Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DAN

AKTIFITAS FISIK PADA REMAJA PUTRI DENGAN


KEJADIAN DISMINORE DI SMAN 13 PADANG

Karya Tulis Ilmiah


(KTI)

Diajukan untuk Memenuhi


Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Oleh :

HERDI ULFIANA

NPM : 2110070130026

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS


VOKASIUNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah

memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Hubungan

Konsumsi Makanan Cepat Saji Dan Aktifitas Fisik Pada Remaja Putri

Dengan Kejadian Disminore di SMAN 13 Padang.”

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D III Kebidanan Fakultas

Vokasi Universitas Baiturrahmah. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

(KTI) ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai

pihak, untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu :

1. Oktavia Puspita Sari, Dipl. Rad, S. Si, M. Kes selaku Dekan Fakultas

Vokasi UniversitasBaiturrahmah

2. Ns Iswenti Novera, S. Kep, M. Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Vokasi

UniversitasBaiturrahmah

3. Ns Irwadi, M. Kepselaku Wakil Dekan III Fakultas Vokasi

UniversitasBaiturrahmah

4. Hendri Devita Amd.Keb, SKM, M.Biomedselaku Ketua Program Studi D

III Kebidanan Fakultas Vokasi UniversitasBaiturrahmah dan selaku dosen

pembimbing yang dalam kesibukan banyak memberikan bimbingan

arahan dan dorongan kepada peniliti dengan penuh kesabaran sejak awal

sampai akhir sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya tulis

ilmiah(KTI)

PAGE \* MERGEFORMAT ii
5. Bapak atau Ibu Dosen beserta staf Program Studi D III Kebidanan

Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah Padang yang telah membantu,

memberikan berbagai ilmu selama masa pendidikan untuk bekal peneliti.

6. Teristimewa buat Ayah dan Ibuku tercinta yang telah banyak memberikan

dukungan dan semangat serta do’a yang tiada henti- hentinya kepada

penulis dalam mencapaicita-cita.

7. Kepada Rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dorongan dan

semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

8. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan

namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini

masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti karena

itu penulis mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini dapat bermanfaat khususnya di bidang kebidanan.

Padang, 14 Januari 2024

Penulis

Herdi Ulfiana

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menstruasi adalah pendarahan periodik dari rahim yang alamiah terjadi

pada perempuan tidak terkecuali pada remaja. Padaremaja putri terjadi

perubahan-perubahan yang di pengaruhi oleh hormone esterogen dan

progesteroneyang akan mengalami mentruasi dengan perubahan fisik dan

periode ini akan mengubah perilaku remaja. Remaja putri akan mengalami

menarchepada usia 12 sampai dengan 16 tahun (Rosyida, 2020).

Remaja putri sering mengalami dismenore sebagai salah satu gangguan

mentruasi. Dismenore juga disebut sebagai kram menstruasi atau nyeri

menstruasi yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari (Rosyida, 2020).

Menurut data Word Health Organization(WHO) tahun 2013, mengatakan

90% wanita mengalami dismenorea (Purwati dkk., 2020). disminore adalah

nyeri menusuk yang terasa di perut bagian bawah,ini terjadi karna ketidak

seimbangan hormon progesteron,stress,dan aktifitas berlebihan angka

kejadian disminore didunia sangat tinggi lebih dari 50% wanita di setiap

negara mengalami disminore,kejadian disminore ini dampaknya harus

mendapatkan perhatian dan penanganan yang efektif (Apriani,2022).

Nyeri haid merupakan salah satu masalah yang sangat sering terjadi lebih

dari 50% wanita tidak mampu melakukan aktifitas 1 sampai 3 hari setiap

bulannya dan sekitar 10% wanita.ada beberapa faktor yang mempengaruhi

nyeri haid yaitu faktor kejiwaan,usia dan penyakit menahun.disminore ini

PAGE \* MERGEFORMAT ii
tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tapi juga gangguan fisik dan

fisiologis (Apriani,22).

Disminore atau nyeri haid biasanya terjadi pada saat menstruasi yang di

tandai dengan gejala berupa saki tatau nyeri hebat pada bagian nyeri perut

yang di sebab kan oleh aktifitas prostagladin (Wulanda et al.,2020).

Disminore termasuk sindrom gangguan menstruasi yang paling umum

dan merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum pada wanita

dari segala usia.disminore dapat mempengaruhi aspek kehidupan sehari hari

termasuk kesejahteraan fisik,kinerja akademik, suasana hati,hubungan

interpersonal,diet,olahraga,dan pola tidur.siklus menstruasi juga banyak dapat

melibatkan banyak aspek psikologis,seperti cepat marah,suasana hati

berubah,depresi,dan kecemasan(parveen,et al.,2020).

Wanita yang menderita disminore lebih rentan terhadap gangguan

psikologis seperti depresi,kecemasan(moradpour,2019).setiap wanita dapat

sekedar berjalan jalan santai,joging ringan,berenang,senam maupun

bersepeda sesuai kondisi masing masing adanya hubungan kebiasaan

olahraga terhadap kejadian disminore dii sebabkan karna olahraga

merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat di gunakan untuk

mengurangi nyeri (Qomarasari,2021)

Menurut data WHO (World Health Organization) didapatkan kejadian

sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita mengalami disminore, 10- 15%

diantaranya mengalami disminore berat. Hal ini di dukung dengan penelitian

yang telah dilakukan di berbagai negara dengan hasil yang mencengangkan.

Dimana kejadian disminore primer lebih 50%. Angka kejadian nyeri haid

PAGE \* MERGEFORMAT ii
(disminore) di dunia sangat besar. Rata-rata lebih 50% perempuan di setiap

negara mengalami disminore, prevalensi disminore primer di Amerika Serikat

tahun 2012 pada wanita umur 12-17 tahun dalah 59,7%, dengan derajat

kesakitan 49% disminore ringan 37%, disminore sedang 12%, disminore

berat yang mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah.

