Masa remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti berkembang menuju kedewasaan. Masa remaja berarti tahap kehidupan yang berlangsung antara masa kanak-kanak (childhood) dan masa dewasa (adulthood). Menurut WHO (2019) Masa remaja adalah salah satu fase perkembangan manusia yang paling cepat. Meskipun urutan banyak perubahan tampaknya bersifat universal, waktu dan kecepatan perubahan mereka bervariasi dan bahkan di dalam individu. Pada remaja putri terjadi suatu perubahan fisik yaitu perubahan organ- organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Usia normal bagi seorang wanita mendapat menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun da nada pula yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-5- tahun, yang dikenal dengan istilah menopause (Sukarni, 2018). Masa remaja merupakan masa transisi berasal masa kanak-kanak ke masa dewasa, umumnya antara usia 10 serta 19 tahun. Masa remaja merupakan masa perubahan yg cepat pada pertumbuhan, perkembangan kognitif dan psikososial (Puspita, 2019). Menurut dari data World Health Organization (WHO) tahun 2018 bahwa angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore, seperti di Amerika angka presentasinya sekitar 60%, di Swedia sekitar 72% dan di Inggris sebuah penelitian menyatakan bahwa 10% dari remaja sekolah lanjut tampak absen 1-3 hari setiap bulannya karena mengalami dismenore (Chayati & Na’mah, 2019). Menurut WHO (World Health Remaja mengalami ketidaknyamanan, hingga 90% remaja di seluruh dunia mengalami masalah menstruasi dan lebih dari 50% wanita mengalami dismenore primer, dan 10-20% diantaranya memiliki gejala yang cukup berat (Berkley, 2013). Beberapa cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu upaya farmakologis dan non farmakologis (Nurarifaf, 2020). Menurut WHO 2016, 1.769.425 wanita mengalami dismenorea berat di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2018 dalam penelitian Chayati dan Na’mah (2019) didapatkan bahwa angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore (Chayati and Na’mah, 2019). Menurut Kemenkes RI tahun 2016 prevalensi remaja putri di Indonesia yang mengalami kejadian nyeri haid sekitar 55%. Dari hasil penelitian di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Susanti, 2018). Prevalensi dismenorea di Indonesia adalah 107.673, dan di Indonesia terdapat 59.671 individu dengan dismenore primer serta 9.496 individu dengan dismenore sekunder, prevalensi pada wanita usia subur adalah 45-95% (Oktorika et al., 2020). Di Indonesia, pada tahun 2020 dikatakan 90% perempuan Indonesia pernah mengalami dismenorea. kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,52% yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenore sekunder. Prevalensi tahun 2020 dismenorea berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur≥15 tahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2020 sebanyak 94% jiwa (Riskesdas Sumsel, 2020). Angka kejadian dismenore di Indonesia diperkirakan mencapai 55% pada perempuan usia produktif yang menyebabkan terganggunya aktifitas harian selama 1-2 hari setiap bulannya. Ketidak hadiran remaja disekolah adalah salah satu akibat dari dismenore primer. Kondisi di Indonesia, lebih banyak perempuan yang mengalami dismenore tetapi tidak melakukan pengobatan. Rasa kecenderungan untuk meremehkan penyakit sering membuat penderita dismenore tidak melakukan pengobatan. Tidak sedikit dari perempuan yang mengalami dismenore tidak segera mengatasinya dan hanya membiarkan saja (Setyowati H, 2018). Prevalensi dismenore pada remaja (usia rata-rata 17 tahun) di Jawa Barat juga dilaporkan tinggi yaitu mencapai 98,8% dan 83,1% diantaranya mengeluhkan nyeri pada awal (hari pertama dan kedua) menstruasi (Februanti et al., 2020), sementara itu pada penelitian di Surakarta dilaporkan prevalensi dismenore sebesar 89,8% pada remaja usia 15- 17 tahun (Wrisnijati, Wiboworini and Sugiarto, 2019), dan sebesar 87,5% pada remaja di Jakarta (Juniar, 2015), sebesar 74,4% pada remaja di Denpasar (Silaen, Ani and Putri, 2019). Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Berkley tahun 2013 di Jawa Barat bahwa masalah menstruasi yang dirasakan remaja putri sebesar 90%, kemudian 50% diantaranya merasakan dismenorea primer, dan 10-20% diantaranya mengalami gejala serius. Sementara itu riset yang dilakukan oleh Kemenkes RI tahun 2016, bahwa angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64.25%, termasuk dismenorea primer sebanyak 54,89% dan dismenorea sekunder 9,36%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada remaja putri siswi Pondok Pesantren Daarul Rahman III Depok Tahun 2017 ditemukan skala disminore pada responden pada pre pemberian jus wortel dan kompres hangat mengalami penurunan skala nyeri disminore. Respon nyeri dari tiap responden bervariasi diantaranya berbaring di tempat tidur, merintih kesakitan, dan mengeluh pusing. Intensitas skala nyeri pada responden berkisar antara 1 (nyeri ringan ) sampai dengan 9 nyeri berat terkontrol. Bersadarkan tabel “Distribusi Frekuensi Remaja Putri yang mengalami dismenorea Di Depok Tahun 2020” menunjukkan bahwa remaja putri di Depok yang mengalami dismenorea sebanyak 93 %, ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh WHO (2019) bahwa 90 % remaja putri mengalami dismenore saat menstruasi, 10 sampai 15 % mengalami dismenore berat. Dismenorea disebabkan karena adanya kontraksi miometrium. Dismenore dapat dipengaruhi oleh pola hidup yaitu kebiasaan berolah raga, pola makan dan setres ini bisa. Dismenore dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Metode farmakologi yaitu NSAID (obat antiinflamasi non steroid) seperti naproxen, ibuprofen, hidrokodon, diklofenak, asetaminofen, natrium meklofenamat dan ketoprofen. Teknik nonfarmakologi dapat diatasi dengan kompres panas atau dingin, guided imagery, akupunktur, relaksasi, relaksasi, biofeedback dan massage (Nurfadilah Anggun, 2020). Secara nonfarmakologis, anda dapat menggunakan kompres untuk mengurangi nyeri. Kompresi dapat mengurangi peradangan atau pembengkakan, mengurangi nyeri akibat cedera otot dan sendi, serta meningkatkan sirkulasi. Ada beberapa jenis kemasan, salah satunya adalah kemasan panas. Kompres hangat meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke area yang terkena, yang mengurangi rasa sakit. Kompres hangat juga dapat mengembalikan kelenturan otot dan jaringan tubuh yang cedera. Gunakan bantalan pemanas atau botol untuk mengompres bagian tubuh tertentu, tetapi gunakan juga sauna atau mandi air panas untuk seluruh tubuh (Nurarifah, 2020). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengelola dan membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S Khususnya Anak R dengan Dismenorea di RT 04 RW 07 Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok”.
I.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Dismenorea Pada Remaja?”.
I.3 Tujuan Penelitian vb
I.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan pendidikan kesehatan dan memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Anak R dengan fokus intervensi kompres hangat pada dismenorea di RT 04 RW 07, Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok.
I.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea. b. Melakukan analisa data dan skoring guna untuk menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea. c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea. d. Melakukan renacana keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea. e. Melakukan pelasanaan keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea. f. Mengevaluasi tingkat keberhasilan pada keluarga Bapak S khususnya g. Anak R dengan masalah dismenorea. h. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Bagi Klien a. Menambah pengetahuan klien mengenai dismenorea b. Mempraktikan perawatan mengenai dismenorea untuk mencegah nyeri pada dismenorea
I.4.2 Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan tentang disminorea pada remaja. b. Sebagai penelitian untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan di fakultas ilmu kesehatan D-III Keperawatan.
I.4.2 Bagi Institusi
a. Mendapat informasi mengenai dismenorea dengan tingkat nyeri pada usia remaja. b. Menjadi referensi untuk pengembangan konsep, teori dan strategi efektif cara menangani saat terjadinya dismenorea pada usia remaja.
I.4.3 Bagi Masyarakat
a. Mengetahui presentase terjadinya nyeri pada kasus dismenorea terhadap remaja. b. Sebagai informasi untuk menangani Dismenorea pada remaja.
I.4.4 Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan masalah dismenorea di wilayah RT 04 RW 07 Limo yaitu pada keluarga Bapak S khususnya Anak R.