Oleh :
EFA SANTI
NPM : 2010070230009
ABSTRAK
Judul Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan
NPM : 2010070130009
dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi
Mengetahui
Judul Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan
NPM : 2010070130009
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi D III Kebidanan
Mengetahui
Moderator
Penguji I
Penguji II
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul
SMAN 13 Padang.”
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu
(KTI) ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai
1. Oktavia Puspita Sari, Dipl. Rad, S. Si, M. Kes selaku Dekan Fakultas
Universitas Baiturrahmah
Baiturrahmah
5. Afrah Diba Faisal, S.ST, M. Keb selaku dosen pembimbing yang dalam
peneliti dengan penuh kesabaran sejak awal sampai akhir sehingga peneliti
i
6. Bapak atau Ibu Dosen beserta staf Program Studi D III Kebidanan
7. Teristimewa buat Ayah dan Ibuku tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan dan semangat serta do’a yang tiada henti- hentinya kepada
9. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan
Peneliti menyadari bahwa dalam membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga Karya Tulis
Peneliti
Efa Santi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................6
1.5 Ruang Lingkup..................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................8
2.1 Konsep Dasar Makanan Cepat Saji...................................................8
2.2 Konsep Dasar Anemia.......................................................................13
2.3 Konsep Dasar Remaja........................................................................22
2.4 Kerangka Teori..................................................................................28
2.5 Kerangka Konsep...............................................................................29
2.6 Definisi Operasional .........................................................................29
2.7 Hipotesis ...........................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN................................................................31
3.1 Jenis dan Desain Penelitian...............................................................31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................31
3.3 Populasi dan Sampel .........................................................................32
3.4 Kriteria Sampel..................................................................................35
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data....................................................35
3.6 Pengolaan Data..................................................................................36
3.7 Analisa Data.......................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................39
4.1 Gambaran Umum Lokasi...................................................................39
4.2 Hasil Penelitian..................................................................................39
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................43
5.1 Konsumsi Makanan Capat Saji..........................................................43
5.2 Kejadian Anemia...............................................................................45
5.3 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Anemia
BAB V PENUTUP..........................................................................................49
6.1 Kesimpulan........................................................................................49
6.2 Saran..................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Anemia
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 9 Dokumentasi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
kurang dari normal dimana batas normal untuk perempuan ≥ 15 tahun 12 g/dl dan
laki-laki ≥ 15 tahun 13 g/dl. Anemia ditandai dengan mudah lelah, kulit pucat,
sering gemetar, 5L (lelah, letih, lesu, lunglai, lelah), sering pusing dan mata
berkunang-kunang, gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan
telapak tangan tampak pucat (Aulia, 2019). Anemia gizi besi pada remaja putri
usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam Negara yaitu Afrika, Amerika,
Asia, Eropa, Mediteran Timur, dan wilayah pasifik Barat sebesar 409-595 juta
orang. Angka kejadian anemia pada remaja putri di negara- negara berkembang
sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri
disebabkan karena tingkat stress yang tinggi, ataupun pola makan yang berantakan
masuk dalam program sustainable Development Goals (SDG’s) ke-2 dan ke-3
dengan prevalensi 37%, yang sebagian besar terjadi pada masyarakat di negara-
negara berkembang seperti Asia Tenggara dan Afrika. Hasil Riskesdas tahun
kelompok umur, penderita anemia pada umur 15- 24 tahun sebesar 32.0 %, serta
pada remaja putri dan wanita usia subur 13- 49 tahun masing-masing sebesar
(Wanda, 2018). Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi
Sumatera Barat tahun 2018 tentang penjaringan seluruh pelajar SMP dan SMA
kabupaten dan kota yang berada di lingkungan Provinsi Sumatera Barat, terdapat
5.270 orang pelajar SMP dan SMA yang terjaring, diantaranya 3.837 orang
(Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, dan Lampung) ditemukan bahwa anak usia
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 terdapat 1.833 murid SMP
dan 1.718 murid SMA yang menderita anemia. Data ini di ambil dari
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 penduduk Provinsi Sumatera Barat umur >10
tahun kurang makan sayur dan buah dengan proporsi sebesar 97,5%. Prevalensi
14,8% menurut acuan SK Menkes yaitu 29,8% pada perempuan dan 27,6%
3
Gorontalo(Rikesdas,2018).
