Anda di halaman 1dari 88

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP


PENGETAHUAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA TERSEDAK
PADA BALITA DI POSYANDU DESA GOMBONG

DISUSUN OLEH

FAJAR MAULANA C1019018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI 2023

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP


PENGETAHUAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA TERSEDAK
PADA BALITA DI POSYANDU DESA GOMBONG

DISUSUN OLEH
FAJAR MAULANA
C1019018

Disusun untuk memenuhi syarat gelar


Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas Bhamada Slawi
2023

Persetujuan Skripsi

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
:

ii
PENGARUH EDUKASI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP
PENGETAHUAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA TERSEDAK
PADA BALITA DI POSYANDU DESA GOMBONG

Dipersiapkan dan disusun oleh :


FAJAR MAULANA
C1019018

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di


hadapan penguji skripsi pada Selasa, 25 Juli 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Khodijah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Deni Irawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIPY : 1980.03.10.06.040 NIPY : 1985.03.08.09.050
Pengesahan Skripsi
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH EDUKASI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP


PENGETAHUAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA TERSEDAK
PADA BALITA DI POSYANDU DESA GOMBONG

Dipersiapkan dan disusun oleh


FAJAR MAULANA
C1019018

iii
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada Selasa, 25 Juli 2023 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I

Ikawati Setyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep


NIPY : 1986.11.10.15.098

Penguji II

Deni Irawan, S.Kep., Ns., M.Kep NIPY


: 1985.03.08.09.050

Penguji III

Khodijah, S.Kep., Ns., M.Kep NIPY


: 1980.03.10.06040 PENGARUH
EDUKASI MEDIA
AUDIOVISUAL TERHADAP
PENGETAHUAN IBU DALAM
PERTOLONGAN PERTAMA
TERSEDAK PADA BALITA DI
POSYANDU DESA GOMBONG

Fajar Maulana1), Khodijah2), Deni Irawatan3)


1)
Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Bhamada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
2) 3)
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhamada Slawi

Email : fajarkrik123@gmail.com

ABSTRAK

Tersedak merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kematian pada
anak-anak terutama usia tiga tahun ke bawah. Pengetahuan tentang penanganan
tersedak akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menangani anak yang tersedak
dan menghindari risiko kematian pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh edukasi media audiovisual terhadap pengetahuan ibu dalam
iv
pertolongan pertama tersedak pada balita di Posyandu Desa Gombong. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen yang menggunakan one group
pretestposttest design, sedangkan analisa penelitian yang digunakan adalah uji
Wilcoxon. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test nilai sig. (2-tailed) adalah 0.000 <
0.05 sehingga ho ditolak dan ha diterima. Ibu-ibu diharapkan dapat menggunakan
pengetahuan pertolongan pertama tersedak ketika menemui kejadian tersedak
pada balita untuk menghindari risiko kematian pada balita.
Kata Kunci : Edukasi Media Audiovisual, Tingkat Pengetahuan, Pertolongan
Pertama Tersedak pada Balita

THE EFFECT OF AUDIOVISUAL MEDIA EDUCATION ON MOTHER’S


KNOWLEDGE IN FIRST AID FOR CHOKING IN TODDLERS AT THE
POSYANDU IN GOMBONG VILLAGE
Fajar Maulana1), Khodijah2), Deni Irawatan3)
1)
Nursing and Nurse Science Study Program, Faculty of Health Sciences, Bhamada
Slawi University 52416, Tegal, Indonesia
2) 3)
Lecturer at Bhamada Slawi University 52416, Tegal, Indonesia

ABSTRACT

Choking is one of the main causes of illness and death in children, especially
those aged three years and under. Knowledge about choking management will
affect the mother's behavior in dealing with choking children and avoid the risk of
death in children. This study aims to determine the effect of audiovisual media
education on mothers' knowledge in first aid for choking in toddlers at the
Gombong Village Posyandu. This type of research is a quasi-experiment using
one group pretest-posttest design, while the research analysis used is the
Wilcoxon test. Wilcoxon Signed Rank Test results sig value. (2-tailed) is 0.000
<0.05 so that ho is rejected and ha is accepted. Mothers are expected to be able
to use first aid knowledge of choking when encountering choking events in
toddlers to avoid the risk of death in toddlers.

Keywords: Audiovisual Media Education, Knowledge Level, First Aid for Choking
in Toddlers

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti telah menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Edukasi Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam
v
Pertolongan Petama Tersedak Pada Balita Di Posyandu Desa Gombong”. Skripsi
ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada kedua pembimbing peneliti yaitu ibu Khodijah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
selaku pembimbing I dan bapak Deni Irawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku
pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
membimbing dalam penulisan skripsi ini dengan sabar dan ikhlas serta
mengarahkan peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan sehingga penelitian ini
dapat disusun dengan baik. Rasa terima kasih juga peneliti sampaikan kepada
kedua orang tua peneliti yaitu bapak Rusmono dan Ibu Nurmah serta kakak-kakak
saya yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan maupun materi yang
tiada hentinya. Peneliti menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi bukan
hanya karena upaya sendiri melainkan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :

1. Dr. Maufur, M.pd selaku Rektor Universitas Bhamada Slawi


2. Natiqotul Fatkhiyah, S.SiT.,Bdn.,M.Kes selaku Dekan Universitas Bhamada
Slawi
3. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom. selaku ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan dan Ners Universitas Bhamada Slawi.
4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang telah
membimbing dan mendidik peneliti selama melakukan kegiatan perkuliahan
dari semester satu hingga semester delapan.
5. Teman saya Evita, Ismi dan Dita yang sudah menemani dan memberi
semangat selama proses penyusunan skripsi.
6. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners
angkatan tahun 2019 khususnya teman-teman kelas 4A yang selalu memberi
motivasi, dukungan dan semangat dalam menyusun skripsi ini.
7. Teman-teman kelompok bimbingan yang saling memberikan masukan dalam
mengerjakan skripsi.
8. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan materil dan imateril hingga skripsi ini
terselesaikan, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.

vi
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dalam teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki oleh peneliti. Untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti
harapkan demi penyempurnaan tugas ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya di bidang kesehatan dan juga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Allah SWT membalas amal dan jasa pada mereka yang telah
memberikan bantuan.

Slawi, Juli 2023


Peneliti

Fajar Maulana

DAFTAR ISI

COVER i

vii
1.2 Tujuan Penelitian 6
1.3 Manfaat Penelitian 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Tinjauan Teori 8

2.2 Kerangka Teori 22


2.3 Kerangka Konsep 23
2.4 Hipotesis 23
BAB 3 METODE PENELITIAN 24
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 24
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 25
3.3 Populasi dan Sampel 27
3.4 Besar Sampel 28
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian 29
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran 29
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 30
3.8 Etika Penelitian 31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 34
4.1 Hasil Penelitian 34
4.2 Pembahasan 35
4.3 Keterbatasan Penelitian 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 44
5.1 Kesimpulan 44
5.2 Saran 44
viii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pernyataan Keaslian
Lampiran 2 Lembar Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Lembar Analisa Data Penelitian dan SPSS
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Lembar Informasi Penelitian
Lampiran 6 Lembar Konsultasi
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Curriculum Vitae

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Back Blow 21

ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Besar Sampel Per
Posyandu 29
Tabel 3.2 Definisi
Operasional 30
Tabel 4.1 Mean, Median, dan Modus Data Pretest 34
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu sebelum diberikan
Edukasi Media Audiovisual Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita 34

Tabel 4.3 Mean, Media, dan Modus Data Posttest 35


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu setelah diberikan
Edukasi Media Audiovisual Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita 35

Tabel 4.3 Analisa Bivariat Uji Wilcoxon 36


xii
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
SDKI : Survei Demograsi dan Kesehatan Indonesia
YAGD : Yayasan Ambulans Gawat Darurat
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
DIKDAS : Pendidikan Dasar
DIKMEN : Pendidikan Menengah
DIKTI : Pendidikan Tinggi
DIKMAS : Pendidikan Masyarakat
SOP : Standar Operasional Prosedur
SPSS : Statistical Package for Sosial Science
PMR : Palang Merah Remaja
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak-anak di bawah usia lima tahun biasanya disebut sebagai balita. Pada usia
ini, mereka akan sangat aktif berjalan, berlarian dan melakukan sesuatu yang tidak
mereka pahami dampak dan akibatnya (Puspitaswari & Rasita, 2020). Menurut
Patricia dan Guarneri (2022), pada bulan-bulan pertama kehidupan, bayi
mengembangkan persepsi visual. Gagasan tentang pengalaman sehari-hari,
mengenal lingkungan di sekitarnya, dan berhubungan dengan orang lain.
Awalnya, seorang bayi akan memiliki perilaku bawaan yang disebut sebagai
gerakan refleks. Bayi akan menghisap benda yang menyentuh bibirnya, dan
menggenggam benda yang menyentuh tangannya (Indah & Clara, 2018).

Anak balita akan mulai mengeksplorasi lingkungannya dan memasukkan benda


asing ke dalam mulutnya (American Red Cross, 2016). Kebiasaan memasukkan
benda asing ke dalam mulut tersebut sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
anak mengalami tersedak. Akibat adanya benda asing yang menyumbat saluran
pernapasan, orang akan mengalami kesulitan bernapas dan berujung pada
kematian jika tidak segera diberikan pertolongan pertama. Benda asing tersebut
bisa berupa apa saja, seperti makanan dan minuman, mainan, atau benda kecil
lainnya seperti koin, kelereng, peniti ataupun jarum (Umar et al., 2022).
Tersedak adalah tersumbatnya benda asing di dalam tenggorokan atau saluran
pernapasan (Ain, 2019). Somasetia (dalam Umar et al., 2022) menyatakan bahwa
tersedak merupakan kondisi berbahaya yang dapat terjadi pada siapa saja, mulai
dari bayi hingga orang dewasa. Tersedak merupakan salah satu penyebab utama
penyakit dan kematian pada anak-anak terutama usia tiga tahun ke bawah
(AntonMartin et al., 2019). Hal ini karena perkembangan saluran pernapasan
pada bayi yang rentan dan kurangnya kemampuan untuk mengunyah dan menelan
sehingga diperlukan respon yang cepat untuk menghindari kematian akibat
tersedak (Watson & Zhou, 2017).

1
2

Menurut World Health Organization (WHO) (dalam Ayuwandany, 2019), terdapat


sebanyak 17.537 anak berusia tiga tahun yang mengalami tersedak, sebanyak
(59,5%) berkaitan dengan makanan, (31,4%) terkait dengan benda asing, dan
sebanyak (9,1%) belum diketahui penyebabnya (Ayuwandany, 2019). Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi di
Indonesia adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, yang berarti 157.000 bayi
meninggal setiap tahunnya atau sekitar 430 bayi meninggal setiap harinya
(Pandegirot, 2019). Hanya saja di Indonesia belum ada data yang menyatakan
berapa persen kasus kematian pada anak karena tersedak (Sulistiana et al., 2019).

Dari data yang didapat dari RSUD dr. Harjono Ponorogo Jawa Timur pada tahun
2009 terdapat sebanyak 157 kasus tersedak dan pada tahun 2010 terdapat 112
kasus tersedak akibat benda asing (Novitasari, 2016). Berdasarkan data yang
diperoleh dari RSUD Soedjati Soemodiardjo, Grobogan Jawa Tengah pada bulan
Januari 2016 hingga bulan April 2018, ditemukan sebanyak empat kasus balita
yang mengalami tersedak dan dirawat di rumah sakit (Rahmawati & Suryani,
2019).

Metode pertolongan pertama yang mungkin untuk mengatasi tersedak pada balita
yaitu dengan teknik back blow, heimlich manuver atau abdominal trust, dan chest
trust (Yayasan Ambulan Gawat Darurat, 2015). Semua teknik dapat digunakan
pada anak usia 1 sampai 5 tahun dan orang dewasa sesuai dengan keahlian
penolong. Hanya saja, pada anak berusia satu bulan hingga satu tahun, teknik
yang disarankan meliputi teknik chest trust (penekanan dada), dan teknik back
blow (tepuk punggung). Teknik heimlich manuver (hentakan perut) justru
berbahaya untuk bayi, karena organ dalam bayi masih rentan terhadap penekanan
atau gesekan dari luar tubuh (Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2015).

Hasil penelitian Perdani (2020), yang dilakukan di Posyandu Kelurahan Debong


Tengah menyatakan ada masalah pada tingkat pengetahuan ibu mengenai tersedak
dengan kategori kurang sebesar 9 orang (23,10%), kategori cukup sebesar 23
orang (59,00%), dan kategori baik sebesar 7 orang (17,90%). Dalam penelitian
Ningsih (2020) dengan judul gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang
penanganan tersedak ASI pada bayi ditemukan sebanyak 6 orang (24%) memiliki
3

tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 17 orang (68%) memiliki pengetahuan


cukup, dan sebanyak 2 orang (2%) memiliki pengetahuan baik.

Menurut penelitian Harigustian (2020), yang berjudul tingkat pengetahuan


penanganan tersedak pada ibu yang memiliki balita di Perumahan Graha Sedayu
Sejahtera menyatakan pengetahuan ibu terhadap pertolongan pertama tersedak
pada balita dengan cara tepuk punggung (back blow) dengan kategori kurang
sebanyak 19 orang (63,33%), kategori cukup sebanyak 7 orang (23,33%), dan
kategori baik sebanyak 4 orang (13,33%). Sedangkan pengetahuan ibu terhadap
pertolongan pertama tersedak dengan cara hentakan dada (chest thrust) dengan
kategori kurang sebanyak 25 orang (83,33%), kategori cukup sebanyak 5 orang
(16,67%), dan kategori baik sebanyak 0 orang (0%). Untuk pengetahuan ibu
terhadap pertolongan tersedak pada balita dengan teknik hentakan perut
(abdominal thrust atau heimlich manuver) dengan kategori kurang sebanyak 24
orang (62,7%), kategori cukup sebanyak 6 orang (23,6%), dan kategori baik
sebanyak 0 orang (0%).

