Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN PREMENSTRUASI SINDROM


MENGGUNAKAN TERAPI OLAH NAFAS DAN KONSUMSI ALPUKAT
DI PUSKESMAS BANJARHARJO
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2022

Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktik Kebidanan Fisiologis Stase 1

Disusun Oleh :
DARWI
NIM: P20624822083

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN PROFESI KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Asuhan
Kebidanan Pada Remaja Dengan Premenstrual Sindrom Di Puskesmas Banjarharjo
Kabupaten Brebes. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Laporan ini dipergunakan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik
Kebidanan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan di Politeknik Kementerian Kesehatan
Tasikmalaya.
Laporan ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
2. Ibu Nunung Mulyani, APP, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
4. Ibu Rinela Padmawati, SST, MPH, selaku Dosen Pembimbing
5. Bapak dr. Bambang Wahyu Widodo, selaku Kepala Puskesmas Banjarharjo
6. Ibu Hesti Purnami, S.ST, MH.Kes, Selaku Bidan Kordinator Puskesmas Banjarharjo
7. Ibu Aidah Ulya, SST, Selaku Pembimbing Lapangan
8. Teman-teman kelompok Puskesmas Banjarharjo yang telah bekerja sama dan menjaga
kekompakan.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Brebes, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
C. Manfaat .......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
A. Premenstruasi Sindrom................................................................................3
B. Olah Nafas....................................................................................................6
C. Alpukat.........................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN
PREMENSTRUASI SINDROM..................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................12
BAB III PENUTUP......................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan siklus yang umum terjadi pada
wanita muda dan pertengahan yang terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi,
biasanya terjadi secara regular 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi (Nugroho, 2014)..
Data Riset Kesehatan Dasar 2014, angka kesakitan karena Premenstruasi Sindrom
(PMS) yang di sebabkan perubahan nafsu makan 15%, payudara terasa bengkak 42%
sakit kepala 10% dan yang disebabkan oleh faktor hormonal yaitu akibat adanya
ketidakseimbangan kerja dari hormon estrogen dan progesteron sebesar 74,45%. PMS
yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Sebanyak 30–50% wanita mengalami gejala Premenstrual Syndrome (PMS),
5% merasakan gejala cukup parah dan 10% mengalami gejala sangat parah yang berakibat
ketidakhadiran di sekolah ataupun di tempat kerja selama 1–3 hari setiap bulannya
(Ramadani, 2012). Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap
prestasinya di sekolah. Kejadian PMS mempengaruhi kegiatan di sekolah, misalnya:
penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga
dimungkinkan terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran
(Devi, 2012).
Berdasarkan penelitian pada siswi SMK Batik 1 Surakarta didapatkan bahwa siswa
perempuan di sekolah tersebut terkadang ada yang sampai meminta izin untuk pulang
bahkan ada yang pingsan. Informasi dari daftar kehadiran siswa di sekolah, didapatkan
data bahwa hampir disetiap bulannya sekitar 10% selalu ada siswa perempuan yang absen
sehingga berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Berdasarkan data penelitian yang
dilakukan di SMA Hang Tuah 1 Surabaya menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sebanyak
22 siswi kelas XI (10,31%) dari 143 remaja putri kelas XI yang harus beristirahat di ruang
UKS karena mengalami PMS sehingga terpaksa meninggalkan kegiatan belajar di kelas.
Pada tahun yang sama 43 remaja putri kelas XI (30,07%) yang mengajukan izin pulang
atau tidak masuk sekolah karena mengalami PMS dari 143 remaja putri kelas XI
(Sidabutar, 2012)
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat topik
mengenai asuhan kebidanan pada remaja dengan Premenstruasi Sindrom (PMS) di
Puskesmas Banjarharjo.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan komplementer yang tepat dalam menangani Premenstruasi
sindrom.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Premenstruasi sindrom.
b. Mengetahui penyebab Premenstruasi sindrom
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Premenstruasi sindrom
d. Mengetahui gejala Premenstruasi sindrom
e. Mengetahui patofisiologis Premenstruasi sindrom
f. Mengetahui penanganan Premenstruasi sindrom secara teori
g. Mengetahui penanganan Premenstruasi sindrom di Puskesmas

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat memberi informasi demi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kebidanan mengenai asuhan kebidanan pada remaja dengan
Premenstruasi sindrom.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada remaja
dengan Premenstruasi sindrom berdasarkan jurnal yang terbaru.
b. Lahan Praktik
Menambah pengetahuan tentang update terbaru mengenai asuhan kebidanan pada
remaja dengan Premenstruasi sindrom dengan menggunakan terapi olah nafas dan
konsumsi alpukat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Premenstruasi Sindrom (PMS)