24,02% siswi di SMA Negeri Kota Padang berisiko terkena anemia.( Dinkes
anemia karena remaja putri setiap bulan mengalami siklus menstruasi. Di masa
menstruasi, maka memerlukan lebih banyak asupan zat gizi (zat besi) untuk
2021). Kurangnya zat besi mengakibatkan kapasitas kerja menurun, selain itu
fungsi imun tubuh juga akan menurun. Namun remaja putri biasanya
memperhatikan sekali bentuk tubuh mereka sehingga para remaja putri biasanya
Menurut penelitian yang dilakukan Divia, dkk tahun 2020 dengan judul
Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Anemia Defesiensi Zat Besi
Pada Remaja Usia 10-19 Tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Literature Review dari kumpulan jurnal terkait tahun 2015-2020. Hasil dari
positif anemia sebanyak 64 (54,5%) responden dan paling banyak pada remaja
4
Review ini adanya hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan anemia
Menurut penelitian yang dilakukan Ayu Dwi Putri tahun 2018 dengan
judul Pola Makan Dan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Yang Tunggal Di kos-
Kejadian anemia dapat disebabkan oleh asupan pola makan yang salah,
tidak teratur dan tidak seimbang dengan kecukupan sumber gizi yang
makanan yang mengandung zat besi juga asam folat (Tiaki & Ismawarti, 2017).
Pada remaja masih terlihat konsumsi makanan cepat saji, banyak makan
asal kenyang tanpa melihat keseimbangan gizi. Masalah lain yang sering muncul
melewatkan waktu makan dengan lebih sering konsumsi makanan ringan, snack
atau cepat saji yang nyaman, tapi sering tinggi kalori dan
lemak(Mardalena,2017).
(snack), serta sengaja tidak makan karena menginginkan bentuk tubuh yang
diidamkan, dan karena kesibukan beraktifitas seseorang menjadi lupa makan lalu
5
hanya konsumsi makanan cepat saji. Masalah lain yang terjadi pada remaja
dengan makan banyak asal kenyang dengan tiggi lemak dan karbohidrat tanpa
SMA Negeri 13 Padang merupakan salah satu SMA Negeri yang berada
di Padang, yang beralamat di JL. Tanjung Aur Balai Gadang Kec. Koto Tangah
cepat saji dan anemia. Setelah dievaluasi, berdasarkan survey awal melalui
wawancara pada remaja putri didapatkan banyaknya remaja putri yang tidak
mengetahui makanan cepat saji dan anemia, serta ada beberapa warung disekitar
1.4 Manfaat
tentang hubungan makanan cepat saji terhadap anemia sehingga penelitian ini
Negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, Salah satu
pemicu masalah tersebut adalah pola makan remaja yang tidak baik dengan
yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan berdampak pada kesehatan dan
deteksi sejak dini dan dapat di cegah agar tidak semakin parah. Penelitian ini
Padang pada bulan Februari sampai dengan April 2023 dengan jumlah
populasi remaja putri sebanyak 524 orang dan dijadikan sampel sebanyak 41
2.1.1 Pengertian
restoran makanan fast food yang banyak bermunculan dikota- kota besar
Indonesia bisa berakibat pada kebiasaan makan anak muda. Restoran tersebut
menyajikan bermacam fast food, yang bisa ditawarkan dalam wujud western fast
food serta makanan cepat saji tradisional. Western fast food merupakan
tinggi energi total, lemak, gula, natrium, serta rendah serat serta nutrisi. Contoh
produk santapan western fast food termasuk hamburger, kentang goreng, ayam
goreng, pizza, sandwich, serta soda. Makanan cepat saji tradisional juga ialah
makanan dengan kandungan gizi yang tidak balance. Contoh produk santapan
kilat saji tradisional antara lain nasi goreng, bakso, mie ayam, sop, serta sate
Makanan cepat saji adalah kategori kuliner yang mudah dikemas, mudah
disajikan, instan, maupun diolah memakai cara simpel. Santapan tadi umumnya
banyak sekali zat aditif buat mengawetkan dan menyimpan cita rasa untuk
produk tersebut. Ditinjau bagi segi gizinya, yang dinamakan fast food ialah
9
kategori kuliner yang memiliki kalori, lemak, garam, gula yang besar,
akan tetapi rendah akan kandungan serat, nutrisi, asam akorbat, kalsium dan
folat. Fast food tidak mesti dihindari, namun dibatasi. Itu tidak dikonsumsi
setiap hari, namun harus cukup sekali maupun dua kali sebulan. Fast food
terkategori dalam jenis sering dengan frekuensi lebih dari 2 kali seminggu,
sebaliknya terhitung dalam jenis tidak sering dengan frekuensi kurang dari 2
kali seminggu. Pada dasarnya seluruh sesuatu yang balance serta tidak
dikonsumsi secara melampaui batas, terhitung fast food, aman buat kesehatan
kenyamanan, dan persiapan yang cepat adalah salah satu alasan mengapa orang
cenderung mengkonsumsi fast food. Fast food umumnya terbuat dari daging
olahan yang rendah nutrisi dan tinggi energi, lemak total, asam lemak trans, dan
garam. Dengan demikian, konsumsi makanan cepat saji erat kaitannya dengan
aspek risiko kardio metabolik. Tidak hanya komponen yang tidak sehat, fast
food biasanya disiapkan dengan cara digoreng. Penggorengan adalah salah satu
metode persiapan makanan yang paling populer dan disukai di rumah dan
industri karena menciptakan rasa, tekstur, dan warna yang diinginkan dalam
Makanan cepat saji sangat populer pada saat ini karena kepraktisannya.