Penelitian Iswari (2021) yang berjudul pengaruh pemberian booklet


penatalaksanaan kegawatdaruratan chooking pada toddler terhadap pengetahuan
ibu menunjukkan adanya perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
edukasi. Penggunaan media booklet dalam penelitian ini dinilai kurang efektif
karena dalam penyampaiannya memerlukan waktu yang lama dan disampaikan
dengan cara yang menarik karena responden akan cepat merasa bosan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya responden yang tidak mengalami perubahan tingkat
pengetahuan setelah diberikan edukasi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Suartini dan Kusniawati (2020) yang berjudul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama Tersedak dengan Google
Form dan Phantom pada Orang Tua di TK Taman Sukaria terhadap Kemampuan
Keluarga menunjukkan hasil adanya pengaruh sebelum dan sesudah diberikan
edukasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengatakan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pengetahuan orang tua sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan pertolongan pertama tersedak. Penggunaan google form
4

sebagai media edukasi dinilai kurang efektif, karena responden hanya


mendapatkan informasi tanpa penjelasan lain dari peneliti.

Hasil penelitian Damanik et al., (2021) yang berjudul penerapan upaya


pencegahan dan penanganan aspirasi benda asing dan kejang demam pada anak di
rumah menunjukkan adanya peningkatan nilai antara pretest dan posttest dengan
media ceramah melalui aplikasi Zoom. Dalam melakukan ceramah, peneliti harus
menguasai materi dan membawakan materi dengan cara menarik, sehingga
responden tidak akan mudah bosan. Aplikasi Zoom yang digunakan juga kurang
efektif, karena memerlukan penggunaan kuota yang tidak sedikit dan responden
menjadi cepat bosan karena pemberian materi diberikan secara virtual. Dalam
penelitian ini, peneliti mengatakan bahwa persepsi antara pemateri dan responden
haruslah sama, sehingga informasi yang disampaikan akan maksimal. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya responden yang mendapatkan nilai tetap antara pretest
dan posttest yang dipengaruhi oleh persepsi individu (Damanik et al., 2021).

Penanganan-penanganan pasien gawat darurat seperti tersedak harus dapat


dilakukan oleh masyarakat sesuai keahliannya, terutama ibu dengan balita. Ibu
perlu mendapatkan edukasi mengenai pertolongan pertama tersedak, karena
kejadian kegawatdaruratan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Edukasi
merupakan salah satu cara pendidikan pada keluarga yang baik dan efektif
sehingga dapat mengubah perilaku keluarga (Maria & Deran, 2021). Menurut
Fernalia et al (2019), edukasi menggunakan media audiovisual lebih efektif
digunakan dibanding dengan metode lain seperti leaflet dan lembar balik. Media
audiovisual memungkinkan responden menangkap informasi dengan lebih efektif
karena melibatkan indera penglihatan dan pendengaran, serta meningkatkan
minat terhadap informasi yang disampaikan (Fernalia et al., 2019). Media
audiovisual lebih menarik dan tidak monoton, karena responden akan penasaran
dengan apa yang ada di dalam video sehingga mereka akan melihat video tersebut
dengan lebih serius hingga selesai (Mulyani & Fitriana, 2020).

Berdasarkan penelitian Fatmawati et al (2019), pembelajaran dengan metode


melihat audiovidual dan praktik memiliki waktu pembelajaran yang lebih lama,
adanya arahan, instruksi dan perhatian langsung dari fasilitator. Dalam
5

penelitiannya, terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada


pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi Basic Life Support dengan media
audiovisual dan praktik pada mahasiswa. Sedangkan menurut Sari & Hambali
(2019), penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran memiliki dampak
yang positif bagi siswa, dimana siswa dapat menyimak sesuatu secara langsung,
sehingga siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 November 2022,


menunjukkan hasil bahwa 10 dari 10 ibu masih salah dalam cara penanganan
tersedak pada balita. Lima orang ibu mengatakan cara penanganan tersedak pada
balita yaitu dengan ditepuk punggungnya namun dengan cara yang kurang tepat, 2
orang ibu mengatakan dengan cara ditiup ubun-ubunnya, 1 orang ibu mengatakan
dengan cara memberi air minum pada anaknya, 1 orang ibu mengatakan dengan
menepuk punggung sambil mengatakan ping-ping, dan 1 orang ibu mengatakan
dengan cara dipijat pada bagian lehernya. Dari 10 orang ibu, terdapat lima orang
ibu yang pernah mengalami kejadian tersedak pada anaknya. Lima orang ibu
yang pernah mengalami kejadian tersedak pada anaknya melakukan cara
penanganan tersedak hanya berdasarkan kepercayaan budaya yang mereka
ketahui. Tanpa disadari, mereka telah melakukan cara penanganan tersedak yang
salah dan dapat membahayakan kehidupan anaknya.

Posyandu Desa Gombong diambil sebagai tempat penelitian karena ibu dengan
balita di posyandu tersebut menganggap pengetahuan mengenai penanganan
tersedak adalah hal yang penting. Dari 10 orang ibu, 6 orang ibu mengatakan
pengetahuan mengenai penanganan tersedak adalah hal yang sangat penting dan 4
orang ibu mengatakan lumayan penting. Pengetahuan tentang penanganan
tersedak akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menangani anak yang tersedak
dan menghindari risiko kematian pada anak (Siregar & Pasaribu, 2022). Perilaku
keluarga ketika anaknya mengalami tersedak pada umumnya adalah menjadi
panik dan tentu takut anaknya akan meninggal (Ningsih & Yusarti, 2019). Oleh
karena itu, penanganan dengan keterampilan dan pengetahuan yang baik
merupakan hal yang paling penting sehingga ibu lebih terampil, mampu dan
dapat mengurangi keparahan tersedak pada anak (Puspitaswari & Rasita, 2020).
6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


judul “pengaruh edukasi media audiovisual terhadap pengetahuan ibu dalam
pertolongan pertama tersedak pada balita di Posyandu Desa Gombong”.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh edukasi media audiovisual terhadap pengetahuan ibu dalam
pertolongan pertama tersedak pada balita di Posyandu Desa Gombong.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama tersedak
pada balita sebelum diberikan edukasi.
1.2.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama tersedak
pada balita setelah diberikan edukasi.
1.2.2.3 Mengetahui pengaruh edukasi media audiovisual terhadap pengetahuan
ibu dalam pertolongan pertama tersedak pada balita.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada ibu
bagaimana cara yang tepat dalam melakukan pertolongan pertama tersedak pada
balita agar bisa dimanfaatkan ketika anak mengalami kejadian tersedak.

1.3.2 Manfaat Keilmuan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi mata
kuliah tentang bagaimana cara melakukan edukasi pertolongan pertama tersedak
pada balita yang dilakukan langsung pada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan.

1.3.3 Manfaat Metodologi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan sebagai referensi
pengembangan penelitian sejenis di bidang kesehatan untuk penelitian lebih
lanjut.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edukasi Media Audio Visual


Menurut Amar et al (2020), edukasi adalah segala sesuatu tentang sebuah proses
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Metode edukasi
diantaranya termasuk mengajar, pelatihan, bercerita, diskusi, atau penelitian
(Amar et al., 2020). Edukasi bertujuan untuk memberi manfaat kepada manusia,
seperti menyampaikan pengetahuan kepada manusia, meningkatkan kepribadian
manusia yang lebih baik, menegakkan nilai-nilai positif kepada manusia, dan
untuk membimbing manusia untuk mengembangkan bakat dan talenta yang
dimilikinya untuk hal-hal yang lebih positif (Amar et al., 2020).

Menurut Permatasari et al., (2022), edukasi dibagi menjadi lima jenis yaitu 1)
edukasi formal, 2) edukasi informal, 3) edukasi non formal, 4) edukasi in door,
dan 5) edukasi out door. Pada edukasi formal, program yang digunakan dimulai
dari penggunaan kurikulum, jangka waktu pelaksanaannya, adanya indikator
sebagai tolak ukut keberhasilan atau lulus, dan bersifat formal atau resmi.
Edukasi informal merupakan jenis edukasi yang bersifat tidak resmi dan tidak
direncanakan dengan jelas, seperti edukasi yang diberikan orang tua kepada
anaknya, ataupun belajar yang dilakukan secara aktif dan mandiri melalui buku
maupun media lainnya. Sedangkan edukasi non formal adalah edukasi yang
berada di luar lembaga pendidikan resmi, seperti pelatihan, kursus, dan bertujuan
sebagai pendukung serta pelengkap dari pembelajaran yang didapatkan pada
edukasi formal.

Edukasi in door dilaksanakan di ruangan yang tertutup, seperti belajar yang


dilakukan di dalam kelas, mengerjakan penelitian di laboratorium, membaca buku
di perpustakaan, dan lainnya. Sedangkan pada edukasi out door, proses belajar di
lakukan di ruangan yang terbuka, seperti observasi langsung ke

8
8

lapangan atau tempat tertentu. Menariknya dari edukasi out door, pembelajaran
bisa dilakukan dengan mengajak berwisata ke luar sembari menambah
pengetahuan tiap individunya.

Edukasi kesehatan (health teaching) adalah sebuah gambaran penting dan


merupakan bagian dari peran perawat profesional dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit (prevention). Edukasi kesehatan adalah suatu
proses yang direncanakan untuk memberi peluang bagi manusia untuk belajar
memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya (life skills) demi kepentingan kesehatannya (Ulumy et al, 2022).
Sedangkan menurut Leonita (2022). edukasi kesehatan merupakan usaha untuk
menaikkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan (Leonita, 2022).

Menurut Islamarida (2023), metode yang digunakan dalam edukasi kesehatan


harus mampu menumbuhkan komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta
didik. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam edukasi kesehatan antara
lain metode didaktik dan metode sokrati. Metode didaktik adalah pemberi
edukasi kesehatan yang aktif, sedangkan peserta didik bersifat pasif dan tidak
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat atau
mengajukan pertanyaan. Metode ini merupakan metode edukasi satu arah.
Sedangkan metode sokrati memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya, berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar,
sehingga mendorong komunikasi dua arah antara penyuluh dan peserta didik (two
way method).

Edukasi seharusnya dilakukan seumur hidup sesuai dengan proses perkembangan


psikofisiologis manusia, sama halnya dengan edukasi kesehatan. Dengan
demikian lingkungan edukasi kesehatan menurut Herijulianti et al (2002) dapat
dibedakan atas : 1) keluarga, 2) sekolah, dan 3) masyarakat. Edukasi dalam
lingkungan keluarga adalah pendidikan nonformal dan merupakan edukasi dasar
yang diberikan orang tua kepada anaknya sebelum mendapat pendidikan yang
lebih tinggi. Edukasi kesehatan orang tua kepada anaknya sedini mungkin akan
berdampak besar pada perubahan sikap anak terhadap perawatan diri. Sedangkan
lingkungan sekolah termasuk dalam pendidikan formal. Untuk membuktikan
bahwa pendidikan formal telah selesai, mereka akan menerima ijazah atau surat
9

tanda tamat belajar. Di sekolah, edukasi kesehatan juga harus diberikan melalui
mata pelajaran Olah Raga dan Kesehatan. Pemberian edukasi kesehatan akan
mempengaruhi sikap pelihara diri seseorang yang diharapkan akan terus tertanam
sampai akhir hayat. Edukasi dalam lingkungan masyarakat biasanya diberikan
untuk menambah atau memenuhi pendidikan di sekolah.

Menurut Widiyastuti et al., (2022), faktor yang dapat berpengaruh pada


keberhasilan edukasi kesehatan dikelompokkan menjadi : 1) aspek materi, 2)
aspek alam, 3) aspek instrumen, dan 4) aspek seseorang dalam pokok belajar.
Beberapa hal yang dapat ditinjau melingkupi kesiapan materi, penguasaan teori
yang akan diberikan kepada peserta didik, penampilan yang meyakinkan peserta
didik, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik dalam
penjelasan teori, suara yang jelas dan terdengar oleh semua peserta didik, dan
tampilan materi yang menarik sehingga tidak akan membosankan. Aspek alam
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aspek fisik yang melingkupi suhu dan situasi
tempat belajar, dan aspek sosial yaitu masyarakat dengan kegiatan berinteraksi
dalam tempat keramaian seperti pasar, lalu lintas, dan lain sebagainya.

Aspek instrumen terdiri dari alat pembelajaran perangkat keras (hardware) dan
alat pembelajaran perangkat lunak (software). Misalnya, pendidikan formal
menggunakan kurikulum, pemberi materi, atau kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan aspek seseorang dalam pokok belajar adalah batasan fisiologis, seperti
panca indera (pendengaran dan penglihatan) serta imitasi psikologis, seperti daya
ingat, daya tangkap, tekad, dan lain sebagainya.

Pada saat melakukan edukasi kesehatan diperlukan media yang tepat agar pesan
dapat tersampikan dengan baik. Kata media berasal dari bahasa Latin medius
yang artinya „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Pengertian media dalam
proses belajar mengajar sering diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal (Arsyad, 2011).

Berdasarkan perkembangan teknologi, Arsyad (2011) membagi media


pembelajaran menjadi empat kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media
hasil teknologi audiovisual, media hasul teknologi berdasarkan komputer, dan
media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Teknologi cetak adalah
10

sarana penyampaian materi, seperti buku atau materi visual statis terutama melalui
proses pencetakan fotografi dan mekanis. Media yang dihasilkan oleh teknologi
cetak diantaranya teks, grafik atau foto (Aryad, 2011).

Menurut Kustiawan (2016), penggunaan media cetak dalam pembelajaran


memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam penggunaan media cetak
yang pertama adalah ketersediaan dalam berbagai topik dan format. Keuntungan
yang kedua adalah media cetak mudah diadaptasi untuk berbagai tujuan dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi. Keuntungan yang ketiga adalah kemudahan
media cetak untuk dibawa dari satu tempat ke tempat lain. Keuntungan yang
keempat adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan usaha khusus.
Keuntungan yang terakhir adalah ekonomis, mudah untuk diproduksi atau dibeli
dan dapat digunakan kembali (Kustiawan, 2016).

Sedangkan kekurangan dari media cetak yang pertama adalah beragamnya


kemampuan membaca siswa. Beberapa siswa memiliki hambatan dalam
membaca sehingga media cetak tidak cocok untuk siswa seperti ini. Kekurangan
yang kedua adalah media cetak biasanya ditulis untuk umum dalam bentuk buku
teks, sehingga akan menjadi kesulitan bagi pembaca yang memiliki hambatan
dalam pengetahuan awal untuk memahami isi buku teks tersebut. Kekurangan
yang ketiga adalah kemampuan menghafal siswa yang beragam. Beberapa
pendidik seringkali meminta siswanya untuk menghafalkan banyak informasi,
sehingga media cetak hanya digunakan sebagai alat bantu menghafal yang
sederhana. Kekurangan yang keempat adalah adanya istilah-istilah asing dalam
media cetak tanpa adanya penjelasan. Beberapa buku teks menggunakan banyak
istilah kata dan konsep yang sulit dipahami dan kurangnya penjelasan membuat
pembaca kesulitan dalam memahami isi buku tersebut. Kekurangan yang terakhir
adalah kurangnya interaktif media cetak sehingga pembelajaran menjadi bersifat
pasif (Kustiawan, 2016).