Pada tahun 2012 sebanyak 75% remaja wanita di mesir mengalami

dismenorea, 55,3% dismenorea ringan, 30% dismenorea sedang, dan 14,8%

dismenorea berat. Pada tahun yang sama di Jepang angka kejadian disminora

primer 46% dan 27,3% dari penderita absen dari sekolah. Berdasarkan data di

Bali, angka kejadian dismenore diperkirakan 29.505 orang. Di antara 29.505

orang tersebut, ada yang mengalami nyeri dismenore sekunder, ada yang

mengalami nyeri dismenore primer dan mulai dari dismenore ringan hingga

berat (Widyanthi et al., 2021).

Angka kejadian disminore tahun 2018 di indonesia cukup tinggi yaitu

menunjukkan penderita disminore mencapai 60-70% wanita di

indonesia.angka kejadian disminore tipen primer di indonesia adalah

54,89%,sedangkan sisanya 45,11% adalah tipe sekunder.(kemenkes.RI,2019).

Di Propinsi Sumatera Barat belum ada data yang pasti mengenai angka

kejadian dismenorea, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Titia pada

siswi kelas X dan XI SMA N 1 Kota Padang tahun 2017, menunjukkan

bahwa dari 106 siswi yang menjadi responden 74,5% diantaranya mengalami

dismenorea primer (Titia, 2017). Penelitian lain yang dilakukan oleh Risman

(Risman, 2019) pada siswi SMA di Kota Padang menunjukkan bahwa dari 76

siswi, 30 mengalami dismenorea nyeri ringan, 27 mengalami dismenorea

PAGE \* MERGEFORMAT ii
nyeri sedang, dan 10 mengalami dismenorea nyeri berat.

Di Sumatera Barat lebih tepat nya di padang belum ada data yang pasti

mengenai angka kejadian dismenore akan tetapi menurut penelitian yang

dilakukan oleh Putra di MAN 2 Padang angka dismenore mencapai 57,3%

dari mereka yang mengeluh nyeri, 9% nyeri berat, 39% nyeri sedang dan 52%

nyeri ringan. Kejadian ini menyebabkan 12% remaja sering tidak masuk

sekolah (Irman & Etriyanti, 2020).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian

adalah : Bagaimana Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dan Aktifitas Fisik

Dengan Kejadian Disminore Pada Remaja Putri di SMAN 13 Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan cepat saji

Dan aktifitas fisik dengan kejadian disminore pada remaja putri di

SMAN 13 Padang.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tentang konsumsi makanan cepat

saji di SMAN 13 Padang

b. Mengetahui distribusi frekuensi tentang kejadian disminore pada

remaja putri di SMAN 13 Padang.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
c. Mengetahui hubungan konsumsi makanan cepat saji dan aktifitas

fisik dengan kejadian disminore pada remaja putri di SMAN 13

Padang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Institusi pendidikan tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi remaja

putri di SMAN 13 Padang tentang hubungan konsumsi makanan cepat saji dan

aktifitas fisik dengan kejadian disminore.

1.4.2 Bagi instusi pendidikan

Hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan ilmu untuk pengetahuan

tentang hubungan makanan cepat saji dan aktifitas fisik terhadap disminore

sehingga penelitian ini bisa menjadi motivasi untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

1.4.3 Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan atau pengetahuan dalam

mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang di dapat di bangku perkuliahan

serta dapat menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya

mengenai hubungan makanan cepat saji dan aktifitas fisik terhadap

disminore.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hubungan makanan cepat saji dan aktifitas fisik Dengan Kejadian disminore

PAGE \* MERGEFORMAT ii
pada remja putri di SMA N 13 Padang. Penelitian iniakan dilaksanakan di

SMAN 13 Padang .Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas x

dan xi remaja putri di SMA N 13 Padang. Jumlahseluruh populasi 576 siswa,

sedangkan sampel sebanyak 57 siswa.Jenis penelitian ini adalah analitik

dengan pendekatan cross sectional.Penelitian analisa data dilakukan dengan

menggunakan univariat dan bivariat,karena banyak kejadian remaja

disminore maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan makanan cepat saji dan aktifitas fisik Dengan Kejadian

Disminore Pada Remaja Putri Di SMA N 13 Padang.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Makanan Cepat Saji (Fast Food)

2.1.1 Pengertian

Makanan cepat saji adalah jenis layanan makan praktis yang muncul

sebagai akibat dari perubahan kebiasaan konsumsi makanan masyarakat yang

berbeda. Banyak investor di sektor makanan cepat saji memanfaatkan peluang ini.

Seperti namanya, "makanan cepat saji" mengacu pada makanan siap saji seperti

ayam cepat saji, hamburger, dan pizza. Kelimpahan pasar makanan siap saji

membuatnya lebih mudah untuk memenuhi berbagai preferensi diet dan sarana

keuangan. Pertumbuhan restoran cepat saji yang pesat hingga mencapai 15% per

tahun (Bisnis.com, 2021). Sejalan dengan banyaknya perusahaan dagang fast food

yang bermunculan. Hal tersebut menimbulkan persaingan di antara perusahaan.