1. Pengertian
Menurut WHO, remaja merupakan penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun, dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014. Di dunia
diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar (18%) dari jumlah penduduk
dunia. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia dalam sensus penduduk 2021
sebanyak 64,9 juta atau sekitar (23,9%) dari jumlah penduduk. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Departemen Kesehatan tahun 2009 tentang prevalensi
premenstruasi sindrom di Indonesia, diperoleh hasil sebanyak (40%) wanita
Indonesia mengalami premenstruasi sindrom dan (2-10%) mengalami gejala berat.
Sindrom pramenstruasi adalah kumpulan gejala fisik, psikologi dan emosi
yang terkait dengan perputaran menstruasi wanita. Sekitar 80-95% para wanita
mengalami gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu aspek dalam
kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular
pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini diperkirakan dapat hilang
begitu dimulainya menstruasi, tapi dapat pula berlanjut setelahnya. (Nugroho, 2014)
Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan
fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang
berlangsung sampai haid berhenti (Wijayanti, 2015).
Pre Menstrual Syndrome merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan
emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar (80-95%) terjadi pada
perempuan usia reproduksi yaitu 14-35 tahun mengalami gejala-gejala premenstrual
syndrome yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya dan dalam
kegiatan sehari-hari. Gejala premenstruasi sindrom biasanya terjadi 7-14 hari
sebelum menstruasi dan akan hilang begitu dimulainya pengeluaran darah
menstruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya kira-kira 24-48 jam (Sibagariang,
2016).
2. Etiologi
Penyebab ketidaknyamanan atau keluhan yang dialami diantaranya adalah
tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita. Karena
hormon ini, selain itu terjadi retensi (penahanan) cairan dalam tubuh, diantaranya
menyebabkan berat badan bertambah. Adapun gejala kecemasan, rasa gelisah, susah
tidur, cepat marah, atau gangguan psikis lainnya bisa jadi disebabkan fluktuasi kadar
serotonin di otak yang terjadi pada masa menjelang PMS. Serotonin adalah hormon
yang memegang peranan penting dalam menentukan mood seseorang. Perubahan
kadar serotonin ini disebabkan oleh naik-turunnya hormon progesteron dan estrogen
(Wijayanti, 2015).
Faktor yang menyebabkan seorang wanita mengalami sindrom pramenstruasi
belum dapat diketahui secara pasti. Banyak dugaan bahwa pramenstruasi terjadi
akibat kombinasi dari berbagai faktor yang kompleks di mana salah satunya adalah
akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Hormon seksual
mempengaruhi neurotransmitter serotonin dan endorfin, yaitu hormone yang
mengatur seseorang. Pramenstruasi ini juga dipengaruhi faktor asupan gizi, usia,
stress, bahkan genetik. Akan tetapi, satu faktor yang memegang peranan penting di
sini ialah ketidakseimbangan antara hormone estrogen dan progesterone. Surutnya
estrogen dan progesterone di dalam otak dalam minggu keempat menyebabkan
kegelisahan dan peningkatan tanggapan emosi beberapa hari sebelum darah keluar.
Sakit perut yang dirasakan juga sebenarnya disebabkan oleh kontraksi rahim untuk
mengeluarkan endometrium yang juga dipengaruhi oleh hormon prostaglandin
(Suparman, 2011).
3. Faktor yang mempengaruhi
Menurut Ilmi (2018), faktor determinan yang mempengaruhi yaitu:
a. Tingkat stress
Tingkat stres secara statistik berhubungan dengan PMS. Hal ini
menunjukkan bahwa psikis sangat berpengaruh, PMS dapat dibangkitkan atau
diperberat oleh kejadian psikis penderita. Keadaan psikis dapat berupa kecemasan
atau stres. Hormon ini juga memicu adanya nyeri punggung selama menstruasi.
Karena peningkatan relative tinggi, otot tubuh yang lain cenderung menegang
termasuk otot punggung bagian bawah sebelum menstruasi. Tingkat stress dapat
mempengaruhi sistem hormon tersebut yang nantinya akan mempengaruhi fungsi
tubuh secara keseluruhan.
b. Aktivitas fisik
Beberapa mekanisme biologis dapat menjelaskan hubungan tingkat aktivitas
fisik dengan PMS. Tingkat aktivitas fisik dapat meningkatkan endorfin,
menurunkan estrogen dan hormone steroid lainnya, meningkatkan transportasi
oksigen dalam otot, mengurangi kadar katisol dan meningkatkan keadaan
psikologis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela (2015), menyatakan
aktivitas yang teratur dan berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan
produksi dan pelepasan endorfin. Endorfin adalah hormon yang diproduksi oleh
tubuh ketika kita merasa bahagia. Endorfin berperan dalam kekebalan tubuh dan
pengendalian terhadap stres. Wanita yang mengalami kejadian sindrom
premenstruasi dikarenakan estrogen yang berlebih. Kelebihan estrogen dapat
dicegah dengan meningkatkan endorfin. Wanita yang jarang melakukan olahraga
secara teratur memiliki hormon estrogen lebih tinggi, sehingga kemungkinan
terjadinya sindrom pramenstruasi lebih besar. Hal ini membuktikan olahraga yang
teratur dapat menurunkan risiko sindrom pramenstruasi.
c. Status gizi
Indeks massa tubuh juga berhubungan dengan risiko terjadinya gejala fisik dan
emosi pada penderita PMS. wanita dengan IMT >25,5 kg/m mempunyai risiko
mengalami PMS lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang dengan IMT <20
kg/m.
d. Pola tidur
Pola tidur yang baik (tidur tanpa gangguan) ternyata dapat meringankan gejala
PMS. Kondisi ini dikarenakan baik dan buruknya pola tidur akan mempengaruhi
sekresi berbagai hormon yang ada di dalam tubuh. buruknya latensi tidur dan
kualitas tidur dapat disebabkan karena rutinitas yang berlebihan. Selain itu, juga
dipengaruhi dari penggunaan media elektronik khususnya handphone.
e. Asupan piridoksin
Piridoksin berperan sebagai koenzim dan metabolism protein termasuk di
dalamnya adalah asam amino triptofan yang berkaitan dengan serotonin, karena
serotonin disintesis dari asam amino triptofan dengan bantuan piridoksin. Hormon
serotonin dapat dicukupi dengan piridoksin, sehingga bila kandungan piridoksin
tubuh tercukupi maka akan dapat mengontrol produksi hormon ini, sehingga otak
merasa lebih rileks dan tenang menjelang menstruasi. Saat kadar piridoksin dalam
darah menurun, maka biosintesis serotonin terganggu, sehingga memicu
terjadinya pola pergantian estrogen dan progesteron. Menurunnya kadar serotonin
akibat terjadinya fluktuasi estrogen dan dapat dikatakan sebagai salah satu