Konsumen dapat makan sambil berjalan, duduk dimana saja tanpa terganggu oleh
kebiasaan makan. Makanan cepat saji relatif enak, aman, dan tidak mudah tumpah
atau ternoda saat dikonsumsi. Asal mula makanan cepat saji berasal dari peristiwa
10
yang mempopulerkan makanan cepat saji saat itu. Makanan cepat saji atau fast
food dapat diartikan sebagai masakan yang dapat dengan cepat disiapkan dan
disajikan. Hidangan lain yang dapat diklasifikasikan sebagai makanan cepat saji
adalah yang dijual ditoko atau restoran yang memerlukan sedikit persiapan dan
Dari segi pengelolaan yang handal, fast food memiliki keunggulan yaitu
pelayanan yang cepat sehingga dapat disajikan hemat waktu dan kapan saja dan
dimana saja, tempat saji serta penyajian yang higienis, dianggap masakan
bergengsi, masakan modern, serta masakan gaul untuk anak muda. Fast food
adalah makanan yang dikemas, mudah disajikan, nyaman, atau mudah diolah.
Makanan ini umumnya dibuat dengan teknologi tinggi oleh industri makanan
memberikan rasa. Namun dibalik manfaat tersebut, fast food juga dapat
sehari-hari. (Amalia,2018)
berlebihan yang tidak sesuai dengan konsumsi makanan sehat berserat tinggi
jantung. Lemak jenuh atau lemak trans berlimpah dalam makanan yang
digoreng dan kue dengan margarin atau mentega, serta di dalam daging sapi dan
lemak di pembuluh darah dan karena itu menghambat aliran darah yang kaya
nutrisi dan oksigen keotak, jantung, dan organ tubuh lainnya. Saat ini
penyempitan pembuluh darah kian banyak dialami oleh mereka yang berumur
tinggi (Hipertensi) yang dapat berdampak negatif pada kesehatan otak, mata,
dan jantung. Selain lemak, asupan gula yang berlebihan juga menyebabkan
peningkatan asupan kalori. Jika asupan kalori tidak digunakan dengan hati-hati,
gigi, apabila tidak ingat menyikat gigi tiap kali usai konsumsi makanan
mempengaruhi kebiasaan atau frekuensi makan fast food seseorang. Pola diet
barat diluar restoran fast food berhubungan dengan kelebihan berat badan,
menyediakan produk segar, tetapi juga menyediakan minuman manis dan keripik
dapat berkontribusi terhadap pola pembelian makanan yang sehat dan tidak
sehat. Makanan yang diperoleh dari toko makanan ritel Amerika Serikat
12
ditemukan mirip makanan fast food dilihat dari segi total lemak dan kandungan
b. Uang Saku
Remaja yang memiliki pola sarapan kurang baik lebih banyak ditemukan
pada remaja dengan uang saku tergolong besar dibandingkan pada remaja
dengan kategori uang saku kecil. Remaja usia sekolah pada umumnya memiliki
uang saku. Dari uang saku ini tercermin kondisi sosial ekonomi keluarga.
Remaja yang memiliki uang saku besar tentu memiliki pilihan lebih banyak
terkait makanan yang ingin ia beli, terlepas dari makanan tersebut sehat atau
tidak. Remaja yang memiliki uang saku besar cenderung melewatkan sarapan
karena berpikir dapat membeli sarapan di luar dengan menggunakan uang saku
yang dimiliki.
