnya

saja, oleh karena itu diperlukan suatu penilaian yang tidak hanya menilai

hasil tes saja melainkan juga kinerja yang dilakukan oleh peserta didik.

Upaya untuk meningkatkan materi pengawetan udang sebagai makanan

khas daerah, maka secara umum guru harus berusaha sekeras mungkin untuk

memberikan motivasi belajar bagi peserta didik. Secara khusus guru perlu

melakukan berbagai upaya tertentu untuk meningkatkan pemahaman konsep

dan hasil belajar peserta didik dan diarahkan untuk mempelajari tenteng

cara pengawetan udang sebagai makanan khas daerah.

Untuk memperoleh hasil dari peserta didik maka dari segala bidang

yang dipelajari untuk mendapatkan pengetahuan. (Crawfor, 1977).

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan konsep pemikiran diatas maka hipotesis adalah sebagai

berikut: Terdapat pengaruh Penerapan pendekatan Projeck Based Learning

pada materi pengawetan udang sebagai makanan khas daerah terhadap

pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik di kelas X SMA Negeri

1 Inanwatan.

Pengembangan penerapan pendekatan melalui Projeck Based Learning

pada materi pengawetan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil

belajar kepada peserta didik . model yang sesuai dengan pemahaman

64
konsep dan proses sanins adalah model Projeck Based Learning, dengan

model ini peserta didik di dorong untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran serta dapat merumuskan masalah dan hipotesisnya sendiri.

Model pembelajaran dengan materi pengawetan udang sebagai makanan

khas daerah , merupakan materi yang di anggap sulit oleh peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Inanwantan. karena itu bahan pengawetan dalam

makanan berbeda - beda jenisnya dengan strategi pembelajaran yang tepat

di harapakan untuk peserta didik lebih mudah memahami materi tersebut.

Penilitian ini memadukan pada model penerapan pendekatan pembelajaran

berbasis Projcrk Based Learning. Dihapakan pembelajaran berlangsung

lebih baik, dan merangsang peserta didik untuk lebih aktif dalam

pembejaran , dan meningkatkan keterampilan proses peserta didik dan

pemahaman terhadap materi pembelajaran. Pada akhirnya hasil belajar akan

meningkat. kerangka berpikir dalam penelitian ini dinyatakan dalam gambar

2.1 berikut ini:

Pesesrta didik kurang aktif dalam pembelajaran , Pembelajaran materi pengawatan


sarana prasaran dan media pembelajaran udang dapat menggunakan bahan
kurang , pendekatan terhadap pembelajaran guru ajar dan penerapan pendekatan
kurang tepat , menilai peserta didik sebagian Projeck Based Learning sebagai
besar masih di bawah KKM pada materi solusi. Untuk mengetahui hasil
pengawetan udang makanan khas daerah, dan belajar dari peserta didik .
hasil belajar pada peserta didik.

Peserta didik lebih aktif dalam kegiatan Peserta didik secara aktif
pembelajaran ,melalui penerapan pendekatan menemukan sendiri konsep
Projeck Based Learning pada materi pengawetan materi pengawetan yang di
udang sebagai makanan khas daerah dan pelajari , kegitan pembelajara
pemahaman konsep dan hasil belajar, proses lebih akur dan meperbaiki
sains meningkat , mencapaI / melebihi KKM pada hasil belajar pada peserta didik.
materi pengawetan makanan khas daerah .

65
Gamabar 2.1 Bagan kerangka pikir penelitian

1. Penerapan Pendekatan dengan Materi Pengawetan Udang Sebagai

Makanan khas Daerah

2. Pengawetan Udang Sebagai Makanan Khas Daerah

Menurut Adriyani Putri, ddk ( 2018 ). Materi pengawetan udang

sebagai bahan makanan merupakan salah satu materi pembelajaran

untuk SMA Negri 1 Inanwatan kelas X pada kurikulum 2013. Materi

pengawetan memuat sub materi pengawet. pengawetan udang

merupakan pengawet yang dapat di golongkan secara alami dan

sintesis atau buatan .

Pengawetan makanan adalah semuah bahan makanan yang di

tambahkan kedalam makanan selama proses pengolahanya,

penyimpanan atau pengepakan udang .

a. Fungsi penambahan zat pengawetan dalam makanan adalah :

1)Meningkatkan nilai gizi makanan .

2)Meperpanjang umur simpan (shelf life) makanan.

3)Untuk memproduksi makanan untuk lelompok konsumen .

b. Pengawetan alami merupakan bahan tambahan yang terdapat dalam

tumbuhan atau hewan yang di konsumsi manusia . contohnya kunyit,

lenkuas, daun pandang, dan lain lain.

c. Berdasarkan fungsinya, pengawetan udang sebagai makanan di

bedahkan menjadi:

1) pengawatan

2) penyedap rasa

66
3. Pengawatan Makanan

3.1 . Pengawet alami adalah yang berasal dari alam contohnya: garam ,

kunyit ,cengke, kulit kayu manis , dan larutan gula .

3.2 . Pengawet buatan adalah pengawet yang bersal dari buatan

manusia yang bebahaya bagi kesehatan . contohnya: Benzoat, sulvit

propel galat garam nutrit asam asetat, dan lain- lain .

Bahan pengawet yang di ijinkan oleh Badan POM

Indonesia di antara yaitu :

Asam bensoat, beleran dioksida, kalsium bensoat dan lain-lain

3.3. Bahan pengawet berbahaya antara lain : Asam Bensoat dan

natrium bensoat bias menimbulkan reaksi alergi dan penyakit

saraf. Sedangkan natrium dan lakium nitrit, dapat

menyebabkan efek seperti perubahan sendarah ,tumor, pada

saluran pernfasan, dan bisa menimbulkan efek toksik pada

manusia di jaringan lemak.

67
BAB III

METODOLOGI PENELITIA

3 . 1. Desain Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian. Dilakukan observasi proses

pembelajaran di kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan dari hasil observasi

ditemukan beberapa permasalahan dan perlu solusi alternatif untuk

penerapan pendekatan Projeck Based Learning pada materi pengawetan udang

sebagai makanan khas daerah, pemahaman konsep dan hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran prakarya. Langkah – langkah yang di lakukan

pada saat observasi awal sebelum di lakukan penelitian, tampak pada

gambar 3 .1 berikut:

Kajian kurikulum Prakarya


Pendahuluan (Observasi kelas
penelitian Materi pengawetan pada makanan

Analisis Deskripsi kebutuhan kelas


Studi PBM ; kondisi sarana
penelitian SMA Negeri 1
dan prasarana (kuisoner dan
Inanwatan
Wawancara)

MASALAH PENELITIAN

Gambar 3 . 1 Skema Studi Pendahuluan

Sumber : Dokumen Pribadi

68
3.2. Metode penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (

Research and Development) untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut produk yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah. Penerapan pendekatan dengan materi pengawetan makanan tahap

perkembangan adalah pendefinisian (Define) perencanaan ( Desing)

pengembangan ( Develop) dan penyebaran ( Dessiminate ) tahap – tahap

pengembangan model siklus 3D oleh sugiyono ( Puji Rahayu, 2019) langkah –

penelitan pengembangan berbasis Projeck based Learning materi

pengawetan makanan ditujukan pada gambar 3.2 berikut :

Potensi dan Pengumpulan Data Desain Produk


Volidasi Desain
Masalah

Uji Coba Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain


Pemakaian

Revisi Produk Produk akhir

Gambar 3.2 Bagan alur Langkah- langkah metode Research and Devolopment

Sumber : ( sugiono .2016 )

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Inanwatan jalan Serkos Distrik

Inanwatan Kabupaten sorong selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester

ganjil tahun pembelajaran 2022 – 2023 .

69
3.4. Populasi dan sampel penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Inanwatan kabupaten sorong selatan jumlah populasi

adalah 283 pesrta didik. Terlibat dalam uji coba skala terbatas uji

coba skala luas dan penerapan pendekatan Projeck Based Learning

pada materi Pengawetan udang sebagai makanan khas daerah dengan

model Projeck based Learning.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di

miliki oleh populasi (sugiyono, 2012 ) berdasarkan pengertian tersebut

yang menjadi sampel penelitian ini adalah peserta didik di kelas X

SMA Negeri 1 Inanwatan yang berjumlah 32 peserta didik .

c. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, Karena

sampel dianggap homogeny misalnya guru mengajar dengan kurikulum

yang sama objek peneliti pada jenjang kelas yang sama dan

kemampuan peserta didik yang hampir sama

3.5. Prosedur Peneliti

Langkah-langkah penelitian dan alur penerapan pendekatan berbasis

Projeck Based Learning menurut metode Reserch dan Development di

jelaskan dalam diagram pada gambar 3.3.berikut:

70
Potensi dari masalah (Oservasi ) lapangan di

Menyusun draf Penerapan pendekatan berbasis Projeck


Based Learning

Desain Model penerapan pendekatan dan


pemahaman konsep
Desain
Revisi
Validasi tim ahli atau pakar

Pengembangan penerapan
pendekatan dan Projeck Based
Learning

Revisi

Uji coba skala besar

Uji coba skala kecil

Analisis data hasil peneitian

Uji coba pelaksanaan

Produk akhir penelitian ( berbasis Projeck Based learning layak dan


efektif ) di gunakan untuk peserta didik

71
Gambar 3.3. Skema Langkah –langkah pengembangan penerapan pendekatan

berbasis Projeck Based Learning dengan metode Research Development.

3.6. Prosedur Pengembangan

3.6.1. Tahab pendefinisian ( Define)

Tahap ini bertujuan menentukan dan menjelaskan kebutuhan yang

di perlukan dalam pengembangan bahan ajar yang di gunakan saat ini

belum mencapai pemahaman peserta didik, sehingga peserta didik

belum mendapatkan makanan seluruhnya dari kegiata

pembelajaran .Terhadap 4 tahap di capa i oleh pesera didik di antaranya

yaitu: analisis permasalaha , analisis peserta didik analisis konsep dan

analisis tujuan pembelajaran.