penyebab PMS. Semakin tinggi konsumsi piridoksin maka kejadian PMS semakin
rendah.
f. Asupan Vitamin D
Diet tinggi kalsium dan vitamin D dapat menolong para wanita terbebas dari
PMS. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa vitamin D membantu absorbsi
kalsium dapat mengurangi nyeri hebat saat PMS. Peningkatan asupan kalsium
mempengaruhi kadar hormone estrogen selama siklus menstruasi.
g. Asupan Kalsium
Kalsium merupakan salah satu mineral yang mempunyai peran sebagai anti stres,
dimana stres merupakan salah satu gejala psikis yang terjadi selama
pramenstruasi.
h. Asupan Magnesium
Memperbanyak konsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-
buahan dapat mengurangi keluhan PMS. Kacangkacangan, alpukat, dan sayuran
hijau adalah sumber mineral magnesium yang penting dalam produksi serotonin
dan dopamin. Hormon-hormon tersebut dapat membantu meringankan gejala
PMS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan ketegangan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Christiany, menyatakan bahwa sampel yang memiliki asupan
magnesium kurang berpeluang mengalami PMS 3,3 kali lebih besar dibandingkan
dengan remaja putri yang memiliki asupan magnesium cukup. Magnesium juga
berfungsi dalam membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi
migrain, dan sebagai penenang alamiah yang dibutuhkan oleh perempuan saat
mengalami sindrom pramenstruasi dengan mengonsumsi asupan magnesium 400-
800 mg/hari.
4. Patofisiologi
Pada saat stres terjadi pengaktifan aksis Hypotalamic Pituitary Axis (HPA)
yang menyebabkan pengeluaran hormon kortisol. Kortisol yang dilepaskan akan
menghambat pelepasan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dan
Leutinizing Hormone (LH). Selama siklus menstruasi, peran LH sangat
dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Pengaruh
hormon kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon yang
mengakibatkan PMS. Teori lain menyatakan bahwa ketika terjadi stres, tubuh
akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron, dan prostaglandin
yang berlebihan. Estrogen berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kontraksi
uterus berlebihan. Selain itu, juga dapat menyebabkan pertambahan cairan
sehingga mengakibatkan bertambahnya berat badan, nyeri payudara atau payudara
keras, dan perut kembung, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi.
Hormon prostaglandin adalah hormon yang berfungsi dalam memicu kontraksi
otot rahim untuk mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Hormon
prostaglandin akan meningkat menjelang haid.
5. Penanganan secara teori
Beberapa terapi menurut Sejati (2009) sebagai berikut: Untuk mengatasi
sindrom pramenstruasi biasanya dokter Terapi dibedakan menjadi 2 yaitu terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi.
a. Terapi farmakologi
Terapi obat yang biasa digunakan antara lain:
1) Obat anti peradangan non-steroid atau nonsteroidal Anti-inflamasi (NSAIDS)
NSAIDS seperti ibuprofen atau sodium naproksen dapat digunakan
untuk mengurangi rasa sakit kepala, kegelisahan, nyeri karena kram rahim,
dismenore. Penggunaan obat ini seperti asam mefenamat (ponstel) dan
sodium naproksen (anaprox dan aleve), berdasar pada teori bahwa gejala-
gejala sindrom Pramenstruasi berhubungan dengan prostaglandin. Perlu
diperhatikan penggunaan dalam waktu yang lama dari NSAIDS dapat
menyebabkan pendarahan perut atau borok-borok. Penggunaan NSAIDS dan
diuretika pada waktu bersamaan dapat menyebabkan permasalahan ginjal.
Semua pengguna NSAIDS harus memperhatikan gangguan dasar yang
berkenan dengan ginjal atau alergi gastrointestinal pada wanita sindrom
pramenstruasi.
2) Asam mefenamat
Dosis asam mefenamat digunakan adalah 500 mg, diberikan 3X sehari.
Berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala sindrom pramenstruasi seperti
dismenore dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak
semua. Tidak dianjurkan bagi wanita yang sensitif dengan aspirin atau
memiliki risiko ilkus peptikum.
3) Obat penenang
Alprazolam atau trizolam dapat digunakan pada wanita yang merasakan
kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.
4) Obat antidepresi
Obat ini hanya diberikan pada mereka yang mengalami gejala sindrom
pramenstruasi yang parah. Anti depressants, terutama SSRIs (selective
serotonin reuptake inhibitir) atau penghambat-penghambat pengambilan
kembali serotonin selektif, dapat sangat membantu mengurangi gejala suasana
hati pada sindrom pramenstruasi. SSRIs efektif didalam mengurangi gejala-
gejala tingkah laku dan gejala fisik dengan kemanjuran yang serupa untuk
terapi awal maupun terapi lanjutan. Efek samping umum dari SSRIs antara
lain: kesulitan untuk tidur, mengantuk, kelelahan, kebosanan, keadaan gugup,
sakit kepala, gemetar lembut dan difungsi seksual.
5) Diuretika
Obat ini dapat meningkatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan
sodium dan air didalam urine sehingga jumlah cairan dalam sel-sel jaringan
tubuh berkurang. Obat diuretika seperti spinororolactone digunakan untuk
mengurangi penahanan cairan dan perut kembung, sebaiknya penderita
mengurangi asupan garam. Spironolactone meruapakan satu antagonis
aldosteron yang serupa dengan hormon-hormon steroid adalah satu-satunya
obat diuretik yang sangat efektif membebaskan gejala-gejala sindrom
pramenstruasi. Diuretik lain seperti Thiazide, belum ditemukan memiliki sifat
menguntungkan dalam perawatan pada wanita-wanita dengan sindrom
pramenstruasi.
b. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi memegang peranan penting dalam penanganan PMS dan
sesuai dengan wewenang bidan yaitu :
1) Pemberian KIE tentang premenstruasi sindrom
2) Pemberian Kompre hangat
3) Senam
4) Olahraga ringan seperti bersepeda, renang, jalan pagi
5) Pemberian aromaterapi, seperti aroma lavender
6) Teknik relaksasi dengan Meditasi atau hipnoterapi
7) Konsumsi makanan yang kaya senyawa anti-pms seperti buah alpukat, sayur,
kacang-kacangan, ikan segar, ayam
8) Cukupi asupan cairan tubuh dengan 8 gelas sehari
9) Tidur dengan cukup
6. Penanganan di Puskesmas
Terapi pada remaja yang mengalami premenstrasi sindrom sebatas mengatasi
keluhan yang ada, belum ada asuhan komplementer yang di berikan kepada pasien.
Terapi yang paling sering diberikan yaitu Parasetamol dan vitamin B komplek.
Wewenang bidan dalam menangani premenstruasi sindrom yaitu pemberian KIE
pada remaja tentang apa itu premenstruasi sindrom dan memberikan
intervensi/asuhan komplementer sesuai dengan gejala yang ada seperti kompres air
hangat untuk mengurangi nyeri dan menganjurkan untuk olahraga ringan.