Besar uang saku juga merupakan pertimbangan orangtua saat tidak dapat
karena bekerja cenderung memberikan uang saku yang lebih besar agar anak
dapat membeli sarapan di luar berupa makanan siap saji (fast food) sehingga
c. Pengetahuan
Fase remaja memiliki hubungan dengan konsumsi fast food yang tinggi
susu) dapat mempengaruhi sesorang dalam hal frekuensi mengonsumsi fast food
Dibawah ini beberapa cara mengurangi konsumsi makanan cepat saji berikut ini:
h. Hindari Stres
2.2 Anemia
(Fajriah, 2016). Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang banyak
terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu rendah. Hal
14
(Rahayu, 2019).
populasi Jumlah
Persen 95%CI 95%CI
(juta)
Anak-anak usia
47.4 45.7-49.1 293 283-303
Prasekolah
Anak-anak
25.4 19.9-30.9 305 238-371
Sekolah
Wanita tidak
30.2 28.7-31.6 468 446-491
Hamil
a. Anemia defisiensi besi yaitu kekurangan asupan besi pada saat makan
atau kehilangan darah secara lambat atau kronis. Zat besi adalah
d. Anemia Aplastik
kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.
16
Beberapa dampak langsung yang terjadi pada remaja putri yang terkana
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, lesu, lemah, letih, lelah,
dan lunglai dan juga perdampak jangka panjang karena perempuan nantinya akan
hamil dan memiliki anak, pada masa hamil remaja yang sudah menderita anemia
akan lebih parah anemianya saat hamil karena masa hamil membutukan gizi yang
lebih banyak lagi, jika tidak ditanganinya maka akan berdampak buruk pada ibu
masa pubertas, sering kali melakukan diet, dan mereka mengalami Haid sehingga
1. Cepat lelah
mudah lelah dan lesu. Anemia lebih sering dialami perempuan, terutama yang
Hal ini disebabkan karena anemia dapat menyebabkan penurunan jumlah sel
darah merah. Anemia biasa bersifat akut (tiba-tiba) atau kronik (proses yang lama
asupan oksigen normalnya. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha untuk
cepat sehingga aliran darahpun turut berdebar lebih cepat dalam upaya untuk
menyebarkan hemoglobin kecil, sel-sel darah merah kecil ini tersedia untuk
4. Nyeri dada.
menjadi terasanyeri.
hal ini, paru-paru harus bekerja lebih kerasuntuk bisa membawa oksigen lebih
6. Cepat marah.
akan berkurang dan akibatnya penderita merasakan sakit kepala atau pusing. Saat
gangguan tidur yang menyebabkan penderita mudah marah. Tidur sangat penting
untuk kesehatan mental yang baik, sehingga jika penderita kekurangan tidur maka
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah normal dalam tubuh
seseorang terlalu sedikit. Dan dapat menyebabkan sirkulasi darah ketangan dan
Remaja.
5.1 Penyebab utama anemia dalam tubuh adalah pola makan terutama remaja
5.1 Remaja yang umumnya lebih sering mengkonsumsi makanan nabati dengan
5.1 Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg melalui feses.
Penyebab anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena asupan
besiyang tidak cukup, kehilangan darah yang menetap, penyakit dan kebutuhan
meningkat yaitu sebagai berikut: Asupan zat besi yang tidak cukup, defisiensi
kurangnyazat besi dalam tubuh tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritopoiesis
mikrositik,kadar besi serum dan saturasi (jenuh) tranferin menurun, mampu ikat
besitotal (TIBC) menggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat
adalah kurangnya asupan zat besi ke dalam tubuh. Faktor lain yang juga
Hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan
pembentukan hemoglobin sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel
darah merah akan dimanfaatkan kembali dan kekurangannya harus dipenuhi dan
diperoleh melalui makanan. Taraf gizi besi seseorang sangat dipengaruhi oleh
cadangan besi dalam jaringan, ekskresi dan kebutuhan tubuh (Merryana 2016).