3.6.1.1. Analisis Permasalahan

Analisis permasalahan bertujuan untuk mengetahui Masalah yang

di hadapi dalam pembelajaran berdarkan hasil observasi di ketahui

bahwa proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Inanwatan pada umumnya

masih berpusat pada guru dan jurusun masing –masing pembelajaran

di kelas masih secara klasikal. Tergantung pada buku cetak yang

tersedia dan metode pembelajaran yang di gunakan masih menghafal

teoritis tampa ada keterampilan proses dalam pembelajaran materi

pengawetan pada makanan di anggap hal bisa karena banyak

berhubungan dalam kehidupa sehari- hari sehinga proses

pembelajaranya tidak maksimal karena di anggap peserta didik dapat

memahami sendiri dapat dari hasil observas i ini adalah kekurangan

efektif dalam pembelajaran dan minimnya ketercapaian ketuntasan

72
minimal masalah yang di temukan dalam pembelajaran di SMA Negeri

1 Inanwatan antaralain ( 1 ) kreatifitas penyediaan materi peserta didik

terbatas, (2) guru menyampaikan materi pengawetan pada makanan

tampa ada praktekum karena di anggap sudah melekat dengan

kehidupan sehari-hari. ( 3 ) rendahnya keterampilan proses sains peserta

didik dan hasil belajar peserta didik rendah karena kurangnya

pemahaman konsop pembelajaran di harapkan mampu meningkatkan

keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.

3.6.1.2. Analisi peserta didik

Analisis di maksutkan untuk mempermudah memperoleh informasi

peserta didik dalam memehami konsep pengawetan pada makanan dari

buku cetak yang di gunakan desain analisis peserta didik terdiri atas

tahapan prosedur mengembangkan produk yang di lakukan yanitu :

a. Analisis kebutuhan

Anali di lakukan dengan mengumpulkan informasi tentang di

butukanya penggunan media pembelajaran berupa penerapan

pendekatan berbasis Projeck Based Learning analisis dengan

observasi dan menemukan bahwa SMA Negeri 1 Inanwatan kegiatan

pembelajaran belum maksimal menggunakan media pembelajaran secara

variatif media pembelajaran yang digunakan masih terbatas buku paket,

papan tulis, beberapa media dan metode pembelajaran secara observasi

sarana dan prasarana yang di miliki sekolah sebagai sumber belajar bagi

peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran meliputi :

ketersediaan buku pembelajaran di perpustakaan ketersediaan alat- alat

73
pratikum di laboratorium yang suda tidak lengkap pemanfaatan sumbur

lain yang ada di sekolah yang mashi di gunakan ( lingkungan sekolah )

b. Identivikasi sumber daya.

Dengan melakukan menginventarisir sumber daya yang di miliki

baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah seperti

perpustakakan. Laboratorium terpadu media pembelajaran dan sumber

belajar lainya yang mendukung pembelajaran Hasil inventarisasi

dukungan di gunakan untuk menentukan produk yang akan di

kembangkan..

c. Aspek produk.

Aspek produk di maksudkan untuk mengetahui ketersedian daya

yang mendukung pengembangan produk hasil analisis kebutuhan dan

Idetivikasi sumber daya yang di miliki sekolah dengan melakukan

Langka-langka :

1. Petunjuk menggunakan model pembelajaran

2. Keterbacaan

3. Systematika

4. Kualitas materi yang di sajikan

5. Kualitas narasi

6. Analisis konsep

3.6.1.3. Analisis konsep

Analisis konsep di lakukan dengan menentukan materi pelajaran

yang di pilih dalam pengembangan penerapan pendekatan berbasis

projeck based Learning materi yang di pilih dalam penelitian yaitu

74
materi kalas X semester ganjil yaitu pengawetan pada makanan hasil

pengembangan selanjutnya akan diuji coba pada peserta didik kelas X

SMA Negeri Inanwatan.

3.6.1.4. Analisa Tujuan pembelajaran

Ananlisa dilakukan untuk menentukan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai dalam pengembangan penerapan pendekatan berbasis

projeck basad Learning dan penelitian ini bertujuan untuk perencanaan,

mengembangkan hasil belajar, materi pengawetan udang sebagai

makanan khas daerah untuk meningkatkan sains dan hasil belajar

peserta didik kalas X SMA Negeri 1 Inanwatan

3.6.2. Tahab Perencanaan ( Desing )

Tahap perencanaan pembelajaran berbasis projeck based Learning Terdapat

unsur – unsur di dalamnya meliputi : cover. kata Pengantar. pendahuluan,

gambar dan sub bab yang di pelajari

( a ) Pendahuluan berisi gambaran umum tentang pembelajaran secara

keseluruhan.

( b) Petunjuk penggunaan materi pembelajaran pada materi pengawetan.

Petujuk penggunaan penerapan pendekatan di maksudkan untuk

memberi bimbingan kepada peserta agar didik mampuh belajar secara

mandiri . memperjelas peranan guru dalam pembelajaran kompetensi.

kompetensi dasar inkator pencapaian hasil belajar peserta didik, serta

lanagkah - langkah kegiatan pembelajaran . Sehingga tujuan

pembelajaran yang akan di capai peserta didik.

( c ) Isi materi

75
Berisi materi pembelajaran yang di kembngkan dalam pembelajaran

Yaitu materi semester ganjil kelas X materi pengawetan pada

makanan.

( d ) Latihan Soal

Berisi soal-soal latihan untuk melatih dan menguji tingkat pemahaman

peserta didik terhadap materi pembelajaran.

3.6.3 Tahap pengembangan ( Develop)

Pada tahap ini merupakan awal terbentuknya produk yang berupa

materi pengawetan . Bentuk awal produk disusun berdasarkan hasil dari tahap

perencanaan Selain itu di susun juga Instrumen evaluasi hasil belajar yang

di gunakan untuk validasi kelayakan, oleh penilan ahli bidang materi. Pakar

ahli bidang desain. Dan bidang bahasa draf produk yang sudah divalidasi

oleh dosen ahli. Disertai beberapa masukan tentang kelemahan dan penilaian

untuk perbaikan .

Dari hasil validasi dilakukan revisi draf produk, hasil revisi yang

sudah divalidasi di kembangkan ke tim ahli dari Universitas Cenderawasi

Jayapura. Revisi produk di lakukan sebelum di lakukan diskusi, melalui rekan

sejwat dan dosen pembimbing diskusi membahas analisa dokumen lembar

observasi. Anket dan semua catatan kekurangan produk pada proses

pembelajaran. Pembahasan besifat objektif dan cermat sesuai fenomena data

lapangan produk direvisi kembali sehingga mencapai hasil yan g di

harapkan . Revisi produk memerlukan tanggapan dan masukan teman -teman

guru SMA Negeri 1 Inanwatan sehinga hasil produk bias dijadikan sebagai

76
bahan ajar yang siap diujicoba pada kelas eksperimen yaitu sampel acak

kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan

3.6.4. Tahap penyebaran ( Disseminate )

Tahap penyebaran merupakan tahap penggunaan produk

pembelajaran kelas X berbasis Projeck Based Learning yang sudah

lolos uji validasi oleh tim ahli sehingga layak untuk di gunakan dalam

kegiatan pembelajaran di kelas sebagai bahan ajar. Penyebaran terbatas

di sekolah SMA Negeri 1 Inanwatan.

3.7. Uji Coba Produk

3.7.1. Desain Uji Coba

Tahab desain uji coba produk di pilih secara acak beberapa

peserta didik untuk melakukan uji coba produk, memberikan penilaian

tentang hasil belajar di sertai masukan. Penilaian meliputi keterbacaan

materi , penilaian dan masukan peserta didik agar dihasilkan efektif dan

inplementatif saat di uji cobakan di kelas skala besar . yaitu peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan format masukan dan penilaian

dikemas dalam bentuk lembaran angket respon peserta didik .

3.7.1.1 Uji Coba Skala Terbatas

Uji coba dilakukan di SMA Negeri 1 Inanwatan Kabupaten

Sorong Selatan dengan peserta uji coba adalah peserta didik kelas X

sebanyak 10 orang yang di pilih secara acak. Uji coba skala kecil di

manfaatkan untuk mengetahui keterbacaan materi, dan tata cara

penulisan, penggunaan gambar, dan penggunaan bahasa pada materi

harus bersifat komunikatif terhadap peserta didik instrument format

77
masukan dan penelitian dikemas dalam bentuk lembaran angket

respon peserta didik model eksperimen dirumuskan dengan

persamaan single one shot case study berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Group Perlakuan Pretest Post test

Kelas Luas X 0 0

Kelas X - -

Terbatas(KT)

Keterangan : X = pembelajaran pembelajaran mengunakan Projeck

Based Learning O = Pretest pada kelas luas, O1 = post test pada kelas luas, KT =

Kelas dengan pelajaran menggunakan berbasis Projeck Based Learning di kelas

terbatas,KL = Kelas dengan pelajaran menggunakan berbasis Projeck Based

Learning di kelas luas.

3.7.2. Subyek Uji Coba

Target popuasi adalah perserta didik kelas X SMA Negeri 1

Inanwatan Kabupaten Sorong Selatan semester I Tahun ajaran 2021/2022.

Subyek uji coba hanya menggunakan satu kelas yaitu kelas X SMA

Negeri 1 inanwatan.

3.7.3.Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable bebas dan variable

terikat. Pelajaran berbasis Projeck Based learning berperang sebagai

variable bebas (variable X ).Variabel ini ( independent ) mempengaruhi

pemahaman konsep variable terikat ( independent variable ) di sebut

78
variable Y. Variabel terikat ( variable Y ) terdiri dari dua variable yaitu

variable dependent – I ( variable YI ) berupa penerapan pendekatan

Projeck Based Learning pada peserta didik dalam pembelajaran dan

variable dependent – 2 ( variable Y 2 ) berupa hasil belajar peserta didik.

3.7.4. Jenis Data

Penelitian pengembangan penerapan pendakatan pelajaran berbasis

Projeck Based Learning, diperoleh dua macam data :

a. Data primer,yaitu data tentang kualitas kelayakan materi, hasil

pengembangan. Data merupakan hasil validasi ahli materi dan ahli

media. Data tersebut meliputi skor penilaian dari aspek kelayakan isi,

aspek kebahasaan, aspek penyajian. Lainnya berupa komentar dan

saran dari para ahli.

b. Data Sekuder,yaitu data hasil penilaian praktikum yang merupakan

data penilaian keterampilan proses sains peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran dan data hasil belajar peserta didik.