Mengambil keuntungan dari prospek bisnis saat ini dan menerapkan taktik

pemasaran yang relevan sangat penting untuk mendapatkan keunggulan

kompetitif di pasar. Prasyarat bagi suatu perusahaan untuk berhasil dalam

persaingan antara lain berusaha untuk mendapatkan dan mempertahankan

konsumen. Agar bisnis berhasil di pasar saat ini, ia harus memiliki strategi dan

urutan tindakan yang disesuaikan dengan karakteristik dan karakteristik unik pasar

sasarannya. Perusahaan perlu membangun citra yang baik sehingga menimbulkan

kepercayaan konsumen untuk melakukan pembelian berulang sehingga berujung

pada kepuasan yang dirasakan dan menjadi pelanggan yang loyal.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Kebiasaan konsumsi makan masyarakat Indonesia saat ini sangat beraneka

macam sejalan dengan perkembangan pada jumlah dan jenis makanannya, yaitu

kegemaran untuk mengonsumsi makanan cepat saji. Zat yang terkandung di dalam

fast food dapat menyebabkan berbagai penyakit karena tinggi natrium, tinggi

kalori, dan tinggi lemak. Jumlah kalori yang seharusnya dikonsumsi dalam sehari

bisa dipenuhi hanya dengan sekali makan di restoran, seperti humburger (800

kkal), satu porsi ayam goreng (781 kkal), kentang goreng (280 kkal), mie udon

(400 kkal), sandwich (350 kkal), serta minuman bersoda dan makanan penutup

seperti es krim, cokelat, permen, buah kemasan dan cemilan kemasan. Konsumsi

kalori melebihi anjuran sebanyak 2000 kkal perhari menjadi penimbunan kalori

dalam tubuh apabila tidak digunakan.

Karbohidrat dapat 1menyebabkan beberapa penyakit salah satunya

diabetes melitus (DM) (Yetmi, Harahap dan Lestari, 2021). Dalam beberapa

dekade terakhir, makan-makanan cepat saji menjadi semakin populer di seluruh

dunia. Biaya rendah, rasa yang diinginkan, kenyamanan, dan persiapan yang cepat

adalah salah satu alasan mengapa orang cenderung mengkonsumsi fast food. Fast

food umumnya terbuat dari daging olahan yang rendah nutrisi dan tinggi energi,

lemak total, asam lemak trans, dan garam. Dengan demikian, konsumsi makanan

cepat saji erat kaitannya dengan aspek risiko kardio metabolik. Tidak hanya

komponen yang tidak sehat, fast food biasanya disiapkan dengan cara digoreng.

Penggorengan adalah salah satu metode persiapan makanan yang paling populer

dan disukai di rumah dan industri karena menciptakan rasa, tekstur, dan warna

yang diinginkan dalam makanan. (Ghobadi et al., 2018 dalam Kevin,2019)

Makanan cepat saji adalah kategori kuliner yang mudah dikemas, mudah

PAGE \* MERGEFORMAT ii
disajikan, instan, maupun diolah memakai cara simpel. Santapan tadi umumnya

dibuat di industri pengolahan pangan memakai teknologi tinggi dan menyimpan

banyak sekali zat aditif buat mengawetkan dan menyimpan cita rasa untuk produk

tersebut. Ditinjau bagi segi gizinya, yang dinamakan fast food ialah kategori

kuliner yang memiliki kalori, lemak, garam, gula yang besar, akan tetapi rendah

akan kandungan serat, nutrisi, asam akorbat, kalsium dan folat. Fast food tidak

mesti dihindari, namun dibatasi. Itu tidak dikonsumsi setiap hari, namun harus

cukup sekali maupun dua kali sebulan. Fast food terkategori dalam jenis sering

dengan frekuensi lebih dari 2 kali seminggu, sebaliknya terhitung dalam jenis

tidak sering dengan frekuensi kurang dari 2 kali seminggu. Pada dasarnya seluruh

sesuatu yang balance serta tidak dikonsumsi secara melampaui batas, terhitung

fast food, aman buat kesehatan tubuh. (Amalia, 2018).

2.1.2 DampakMakanan Cepat Saji (Fast Food)

Dari segi pengelolaan yang handal, fast food memiliki keunggulan yaitu

pelayanan yang cepat sehingga dapat disajikan hemat waktu dan kapan saja dan

dimana saja, tempat saji serta penyajian yang higienis, dianggap masakan

bergengsi, masakan modern, serta masakan gaul untuk anak muda. Fast food

adalah makanan yang dikemas, mudah disajikan, nyaman, atau mudah diolah.

Makanan ini umumnya dibuat dengan teknologi tinggi oleh industri makanan dan

menawarkan berbagai zat aditif untuk mengawetkan produk dan memberikan rasa.

Namun dibalik manfaat tersebut, fast food juga dapat menimbulkan berbagai

masalah kesehatan bila dijadikan sebagai menu makanan sehari-hari.

(Amalia,2018).

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Mengkonsumsi makanan cepat saji yang terus menerus atau sering

berlebihan yang tidak sesuai dengan konsumsi makanan sehat berserat tinggi

meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius. Banyak mengonsumsi

masakan berlimpah lemak, terutama lemak trans, meningkatkan risiko serangan

jantung. Lemak jenuh atau lemak trans berlimpah dalam makanan yang digoreng

dan kue dengan margarin atau mentega, serta di dalam daging sapi dan susu

murni. Penyerapan asam lemak jenuh mendorong pembentukan kerak lemak di

pembuluh darah dan karena itu menghambat aliran darah yang kaya nutrisi dan

oksigen ke otak, jantung, dan organ tubuh lainnya. Saat ini penyempitan

pembuluh darah kian banyak dialami oleh mereka yang berumur muda( walaupun

umumnya serangan jantung belum akan berlangsung hingga umur matang).

Garam memainkan peran penting dalam tubuh. Namun, mengonsumsi garam yang

berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi (Hipertensi) yang

dapat berdampak negatif pada kesehatan otak, mata, dan jantung. Selain lemak,

asupan gula yang berlebihan juga menyebabkan peningkatan asupan kalori.asupan

kalori tidak digunakan dengan hati-hati, misalnya saat melakukan aktivitas

pembakaran kalori, berat badan akan bertambah. Konsumsi gula kerap

berhubungan dengan ancaman kehancuran gigi, apabila tidak ingat menyikat gigi

tiap kali usai komsumsi makanan minuman bergula. Ancaman yang lain

meningkatnya kandungan lemak darah, baik kolesterol total, kolesterol LDL,

ataupun trigliserida. (Widyastuti, 2017).