Teknologi audiovisual merupakan sebuah cara untuk memproduksi atau


menyampaikan materi dengan penggunaan mesin mekanis dan elektronik dalam
menyampaikan pesan audio dan visual. Pembelajaran melalui audiovisual
dicirikan dengan penggunaan peralatan dalam proses belajar mengajar seperti
proyektor, tape recorder, dan sound system sebagai media penyampaian materi.
Jadi, pembelajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi
11

yang penyampaiannya melalui penglihatan dan pendengaran serta tidak


seluruhnya bergantung pada penafsiran kata-kata atau tanda-tanda yang serupa
(Arsyad, 2011).

Menurut Sumiharsono & Hasanah (2017), media audiovisual memiliki kelebihan


dan kekurangan. Kelebihan media adalah 1) lebih mudah dipahami karena
menampilkan gaya bahasa auditif maupun visual, 2) memberikan pengalaman
yang lebih nyata dibandingkan dengan media audio atau visual, 3) lebih mudah
dimengerti, karena dalam proses belajar siswa akan mendengar dan melihat secara
langsung, 4) media audiovisual menyuguhkan video dan audio sehingga lebih
menyenangkan ketika belajar (Sumiharsono & Hasanah 2017). Berdasarkan
penelitian Simamora & Saragih (2019), dalam penyuluhan kesehatan media yang
baik digunakan untuk meningkatkan pengetahuan adalah media audiovisual.
Pengetahuan masyarakat meningkat dimana sebelum diberikan penyuluhan,
pengetahuan masyarakat dalam kategori kurang dan setelah diberikan penyuluhan,
pengetahuan masyarakat meningkat menjadi kategori baik.

Berdasarkan penelitian Yatma (2015) dengan judul Efektifitas Metode Penyuluhan


Audiovisual dan Praktik Terhadap Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar
Pada Nelayan di Pantai Depok Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa penggunaan
media audiovisual mampu meningkatkan pengetahuan secara signifikan. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pretest dari 11 orang responden mendapat nilai kurang
(73,3%) dan pada hasil posttest 15 reponden mendapat nilai baik (100%).
Sedangkan pada metode praktik, hasil pretest didapatkan 10 orang mendapatkan
nilai kurang (66,7%), dan pada hasil posttest didapatkan 11 orang mendapat nilai
baik (73%). Hal ini menunjukkan bahwa penelitian menggunakan media
audiovisual lebih baik daripada metode praktik dalam meningkatkan pengetahuan.

Pada penelitiaan Anggraini et al., (2020) tentang Pengaruh Media Audio Visual
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Ibu Hamil Tentang Pencegahan
Stunting di Desa Cinta Rakyat, penggunaan media audiovisual dapat secara
signifikan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting. Pada
tahap pretest didapatkan sebanyak 9 orang (21,4%) mendapatkan nilai kurang, 20
orang (47,6%) mendapatkan nilai cukup dan 13 orang (31,0%) mendapatkan nilai
baik. Setelah di berikan intervensi menggunakan media audivisual, sebanyak 0
12

orang (0%) mendapat nilai kurang, 2 orang (4,80%) mendapat nilai cukup dan
sebanyak 40 orang (95,20%) mendapat nilai baik.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Andriani (2020) yang berjudul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audio Visual Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah Tentang Penyakit Demam Berdarah,
didapatkan hasil terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media
audiovisual terhadap pengetahuan anak yang dibuktikan dengan hasil uji t-test
independent dengan nilai p = 0,025 (< 0,05). Namun penggunaan media
audiovisual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap anak usia
sekolah tentang penyakit demam berdarah. Hal ini ditunjukkan pada distribusi
frekuensi skor sikap responden didapatkan nilai rata-rata pada tahap pretest
sebesar 8.22 dan pada tahap posttest sebesar 8.30. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan pada sikap anak usia sekolah tentang demam berdarah tidaklah
signifikan.
Kekurangan yang dimiliki media audiovisual adalah 1) waktu pembuatan media
audiovisual yang cukup lama, karena menggabungkan dua komponen yaitu audio
dan visual, 2) memerlukan keterampilan dan ketelitian dalam pembuatannya, dan
3) pembuatan media audiovisual membutuhkan biaya yang cukup mahal
(Sumiharsono & Hasanah, 2017).

Teknologi berbasis komputer adalah sarana penyampaian materi menggunakan


sumber yang berbasis mikroprosesor. Pada dasarnya, teknologi berbasis
komputer memanfaatkan layar kaca untuk menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Dalam pembelajaran, teknologi berbasis komputer disebut juga
sebagai computer-assisted instruction (pembelajaran dengan bantuan komputer).

Media pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa kelebihan dan


kekurang. Zainiyati (2017) mengatakan bahwa media berbasis komputer
memiliki kelebihan, kelebihan yang pertama adalah komputer dapat membantu
siswa yang lamban dalam menyerap pengetahuan. Media ini dapat memberikan
suasana yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual. Kelebihan
yang kedua adalah komputer dapat menarik siswa untuk belajar karena
menampilkan animasi, warna yang mencolok, dan musik yang dapat menambah
efek realistis. Kelebihan yang ketiga adalah siswa dapat mengendalikan komputer
sendiri sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat diselaraskan dengan tingkat
13

pengetahuannya. Kelebihan yang keempat adalah aktivitas siswa selama


menggunakan suatu program pengajaran dapat direkam dan perubahan setiap
siswa selalu dapat dipantau (Zainiyati, 2017).

Zainiyati (2017) juga mengungkapkan bahwa media berbasis komputer memiliki


kekurangan. Mahalnya harga komputer menjadi hambatan dalam penggunaan
media berbasis komputer. Selain itu, diperlukan keterampilan dan pengetahuan
terkait komputer untuk menggunakan media ini (Zainiyati, 2017).

Teknologi gabungan merupakan suatu sarana penyampaian materi dengan


memadukan beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Gabungan
beberapa jenis media ini dianggap teknik yang paling canggih apabila
dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti
monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal atau alat-alat tambahan
seperti videodisk dan sistem audio (Arsyad, 2011).

2.2 Pengetahuan Pertolongan Pertama Tersedak


Menurut Darsini et al (2019), pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata tahu artinya mengerti sesudah melihat
(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti (Darsini et
al., 2019). Penginderaan oleh panca indra manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Pengetahuan atau persepsi adalah bidang
yang sangat penting dalam pembentukkan tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang berbasis
pengetahuan lebih berkelanjuatan daripada perilaku yang berbasis non-
pengetahuan (Kurniasih, 2022).

Menurut Notoatmodjo (2014), faktor yang berpengaruh pada tingkat pengetahuan


terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang pertama yaitu usia, dengan bertambahnya usia seseorang akan semakin baik
pula pemahamannya. Hal ini karena kemampuan menerima informasi yang lebih
baik seiring bertambahnya usia seseorang. Amin (2017) mengatakan bahwa
klasifikasi usia menurut Departemen Kesehatan RI (2009) dibagi menjadi 0-5
tahun (masa balita), 6-11 tahun (masa kanak-kanak), 12-16 tahun (masa remaja
awal), 17-25 tahun (masa remaja akhir), 26-35 tahun (masa dewasa awal), 36-45
14

tahun (masa dewasa akhir), 46-55 tahun (masa lansia awal), 56-65 tahun (masa
lansia akhir), dan 65- atas (masa manula).

Faktor internal yang kedua adalah pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang
tinggi akan lebih mudah menerima informasi dari luar yang disampaikan orang
lain (Notoatmodjo, 2014). Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (2023), pendidikan dibedakan menjadi lima kategori yaitu
pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (Dikdas), pendidikan
menengah (Dikmen), pendidikan tinggi (Dikti), dan pendidikan masyarakat
(Dikmas). Pekerjaan dan ras adalah faktor internal yang ketiga yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2014). Menurut
Setyaningsih & Prakoso (2016), seseorang dapat menerima pengetahuan secara
langsung maupun tidak langsung di tempat kerja.

Minat merupakan salah satu faktor internal yang dapat berpengaruh pada tingkat
pengetahuan seseorang. Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang
kuat terhadap sesuatu. Minat akan menginspirasi seseorang untuk menekuni
sesuatu yang pada akhirnya akan memperdalam pengetahuannya (Mubarak et al.,
2007).

Faktor eksternal pertama yang berpengaruh pada tingkat pengetahuan yaitu


lingkungan. Lingkungan sangat mempengaruhi proses penyerapan pengetahuan
ke dalam diri individu yang berbeda di lingkungan tersebut, karena adanya
interaksi timbal balik atau tidak yang nanti akan direspon oleh masing-masing
individu sebagai suatu pengetahuan (Dewi, 2019). Faktor eksternal yang kedua
adalah sosial budaya. Menurut Dewi (2019), kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan oleh banyak orang tanpa adanya penalaran baik atau buruknya untuk
dilakukan. Dengan demikian, seseorang yang tidak melakukanpun akan
bertambah pengetahuannya. Status ekonomi merupakan faktor eksternal yang
ketiga. Status ekonomi sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu
sehingga akan berpengaruh pada pengetahuan seseorang (Dewi, 2019).

Faktor eksternal yang selanjutnya adalah informasi atau media massa. Menurut
Dewi (2019), informasi atau media massa juga salah satu faktor eksternal yang
berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Informasi yang diperoleh dari
pendidikan formal maupun non formal akan memberikan dampak dalam jangka
pendek (immediate impact) yang dapat menciptakan perubahan atau peningkatan
15

terhadap pengetahuan seseorang (Dewi, 2019). Faktor eksternal yang terakhir


yaitu pengalaman. Pengalaman merupakan sarana untuk mendapatkan sebauah
pengetahuan, sedangkan sosial budaya bertindak sebagai pedoman pikiran dan
tindakan seseorang berdasarkan pengalaman sehingga pengetahuan seseorang
akan bertambah (Murwani, 2014).

Tingkat pengetahuan menurut Wawan dan Dewi (2010), dapat ditentukan


menggunakan skala yang bersifat kualitatif seperti baik, cukup dan kurang. Jika
seseorang mendapat hasil presentase sebesar 76-100% maka dapat dikategorikan
sebagai tingkat pengetahuan baik. Jika seseorang mendapat hasil presentase
sebesar 56-75% dikategorikan sebagai tingkat pengetahuan cukup. Jika seseorang
mendapat hasil presentase sebesar < 56% dikategorikan sebagai tingkat
pengetahuan kurang.

Menurut Anggraini et al (2018), pertolongan pertama adalah upaya menolong dan


mengobati sementara korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang
lebih baik dari dokter atau tenaga medis. Artinya pertolongan pertama bukanlah
penanganan yang sempurna melainkan hanya sebuah pertolongan sementara yang
dilakukan oleh orang yang pertama kali melihat korban. Tindakan pertolongan
pertama harus dilakukan dengan cepat dan tepat dengan sarana dan prasarana
yang ada di tempat terjadinya kecelakaan. Tindakan pertolongan pertama yang
tepat akan meminimalisir cedera atau rasa sakit dan bahkan menyelamatkan
korban dari kematian, tetapi jika tindakan ini dilakukan secara tidak benar, justru
dapat memperburuk cedera, bahkan menimbulkan kematian (Anggraini et al.,
2018).

Menurut Susilowati (2015), ada beberapa prinsip dasar pertolongan pertama yang
harus diperhatikan sebelum memberikan pertolongan pertama yaitu, yang pertama
memastikan bahwa penolong tidak menjadi korban berikutnya. Penolong
seringkali lemah atau kurang berpikir kritis saat terjadi kecelakaan. Lakukan
pengecekan kondisi lokasi kecelakaan sebelum memberikan pertolongan pertama,
apakah sudah aman atau masih berbahaya bagi penolong. Gunakanlah metode
yang cepat, mudah dan efektif ketika memberikan pertolongan pertama
(Susilowati, 2015).
Prinsip dasar kedua pertolongan pertama adalah tidak terburu-buru atau panik
saaat melakukan pertolongan pertama. Gunakanlah sumber daya di sekitar lokasi
16

kecelakaan, baik itu alat, manusia, atau sarana pendukung lainnya. Prinsip dasar
ketiga dalam pertolongan pertama adalah memperhatikan pernapasan korban, jika
terjadi perdarahan harus segera dihentikan untuk menyelamatkan nyawa korban.
Prinsip dasar keempat dalam pertolongan pertama adalah dengan membawa
korban ke tempat yang aman untuk menghindari kecelakaan yang lainnya
(Susilowati, 2015).

Prinsip dasar kelima adalah lakukan dengan cepat, tepat dan hati-hati (Anggraini
et al., 2018). Prinsip dasar keenam adalah penolong harus terbiasa dengan
pencatatan sederhana. Catatan sederhana mengenai upaya pertolongan yang
sudah dilakukan. Catatan ini sangat membantu pihak lain jika korban akan
dirujuk atau mendapat pertolongan lebih lanjut di pusat pelayanan kesehatan
(Susilowati, 2015).

Etika yang perlu diperhatikan ketika melakukan petolongan pertama menurut


Swasanti dan Putra (2014) yaitu, yang pertama adalah perhatikan kondisi
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan fisik yaitu harus
selalu memperhatikan keadaan lingkungan fisik di sekitar korban, lingkungan
harus aman untuk mencegah kecelakaan ketika melakukan tindakan pertolongan
pertama. Selain lingkungan fisik, lingkungan psikis juga perlu diperhatikan
dengan berusaha menciptakan rasa aman dan nyaman baik bagi korban maupun
penolong. Lingkungan sosial adalah lingkungan terakhir yang perlu diperhatikan.
Interaksi orang di sekitar korban akan mempengaruhi tindakan pertolongan
pertama ketika terjadi kecelakaan (Swasanti & Putra, 2014).

Etika petolongan pertama yang kedua adalah memperkenalkan diri.