Selama masa remaja kebutuhan zat besi meningkat dari tingkat praremaja
0.7-0.9 mg Fe/hari sampai dengan 2.2 mg Fe/hari baik remaja laki-laki atau
perempuan. Kebutuhan zat besi ini meningkat karena ada nya perkembangan
puncak pubertas yang ditandai dengan peningkatan massa tubuh tanpa lemak dan
awal menstruasi pada remaja. Kebutuhan zat besi tetap tinggi setelah menstruasi
karena kehilangan darah saat menstruasi, dimana zat besi membutuhkan rata-rata
sekitar 20 mg zat besi perbulan dan mungkin juga 58 mg pada beberapa individu
(Shaka, 2018).
Beberapa jenis makanan yang mengandung zat besi, baik dari hewan
maupun tumbuhan, seperti: Daging merah, jeroan, ikan dan makanan laut, sayuran
Anemia pada remaja bisa dihindari dengan melakukan beberapa hal, diantaranya
adalah :
a. Makan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-
b. Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
1. Mengetahui penyebabnya.
tubuh tidak terpenuhi misalnya dengan hanya makan asal kenyang tanpa
2.3 Remaja
perpindahan atau peralihan ,yaitu pada kondisi ini remaja beralih dari masak
perubahan secara biologis dan psikologis. Dalam hal ini remaja terjadi perubahan
secara biologis meliputi perubahan fisik dan berkembangnya seks primer dan
dalam hal emosi yang berubah dan merasa lebih sensitive (Hidayati&Farid,2016).
yang baik dan buruk, mengenal lawan jenis dan memahami tugas dan peranan
pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan remaja dalam hal ini adalah
(youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum
perubahan fisik yang terjadi pada remaja.Perubahan fisik yang terjadi pada remaja
laki,tumbuh bulu bulu halus disekitar kemaluan maupun ketiak.Pada masa remaja
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia
12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun
sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika
serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18
tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya
anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. (dalam Moh Asrori dan Moh
Ali, 2016).
simpulkan bahwa remaja remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10
hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan
merupakan masa transisi dimana remaja mengalami perubahan secara fisik dan
remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun. Badan Kependudukan dan
Fase ini merupakan fase remaja yang sangat pendek. Pada fase ini remaja
akan sangat tertutup dengan orang tua dan orang lain disekitar. Adanya
Fase ini merupakan fase dimana banyak perubahan yang terjadi dalam
diri remaja. Pada fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan mulai mandiri dengan
keputusan yang mereka ambil. Pemikiran remaja semakin logis, dan semakin
Pada fase ini remaja ingin menonjolkan diri, mereka ingin menjadi pusat
perhatian. Sudah memiliki cita-cita yang jelas, lebih bersemangat, dan sudah
mulai menetapkan identitas diri dan tidak bergantung pada kondisi emosional.
kematangan primer ini remaja perempuan merasa sakit kepala, pinggang, perut,
dan sebagainya yang menyebabkan meras capek, mudah lelah, cepat marah.
Adapun kematangan seks primer bagi remaja laki-laki ditandai dengan mimpi
jenis kelamin. Perubahan ciri-ciri skunder pada remaja laki-laki nampak seperti
timbulnya “pubic hair” rambut di daerah alat kelamin, timbulnya “axillary hair”
rambut di ketiak, seringkali tumbuh dengan lebat rambut di lengan, kaki, dan
dada, kulit menjadi lebih kasar dari pada anak-anak, timbulnya jerawat, kelenjar
keringat bertambah besar dan bertambah aktif sehingga banyak keringat keluar.
26
membesar dan menjadi bulat, perkembangan buah dada, timbul “pubic hair’
rambut di daerah kelamin, tumbul “axillary hair” rambut di ketiak, kulit menjadi
aktifsehingga banyak keringat yang keluar dan tumbuhya rambut di lengan dan
kaki.
a. Kegelisahan
memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik
menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai
b. Pertentangan
mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang
lain.
c. Mengkhayal
Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal
mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang
27
d. Aktivitas kelompok
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu
menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah
ikatan emosional dengan orang tua, memulai hidup berkeluarga, memulai hidup
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSUMSI
MAKANAN CEPAT SAJI
DAMPAK KONSUMSI
MAKANAN CEPAT
DISMINORE
Keterangan
Keterangan :
Operasional ukur
instan, gampang
dikemas serta
disajikan.
deras ,mengeluarkan 13
simbelit
2.6 Hipotesis
rumusan masalah penelitian dan didasaarkan pada fakta fakta empris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun hipotesis pada penelitian ini dapat
kejadian anemia
BAB III
METODE PENELITIAN
yang ada. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
mengkaji hubungan antara dua variabel ataupun lebih dan peneliti cukup hanya
pengamatan subjek penelitian sebanyak satu kali pada satu saat. Satu saat yang
saat yang sama, akan tetapi tiap subjek hanya diobservasi sebanyak satu kali dan
pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat tersebut (Harlan and Johan,
2018).