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi konsumsi Fast Food

a. Akses ke sumber makanan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Kemudahan akses untuk memperoleh makanan fast food dapat

mempengaruhi kebiasaan atau frekuensi makan fast food seseorang. Pola diet

barat diluar restoran fast food berhubungan dengan kelebihan berat badan,

meskipun makanan tersebut diperoleh dari toko kelontong. Supermarket yang

menyediakan produk segar, tetapi juga menyediakan minuman manis dan keripik

dapat berkontribusi terhadap pola pembelian makanan yang sehat dan tidak

sehat. Makanan yang diperoleh dari toko makanan ritel Amerika Serikat

ditemukan mirip makanan fast food dilihat dari segi total lemak dan kandungan

gulanya (Poti et al, 2014 dalam Saleh, 2019).

b. Uang Saku

Remaja yang memiliki pola sarapan kurang baik lebih banyak ditemukan

pada remaja dengan uang saku tergolong besar dibandingkan pada remaja

dengan kategori uang saku kecil. Remaja usia sekolah pada umumnya memiliki

uang saku. Dari uang saku ini tercermin kondisi sosial ekonomi keluarga.

Remaja yang memiliki uang saku besar tentu memiliki pilihan lebih banyak

terkait makanan yang ingin ia beli, terlepas dari makanan tersebut sehat atau

tidak. Remaja yang memiliki uang saku besar cenderung melewatkan sarapan

karena berpikir dapat membeli sarapan di luar dengan menggunakan uang saku

yang dimiliki.

Besar uang saku juga merupakan pertimbangan orangtua saat tidak dapat

menyiapkan sarapan di rumah. Orangtua yang tidak sempat menyiapkan sarapan

karena bekerja cenderung memberikan uang saku yang lebih besar agar anak

dapat membeli sarapan di luar berupa makanan siap saji (fast food) sehingga

menyebabkan kelebihan berat badan. Anak-anak remaja yang kegemukan dan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
obesitas sering mengunjungi restoran makanan cepat saji setiap minggunya

(Punitha et al., 2014 dalam Saleh, 2019).

c. Pengetahuan

Remaja dengan pengetahuan yang rendah tentang ilmu gizi dapat

berpengaruh terhadap kebiasaan dalam mengonsumsi fast food tanpa

memperhatikan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya hanya dengan alasan

rasa yang enak (Fitriani, 2011 dalam Saleh, 2019).

d. Ketersediaan makanan di rumah

Fase remaja memiliki hubungan dengan konsumsi fast food yang tinggi

dikarenakan hasil diet yang kurang baik. Ketersediaan makanan

dirumah( minuman soda, keripik, dan rendahnya mengonsumsi sayuran dan

susu) dapat mempengaruhi sesorang dalam hal frekuensi mengonsumsi fast food

(Poti et al., 2014 dalam Saleh, 2019).

2.1.4 Cara Efektif Menghilangkan Kecanduan Fast Food

Dibawah ini beberapa cara mengurangi konsumsi makanan cepat saji berikut ini:

a. Rencanakan Menu Makan

b. Konsumsi Cukup Serat

c. Konsumsi Cukup Protein

d. Siapkan Camilan Sehat

e. Variasikan Menu Penuh Warna

f. Berikan Sugesti bahwa Fast Food Tidak Sehat

g. Cukupi Waktu Istirahat

h. Hindari Stres

PAGE \* MERGEFORMAT ii
2.2 Disminore

2.2.1 Pengertian Disminore

Dismenore merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri

abdomen, kram dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare

dapat terjadi sebagai gejala dari menstruasi (Rosyida, 2020). Dismenore termasuk

sindrom gangguan menstruasi yang paling umum dan merupakan salah satu

masalah ginekologi yang paling umum pada wanita dari segala usia. Dismenore

dapat mempengaruhi aspek kehidupan sehari-hari termasuk kesejahteraan fisik,

kinerja akademik suasana hati, hubungan interpersonal, diet, olahraga, dan pola

tidur. Siklus menstrusi juga dapat melibatkan banyak aspek psikologis, seperti

cepat marah, suasana hati berubah, depresi, dan kecemasan (Parveen , et al.,

2020).

2.2.2 Macam-macam Disminore

a. Dismenore primer

Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan

dengan kelainan ginekologi, atau kelainan secara anatomik. Pristiwa ini

berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa umur, ras maupun status

ekonomi tidak berhubungan dengan kejadian dismenore primer (Pramardika dkk,

2019).

b. Dismenore sekunder

yaitu sebuah kelaninan secara anatomi pada organ reproduksinya yang

mengakibatkan seorang perempuan mengalami nyeri haid atau terdapat penyakit

PAGE \* MERGEFORMAT ii
yang menetap, seperti wanita yang menderita infeksi rahim, kista atau polip,

tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu

organ dan jaringan sekitarnya (Pramardika dkk, 2019).

2.2.3 Dampak Disminore

Nyeri haid berdampak buruk dan dapat mempengaruhi obsentisme

dan menimbulkan kerugian karena responden mengalami kelumpuhan

sementara untuk melakukan aktifitas. Dimenore memang tidak terlalu

berbahaya tetapi selalu dialami oleh penderitanya setiap bulan, sehingga

menjadi penderitaan bagi yang mengalaminya. Sebaiknya hal ini tidak

boleh dibiarkan karena kondisi ini merupakan salah satu penyebab

endometriosis dimana hal ini dapat menurunkan kesehatan, kualitas hidup

dan kesuburan perempuan secara signifikan (Pramardika dkk, 2019).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Kuwait (Al-Matouq et

al., 2019) menemukan prevalensi dismenore satu tahun ditemukan 85,6%.