Memperkenalkan diri dilakukan untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi
korban, sekaligus menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman
(Swasanti & Putra, 2014). Etika yang ketiga adalah meminta izin. Meminta izin
adalah hal yang perlu dilakukan ketika melakukan pertolongan pertama, baik
kepada korban ataupun kepada keluarga korban jika korban dalam keadaan tidak
sadar. Jika korban atau semua pihak menolak, tindakan pertolongan pertama tidak
boleh dipaksakan untuk dilakukan (Swasanti & Putra, 2014). Etika yang keempat
adalah merahasiakan kondisi korban. Penolong memiliki kewajiban untuk
melindungi dan merahasiakan kondisi korban, terutama yang bersifat privasi atau
pribadi (Swasanti & Putra, 2014). Dan etika yang terakhir adalah meminta
17

bantuan dan kesaksian orang lain. Semua tindakan pertolongan yang dilakukan
harus disaksikan dan dibantu oleh orang lain untuk meminimalkan risiko
kesalahpahaman dan juga dapat digunakan sebagai bukti mengambil tindakan
hukum keesokan harinya (Swasanti & Putra, 2014).

Menurut Ain (2019), tersedak (choking) adalah suatu kondisi dimana benda asing
seperti makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan bagian atas sehingga
menyebabkan gagal napas. Jika pertolongan pertama tidak segera diberikan,
korban akan meninggal. Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan
tingkat kelangsungan hidup dapat mencapai 95% (Ain, 2019).

Gejala tersedak diantaranya batuk parah, tercekik, napas berbunyi, muntah,


sianosis (kebiruan), dan kesulitan bernapas. Jika benda berukuran kecil, pasien
mungkin mengalami batuk yang tidak menyenangkan dan napas berbunyi
(Morchower, 2009). Menurut Ain (2019), tersedak dibagi menjadi 2 menurut
klasifikasinya, yaitu tesedak sebagian dan tersedak total. Tersedak sebagian
(partial/mild) artinya benda asing hanya menghalangi sebagian dari jalan napas
dan masih ada celah kecil untuk masuknya udara. Menurut Ain (2019), bentuk
tersedak yang paling parah adalah tersedak total (total block/severe) dimana benda
asing yang masuk telah menutup seluruh bagian jalan napas korban sehingga
korban tidak sadarkan diri karena kurangnya oksigen yang masuk ke dalam tubuh
(Ain, 2019).

Penyebab umum tersedak pada anak-anak adalah makanan dan mainan. Bayi
yang mulai penasaran akan lebih cenderung menelan apapun yang mereka temui,
termasuk balon, koin, kelereng, mainan yang mudah pecah, tutup pena, bola kecil,
dan sebagainya (Lasmana, 2021). Menurut Lasmana (2021), pencegahan tersedak
dapat dilakukan dengan memotong kecil makanan, kunyah dengan pelan dan
merata sebelum menelan, tidak berbicara atau tertawa saat makanan ada di dalam
mulut, dan tidak berlari atau bermain saat ada makanan di dalam mulut, jangan
biarkan anak menghisap permen bertekstur keras, jangan biarkan lansia makan
sendirian, jangan memberi makanan saat sedang berkendara. Jauhkan mainan
yang rapuh atau terlepas bagiannya dari jangkauan anak-anak. Jauhkan balon,
benda kecil atau mainan kecil dari anak yang sedang berada pada fase suka
mengunyah (Lasmana, 2021).
18

Penanganan tersedak pada balita dan orang dewasa menurut Yayasan Ambulans
Gawat Darurat (YAGD) (2015), ada beberapa teknik, antara lain : 1) tepuk
punggung (back blow), 2) hentakan perut (abdominal trusht atau heimlich
manuver), dan 3) hentakan dada (chest thrust). Tepukan di punggung (back blow)
dilakukan dengan cara menepuk ke belakang punggung sebanyak lima kali.
Langkah pertama adalah duduk di kursi yang kokoh, kemudian letakkan anak di
atas kaki dengan posisi tengkurap. Gunakan telapak tangan bagian bawah untuk
menepuk punggung atas, antara tulang belikat sebanyak lima kali.

Gambar 2.1 Back Blow


Sumber : American Red Cross (2016)

Penanganan dengan hentakan perut (heimlich manuver) adalah berdiri di belakang


korban dengan kaki diantara kedua kaki korban, kemudian miringkan tubuh
korban ke arah depan. Selanjutnya buatlah kepalan tangan dan genggam kepalan
tangan dengan tangan yang lain dan melingkarkan lengan ke tubuh korban.
Tempatkan kepalan tangan di garis tengah tubuh korban, tepat di bawah tulang
dada atau ulu hati. Buatlah gerakkan cepat dan kuat ke dalam dan ke atas untuk
membantu korban memuntahkan benda yang menghalangi saluran napasnya.
Terus ulangi gerakan ini sampai korban dapat bernapas kembali atau sampai
korban tidak sadarkan diri.

Hentakan pada perut (Heimlich Manuver) tidak dianjurkan untuk anak di bawah
usia satu tahun karena ada kemungkinan terjadinya kerusakan pada organ dalam.
Oleh karena itu untuk mengatasi tersedak pada anak di bawah satu tahun terutama
dengan teknik tepuk punggung atau hentakan dada (YAGD, 2015).
19

Gambar 2.2 Heimlich Manuver


Sumber : American Red Cross (2016)

Pada hentakan dada (chest thrust), yang harus dilakukan adalah dengan duduk di
kursi yang kokoh kemudian letakkan anak dalam posisi telentang di atas kaki.
Letakkan satu tangan di bawah punggung anak dan posisikan tiga jari di tengah
tulang dada anak. Hentakkan sebanyak lima kali dengan arah ke dalam dan ke
atas.

Gambar 2.3 Chest Thrust


Sumber : American Red Cross (2016)
20

2.3 Kerangka Teori

Edukasi: Tujuan Edukasi


1. Edukasi Formal Memberikan pengetahuan
2. Edukasi Informal pertolongan pertama
3. Edukasi Non tersedak pada balita
Formal
4. EdukasiIn Door
5. EdukasiOut Door

Media Edukasi: Pengetahuan Metode pertolongan


1. Media cetak ibu terhadap pertama tersedak pada
2. Media pertolongan balita
Audiovisual pertama 1. Back blow
3. Media Komputer tersedak pada 2. Heimlich Manuver
4. Media Gabungan balita 3. Chest Thrust

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Minat
5. Lingkungan
6. Status ekonomi
7. Informasi
8. Pengalaman
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Sumber : Permatasari et al., (2022), Amar et al., (2020), Arsyad (2011),
Notoatmodjo (2014), YAGD (2015).
21

2.4 Kerangka KonsepPenelitian

Edukasi Pertolongan
Tingkat Pengetahuan
Pertama Tersedak Pada Ibu
Balita

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan didasarkan pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012). Berdasarkan teori yang telah
disebutkan maka hipotesis yang diajukan peneliti yaitu :
2.5.1 Hipotesis Nol (Ho) tidak ada pengaruh edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu
Desa Gombong.
2.5.2 Hipotesis Alternatif (Ha) ada pengaruh edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu
Desa Gombong.
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, disajikan dalam
bentuk angka dan menggunakan desain penelitian Quasi Experiment. Desain ini
melakukan penilaian awal terhadap sampel yang kemudian akan dinilai kembali
setelah diberikan tindakan. Tujuan dari desain ini adalah untuk menghitung
pengaruh suatu perilaku atau treatmen edukasi terhadap pengetahuan atau menguji
hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan yang akan dilakukan (Taum et
al, 2022).

Pada tahap awal, peneliti melakukan penilain terhadap tingkat pengetahuan


responden pada kelompok dengan menggunakan lembar kuesioner. Kemudian
peneliti memberikan perlakuan (X) kepada sampel untuk meningkatkan
pengetahuan pertolongan pertama tersedak pada balita. Tahap yang selanjutnya
adalah peneliti melakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan (posttest/O1)
dengan kuesioner yang sama dengan pretest.

Pretest Intervensi Posttest O


X O1

Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design


Sumber : Simarmata et al (2021)
Keterangan :

O : Pretest sebelum diberikan edukasi

O1 : Posttest setelah diberikan edukasi

X : Perlakuan atau intervensi berupa edukasi menggunakan media


audiovisual

24
23

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, karena waktu pengukuran


variabel independen edukasi media audiovisual dan variabel dependen
pengetahuan pertolongan pertama tersedak dilakukan pada waktu yang
bersamaan. Sedangkan desain Quasi Eksperiment dipilih untuk menentukan
pengaruh edukasi media audiovisual terhadap pengetahuan ibu dalam pertolongan
tersedak pada balita.

3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.2.1 Alat Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
pertolongan pertama tersedak, sedangkan instrumen edukasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah video animasi pertolongan pertama tersedak.
Kuesioner yang digunakan diadopsi dari penelitian Lestari (2022). Kuesioner
terdiri dari 15 item berupa karakteristik responden dan pertanyaan tentang
pengertian, tanda dan gejala, klasifikasi dan penanganan tersedak. Skala yang
digunakan adalah skala Guttman dengan pilihan jawaban A, B, dan C. Pertanyaan
yang dijawab benar akan mendapat nilai 1 dan jika salah mendapat nilai 0,
sehingga kuesioner memiliki nilai maksimal 15 dan nilai minimal 0 dengan
kategori pengetahuan baik jika prosentase jawaban 76%-100%, cukup jika
56%75%, dan kurang jika <56%.

Uji validitas adalah sebuah uji yang mengukur aspek-aspek kuesioner teori,
kemudian membuat kisi-kisi variabel tingkat pengetahuan sebagai tolak ukur dari
item (Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan uji validitas Lestari (2022) dengan
sampel sebanyak 25 orang dengan bantuan Statistical Package for Sosial Science
(SPSS) menggunakan pearson product moment dengan r tabel 0,505 kemudian
membandingkan antara r hitung dan r tabel. Hasil uji validitas menunjukkan
bahwa 15 item kuesioner tersebut valid dengan hasil r hitung (minimal 0,523 dan
maksimal 0,842) > 0,505.

Kuesioner dikatakan reliabel jika hasil jawaban seseorang terhadap pertanyaan


adalah konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukkan sejauh mana pengukur dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih dengan menggunakan kuesioner yang sama (Notoatmodjo,
2014). Sebuah kuesioner suatu instrumen dikatakan reliabel jika koefisien
24
Cronbach’s Alpha > 0,60. Uji reliabilitas yang dilakukan Lestari (2022)
menunjukkan hasil Cronbach’s Alpha 0,76 sehingga kuesioner tersebut dikatakan
reliabel dan terpercaya.

3.2.2 Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pretest,
intervensi dan posttest. Tahap persiapan dimulai dari peneliti menyusun proposal
dibantu oleh dosen pembimbing yang kemudian disetujui dan selanjutnya
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan teori maupun metode penelitian yang
digunakan. Setelah proposal sudah disetujui, peneliti mengurus surat perizinan
penelitian yang dimulai dari Ka. Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Ners
Universitas Bhamada Slawi. Kemudian meminta surat izin penelitian ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Pemalang dan diteruskan ke Puskesmas Belik dan
diteruskan lagi ke Kelurahan Desa Gombong. Setelah mendapat izin dari
Kelurahan Desa Gombong, peneliti mengadakan pertemuan dengan Bidan
Posyandu Desa Gombong untuk meminta izin melakukan penelitian di Posyandu
tersebut dan membuat kontrak waktu penelitian dengan Bidan dan kader
posyandu. Peneliti melakukan penelitian selama 1 hari dengan mengumpulkan
responden di satu tempat dan kemudian melakukan penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti ditemani oleh dua orang enumerator yang sebelumnya sudah
dilakukan penyamaan persepsi sehingga hasil yang didapatkan akan lebih objektif
dan sepenilaian.

Tahap yang selanjutnya adalah tahap pretest. Pada tahap ini, peneliti
mengumpulkan ibu di suatu tempat kemudian menjelaskan proses pengumpulan
data dan membagikan lembar informed consent untuk ditanda tangani sebagai
bentuk persetujuan mengikuti kegiatan penelitian. Setelah itu peneliti melakukan
pretest menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan responden tentang
pertolongan pertama tersedak pada balita. Peneliti menetapkan waktu selama 20
menit untuk mengisi lembar kuesioner. Ketika pengisian kuesioner berlangsung,
peneliti menemani responden untuk membantu responden yang kesulitan dalam
mengisi kuesioner. Penelitan dilakukan pada hari Selasa, 13 Juni 2023 dengan
responden sebanyak 85 orang. Tahap pretest dimulai pada pukul 08.00 hingga
08.30, pada tahap ini responden diminta untuk menjawab pertanyaan sebanyak 15
item mengenai pertolongan pertama tersedak pada balita. Setelah tahap pretest
selesai, peneliti memberikan edukasi menggunakan media audiovisual tentang
pertolongan pertama tersedak pada balita.
25
Setelah tahap pretest selesai, tahap yang selanjutnya adalah tahap intervensi.
Peneliti memberikan edukasi menggunakan media video animasi dengan durasi
tiga menit dan diputar sebanyak lima kali tanpa jeda pemutaran dengan total
durasi selama 15 menit. Video yang digunakan untuk edukasi diputar
menggunakan proyektor dan menggunakan pengeras suara agar suara dari video
bisa terdengar oleh responden. Tahap intervensi dimulai pada pukul 08.30 hingga
pukul 08.45. Pada tahap ini, video yang diputar menjelaskan tentang pengertian
tersedak, tanda dan gejala tersedak, penyebab tersedak, klasifikasi tersedak, dan
teknik pertolongan pertama tersedak. Setelah responden selesai menonton viedo
edukasi, selanjutnya peneliti melakukan sebuah evaluasi berupa posttest.

Tahap yang terakhir adalah tahap posttest. Peneliti memberikan posttest berupa
kuesioner yang sama dengan pretest kepada seluruh responden. Waktu yang
diberikan kepada responden untuk mengisi kuesioener yaitu 20 menit. Tahap
posttest dimulai pada pukul 08.45 hingga 09.10. Selanjutnya, peneliti akan
mengecek kelengkapan pengisian kuesioner dan setelah semua data terkumpul
peneliti akan melakukan analisa data.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia balita di
Posyandu Desa Gombong yang berjumlah 555 orang. Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah puposive sampling. Teknik ini digunakan
dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang
telah dikenal sebelumnya (Eriyanto., 2011). Pada penelitian ini, peneliti
mengambil ibu dengan balita yang mengikuti posyandu pada saat dilakukan
penelitian sebagai sampelnya.

