Anda di halaman 1dari 77

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI


DI SMAN 13 PADANG

Karya Tulis Ilmiah


(KTI)

Diajukan untuk Memenuhi


Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Oleh :

EFA SANTI
NPM : 2010070230009

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2023
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
Karya Tulis Ilmiah (KTI), 21 Juni 2023
Efa Santi
Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Anemia di
SMAN 13 Padang

vi + 54 halaman, 8 tabel, 2 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK

Prevalensi anemia di Indonesia yaitu 23,7% dengan proporsi 22,7% di


perkotaan dan 25,0% di pedesaan dan 23,9% perempuan. Berdasarkan
kelompok umur, penderita anemia pada umur 15- 24 tahun sebesar 32.0 %, serta
pada remaja putri dan wanita usia subur 13- 49 tahun masing-masing sebesar
22,7%. Berdasarkan survey awal melalui wawancara pada remaja putri
didapatkan banyaknya remaja putri yang tidak mengetahui makanan cepat saji
dan anemia, serta ada beberapa warung disekitar sekolah yang menjual makanan
cepat saji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi
makanan cepat saji dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 13
Padang.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan di SMAN 13
Padang pada bulan Februari sampai Mei, sampel berjumlah 41 orang remaja putri.
Teknik pengambilan sampel adalah teknik proporsional random sampling. Alat
ukur penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan cek Hb
digital. Selanjutnya Analisa data dilakukan dengan analisa Univariat dan Bivariat,
data diolah menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (59%)
remaja putri sering mengonsumsi makanan cepat saji, (42%) mengalami anemia
dan (58%) tidak mengalami anemia. Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-
Square Test didapatkan p-value (0,42) > (0,05) maka dengan ini dapat dinyatakan
bahwa Ha ditolak dan H0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan konsumsi
makanan cepat saji dengan kejadian anemia di SMAN 13 Padang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan konsumsi
makanan cepat saji dengan kejadian anemia. Diharapkan pada remaja putri agar
mengurangi mengonsumsi makanan cepat saji karena kandungan gizi yang
terdapat dalam makanan tersebut sangat sedikit.

Kata Kunci : Makanan Cepat Saji, Anemia


Daftar Baca (2016-2022)
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan

Kejadian Anemia di SMAN 13 Padang

Nama : Efa Santi

NPM : 2010070130009

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini telah diperiksa, disetujui untuk

dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi

D III Kebidanan Universitas Baiturrahmah.

Padang, 25 Juni 2023

Mengetahui

Ketua Program Studi Pembimbing

Hendri Devita, SKM, M. Biomed Afrah Diba Faisal, S.ST, M.Keb


PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan

Kejadian Anemia di SMAN 13 Padang

Nama : Efa Santi

NPM : 2010070130009

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan

di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi D III Kebidanan

Universitas Baiturrahmah dan dinyatakan lulus pada tanggal 21 Juni 2023.

Mengetahui

Ketua Program Studi Pembimbing

Hendri Devita, SKM, M. Biomed Afrah Diba Faisal, S.ST, M.Keb

Dekan Fakultas Vokasi

Oktavia Puspita Sari, Dipl. Rad, S. Si, M. Kes


TIM PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Padang, 25 Juni 2023

Moderator

( Afrah Diba Faisal, S.ST, M.Keb )

Penguji I

( Hendri Devita, SKM, M. Biomed )

Penguji II

( Dian Eka Nursyam, S.ST, M.Keb )


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah

memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul

“Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Anemia di

SMAN 13 Padang.”

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D III Kebidanan Fakultas

Vokasi Universitas Baiturrahmah. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

(KTI) ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai

pihak, untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu :

1. Oktavia Puspita Sari, Dipl. Rad, S. Si, M. Kes selaku Dekan Fakultas

Vokasi Universitas Baiturrahmah

2. Iswenti Novera, S. Kep, M. Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Vokasi

Universitas Baiturrahmah

3. Ns Irwadi, M. Kep selaku Wakil Dekan III Fakultas Vokasi Universitas

Baiturrahmah

4. Hendri Devita Amd.Keb, SKM, M. Biomed selaku Ketua Program Studi D

III Kebidanan Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah

5. Afrah Diba Faisal, S.ST, M. Keb selaku dosen pembimbing yang dalam

kesibukan banyak memberikan bimbingan, arahan dandorongan kepada

peneliti dengan penuh kesabaran sejak awal sampai akhir sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

i
6. Bapak atau Ibu Dosen beserta staf Program Studi D III Kebidanan

Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah Padang yang telah membantu,

memberikan berbagai ilmu selama masa pendidikan untuk bekal peneliti.

7. Teristimewa buat Ayah dan Ibuku tercinta yang telah banyak memberikan

dukungan dan semangat serta do’a yang tiada henti- hentinya kepada

penulis dalam mencapaicita-cita.

8. Kepada Rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dorongan dan

semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

9. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan

namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini

masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti karena

itu peneliti mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini dapat bermanfaat khususnya di bidang kebidanan.

Padang, 25 Juni 2023

Peneliti

Efa Santi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................6
1.5 Ruang Lingkup..................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................8
2.1 Konsep Dasar Makanan Cepat Saji...................................................8
2.2 Konsep Dasar Anemia.......................................................................13
2.3 Konsep Dasar Remaja........................................................................22
2.4 Kerangka Teori..................................................................................28
2.5 Kerangka Konsep...............................................................................29
2.6 Definisi Operasional .........................................................................29
2.7 Hipotesis ...........................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN................................................................31
3.1 Jenis dan Desain Penelitian...............................................................31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................31
3.3 Populasi dan Sampel .........................................................................32
3.4 Kriteria Sampel..................................................................................35
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data....................................................35
3.6 Pengolaan Data..................................................................................36
3.7 Analisa Data.......................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................39
4.1 Gambaran Umum Lokasi...................................................................39
4.2 Hasil Penelitian..................................................................................39
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................43
5.1 Konsumsi Makanan Capat Saji..........................................................43
5.2 Kejadian Anemia...............................................................................45
5.3 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Anemia
BAB V PENUTUP..........................................................................................49
6.1 Kesimpulan........................................................................................49
6.2 Saran..................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Presentasi Anemia menurut WHO...................................................14

Tabel 2.2 Batasan Anemia Menurut WHO.......................................................15

Tabel 2.3 Definisi Operasional.........................................................................29

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasrkan Umur.....................................40

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas....................................40

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji.......................41

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia ............................................41

Tabel 4.5 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Anemia

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangkan Teori……………………………………………………28

Gambar Kerangka Konsep…………………………………………………..29

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan KTI

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Prodi

Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 5 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6 Inform Consent

Lampiran 7 Kuesioner Penelitian

Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 9 Dokumentasi

Lampiran 10 Lembar Konsultasi

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari normal dimana batas normal untuk perempuan ≥ 15 tahun 12 g/dl dan

laki-laki ≥ 15 tahun 13 g/dl. Anemia ditandai dengan mudah lelah, kulit pucat,

sering gemetar, 5L (lelah, letih, lesu, lunglai, lelah), sering pusing dan mata

berkunang-kunang, gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan

telapak tangan tampak pucat (Aulia, 2019). Anemia gizi besi pada remaja putri

beresiko lebih tinggi karena menyebabkan seseorang mengalami penurunan daya

tahan tubuh sehingga mudah terkena masalah kesehatan (Anggoro, 2020).

World Health Organization(WHO) 2017 menyebutkan, wanita dengan

usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam Negara yaitu Afrika, Amerika,

Asia, Eropa, Mediteran Timur, dan wilayah pasifik Barat sebesar 409-595 juta

orang. Angka kejadian anemia pada remaja putri di negara- negara berkembang

sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri

disebabkan karena tingkat stress yang tinggi, ataupun pola makan yang berantakan

seringnya terlambat makan ataupun disebabkan diet (WHO, 2018). Anemia

masuk dalam program sustainable Development Goals (SDG’s) ke-2 dan ke-3

untuk mengurangi semua bentuk kekurangan gizi dan memastikan kehidupan

yang sehat untuk semua usia tahun 2030. (WHO, 2018).


2

Anemia merupakan masalah kesehatan yang ekstrim di seluruh dunia

dengan prevalensi 37%, yang sebagian besar terjadi pada masyarakat di negara-

negara berkembang seperti Asia Tenggara dan Afrika. Hasil Riskesdas tahun

2018 prevalensi anemia di Indonesia yaitu 23,7% dengan proporsi 22,7% di

perkotaan dan 25,0% di pedesaan dan 23,9% perempuan. Berdasarkan

kelompok umur, penderita anemia pada umur 15- 24 tahun sebesar 32.0 %, serta

pada remaja putri dan wanita usia subur 13- 49 tahun masing-masing sebesar

22,7% (Mataram & Antarini, 2020).