B. Olah Nafas
Olah nafas adalah pengaturan pernafasan yang melibatkan beberapa elemen
tubuh, di antaranya hidung, paru-paru, perut, mulut, dan cakra. Cakra dalam konteks olah
nafas ini adalah titik energi yang dalam tubuh manusia. Olah nafas membantu mengatasi
masalah seperti stres dan kecemasan, mengurangi rasa sakit, dan bahkan tekanan darah
tinggi.
Respon tubuh terhadap pengolahan nafas dan manajemen pikiran yang
berlandaskan spiritual sehingga dapat mengurangi respon stres tubuh, kerja kelenjar
adrenal menurun maka terjadi pengurangan kortisol yang mengakibatkan konstruksi
pembuluh darah berkurang. Konstruksi dan dilatasi pembuluh darah juga diatur saaf
simpatis dan parasimpatis. Selain itu menurut Sormin (2014), bahwa dalam keadaan yang
nyaman, akan merangsag hormon endorphin dimana hormon tersebut bertindak sebagai
analgesik alami, kemudian hormon endorphin akan mengontrol pembuluh dalah dalam
kondisi normal dan menjaga aliran darah mengalir tanpa hambatan.
Olah nafas membantu mengatasi masalah seperti stres dan kecemasan,
mengurangi rasa sakit, dan bahkan tekanan darah tinggi. Penelitian lain yang dilakukan
menunjukan bahwa kadar melantonin yang lebih tinggi diketemukan pada orang-orang
yang rutin melakukan olah pernafasan. Kadar melantonin ini bermanfaat untuk membuat
orang menjadi lebih senang dan nyaman dapat menurunkan nyeri (Sari, 2020).
Pada dasarnya pemberian terapi olah nafas ini dapat memberikan kondisi yang
rileks dan nyaman dimana pada kondisi tersebut semua sistem tubuh akan bekerja dengan
baik. Hal ini dikarenakan, hipotalamus akan terstimulasi dan terjadinya penurun
anaktifitas sistem saraf simpatis yang dapat meningkatkan aktifitas sistem parasimpatis.
Efek fisiologis dan gejala maupun tandanya akan terputus dan stress psikologis akan
berkurang. Terapi olah nafas ini juga dapat digunakan bagi wanita yang terkena nyeri
premenstrual sindrom. Cara melakukan meditasi pernapasan sangatlah mudah, anda
cukup mengambil posisi duduk yang nyaman, tidak bersandar dan punggung lurus.
Tangan bisa diletakkan di paha dan tutup mata. Lakukan selama 3-5 menit, olah nafas ini
juga dapat digunakan setiap hari pada suasana yang nyaman dan tenang.