Dari peserta dengan dismenore, 26% peserta mengunjungi klinik umum

atau swasta untuk nyeri mereka dan 4,1% peserta dirawat di rumah sakit

karena nyeri haid. Selain itu, 58,2% siswa dengan dismenore melewatkan

setidaknya satu hari sekolah dan 13,9% melewatkan setidaknya satu ujian.

Dismenore atau nyeri haid merupakan masalah kesehatan yang paling

umum dialami oleh para mahasiswi putri dengan persentase 72.7%. Hal ini

menimbulkan dampak negatif pada kualitas hidup mereka. Dismenore

merupakan gejala yang normal. Meskipun normal, akan tetapi pada

beberapa kasus bisa terjadi dismenore berat bila tidak ditangani. Dampak

PAGE \* MERGEFORMAT ii
yang terjadi jika dismenore tidak ditangani dapat mengganggu aktifitas

hidup sehari-hari, menstruasi yang bergerak mundur, kemandulan,

kehamilan tidak terdeteksi atau kehamilan etrofik pecah, kista, dan infeksi.

Penyebab dismenore bisa bermacam- macam, bisa karena suatu proses

penyakit (misalnya radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan

letak uterus, dan stress atau kecemasan yang berlebihan. Oleh karena itu

pada usia remaja dismenore harus ditangani agar tidak terjadi dampak

seperti yang sudah dijelaskan. (Saputra, 2021).

2.2.4 Gejala Disminore

Gejala-gejala dismenore yang biasa terjadi adalah nyeri pada bagian perut bawah,

pusing, mual hingga muntah, dan nyeri di bagian paha dalam serta pinggang.

Gejala dismenore juga dibagi 3 berdasarkan derajatnya (Ardiyanti, 2021) :

a. Derajat I

Nyeri yang dialami berlangsung hanya beberapa saat, dan penderita

masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya.

b. Derajat II

Rasa nyeri yang dialami cukup mengganggu, sehingga penderita

memerlukan obat penghilang rasa nyeri seperti paracetamol, ibuprofen

atau yang lainnya. Penderita akan merasa baikan jika sudah meminum obat

dan bisa melakukan kembali pekerjaannya.

c. Derajat III

Penderita mengalami rasa nyeri yang luar biasa hingga

PAGE \* MERGEFORMAT ii
membuatnya butuh waktu untuk beristirahat beberapa hari. Biasanya juga

penderita mengalami sakit kepala hingga pingsan, gangguan metabolisme

hingga menyebabkan diare, sakit pinggang dan paha bagian dalam. Banyak

ahli berpendapat bahwa keluhan dismenore sebenarnya merupakan keluhan

individual. Keluhan dismenore juga banyak terdapat pada perempuan yang

mengeluhkan dismenore, serta sebanyak 7 % saudara perempuan yang

mengalami dismenore juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun ibu

mereka dulunya tidak mengeluhkan dismenore.

Keluhan dismenore yang menjelma menjadi keluhan diseluruh

tubuh, antara lain :

a. Mual dan muntah-muntah

b. Rasa letih

c. Sakit daerah bawah pinggang

d. Perasaan cemas dan tegang

e. Pusing kepala dan bingung

f.diare

Banyak wanita yang merasakan ketidaknyaman dismenore lebih

tinggi, dengan nyeri yang sering kali dirasakan di punggung bawah dan

menjalar ke bawah hingga ke bagian bawah hingga ke bagian atas

tungkai(Raras, N. A., 2021) Permasalahan nyeri haid merupakan

permasalahan yang sering terjadi pada perempuan, nyeri haid atau

PAGE \* MERGEFORMAT ii
dismenore ini apabila nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa

seorang perempuan datang ke klinik atau dokter untuk memeriksakan

dirinya bahwa memaksa seorang perempuan meninggalkan semua aktivitas

sehari-hari dan istirahat untuk beberapa jam atau beberapaa hari (Raras, N.

A.,2021).

Dismenore primer memiliki ciri khas yaitu merasakan nyeri haid

saat menstruasi, nyeri perut bawah, nyeri punggung, sakit, mual dan

muntah(Angelica, dkk. 2021).

2.2.5 Pencegahan dan Cara Mengatasi Disminore

Perbanyak makan buah, sayur makanan berkadar lemak rendah,

konsumsi vitamin E, vitamin B6 dan minyak ikan untuk mengurangi nyeri

peradangan. Mitos tentang buah nanas yaitu selama haid dilarang makan

nanas karena menyebabkan nyeri perut, faktanya nanas tidak

menyebabkan nyeri perut saat haid. Justru pada saat haid harus

memperbanyak makan buah-buahan yang mengandung vitamin agar tubuh

tetap sehat. Dosis nanas yang digunakan 3,75 gr/kgbb (Wrisnijati, dkk

2019.

Solusi penanganan masalah yang direncanakan menurut penelitian

Idaningsih, (2019) adalah melakukan penanganan secara ilmiah tanpa

obat- obatan dalam mengatasi dismenore primer seperti melakukan senam

yang 1,8% telah berhasil dalam penurunan intesitas nyeri dimenorea pada

wanita. Salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri

dismenore yaitu dengan melakukan olahraga.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
2.3 Aktifitas Fisik

2.3.1 Pengetian Aktifitas Fisik

Menurut Adi & dkk (2020) aktivitas fisik penting untuk kebugaran

jasmani karena dapat meningkatkan kapasitas fungsional tubuh melalui

peningkatan konsumsi oksigen maksimal (V02max), komposisi tubuh,

kekuatan otot dan daya tahan, dan flexibilitas. Menurut Blair dalam Adi &

dkk (2020) Aktivitas fisik dapat digambarkan sebagai latihan untuk

kesehatan atau olahraga untuk kebugaran (2). Aktivitas fisik yang baik

yaitu yang dilakukan secara terus menerus. Apabila aktivitas fisik jarang

dilakukan di kehidupan sehari-hari, maka akan berpengaruh pada

kebugaran.