Prevalensi anemia di Provinsi Sumatera Barat pada perempuan 29,8%

(Wanda, 2018). Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tahun 2018 tentang penjaringan seluruh pelajar SMP dan SMA

kabupaten dan kota yang berada di lingkungan Provinsi Sumatera Barat, terdapat

5.270 orang pelajar SMP dan SMA yang terjaring, diantaranya 3.837 orang

remaja putri dan 1.433 remaja putra.

Penelitian yang dilakukan oleh Manampiring Survei di empat Provinsi

(Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, dan Lampung) ditemukan bahwa anak usia

sekolah termasuk remaja yang menderita anemia sebanyak 45,31%. Menurut

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 terdapat 1.833 murid SMP

dan 1.718 murid SMA yang menderita anemia. Data ini di ambil dari

penjaringan beberapa kota di Provinsi Sumatera Barat. Menurut Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2018 penduduk Provinsi Sumatera Barat umur >10

tahun kurang makan sayur dan buah dengan proporsi sebesar 97,5%. Prevalensi

anemia di Provinsi Sumatera Barat berada di atas rata-rata prevalensi nasional

14,8% menurut acuan SK Menkes yaitu 29,8% pada perempuan dan 27,6%
3

pada laki-laki. Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi nomor empat

tertinggi penderita anemia setelah Maluku, Sulawesi Tenggara dan

Gorontalo(Rikesdas,2018).

Secara global masalah anemia pada remaja mempengaruhi sekitar 2

milyar penduduk dunia yang berdampak besar terhadap kesehatan dan

pembangunan sosial ekonomi masyarakat khususnya di negara berkembang.

Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia sebesar 25,7% (Riskesdas, 2018).

24,02% siswi di SMA Negeri Kota Padang berisiko terkena anemia.( Dinkes

Kota Padang, 2018).

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami

anemia karena remaja putri setiap bulan mengalami siklus menstruasi. Di masa

menstruasi, maka memerlukan lebih banyak asupan zat gizi (zat besi) untuk

menggantikan kehilangan zat besi pada masa menstruasi ( Khobibah et al,

2021). Kurangnya zat besi mengakibatkan kapasitas kerja menurun, selain itu

fungsi imun tubuh juga akan menurun. Namun remaja putri biasanya

memperhatikan sekali bentuk tubuh mereka sehingga para remaja putri biasanya

akan membatasi asupan makanan dan dampaknya akan mempercepat anemia

(Widyanthini & Widyanthari, 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan Divia, dkk tahun 2020 dengan judul

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Anemia Defesiensi Zat Besi

Pada Remaja Usia 10-19 Tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu Literature Review dari kumpulan jurnal terkait tahun 2015-2020. Hasil dari

penelitian Literature Review ini di dapatkan 92 responden dengan keterangan

positif anemia sebanyak 64 (54,5%) responden dan paling banyak pada remaja
4

perempuan dibanding dengan remaja laki-laki dan 28 (45,5%) responden tidak

mengalami anemia. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Literature

Review ini adanya hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan anemia

defisiensi besi pada remaja usia 10-19 tahun(Divia, dkk. 2020)

Menurut penelitian yang dilakukan Ayu Dwi Putri tahun 2018 dengan

judul Pola Makan Dan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Yang Tunggal Di kos-

kosan menunjukkan bahwa ada pengaruh pola makan dengan kejadian

anemia dan mahasiswi yang mempunyai pola makan tidak cukup

cenderung 1,206 kali lebih besar mengalami anemia dibandingkan

mahasiswi yang mempunyai pola makan cukup(Ayu Dwi Putri, 2018).

Kejadian anemia dapat disebabkan oleh asupan pola makan yang salah,

tidak teratur dan tidak seimbang dengan kecukupan sumber gizi yang

dibutuhkan tubuh, diantaranya adalah asupan energi, asupan protein, asupan

karbohidrat, asupan lemak, vitamin C dan yang terutama kurangnya sumber

makanan yang mengandung zat besi juga asam folat (Tiaki & Ismawarti, 2017).

Pada remaja masih terlihat konsumsi makanan cepat saji, banyak makan

asal kenyang tanpa melihat keseimbangan gizi. Masalah lain yang sering muncul

pada remaja seperti menghabiskan waktu makannya di luar rumah cenderung

melewatkan waktu makan dengan lebih sering konsumsi makanan ringan, snack

atau cepat saji yang nyaman, tapi sering tinggi kalori dan

lemak(Mardalena,2017).

Perilaku makan pada remaja yang lebih menyukai makanan ringan

(snack), serta sengaja tidak makan karena menginginkan bentuk tubuh yang

diidamkan, dan karena kesibukan beraktifitas seseorang menjadi lupa makan lalu
5

hanya konsumsi makanan cepat saji. Masalah lain yang terjadi pada remaja

dengan makan banyak asal kenyang dengan tiggi lemak dan karbohidrat tanpa

memperhatikan unsur gizi di dalamnya. Perilaku makan remaja tersebut dapat

berampak pada kesehatan remaja dengan timbulnya kasus gizi seperti

kekurangan gizi serta kelebihan (Citerawati dkk, 2017).

SMA Negeri 13 Padang merupakan salah satu SMA Negeri yang berada

di Padang, yang beralamat di JL. Tanjung Aur Balai Gadang Kec. Koto Tangah

Padang, Sumatera Barat. Studi pendahuluan dilakukan pada remaja putri di

SMAN 13 Padang tentang apakah siswi tersebut mengetahui tentang makanan

cepat saji dan anemia. Setelah dievaluasi, berdasarkan survey awal melalui

wawancara pada remaja putri didapatkan banyaknya remaja putri yang tidak

mengetahui makanan cepat saji dan anemia, serta ada beberapa warung disekitar

sekolah yang menjual makanan cepat saji.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian

Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 13 Padang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian

adalah : Bagaimana Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian

Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 13 Padang?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan cepat saji

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 13 Padang.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tentang konsumsi makanan cepat

saji di SMAN 13 Padang

b. Mengetahui distribusi frekuensi tentang kejadian anemia pada

remaja putri di SMAN 13 Padang.

c. Mengetahui hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 13 Padang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Institusi pendidikan tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi remaja

putri di SMAN 13 Padang tentang hubungan konsumsi makanan cepat saji

dengan kejadian anemia.

1.4.2 Bagi instusi pendidikan

Hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan ilmu untuk pengetahuan

tentang hubungan makanan cepat saji terhadap anemia sehingga penelitian ini

bisa menjadi motivasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan atau pengetahuan dalam

mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang di dapat di bangku perkuliahan


7

serta dapat menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya

mengenai hubungan makanan cepat saji terhadap anemia.

1.5 Ruang Lingkup

Tingginya angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-

Negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, Salah satu

pemicu masalah tersebut adalah pola makan remaja yang tidak baik dengan

mengonsumsi makanan ringan dan makanan cepat saji. Banyaknya remaja

yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan berdampak pada kesehatan dan

timbulnya kasus gizi serta akan menyebabkan pertambahan kasus anemia.

Dengan dilakukan pemeriksaan Hb akan menimbulkan upaya pencegahan

terhadap anemia sehingga remaja yang mengalami masalah tersebut bisa di

deteksi sejak dini dan dapat di cegah agar tidak semakin parah. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji

Dengan Kejadian Anemia. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 13

Padang pada bulan Februari sampai dengan April 2023 dengan jumlah

populasi remaja putri sebanyak 524 orang dan dijadikan sampel sebanyak 41

orang. Penelitian ini adalah jenis penelitian dengan metode Analitik

Observasional, desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional.

Penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling. Data

dianalisa secara Univariat dan Bivariat.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Makanan Cepat Saji (Fast Food)

2.1.1 Pengertian

Fast food (Makanan cepat saji) merupakan makanan berenergi tinggi,

tinggi lemak yang instan, gampang dikemas serta disajikan. Keberadaan

restoran makanan fast food yang banyak bermunculan dikota- kota besar

Indonesia bisa berakibat pada kebiasaan makan anak muda. Restoran tersebut

menyajikan bermacam fast food, yang bisa ditawarkan dalam wujud western fast

food serta makanan cepat saji tradisional. Western fast food merupakan

makanan yang terjangkau, disajikan dengan cepat, umumnya beraroma, namun

tinggi energi total, lemak, gula, natrium, serta rendah serat serta nutrisi. Contoh

produk santapan western fast food termasuk hamburger, kentang goreng, ayam

goreng, pizza, sandwich, serta soda. Makanan cepat saji tradisional juga ialah

makanan dengan kandungan gizi yang tidak balance. Contoh produk santapan

kilat saji tradisional antara lain nasi goreng, bakso, mie ayam, sop, serta sate

ayam. (Bonita, I. A&Fitrianti, 2017)

Makanan cepat saji adalah kategori kuliner yang mudah dikemas, mudah

disajikan, instan, maupun diolah memakai cara simpel. Santapan tadi umumnya

dibuat di industri pengolahan pangan memakai teknologi tinggi dan menyimpan

banyak sekali zat aditif buat mengawetkan dan menyimpan cita rasa untuk

produk tersebut. Ditinjau bagi segi gizinya, yang dinamakan fast food ialah
9

kategori kuliner yang memiliki kalori, lemak, garam, gula yang besar,

akan tetapi rendah akan kandungan serat, nutrisi, asam akorbat, kalsium dan

folat. Fast food tidak mesti dihindari, namun dibatasi. Itu tidak dikonsumsi

setiap hari, namun harus cukup sekali maupun dua kali sebulan. Fast food

terkategori dalam jenis sering dengan frekuensi lebih dari 2 kali seminggu,

sebaliknya terhitung dalam jenis tidak sering dengan frekuensi kurang dari 2

kali seminggu. Pada dasarnya seluruh sesuatu yang balance serta tidak

dikonsumsi secara melampaui batas, terhitung fast food, aman buat kesehatan

tubuh. (Amalia, 2018)

Dalam beberapa dekade terakhir, makan-makanan cepat saji menjadi

semakin populer di seluruh dunia. Biaya rendah, rasa yang diinginkan,

kenyamanan, dan persiapan yang cepat adalah salah satu alasan mengapa orang

cenderung mengkonsumsi fast food. Fast food umumnya terbuat dari daging

olahan yang rendah nutrisi dan tinggi energi, lemak total, asam lemak trans, dan

garam. Dengan demikian, konsumsi makanan cepat saji erat kaitannya dengan

aspek risiko kardio metabolik. Tidak hanya komponen yang tidak sehat, fast

food biasanya disiapkan dengan cara digoreng. Penggorengan adalah salah satu

metode persiapan makanan yang paling populer dan disukai di rumah dan

industri karena menciptakan rasa, tekstur, dan warna yang diinginkan dalam

makanan. (Ghobadi et al., 2018 dalam Kevin,2019)

Makanan cepat saji sangat populer pada saat ini karena kepraktisannya.

Konsumen dapat makan sambil berjalan, duduk dimana saja tanpa terganggu oleh

kebiasaan makan. Makanan cepat saji relatif enak, aman, dan tidak mudah tumpah

atau ternoda saat dikonsumsi. Asal mula makanan cepat saji berasal dari peristiwa
10

yang mempopulerkan makanan cepat saji saat itu. Makanan cepat saji atau fast

food dapat diartikan sebagai masakan yang dapat dengan cepat disiapkan dan

disajikan. Hidangan lain yang dapat diklasifikasikan sebagai makanan cepat saji

adalah yang dijual ditoko atau restoran yang memerlukan sedikit persiapan dan

penyajian untuk dikemas. (Daulay, 2014)

2.1.2 Dampak Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Dari segi pengelolaan yang handal, fast food memiliki keunggulan yaitu

pelayanan yang cepat sehingga dapat disajikan hemat waktu dan kapan saja dan

dimana saja, tempat saji serta penyajian yang higienis, dianggap masakan

bergengsi, masakan modern, serta masakan gaul untuk anak muda. Fast food

adalah makanan yang dikemas, mudah disajikan, nyaman, atau mudah diolah.

Makanan ini umumnya dibuat dengan teknologi tinggi oleh industri makanan

dan menawarkan berbagai zat aditif untuk mengawetkan produk dan

memberikan rasa. Namun dibalik manfaat tersebut, fast food juga dapat

menimbulkan berbagai masalah kesehatan bila dijadikan sebagai menu makanan

sehari-hari. (Amalia,2018)

Mengkonsumsi makanan cepat saji yang terus menerus atau sering

berlebihan yang tidak sesuai dengan konsumsi makanan sehat berserat tinggi

meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius. Banyak mengonsumsi

masakan berlimpah lemak, terutama lemak trans, meningkatkan risiko serangan

jantung. Lemak jenuh atau lemak trans berlimpah dalam makanan yang

digoreng dan kue dengan margarin atau mentega, serta di dalam daging sapi dan

susu murni. Penyerapan asam lemak jenuh mendorong pembentukan kerak


11

lemak di pembuluh darah dan karena itu menghambat aliran darah yang kaya

nutrisi dan oksigen keotak, jantung, dan organ tubuh lainnya. Saat ini

penyempitan pembuluh darah kian banyak dialami oleh mereka yang berumur

muda (walaupun umumnya serangan jantung belum akan berlangsung hingga

umur matang). Garam memainkan peran penting dalam tubuh. Namun,

mengonsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah

tinggi (Hipertensi) yang dapat berdampak negatif pada kesehatan otak, mata,

dan jantung. Selain lemak, asupan gula yang berlebihan juga menyebabkan

peningkatan asupan kalori. Jika asupan kalori tidak digunakan dengan hati-hati,

misalnya saat melakukan aktivitas pembakaran kalori, berat badan akan

bertambah. Konsumsi gula kerap berhubungan dengan ancaman kehancuran

gigi, apabila tidak ingat menyikat gigi tiap kali usai konsumsi makanan

minuman bergula. Ancaman yang lain meningkatnya kandungan lemak darah,

baik kolesterol total, kolesterol LDL, ataupun trigliserida. (Widyastuti,2017)

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi konsumsi Fast Food

a. Akses ke sumber makanan

Kemudahan akses untuk memperoleh makanan fast food dapat

mempengaruhi kebiasaan atau frekuensi makan fast food seseorang. Pola diet

barat diluar restoran fast food berhubungan dengan kelebihan berat badan,

meskipun makanan tersebut diperoleh dari toko kelontong. Supermarket yang

menyediakan produk segar, tetapi juga menyediakan minuman manis dan keripik

dapat berkontribusi terhadap pola pembelian makanan yang sehat dan tidak

sehat. Makanan yang diperoleh dari toko makanan ritel Amerika Serikat
12

ditemukan mirip makanan fast food dilihat dari segi total lemak dan kandungan

gulanya (Poti et al, 2014 dalam Saleh, 2019).

b. Uang Saku

Remaja yang memiliki pola sarapan kurang baik lebih banyak ditemukan

pada remaja dengan uang saku tergolong besar dibandingkan pada remaja

dengan kategori uang saku kecil. Remaja usia sekolah pada umumnya memiliki

uang saku. Dari uang saku ini tercermin kondisi sosial ekonomi keluarga.

Remaja yang memiliki uang saku besar tentu memiliki pilihan lebih banyak

terkait makanan yang ingin ia beli, terlepas dari makanan tersebut sehat atau

tidak. Remaja yang memiliki uang saku besar cenderung melewatkan sarapan

karena berpikir dapat membeli sarapan di luar dengan menggunakan uang saku

yang dimiliki.

Besar uang saku juga merupakan pertimbangan orangtua saat tidak dapat

menyiapkan sarapan di rumah. Orangtua yang tidak sempat menyiapkan sarapan

karena bekerja cenderung memberikan uang saku yang lebih besar agar anak

dapat membeli sarapan di luar berupa makanan siap saji (fast food) sehingga

menyebabkan kelebihan berat badan. Anak-anak remaja yang kegemukan dan

obesitas sering mengunjungi restoran makanan cepat saji setiap minggunya

(Punitha et al., 2014 dalam Saleh, 2019).

c. Pengetahuan

Remaja dengan pengetahuan yang rendah tentang ilmu gizi dapat

berpengaruh terhadap kebiasaan dalam mengonsumsi fast food tanpa

memperhatikan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya hanya dengan alasan

rasa yang enak (Fitriani, 2011 dalam Saleh, 2019).


13

d. Ketersediaan makanan di rumah

Fase remaja memiliki hubungan dengan konsumsi fast food yang tinggi

dikarenakan hasil diet yang kurang baik. Ketersediaan makanan

dirumah( minuman soda, keripik, dan rendahnya mengonsumsi sayuran dan

susu) dapat mempengaruhi sesorang dalam hal frekuensi mengonsumsi fast food

(Poti et al., 2014 dalam Saleh, 2019).

2.1.4 Cara Efektif Menghilangkan Kecanduan Fast Food

Dibawah ini beberapa cara mengurangi konsumsi makanan cepat saji berikut ini:

a. Rencanakan Menu Makan

b. Konsumsi Cukup Serat

c. Konsumsi Cukup Protein

d. Siapkan Camilan Sehat

e. Variasikan Menu Penuh Warna

f. Berikan Sugesti bahwa Fast Food Tidak Sehat

g. Cukupi Waktu Istirahat

h. Hindari Stres

2.2 Anemia

2.2.1 Pengertian Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan tidak normal tubuh yang ditandai

dengan penurunan kadar hemoglobin eritrosit dan hemotrokit dibawah normal

(Fajriah, 2016). Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang banyak

terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu rendah. Hal
14

ini akhirnya menyebabkan masalah kesehatan karena kurangnya hemoglobin

pada darah akan menyebabkan terganggunya supplay oksigen ke dalam tubuh.