3.4 Besar Sampel


Untuk menentukan besarnya sampel yang digunakan, maka peneliti menggunakan
rumus Slovin untuk menghitung besar sampel sebagai berikut:
26

Keterangan :
n : besar sampel N
: besar populasi e :
tingkat kesalahan

Dari hasil perhitungan dengan rumus Slovin di atas maka jumlah sampel
minimum yang dapat digunakan adalah 84,7 yang dibulatkan menjadi 85
responden.
Tabel 3.1 Besar Sampel Per Posyandu
Posyandu Populasi Sampel
Seruni 1 30 orang 5 orang
Seruni 2 130 orang 20 orang
Seruni 3 140 orang 21 orang
Seruni 4 125 orang 19 orang
Seruni 5 130 orang 20 orang
3.4.1 Kriteria Inklusi
3.4.1.1 Ibu dengan anak balita yang bersedia menjadi responden di Posyandu
Desa Gombong
3.4.1.2 Ibu yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
3.4.1.3 Ibu yang dalam kondisi sehat
3.4.1.4 Ibu yang mampu membaca

3.4.2 Kriteria Eksklusi


3.4.2.1 Ibu yang tidak bisa atau berhalangan hadir karena kondisi tertentu
2.4.2.2 Ibu dengan kelainan tunawicara

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Gombong Kecamatan Belik
Kabupaten Pemalang pada hari Selasa, 13 Juni 2023.
27
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

1 Edukasi Proses - - -
Media penyampaian
Audiovisual informasi
menggunakan
video yang
terdapat
gambar dan
suara untuk
menjelaskan
pertolongan
pertama tersedak
pada balita
2 Pengetahuan Informasi Kuesioner Kriteria Ordinal
Pertolongan pengetahuan ibu Pengetahuan tingkat
Pertama tentang Pertolongan pengetahuan :
pengertian, gejala, Pertama 1. Baik (jika
Tersedak
penyebab, Tersedak nilai 11-15
Pada Balita poin)
pencegahan, dan Pada Balita
metode 2. Cukup (jika
pertolongan nilai 8-10

pertama tersedak poin) pada balita 3. Kurang


(jika nilai
<8 poin)

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data penelitian sudah terkumpul, langkah yang selanjutnya adalah
pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data adalah
editing, coding, processing/entry, dan cleaning. Pada tahap editing peneliti
memeriksa jawaban dari lembar kuesioner yang telah diberikan kepada responden
baik pretest maupun posttest. Kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data
dan jawaban per item yang bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam proses
penginputan data sehingga dapat diketahui tingkat pengetahuan responden
mengenai pertolongan pertama tersedak sebelum dan setelah dilakukan edukasi.

Pada tahap coding, peneliti memberikan kode pada setiap responden untuk
mempermudah proses analisa data. Coding yang dilakukan yaitu dengan memberi
28
kode 1 untuk jawaban yang benar dan kode 0 untuk jawaban yang salah,
sedangkan untuk variabel terikat yaitu tentang pengetahuan tersedak peneliti akan
memberi kode 1 untuk pengetahuan kurang, kode 2 untuk pengetahuan cukup dan
kode 3 untuk pengetahuan baik. Untuk tingkat pengetahuan, peneliti
menggunakan kode 76%-100% untuk pengetahuan baik, kode 56%-75% untuk
pengetahuan cukup, dan kode <56% untuk pengetahuan kurang. Selanjutnya
untuk membedakan data sebelum dan sesudah dilakukan edukasi, peneliti
memberi kode pretest untuk sebelum edukasi dan kode posttest untuk setelah
edukasi.

Pada tahap processing, data yang dimasukkan berasal dari kuesioner yaitu nilai
pengetahuan tentang pertolongan pertama tersedak dari pretest dan posttest ke
dalam aplikasi komputer. Setelah semua data sudah dimasukkan kemudian diolah
dengan aplikasi komputer menggunakan uji Wilcoxon. Peneliti menggunakan uji
Wilcoxon untuk memperhitungkan dua kelompok data yang berbeda secara
statistik, dan untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok data tersebut.
Kemudian Pada tahap cleaning, data yang telah dimasukkan dicek kembali
kebenarannya sesuai data yang ada untuk mengetahui apakah ada kesalahan saat
memasukkan kode dan apabila ada data yang tidak diperlukan dalam peneliian
maka akan dihapus.

3.7.2 Tenik Analisa Data


Menurut Notoatmodjo (2010), analisa data dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian, membuktikan hipoteis penelitian, dan memperoleh kesimpulan secara
umum dari penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Teknik analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti
dan hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Pada
penelitian variabel yang dianalisis secara univariat adalah variabel terikat tentang
pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama tersedak.

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95% (a < 0,05), jika p-value < a maka Ha
diterima yang artinya ada pengaruh, sebaliknya jika p-value > a maka Ha ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh. Dalam penelitian ini, skala yang digunakan
29
adalah ordinal, yang termasuk dalam data kategorik dan merupakan syarat uji non
parametrik. Jadi analisa bivariat menggunakan uji Wilcoxon.

3.8 Etika Penelitian


Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus memegang teguh
sikap ilmiah (scientific attitude) dan menggunakan prinsip-prinsip etika
penelitian. Menurut Arwani (2022), terdapat empat prinsip utama yang perlu
dipahami oleh seorang peneliti. Prinsip yang pertama yaitu menghormati harkat
dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti perlu
mempertimbangkan hak-hak responden untuk mendapatkan informasi yang
terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian dan memiliki kebebasan dalam
menentukan pilihan serta bebas dari paksaan untuk berpatisipasi dalam kegiatan
penelitian (autonomy). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan surat
pernyataan bersedia mengikuti penelitian (informed consent) kepada responden.
Apabila responden tidak bersedia mengikuti penelitian maka peneliti tidak boleh
memaksakan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti juga memberikan
informasi mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan kepada
responden.

Prinsip yang kedua adalah menghormarti privasi dan kerahasiaan subjek


penelitian (respect for privacy and confidentiality). Dalam penelitian, peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat
asal responden dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas
dan kerahasiaan identitas responden. Peneliti menggunakan kode seperti inisial
atau nomor yang diberikan ketika melakukan penelitian sebagai pengganti
identitas responden. Dalam penelitian ini, peneliti memberi responden nomor urut
untuk mengganti identitas responden sehingga kerahasiaan indentitas responden
tetap terjaga.

Prinsip yang ketiga adalah keadilan dan inklusivitas (respect fot justice and
inclusiveness). Dalam penelitian ini dilakukan dengan keterbukaan, adil, jujur
dan hati-hati. Peneliti mengkondisikan lingkungan sebaik mungkin dengan
menjelaskan prosedur penelitian terlebih dahulu pada responden untuk memenuhi
prinsip keterbukaan. Peneliti menjamin bahwa semua responden penelitian
memperoleh perlakuan yang sama yaitu kenyamanan dalam proses pengambilan
data sesuai prosedur dan mendapatkan keuntungan setelah perlakuan, tanpa
membedakan agama, etnis dan sebagainya.
30
Prinsip yang keempat adalah memperkirakan manfaat dan kerugian yang
ditumbulkan (balancing harms and benefits). Dalam penelitian ini, efek negatif
yang ditimbulkan adalah perasaan bosan responden ketika pemutaran video
sebanyak lima kali. Penelitian ini tidak memungut biaya dari responden dalam
bentuk apapun. Selain itu, dalam melaksanakan penelitian, responden akan
mendapatkan manfaat berupa pengetahuan tentang pertolongan pertama tersedak
pada balita.

3.9 Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian ini terlampir.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Sebelum diberikan Edukasi Media Audiovisual
Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Tabel 4.1 Mean, Media, dan Modus Data Pretest
N Min Max Mean Median Modus Std. D
Pretest 85 1 14 8.36 8.00 10 3.109

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa skala pengetahuan ibu dalam
pertolongan pertama tersedak pada balita sebelum diberikan edukasi media
audiovisual, diperoleh nilai minimum sebesar 1 atau dalam kategori kurang yang
artinya responden hanya dapat menjawab pertanyaan kuesioner kurang dari 56%
dan skala nilai maksimum sebesar 14 atau dalam kategori baik yang artinya ibu
dapat menjawab pertanyaan kuesioner antara 76%-100%. Dari data tersebut
diperoleh mean sebesar 8.36 yang artinya rata-rata responden mampu menjawab
pertanyaan kuesioner antara 56%-75%. Median sebesar 8.00, sedangkan modus
atau data yang sering muncul yaitu skala 10 (dalam kategori cukup). Berdasarkan
data hasil pretest pengetahuan ibu dalam pertolongan pertama tersedak pada balita
sebelum diberikan edukasi media audiovisual dapat diketahui bahwa data terpusat
pada skala 10 atau dalam kategori cukup.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu sebelum diberikan


Edukasi Media Audiovisal Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Prosentase (%)
Baik 20 25,5%
Cukup 35 41,1%
Kurang 30 35,2%
Total 85 100,0%

34

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan ibu
sebelum diberikan edukasi media audiovual pertolongan pertama tersedak pada
balita mayoritas memiliki pengetahuan cukup dengan jumlah 35 orang (41,1%).
32
Responden dengan pengetahuan kurang berjumlah 30 orang (35,2%) dan
responden dengan pengetahuan baik berjumlah 20 orang (25,5%).

4.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Setelah diberikan Edukasi Media Audivisual


Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Tabel 4.3 Mean, Median, dan Modus Data Post-Test
N Min Max Mean Median Modus Std. D
Posttest 85 13 15 14.35 14.00 14 0.631

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa skala pengetahuan ibu dalam pertolongan
pertama tersedak pada balita sebelum diberikan edukasi media audiovisual,
diperoleh nilai minimun sebesar 13 atau dalam kategori baik yang artinya
responden dapat menjawab pertanyaan kuesioner antara 76-100% dan skala nilai
maksimum sebesar 15 atau dalam kategori baik. Dari data tersebut diperoleh
mean sebesar 14.35 yang artinya rata-rata responden mampu menjawab kuesioner
antara 76%-100%. Media sebesar 14.00, sedangkan modus atau data yang sering
muncul yaitu skala 14 (dalam kategori baik). Berdasarkan data hasil posttest
pengetahuan ibu dalam pertolongan pertama tersedak pada balita setelah diberikan
edukasi media audiovisual dapat diketahui bahwa data terpusat pada skala 14 atau
dalam kategori baik.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu setelah diberikan
Edukasi Media Audiovisal Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Prosentase (%)
Baik 85 100,0%
Cukup 0 0,0%
Kurang 0 0,0%
Total 85 100,0%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan ibu setelah
diberikan edukasi media audiovisual pertolongan pertama tersedak pada balita
semua ibu memiliki pengetahuan baik.

4.1.3 Pengaruh Edukasi Media Audiviual Pertolongan Pertama Tersedak Pada


Balita Terhadap Pengetahuan Ibu di Posyandu Desa Gombong
Untuk menganalisis pengaruh edukasi media audiovisual pertolongan pertama
tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu Desa Gombong dalam
penelitian ini digunakan analisa bivariat dengan uji statistik Uji Wilcoxon.
Tabel 4.5 Analisa Bivariat Uji Wilcoxon
33
n Mean Median Modus SD Min Max Sum Z P-
value

Pre 85 8,36 8,00 10 3,109 1 14 711 -8.018 0,000


Test
Post 85 14,35 14,00 14 0,631 13 15 1220
Test

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata skor responden sebelum


diberikan edukasi sebanyak 8,36, sedangkan setelah dilakukan pelatihan
meningkat menjadi 14,35. Jadi dapat disimpulkan rata-rata skor responden
mengalami peningkatan sebesar 5,99, dan berdasarkan analisis statistik
menggunakan uji wilcoxon diperoleh p-value 0,000 < 0,05 yang dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat dijelaskan bahwa ada
pengaruh edukasi media audioviusal pertolongan pertama tersedak pada balita
terhadap pengetahuan ibu di Posyandu Desa Gombong.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Edukasi Media Audiovisual
Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
pertolongan pertama tersedak pada balita sebelum diberikan edukasi melalui
media audiovisual pada ibu di Posyandu Desa Gombong mayoritas dalam
kategori cukup sebanyak 35 responden (41,1%). Hal ini terlihat dari hasil analisis
univariat pre-test diperoleh hasil bahwa dari 85 responden yang menjadi sampel
penelitian diperoleh tingkat pengetahuan pertolongan pertama tersedak pada balita
sebelum diberikan edukasi media audiovisual paling banyak dalam kategori cukup
sebanyak 35 responden, kategori kurang sebanyak 30 responden, dan kategori
baik sebanyak 20 responden.

Dari hasil jawaban kuesioner, diketahui bahwa item kuesioner yang mendapat
nilai paling sedikit adalah item pertanyaan mengenai tanda dan gejala tersedak
dan pertanyaan mengenai teknik pertolongan pertama tersedak. Setelah
diidentifikasi, mayoritas responden yang mendapat nilai pengetahuan kurang
belum pernah terpapar informasi mengenai gejala tersedak dan teknik pertolongan
pertama tersedak pada balita sehingga ketika diberikan pertanyaan mereka
menjawab dengan salah. Beberapa ibu yang mendapat nilai cukup mengatakan
pernah melihat atau mendengar tentang pertolongan pertama tersedak dari media
34
sosial, tetapi mereka hanya sekedar tahu dan belum mendapat edukasi lebih lanjut
mengenai pertolongan pertama tersedak pada balita sehingga ketika menjawab
kuesioner mereka masih bingung dengan jawaban yang harus diberikan.

Pengetahuan pertolongan pertama tersedak pada balita yang benar pada ibu di
Posyandu Desa Gombong sebelum diberikan edukasi media audiovisual secara
umum masih kurang. Pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi tiga yaitu
baik, cukup dan kurang. Seseorang dikatakan memiliki pengetahuan yang baik
apabila seseorang yang menjadi obyek penelitian dapat menjawab 76-100% dari
seluruh pertanyaan. Dikatakan cukup apabila seseorang dapat menjawab dengan
benar 56-75% dari seluruh pertanyaan dan dikatakan memiliki pengetahuan
kurang apabila menjawab dengan benar <56% dari seluruh pertanyaan (Wawan &
Dewi, 2010). Dewi (2019) berpendapat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, salah satunya adalah informasi dan media massa.
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal akan
memberikan dampak dalam jangka pendek yang menciptakan perubahan atau
peningkatan terhadap pengetahuan seseorang.