3.8. Instrumen Pengumpulan Data

Beberapa aspek penilaian yang di lakukan yaitu kelayakan ,hasil

penilaian penerapan pendekatan dan pemahaman konsep dan hasil belajar

peserta didik, dan hasil belajar, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa

instrument sebagai berikut.

Tabel 3.2 Aspek Pengamatan dan Instrumen Pengumpulan Data

No Aspek Pengamatan Instrumen

1 Kelayakan Lembar angket validasi

2 Keterampilan Proses sains Lembar checlis observasi dan angket

79
3 Hasil Belajar Soal pretest dan prot test

Instrumen penilaian yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam uji coba

adalah :

1. Angket /Kuesioner untuk ahli materi

Kuesioner ahli materi merupakan lembar penilaian produk, untuk

memperoleh data tentang materi dan pengembangan hasil belajar di lihat dari

aspek isi, penyajian dan kebahasaan. Kuesioner /angket disusun berdasarkan

kisi-kisi Validasi oleh dosen pembimbing sebelum digunakan. Instrumen

kuesioner disusun menggunakan skala Likert dimodivikasi, terbagi atas tiga

aspek sebagai berikut:

Tabel 3.3 – Kisi - kisi instrument untuk validator materi

No Kriteria Indikator Nomor Soal Jumlah

1 Aspek Kesesuaian Materi dengan SK

Keayakan dan KD

Keakuratan Materi

Kemutahiran Materi

2 Kelayakan Teknik Materi

Penyajian

Pendukung Penyajian

Penyajian Pembelajaran

Kelengkapan Penyajian

3 Penilaian Lugas

Bahasa

80
Komunikatif

Dialogis dan Interaktif

Ksesuaian dengan tingkat

Perkembangan Peserta didik

Keruntututan dan

keterpaduan alur piker

Penggunaan Simbol ,Istilah

atau Ikon

Jumlah butir soal

2. Angket / kuesioner untuk ahli media

Kuesioner ahli materi merupakan lembar penilaian produk, untuk

memperoleh data tentang kelayakan materi dan pengembangan hasil

belajar peserta didik yang dilihat dari aspek kelayakan kegrafikan

kuesioner / angket disusun berdasarkan kisi-kisi dan validasi oleh dosen

pembimbing sebelum digunakan instrument kuesioner

3. Angket respon peserta didik

Angket yang diberikan kepada peserta didik dari tiga kategori

prestasi belajar ( tinggi, sedang, rendah ) yang berperang serta dalam uji

coba terbatas, sedangkan angket uji coba skala luas diberikan kepada

peserta didik di kelas ekperimen.

4. Tes hasil belajar

Pengumpulan dari hasil belajar peserta didik dilakukan dengan

teknik pemberian soal test. Aspek soal terdiri dari aspek kognitif
81
pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Indikator soal mengacu

pada indikator KD dan IPK.

3.9. Teknis Analisis Data

3.9.1. Analisis Instrumen Test

Validasi adalah Ukurang yang menunjukan tingkat kevalitan dan

keseluruhan suatu instrument test dinyatakan dengan validitas. Suatu

test disebut valid jika test tersebut dapat mengukur dengan tepat tampa

yang diukur (Arikunto,2021 ). Uji validitas instrument penelitian

dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi person product

moment (r) (Ridwan, 2012) dan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus:

n ∑ xy −(∑ x)(∑ y )
r xy=
√ {n ∑ x 2 − ( ∑ x ) 2 }{n ∑ y 2 −(∑ y )}

Keterangan : r xy = Koofisien Korelasi antara variable X .Dan y, ∑x =

jumblah seluruh Skor item x, ∑y = seluruh skor item y, n = jumblah

responden. Tahap berikut adalah menguji tingkat signifikan dengan uji -t

r √n − 2
t hitung =
r √ 1=r 2

Dimana t hitunh = nilai t hitunn,, r koofisien korelasi hasil t hitung n =

jumblah responden

Distribusi t table untuk ɑ = 0,05 dan derat kebebasan (dk = n – 2)

Kaidah Kepuasan Jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya jika t

hitung < t table tidak valid.

82
Tahap berikutnya adalah menguji tingkat signifikan dengan uji – t RUMUS

3.9.2. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (2012 :100) reliabilitas merupakan instrument

yang dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data karena instrument

tersebut layak dan baik. Sedangkan, menurut (Sogiono, 2010: 2012), jika

dihubungkan dengan validitas, maka instrument merupakan reliabel

belum tentu valid dan reliditas instrument pada penelitian reliabillitas

adalah sejauh mana pengukuran dari suatu test tetap konsisten setelah

dilakukan berulang- ulang terhadap subjek dalam kondisi yang sama.

Penelitian yang memberikan hasil konsisten untuk pengukuran yang

sama dianggap layak. Sedangkan tidak layak bila pengukuran berulang

memberikan hasil yang berbeda - beda.

Rehabilitas intrumen rumus yang digunakan yaitu rumus Spearmen Brown

menurut, Ridwan,2012

2 rb
r n=
1+rb

Dimana r n koofisien reabilitas seluruh item, rb = korelasi produk moment

pembelajaran alawal sampai akhir.

RUMUS

n ∑ xy − ( ∑ X ) (∑ Y )
r n=
√ ¿¿

Keterangan: r xy = Kofien Korelasi antara variable X

83
Dan Y ,∑ x= Jumblah seluruh Skor item x,∑y = jumblah seluruh skor item y, n =

jumblah responden.Tahap berikut adalah menguji tingkat signifikan dengan uji –t

r √ n− 2
t ℎitung =
r √1 −r 2

Diman t hitung = nilai t hitung Koofisien Korelasi hasil t hitung n = jumblah

responden. Distribusi t table untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n -2 )

Kaidah Keputusan

Jika t hitung ¿ t tabel berarti valid,sebalikny jika t hitung ¿ t abel tidak valit

3.9.3. Analisis Deskriptif Presentase

Lembar angket penilaian pengembangan produk penilaian dalam

hal ini adalah penerapan pendekatan Projeck Based Learning

pemahaman konsep dan hasil belajar akan menghasilkan data kuantitatif

dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angkah yaitu 4 (sangat baik ), 3

( baik ), 2 (kurang baik ) dan 1 ( buruk ). Sedangkan data kualitatif

diperoleh dari validator dan peserta didik berdasarkan lembar angket

yang diberi suatu saran dan catatan penting. Data dari angket berupa

data ceklis ( kuantitatif ) dan lembar saran (kualitatif ) yang berisi skor

dengan skla likers untuk memperoleh nilai validasi produk.

Data selanjudnya di interprestasikan dengan kalimat yang bersifat

kuatitatif ( Sudjana, 2005 dalam puji rahayu 2019 ). Kriteria pentagoras

penilaian hasil belajar adalah tentang skor 2, 1 , dan 0. Data yang

diperoleh serta menganalisis dengan menggunakan deskriptif persentase

n
dengan persamaan berikut : P− x 100 %
N

84
RUMUS: P = Keterangan P = Presentase skor yang diperoleh, N =

Jumlah skor maksimal.

Tabel 3.3. Kriteria kelayakan penerapan dan hasil belajar.

Interval % skor Kriteria

75 % < skor ≤ 100 % Sangat Layak

50 % < skor ≤ 75 % Layak

25 % < skor ≤ 50 % Kurang Layak

0 % < skor ≤ 25 % Tidak Layak

Sumber ( Ridwan, 2012 ).

Data tanggapan guru dan peserta didik terhadap penerapan pendekatan

Projeck Based Learning dan pemahaman konsep serta hasil belajar siswa

untuk itu di berikan angket tenggapan guru dan peserta didik secara

deskriptif persentase yaitu : dengan menjumlahkan seluruh skor butir

pertanyaan yang telah dipili guru dan peserta didik untuk analisis

menggunakan persamaan berikut :

f
RUMUS P = P= x 100 %
N

Keterangan :

P = Persentase skor penilaian, f = jumlah skor yang di peroleh, N = Jumlah

skor maksimal.

85
Tabel 3.4. Kriteria Persentase Skor Penilaian Tanggapan Peserta Didik.

Interval % skor Kriteria

81 % < skor 100 % Sangat Baik

62 % < skor < skor 81 % Baik

43 % < skor < skor 62 % Kurang Baik

25 % < skor < skor 43 % Tidak Baik

Sumber ( Ridwan, 2012 ).

3.9.4. Analisis Pemahaman Konsep Peserta Didik

Penilaian dalam pemahaman konsep peserta didik di peroleh dengan

menggunakan instrument lembar penilaian berupa angket, Perhitungan skor

dari rubrik penilaian menggunakan rumus sebagai berikut :

f
RUMUS P = p= x 100 %
N

Keterangan :

P = Persentase skor penilaian , f = jumlah skor yang di peroleh, N = jumlah

skor maksimal.

Tabel 3.5. Butir soal observasi pemahaman konsep peserta didik dan proses

belajar.

No Aspek Kriteria Penilaian Bobot

1 Mengamati yaitu Jika menuliskan semua hasil 4

proses penggumpulan pengamatan dan data sesuai

data tentang fenomena dengan percobaan yang dilakukan

atau peristiwa dengan Jika menuliskan sebagian hasil 3

menggunakan pengamatan dan data sesuai


86
inderanya. dengan percobaan yang dilakukan

Jika menuliskan banyak hasil 2

pengamatan tetapi hanya sebagian

data sesuai dengan percobaan

yang dilakukan

Jika menuliskan sedikit hasil 1

pengamatan dan data tidak sesuai

dengan percobaan yang dilakukan.