(Rahayu, 2019).

Tabel 2.1 Presentasi Anemia menurut WHO


Prevelensi Populasi

Kelompok/ Anemia Terpengaruh

populasi Jumlah
Persen 95%CI 95%CI
(juta)

Anak-anak usia
47.4 45.7-49.1 293 283-303
Prasekolah

Anak-anak
25.4 19.9-30.9 305 238-371
Sekolah

Wanita hamil 41.8 39.9-43.8 56 54-59

Wanita tidak
30.2 28.7-31.6 468 446-491
Hamil

Pria 12.7 8.6-16.9 260 175-345

Orang tua 23.9 18.3-29.4 164 126-202

Total populasi 24.8 22.9-26.7 1620 1500-1740

Anemia merupakan gangguan gizi yang diakibatkan oleh kekurangan zat

besi. Berdasarkan pedoman World Health Organization (WHO), remaja

dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya kurang dari 12mg/dl

(Mengistu et al, 2019).


15

2.2.2 Batasan Anemia


Tabel 2.2 Batasan Anemia Menurut WHO

Kelompok Batas Normal

Anak Balita 11gr%

Anak Usia Sekolah 12gr%

Wanita Dewasa 12gr%

Laki-laki Dewasa 13gr%

Ibu Hamil 11gr%

Sumber:WHO/UNICEF/UNU,1997dikuti poleh Natalia Erlina Yuni dalam

Kelainan darah tahun 2017 hal 69.

2.2.3 Macam-macam anemia

a. Anemia defisiensi besi yaitu kekurangan asupan besi pada saat makan

atau kehilangan darah secara lambat atau kronis. Zat besi adalah

komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagaian besar sel darah

merah. (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2016)

b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang terjadi karena kelainan

proses pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan

(defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.

c. Anemia hipoplastik adalah anemia yang terjadi karena kelainan

sumsung tulang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

d. Anemia Aplastik

Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi

kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.
16

Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang

berarti penyebabnya tidak diketahui. Anemia aplastik dapat juga terkait

dengan infeksi virus dan dengan penyakit lain.

2.2.4 Dampak Anemia

Beberapa dampak langsung yang terjadi pada remaja putri yang terkana

anemia adalah sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, kelopak

mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, lesu, lemah, letih, lelah,

dan lunglai dan juga perdampak jangka panjang karena perempuan nantinya akan

hamil dan memiliki anak, pada masa hamil remaja yang sudah menderita anemia

akan lebih parah anemianya saat hamil karena masa hamil membutukan gizi yang

lebih banyak lagi, jika tidak ditanganinya maka akan berdampak buruk pada ibu

dan bayinya (Sandra, 2017).

Remaja putri lebih rentan menderita anemia karena mereka memasuki

masa pubertas, sering kali melakukan diet, dan mereka mengalami Haid sehingga

dalam siklus bulanan mengalami banyak kehilangan darah (Kemenkes, 2017).

2.2.5 Gejala Anemia

1. Cepat lelah

Kondisi kekurangan sel darah merah ini menimbulkan gejala berupa

mudah lelah dan lesu. Anemia lebih sering dialami perempuan, terutama yang

mengalami menstruasi dengan darah haid dalam jumlah banyak.


17

2. Pucat (kulit,bibir,gusi,mata,kulit kuku,dan telapak tangan).

Anemia merupakan penyebab tersering kulit, termasuk wajah yang pucat.

Hal ini disebabkan karena anemia dapat menyebabkan penurunan jumlah sel

darah merah. Anemia biasa bersifat akut (tiba-tiba) atau kronik (proses yang lama

dan perlahan). Anemia akut umumnya disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan

anemia kronik dapat disebabkan oleh defisiensi/kekuranan zat besi.

3. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktifitas ringan.

Saat menderita anemia, otomatis jaringan di dalam tubuh juga kehilangan

asupan oksigen normalnya. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha untuk

mengkompensasi kondisi kekurangan oksigen dengan cara memacu jantung lebih

cepat sehingga aliran darahpun turut berdebar lebih cepat dalam upaya untuk

menyebarkan hemoglobin kecil, sel-sel darah merah kecil ini tersedia untuk

membantuan dan mendapatkan lebih banyak oksigen.

4. Nyeri dada.

Meskipun tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup, namun jantung

teta pakan bekerja atau berperilaku seolah-olah iamasihmen dapat pasokan

oksigen sebagai manamestinya.Ha lini yang kemudian menyebab kan dada

menjadi terasanyeri.

Napas pendek saat melakukan aktifitas ringan. Ketika organ tubuh

kekurangan oksigen, beban kerja paru-paru otomatismenjadi bertambah. Dalam

hal ini, paru-paru harus bekerja lebih kerasuntuk bisa membawa oksigen lebih

banyak. Hal inilah yang kemudian membuat napas menjadi sesak.


18

5. Pusing dan mata berkunang.

Saat menderita anemia, otomatis seluruh jaringan tubuh akan

kekurangansuplai oksigen, termasuk otak. Kondisi inilah yang kemudian

membuat seseorang penderita anemia merasakan sakit kepala ataupusing.

6. Cepat marah.

Saat penderita mengalami anemia otomatis asupan suplai oksigen keotak

akan berkurang dan akibatnya penderita merasakan sakit kepala atau pusing. Saat

penderita mengalami sakit kepala atau pusing penderita akan mengalami

gangguan tidur yang menyebabkan penderita mudah marah. Tidur sangat penting

untuk kesehatan mental yang baik, sehingga jika penderita kekurangan tidur maka

akan mudah marah.

7. Tangan dan kaki dingin dan mati rasa

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah normal dalam tubuh

seseorang terlalu sedikit. Dan dapat menyebabkan sirkulasi darah ketangan dan

kaki berkurang sehingga tangan dan kaki menjadi dingin.

2.2.6 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada

Remaja.

5.1 Penyebab utama anemia dalam tubuh adalah pola makan terutama remaja

yang kurang memperhatikan sumber asupan gizi dan makanannya.

5.1 Remaja yang umumnya lebih sering mengkonsumsi makanan nabati dengan

kandungan zat besi yang sedikit dibandingkan dengan makanan hewani

sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.


19

5.1 Remaja yang menjadi anak kos.

5.1 Sebagian remaja yang menginginkan tubuh yang di idamkan sehingga

membatasi asupan makanan.

5.1 Diet yang salah.

5.1 Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg melalui feses.

5.1 Haid pada remaja putri setiap bulannya.

Penyebab anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena asupan

besiyang tidak cukup, kehilangan darah yang menetap, penyakit dan kebutuhan

meningkat yaitu sebagai berikut: Asupan zat besi yang tidak cukup, defisiensi

asam folat, kehilangan darah (zatbesi)(Yuni,2017).

2.2.7 Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

kurangnyazat besi dalam tubuh tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritopoiesis

tidakcukup ditandai dengan gambaran sel darh merah yang hipokrom

mikrositik,kadar besi serum dan saturasi (jenuh) tranferin menurun, mampu ikat

besitotal (TIBC) menggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat

lain sangat kurang atau tidak sama sekali. (Sitanggang,2019)

Menurut Harahap (2018), faktor utama penyebab anemia defisiensi besi

adalah kurangnya asupan zat besi ke dalam tubuh. Faktor lain yang juga

berhubungan adalah edukasi keluarga, konsumsi gizi, pola menstrusi (remaja

putri) serta kejadian infeksi.


20

2.2.8 Zat Besi

Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk

Hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam

bentuk hemoglobin, mioglobin, atau cychrom. Untuk memenuhi kebutuhan

pembentukan hemoglobin sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel

darah merah akan dimanfaatkan kembali dan kekurangannya harus dipenuhi dan

diperoleh melalui makanan. Taraf gizi besi seseorang sangat dipengaruhi oleh

jumlah konsumsi makanannya. Bagian yang diserap melalui saluran pencernaan,

cadangan besi dalam jaringan, ekskresi dan kebutuhan tubuh (Merryana 2016).

Selama masa remaja kebutuhan zat besi meningkat dari tingkat praremaja

0.7-0.9 mg Fe/hari sampai dengan 2.2 mg Fe/hari baik remaja laki-laki atau

perempuan. Kebutuhan zat besi ini meningkat karena ada nya perkembangan

puncak pubertas yang ditandai dengan peningkatan massa tubuh tanpa lemak dan

awal menstruasi pada remaja. Kebutuhan zat besi tetap tinggi setelah menstruasi

karena kehilangan darah saat menstruasi, dimana zat besi membutuhkan rata-rata

sekitar 20 mg zat besi perbulan dan mungkin juga 58 mg pada beberapa individu

(Shaka, 2018).

