Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah

menstruasi pertama, atau dalam bahasa medis disebut menarche. Kejadian ini

menandakan awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa

pubertas. Masa pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat,

menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan timbulnya ciri-ciri

kelamin sekunder seperti timbulnya rambut pada daerah kemaluan dan

pembesaran payudara (Wahyuni dalam Atikah dan Siti, 2012).

Seorang remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan

mengalami siklus menstruasi tiap bulannya. Siklus menstruasi ini akan

menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan

dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Kondisi ini

disebut sebagai nyeri menstruasi atau disminorea. Disminorea yang sering

terjadi pada remaja adalah disminorea primer. Disminorea primer adalah

nyeri menstruasi tanpa kelainan ginekologik. Disminorea primer ini ciri

khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi

selanjutnya (Wahyuni dalam Atikah dan Siti, 2012).

Disminorea primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita

mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi

hebat. Biasanya disminorea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-

3 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada disminorea primer diduga

berasal dari kontrasi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri

1
dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan

rahim melewati serviks ( leher rahim), terutama jika saluran serviksnya

sempit (Sukarni dan Margareth, 2013).

Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

alat-alat genital yang nyata, Disminorea primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih oleh karena siklus- siklus haid

pada bulan-bulan setelah menarche umumnya pada permulaan haid dan

berlangsung beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung

beberapa hari (Sukarni dan Margareth, 2013).

Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di

Indonesia. Ini dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami

disminorea tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu dan

kecenderungan untuk meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat

dipastikan secara mutlak. Boleh dikatakan 90% perempuan Indonesia

mengalami desminorea (Wahyuni dalam Dito dan Ari, 2012).

Peran bidan pada kasus ini adalah konseling tentang kesehatan

reproduksi dan anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar dapat

mengatasi keluhan yang terjadi pada klien dengan disminorea primer,

contohnya rasa nyeri, pegal pada punggung dan paha, mual dan pusing. Tanpa

memandang sebabnya, untuk sementara waktu dapat diberikan analgesik

(antalgin, novalgil, ibuprofen, asam mefenamat, dan lain sebagainya). Bila

pada pemeriksaan bidan dijumpai kelaianan anatomis yang kemungkinan

adanya endometriosis, maka rujukan makin besar indikasinya (Wahyuni

dalam Manuaba, 2012).

2
Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh data gangguan reproduksi

pada bulan Oktober 2018 - Oktober 2019 di UPTD Puskesmas Kec.

Sananwetan, jumlah kasus gangguan reproduksi tahun 2019 sekitar 110 orang

yang berobat mengenai menoraghea sebanyak 18 orang (16,36%), keputihan

sebanyak 30 orang (27,27%), amenore sebanyak 22 orang (20%),

dismenorhoe sebanyak 40 orang (36,36%).

Berdasarkan frekuensi kejadian periode Oktober 2018 – Oktober 2019

masih cukup banyak maka penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan

Holistik Kesehatan Reproduksi Remaja pada Nn. R dengan Dysmenorrhea

Primer di UPTD Puskesmas Kec. Sananwetan Kota Blitar Tahun 2020”.

B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan holistik gangguan

reproduksi pada remaja Nn. R dengan dysmenorrhea primer 7 langkah

Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian pada Nn. R dengan dysmenorrhea primer di

Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan Kota Blitar.

2) Menginterpretasikan data subjektif dan objektif pada Nn. R dengan

dysmenorrhea primer di Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan

Kota Blitar.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Nn. R dengan dysmenorrhea

primer di Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan Kota Blitar.

3
4) Mengantisipasi tindakan pada Nn. R dengan dysmenorrhea primer

di Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan Kota Blitar.

5) Menyusun rencana tindakan pada Nn. R dengan dysmenorrhea

primer di Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan Kota Blitar.

6) Melaksanakan rencana tindakan pada Nn. R dengan dysmenorrhea

primer di Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan Kota Blitar.