2 Hipotesis jawaban Jika prediksi yang telah dibuat 4

sementara sesuai dengan pengamatan yang

tepat

Jika prediksi yang dibuat sesuai

dengan pengamatan namun

kurang tepat

Jika prediksi yang telah dibuat

sesuai dengan pengamatan yang

kurang tepat

Jika tidak dapat menbuat prediksi

berdasarkan pengamatan yang

dilakukan

87
3 Perencanaan percobaan Dapat merumuskan hipotesis 4

mengamati percobaan dengan lengkap dan benar

Dapat merumuskan hipotesis 3

dengan

benar

namun kurang lengkap

Dapat merumuskan hipotesis 2

namun

Kurang benar

dapat merumuskan hipotesis 1

4 Pelaksanaan percobaan 4

menggunakan alat dan Jika melakukan identifikasi

bahan terhadap alat dan bahan serta

hasil percobaan yang diamati

dengan benar dan tepat

Jika melakukan identifikasi

terhadap alat dan bahan serta hasil

percobaan yang diamati benar

tetapi kurang tepat

88
Jika melakukan identifikasi 2

terhadap alat dan bahan serta

hasil percobaan yang diamati

kurang benar dan tidak tepat

Jika tidak melakukan identifikasi 1

terhadap alat dan bahan serta data

hasil percobaan yang diamati

5 Pelaksanan percobana Jika membuat suatu pembuktian 4

menggunakan alat dan untuk menguji prediksi yang telah

bahan di buat dengan melakukan

percobaan sesuai dengan petunjuk

praktikum LKPDyang didapatkan

dengan tepat dan efektif

Jika membuat suatu pembuktian 3

untuk menguji prediksi yang telah

dibuat dengan melakukan

percobaan sesuai dengan petujuk

praktikum LKPD yang didapatkan

dengan cepat dalam kurung

efektif

Jika membuat suatu pembuktian 2

89
untuk menguji prediksi yang telah

dibuat dengan melakukan

percobaan sesuai dengan petunjuk

praktikum LKPD yang didapatkan

dengan kurang tepat dan tidak

efektif

Jika tidak membuat suatu 1

pembuktian untuk menguji

prediksi yang telah dibuat dengan

melakukan percobaan sesuai

denagan petunjuk LKPD yang

didapatkan

6 Mengkomonikasikan Jika dalam menyusun dan 4

menyusun dan menyampaikan laporan percobaan

menyampaikan laporan secara sistematis serta

percobaan secara mendiskusikan hasil kegiatan atau

sistematis hasil percobaan sesuai LKPD

Jika dalam menyusun dan 3

menyampaikan laporan percobaan

kurang efektif serta mendiskusikan

hasil hasil percobaan sesuai

90
LKPD

Jika dalam menyusun penyampai 2

laporan percobaan kurang tepat

dan kurang efektif dalam

mendiskusikan hasil percobaan

sesuai LKPD

Jika tidak dapat menyusun dan 1

menyampaikan laporan percobaan

dalam mendiskusi hasil kegiatan

atau hasil percobaan sesuai LKPD

7 Menyimpulkan hasil Jika dapat menbuat kesimpulan 4

percobaan dengan lengkap dan benar

Jika dapat membut kesimpulan 3

dengan benar namun kurang

lengkap

Jika dapat membuat kesimpulan 2

namun tidak sesuai

Jika tidak dapat membuat 1

kesimpulan berdasarkan hasil

percobaan

Kriteria Keterampilan proses belajar peserta didik tertera pada tabel 3.6

berikut :

Tabel 3.6 Kriteria hasil belajar peserta didik

91
Interval % skor Kriteria

81 % < skor ≤ 100 % Sangat Terampil

62 % < skor ≤ 81 % Terampil

43 % < skor ≤ 62 % Kurang Terampil

25 % < skor ≤ 43 % Tidak Terampil

Sumber (Ridwan, 2012 )

3.9.5. Analisis Hasil Belajar

Instrumen ini berupa soal pretest atau posttest dengan bentuk pilihan

ganda. Tujuan ini membuat instrument adalah untuk mengetahui tetuntasan

hasil belajar peserta didik menggunakan produk berupa pemahaman konsep

yang dibuat.

Tujuan dari pembuatan instrument adalah untuk mengetahui ketuntasan

hasil belajar peserta didik menggunakan produk hasil belajar yang dibuat.

Kisi – kisi tes hasil belajar pada materi pengawetan dari RPP 1 sampai 3 di

tujukan pada

tabel 3.7. Sampai 3.10. sebagai berikut : Tabel 3.7. Kisi –kisi tes hasil belajar

RPP 1

Materi Pokok / pokok Tujuan Tingkatan Pembelajaran Jumla

indikator Pembelajaran h

C C C C C C

1 2 3 4 5 6

92
3.7.1 Mengindentifikas Menyebutkan 2 2

. i pengawetan dampak dari

udang pengawetan

udang (No

soal 1.5 )

Menganalisis 1 1

pengawetan

udang pada

makanan ( No

soal 3)

Menjelaskan 1 1

fungsi

pengawetan

(No soal 1 4 )

Menjelaskan 1 1

kecenderunga

n fungsi

penambahan

pengawetan

(No soal 7)

Menyebutkan 1 1

ciri – ciri

93
pengawetan

udang (No

soal 6)

Menemukan 1 1

pernyataan

yang tepat

terhadap

pengawetan

udang (No

soal 15 )

3.7.2 Menyebutkan Menentukan 1 1

. contoh pengawetn

pengawetan udang secara

udand dan alami (No soal

makanan 2)

Menganalisis 1 1

jenis

pengawetan

udang secara

alami (No soal

4)

94
Menyebutkan 1 1

contoh

pengawetan

udang sebagai

makanan khas

daerah (No

soal 8)

Menyebutkan 1

bahan

pengawetan

buatan pada

pengawetan

udang (No

soal 9)

Menentukan 2 2

kimia dalam

pengawetan

udang (No

soal 12.13 )

Pengujian 1 1

95
bahan – bahan

pengawetan

udang (No

soal 11)

Menjelaskan 1 1

contoh

terhadap

pengawetan

udang (No

soal 10 )

Jumlah 5 1 5 2 1 1 15

Tabel 3.8. Kisi – Kisi Tes Hasil Beajar RPP 2

Materi Pokok / Sub Tujuan Tingkat Jumla

materi pokok Pembelajaran Kemampuan h

indikator Kognitif

C C C C C C

1 2 3 4 6

96
3.7.3 Mengidentifik Mengidentifik 1 1

. asi bahan asi bahan

pembekuan pengawetan

pada udang yang aman

pada udang

(No soal 1 )

Menyebutkan 1

peristiwa

pengawetan

untuk udang

dan makanan 1

(No soal 2)

Pengujian 1 1

pengawetan

pada udang

(No soal 4 )

Menafsirkan 2 2

tujuan

pengawetan

udang (No soal

6, 13 )

Menganalisa 1 1

bau tengik

pada udang

97
(No soal 7 )

Mengkategirik 1 1

an jenis

pengawetan

udang yang

diarang

penggunaanya

(No soa 8 )

Menyimpulkan 1 1

kegunaan

dalam

pembuatan

pengawetan

udang (No

soal 9 )

3.7.4 Mengidentifik Menyebutkan 2 2

. asi berbagai jenis

bahan dalam pengawetan

pengawetan udang secara

udang alami dan

cara

pembuatannya

(No soal 10 .

14 )

98
Melaporkan 2 2

jenis

pengawetan

pada udang

dan makanan

(No soal 11,

15 )

Menyebutkan 1 1

contoh

penggunaan

bahan kimia

dalam

pengawetan

udang ( No

soal 12)

Menentukan 1 1

jenis –jenis

pengawetan

udang , dan

bahan

makanan

laiannya (No

soal 5 )

Jumah 4 1 1 5 3 1 15

99
Tabel 3.9. Kisi –Kisi Tes Hasil Belajar RPP 3

Materi Pokok / Sub Tujuan Tingkatan kemampuan Kognitif Jumlah

materi pokok indikator Pembelajaran

C C C C C C

1 2 3 4 5 6

3.7.5. Mengidentifikasi Menyebutkan 1 1

pengawetan udang jenis

sebagai makanan pengawetan

udang sebagai

bahan makanan

(No soal 2 )

Menyebutkan 3 3

bahan - bahan

pengawet udang

berupa alami

(No soal 3, 12,

13.)

Menyebutkan 1 1

tujuan

pengawetan

100
udang (No soal

4)

Menjelaskan 1 1

fungsi

pengawetan

udang (No sal

11 )

3 3

Menentukan

jenis –

jenis udang

dalam

pengawetan (No

soal 5,7,8 )

3.7.6 Menganalisis Mengelompokan 1 1

perbedaan bahan bahan – bahan

– bahan alami yang

pengawetan udang diggunaan

secara alami dan dalam

prosesnya pengawetan

udang (No soal

14 )

101
Mengkategorika 1 1

n bahan

pengawet udang

dan daya tahan

yang sangat

tinggi ( No soal

1)

Mengidentifikas 2 2

i dampak

pengawetan

pada tubuh

manusia (No

soal 6, 9. )

Mengidentifikas 1 1

i jenis penyakit

pada udang

yang lama di

awetkan akan

penyakit bagi

tubuh manusia

(No soal 10 )

Mengidentifikas 1 1

i jenis penyakit

pada bahan

102
pengawetan

(No soal 15 )

Jumlah 1 7 2 3 1 1 15

Keterangan : C. 1 Adalah Pengetahuan / Ingatan

C. 2. Adalah Pemahaman / Pengertian

C. 3. Adalah Penerapan / Aplikasi

C .4 Adalah Analisis

C.5. Sintesis

C.6. Penilaian.

Analisis hasil belajar peserta didik diukur dengan menggunakan

instrument test soal pilihan ganda dan perhitungannya diambil dari

perbandingan jawaban benar dengan soal test . Hasil belajar peserta didik

ketercapaian dihitung dengan menggunakan persamaan goin ternormalisasi

( normalized gain ) atau n – Gain. Perhitungan selisi antara nilai

Pretest dan posttest diggunakan rumus yang dikembangkan Hake

(1999 : 55) dalam Puji Rahayu 2019.

Gain ternormalisasi ( g ) = skor posttes - skor Pretest

Skor idea - skor pretest

103
Nilai pretest merupakan nilai yang diperoleh peserta didik saat

mengerjakan tes sebelum materi diajarkan, sedang nilai posttes merupakan

nilai yang diperoleh peserta didik dalam mengerjakan soal tes setelah materi

diajarkan N - Gain diggunakan untuk mengukur peningkatan penguasaan

konsep dan hasil belajar peserta didik dengan kategori yang ditujukan pada

kriteria perolehan skor n – Gain dapat dilidat pada tabel .