Beberapa jenis makanan yang mengandung zat besi, baik dari hewan

maupun tumbuhan, seperti: Daging merah, jeroan, ikan dan makanan laut, sayuran

hijau, tahu, dan kacang-kacangan.


21

2.2.9 Pencegahan dan Cara Mengatasi Anemia pada Remaja

Anemia pada remaja bisa dihindari dengan melakukan beberapa hal, diantaranya

adalah :

a. Makan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-

kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan.

b. Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta

makanan berbahan kacang kedelai seperti tempe dan tahu.

c. Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.

d. Menghindari kafein yang berlebihan,terutama setelah makan.

e. Memilih bahan makanan yang meningkatkan hemoglobin dalam tubuh.

f. Menghindari konsumsi makanan/ minuman yang menghambat

penyerapan zat besi serta konsumsi suplemen.

Anemia merupakan keadaan yang dapat dicegah. Tetapi, jika sudah

terlanjur terjadi maka penanganannya harus segera dilakukan. Berikut ini

merupakan beberapa cara untuk mengatasi anemia pada remaja, yaitu:

1. Mengetahui penyebabnya.

Anemia dibagi menjadi beberapa jenis, masing-masing mempunyai

gejala yang berbeda-beda dan cara pengobatannya.

2. Terapkan pola makan yang baik.

Pola makan yang buruk sering kali menjadi penyebab seseorang

mengalami gejala atau terkena anemia dikarenakan asupan gizi dalam

tubuh tidak terpenuhi misalnya dengan hanya makan asal kenyang tanpa

memperhatikan kandungan gizinya.


22

3. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin C.

Konsumsi vitamin C dapat meningkatan absorbs dan pelepasan

besi dari transferinkedalamjaringantubuh.

4. Berikan kapsul atau suplemen Fe.

Pemberian suplemen zat besi (Fe) dimaksudkan untuk

hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa hemoglobin(Hb).

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Hurlock (1997) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa

perpindahan atau peralihan ,yaitu pada kondisi ini remaja beralih dari masak

kanak-kanak kemasa dewasa yang ditandani dengan perubahan fisik dan

psikologis (Jannah, 2016). Masa remaja merupakan masa peralihan dari

kehidupan kanak-kanak menuju dewasa awal yang ditandai akan adanya

perubahan secara biologis dan psikologis. Dalam hal ini remaja terjadi perubahan

secara biologis meliputi perubahan fisik dan berkembangnya seks primer dan

sekunder. Sedangkan pada perubahan psikologis meliputi adanya perubahan

dalam hal emosi yang berubah dan merasa lebih sensitive (Hidayati&Farid,2016).

Remaja adalah seseorang yang baru menginjakkan dan mengenal mana

yang baik dan buruk, mengenal lawan jenis dan memahami tugas dan peranan

dalam lingkungan sosial (Jannah,2016).

Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada

pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan remaja dalam hal ini adalah

usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization


23

(WHO). Sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak muda

(youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum

muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.

Pada masa banyak perubahan yang terjadi pada psikologis maupun

perubahan fisik yang terjadi pada remaja.Perubahan fisik yang terjadi pada remaja

seperti payudara mulai membesar bagi perempuan,tumbuh jakun bagi laki

laki,tumbuh bulu bulu halus disekitar kemaluan maupun ketiak.Pada masa remaja

organ organ repoduksi mulai menuj kematanga organ repoduksi.

Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia

12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun

sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika

serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18

tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya

anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. (dalam Moh Asrori dan Moh

Ali, 2016).

Dari beberapa pengertian remaja menurut para ahli di atas dapat di

simpulkan bahwa remaja remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal

anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10

hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja

bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan

yang dramatis, perubahanperubahan bentuk tubuh, dan perkembangan

karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan

kumis, dan dalamnya suara.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijabarkan bahwa masa remaja


24

merupakan masa transisi dimana remaja mengalami perubahan secara fisik dan

mental sehingga dapat merubah kondisi emosionalnya.

2.3.2 Fase Remaja

Menurut WHO,remaja merupakan penduduk dengan usia 10-19 tahun,

sedangkan menurut Peraturan Menkes Nomor 25 tahun 2014 menjelaskan bahwa

remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun. Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) menyebutkan bahwa remaja berada pada rentang

usia 10-24 tahun dengan status yang belum menikah(Diananda, 2018).

Dalam penjelasan (Diananda,2018) menyebutkan beberapa fase remaja

yang dijelaskan sebagi berikut :

1. Pra Remaja(11/12 tahun hingga 14 tahun)

Fase ini merupakan fase remaja yang sangat pendek. Pada fase ini remaja

akan sangat tertutup dengan orang tua dan orang lain disekitar. Adanya

perubahan-perubahan bentuk tubuh termasuk perubahan hormonal yang

menyebabkan perubahan kondisi psikologis remaja.

2. Remaja Awal(13/14 tahun hingga 17 tahun)

Fase ini merupakan fase dimana banyak perubahan yang terjadi dalam

diri remaja. Pada fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan mulai mandiri dengan

keputusan yang mereka ambil. Pemikiran remaja semakin logis, dan semakin

banyak waktu untuk membicarakan keinginan dengan orang tua.

3. Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun)


25

Pada fase ini remaja ingin menonjolkan diri, mereka ingin menjadi pusat

perhatian. Sudah memiliki cita-cita yang jelas, lebih bersemangat, dan sudah

mulai menetapkan identitas diri dan tidak bergantung pada kondisi emosional.

2.3.3 Karateristik Umum Perkembangan Remaja

Menurut Asrori dan Ali (2016), Karakteristik remaja berhubungan

dengan pertumbuhan (perubahan-perubahan fisik) ditandai oleh adanya

kematangan seks primer dan sekunder. Sedangkan karakteristik yang relevan

dengan perkembangan (perubahan-perubahan aspek psikologis dan sosial).

1. Pertumbuhan Fisik ”Kematangan Seks Primer”

Kematangan seks primer adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan

kematangan fungsireproduksi. Kematangan seks primer bagi remaja perempuan

ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Dengan timbulnya

kematangan primer ini remaja perempuan merasa sakit kepala, pinggang, perut,

dan sebagainya yang menyebabkan meras capek, mudah lelah, cepat marah.

Adapun kematangan seks primer bagi remaja laki-laki ditandai dengan mimpi

basah (noeturnal emmission).

2. Pertumbuhan Fisik ”Kematangan Seks Skunder”

Karekteristik seks skunder yaitu ciri-ciri fisik yang membedakan dua

jenis kelamin. Perubahan ciri-ciri skunder pada remaja laki-laki nampak seperti

timbulnya “pubic hair” rambut di daerah alat kelamin, timbulnya “axillary hair”

rambut di ketiak, seringkali tumbuh dengan lebat rambut di lengan, kaki, dan

dada, kulit menjadi lebih kasar dari pada anak-anak, timbulnya jerawat, kelenjar

keringat bertambah besar dan bertambah aktif sehingga banyak keringat keluar.
26

Otot kaki dan tangan membesar, dan timbulnya perubahan suara.Karakteristik

seks skunder remaja perempuan ditandai seperti perkembangan pinggul yang

membesar dan menjadi bulat, perkembangan buah dada, timbul “pubic hair’

rambut di daerah kelamin, tumbul “axillary hair” rambut di ketiak, kulit menjadi

kasar dibandingkan pada anak-anak, timbul jerawat, kelenjar keringat bertambah

aktifsehingga banyak keringat yang keluar dan tumbuhya rambut di lengan dan

kaki.

3. Perkembangan Aspek Psikologis dan Sosial

Karakteristik yang relevan dengan perkembangan (aspek psikologis dan

sosial) telah ditandai oleh adanya hal berikut :

a. Kegelisahan

Remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang

hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum

memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik

menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai

mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.

b. Pertentangan

Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua

mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang

lain.

c. Mengkhayal

Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan.

Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal

mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang
27

menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.

d. Aktivitas kelompok

Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka

berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.

e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu

menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah

dialaminya.remaja Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan yang sempurna

membawa peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin mereka, dapat

mempertimbangkan dan mengambil keputusan sendiri, melepaskan diri dari

ikatan emosional dengan orang tua, memulai hidup berkeluarga, memulai hidup

dalam ketatasusilaan dan keagamaan.