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 80% anak

usia sekolah yang berusia 11-17 tahun dinyatakan kurang aktif bergerak

dan berolahraga. Selain itu, WHO juga menemukan bahwa anak

perempuan lebih cenderung tidak aktif dibandingkan anak laki-laki. Anak

perempuan cenderung lebih memilih tinggal dirumah dan melakukan

pekerjaan rumah saja. Anak laki- lagi lebih suka melakukan aktivitas fisik

karena sejalan dengan hobby misalnya sepakbola, renang, jogging dan

lain-lain (5). Sedikit. Penelitian badan kesehatan dunia (WHO)

menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja

menjadi penyebab 1 dari 10 kamtian dan kecacatan dan lebih dari 2 juta

kematian tiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktivitas fisik.

Oleh sebab itu, beraktivitas fisik sangat diperlukan untuk memelihara

kesehatan.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Aktivitas fisik sangat penting untuk manusia guna

keberlangsungan hidup, karena dengan melakukan aktivitas fisik dapat

mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan berat badan berlebih

(Ardiyanto dan Mustafa, 2021).

2.3.2 Tingkat Aktifitas Fisik

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas

fisik adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang

menyertakan gerakan otot dan energi. Aktivitas fisik menjadi faktor

penting dalam menjaga kesehatan yang baik dan menyeluruh termasuk

pada lansia.

Lansia membutuhkan aktivitas fisik karena mempunyai

keuntungan jangka panjang bagi kesehatannya b. Tingkat Aktivitas Fisik

Menurut Kemenkes (2018), aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori

berdasaran intensitas dan besaran kalori yang digunakan, yaitu :

1) Aktivitas fisik ringan

Aktivitas fisik ringan adalah aktivitas fisik yang hanya

mengeluarkan sedikit tenaga dan tidak menyebabkan perubahan dalam

system pernapasan. Biasanya nenergiyang dikeluarkan ketika beraktivitas

fisik ringan <3,5 kcal/ menit. Contoh aktivitas fisik ringan :

a) Berjalan santai di rumah, kantor, atau pusat pemberlanjaan

b) Duduk sambil membaca, menulis, ketika menyetir, dan ketika

bekerja.

c) Berdiri ketika melakukan pekerjaa rumah, seperti menucuci,

menyetrika, memasak, menyapu, mengepel,dan menjahit.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
d) Latihan peregangan atau pemanasan dengan gerakan lambat

2) Aktivitas fisik sedang

Aktivitas fisik sedang adalah ketika dilakukan tubuh mengeluarkan

sedikit keringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat.

Tubuh mengeluarkan energi sebanyak 3,5-7 kcal/ menit. Contoh dari

aktivitas fisik sedang, yaitu :

a) Berjalan, dengan kecepatan 5 km/jam pada permukaan yang rata atau di

luar rumah, atau berjalan santai saat istirahat ketika sedang berada di

sekolah atau di kantor.

b) Memindahkan perabotan ringan, berkebun, mencuci kendaraan.

c) Pekerjaan tukang kayu, seperti membawa dan menyusun balok kayu,

memebersihkan rumput dengan menggunakan mesing pemotong rumput.

d) Bulutangkis, berekreasi, menari, bersepeda dengan lintasan datar

3) Aktivitas fisik berat

Aktivitas fisik berat adalah ketika aktivitas dilakukan tubuh

mengeluarkan banyak keringat, denyut jantung dan frukensi pernapasan

meningkat hingga terengah-engah. Energi yang dikeluarkan oleh tubuh

>7kcal/menit. Contih aktivitas fisik berat:

a) Berjalan, dengan kecepatan >5 km/jam, melakukan pendakian,

berjalan sambil mebawa beban dipunggung, jogging dengan

kecepatan 8 km/jam.

b) Melakukan pekerjaan yang mengangkut beban berat, menyekop

pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan, dan

mencangkul.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
c) Melakukan pekerjaan rumah, seperti memindahkan benda yang

berat dan menggendong anak

d) Bersepeda dengan kecepatan 15 km/jam dengan lintasan yang

menanjak.

2.3.3 Jenis Aktifitas Fisik

Menurut Kemenkes (2018), secara umum jenis aktvitas fisik dibagi

menjadi tiga, yaitu aktivitas fisik harian, latihan fisik dan olahraga yaitu,

1) Aktivitas fisik harian

Jenis aktivitas yang ada di kehidupan sehari-hari seperti mengurus

rumah yang bisa membantu dalam membakar kalori yang diperoleh dari

makanan yang dikonsumsi, kegiatan tersebut seperti mencuci baju,

mengepel, jalan kaki, menyetrika, bermain dengan anak, dan sebagainya.

Kalori yang akan terbakar 50-200 kkal/kegiatan.

2) Latihan fisik

Latihan fisik adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

terstruktur dan terencana. Contoh kegiatan dalam latihan fisik adalah jalan

kaki, jogging, peregangan, senam aerbik, bersepeda, dan sebagainya.

Dilihat dari kegiatanya, latihan fisik memang sering dikatakan sebagai

kategori olahraga.