Saelan et al., (2023) mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengetahuan ibu


sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang penanganan tersedak, dapat
diketahui bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas responden yaitu
sebanyak 30 (90,9%) responden memiliki pengetahuan kurang, dan 3 (9,1%)
responden memiliki pengetahuan cukup. Kurangnya informasi yang didapat atau
pengalaman akan mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam menangani
keadaan yang terjadi khususnya pada responden yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang.

Prasetyo & Kusnanto (2022) dalam penelitiannya mengatakan mengenai tingkat


pengetahuan siswa kelas xi tentang pertolongan pertama pada kecelakaan,
didapatkan hasil dari total 60 responden mayoritas yaitu 47 (78,3%) memiliki
pengetahuan cukup, sebanyak 9 (15%) responden memiliki pengetahuan kurang
dan sebanyak 4 (6,7%) responden memiliki pengetahuan baik. Empat orang
dengan pengetahuan baik diketahui pernah mengikuti kegiatan edukasi tentang
pertolongan pertama dan mereka merupakan anggota Palang Merah Remaja
(PMR) di sekolahnya. Informasi yang didapatkan oleh para siswa mempengaruhi
pengetahuan mereka tentang pertolongan pertama kecelakaan, hal ini dapat dilihat
dari 47 (78,3%) responden yang mendapat nilai cukup sudah pernah membaca
35
dari berbagai media tetapi belum memahami dengan baik tentang pertolongan
pertama, dan sebanyak 9 orang (15%) yang memiliki pengetahuan kurang
dikarenakan responden belum pernah membaca atau memahami tentang
pertolongan pertama dan belum pernah mendapat edukasi mengenai pertolongan
pertama.

Dewiyanti et al., (2023) mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh


edukasi berbasis video terhadap pengetahuan balut bidai pertolongan pertama
fraktur tulang pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Polongbangkeng
Selatan, didapatkan hasil dari 20 responden mayoritas yaitu 15 responden (75,0%)
memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 5 responden (25,0%) memiliki
pengetahuan baik. Dewiyanti et al., mengatakan bahwa sebelum diberikan
edukasi balut bidai pengetahuan responden masih dalam kategori kurang.
Responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 responden, hal ini dikarenakan
mereka telah terpapar informasi mengenai balut bidai sebelumnya. Sedangkan 15
responden yang mendapat nilai pengetahuan kurang belum pernah mendapat
edukasi ataupun terpapar informasi mengenai balut bidai.

Peneliti berpendapat bahwa rendahnya pengetahuan ibu mengenai pertolongan


pertama tersedak pada balita dikarenakan kurangnya paparan informasi yang
didapat oleh responden yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan. Informasi ini bisa didapatkan dari edukasi formal ataupun non
formal. Peneliti menganalisis bahwa mayoritas tingkat pengetahuan kurang yang
dimiliki responden didapatkan dari ketidaktahuan responden tentang pertolongan
pertama tersedak dikarenakan tidak pernah mendengar informasi yang ada di
kuesioner sebelumnya. Berdasarkan kuesioner penelitian ini, poin soal yang
memiliki jawaban salah terbanyak ada pada pertanyaan mengenai gejala tersedak
pada anak. Responden tidak yakin untuk menjawab dengan benar karena mereka
masih tidak yakin dengan gejala apa saja yang bisa muncul pada anak yang
mengalami tersedak.

4.2.2 Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Edukasi Media Audiovisual


Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Hasil penelitian dari 85 responden setelah diberikan edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita menunjukkan semua responden
memiliki pengetahuan baik sebanyak 85 responden (100%). Terlihat bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan yang semula mayoritas adalah pengetahuan
36
kurang menjadi pengetahuan baik. Sebagian responden yang tadinya tidak tahu
mengenai definisi tersedak, gejala yang mungkin timbul, dan teknik pertolongan
pertama tersedak menjadi tahu informasinya dengan tepat. Responden juga
menjadi tahu manfaat dari teknik pertolongan pertama tersedak pada balita seperti
tepukan punggung, hentakan dada dan hentakan perut.
Hasil analisis kuesioner didapatkan terjadi peningkatan skor terendah sebelum dan
sesudah edukasi yaitu skor 1 menjadi skor 14. Didapatkan hasil bahwa setelah
diberikan edukasi, skor yang semula tergolong ke pengetahuan kurang mengalami
peningkatan menjadi pengetahuan baik. Berdasarkan perbandingan tingkat
pengetahuan pretest dan posttest, responden yang semula belum mengetahui
tentang tanda dan gejala serta teknik pertolongan pertama tersedak pada balita
menjadi tahu mengenai pengetahuan tersebut. Setelah ditelusuri, penyebab
peningkatan pengetahuan yang signifikan tersebut salah satunya adalah
kemampuan responden untuk berkonsentrasi pada materi pembelajaran. Dewi
(2019) berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah lingkungan. Dengan situasi yang kondusif, informasi yang disampaikan
peneliti menjadi lebih mudah dipahami oleh responden sehingga pengetahuan
responden tentang pertolongan pertama tersedak pada balita menjadi meningkat.

Penyebab lain peningkatan yang signifikan pada pengetahuan responden adalah


media audiovisual yang digunakan dalam edukasi. Simamora & Saragih (2019)
mengatakan bahwa dalam edukasi kesehatan, media audiovisual adalah media
yang baik digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Menurut Al
Hakim et al., (2021), media yang baik dan sesuai dengan perkembangan teknologi
dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi menarik dan diminati oleh peserta
didik. Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
teknologi saat ini adalah media audiovisual (Al Hakim et al., 2021).

Menurut Ulumy et al., (2022) upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan


penyakit adalah dengan cara memberikan edukasi kesehatan. Edukasi
direncanakan untuk memberi peluang bagi manusia untuk belajar memperbaiki
kesadaran serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Saelan et al.,
(2023) mengatakan dalam penelitiannya tentang tingkat pengetahuan ibu setelah
diberikan edukasi kesehatan teknik heimlich manuver, diketahui bahwa dari 33
responden didapatkan mayoritas responden yaitu 25 responden (75,8%) memiliki
tingkat pengetahuan baik, sebanyak 7 responden (21,2%) memiliki pengetahuan
cukup dan 1 responden (3,0%) memiliki pengetahuan kurang setelah diberikan
37
edukasi teknik heimlich manuver. Setelah diberikan edukasi, pengetahuan
responden meningkat secara signifikan.

Afdal et al., (2021) mengatakan dalam penelitiannya tentang pengetahuan


pertolongan pertama pada korban tenggelam di Desa Langara Tanjung Batu
Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan didapatkan hasil
posttest dari 31 responden, mayoritas yaitu 15 responden (48,3%) mendapat nilai
baik, 14 responden (45,1%) mendapat nilai cukup dan sebanyak 2 responden
(6,4%) mendapat nilai kurang. Afdal et al., mengatakan bahwa usia dan tingkat
pendidikan responden akan mempengaruhi seseorang dalam mengolah informasi
dan menjelaskan informasi yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2014) yang menunjukkan bahwa usia, pendidikan, informasi dan
minat seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan.

Patimah (2019) mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengetahuan


pertolongan pertama korban tenggelam masyarakat di kota Jayapura setelah
edukasi, didapatkan hasil dari total 18 responden mayoritas yaitu 16 responden
(88,9%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan jumlah terendah sebanyak 2
responden (11,1%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat RT 002/RW 005 hanya 3 orang yang pernah terpapar informasi
tentang pertolongan pertama korban tenggelam dari 18 responden yang asal
informasinya didapatkan dari tenaga kesehatan dan teman/kerabat.

Peneliti berpendapat bahwa peningkatan yang signifikan terjadi pada pengetahuan


responden yang semula mayoritas berpengetahuan kurang menjadi baik
dikarenakan sudah tersampaikannya informasi dengan efektif. Peneliti
berpendapat bahwa penyampaian informasi dengan media audiovisual lebih
efektif karena responden dapat memahami informasi yang diberikan dengan lebih
mudah karena media audiovisual menampilkan gaya bahasa yang auditif dan
visual. Selain media, keberhasilan edukasi ini disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang sebagian besar kondusif sehingga responden dapat berkonsentrasi dengan
baik saat diberikan edukasi. Selain itu, faktor pendidikan yang mempengaruhi
pengetahuan juga berperan penting dalam tersampaikannya informasi dengan baik
kepada responden.

4.2.3 Pengaruh Edukasi Media Audiovisual Pertolongan Pertama Tersedak Pada


Anak Terhadap Pengetahuan Ibu di Posyandu Desa Gombong
38
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu
Desa Gombong. Hasil penelitian dari 85 responden menunjukkan rata-rata skor
responden sebelum diberikan edukasi sebesar 8,36, sedangkan setelah diberikan
edukasi meningkat menjadi 14,35. Jadi dapat disimpulkan rata-rata skor
responden mengalami peningkatan sebesar 5,99. Hasil uji Wilcoxon diperoleh
pvalue 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha
diterima atau dapat diartikan bahwa ada pengaruh edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu
Desa Gombong.

Edukasi merupakan salah satu bentuk pendidikan dalam bidang kesehatan.


Edukasi pada dasarnya adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Amar et al., 2020). Pada saat melakukan edukasi
diperlukan media yang tepat agar pesan dapat tersampaikan dengan baik, salah
satunya adalah media audiovisual. Audiovisual adalah salah satu media yang bisa
digunakan untuk menyampaikan informasi dalam edukasi kesehatan. Media
audiovisual dianggap sebagai media yang baik untuk digunakan dalam edukasi,
karena media audiovisual lebih mudah dipahami, menampilkan video dan audio
sehingga lebih menyenangkan ketika belajar dan tidak hanya membaca sebuah
tulisan (Sumiharsono & Hasanah, 2017). Media audiovisual adalah jenis media
yang mengandung unsur suara dan gambar seeperti rekaman video, film, slide
suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, karena mengandung kedua jenis media yaitu audio dan visual dan tidak
sepenuhnya bergantung pada penafsiran kata-kata atau tanda serupa (Arsyad,
2011).
Sari et al., (2021) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh pemberian video
animasi dan simulasi terhadap praktik penanganan tersedak pada balita di
Posyandu Dusun Pandeyan, didapatkan hasil uji Wilcoxon dengan p-value 0,000
sehingga Ho dalam penelitian tersebut ditolak yang berarti ada pengaruh
pemberian video animasi dan simulasi terhadap praktik penanganan tersedak pada
balita. Menurut Sari et al., responden cenderung tertarik dengan materi yang
diberikan peneliti menggunakan video animasi dengan isi yang menarik, sehingga
pengetahuan responden menjadi lebih baik setelah edukasi. Peningkatan
39
pengetahuan responden dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai pretest
dan posttest.

Dalam penelitian Nurlaila et al., (2021) dengan judul peningkatan kemampuan


masyarakat dalam pola asuh aman dan pertolongan pertama kasus
kegawatdaruratan pada anak, didapatkan peningkatan rata-rata tingkat
pengetahuan pada responden. Peningkatan dari rata-rata nilai pretest 35,65
menjadi rata-rata nilai posttest 70,00 setelah diberikan edukasi menggunakan
media video pertolongan pertama kasus kegawatdaruratan pada anak. Nurlaila et
al., mengatakan bahwa media audiovisual dapat menunjukkan secara jelas pada
responden mengenai pertolongan ketika anak mengalami cedera. Video
pembelajaran memiliki dua jenis media yaitu audio (mendengar) dan visual
(melihat) yang berarti dapat membantu responden mempelajari tulisan, gambar
dan suara mengenai pertolongan pertama kasus cedera pada anak. Adanya video
ini juga dapat digunakan oleh kader untuk mengedukasi masyarakat mengenai
keterampilan pertolongan pertama kasus cedera pada anak (Nurlaila et al., 2021).

Romadoni et al., (2023) dalam penelitiannya yang berjudul video edukasi tentang
pertolongan pertama pada fraktur ekstremitas terhadap pengetahuan siswa palang
merah remaja, didapatkan bahwa nilai p-value 0,001 sehingga Ho dalam
penelitian ini ditolak yang berarti ada pengaruh video edukasi terhadap
pengetahuan siswa PMR tentang pertolongan pertama fraktur ekstremitas.
Romadoni et al., mengatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
melalui pendidikan, pengalaman, hubungan sosial ataupun informasi melalui
paparan media seperti media video. Romadoni et al., berpendapat bahwa
peningkatan pengetahuan siswa didorong oleh penyampaian informasi melalui
video edukasi, karena media audiovisual (video) dapat memberikan informasi
lebih maksimal karena memberikan gambaran nyata sehingga mudah untuk
diingat dan dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan pengetahuan
responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi media audiovisual


pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu. Peneliti
berpendapat bahwa penggunaan media audiovisual dalam sebuah edukasi sangat
efektif. Media audiovisual adalah sebuah media yang menarik, dengan gambar
bergerak dan suara di dalamnya sehingga lebih mudah bagi responden untuk
menerima informasi yang diberikan. Penggunaan media audiovisual dalam
40
sebuah edukasi memungkinkan responden untuk mengingat materi dengan lebih
mudah, karena dapat menunjukkan secara jelas materi yang akan diberikan
kepada responden. Selain itu, video diputar sebanyak lima kali sehingga
memungkinkan responden menyerap informasi yang diberikan dengan lebih
efektif.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentunya ada keterbatasan
penelitian antara lain sebagai berikut:
4.3.1 Video yang diputar terlalu cepat, sehingga isi video tidak tersampaikan
dengan baik.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
5.1.1 Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi media
audiovisual mayoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan rata-rata skor
sebanyak 8,36.
5.1.2 Tingkat pengetahuan responden setelah diberikan edukasi media audiovisual
secara total memiliki tingkat pengetahuan baik dengan rata-rata skor sebanyak
14,35.
5.1.3 Terdapat pengaruh edukasi media audiovisual pertolongan pertama tersedak
pada balita terhadap pengetahuan ibu ditandai dengan terjadinya peningkatan
pengetahuan sebelum dan setelah diberikan edukasi media audiovisual dengan
hasil p-value 0.000.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terangkum pada kesimpulan,
maka dapat disimpulkan beberapa saran sebagai berikut:
5.2.1 Saran Aplikatif
Diharapkan setelah penelitian ini, ibu dapat mengaplikasikan pengetahuan
pertolongan pertama tersedak pada balita yang telah didapat selama edukasi
apabila ibu menemui kejadian tersedak pada balita.