2.4 Kerangka Teori


28

MAKANAN CEPAT SAJI

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSUMSI
MAKANAN CEPAT SAJI

< 2 KALI SEMINGGU >2 KALI SEMINGGU

DAMPAK KONSUMSI
MAKANAN CEPAT

DISMINORE

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Keterangan

Warna Hitam: Variabel yang diteliti

Warna Putih: Variabel yang tidak diteliti

2.5 Kerangka Konsep


29

Variabel Independen Variabel Dependen

MAKANAN CEPAT SAJI DISMINORE

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel terikat (dependen)

: Variabel bebas (independen)

2.6 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

Operasional ukur

Makanan Fast food (Makanan Kuesioner Angket 0: < 2 kali Ordinal

cepat saji cepat saji) seminggu

merupakan 1: > 2 kali

makanan berenergi seminggu

tinggi, tinggi lemak,

instan, gampang

dikemas serta

disajikan.

Disminore Disminore kuesioner Menilai 0:Tidak Ordinal

merupakan suatu keadaan disminore

keadaan disminore 1:disminor

kram dan nyeri pada e


30

pinggul saat haid remaja

dengan penyebab putri di

umum aliran darah SMAN

deras ,mengeluarkan 13

gumpalan dan Padang

simbelit

Tabel 2.3 Definisi Operasional

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiono ( 2019 : 99 ) hiptesis adalah jawaban semntara terhadap

rumusan masalah penelitian dan didasaarkan pada fakta fakta empris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun hipotesis pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. H0 : Tidak ada hubungan antara konsumsi makanan cepat saji

dengan kejadian anemia

b. Ha : Adanya hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan

kejadian anemia
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode Analitik Observasional yang

bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan teori

yang ada. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

studi cross sectional.

Penelitian observasional analitik merupakan penelitian yang meneliti

mengkaji hubungan antara dua variabel ataupun lebih dan peneliti cukup hanya

mengamati tanpa melakukan intervensi pada subjek penelitian. Pendekatan cross

sectional merupakan jenis penelitian yang hanya melakukan pengukuran data

pengamatan subjek penelitian sebanyak satu kali pada satu saat. Satu saat yang

dimaksudkan di sini bukanlah semua subjek penelitian diteliti secara bersamaan di

saat yang sama, akan tetapi tiap subjek hanya diobservasi sebanyak satu kali dan

pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat tersebut (Harlan and Johan,

2018).

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat

Penelitian ini rencananya di lakukan di SMAN 13 Padang.

3.2.2 Waktu

Akan dilakukan dari bulan februari sampai bulan april 2023.


32

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Handayani (2020), populasi adalah totalitas dari setiap

elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu

dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Adapun

populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri kelas X dan XI di

SMAN 13 Padang yang berjumlah 524 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono, (2017:81) sampel ialah bagian dari populasi

yang menjadi sumber data dalam penelitian. Pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan rumus penentuan besar sampel dengan

rumus Slovin, ditentukan besar sampel dengan rumus :

n=

Keterangan :

n = Besar sampel

N =Besar populasi

e = Tingkat kesalahan (0,15)

n=

= 40,96 dibulatkan menjadi 41


33

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak menjadi 41 orang.

Jumlah sampel kelas = X jumlah sampel

Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel masing-masing kelas yaitu :

a. Kelas X = X 41 = 23 orang

b. Kelas XI = X 41 = 18 orang

Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel masing-masing kelas yaitu :

Jumlah sampel kelas = X jumlah sampel

Kelas X

a. Kelas X.E.1 = X 23 = 2 orang

b. Kelas X.E.2 = X 23 = 2 orang

c. Kelas X.E.3 = X 23 = 1 orang

d. Kelas X.E.4 = X 23 = 1 orang

e. Kelas X.E.5 = X 23 = 1 orang

f. Kelas X.E.6 = X 23 = 1 orang

g. Kelas X.E.7 = X 23 = 2 orang

h. Kelas X.E.8 = X 23 = 2 orang

i. Kelas X.E.9 = X 23 = 2 orang

j. Kelas X.E.10 = X 23 = 1 orang

k. Kelas X.E.11 = X 23 = 2 orang

l. Kelas X.E.12 = X 23 = 1 orang

m. Kelas X.E.13 = X 23 = 1 orang

n. Kelas X.E.14 = X 23 = 1 orang

o. Kelas X.E.15 = X 23 = 2 orang

p. Kelas X.E.16 = X 23 = 1 orang


34

Kelas XI

a. Kelas XI.M.1 = X 18 = 2 orang

b. Kelas XI.M.2 = X 18 = 2 orang

c. Kelas XI.M.3 = X 18 = 1 orang

d. Kelas XI.M.4 = X 18 = 1 orang

e. Kelas XI.M.5 = X 18 = 1 orang

f. Kelas XI.M.6 = X 18 = 2 orang

g. Kelas XI.M.7 = X 18 = 2 orang

h. Kelas XI.I.1 = X 18 = 1 orang

i. Kelas XI.I.2 = X 18 = 2 orang

j. Kelas XI.I.3 = X 18 = 2 orang

k. Kelas XI.I.4 = X 18 = 1 orang

l. Kelas XI.I.5 = X 18 = 1 orang

3.4 Kriteria Sampel

Cara pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik

proportionate random sampling. Teknik proportionate random sampling

Menurut Sugiyono (2014:118) proportionate random sampling adalah

teknik pengambilan sampel dimana semua anggota mempunyai

kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel sesuai dengan proporsinya.

Kemudian dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

3.4.1. Kriteria Inklusi


35

Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inkulusi pada penelitian

ini adalah :

a. Remaja perempuan

b. Siswi SMAN 13 Padang

c. Siswi yang telah diberi penjelasan tentang informasi penelitian dan


bersedia menjadi responden penelitian.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Adalah ciri-ciri populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel,

yaitu Siswa laki-laki dan siswa di luar sekolah SMAN 13 Padang.

3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Data primer

Data Primer adalah data yang lansung diambil pada responden,

seperti data yang diperoleh dari kuisioner dan pemeriksaan Hb secara

langsung.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari absensi

di SMAN 13 Padang dan dari tata usaha mengenai data geografis SMAN

13 Padang.

3.6 Pengolaan Data

Pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

3.6.1 Seleksi Data (Editing)


36

Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga dapat menghasilkan

data yang akurat untuk pengelolaan data selanjutnya kegiatan yang

dilakukan adalah pemeriksaan apakah semua pertanyaan peneliti sudah

dijawab dan jawabanya yang tertulis dapat dibaca secara konsisten.

3.6.2 Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberi kode pada

tiap-tiap data sehingga dapat mudah dilakukan analisa data.

3.6.3 Data Skoring (Scoring)

Proses pemberian nilai pada jawaban responden di lembar kuesioner

untuk dianalisis atau dimasukan kedalam mesin pengolah data.

3.6.4 Pengelompokkan Data (Tabulating)

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama

dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan

kemudian dituliskan dalam bentuk tabel.

3.7 Analisa Data

Adapun analisis data yang digunakan antara lain :

a. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

untuk masing-masing variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah makanan

cepat saji dan kejadian anemia pada remaja SMAN 13 Padang.

Data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, yaitu:

x=
37

Keterangan:

x = Hasil persentase

F = Frekuensi/hasil pencapaian

N = Total seluruh frekuensi

b. Analisis Bivariat

Analasis bivariat yang di lakukan adalah mencari hubungan

makanan cepat saji dengan kejadian anemia pada remaja SMAN 13

Padang dengan menggunakan uji chi-square, dengan rumus :

X2 =

Keterangan :

0 = Frekuensi yang diamati

E = Frekuensi yang diaharapkan

X2 = Statistik Chi-Square

Analisa data uji Chi Square dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan

interval kepercayaan 95%. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan

komputer dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

1) Nilai p ≤ α menunjukkan ada hubungan makanan cepat saji terhadap

kejadian anemia.

2) Nilai p > α menunjukkan tidak ada hubungan makanan cepat saji

terhadap kejadian anemia.


38
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMAN 13 Padang merupakan salah satu SMAN yang terletak di Jl.

Tanjung Aur Balai Gadang, Kecamatan Koto tangah, Padang, Sumatera Barat.

SMAN 13 Padang ini memiliki fasilitas sarana bangunan berupa ruang kelas =

26 ruangan, laboratorium komputer = 3 ruangan, laboratorium IPA = 1

ruangan, perpustakaan = 1 ruangan, ruang UKS = 1 ruangan, ruang OSIS = 1

ruangan, majelis guru = 1 ruangan, bimbingan dan konseling = 1 ruangan,

musholla, lapangan voli, lapangan futsal, lapangan basket, lapangan sepak bola

dan lapangan bulu tangkis.