7) Mengevaluasi tindakan pada Nn. R dengan dysmenorrhea primer di

Poli KIA UPTD Puskesmas Kec. Sananetan Kota Blitar.

b. Menganalisa kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik yang

dijalani oleh penulis termasuk faktor pendukung dan penghambat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Memberikan Asuhan

Kebidanan Holistik Kesehatan Reproduksi Remaja pada Nn. R dengan

Dysmenorrhea Primer di UPTD Puskesmas Kec. Sananwetan Kota Blitar

Tahun 2020 ?”.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam

penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continue of Care, terhadap

remaja, CPW, ibu hamil, bersalin, BBL, nifas dan KB bagi tenaga

kesehatan terkait, khususnya bidan.

b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan studi kasus asuhan

kebidanan holistic remaja selanjutnya.

4
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai metode penilaian bagi mahasiswa dalam melaksanakan

tugasnya dalam menyusun laporan studi kasus, mendidik dan

membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan

kebidanan.

Sebagai referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan

asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada remaja, CPW, ibu hamil,

bersalin, BBL, nifas dan KB.

b. Bagi Lahan Praktek

Sebagai masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan melalui pendekatan menejemen asuhan kebidanan pada

remaja, CPW, ibu hamil, bersalin, BBL, nifas dan KB.

c. Bagi Klien

Setelah dating ke pelayanan kesehatan klien merasa puas setealah

mendapat pelayanan asuhan kebidanan secara berkelanjutan yang

sesuai dengan standart pelayan kebidanan.

d. Bagi Penulis

Penulis dapat langsung mempraktekkan teori yang didapat di

lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada remaja, CPW, ibu

hamil, bersalin, BBL, nifas dan KB serta mendapatkan pengalaman

yang baru, menambah pengetahuan serta wawasan dan keterampilan

sesuai dengan standart asuhan kebidanan. Di sisi lain asuhan kebidanan

memererat hubungan bidan dengan klien, serta diharapkan dapat

5
membantu dalam pelaksanaan asuhan kebidanan secara continue of

care serta menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan asuhan kebidanan.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Pengertian

Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sejahtera, fisik,

mental dan sosial, tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan, dalam

sistem, fungsi dan proses reproduksi. Gangguan reproduksi adalah

istilah generik yang mengacu pada semua penyakit yang mempengaruhi

sistem reproduksi pada manusia dan mencegah terjadinya reproduksi.

Hal tersebut dapat berupa kelainan bawaan, genetik, atau penyakit

menular seksual (Malugada, 2011).

Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang

mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa.

Menurut WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-

19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak

muda (younth) untuk mereka yang berusia 15 – 24 tahun. (Marmi, 2013)

Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak kemasa

dewasa. Didalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait

(seperti biologi dan fisiologi), remaja dikenal sebagai suatu tahap

perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia mencapai

kematangan. Hal ini berarti, secara anatomis, alat-alat kelamin maupun

organ tubuh yang lain akan memperoleh bentuknya yang sempurna.

Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih selama dua tahun.

7
Biasanya dihitung mulai haid yang pertama pada wanita dan mimpi

basah yang pertama pada pria (Dahro, 2012).

Secara etiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”.

Definisi remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah

periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-

bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15

sampai 24 tahun. Sementara itu menurut The Health Resources dan

Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia

remaja adalah 11 – 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu

remaja awal (11-14 tahu), remaja menengah (15 – 17 tahun), dan remaja

akhir (18 – 21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam termiologi

kaum muda (young people) yang mencakup usia 10 – 24 tahun

(Kusmiran, 2011).

2. Tumbuh kembang remaja

1) Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang

saling terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap.

Menurut Depkes Poltekes Jakarta, perubahan yang terjadi pada

remaja tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perubahan fisik

(1) Percepatan berat badan dan tinggi badan

Selama satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata

3,5 – 4,1 inci (Steinberg, 2010). Berat badan pada lelaki

meningkat karena perubahan otot dan pada perempuan

8
kerena penambahan lemak.