5.2.2 Saran Keilmuan


Hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi bagi pembaca dan diharapkan
perawat maupun pendidik dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pertolongan pertama tersedak pada balita sehingga akan mampu
meningkatkan pengetahuan masyarakat.

45
46

5.2.3 Saran Metodologi


Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian serupa diharapkan lebih
memperhatikan keadaan lingkungan tempat penelitian dilaksanakan. Usahakan
agar tempat penelitian tersebut luas dan kondusif sehingga informasi yang
diberikan kepada responden dapat tersampaikan dengan baik dan efektif. Hal ini
bisa dilakukan dengan memilih tempat yang lebih luas seperti balaidesa atau
gedung serbaguna dan peneliti dapat menetapkan aturan untuk tidak membawa
anak ke tempat penelitian sehingga proses penyampaian informasi dapat
dilakukan dengan kondusif dan maksimal. Selain itu, dalam pembuatan media
audiovisual perhatikan kecepatan pemutaran video. Buat agar video yang diputar
tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Afdal, M. S., Saranani, M., & Romantika, I. W. (2021). Pengaruh Edukasi


Kesehatan Terhadap Pengetahuan Nelayan Tentang Pertolongan Pertama
Pada Korban Tenggelam di Desa Langara Tanjung Batu Kecamatan
Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan. Jurnal Ilmiah Karya
Kesehatan, 1(2), 54-60.
Ain, H. (2019). Penanganan Sumbatan Benda Asing pada Anak Berbasis
Critical Care Caring. Surabaya : Media Sahabat Cendekia.
Al Hakim, R. T., & Dkk. (2021). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-
19, Tantangan Yang Mendewasakan. Yogkarta: UAD Press (Anggota IKAPI
dan APPTI).
Amar, Ali & Aulia. (2020). Edukasi dan Produktivitas Masyarakat di Masa
Pandemi. Bandung : LP2M UIN SGD Bandung.

American Red Cross. (2016). First Aid/CPR/AED Participant’s Manual.


Amin, M. A. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia Berdasarkan Analisis
Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi
Canny. Jurnal Ilmiah Matematika, 2(6):33-42.
Andriani, D. A. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audio
Visual Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah Tentang
Penyakit Demam Berdarah. Media Informasi Kesehatan, 7(1):65-72.
Anggraini, N. A., Mufidah, A., Putro, D. S., Permatasari, I. S., et al .(2018).
Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan pada
Masyarakat di Kelurahan Dandangan. Journal of Comunity Engagement in
Healt, 1(2):21–24.
Anggraini, S., Siregar, S., Dewi, R. (2020). Pengaruh Media Audio Visual
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Ibu Hamil Tentang
Pencegahan Stunting di Desa Cinta Rakyat. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Imelda, 6(1):26-31.
Anton-Martin, P., P. Bhattarai, P. Rycus, L. Raman, dan R. Potera. 2019. The use
of extracorporeal membrane oxygenation in life-threatening foreign body
aspiration: case series, review of extracorporeal life support organization
registry data, and systematic literature review. Journal of Emergency
Medicine, 56(5):523–529.
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Arwani. (2022). Filsafat Ilmu & Etika Penelitian. Solok Sumatera Barat : Insan
Cendekia Mandiri.
Ayuwandani, D. (2019). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan
Tersedak Pada Bayi di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Damanik, S. M., Sitorus, E., & Mertajaya, M. (2021). Penerapan Upaya
Pencegahan dan Penanganan Aspirasi Benda Asing dan Kejang Demam
pada Anak di Rumah. Jurnal Comunità Servizio, 3(2):653-661.
Darsini, D., Fahrurrozi, F., & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan; Artikel
Review. Jurnal Keperawatan, 12(1):13.
Dewi, N.A.L. (2019). Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi With Body
Painting Tentang Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Keterampilan Anggota PMR di SMA Giki 1 Surabaya dan
SMA N 21 Surabaya. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya : STIKes
Hang Tuah.
Dewiyanti, Kamriana, Zainuddin, Alwi, & Rahmadani, F. (2023). Pengaruh
Edukasi Berbasis Video Terhadap Pengetahuan Balut Bidai Pertolongan
Pertama Fraktur Tulang Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Polongbangkeng Selatan. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 9(1), 149-155.
Eriyanto. (2011). Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan
Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenadamedia Group.
Fatmawati, B. R., Suprayitna, M., & Prihatin, K. (2019). Efektifitas Edukasi Basic
Life Support dengan Media Audiovisual dan Praktik Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Keterampilan Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Jenjang D.III Stikes Yarsi Mataram Tahun 2018. In Jurnal
Kesehatan Qamarul Huda, 7(1):6-12.
Fernalia, F., Busjra, B., & Jumaiyah, W. (2019). Efektivitas Metode Edukasi
Audiovisual terhadap Self Management pada Pasien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Silampari, 3(1):221–233.
Harigustian, Y. (2020). Tingkat Pengetahuan Penanganan Tersedak Pada Ibu Yang
Memiliki Balita di Perumahan Graha Sedayu Sejahtera. Jurnal
Keperawatan, 12(3):162-169.
Herijulianti, E., Indriani, T.S., & Artini, A. (2002). Pendidikan Kesehatan Gigi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Indah, I. G., & Clara, F. A. (2018). Periode Perkembangan Pada Masa Bayi.
Periode Perkembangan Pada Masa Bay. Skripsi : Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Iswari M. F. (2021). Pengaruh Pemberian Booklet Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Chooking Pada Toodlet Terhadap Pengetahuan Ibu.
Jurnal Kesehatan : Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 11(2):107-111.
Islamarida, R. Devianto, A. Widuri, Mamik. (2023). Promosi Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan. Kediri : Lembaga Chakra Brahmanda Lentera.
Kase, F.R., Prastiwi, S & Sutriningsih, A. (2018). Hubungan Pengetahuan
Masyarakat Awam dengan Tindakan Awal Gawat Darurat Kecelakaan Lalu
Lintas di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang. Nursing
News, 3(1):662-674.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023). Satuan
Pendidikan.
Kurniasih, D. (2022). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Anemia.
Pekalongan : Yayasan Penerbit NEM.
Kustiawan, U. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini.
Malang : Gunung Samudera.
Lasmana, U.D. (2021). Pre-Hospital Life Saver. Banten : Pascal Books.
Leonita, E. (2022). Konsep dan Model Learning, Online & Innovation dalam
Bidang Kesehatan. Surabaya : Global Aksara Pers.
Maria VBAty, Y., & Kewa Deran, M. (2021). Literatur Review : Edukasi
Penanganan Tersedak pada Anak. Bima Nursing Journal, 2(2):82-89
Morchower, G. C. (2009). 1001 Healthy Baby Answer. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo. (Buku).
Mubarak, W.I., Chatiyan, N & Rozikin, R. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah
Pengantar Proses Balajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Mulyani, I., Fitriana, N. F. (2020). Pengaruh Pemberian Edukasi Menggunakan
Audio Visual (Video) Pada Ibu Terhadap Pengetahuan Penanganan
Tersedak Balita. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(2):8793.
Murwani. (2014). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta :
Fitrayama Arita.
Ningsih, M. U., Yusarti, B. K. K., (2019). Peningkatan Keterampilan Ibu Dalam
Penanganan Tersedak Pada Bayi Dan Anak. Jurnal Pengamas Kesehatan
Sasambo, 1(2):93-102.
Ningsih, S. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang
Penanganan Tersedak ASI Pada Bayi. Skripsi : Politeknik Kesehatan Bhakti
Mulia.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Nuhamedika.
Novitasari, V. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan
Tersedak Benda Asing Pada Balita Terhadap Self Efficacy Ibu di Posyandu
Desa Pelem Karangrejo Magetan. Skripsi : STIKes Kusuma Husada
Surakarta
Nurlaila, Utami, W., Waladani, B., Ernawati, Nurbaiti, A., Wigusti, A. P., et al.
(2021). Peningkatan Kemampuan Masyarakat dalam Pola Asuh Aman dan
Pertolongan Pertama Kasus Kegawatdaruratan pada Anak. Jurnal Empati,
3(2), 88-95.
Pandegirot, J. S., Posangi, J., & Masi, G. N. M. (2019). Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Tentang Penanganan Tersedak Terhadap Pengetahuan Ibu
Menyusui. Jurnal Keperawatan (JKp), 7(2).
Patimah, S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama
Korban Tenggelam dan Pelatihan BHD Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Masyarakat di Kota Jayapura. Healthy Papua-Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan, 2(2), 86-93.
Patricia, J., & Guarneri, G. (2022). Spaces, movements and topological notions,
what do the babies' cartographies show?. TME, 19(2):471-500
Perdani, N.A. (2020). Pengaruh Pelatihan Pertolongan Pertama Tersedak Pada
Balita Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu di Posyandu Kelurahan Debong
Tengah. Skripsi : STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
Permatasari, D., Istiqomah, C. S., Purba, J., et al. (2022). Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana. Medan : Yayasan Kita Menulis.
Prasetyo, V., & Kusnanto. (2022). Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
di SMK Kesehatan Patriot 3 Bekasi 2022. Jurnal Pendidikan dan
Konseling, 4(3), 2417-2422.
Puspitaswari, & Rasita, N. M. (2020). Pelatihan Pertolongan Pertama Tersedak
Terhadap Keterampilan Ibu Dalam Menangani Tersedak Pada Anak.
Skripsi : Poltekkes Denpasar
Rahmawati, & Suryani. (2019). Studi Kasus Pengetahuan Orangtua Tentang
Pertolongan Pertama Chocking Pada Balita Di Desa Geyer Kecamatan
Geyer Kabupaten Grobogan. E-journal Universitas An Nuur Purwokerto,
4(1).
Romadoni, S., Aristiani, M., & Romiko. (2023). Video Edukasi Tentang
Pertolongan Pertama Pada Fraktur Ekstremitas Terhadap Pengetahuan
Siswa Palang Merah Remaja. Jurnal Masker Medika, 11(1), 173-180.
Saelan, Suparmanto, G., Kurniawan, S. T., & Lestari, M. (2023). Pengaruh
Edukasi Teknik Heimlich Manuver Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu
Dalam Penanganan Tersedak Pada Anak di Desa Ketro Pacitan. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 14(1), 51-57.
Sari, M. A., & Hambali, D. (2019). Pengaruh Media Audio Visual terhadap
Kemampuan Menyimak Cerita Kelas V SD Negeri 68 Kota Bengkulu.
Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 2(3):186–193.
Sari, R. R., Ekacahyaningtyas, M., & Sulistyani, R. A. (2021). Pengaruh
Pemberian Video Animasi dan Simulasi Terhadap Praktik Penanganan
Tersedak Pada Balita di Posyandu Dusun Pandeyan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 29, 1-11.
Setyaningsih, R & Prakoso, I. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Sosial Ekonomi, dan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Perawatan Gisi
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Balita di Desa Mancasan Baki
Sukoharjo. Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(1):13-24.
Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan Kesehatan Masyarakat :
Penatalaksanaan Perawatan Penderita Asam Urat Menggunakan Media
Audiovisual. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (JPPM),
6(1):24-31.
Simarmata, N. I., Hasibuan, A., Purba, I. R., Tasnim, Sitorus, E., Sutrisno, H. P., et
al. (2021). Metode Penelitian Untuk Perguruan Tinggi. Medan: Yayasan
Kita Menulis.
Siregar, N., Pasaribu, Y. A., Kesdam, A., Bukit, I., & Pematangsiantar, B. (2022).
Pelatihan Ibu Dalam Penanganan Choking Pada Anak Yang Tersedak Di
Kabupaten Simalungun. Communnity Development Journal, 3(2):595–599.
Suartini, E., Kusniawati. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pertolongan
Pertama Tersedak Dengan Google Form dan Phantom Pada Orang Tua Di
TK Taman Sukaria Terhadap Kemampuan Keluarga. Jurnal Media
Informasi Kesehatan, 7(2):411-422.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sumiharso, R. & Hasanah, H. (2017). Media Pembelajaran Buku Bacaan Wajib
Dosen, Guru dan Calon pendidik. Jember : Pustaka Abadi.
Sulistiana. Adila, D.R., Niriyah, S. (2019). Pengalaman Ibu Dalam Penanganan
Tersedak Pada Bayi. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing
Sciences), 8(2):89-95.
Susilowati, R. (2015). Jurus Bahasa Menguasai P3K (Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan). Jakarta : Lembar Langit Indonesia.
Swasanti, N., Putra, W.S. (2014). Panduan Praktis Pertolongan Pertama pada
Kedaruratan P3K. Yogyakarta : Katahati.
Taum, Y. Y., Suwandi, S., Mbete, A. M., Irawan, M. P., Listiyo, A., Novianti, S., et
al. (2022). Sinergi Budaya Dan Teknologi Dalam Ilmu Bahasa, Sastra
Indonesia, Dan Pengajarannya. Klaten: Redaksi Penerbit Lakeisha.
Ulumy, L. M., Agus, T. J., & Ramlan, D. (2022). Edukasi Kesehatan Pasien
Dengan Hemodialisa. Kediri: Lembaga Chakra Brahmanda Lentera.
Umar, E., Fitriani, A., Fitriani, W., Agustin, A., Artyasfati, T., & Aini, N. (2022).
Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Secara Mandiri Di Rumah.
Jurnal Pengabdian Dan Pengembangan Masyarakat Indonesia, 1(1):27–29.
Watson.A & Zhou.G. (2017). BreathEZ: Using Smartwatches to Improve Choking
First Aid, Smart Health.
Wawan, A & Dewi, M. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, &
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Widiyastuti, N.E., Avilia, E. Pragastiwi. Ratnasari, D. Irnawati, Y. Maulanti, T., et
al. (2022). Promosi dan Pendidikan Kesehatan. Sukajaya : Sada Kurnia
Putaka.
Widayatun. 2005. Ilmu Perilaku. Jakarta : Info Medika.
Yatma, D.P.A. (2015). Efektifitas Metode Penyuluhan Audiovisual Dan Praktik
Terhadap Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar Pada Nelayan di
Pantai Depok Yogyakarta. Skripsi : STIKes „Aisyiyah Yogyakarta.
Yayasan Ambulan Gawat Darurat 118. (2015). Basic Trauma Cardiac Life Suport.
Jakarta : Ambulans gawat darurat.
Zainiyati, H.S. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT.
Jakarta : KENCANA.
LAMPIRAN 1
HALAMAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN PERNYATAAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN KEASLIAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Fajar Maulana NIM :
C1019018