Interval % skor Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,7 Rendah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian

Profil SMA Negeri 1 Inanwatan terletak di Kampung Serkos Distrik

Inanwatan Kabupaten Sorong Selatan. Lingkugan SMA Negeri 1

Inanwatan dengan luas sekolah panjang dan lebar lokasi masing-

masing 150 meter. Jumlah gedung belajar 9 ruangan, 4 ruangan leb, 1

ruang perpustakaan, 4 ruang wc, dan 1 buah kantor. Dengan jumlah

peserta didik dari kelas X samapai dengan kelas X11 berjumlah 283

orang, dan diambil sebagai sampel kelas X berjumlah 32 orang. Dan

104
penelitian yang dilakukan dilingkungan SMA Negeri 1 inanwatan dan

masyarakat di Distrik Inanwatan, untuk mengetahui bagaimana cara

pengawetan udang .

Penanganan dalam proses pengawetan udang segar pada

umumnya berasal dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini kami

melakukan penelitian yang mana menggunakan beberapa penanganan

untuk kondisi udang dengan beberapa bahan pengawetan yang masih

terbatas. Kemudian dapat melakukan beberapa penelitian penanganan

udang segar, khususnya udang yang mempunyai potensi untuk

diekspor. Titik berat penetilian adalah pada penyediaan bahan – bahan

pengawetan untuk mempertahankan mutu udang sebelum sampai

ketempat pembekuan / konsumen.

4.2 Pendinginan

Pendinginan dalam pembekuan udang pada umumnya dilakukan

diatas kapal segera, setelah udang ditangkap ( freezing on board fishing

vessel ). Pada cara ini tidak ditemukan kesulitan untuk mendapatkan

bahan mentah dengan bermutu tinggi. Lain halnya dengan pembekuan

yang dilkuakan di darat dan bahan mentahnya harus didatangkan dari

tempat lain, misalnya dari tambak. Untuk udang tambak dan udang

laut penanganannya sebelum sampai ditempat pembekuan atau

konsumen harus mengalami tahap penanganan untuk mempertahankan

mutunya agar layak untuk ekspor atau di konsumsi, dan pada

umumnya dilakukan dengan cara pemberian es. Bila tidak diamankan,

105
udang pada suhu rendah hanya mampu bertahan selama 6 jam,

sehingga perlu penanganan untuk mempertahankan mutunya ( selama 5

jam). Cara yang umum dilakukan untuk mempertahankan mutu udang

adalah secara pendingin, dan cara termudah yaitu dengan

mempergunakan es batu atau air yang didingikan.

4.3 Pendinginan Dengan Es.

Pemberian es atau pengesan adalah cara yang paling umum digunakan

pada pengawetan udang / ikan. Untuk memdapatkan mutu udang yang baik

diperlukan persyaratan mutu es dan cara pengesan yang baik. Pengesan

yang dilakukan pada udang berhasil mempertahankan mutu udang dalam

beberapa hari. Penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa jenis udang dalam

pengawetan antara lain udang windu ( Penaeus monodon ) dan udang putih

( Penaeus merguiensis ) yang disimpan dalam es mampu dipertahankan

mutunya masing – masing sampai 5 , 6 hari dan 4 – 5 ,8 hari. Setelah batas

waktu tersebut udang harus segera dibekukan ( Tabel 1 ). Bila lebih dari

batas waktu tersebut, secara organoleptik sudah tidak layak untuk

dikonsumsi .

Tabel 1. Umur simpan udang pada pengesan (perbandingan udnag yang

diawetkan dengan es = 1 :1 ) dan indeks mutunya (1,4,13 ).

Jenis Umur simpan Indeks mutu

( hari )

TvB (mg N % ) pH TPC

Udang Windu 5,6 25,52 7,09 4,47 x 10

106
Udang Putih A 5,8 28,90 27,36 2,82 x 10

Udang Putih D 4,0 20,08 7,41 1,78 x 10

A = ukuran udang 16 - 20 ekor/ poin

D = ukuran udang 71 - 10 ekor / poin

Perubahan udang segar selama penyimpanan dalam es dapat dibagi dalam 3

fase. Fase pertaman dari nol sampai tujuh hari pengesan udang akan

kehilangan flavor, fase kedua dari delapan sampai empat belas hari

pengesan udang akan kehilangan rasa khasnya,dan fase ketiga udang akan

mengalami kemunduran mutu dengan cepat serta diiringi dengan off flavor

( 7 ).

Tabel 2 Umur simpan udang pada penyinpanan air dingin dan indeks

mutunya (4 ,14 )

Jenis Udang Jenis air Umur simpan TvB Ph TPC

( hari ) (mg N %

Udang windu air tawar 4,5 23,37 7,01 2, 82 x 10

Udang Windu air laut 5,7 25,32 7,10 2,4 x 10

Udang putih A air laut 4,4 26,85 7,27 2,80 x 10

Udang putih D air laut 3,8 2 1,06 7,35 1,91 x 10

Dengan cara mensirkulasikan air melalui suatu alat pendingin air.

Tabel 2 meperlihatkan hasil – hasil penelitian penggunaan air dingin yang

107
telah dilakukan terhadap udang windu dan udang putih. Penggunaan air laut

dingin untuk mempertahankan mutu udang dan menghasilkan umur simpan

yang lebih panjang di bandingkan dengan air tawar dingin. Udang yang

diberi air laut dingin tidak akan mengalami penetrasi garam dan pelepasan

air kecepatan membengkak lebih tinggi apabila udang tersebut direndam

dalam air tawar yang dinginkan dari pada air laut dingin.

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam kegiatan pengawetan udang sebagai makanan hkas daerah yang dapat

diteliti mulai dari penangkapan, penerimaan bahan baku, dan sampai dengan

proses produksi dapat dipelajari oleh peserta didik melalui materi

pembelajaran di kelas x SMA Negeri 1 inanwatan. Pengawetan udang

dilakukan kegiatan penerimaan meliputi: (1) penanganan barang masuk, (2)

penyimpanan bahan pangan, (3) dalam keadaan beku dan segar.

Penanganan pembekuan udang utuh dilakukan segera setelah udang

sampai di atas kapal, lalu dipilih untuk memisahkan udang yang

berukuean besar dari campuran ikan dan udang kecil. Di samping itu

juga pemilihan dilakukan untuk mengumpulkan jenis udang yang sama.

108
Pemilihan ini antara lain dimaksudnya untuk memisahkan udang yang

sudah rusak dari udang – udang yang utuh. Udang utuh itu lalu dicuci

bersih beberapa kali. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah kedap air

( misalnya deum plastik ) yang sudah berisi air laut atau air tawar

yang diberi bongkahan es. Drum - drum atau boks viber yang berisi

udang - udang itu lalu di simpan ditempat yang teduh atau didalam

palka. Selama kapal berlayar bila air didalam drum sudah terlihat

keruh, lalu diganti dengan air yang masih bersih dan ditambah es.

Udang dalam drum harus selalu, dijaga dalam keadaan dingin

dengan air yang bersih sampai udang itu di daratkan atau dijual.

Sama halnya penanganan dengan menggunakan jolor, lombot, dan

perahu, ada penanganan sementara mereka menggunakan kulboks untuk

pengawetan udang. Mengingat udang merupakan bahan yang cepat rusak

maka perlu mendapat penanganan pengolahan yang baik dan cermat.

Pengawetan dan pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam

keadaan beku agar reaksi – reaksi enzimatis, reaksi - reaksi kimia serta

pertumbuhan mikroba penyebab kerusakan dan kebusukan dapat dihambat.

Pada proses pembekuan ini di gunakan bahan pendingin ( refrigetant )

tertentu yang akan berubah dari fase cairan ke fase gas dengan menyerap

panas dari sekelilinginya.

Untuk mencegah akibat negatif dari pembekuan seperti terjadi kristal –

Kristal es yang besar dalam bahan pangan, maka udang dibekukan dengan

system quik freezing pada -24 ℃ sampai - 40 ℃ . Udang segar di bekukan

dengan baik dan disimpan pada suhu -17 ℃ dapat tahan sampai 6 bulan,

109
sedangkan udang yang tidak di bekukan dengan baik dapat bertahan satu

bulan saja.

a. Produk Udang Beku.

Diantara udang – udang yang mempunyai nilai ekonomis adalah udang

jerbung windu (udang putih ) dan udang dogol (udang kulitnya biru ),

dengan nama dagang masing- masing white shirim banana, tiger dan

endaevaur. Dewasa ini di kenal dengan tiga macam produk udang

beku yang sering dipasarkan yaitu:

a1. Head on yaitu udang yang dibekukan dalam keadaan utuh, tampa

di kuliti dan dipotong kepalanya. Produk ini merupakan komoditas

yang tinggi permintaannya dipasaran internasional yang mempunyai

nilai yang cukup baik.

a.2. Heat off , yaitu udang - udang yang di be kukan sesudah

dipisahkan

kepalanya, tetapi tidak dikuliti.

a.3. Peeled yaitu udang –udang yang dibekukan sesudah dikupas

kulitnya dan dipisahkan

b.Faktor Utama Dalam Pengawetan.

Faktor utama dalam pengawetan yaitu bagaimana menjaga mutu

udang dalam proses beku adalah kesegaran bahan baku ketika

dibekukan. Oleh karena itu dianjurkan bahwa selama penanganan,

suhu udang harus dijaga tetap dibawah 4 ℃ . Pembuangan kepala

udang perlu dilakukan untuk menghindari black spot, sumber

110
kontaminasi sebab 75 % bakteri pembusukan bersumber dari kepala

udang, pembuangan kepala udang juga akan menghemat tempat selama

pengangkutan.

111
BAB VI

KESIMPULAN DAN SERAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dan pengamatan dalam mata

pembelajaran prakarya dan kewirausahaan ( pengolahan ).Pada materi

pengawetan bahan pangang sebagai makanan khas daerah yang diajarkan

pada peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Inanwatan maka penulis dapat

mengambil kesimpulan yaitu :

1. Dalam proses pengawetan udang mulai dari penangkapan sampai

dengan proses pengawetan, pembekuan hasil perikanan sudah cukup

baik, dimana udang tersebut langsung di tangani ketika sudah berada

dalam proses pengawetan yang lebih baik (dalam Pabrik ).