C. Alpukat
Alpukat atau Persea Americana adalah buah yang memiliki sensasi rasa luar
biasa. Pemanfaatan Alpukat banyak sebagai bahan pakan sudah banyak di Indonesia.
Berbagai penelitian pun telah banyak dilakukan pada efek positif dari alpukat terdapat
senyawa (Vitamin B6, Vitamin E, Kalsium dan Magnesium) untuk mengurangi gejala
PMS. Hasil penelitian Evrianasari (2018), dari 15 responden mahasiswi yang mengalami
gejala PMS (Premenstrual Syndrome) di Prodi Kebidanan Tingkat I Universitas
Malahayati Bandar Lampung setelah pemberian alpukat (40 gr/hari selama 10 hari,
dikonsumsi pada saat hari ke 16-25 siklus menstruasi) terdapat penurunan gejala PMS
(Premenstrual Syndrome) yang signifikan.
Vitamin B6 adalah faktor dalam sintesis triptofan asam amino dan tirosin,
prekursor serotonin dan dopamin, masing-masing, baik yang mempengaruhi suasana hati.
Diyakini bahwa B6 dapat memperbaiki kekurangan dalam aksis hipotalamus-hipofisis.
Beberapa teori menunjukkan rendahnya tingkat vitamin B6 dapat menyebabkan tingkat
tinggi prolaktin, memproduksi edema dan beberapa gejala psikologis yang terkait dengan
Premenstrual Syndrome, Vitamin B6 telah dipelajari secara independen sebagai cara
untuk mengurangi gejala PMS. Vitamin B6 membantu meringankan gejala seperti
iritabilitas, depresi, dan nyeri payudara.
Asupan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D melalui makanan dan
suplemen telah dikaitkan dengan penurunan risiko PMS. Kedua nutrisi dapat
mempengaruhi perkembangannya melalui hubungan mereka dengan estrogen. Estrogen
meningkatkan penyerapan kalsium dalam saluran pencernaan dan membantu menjaga
kadar kalsium dalam tulang. Ada banyak kesamaan antara gejala PMS dan orang-orang
dari hipokalsemia atau hiperkalsemia, termasuk kecemasan, depresi, dan fatigue.
Kecukupan kadar magnesium dalam tubuh dapat menunjukkan peningkatan
mood, mengurangi nyeri payudara, dan mengatasi insomnia Sebuah studi yang
diterbitkan dalam Journal of women’s Health oleh Walker bahwa magnesium bisa
mengurangi keluhan berat badan, pembengkakan, nyeri payudara, dan kembung
(Evrianasari, 2018).