(2) Karakteristik seks sekunder

Perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada

lelaki hormon androgen dan hormon estrogen. Karakteristik

sekunder pada wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak,

serta menarche. Sedangkan pada pria terjadi pertumbuhan

penis skrotum, perubahan suara, kumis, jenggot dan

meningkatnya kelenjar lemak yang menimbulkan jerawat.

(3) Perubahan bentuk tubuh

Pada lelaki terjadi perubahan bentuk dada yang

membesar dan membidang, serta jakun yang lebih menonjol.

Sedangkan pada perempuan seperti pinggul dan payudara

yang membesar, serta keadaan yang lebih menonjol.

(4) Perkembangan otak

Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum

sepenuhnya berkembang sempurna, sehingga pada masa ini

kamampuan pengendalian emosi dan mental masih belum

stabil.

b) Perkembangan kognitif

Tahap operasional formal (remaja dan dewasa)

(1) Remaja awal

Remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan,

baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Ramaja mulai

menunjukan cara berfikir logis, seperti bartanya kewenangan

9
di sekolah, menggunakan istilah dan pandangan sendiri,

memilih olahraga yang baik, memilih kelompok bergaul,

berpenampilan dan lain-lain.

(2) Remaja tengah

Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan

kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga

dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan pengalaman dan

pemikiran. Dan mulai berfikir mengembangkan identitas

diri.

(3) Remaja akhir

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana

yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Proses

berpikir secara komplek digunakan untuk memfokuskan dari

masalah idealisme, toleransi, keputusan, untuk kerier dan

pekerjaan serta peran orang dewasa dalam masyarakat.

c) Perkembangan psikologis

Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang

ditandai dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri.

Sebagai remaja dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami

perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain, cenderung

bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik

untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan berperilaku

menurut mereka.

Transisi sosial yang dialami oleh ramaja ditunjukan dengan

10
adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang penting

dalam perubahan sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu

untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens

dan akrab dengan lawan jenis.

2. Menstruasi

a. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan,

menstruasi merupakan pendarahan yang teratur dari uterus sebagai

tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya

remaja yang mengalami menarche adalah pada usia 12 sampai dengan

16 tahun, periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek,

misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali

mengalami menstruasi pada umur 12 – 16 tahun. Siklus menstruasi

normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 27

hari (Kusmiran, 2012).

Menstruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi juga disebut pendarahan

vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endrometrium uterus

(Sukarni dan Margareth, 2013).

b. Gangguan menstruasi

Kebanyakan menstruasi terjadi mengikuti pola yang teratur dan

bebas masalah namun demikian ada beberapa wanita yang mengalami

kelainan saat haid. Gangguan haid dan siklusnya dalam masa

reproduksi dapat digolongkan dalam:

11
1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada

haid: hipermenorea atau menoragia

2) Kelainan siklus : polimenorea, amenorhea

3) Pendarahan diluar haid : metroragia

4) Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid: Premenstrual

tension (ketegangan prahaid), mastodinia, mittelschmerz (rasa nyeri

pada ovulasi) dan dysmenorrhea.

3. Dysmenorrhea

a. Pengertian dysmenorrhea

Dysmenorrhea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim

dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan Utama, 2014).

Dysmenorrhea menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah

yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah, nyeri dirasakan sebagai

kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum

atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan

setelah 2 hari akan menghilang.

Dysmenorrhea sering terjadi hampir pada semua wanita rasa tidak

enak pada perut bagian bawah saat mentruasi. Namun, istilah

disminorea hanya dipakai bila nyeri begitu hebat, sehingga

mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan (Nugroho dan

Utama, 2014)

b. Klasifikasi Dysmenorrhea

Menurut Kusmiran (2012), berdasarkan jenisnya dysmenorrhea

terdiri dari:

12
1) Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer adalah nyeri yang timbul sejak haid

pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya

setelah stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi rahim

setelah menikah dan melahirkan (Kusmiran, 2012).

2) Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu

jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,

kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan

rahim yang mengganggu organ dan jaringan disekitarnya (Kusmiran,

2012).

4. Dysmenorrhea Primer

a. Pengertian Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang timbul sejak haid

pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya

setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah

menikah dan melahirkan (Kusmiran, 2012).

Disminorea primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih

sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon

tubuh. Nyeri haid itu normal tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi

oleh faktor psikis dan fisik, seperti stress, kurang darah, syok dan

kondisi tubuh yang menurun (Kusmiran, 2012).

b. Penyebab Dysmenorrhea

Menurut Nugroho dan Utama (2014), penyebab dari dismenore

13
primer anatra lain disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Faktor psikis

Para wanita yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami

nyeri menstruasi

2) Faktor retrovers

Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena rahim yang menghadap

ke belakang.

3) Faktor prostaglandin

Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena

peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim) saat

menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan

antiprotaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi.

c. Akibat Dysmenorrhea

Pada dasarnya disminorea primer tidak ada penyebab yang pasti

walaupun kadang tidak berbahaya, nyeri pada disminorea primer

diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh

prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau

potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim).

(Nugroho dan Utama, 2014)

d. Tanda dan Gejala

Disminorea ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang bisa

menjalar ke punggung bagian bawah. Nyeri yang dirasakan sebagai

kram yang hilang timbul, biasanya nyeri timbul sesaat sebelum atau

selama menstruasi mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan

14
setelah 2 hari akan hilang (Nugroho dan Utama, 2014).

e. Pengobatan terhadap Dysmenorrhea Primer

Menurut Nugroho dan Utama (2014) adalah:

1) Anjurkan klien untuk istirahat cukup

2) Kompres hangat di daerah perut

Menurut Kusmiran (2012), ada beberapa hal yang dapat

mengobati dysmenorrhea primer:

1) Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi

2) Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit

3) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan

4) Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan bidan

atau dokter. Boleh minum analgesik (penghilang rasa sakit) yang

banyak dijual ditoko obat, tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kali

sehari.

Menurut Wahyuni dalam Atika dan Siti ( 2013). Hampir sama

dengan teori Kusmiran (2012) serta Nugroho dan Utama (2014), tetapi

ada sedikit perbedaan yaitu untuk memperbanyak mengkonsumsi

protein dan sayuran hijau.

B. Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam rangkaian atau

tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada

pasien (Sulistyawati, 2014).

15
Untuk kejelasan langkah maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan

secara detail dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney, yaitu:

I. Langkah I Pengkajian

Dalam langkah pertama bidan mencari dan menggali data maupun

fakta baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota lainnya.

Ditambah dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri

(Varney, 2010)

Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subjektif dan

objektif.

1. Data subjektif

Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu data kejadian.

a. Biodata pasien

Menurut Varney (2010), pengkajian biodata antara lain:

1) Nama : bertujuan untuk mengetahui nama klien agar

memermudah dalam komunikasi dan tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

2) Umur : untuk mengetahui faktor resiko yang ada

hubungannya dengan pasien.

3) Agama : untuk memberikan motivasi sesuai agama yang

dianut klien.

4) Suku bangsa: untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.

5) Pendidikan : untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.

6) Alamat : untuk mengetahui alamat klien agar

16
memermudah mencari alamat jika terjadi sesuatu.

7) Pekerjaan : untuk mengetahui sosial ekonomi klien.

b. Alasan datang

Alasan datang yaitu menanyakan keluhan yang dirasakan saat

pemeriksaan serta berhubungan dengan gangguan disminorea. Pada

pasien disminorea biasanya mengeluh nyeri pada perut bawah, pegal

pada punggung dan (Wahyuni dalam Manuaba, 2013).

c. Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi:

1) Menarche, perlu ditanyakan karena disminorea biasanya terjadi

beberapa waktu setelah menarche, wanita Indonesia pada

umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun

(Sulistyawati, 2014).

2) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid

teratur atau normal. Karena siklus haid setiap wanita berbeda-

beda biasanya sekitar 23 sampai 32 hari (Sulistyawati, 2014).

3) Lama haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid

dari klien normal (3 – 7 hari), karena lama haid berbeda-beda

(Wahyuni dalam Dito dan Ari, 2010).

4) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah

pembalut yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan

pembalut kurang dari 2 perhari berarti jumlah darah sedikit, 2-4

perhari berarti normal dan lebih dari 5 perharinya banyaknya

normalnya yaitu 30 ml (Wahyuni dalam Wiknjosastro, 2010).

17
5) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui

apakah ada nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang dan

paha serta gejala yang menyertai desminorea seperti pusing

(Varney, 2010).

d. Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah

(Varney, 2010). Disminorea primer biasanya timbul pada masa

remaja (Sukarni dan Margareth, 2013).

e. Riwayat KB

Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan KB jenis apa

(Varney, 2010). Dalam kasus disminorea primer sering terjadi pada

masa remaja dan belum menikah (Nugroho dan Utama, 2014).

f. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui

apakah klien menderita suatu penyakit kronis dan keluhan yang

dialami klien saat ini, yang akan mempengaruhi timbulnya

disminorea (Varney, 2010).

2) Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit yang

pernah diderita klien sebelumnya, misal diabetes militus,

hipertensi, jantung, asma, TBC, tumor, kanker, hepatitis, dan lain-

lain yang dapat mempengaruhi disminorea (Varney, 2010).

3) Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui

penyakit yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit menular

dan keturunan yang dapat mempengaruhi organ reproduksi dan

18
apakah keluarganya terdapat riwayat disminorea (Varney, 2010).

4) Riwayat operasi perlu dikaji untuk mengetahuai pasien sudah

pernah operasi atau belum (Varney, 2010).

2. Data Objektif

Adalah data yang didapat dari observasi dan pemeriksaan dengan

menggunakan standar yang diakui (Varney, 2010).

1. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut Varney (2010) meliputi

1) Keadaan umum : Baik (Varney, 2010)

2) Kesadaran : Composmentis (Varney, 2010)

3) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor hipertensi atau

hipotensi, normal 120/80 mmHg

(Varney, 2010).

4) Suhu : Untuk mengetahui ada peningkatan suhu

tubuh normal atau tidak (Varney, 2010).

5) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien, normal 60-

80 kali permenit (Varney, 2010).

6) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan

yang dihitung dalam 1 menit, respirasi

normal 18 – 22x/menit (Varney, 2010).

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksan fisik dapat dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi

dan palpasi.

1) Inspeksi

19
Melakukan pemeriksaan pendang terhadap pasien mulai

dari kepala sampai kaki (Varney, 2010):

a) Kepala : Rambut, warna hitam, lebat atau jarang, rontok atau

ada ketombe.

b) Muka : Pucat, pasien dengan keluhan disminorea akan

terlihat pucat dan meringis menahan sakit.

c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva

merah segar atau merah pucat, sklera putih/kuning.

d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk

mengetahui adanya gangguan jalan nafas.

e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk

mengetahui kecukupan kalsium.

f) Gusi : Warnanya ada pendarahan atau tidak, untuk

mengetahui kecukupan vitamin dan mineral.

g) Lidah : Bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi yang

mengarah pada penyakit tertentu misalnya tifoid .

h) Bibir : Pecah atau tidak, ada stomatitis atau tidak, untuk

mengetahui kecukupan vitamin dan mineral.

i) Telinga : Bersih atau kotor, ada peradangan maupun benjolan

/tidak, ada tanda infeksi/tumor atau tidak.

j) Payudara : Simetris/tidak, bersih/kotor, ada retraksi/tidak,

ada/tidak kelainan pada payudara

k) Abdomen : Ada luka bekas operasi atau tidak

l) Genetalia eksterna : Ada oedema/tidak, ada pembengkakan

20
kelenjar bartholini/tidak

m) Ekstermitas : Ada varises atau oedema pada tangan

maupun kaki atau tidak.

2) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan rabaan,

pada pemeriksaan ini hanya diperiksa pada perut adakah massa,

adakah nyeri tekan, bagaimana keadaan umum (Varney, 2010).

II. Langkah II Interpretasi Data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi diagnosa atau masalah yang spesifik yang sudah

di identifikasikan (Varney, 2004). Data tersebut kemudian

diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis atau masalah

spesifik.

1. Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan (Varney, 2010). “Nn. X umur…..tahun dengan disminorea

primer”. Dasar:

a. Data subjektif

Nn. X umur… tahun mengatakan bahwa saat ini sedang haid

hari pertama merasakan pusing, nyeri pada perut bagian bawah,

pegal pada paha dan pinggang.

b. Data objektif

1) Keadaan umum : Baik (Varney, 2010)

2) Kesadaran : Composmentis (Varney, 2010)

21
3) Tanda-tanda vital : Untuk mengetahuai faktor hipertensi atau

Hipotensi, normal 120/80 mmHg (Varney, 2010).

2. Masalah

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan

dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan

pasien. Dalam kasus ini masalah yang timbul adalah rasa tidak nyaman

dan cemas yang dialami pasien seperti nyeri perut bagian bawah, pegal

pada pinggang dan paha saat menstruasi (Varney, 2010).

3. Kebutuhan

Kebutuhan pada klien disminorea primer belum teridentifikasi

dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa

data (Varney, 2004).

Kebutuhan yang dapat diberikan pada pasien disminorea ini dapat

berupa istirahat cukup, olahraga ringan, kompres air hangat didaerah

perut yang nyeri dan mengkonsumsi minuman hangat yang

mengandung kalsium tinggi (Nugroho dan Utama, 2014).

III. Langkah III Antisipasi Masalah Potensial

Pada langkah ini diagnosa merupakan tindakan segera yang dapat

menimbulkan kegawatdaruratan pada klien. Pada remaja dengan

disminorea primer merupakan gejala dan bukan suatu penyakit,

karenanya tidak ada diagnose potensial (Varney, 2010).

IV. Langkah IV Identifikasi Kebutuhan Segera

Tidak dilakukan karena tidak ada masalah potensial.

22
V. Langkah V Intervensi

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Tugas bidan disini adalah

merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan.

Merencanakan bersama pasien kemudian membuat kesepakatan bersama

sebelum melaksanakannya (Varney, 2010).

Intervensi atau rencana Asuhan Kebidanan Menurut Nugroho dan

Utama (2014) pada kasus disminorea primer yang dapat diberikan yaitu:

1. Jelaskan pada klien tentang keadaan pasien dan hasil pemeriksaan

2. Anjurkan klien untuk istirahat cukup

3. Anjurkan klien untuk kompres hangat didaerah perut

4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi minuman hangat yang

mengandung kalsium tinggi

5. Anjurkan klien untuk menggosok-gosok perut atau pinggang yang

sakit

6. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam-dalam secara perlahan

(Nugroh dan Utama, 2014).

7. Anjurkan klien untuk menggunakan obat-obatan yang berdasarkan

pengawasan bidan atau dokter. Boleh minum analgesik (penghilang

rasa sakit) yang banyak dijual ditoko obat, terapi dosisnya tidak boleh

lebih dari tiga kali sehari (Kusmiran, 2012).

8. Anjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan

sayuran hijau (Wahyuni dalam Atika dan Siti, 2013).