2. . Proses penanganan pengawetan banyak memerlukan waktu, dengan

tahapan – tahapan antara lain penerimaan bahan baku, penyortiran,

pencician, penimbangan, penyesunan dalam pan, penyusunan di rak,

pembekuan, pengepakan, penyimpanan diruang cool storange serta

pemasaran.

3. Produk yang di hasilkan oleh nelayan udang adalah produk yang siap

dipasarkan dalam bentuk udang beku.

6.2. Saran

1. Sebaiknya materi tentang pengawetan bahan pangan harus

ditingkatkan sebagai mata pelajaran yang diajarkan kepada

peserta didik di SMA Negeri 1 Inanwatan .

112
2. Udang juga sebagai salah satu hasil perikanan jangan dianggap

sebagai makanan khas daerah saja tetapi hurus diproduksi juga

agar dapat meningkatkan pendapatan kepada masyarakat di Distri

Inanwatan Kabupaten Sorong Selatan.

113
SILABUS

Mata Pelajaran : PKWU ( Pengolahan )

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Inanwatan

Kelas : X (sepuluh )

Alokasi Waktu : 2 Jam pembelajaran /minggu.

Kompentensi Inti.

KI 1 : dan KI 2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai ),

bertanggung jawab, responsive, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara

efektif sesuai dengan perkenbangan anak dilingkungan, keluarga,

sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, Negara,

kawasan regional dan kawasan Ienternasional.

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan sara ingin

tuhunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

himaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyabab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan mengaji dalan ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

114
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif, serta mampu

menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompentensi Indikator Meteri Kegiatan

Dasar Pembelajaran Pembelajaran

Memahami - Memahami ide - Ide dan peluang - Membaca dan

perencanaan usaha dan peluang usaha mencerati

pengolahan usaha - Analisa peluang model atau

makanan khas asli pengolahan usaha perencanaan

daerah dari bahan makanan khas - Sumberdaya usaha

pengang nabati dan asli daerah yang di pengolahan

hewani meliputi ide (orinisi) dari butuhkan makanan

dan peluang bahan pengan - Administrasi - Membuat

usaha,sumber nabati dan dan pemasaran pertanyaan

daya,dan hewani. - Komponen terhadap apa

pemasaran. - Memahami perencanaan/ yang belum

analisa usulan diketahui

peluang usaha - Langkah – - Mengumpulkan

makanan khas langkah data/ informasi

asli penyusunan tentang ide dan

daerah( orinisil dan peluang usaha,

) dari bahan perencanaan analisa peluang

pengan nabati usaha. usaha,

dan hewani sumberdaya

- Memahami yang di

115
sumberdaya butuhkan serta

yang dibutukan administrasi

pengolahan dan pemasaran

makanan khas - Membuat

daerah perencanaan

(orinisil )dari usaha

bahan pangan makanan

nabati dan - Mengolah

hewani informasi dari

- Memahami data yang

administrasi diperoleh,

dan pemasaran membuat

pengolahan hubungan

makanan khas antara

asli daerah pengetahuan

(orinisi ) dari dan praktek

bahan pangan dalam bentuk

nabati dan perencanaan

hewani usaha dan

- Memahami menyimpulkan

komponen - Menyajikan
hasil analisis
perencanaan
dan simpulan
usaha
tentang
pengolahan perencanaan

116
makanan khas

asli daerah

(orinisil) dari

bahan pangan

nabati dan

hewani.

- Memahami

langkah-

langkah

penyusunan

perencanaan

usaha

pengolahan

makanan khas

asli daerah

(orinisil)dari

bahan pangan

nabati dan

hewani.

4.1. Membuat -Menyusun Usaha yang dibuat

perencanaan perencanaan usaha dalam bentuk lisan

usaha pengolahan makanan dantulisan

pengolahanm khas asli daerah

akanan khas (orisinil) pangan

117
asli daerah nabati dan hewani

(orisinil) dari meliputi ide dan

bahan peluang usaha

pengan sumberdaya

nabati dan administrasi,

hewani, pemasaran.

meliputi ide

dan peluang

usaha

sumberdaya

ministrasi

dan

pemasaran

3.2. Menganalisa - Memahami jenis - Jenis dan - Mengamati

system dan karakteristik berbagai cara

pengolahan karakterristik bahan dan alat pengolahan

makanan khas bahan dan alat pengolahan makanan khas

asli daerah pengolahan - Macam-macam asli daerah di

(orisinil) dari makanan khas makanan khas industry sekitar

bahan pangan asli daerah daerah sekolah, toko

nobati dan (orisinil) dari - Teknik makanan,

hewani bahan pangan pengolahan internet, video,

berdasarkan nabati dan dan dan atau

daya dukung hewani dan pengawetan membaca

118
yang dimiliki pengemasan - Tahap proses literature /buku

oleh daerah - Menganalisis pengolahan / teks

setempat macam- pengawetan - Mengumpulkan

macam - Teknik data/informasi

makanan khas penyajian dan untuk

asli daerah pengemasan memperoleh

(orisinil) dari jawaban dari

bahan pangan berbagai

nabati dan pertanyaan

hewani yang di

- Menganalisis kembangkan

teknik - Latihan

pengolahan membuat

/pengawetan desain produk,

makanan khas pengemasan

asli daerah dan

(orisinil ) dari pengawetan

bahan pangan makanan khas

nabati dan asli daearah

hewani dari bahan

- Menganalisis pangan

tahapan proses - Mengolah atau

pengolahan / menganalisis

pengawetan informasi yang

119
makanan khas telah

asli daerah dikumpulkan

(orisinil ) dari dari kegiatan

bahan pangan mengamati dan

nabati dan eksperimen

hewani serta membuat

- Menganalisis hubungan

jenis dan keduanya dan

kegunaan menyimpulkan

bahan kemas - Menyajikan hasil

- Menganalisis analisis dan

teknik simpulan dalam

penyajian dan berbagai

pengemasan bentuk media

makanan khas (lisan atau

asli daerah tulisan ).

(orisinil ) dari - Mengamati

bahan pangan contoh laporan

nabati dan kegiatan hasil

hewani. usaha dengan

menggunakan

ber bagai

sumber belajar

yang relevan

120
- Membuat

pertanyaan

untuk

mendapatkan

informasi

tentang laporan

hasil usaha

- Mengumpulkan

data/informasi

tentang

komponen

laporan

evaluasi hasil

usaha

- Membuat

laporan hasil

usaha

- Menganalisis

dan

menyimpulkan

informasi/data

- Menyajikan hasil

analisis dan

simpulan

121
tentang

pembuatan

laporan hasil

usaha

pengolahan

dalam berbagai

bentuk media

(lisan/tulisan)

3.3. Menhit - Menghitung - Biaya tetep -Membaca literarur atau

ung titik informasi - Biaya tidak tetap buku teks

impas tentang - Taksiran harga tentang titik impas /Break

(Break perhitungan jual Even

Even titik impas / - Perhitungan titik Point

Point ) BEP (Break impas (BEP) - Mengumpulkan data atau

usaha Event Point) informasi tentang untuk

122
pengolahan usaha memperoleh jawaban dari

makanan pengolahan berbagai pertayaan yang di

khas asli makanan kembangkan

daerah khas asli - Latihan menghitung Break

(orisinil ) daerah Event

dari bahan (orisinil) dari Point sesuai kasus yang di

pangan bahan berikan guru

nabati dan pangan dan mengevaluasi hasil

hewani nabati dan perhitungan

hewani - Mengolah dan

- Menyim menganalisis data

pulkan yang terkumpul dari hasil

hasil diskusi

pengam dan

atan latihan serta membuat

/kajian kesimpulan

literatur - Menyajikan hasil analisis

e dan dan

diskusi simpulan tentang hasil

tentang diskusi dan latihan

penghit serta membuat kesimpulan.

ungan - Mengamati kegiatan

titik promosi

impas / produk hasil pengolahan

123
BEP dengan

(Break cara observasi

Event ke pasar/super

Point ) market/sentra

usaha penjualan di sekitar sekolah

pengola atau

han membaca/

makana menyimak dari berbagai

n khas literature

asli atau

daerah narasumber lain

(orisinil -Membuat pertanyaan dan

) dari berdiskusi untuk

bahan mendapatkan informasi

nabati tentang

dan konsumen dan

hewani pesaing,strategi

promosi,

rencana dan media promosi

-Mengumpulkan

data/informasi

untuk menjawab

pertanyaan dan memperkuat

pemahaman tentang

124
promosi produk.

-Latihan mempromosikan

produk

makanan melalui berbagai

strategi promosi

- Menganalisa dan

menyimpulkan

informasi/data serta

memhubungkannya

-Menyajikan hasil analisis

dan

simpulan tentang promosi

produk

dalam berbagai bentuk

media

(lisan/tulisan)

3.3 Meng Menghitung

hitun titik impas

titik (Break Even

impa Point ) usaha

s pengelolaan

(Brea makanan khas

125
k asli daerah

Event (orisinil ) dari

Point bahan pangan

) nabati dan

usaha hewani

peng - Menyajik

olaha an hasil

n perhitu

maka ngan

nan titik

khas impas /

asli BEP

daera (Break

h Even

(orisi Point)

nil ) usaha

dari pengola

baha han

n makana

pang n khas

an asli

nabat daerah

i dan dari

hewa bahan

126
ni pangan

nabati

dan

hewani

3.4. Menga - Memaha - Mengenal - Mengamati kegiatan

nalisis mi konsumen dan promosi produk

strategis mengen pesaing hasil pengolahan

promosi al - Strategi promosi dengan cara

usaha konsum - Rencan promosi observasi

pengolahan en dan - Media promosi kepasar/supermarsen

makanan pesaing tenjualan di sekitar

khas asli pamasa sekolah atau

daerah ran membaca/menyimak

(orisinil ) produk dari berbagai

dari bahan usaha literature atau

pangan pengola narasumber lain.