3.2.1 Tempat
3.2.2 Waktu
3.3.1 Populasi
elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu
dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Adapun
populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri kelas X dan XI di
3.3.2 Sampel
n=
Keterangan :
n = Besar sampel
N =Besar populasi
n=
a. Kelas X = X 41 = 23 orang
b. Kelas XI = X 41 = 18 orang
Kelas X
Kelas XI
target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inkulusi pada penelitian
ini adalah :
a. Remaja perempuan
langsung.
di SMAN 13 Padang dan dari tata usaha mengenai data geografis SMAN
13 Padang.
a. Analisis Univariat
untuk masing-masing variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah makanan
x=
37
Keterangan:
x = Hasil persentase
F = Frekuensi/hasil pencapaian
b. Analisis Bivariat
X2 =
Keterangan :
X2 = Statistik Chi-Square
Analisa data uji Chi Square dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan
kejadian anemia.
HASIL PENELITIAN
Tanjung Aur Balai Gadang, Kecamatan Koto tangah, Padang, Sumatera Barat.
SMAN 13 Padang ini memiliki fasilitas sarana bangunan berupa ruang kelas =
musholla, lapangan voli, lapangan futsal, lapangan basket, lapangan sepak bola
banyak remaja putri yang sering mengonsumsi makanan cepat saji dan
terdapatnya gerai makanan yang menjual makanan cepat saji disekitar sekolah
tersebut. Hal ini juga didukung banyak dari remaja putri tidak pernah
memeriksa Hbnya.
Karakteristik
Frekuensi %
Responden
15 Tahun 4 10
16 Tahun 23 56
17 Tahun 14 34
Total 41 100%
Tabel 4.1
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (56%) remaja
Kelas X 23 56%
Kelas XI 18 44%
Total 41 100%
Tabel 4.2
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (56%) remaja
sebagai berikut :
Jarang 17 41%
Sering 24 59%
Total 41 100%
Tabel 4.3
b. Kejadian Anemia
Anemia 15 37%
Total 41 100%
Tabel 4.4
Cepat Saji F % F % N %
Tabel 4.5
p-value 0,42 > (0,05) maka dengan ini dapat dinyatakan bahwa H a ditolak
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida,
dkk (2020) yang berjudul Konsumsi Makanan Siap Saji Sebagai Faktor
(75,0%).
Makanan Cepat Saji Dengan Anemia Defesiensi Zat Besi Pada Remaja Usia
mengenal istilah makanan cepat saji atau fastfood. Jika mendengar mengenai
Pizza, Fried Chicken, French Fries dan lainnya. Makanan jenis tersebut bisa
cepat saji ini seperti telah menjadi budaya baru dan menjadi salah satu pilihan
44
yang mudah dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara
pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat adiktif untuk
besar responden sering mengonsumsi makanan cepat saji. Hal ini diakibatkan
karena makanan cepat saji praktis, murah, dan banyak gerai-gerai industri
makanan cepat saji yang bermunculan pada saat ini. Tidak hanya itu
tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi (sarapan) dan sama sekali
tidak makan siang. Aktivitas yang tinggi baik kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah menyebabkan makan menjadi tidak teratur. Selain itu tidak
jarang mereka makan di luar rumah dengan komposisi gizi yang tidak
seimbang. Disisi lain kondisi orang tua yang bekerja dua-duanya juga
(37%) remaja putri mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
Makan Cepat Saji dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa DIV Bidan
yang mengalami anemia sebanyak 65% atau 23 responden. Dan yang tidak
ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu rendah. Hal ini
Beberapa dampak langsung yang terjadi pada remaja putri yang terkana
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, lesu, lemah, letih,
lelah, dan lunglai dan juga perdampak jangka panjang karena perempuan
46
nantinya akan hamil dan memiliki anak, pada masa hamil remaja yang sudah
menderita anemia akan lebih parah anemianya saat hamil karena masa hamil
membutukan gizi yang lebih banyak lagi, jika tidak ditanganinya maka akan
darah kurang dari normal dengan hasil yang paling rendah yaitu 8,3 g/dl
pada remaja putri rendah disebabkan oleh pola makan remaja yang tidak
teratur, kebiasaan remaja yang tidak sarapan setiap pagi sebelum berangkat,
Selain itu sebagian remaja putri masih tidak mau mengonsumsi tablet tambah
darah dengan alasan tidak bisa minum obat, bau obat yang menyengat, dan
dan evaluasi dari pihak sekolah sangat penting untuk dilakukan mengenai
anemia dan tablet tambah darah. Selain itu pihak sekolah bisa bekerja sama
0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan
dilakukan oleh Divia, dkk (2020) menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara konsumsi makanan cepat saji dengan anemia defesiensi besi
pada remaja.