23
VI. Langkah IV Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh

seperti yang diuraikan dalam langkah ke V, pemecahan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh bidan, klien atau tim kesehatan

lainnya. Jika badan tidak melaksanakan sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan kebidanan

tersebut (Varney, 2010). Pada kasus ini implementasi yang dilakukan

menurut Nugroho dan Utama (2014) adalah:

1. menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaan,

2. menganjurkan klien untuk istirahat cukup,

3. menganjurkan klien untuk kompres hangat didaerah perut,

4. menganjurkan klien untuk mengkonsumsi minuman hangat yang

mengandung kalsium tinggi,

5. menganjurkan klien untuk menggosok-gosok perut atau pinggang

yang sakit,

6. menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam-dalam secara perlahan,

7. menganjurkan klien untuk menggunakan obat-obatan yang

berdasarkan pengawasan bidan atau dokter. boleh minum analgesik

(penghilang rasa sakit) yang banyak dijual ditoko obat, terapi dosisnya

tidak boleh lebih dari tiga kali sehari (Kusmiran, 2012),

8. menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan

sayuran hijau (Wahyuni dalam Atika dan Siti, 2013).

VII. Langkah VII Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen

24
kebidanan. Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus dengan melibatkan klien pribadi maupun bidan. Tujuan

evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan dari hasil tindakan yang

dilakukan (Varney, 2010).

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan gangguan

reproduksi dengan disminorea primer menurut Nugroho dan Utama

(2014) adalah:

1. klien sudah paham tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya,

2. klien bersedia untuk istirahat cukup,

3. klien bersedia untuk mengkompres hangan didaerah perut,

4. klien bersedia mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung

protein tinggi,

5. klien bersedia menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit,

6. klien bersedia tarik nafas dalam-dalam secara perlahan,

7. klien bersedia menggunakan obat-obatan yang harus berdasarkan

pengawasan bidan atau dokter (Kusmiran, 2012),

8. klien bersedia untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan

sayuran hijau (Wahyuni dalam Atika dan Siti, 2013).

VIII. Laporan Perkembangan Menggunakan SOAP

Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan

SOAP (Varney, 2010) yaitu :

S : Data Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian asuhan kebidanan hasil

pengumpulan dari klien melalui anamnesa

25
O : Data Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien

dan test diagnosik lain yang dirumuskan dala data focus untuk

mendukung asuhan.

A : Assesment / Analisa

Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dalam identifikasi.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assessment.

C. Landasan Hukum

Keputusan Menteri Kesehatan No.369/Menkes/SK/VII/2010 dalam

Kompetensi Bidan yang ke-9 tentang Asuhan pada Wanita atau Ibu

gangguan Reproduksi yang berisi:

Melaksanakan asuhan kebidanan kepada wanita atau ibu yang

mengalami gangguan sistem reproduksi.

1. Pengetahuan dasar:

a. penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit

menular seksual (PMS), HIV/AIDS,

b. tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang

lazim terjadi,

c. tanda, gejala, dan penatalaksanaan kelainan ginekologik, meliputi

keputihan, pendarahan tidak teratur, dan penundaan haid.

2. Keterampilan dasar

26
a. mengidentifikasi gangguan dan kelaian sistem reproduksi,

b. melaksanakan pertolongan pertama pada wanita atau ibu yang

mengalami gangguan sistem reproduksi,

c. memberi pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan

pada kelainan ginekologik, meliput keputihan, pendarahan tidak

teratur, dan penundaan haid,

d. mendokumentasikan temuan dan intervensi yang dilakukan.

3. Keterampilan tambahan

a. mempersiapkan wanita menjelang klimaterium dan menopause,

b. mengobati pendarahan abnormal dan abortus spontan (jika belum

sempurna),

c. memberi pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan

pada gangguan sistem reproduksi, meliputi keputihan, pendarahan

tidak teratur, dan penundaan haid,

d. menggunakan mikroskop untuk pemeriksan apusan vagina,

e. mengambil dan memproses pengiriman apusan vagina.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan.

Terutama Pasal 9 berisi tentang: Bidan dalam menjalankan

praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

a. pelayanan keshatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. (Wahyuni dalam

27
Suryani, 2010)

D. Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau

keluarga yang berhak kepada tim kesehatan untuk melakukan tindakan

medis pada pasien (Ibid, 2015).

Informed consent adalah Persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh

klien atau pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan tindakan

sesuai kebutuhan (Ibid, 2015).

28

Anda mungkin juga menyukai