nabati dan han - Membuat pertanyaan

hewani makana dan berdiskusi untuk

n khas mendapatkan

asli informasi tentang

daerah konsumen dan

(orisinil persaingan,strategi

) dari promosi, rencana

127
bahan dan media promosi

pangan - Mengumpulkan

nabati data/informasi untuk

dan menjawab

hewani pertanyaan dan

- Memaha memperkuat

mi pemahaman tentang

strategi produksi produk

promos - Latihan

i mempromosikan

produk produk makanan

usaha melalui berbagai

pengola strategi promosi

han - Menganalisis dan

makana menyimpulkan

n khas informasi/data

asli - Komponen serta

daerah laporan menghubungkannya

(orisinil kegiatan hasil - Menyajikan hasil

) dari usaha analisis

bahan - Teknik dan simpulan tentang

pangan pembuatan promosi

nabati laporan produk dalam berbagai

dan - Tahap bentul

128
hewani pembuatan media (lisan/tulisan)

- Memaha laporan - Mengamati contoh

mi laporan

rencana kegiatan hasil usaha

promos dengan menggunakan

i berbagai sumber belajar

produk yang relevan

usaha - Membuat pertanyaan

pengola untuk mendaptakan

han informasi

makana tentang laporan

n khas hasil usaha

asli - Mengumpulkan data

daerah /informasi tentang

(orisinil komponen laporan evaluasi

) dari hasil

bahan usaha.

pangan - Membuat laporan

nabati hasil usaha

dan - Menganalisis data


hewani menyimpulkan
- Melakuk informasi/data
an - Menyajikan hasil
promos analisi dan simpulan

129
i tentang pembuatan

produk laporan

usaha hasil usaha pengolahan

pengola dalam

han bebragai bentuk media

Makana (lisan/tulisan).

n khas

asli

daerah

(orisinil

) dari

bahan

pangan

nabati

dan

hewani.

Membagikan
pengalaman
promosi produk
usaha
pengolahan
makanan khas
asli daerah
(orisinil) dari
bahan pangan
nabati dan
hewani di depan
kelas secara
lisan.
3.10 Menganalisis - Memahami - komponen laporan - Mengamati contoh

laporan kegiatan komponen l

130
pengolahan evaluasi hasil kegiatan hasil usaha a

makanan usaha - Teknik pembuatan p

internasional dari pengolahan laporan o

bahan pangan makanan - Tahap pembuatan r

nabati dan hewani internasional laporan a

dari bahan n

pangan nabati kegitana hasil usaha

dan hewani d

- Memahami e

teknik n

pembuatan g

laporan a

- Memahami n

tahap menggunakan berbagai

pembuatan s

laporan u

- Menganalisis m

permasalahan b

usaha e

pengolahan r

bahan belajar yang relevan

makanan -Membuat pertanyaan

internasional untuk

dari bahan mendapatkan

131
pangan nabati informasi

dan hewani tentang laporan

dan solusinya hasil usah

-Menganalisis - Mengumpulkan

pengembangan data/

usaha informasi tentang

pengolahan komponen

bahan laporan evaluasi

makanan hasil usaha

internasional - Membuat laporan

dari bahan hasil usaha

pangan nabati - Menganalisis dan

dan hewani - Menyimpulkan


4 .10 Menyusun - Mengevaluasi informasi/
laporan kegitan hasil kegiatan data
usaha makanan Usaha - Menghasilkan
internasional dari pengolahan hasil analisis
bahan pangan bahan Dan simpulan
nabati dan hewani makanan tentang
internasional Pembuatan
dari bahan laporan hasil
pangan nabati Usaha
dan hewani pengolahan
- Menyajikan dalam berbagai

132
hasl analisis bentuk madia

dan simpulan (lisan

tentang laporan / tulisan)

hasil evaluasi -

dalam berbagai

bentuk media

(lisan /tulisan

Inanwatan, Juni 2023

Guru Mata Pelajaran

Ribka Tugerefay
Nip. 197402242006052001

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP )

Sekolah :SMA Negeri 1 Inanwatan

Mata Pelajaran : Prakarya dan kewirausahaan ( Pengolahan )

Kelas /Semester : X /1.

Alokasi Waktu :2 x 45 menit

Materi Pokok : Perencanaan usaha pengolahan makanan khas asli makanan

daerah

133
A. Kompentensi Inti

 KI- 1 dan KI 2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama

yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

disiplin, santun, peduli (gotong royang, toleransi damai ),

bertanggung jawab responsive, dan pro-aktif dalam berinteraksi

secara efektif sesuai dengan perkembangan anak dilingkungan,

keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam

sekitarnya,bangsa, Negara, kawasan regional, dan kawasan

Internasiaonal.

 KI.3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetehuan

factual, konseptual, prosedural, dan metakongnitif berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,

dan homaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,

serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai degang bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

 KI. 4 : Mengolah, menalar, dan menaji dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertidak sera efektif dan

kreaktif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaida

keilmuan.

B. Kompentensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompentensi

Kompentensi Dasar Indikator

134
3.1 Memahami perencanaan  Memahami ide dan peluang

usaha pengelolaan merupakan usaha pengolahan makanan

khas asli daerah (orisini dari khas asli (orisinal) dari

dari bahan pangan nabati dan bahan pangan nabati dan

hewani meliputi ide dan hewan

peluan usaha,sumber Memahami analisa peluang

daya,adminitrasi dan usaha makanan khasa asli

pemasaran daerah (orisinil) dari bahan

pangan nabati dan hewani

Memahami sumber daya yang

di butuhkan pengolahan

makanan khas asli daerah

(orisinal) dari bahan pangan

nabati dan hewani

Memahami administrasi dan

pemasaran pengolahan khas

asli daerah (orisinil) dari

bahan pangan nabati dan

hewani

Memahami komponen

perencanaan usaha

pengolahan makanan khas

asli daera (orisini) dari

bahan pangan nabati dan

135
hewani

Memahami langkah – langkah

penyusunan perencanaan

usahan pengolahan makanan

khas asli daera (orisini) dari

bahan pangan nabati dan

hewan

4.1. Membuat perencanaan usaha Menyusun perencanaan usaha

pengolahan makanan khas asli pengelolaan bahan makanan

daerah (orisinil ) dari bahan khas asli daerah (orisinil ) dari

pangan nabati dan hewani bahan pangan dan meliputi ide

meliputi ide dan pelunag usaha , dan peluang usaha sumberdaya

sumberdaya, pemasaran. dan pemasaran

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik di harapkan dapat:
- Memahami ide dan peluang usaha pengolahan makanan khas asli daerah
(orisinil ) dari bahan nabati dan hewani.
136
- Memahami analisa peluang usaha makanan khas asli daerah (orisinil) dari
bahan pengan nabati dan hewani .
- Memahami sumberdaya yang dibutuhkan pengolahan makanan khas asli
daerah (orisinil) dari bahan pangan nabati dan hewani.
- Memahami administasi dan pemasaran pengolahan makanan khas asli daerah
(orisinil) dari bahan pangan nabati dan hewani.
- Memahami komponen perencanaan usaha pengolahan makanan khas asli
daerah (orisinil) dari bahan pangan nabati dan hewani.
- Memahami langkah- langkah penyusunan perencanaan usaha pengolahan
makanan khas asli daerah (orisinil ) dari bahan pangan nabati dan hewani.

D.Materi Pembelajaran

- Ide dan peluang usaha pengolahan makanan khas asli daerah (orisinil) dari
bahan pangan nabati dan hewani.

- Analisa peluang usaha pengolahan makanan khas asli daerah(orisinil) dari


bahan pangan nabati dan hewani.

- Sumberdaya yang dibutuhkan untuk usaha pengolahan makanan asli daerah


(orisinil) dari bahan pangan nabati dan hewani

- Administrasi dan pemasaran produk usaha pengolahan makanan khas asli


daerah (orisinil) dari bahan pangan nabati dan hewani

- komponen dan langkah- langkah penyusunan perencanaan /, usulan uasaha


pengelolaan makanan khas asli daerah (orisinil ) dari bahan pangan dari nabati
dan hewani.

E. Metode Pembelajaran

Model pembelajaran :Projeck Based Learning

Metode :Tanya jawab, wawan cara, diskusi

F. Media Pembelajaran

Media:

- Worksheet atau lembar kerja ( siswa )

- Lembar penilaian

- LCD Projektor

Alat /Bahan

137
- Pengaris, spidol, papan tulis

- Laptop dan infokus

G. Sumber belajar

- buku PKWU siswa kelas X ,Kemendikbud,Tahun 2016

- Buku rekfrensi yang relefan

- Lingkungan setempat

H. Langkah- langkah pembelajaran

1. Pertemuan ke -1 (2x 45 menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru :
Orientasi
- Melakukan pembukaan dengan salam, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai dengan pembelajaran
- Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
- Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembalajaran
Apresepsi
- Mengaitkan meteri / tema kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi /tema/ kegiatan
sebelumnya
- Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya
- Mengajukan pertanyan yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan
dilakukan
Motivasi
- Memberikan bambarantentang manfaat pempelajari pembelajaran
yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari- hari
- Apabila meteri tema projek ini dikerjakan dengan baik dan sungguh –
sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan tetang materi:
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan khas asli daerah
(orisinil ) dari bahan pangan nabati dan hewani
- Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
- Mengajukan pertanyaan
Pemberian acuan
- Memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu
- Memberitahukan tenteng kompetensi , inti kompetensi dasar,
indikator dan KKM pada pertemuan yang berlangsung

138
- Pembagian kelompok belajar
- Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran

Kegiatan inti (60 menit )

Sintak Model Kegiatan pembelajaran


pembelajaran
Stimulation (stimullasi Kegiatan literasi
/pemberian Peserta didik di beri motivasi atau rangsangan
rangsangan ) untuk memusatkan perhatian pada topic materi
ide dan peluan usaha pengolahan makanan khas
asli daerah (orisinil ) dari bahan pangan nabati dan
hewani dengan cara :
- Melihat (tampa atau dengan alat)
Menayangkan bambar /foto/video/ yang
relevan
- Mengamati
Lembar kerja materi ide dan peluan usaha
pengolahan makanan khas asli daerah
(orisinil) dari bahan pangan nabati dan
hewani
- Pemberian contoh-contoh materi ide dan
peluang usaha pengolahan makanan khas
asli daerah (orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani untuk dapat
dikembangkan peserta didik , dari media
interaktif
-
Membaca:
- Kegiatan literasi ini dlakukan dirumah dan di
sekolah dengan membaca materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet /yang berhungang dengan ide dan
peluang usaha pengolahan makanan khas
asli daerah (orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani
Menulis:
- Menulis resumen dari hasil pengamatan
dan pembacaan terkait ide dan peluang
usaha pengolahan makanan khas asli
daerah (orisinil) dari bahan pangan nabati
dan hewani
Mendengar :
- Pemberian materi ide dan peluang usaha
139
pengolahan makanan khas daerah (orisinil)
dari bahan pangan nabati dan hewani oleh
guru
Menyimak :
- Penjelasan pengantar kegiatan secara garis
besar /global tentang materi pembelajaran
mengenai materi: Ide dan pelung usaha
pengolahan makanan asli khas daerah
(orisinil) dari bahan pangan nabati dan
hewani

Problem statemen Guru memberikan kesepatan pada peserta didik untuk


(pertanyaan /identifikasi mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
masalah) berkaitan dengan gambar yang disajikan akan dijawab
melalui kegiatan belajar, contohnya:
- Mengajukan pertanyaan tentang materi :
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan
khas asli daerah (orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani
Yang tidak di pahami dari apa yang diamati
atau pertanyaan untuk mendapatkan informs
tambahan tentang apa yang di amati ( mulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertayaan
yang bersifat hipotetik ) untuk mengembangkan
kreaktifitas, rasa ingin tahu kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.