2.3.4 Manfaat Aktifitas Fisik

Menurut Kemenkes (2018), manfaat aktivitas fisik sebagai berikut:

1. Mengendalikan berat badan

2. Mengontrol tekanan darah

3. Menurunkan resiko tulang keropos pada wanita

PAGE \* MERGEFORMAT ii
4. Mencegah penyakit diabetes melitus

5. Membantu mengendalikan kadar kolesterol dalam darah

6. Meningkatkan dan menguatkan sistem kekebalan tubuh

7. Menjaga dan memperbaiki kelenturan sendi dan otot

8. Memperbaki postur tubuh

9. Mengendalikan stres dan mengurangi kecemasan

Menurut CDC (2021), aktivtas fisik yang dilakukan secara teratur

merupakan suatu hal penting bagi kesehatan. Aktivitas fisik bermanfaat

dapat mencegah risiko penyakit kronis (jantung, diabetes mellitus,

kanker), memperkuat tulang dan otot, mengurangi risiko depresi/

kecemasan, meningkatkan kualitas tidur, mencegah kejadian jatuh, dan

meningkatkan kualitas hidup terutama bagi lansia.

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO, remaja merupakan penduduk dengan usia 10-19 tahun,

sedangkan menurut Peraturan Menkes Nomor 25 tahun 2014 menjelaskan bahwa

remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun. Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) menyebutkan bahwa remaja berada pada rentang

usia 10-24 tahun dengan status yang belum menikah (Diananda, 2018).

Remaja merupakan masa peralihan dari anak anak menuju dewasa. Masa

remaja berlangsung dari umur 15-20 tahun. Perubahan perkembangan yang terjadi

selama masa remaja meliputi perkembangan fisik, psikis, dan psikososial (Gainau,

2021).

PAGE \* MERGEFORMAT ii
2.4.1 Karakteristik Remaja

Ciri dan karakteristik remaja yang dikemukakan oleh Hurlock adalah sebagai

berikut (Gainau, 2021) :

1) Masa remaja sebagai masa peralihan

Merupakan masa peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

berikutnya. Pada masa ini remaja dapat mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

2) Masa remaja sebagai masa perubahan

Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal, yaitu: meningginya

emosi, perubahan tubuh, perubahan nilai-nilai, dan bersifat ambivalen terhadap

setiap perubahan.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering menjadi sulit diatasi. Hal ini disebabkan sepanjang masa

anak-anak, masalah diselesaikan oleh orang tua sehingga kebanyakan remaja tidak

berpengalaman mengatasi masalah. Selanjutnya karena para remaja merasa diri

mandiri, sehingga menginginkan untuk mengatasi masalahnya sendiri dan

menolak bantuan dari orang tua.

4) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak anak yang tidak rapih dan

cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stereotip ini sering menimbulkan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
pertentangan dengan orang tua dan menghalangi anak untuk meminta bantuan

orang tua untuk mengatasi masalahnya.

5) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana ia inginkan dan bukan

sebagaimana adanya. Harapan dan cita-cita tidak realistik menyebabkan

meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.

6) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Untuk memberikan kesan sudah hampir dewasa, remaja mulai

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, seperti

merokok, minum-minuman keras.

2.4.2 Fase-fase Remaja

Dalam penjelasan (Diananda, 2018)menyebutkan beberapa fase remaja yang

dijelaskan sebagi berikut :

a.Pra Remaja (11/12 tahun hingga 14 tahun)

Fase ini merupakan fase remaja yang sangat pendek. Pada fase ini remaja

akan sangat tertutup dengan orang tua dan orang lain disekitar. Adanya

perubahan-perubahan bentuk tubuh termasuk perubahan hormonal yang

menyebabkan perubahan kondisi psikologis remaja.

b.Remaja Awal (13/14 tahun hingga 17 tahun)

Fase ini merupakan fase dimana banyak perubahan yang terjadi dalam diri

remaja. Pada fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan mulai mandiri dengan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
keputusan yang mereka ambil. Pemikiran remaja semakin logis, dan semakin

banyak waktu untuk membicarakan keinginan dengan orang tua. c.Remaja lanjut

(17-20 atau 21 tahun).

Pada fase ini remaja ingin menonjolkan diri, mereka ingin menjadi pusat

perhatian. Sudah memiliki cita-cita yang jelas, lebih bersemangat,dan sudah mulai

menetapkan identitas diri dan tidak bergantung pada kondisi emosional.

2.4.3 Tahap Perkembangan Remaja

Sebagaimana dijabarkan oleh Havighurst dalam Gunarsa (2018) tahap

perkembangan remaja dijelaskan sebagai berikut

1) Menerima adanya perubahan fisik yang terjadi dan harus melakukan peran

sesuai dengan jenisnya dan merasakan kepuasan terhadap dirinya sendiri.

2) Menjalankan peran sosial dengan teman sebaya dan harus menjalankan sesuai

dengan jenis kelamin masing masing.

3) Terbebas dari ketergantungan orang lain seperti orang tua dan orang yang lebih

dewasa

4) Mengembangkan pemikiran tentang konsep kehidupan masyarakat

5) Harus mencari jaminan untuk masa depan agardapatmembantu menopang

kehidupan ekonomi

6) Menyiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan dimasa depan

7) Mempersiapkan diri dari tanggungjawab yang diberikan sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku di masyarakat

PAGE \* MERGEFORMAT ii
8) Mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga

9) Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersiap baik dari orang sekitar.

BAB III
METODE PENELITIAN

PAGE \* MERGEFORMAT ii
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode Analitik Observasional

yang bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, menguji

berdasarkan teori yang ada. Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan studi cross sectional.

Penelitian observasional analitik merupakan penelitian yang

meneliti mengkaji hubungan antara dua variabel ataupun lebih dan peneliti

cukup hanya mengamati tanpa melakukan intervensi pada subjek penelitian.