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
A. Data Subjektif
Waktu pengkajian : Rabu, 5 Oktober 2022
Ruang : Pemeriksaan Umum
Oleh : Darwi
Identitas
Nama : Nn. C
Usia : 16 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Banjarharjo RT 01 RW 01

1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh payudara terasa tegang, susah tidur, dan gampang emosi,
sehingga mengganggu aktifitasnya
2. Riwayat menstruasi
HPHT : 9 September 2022, Haid pertama kali umur 12 tahun, lama haid 7 hari, siklus
28 hari
3. Riwayat Perkawinan
Belum menikah
4. Riwayat Obstetri
Belum pernah hamil, keguguran, dan melahirkan
5. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menggunakan kontrasepsi
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien mengatakan saat ini merasakan tegang pada payudara
b. Riwayat Kesehatan yang lalu:
Pasien mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
menular, menurun dan menahun seperti jantung, diabetes, asma, hipertensi,
hepatitis, epilepsi dan keputihan yang gatal (PMS). Pasien mengatakan tidak
pernah mengalami operasi apapun. Pasien mengatakan dirinya belum pernah
mendapat pengobatan apapun dan pasien mengatakan tidak ada alergi obat.
c. Riwayat Kesehatan keluarga:
Pasien mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
menular, menurun dan menahun seperti jantung, diabetes, asma, hipertensi,
hepatitis, epilepsi dan keputihan yang gatal (PMS).
7. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Pola makan : 3 kali sehari, dengan menu nasi, lauk, dan sayur, tidak ada makanan
pantangan
b. Pola minum : 8 gelas sehari air putih,
c. Istirahat : 5-6 jam sehari
d. Personal Hygiene : Mandi 2 kali sehari, Keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 3
kali sehari, ganti baju 2 kali sehari
e. Eliminasi : BAK 4-5 kali sehari, warna kuning, tidak ada keluhan, BAB 1 kali
sehari, warna kecoklatan
8. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, tidak merokok
dan tidak ada makanan pantangan apapun
9. Riwayat psikososial spiritual
Pasien mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaanya. Orang tua
pasien menyuruhnya untuk memeriksakan diri ke Puskesmas.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali / menit
Pernafasan : 24 kali / menit
Suhu : 36,7ºC
e. BB/TB : 47 kg/ 155 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : hitam, lurus, bersih, tidak rontok
2) Kepala : simetris, bersih, tidak teraba benjolan
b. Wajah
Tidak tampak pucat, terlihat cemas
c. Mata
Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
d. Hidung
Bentuk simetris, terlihat bersih, tidak ada polip, tidak ada serumen
e. Telinga
Bentuk simetris, terlihat bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada Serumen
f. Mulut
Tidak ada stomatitis, tidak ada karies, tidak bau mulut, gusi tidak berdarah
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis
h. Dada
Tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada stridor, payudara simestris, tidak ada
benjolan
i. Abdomen
Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada nyeri tekan,
j. Genitalia
Tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini
i. Ekstremitas
1) Atas : Tampak simetris, Tidak ada oedem, kuku tidak pucat
2) Bawah : Tampak simetris, Tidak ada oedem, tidak ada varices, kuku tidak
pucat
Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