Dari hasil wawancara remaja putri di SMAN 13 Padang ditemui

banyak remaja putri yang sering mengonsumsi makanan cepat saji dan

terdapatnya gerai makanan yang menjual makanan cepat saji disekitar sekolah

tersebut. Hal ini juga didukung banyak dari remaja putri tidak pernah

memeriksa Hbnya.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui karakteristik

responden di SMAN 13 Padang sebagai berikut :


40

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik
Frekuensi %
Responden

15 Tahun 4 10

16 Tahun 23 56

17 Tahun 14 34

Total 41 100%

Tabel 4.1

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (56%) remaja

putri di SMAN 13 Padang berumur 16 tahun.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas


Karakteristik
Frekuensi %
Responden

Kelas X 23 56%

Kelas XI 18 44%

Total 41 100%

Tabel 4.2

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (56%) remaja

putri di SMAN 13 Padang berada di kelas X.


41

4.2.2 Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi variabel

sebagai berikut :

a. Konsumsi Makanan Cepat Saji

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji di


SMAN 13 Padang
Kebiasaan Makan Frekuensi Persentase

Jarang 17 41%

Sering 24 59%

Total 41 100%

Tabel 4.3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(59%) remaja putri sering mengonsumsi makanan cepat saji.

b. Kejadian Anemia

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia di SMAN 13 Padang


Kejadian Anemia Frekuensi Persentase

Anemia 15 37%

Tidak Anemia 26 63%

Total 41 100%

Tabel 4.4

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kurang dari separuh

responden (37%) remaja putri mengalami anemia.


42

4.2.3 Analisa Bivariat

Tabel 4.5 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian


Anemia di SMAN 13 Padang
Konsumsi Anemia Tidak Total

Makanan Anemia P-Value

Cepat Saji F % F % N %

Jarang 5 12% 12 29% 17 41%

Sering 10 25% 14 34% 24 59% 0,42

Total 15 37% 26 63% 41 100%

Tabel 4.5

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh

responden (59%) remaja putri sering mengonsumsi makanan cepat saji,

(25%) mengalami anemia dan (34%) tidak mengalami anemia.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square Test didapatkan

p-value 0,42 > (0,05) maka dengan ini dapat dinyatakan bahwa H a ditolak

dan HO diterima, artinya tidak terdapat hubungan konsumsi makanan cepat

saji dengan kejadian anemia di SMAN 13 Padang.


43

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Konsumsi Makanan Cepat Saji

Dari hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separuh reponden

(59%) sering mengonsumsi makanan cepat saji. Hal ini menunjukkan

sebagian besar responden sering mengonsumsi makanan cepat saji.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida,

dkk (2020) yang berjudul Konsumsi Makanan Siap Saji Sebagai Faktor

Dominan Terjadinya Dismenore Pada Remaja menjelaskan bahwa Sebagian

besar remaja sering mengkonsumsi makanan cepat saji sebanyak 76 orang

(70,4%) dan remaja mengalami kejadian dismenore sebanyak 81 orang

(75,0%).

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Divia, dkk (2020) yang berjudul Hubungan Konsumsi

Makanan Cepat Saji Dengan Anemia Defesiensi Zat Besi Pada Remaja Usia

10-19 Tahun menjelaskan bahwa dari 92 responden, 42 orang atau 37%

sering mengonsumsi makanan cepat saji.

Masyarakat perkotaan di era sekarang ini terutama remaja sudah akrab

mengenal istilah makanan cepat saji atau fastfood. Jika mendengar mengenai

fastfood, maka yang terbayangkan adalah jenis makanan seperti Burger,

Pizza, Fried Chicken, French Fries dan lainnya. Makanan jenis tersebut bisa

kita jumpai di dalam pusat perbelanjaan atau pertokoan lainnya. Makanan

cepat saji ini seperti telah menjadi budaya baru dan menjadi salah satu pilihan
44

santapan elit bagi anak muda perkotaan.

Menurut Valoka (2018), makanan cepat saji adalah jenis makanan

yang mudah dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara

sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan

pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat adiktif untuk

mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut.

Menurut analisa peneliti, penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden sering mengonsumsi makanan cepat saji. Hal ini diakibatkan

karena makanan cepat saji praktis, murah, dan banyak gerai-gerai industri

makanan cepat saji yang bermunculan pada saat ini. Tidak hanya itu

peningkatan aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan pada remaja,

mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering

tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi (sarapan) dan sama sekali

tidak makan siang. Aktivitas yang tinggi baik kegiatan di sekolah maupun di

luar sekolah menyebabkan makan menjadi tidak teratur. Selain itu tidak

jarang mereka makan di luar rumah dengan komposisi gizi yang tidak

seimbang. Disisi lain kondisi orang tua yang bekerja dua-duanya juga

menjadi pemicu seringnya remaja mengonsumsi makanan cepat saji, sehingga

mereka kurang dalam menyediakan makanan sehat bagi anak-anaknya dan

lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji.

5.2 Kejadian anemia


45

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kurang dari separuh responden

(37%) remaja putri mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

kecil responden mengalami anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Novi Mayasari, dkk (2022) yang berjudul The Relationship Of Knowledge

About Anemia With Anemia Status In Adolescent Women In SMA N 07

Padang menunjukkan bahwa dari 53 responden yaitu kurang dari separuh 24

(45,3%) remaja putri mengalami anemia.

Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sholaikhah Sulistyoningtyas (2018) yang berjudul Hubungan Kebiasaan

Makan Cepat Saji dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa DIV Bidan

Pendidik Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa mahasiswa

yang mengalami anemia sebanyak 65% atau 23 responden. Dan yang tidak

mengalami anemia sebanyak 35% atau 12 responden.

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang banyak terjadi

ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu rendah. Hal ini

akhirnya menyebabkan masalah kesehatan karena kurangnya hemoglobin

pada darah akan menyebabkan terganggunya supplay oksigen ke dalam

tubuh. (Rahayu, 2019).

Remaja mengalami anemia akan berdampak buruk bagi kesehatannya.

Beberapa dampak langsung yang terjadi pada remaja putri yang terkana

anemia adalah sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, kelopak

mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, lesu, lemah, letih,

lelah, dan lunglai dan juga perdampak jangka panjang karena perempuan
46

nantinya akan hamil dan memiliki anak, pada masa hamil remaja yang sudah

menderita anemia akan lebih parah anemianya saat hamil karena masa hamil

membutukan gizi yang lebih banyak lagi, jika tidak ditanganinya maka akan

berdampak buruk pada ibu dan bayinya (Sandra, 2018).

Menurut analisa peneliti berdasarkan hasil cek hemoglobin pada

remaja putri di SMAN 13 Padang didapatkan jumlah hemoglobin dalam

darah kurang dari normal dengan hasil yang paling rendah yaitu 8,3 g/dl

sebanyak 1 orang yang seharusnya normal yaitu ≥ 12 g/dl. Penyebab anemia

pada remaja putri rendah disebabkan oleh pola makan remaja yang tidak

teratur, kebiasaan remaja yang tidak sarapan setiap pagi sebelum berangkat,

kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji yang berlebihan, kurangnya

mengonsumsi protein, dan sering mengonsumsi minuman yang berkemasan.

Selain itu sebagian remaja putri masih tidak mau mengonsumsi tablet tambah

darah dengan alasan tidak bisa minum obat, bau obat yang menyengat, dan

kurangnya pengetahuan remaja tentang obat tersebut. Edukasi, Monitoring,

dan evaluasi dari pihak sekolah sangat penting untuk dilakukan mengenai

anemia dan tablet tambah darah. Selain itu pihak sekolah bisa bekerja sama

dengan pihak puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan Hb dan

edukasi terkait nutrisi penting pada masa remaja.

5.3 Hubungan makanan cepat saji dengan kejadian anemia


47

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden (59%)

remaja putri sering mengonsumsi makanan cepat saji terdapat (42%)

responden yang mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik chi-square didapatkan nilai p-value >

0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan

cepat saji dengan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Divia, dkk (2020) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara konsumsi makanan cepat saji dengan anemia defesiensi besi

pada remaja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan cepat saji

adalah kurangnya pengetahuan, pengaruh teman sebaya, tempat nyaman

untuk berkumpul, rasa yang enak, cepat, praktis, dan harganya yang murah.

Dari faktor-faktor diatas, apabila remaja terus-terusan mengonsumsi makanan

cepat saji, maka mereka akan merasakan dampak yang tidak baik bagi

kesehatannya yang disebabkan dari mengonsumsi makanan cepat saji itu

sendiri. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan akibat dari

mengonsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan timbulnya penyakit

yang berbahaya seperti kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung,

gangguan ginjal, dan kerusakan pada hati. Salah satu akibat yang

ditimbulkan dari mengonsumsi makanan cepat saji yaitu dapat

mempengaruhi tingkat energi dalam tubuh. Makanan cepat saji dapat

memberikan energi yang baik untuk tubuh apabila kita

mengonsumsinya dengan porsi yang tepat. Namun, apabila kita mengonsumsi


48

makanan cepat saji secara berlebihan maka hal tersebut dapat menyebabkan

tubuh memiliki asupan energi yang berlebihan (Izar, 2020).