Pendekatan cross sectional merupakan jenis penelitian yang hanya

melakukan pengukuran data pengamatan subjek penelitian sebanyak satu kali

pada satu saat. Satu saat yang dimaksudkan di sini bukanlah semua subjek

penelitian diteliti secara bersamaan di saat yang sama, akan tetapi tiap subjek

hanya diobservasi sebanyak satu kali dan pengukuran variabel subjek

dilakukan pada saat tersebut (Harlan and Johan, 2018).

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat

Penelitian ini rencananya di lakukan di SMAN 13 Padang.

3.2.2 Waktu

Akan dilakukan dari bulan februari sampai bulan april 2024.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Handayani (2020), populasi adalah totalitas dari setiap

PAGE \* MERGEFORMAT ii
elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu

dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Adapun

populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri kelas X dan XI

di SMAN 13 Padang yang berjumlah 576 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dan bagian dari populasi yang akan diamati dan diukur

oleh penelitian. MenurutArikunto(2013)apabila jumlah subjeknya

kurang dari100,maka sebaiknya diambil semuanya,selanjutnya jika

subjeknya besar maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Maka dari itu

saya mengambil 10% dari seluruh populasi, yaitu sebanyak 57 siswi.

n:10%xN

Keterangan:
n : Jumalah sampel yang diambil

N : Jumlah Populasi

n:10%x576

:57siswi

Metode pengembalian sampel menggunakan teknik proportional

random sampling. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah

57siswi.

Jumlah sampel kelas = X jumlah siswi kelas x,xi

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel masing-masing kelas

a.Kelas X = X 57 = 29 orang

b.Kelas XI = X 57 = 28 orang

Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel masing-masing kelas yaitu :

Jumlah sampel kelas = X jumlah sampel

Kelas X

a.Kelas X.E.1 = X 29 = 4 orang

b.Kelas X.E.2 = X 29= 4 orang

c.Kelas X.E.3 = X 29= 4 orang

d.Kelas X.E.4 = X 29 = 4 orang

e.Kelas X.E.5 = X 29= 4orang

f.Kelas X.E.6 = X 29= 3orang

g.Kelas X.E.7 = X 29 = 3orang

h.Kelas X.E.8 = X 29= 3 orang

Kelas XI

a.Kelas XI.E.1 = X 28=4 orang

b.Kelas XI.E.2= X 28= 4 orang

c.Kelas XI.E.3= X 28= 4 orang

d.Kelas XI.E.4= X 28 = 4 orang

e.Kelas XI.E.5= X 28 = 4 orang

f.Kelas XI.E.6= X 28= 4 orang

g.Kelas XI.E.7= X 28 = 2 orang

h.Kelas XI.E.8= X 28= 2 orang

3.4 Kriteria Sampel

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Cara pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik

proportionate random sampling. Teknik proportionate random sampling

Menurut Sugiyono (2014:118) proportionate random sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana semua anggota mempunyai kesempatan yang

sama untuk dijadikan sampel sesuai dengan proporsinya. Kemudian dipilih

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

3.4.1. Kriteria Inklusi

Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inkulusi pada

penelitian ini adalah :

a.Remaja perempuan

b.Siswi SMAN 13 Padang

c.Siswi yang telah diberi penjelasan tentang informasi penelitian dan

bersedia menjadi responden penelitian.

3.4.2. Kriteria Enklusi

Adalah ciri-ciri populasi yang tidak dapat diambil sebagai

sampel, yaitu Siswa laki-laki dan siswa di luar sekolah SMAN 13

Padang.

3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Data primer

Data Primer adalah data yang lansung diambil pada responden,

seperti data yang diperoleh dari kuisioner secara langsung.

3.5.2 Data Sekunder

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari

absensi di SMAN 13 Padang dan dari tata usaha mengenai data

geografis SMAN 13 Padang.

3.6 Pengolaan Data

Pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

3.6.1 Seleksi Data (Editing)

Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga dapat

menghasilkan data yang akurat untuk pengelolaan data selanjutnya

kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan apakah semua pertanyaan

peneliti sudah dijawab dan jawabanya yang tertulis dapat dibaca secara

konsisten.

3.6.2 Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberi kode

pada tiap-tiap data sehingga dapat mudah dilakukan analisa data.

3.6.3 Data Skoring (Scoring)

Proses pemberian nilai pada jawaban responden di lembar

kuesioner untuk dianalisis atau dimasukan kedalam mesin pengolah

data.

3.6.4 Pengelompokkan Data (Tabulating)

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama

dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan

kemudian dituliskan dalam bentuk tabel.

3.7 Analisa Data

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Adapun analisis data yang digunakan antara lain :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

untuk masing-masing variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah makanan

cepat saji dan aktifitas fisik dengan kejadian disminore pada remaja

SMAN 13 Padang.

Data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, yaitu:

x=

Keterangan:

x = Hasil persentase

F = Frekuensi/hasil pencapaian

N = Total seluruh frekuensi

b. Analisis Bivariat

Analasis bivariat yang di lakukan adalah mencari hubungan

makanan cepat saji dan aktifitas fisik dengan kejadian disminore pada

Cremaja SMAN 13 Padang dengan menggunakan uji chi-square, dengan

rumus :

X2 =

Keterangan :

0 = Frekuensi yang diamati

E = Frekuensi yang diaharapkan

X2 = Statistik Chi-Square

Analisa data uji Chi Square dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan

interval kepercayaan 95%. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
komputer dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

1) Nilai p ≤ α menunjukkan ada hubungan makanan cepat saji dan aktifitas

fisik terhadap kejadian disminore

2) Nilai p > α menunjukkan tidak ada hubungan makanan cepat saji dan

aktifitas fisik terhadap kejadian disminore

PAGE \* MERGEFORMAT ii
PAGE \* MERGEFORMAT ii

Anda mungkin juga menyukai