C. Analisis
Nn. C usia 16 tahun dengan premenstruasi sindrom

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga. Hubungan terbina baik
2. Melakukan Informed consent sebelum melakukan pemeriksaan. Pasien menyetujui
segala tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Pasien mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberikan KIE tentang :
a. Pengertian premenstruasi sindrom dan penyebab gejala yang terjadi
b. Konsumsi sayur dan buah, terutama buah alpukat
c. Olahraga ringan secara teratur
d. Personal Hygiene, terutama kebersihan genitalia
5. Memberikan terapi olah nafas untuk meringankan gejala. Terapi sudah dilakukan dan
pasien merasakan adanya perubahan
6. Memberikan motivasi pada pasien bahwa kondisinya sekarang akan baik-baik saja.
Pasien sudah merasa tenang
7. Mendokumentasikan hasil asuhan. Dokumentasi sudah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Saat akan mengalami menstruasi adakalanya disertai dengan ketidaknyamanan yang


disebut dengan premenstruasi sindrom seperti gejala fisik, psikologi dan emosional yang
terkait dengan perubahan hormonal. Keluhan utama yang dialami berupa nyeri payudara,
nyeri perut, pusing, kelelahan, mood swing, gangguan pola tidur dan depresi (Sari, 2020). Hal
tersebut sesuai dengan yang dirasakan oleh Nn. C, yaitu nyeri payudara, susah tidur, dan
mood swing. Faktor yang memegang peranan penting di sini ialah ketidakseimbangan antara
hormon estrogen dan progesteron serta abnormalitas dari sekresi opiate endogen dan
melantonin. Turunnya kadar estrogen dan progesteron di dalam otak dalam minggu keempat
menyebabkan kegelisahan dan peningkatan tanggapan emosi beberapa hari sebelum darah
keluar.
Penanganan yang dilakukan pada Nn. C yaitu pemberian KIE tentang pengertian
premenstruasi sindrom, anjuran makan-makanan bergizi, terutama buah alpukat, olahraga
ringan yang teratur, dan personal hygiene; serta memberikan terapi olah nafas. Setelah
diberikan terapi olah nafas, Nn. C merasa lebih tenang, nyeri payudara berkurang dan emosi
lebih stabil.
Terapi nonfarmakologi dan terapi alamiah memegang peranan penting dalam
mengatasi keluhan premenstruasi sindrom. Terapi nonfarmakologi yang dapat diberikan
antara lain teknik relaksasi, kompres hangat, senam, dan akupuntur. Teknik relaksasi seperti
latihan menarik nafas dalam-dalam terbukti mempunyai efek terapeutik dalam pengurangan
gejala premenstruasi sindrom. Menurut penelitian Sari (2020), didapatkan hasil terdapat
perbedaan mean sebelum dan sesudah pemberian intervensi meditasi dan p value= 0,001,
maka terdapat pengaruh meditasi terhadap penurunan nyeri pada premenstruasi sindrom.
Dalam meditasi pernafasan terdapat tahap relaksasi yang membuat menjadi dominan
di sistem saraf, sistem saraf pusat berisolasi dengan gelombang alfa maka menstimulasi dan
mengeluarkan hormon beta endorphin. Hormon ini merupakan morpin alami yang dapat
membuat bahagia, sehingga mengalihkan rasa nyeri yang ada dan menghilangkan stres.
Perubahan pola makan 1-2 minggu sebelum menstruasi dapat mengurangi gejala
premenstruasi sindrom. Pola nutrisi yang sehat yaitu makanan rendah lemak dan garam,
tinggi protein, vitamin dan mineral. Perbanyak porsi buah-buahan, sayur-mayur, dan makanan
yang tinggi serat. Jika diperlukan dapat ditambahkan makanan atau suplemen kesehatan yang
mengandung multivitamin seperti kalsium, Vitamin B6, Vitamin E, vitamin D, dan
magnesium. Makanan yang mengandung multivitamin tersebut yaitu buah alpukat.
Berdasarkan hasil penelitian Evrianasari (2018), menunjukan bahwa alpukat dapat
mengurangi gejala premenstrual syndorme, ada perbedaan yang signifikan pengaruh alpukat
setelah intervensi (p value <0,001). Vitamin B6 adalah faktor dalam sintesis triptofan asam
amino dan tirosin, prekursor serotonin dan dopamin, masing-masing, baik yang
mempengaruhi suasana hati. Diyakini bahwa B6 dapat memperbaiki kekurangan dalam aksis
hipotalamus-hipofisis. Beberapa teori menunjukkan rendahnya tingkat vitamin B6 dapat
menyebabkan tingkat tinggi prolaktin, memproduksi edema dan beberapa gejala psikologis
yang terkait dengan Premenstruasi Sindrom, Vitamin B6 telah dipelajari secara independen
sebagai cara untuk mengurangi gejala Premenstruasi sindrom. Vitamin B6 membantu
meringankan gejala seperti iritabilitas, depresi, dan nyeri payudara. Lebih tinggi asupan
makanan dari kalsium dan vitamin D melalui makanan dan suplemen telah dikaitkan dengan
penurunan risiko premenstruasi sindrom.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom pramenstruasi adalah beberapa kumpulan gejala atau perasaan fisik dan
mental yang di rasakan menjelang menstruasi sebagai mana yang dialami oleh wanita.
Biasanya gejala ini timbul 7-10 hari sebelum menstruasi. Gejala-gejala yang dialami oleh
wanita itu seperti gejala fisik, psikologis, dan perilaku. Tingginya prevalensi gangguan
Premenstruasi Sindrom pada wanita khususnya remaja, seorang bidan sangat diperlukan
peranannya dalam pemberian asuhan kebidanan kepada remaja premenstruasi sindrom.
Penanganan yang dapat diberikan bukan hanya terapi farmakologi, tetapi terapi
nonfarmakologi dan alami juga dapat membantu mengurangi keluhan pada premenstruasi
sindrom. Jika dibandingkan terapi farmakologi, terapi alami dan non farmakologi jauh
lebih efektif dikarenakan tidak hanya mengatasi gejala saat keluhan terjadi, tetapi juga
mencegah supaya keluhan tidak berkelanjutan.
Terapi nonfarmakologi yang dapat diberikan yaitu terapi olah nafas. Pada terapi
ini dilakukan dengan mengatur pola nafas secara perlahan dan membuat penderita merasa
nyaman dan tenang, sehingga sistem saraf pusat menstimulasi dan mengeluarkan hormon
endorphin yang berfungsi untuk memberikan efek bahagia dan sebagai analgesik alami.
Melakukan pengaturan pola makan sehat juga termasuk kedalam terapi alami yang dapat
dilakukan penderita. Mengonsumsi alpukat merupakan salah satu solusi, karena didalam
alpukat terkandung multivitamin yang berguna untuk meringankan gejala premenstruasi
sindrom.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan harus bisa melakukan anamnesis dan juga dapat melakukan
pencatatan pendokumentasian kasus pasien yang mengeluhkan premenstruasi
sindrom. Dengan begitu, diharapkan saat pasien datang untuk berkonsultasi bidan
dapat memberikan yang tepat sesuai keluhan yang dialami pasien.
Agar makalah ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang manfaat pemberian alpukat dan
pemberian terapi komplementer seperti meditasi atau hipnoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Deasylawati. 2010. Tetap Happy Saat Menstruasi. Surakarta: Afra