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Universitas Bhamada Slawi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Slawi, Juli 2023


Yang menyatakan

Fajar Maulana
LAMPIRAN 2
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN SURAT IZIN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN
LAMPIRAN 3
PRODI ILMU KEPERAWATAN ANALISA DATA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PENELITIAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI DAN SPSS
KUESIONER PRETEST
No.
Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 TOTAL
1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 10
2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7
3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11
4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11
5 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
7 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
9 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 10
10 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 11
11 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 10
12 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 8
13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
14 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10
15 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 9
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
17 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 10
18 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 11
21 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 10
22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 10
23 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
24 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
26 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 10
28 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 11
29 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 8
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12

31 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10
32 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 10
33 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11
34 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 11
35 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 6
36 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
37 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
38 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
39 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 8
40 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 5
41 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7
42 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 7
43 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
44 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10
45 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
46 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 5
47 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 9
48 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10
49 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
50 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 6
51 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9
52 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11
53 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 7
54 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
55 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 10
56 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 10
57 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10
58 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 8
59 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 10
60 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 7
61 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8
62 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
63 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 5
64 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 5
65 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4
66 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
67 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
68 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 3
69 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3
70 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 4
71 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
72 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5
73 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 4
74 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5
75 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 6
76 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 6
77 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7
78 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5
79 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 7
80 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 8
81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13
82 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5
83 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5
84 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
85 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9

KUESIONER POSTTEST
No.
Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 TOTAL
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
34 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
36 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
38 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
39 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
62 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14

64 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
65 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13
67 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 13
69 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13
71 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
72 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
73 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
74 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
75 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
76 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13
77 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
78 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14
79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
80 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
82 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
83 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
84 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
85 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
Frequencies Statistics
PreTest PostTest

N Valid 85 85
Missing 0 0

Frequency Table
Usia
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Remaja
41 48.2 48.2 48.2
Akhir
Dewasa
35 41.2 41.2 89.4
Valid Awal
Dewasa
9 10.6 10.6 100.0
Akhir
Total 85 100.0 100.0

Pendidikan
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
PT 3 3.5 3.5 3.5
SD 29 34.1 34.1 37.6
Valid SMA 21 24.7 24.7 62.4
SMP 32 37.6 37.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Ibu Ruma 64 75.3 75.3 75.3
Lainnya 2 2.4 2.4 77.6
Valid Petani 9 10.6 10.6 88.2
Wiraswas 10 11.8 11.8 100.0
Total 85 100.0 100.0

Frequency Table
Pretest
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Baik 20 23.5 23.5 23.5
Cukup 35 41.1 41.1 41.1
Valid
Kurang 30 35.2 35.2 35.2
Total 85 100.0 100.0 100.0

Posttest
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Valid Baik 85 100.0 100.0 100.0

Mean, Median, Modus Statistics


PreTest PostTest
Valid 85 85
N 0 0
Missing
Mean 8.36 14.35
Std. Error of
.068
Mean
.337
Median
8.00 14.00
Mode 10 14
Std. Deviation 3.109 .631
Variance 9.663 .398
Range 13 2
Minimum 1 13
Maximum 14 15
Sum 711 1220

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
PostTest - Negative 0a .00 .00
PreTest Ranks
Positive Ranks 85b 43.00 3655.00
Ties 0c
Total 85
a. PostTest < PreTest
b. PostTest > PreTest
c. PostTest = PreTest

Test Statisticsa
PostTest -
PreTest
Z -8.018b
Asymp. Sig.
(2tailed)
.000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.
LAMPIRAN 4
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN KUESIONER

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN PERMOHONAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI MENJADI
RESPONDEN
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian di Posyandu Desa Gombong

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Bhamada Slawi,


bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Edukasi Media
Audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak
Pada Balita di Posyandu Desa Gombong”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai
salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk menyelesaikan tugas akhir
Program Studi Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Universitas
Bhamada Slawi.

Saya mengharap jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara
sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat
dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan
untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk
maksud lain. Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapakan terima kasih.
Slawi, Mei 2023 Peneliti

Fajar Maulana
NIM C1019018

PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN PERSETUJUAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI MENJADI
RESPONDEN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
dalam pengambilan data atau sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Bhamada Slawi yang
bernama Fajar Maulana dengan judul penelitian “Pengaruh Edukasi Media
Audiovidual Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak
Pada Balita di Posyandu Desa Gombong”. Saya mengetahui bahwa informasi
yang saya berikan ini besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu keperawatan dan
akan dijamin kerahasiannya. Demikian surat persetujuan bersedia berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini saya buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Pemalang, Mei 2023


Responden

............................
No. Responden

PRODI ILMU KEPERAWATAN KISI-KISI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN KUESIONER
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN
PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA TERSEDAK
No. Indikator No. Soal Jumlah Soal Kunci
Jawaban
1. Pengertian Tersedak 1, 2, 3 3 1. B
2. A
3. B
2. Penyebab Tersedak 4, 10, 12 3 4. C
10. C
12. B
3. Tanda dan Gejala Tersedak 5, 6, 7, 8 4 5. A
6. A
7. C
8. B
4. Klasifikasi Tersedak 9 1 9. C
5. Penanganan Tersedak 11, 13, 14, 4 11. A
15 13. B
14. A
15. A
Total 15

PRODI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN PENELITIAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PRETEST
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan. Kemudian jawablah pertanyaan
dengan benar.
2. Beri tanda (X) pada jawaban yang benar.
A. Identitas Responden
1. Nama :

2. Usia :
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan Terakhir
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi 5.
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
Pensiunan ASN
Petani
Lainnya

B. Data Khusus
1. Jika anak ibu mengalami kondisi tersumbat pada saluran pernapasan oleh
benda asing atau makanan dapat disebut dengan ... a. Tertelan
b. Tersedak
c. Tersumbat
2. Jika anak mengalami tersedak dapat mengakibatkan ...
a. Kekurangan oksigen
b. Kekurangan minum
c. Kekurangan makan
3. Apakah ibu tahu tersedak adalah gangguan dari ...
a. Gangguan pencernaan
b. Gangguan saluran pernapasan
c. Gangguan penglihatan
4. Menurut ibu di bawah ini yang bukan merupakan penyebab tersedak
adalah?
a. Pada anak yang diberi susu formula dari botol
b. Benda asing yang sering menyumbat seperti makanan padat,
buahbuahan
c. Saat bermain
5. Menurut ibu tanda dan gejala dari tersedak yaitu ...
a. Batuk-batuk, sulit berbicara, mata melotot
b. Berbicara
c. Tertawa
6. Anak yang mengalami tersedak biasanya akan sulit berbicara dan mata
melotot. Hal ini disebut dengan ... a. Tanda dan gejala tersedak
b. Pengertian tersedak
c. Penanganan tersedak
7. Jika anak ibu mengalami tersedak gejala apa yang akan sering muncul ...
a. Tertawa
b. Berbicara
c. Batuk-batuk
8. Apabila anak mengalami batuk-batuk, sesak napas, tidak ada suara
merupakan ...
a. Penyebab tersedak
b. Tanda dan gejala tersedak
c. Penanganan tersedak
9. Manakah yang bukan merupakan jenis dari tersedak?
a. Penyumbatan saluran pernapasan secara total
b. Penyumbatan saluran pernapasan secara parsial
c. Penyumbatan menengah
10. Manakah yang bukan merupakan faktor-faktor penyebab tersedak?
a. Pada saat makan sambil tertawa
b. Makan sambil berbicara
c. Minuman
11. Jika anak tersedak maka, tindakan apa yang akan dilakukan ibu?
a. Tepukan di punggung
b. Diberi minum
c. Dibiarkan saja
12. Penyebab tersedak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali ...
a. Makan sambil tertawa
b. Makan dengan pelan dan hati-hati
c. Memberikan makan atau minum pada anak yang sesak napas
13. Apakah ibu mengetahui tujuan dari menepuk punggung saat anak
tersedak?
a. Agar benda asing menetap
b. Untuk mengupayakan sumbatan benda asing terlepas setelah satu
hentakan
c. Untuk tidak merasa sakit
14. Tepukan punggung adalah tindakan yang dapat ibu lakukan saat anak
mengalami ... a. Tersedak
b. Tertelan
c. Cegukan
15. Hentakan pada perut tidak direkomendasikan untuk anak usia di bawah 1
tahun karena dapat menyebabkan ... a. Cedera pada organ dalamnya
b. Cedera ringan
c. Cedera kaki
PRODI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PENELITIAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI POSTTEST
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan. Kemudian jawablah pertanyaan
dengan benar.
2. Beri tanda (X) pada jawaban yang benar.
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia : \
3. Jenis Kelamin :
Perempuan
4. Pendidikan Terakhir
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi 5.
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
Pensiunan ASN
Petani
Lainnya

B. Data Khusus
1. Jika anak ibu mengalami kondisi tersumbat pada saluran pernapasan oleh
benda asing atau makanan dapat disebut dengan ...
a. Tertelan
b. Tersedak
c. Tersumbat
2. Jika anak mengalami tersedak dapat mengakibatkan ...
a. Kekurangan oksigen
b. Kekurangan minum
c. Kekurangan makan

3. Apakah ibu tahu tersedak adalah gangguan dari ...


a. Gangguan pencernaan
b. Gangguan saluran pernapasan
c. Gangguan penglihatan
4. Menurut ibu di bawah ini yang bukan merupakan penyebab tersedak
adalah?
a. Pada anak yang diberi susu formula dari botol
b. Benda asing yang sering menyumbat seperti makanan padat,
buahbuahan
c. Saat bermain
5. Menurut ibu tanda dan gejala dari tersedak yaitu ...
a. Batuk-batuk, sulit berbicara, mata melotot
b. Berbicara
c. Tertawa
6. Anak yang mengalami tersedak biasanya akan sulit berbicara dan mata
melotot. Hal ini disebut dengan ...
a. Tanda dan gejala tersedak
b. Pengertian tersedak
c. Penanganan tersedak
7. Jika anak ibu mengalami tersedak gejala apa yang akan sering muncul ...
a. Tertawa
b. Berbicara
c. Batuk-batuk
8. Apabila anak mengalami batuk-batuk, sesak napas, tidak ada suara
merupakan ...
a. Penyebab tersedak
b. Tanda dan gejala tersedak
c. Penanganan tersedak
9. Manakah yang bukan merupakan jenis dari tersedak?
a. Penyumbatan saluran pernapasan secara total
b. Penyumbatan saluran pernapasan secara parsial
c. Penyumbatan menengah
10. Manakah yang bukan merupakan faktor-faktor penyebab tersedak?
a. Pada saat makan sambil tertawa
b. Makan sambil berbicara
c. Minuman
11. Jika anak tersedak maka, tindakan apa yang akan dilakukan ibu?
a. Tepukan di punggung
b. Diberi minum
c. Dibiarkan saja
12. Penyebab tersedak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali ...
a. Makan sambil tertawa
b. Makan dengan pelan dan hati-hati
c. Memberikan makan atau minum pada anak yang sesak napas
13. Apakah ibu mengetahui tujuan dari menepuk punggung saat anak
tersedak?
a. Agar benda asing menetap
b. Untuk mengupayakan sumbatan benda asing terlepas setelah satu
hentakan
c. Untuk tidak merasa sakit
14. Tepukan punggung adalah tindakan yang dapat ibu lakukan saat anak
mengalami ...
a. Tersedak
b. Tertelan
c. Cegukan
15. Hentakan pada perut tidak direkomendasikan untuk anak usia di bawah 1
tahun karena dapat menyebabkan ...
a. Cedera pada organ dalamnya
b. Cedera ringan
c. Cedera kaki

LAMPIRAN 5
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN INFORMASI
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELTIAN

Saya Fajar Maulana, mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2019 yang akan
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Edukasi Media Audiovisual
Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita di
Posyandu Desa Gombong” Saya meminta dengan hormat kepada Ibu sebagai
responden dalam penelitian ini dan terimakasih untuk partisipasinya dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Saya akan menjelaskan beberapa tahap dari
penelitian ini :
1. Tujuan Penelitian dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi media
audiovisual terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pertolongan
pertama tersedak pada balita di posyandu desa Gombong. Adapun manfaat
penelitian ini memberikan pengetahuan kepada ibu bagaimana cara yang tepat
dalam melakukan pertolongan pertama tersedak pada balita.
2. Etika Penelitian
a. Penelitian ini tidak membebankan biaya apapun kepada responden.
b. Seluruh informasi tentang responden dalam penelitian ini adalah rahasia
dan anonim, baik berupa identitas, gambar berupa foto dan lainnya.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan kerusakan fisik karena menggunakan
lembar observasi.

Jika ada pertanyaan dan saran tentang penelitian ini, saudara dapat menghubungi
daya dengan nomor handphone 0823-2360-7641 atau e-mail:
fajarkrik123@gmail.com. Jika responden setuju untuk ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini, mohon mengisi surat persetujuan yang telah disediakan. Atas
perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti

Fajar Maulana
LAMPIRAN 6
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN KONSULTASI

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI


LAMPIRAN 7
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DOKUMENTASI

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI


DOKUMENTASI PENELITIAN (PRETEST)
DOKUMENTASI PENELITIAN (INTERVENSI)

DOKUMENTASI PENELITIAN (POSTTEST)


LAMPIRAN 9
PRODI ILMU KEPERAWATAN CURRICULUM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN VITAE
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
CURRICULUM VITAE

Nama : Fajar Maulana


Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Pemalang, 12 Mei 2001
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Gombong RT 07/ RW 01.
Kec. Belik – Kab. Pemalang
Nama orang tua : Bapak : Rusmono
Ibu : Nurmah
Pekerjaan orang tua : Bapak : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 3 Gombong Tahun 2007 - 2013
SMP Negeri 1 Belik Tahun 2013 - 2016
SMA Negeri 1 Moga Tahun 2016 - 2019
Universitas Bhamada Slawi Tahun 2019 - sekarang

Anda mungkin juga menyukai