Data collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan


(pengumpulan data ) untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi
melalui kegiatan.
Mengamati obyek/ kejadian
- Mengamati dengan seksama materi ide dan
peluang usaha pengolahan makanan khas asli
daerah( orisini) dari bahan pangannabati dan
hewani yang sedang di pelajari yang sedang di
pelajari dalam bentuk gambar/video/slide
presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
Membaca sumber lain selain buku teks
- Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan
mencari dan membaca berbagai referensi dari
berbagai sumber guna menambah pengetahuan
dan pemahaman tentang materi Ide dan peluang
usaha pengolahan makanan khas asli daerah
(orisinil) dari bahan pangan nabati dan hewani

140
yang sedang di pelajari.

Aktivitas
- Menyusun daftar pernyataan atas hal-hal yang
belum dapat di pahami dari kegiatan mengamati
dan membaca yang akan di ajukan kepada guru
berkaitan dengan materi ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daerah( orisinil)
dari bahan pangan nabati dan hewani yang
sedang di pelajari.
Wawancara/ Tanya jawab dengan nara sumber
- Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
materi ide dan peluang usaha pengolahan
makanan khas asli daerah (orisinil ) dari bahan
pangan nabati dan hewani yang telah disusun
dalam daftar pertanyaan kepada guru .
COLLABORATIOAN ( KERJASAMA )
Peserta didik di bentuk dalam beberapa kelompok
untuk:
- Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama – sama
membahas contoh dalam baku paket
mengenai materi ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daera ( orisinil )
Dari bahan pangan nabati dan hewani
- Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi ide
dan peluang usaha pengolahan makanan khas
asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan nabati
dan hewati yang telah diperoleh pada buku
catatan dengan tulisan yang rapi dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar .
- Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan
atau mempresentasikan materi dengan rasa
percaya diri ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daerah ( orisinil
) dari bahan pangan nabati dan hewani sesuai
dengan pemahamannya.
- Saling tukar informasi tentang materi
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan
khas asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani

Dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari


kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan

141
metode ilmiah yang terdapat pada buku pengangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan
dengan cermat untuk mengembangkan sikat teliti,
jujur,sopan, menhargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagi cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.

Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING


Processing (BERPIKIR KRITIK)
( pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah
Data) data hasil pengammatan dengan cara :
- Berdiskusi tentang data dari Materi:
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan
khas asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani

- Mengolah informasi dari materi ide dan


peluang usaha pengolahan makanan khas asli
daerah ( orisinil ) dari bahan pangan nabati
dan hewani yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan / pertemuan sebelumnya mau pun
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan –
pertanyaan pada lembar kerja.
- Peserta didik mengerjakan beberapa soal
mengenai materi ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daerah ( orisinil
) dari bahan pangan nabati dan hewati

142
Verification CRITICAL THIIKING (BERPIKIR KRITIK )
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasil pengamatannya dengan data - data
atau teori pada buku sumber malalui kegiatan :
- Menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan bberpikir induktif
serta deduktif dalam membuktikan tentang
materi :

Ide dan peluang usaha pengolahan makanan


khas asli daerah (orisinil) dari bahan pangan
nabati dan hewani

antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara


bersama – sama membahas jawaban soal-soal yang
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik kesimpulan) Peserta didik berdiskusi untuk menyimpumkan
- Menyampaikan hasil diskusi tentang materi ide
dan peluang usaha pengolahan makanan khas
asli daerah (orisinil) dari bahan pangan nabati
dan hewani berupa kesimpulan berdasarkan
hasil ananlisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya untuk mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
sopan.
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
secara klasikal tentang materi:
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan
khas asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani

- Mengemukakan pendapat atas presentasi yang


yang dilakukan dengan tentang materi ide
dan peluang usaha pengolahan makanan khas
asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan
nabati dan hewani dan ditanggapi oleh
kelompok yang mempresentasi.

- Bertanya atas presentasi tentang materi ide


143
dan peluang usaha pengolahan makanan khas
asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan nabati
dan hewani yang dilakukan dan peserta didik
lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
- Menyimpulkan tentang point – point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran
yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis
tentang materi :
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan
khas asli daerah ( orisinil ) dari bahan pangan
nabati dqan hewani

- Menjawab pertanyaan tentang materi ide dan


peluang usaha pengolahan makanan khas asli
daerah ( oriesinil ) dari bahan pangan nabati
dan hewani yang terdapat pada buku
pengangan peserta didik atau lembar kerja
yang telah disediakan.
- Bertanya tentang hal yang belum dipahami,
atau guru meleparkan beberapa pertanyaan
kepada siswa berkaitan dengan materi ide dan
peluang usaha pengolahan makanan khas asli
daerah ( otisinil ) dari bahan pangan nabati
dan hewani yang akan selesai dipelajari
- Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi ide
dan peluang pengolahawn makanan khas asli
daerah ( orisinil ) dari bahan pangan nabati
dan hewani yang terdapat pada buku
pengangan peserta didik atau pada lembar
lerja yang telah disediakan secara individu
untuk mengecek penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran.

144
Catatan: selama Pembelajaran Ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daerah (orisinil) dari
bahan pangan nabati dan hewani berlangsung ,guru
mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang
meliputi sikap :nasionalisme ,disiplin, rasa percaya diri,
berprilaku jujur, tangguhmenghadapi masalah ,
tnaggung jawab,rasa ingin tahu,peduli lingkungan.

Peserta didik :
- Membuat resumen (CREATIVITY) dengan
bimbimgan guru tentang poin – poin penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran
tentang materi Ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daerah (orisinil)
dari bahan pangan nabati dan hewani yang baru
dilakukan.
- Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi
pembelajaran Ide dan peluang usaha
pengolahan makanan khas asli daerah (orisinal)
dari bahan pangan nabati dan hewani yang
baru diselesaikan .
- Mengagendakan materi atau tugas projek/
produk/ portopolio /unjuk kerja yang harus
mempelajari pada pertemuan berikutnya diluar
jam sekolah atau di rumah.
Guru :
- Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai
langsung diperiksa untuk materi pembelajaran
Ide dan peluang usaha pengolahan makanan
asli khas daerah (orisinil) dari bahan pangan
nabati dan hewani
- Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas
projek / produk /portopolio /unjuk kerja dengan
benar di beri paraf serta nomor urut peringkat
untuk penilaian tugas.
- Memberi penghargaan untuk materi Ide dan
peluang usaha pengolahan makanan khas asli
daerah (orisinil) dari bahan pangan nabati dan
hewani kepada kelompok yang memikili kinerja
dan kerja sama yang baik.

145
146
DAFTAR PUSTAKA

Narbuko, Colid, 2008, Metodologi Penelitian,Bumi Aksara Jakarta.

Asep Jihad,M Pd, 2012 Evaluasi Pembelajaran, Multi, Pressindo,

Yogjakarta.

H. Karmono, M Pd, 2017, Belajar dan Pembelajaran, Pemanfaatan

Sumber Belajar, PT. Rajagrafindo Persada Anggota IKAPI.

Huda, 2018, Strategi Pembelajaran.

Ida Farida, M Pd. 2014, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum Nasional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Oemar Hamalik 2000, Pengembangan Sumberdaya Manusia, PT.

Bumi Aksara,Jakarta.

Randall, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid I

Erlangga, Jakarta.

Anas Sudijono, 2003, Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Bumi

Aksara Jakarta.

Mohamad Mudjiman, 1983, Pengawetan Bahan Makanan.

Soetarno, 2001 Pengawetan Udang.

Moeljanto, 1992, Pengawetan Dan Pengolahan Hasil

Perikanan.Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurniati, A.S. Sunarman, 2000, Pendingin Mutu Penaganan udang

beku.

Purwanigsih.S. 2000 Teknologi Pembekuan Udang. Jakarta, PT.

Penebar Swadaya.

147
Kuncoro. W. 2005, Penaganan Hasil Penangkapan Dan Sistem

pembekuan. Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan dan Tenaga

Kependidikan.

Fardiaz. S. 1992. Mikrobiologi Pangan .Gramedia Pustaka Utama

Jakarta.

Hadiwiyoto, S. 1993, Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

CV.Liberty.Yogjakarta.

Adawyah, R. 20007, Pengolahan Dan Pengawetan

Kanisius.Yogjakarta.

Muhamad Nuh, 20014, Pengertian Makanan Khas Daerah.

148
PHOTO KEGIATAN 1 :

BELAJAR KELOMPOK DALAM KELAS

149
PHOTO KEGIATAN 2:

PEMBERIAN ARAHAN KEPADA SISWA

150
PHOTO KEGIATAN 3 :

PENJELASAN DI DALAM KELAS

151
PHOTO KEGIATAN 4 :

TAMPAKPENGAWETAN UDANG

152

Anda mungkin juga menyukai