untuk berkumpul, rasa yang enak, cepat, praktis, dan harganya yang murah.
cepat saji, maka mereka akan merasakan dampak yang tidak baik bagi
gangguan ginjal, dan kerusakan pada hati. Salah satu akibat yang
makanan cepat saji secara berlebihan maka hal tersebut dapat menyebabkan
cepat saji dengan kejadian anemia. Hal ini diperkuat dengan hasil bahwa
makanan cepat saji tetapi tidak mengalami anemia hal ini terjadi karena
jumlah protein dan gizi yang dikonsumsi seimbang dan banyak faktor lain
kurangnya informasi mengenai anemia, pola makan yang tidak baik, tidak
mengonsumsi tablet tambah darah, dan kurangnya asupan zat besi. Anemia
wanita usia subur yang anemia yang selanjutnya bisa menjadi ibu hamil
dengan anemia. Jika saat remaja menderita anemia, ibu hamil berisiko
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Distribusi frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada remaja putri di
(63%).
6.1.3 Tidak adanya hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian
anemia.
6.2 Saran
cepat saji karena kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, C. (2018). Perilaku Remaja Tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
Food) Di Smk Muhammadiyah 9 Medan. 1–120.
Arisman.2004 . Gizi dalam daur kehidupan, Buku kedokteran EGC .Jakarta .180-
195
Citerawati, Y. W., Susanti, N., & Rahima, D. (2017). Proses Asuhan Gizi
Terstandar Komunitas. Yogyakarta: Trans Medika.
Dinas Kesehatan Kota Padang. Prevalensi Anemia Remaja Kota Padang. Padang:
Dinas Kesehatan Kota Padang; 2017.
Hidayati, K. B., & farid, M. (2016). Konsep Diri, Adversity Quotient dan
Penyesuaian Diri pada Remaja. PERSONA: Jurnal Psikologi
Indonesia, 5(02), 137–144.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/view/1493/
1091
Izhar, M.D. (2021). Hubungan antara konsumsi junk food, aktivitas fisik dengan
status gizi siswa SMA Negeri 1 Jambi. Jurnal ForMil (Forum
Ilmiah) KesMas Respati;5(1):1–7.
52
Kemendikbud. 2018. Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah. 7B. Diakses
pada tanggal 7 Juni 2018.
Kevin. (2019). Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Dengan
Terjadinya Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Aangkatan 2018.
Mataram, I Komang Agusjaya & Antarini, A.A. Nanak. (2020). Penyuluhan Menu
Seimbang dan Manfaat Tablet Besi Sebagai Upaya Mencegah
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMA di Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar. Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat, 2(3) e-
ISSN 2656-8268.
Saleh, Asep Jalaludin. 2019. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji
(Fast food), Status Gizi Dan Kejadian Hipertensi Dengan Fungsi
Kognitif Pada Remaja, Tesis. Universitas Sebelas Maret,
Tiaki & Ismawarti. (2017). Hubungan Pola Makandengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri Kelas XI di SMKN 2 Yogyakarta. Naskah Publikasi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Kepada Yth,
Kelas X dan XI
Di SMAN 13 Padang
Dengan Hormat,
NIM : 2010070130009
Peneliti,
( Efa Santi )
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Consent)
Nama :
Umur :
Kelas :
No. Hp :
Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiannya dan mau
mengikuti setiap tahapan pelaksanaan penelitian tanpa paksaan.
Padang, 2023
Peneliti Responden
( Efa Santi ) ( )
LEMBAR KUISIONER
Tujuan :
Petunjuk :
a. Jawablah pertanyaan dibawah ini
b. Isilah identitas sebelum menjawab pertanyaan
c. Beri tanda ( √ ) pada pernyataan yang dianggap benar.
A. Data Identitas:
No Responden :
Nama Responden :
Alamat :
Umur :
Kelas :