Menurut analisa peneliti dari hasil penelitian yang didapat pada

remaja putri di SMAN 13 Padang tidak adanya hubungan konsumsi makanan

cepat saji dengan kejadian anemia. Hal ini diperkuat dengan hasil bahwa

remaja yang mengalami anemia sebanyak 15 orang, 5 diantaranya jarang

mengonsumsi makanan cepat saji. Banyak yang sering mengonsumsi

makanan cepat saji tetapi tidak mengalami anemia hal ini terjadi karena

jumlah protein dan gizi yang dikonsumsi seimbang dan banyak faktor lain

yang mempengaruhinya. Rendahnya kadar hemoglobin pada remaja putri

disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya yakni menstruasi,

remaja yang diet karena menginginkan bentuk tubuh yang langsing,

kurangnya informasi mengenai anemia, pola makan yang tidak baik, tidak

mengonsumsi tablet tambah darah, dan kurangnya asupan zat besi. Anemia

pada remaja akan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan selanjutnya

seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun, termasuk

masalah kesuburan. Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi

wanita usia subur yang anemia yang selanjutnya bisa menjadi ibu hamil

dengan anemia. Jika saat remaja menderita anemia, ibu hamil berisiko

lahirkan anak stunting.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

6.1.1 Distribusi frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada remaja putri di

SMAN 13 Padang, yang jarang mengonsumsi (41%) dan sering (59%).

6.1.2 Distribusi frekuensi kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 13

padang, yang mengalami anemia (37%) dan tidak mengalami anemia

(63%).

6.1.3 Tidak adanya hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian

anemia.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi remaja

Diharapkan pada remaja agar mengurangi mengonsumsi makanan

cepat saji karena kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tersebut

sangat sedikit. Serta perbanyaklah mengonsumsi makanan yang

memiliki gizi seimbang agar kesehatan tubuh lebih terjaga.

6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan konsumsi

makanan cepat saji dengan kejadian anemia dengan jumlah sampel

yang lebih besar.


50

6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi dokumentasi bagi institusi pendidikan

serta sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa Prodi D III Kebidanan

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, C. (2018). Perilaku Remaja Tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
Food) Di Smk Muhammadiyah 9 Medan. 1–120.

Anggoro, S. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada


Siswi SMA. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal,
10(3), 341–350.

Arisman.2004 . Gizi dalam daur kehidupan, Buku kedokteran EGC .Jakarta .180-
195

Bonita, I. A & Fitrianti, D. Y. (2017). Journal of Nutrition. 4(Jilid 5), 360–367.

Citerawati, Y. W., Susanti, N., & Rahima, D. (2017). Proses Asuhan Gizi
Terstandar Komunitas. Yogyakarta: Trans Medika.

Daulay, V. (2014). Persepsi Konsumen Dalam Memilih Makanan Cepat Saji


(Studi di Restoran Cepat Saji KFC Suprapto Kota Bengkulu).
Skripsi, 1– 46.

Diananda, Amita. (2018). Psikologi Remaja Dan Permasalahnnya. Sekolah Tinggi


Ilmu Tarbiyah Islamic Village Tangerang. https://e-journal.stit-
islamic-village.ac.id/istighna/article/download/20/21

Dinas Kesehatan Kota Padang. Prevalensi Anemia Remaja Kota Padang. Padang:
Dinas Kesehatan Kota Padang; 2017.

Fajriah, N. N. dan M. L. H. . (2016) ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang


Anemia pada Remaja Putri’, IX(1), pp. 1–6.

Harahap, N. R. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia


pada remaja putri. Nursing Arts. vol. 12(2): 78–90.

Hidayati, K. B., & farid, M. (2016). Konsep Diri, Adversity Quotient dan
Penyesuaian Diri pada Remaja. PERSONA: Jurnal Psikologi
Indonesia, 5(02), 137–144.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/view/1493/
1091

Izhar, M.D. (2021). Hubungan antara konsumsi junk food, aktivitas fisik dengan
status gizi siswa SMA Negeri 1 Jambi. Jurnal ForMil (Forum
Ilmiah) KesMas Respati;5(1):1–7.
52

Jannah, M. (2016). Remaja dan tugas-tugasnya perkembangannya dalam islam.


jurnal Psikoislamedia.Volume 1, Nomor 1, April, 2018. ISSN: 2503-
3611.

Kemendikbud. 2018. Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah. 7B. Diakses
pada tanggal 7 Juni 2018.

Kevin. (2019). Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Dengan
Terjadinya Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Aangkatan 2018.

Khobibah K, Nurhidayati T, Ruspita M, & Astyandini B. (2021). Anemia Remaja


dan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Kebidanan, 3(2), 11-17.

Mardalena I. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Jakarta: Pustaka Baru


Press; 2017.

Mataram, I Komang Agusjaya & Antarini, A.A. Nanak. (2020). Penyuluhan Menu
Seimbang dan Manfaat Tablet Besi Sebagai Upaya Mencegah
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMA di Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar. Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat, 2(3) e-
ISSN 2656-8268.

Rahayu, A. dkk (2019) Buku referensi Metode Orkesku dalam Mengidentifikasi


potensi Kejadian Anemia Gizi pada Remaja. 1st edn. Yogyakarta:
Cv Mine.

Saleh, Asep Jalaludin. 2019. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji
(Fast food), Status Gizi Dan Kejadian Hipertensi Dengan Fungsi
Kognitif Pada Remaja, Tesis. Universitas Sebelas Maret,

Sitanggang, Maya Rumondang. 2019. “ Faktor yang Mempengaruhi Anemia Pada


Remaja Putri di SMA Prima Tembung”, Skripsi. Fakultas Farmasi
dan Kesehatan. Intitusi Kesehatan Helvetia. Medan

Tiaki & Ismawarti. (2017). Hubungan Pola Makandengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri Kelas XI di SMKN 2 Yogyakarta. Naskah Publikasi
Universitas Negeri Yogyakarta.

Valoka, A. D. (2018). Dampak Negatif Makanan Cepat Saji Terhadap Kesehatan.

WHO (2018) World Health Statistics 2018.

Widyanthini, D., & Widyanthari, D. (2021). Analisis Kejadian Anemia pada


Remaja Putri di Kabupaten Bangli Provinsi Bali Tahun 2019.
53

Buletin Penelitian Kesehatan, 49(2), 87-94.

Widyastuti, A. (2017). PengetahuanE, Sikap Dan Tindakan Mahasiswa Boga


Universitas Negeri Yogyakarta Tentang Konsumsi Makanan Cepat
Saji (Fast Food). New Scientist, 181(2435), 30.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Seluruh Calon Responden

Kelas X dan XI

Di SMAN 13 Padang

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Universitas


Baiturrahmah Fakultas Vokasi Program Sudi DIII Kebidanan.

Nama : Efa Santi

NIM : 2010070130009

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Konsumsi


Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMAN 13 Padang ”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi


siapapun. Kerahasiaan seluruh informasi yang didapatkan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan dalam keikutsertaan
menjadi responden penelitian. Untuk itu saya mohon kesediaan saudara/i sebagai
responden dalam penelitian ini, jika saudara/i bersedia menjadi responden saya
mohon saudara/i menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan
pada lembar identitas responden yang telah disediakan, serta menjawab
pertanyaan berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Atas perhatian
dan partisipasi saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

( Efa Santi )
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Inform Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Kelas :

No. Hp :

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang tujuan


dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Konsumsi Makanan Cepat
Saji Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 13 Padang”
menyatakan bersedia ikut terlibat sebagai responden.

Penelitian ini meminta konsekuensi dari responden untuk melaksanakan


penelitian eksprimen ini selama 1 bulan.

Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiannya dan mau
mengikuti setiap tahapan pelaksanaan penelitian tanpa paksaan.

Padang, 2023

Peneliti Responden

( Efa Santi ) ( )
LEMBAR KUISIONER

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
DI SMAN 13 PADANG

Tujuan :

Kuisioner ini dirancang untuk menganalisis Hubungan Konsumsi Makanan Cepat


Saji dengan Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 13 Padang.

Petunjuk :
a. Jawablah pertanyaan dibawah ini
b. Isilah identitas sebelum menjawab pertanyaan
c. Beri tanda ( √ ) pada pernyataan yang dianggap benar.
A. Data Identitas:

No Responden :

Nama Responden :

Alamat :

Umur :

Kelas :

B. Pertanyaan tentang Makanan Cepat Saji

Apakah Kamu Sering Mengonsumsi Makanan Cepat Saji?

< 2 kali seminggu

> 2 kali seminggu

Anda mungkin juga menyukai