Evrianasari, Nita. 2018. Pengaruh Alpukat Terhadap Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat I Di Prodi Kebidanan Universitas Malahayati
Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Kebidanan Vol. 4 No. 2

Ilmi, Ayatun fil. 2018. Faktor Dominan Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi. MGMI
Vol. 10 No. 1. Departemen Gizi Universitas Indonesia: Depok

Nugroho, T. & Utama B.I. 2014. Masalah kesehatan reproduksi wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nurlaila, Hazanah. 2015. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswa Usia
18-21 Tahun. Jurnal Husada Mahakam Vol. 3 No. 9

Sari, Levi Tina. 2020. Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Premenstruasi Sindrom pada Remaja Usia 16-18 Tahun di Kelompok
Remaja Desa Jatinom Blitar. Jurnal Ners dan Kebidanan Vol 7 No 2

Sejati. 2009. Syndrom premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sidabutar, S. 2012. Hubungan antara pengetahuan siswi kelas XI tentang PMS dengan
kejadian PMS di SMA Hang Tuah 1 Surabaya. Laporan Penelitian Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya
Sibagarian, E.E. 2016. Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi revisi. Cetakan pertama. Jakarta :
TIM.

Wijayanti, Yoga Tri. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian premenstrual
syndrome pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol VIII No 2.
Tanjungkarang

Anda mungkin juga menyukai