Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Masa remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti
berkembang menuju kedewasaan. Masa remaja berarti tahap kehidupan yang berlangsung
antara masa kanak-kanak (childhood) dan masa dewasa (adulthood). Menurut WHO (2019)
Masa remaja adalah salah satu fase perkembangan manusia yang paling cepat. Meskipun
urutan banyak perubahan tampaknya bersifat universal, waktu dan kecepatan perubahan
mereka bervariasi dan bahkan di dalam individu. Pada remaja putri terjadi suatu perubahan
fisik yaitu perubahan organ- organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi.
Usia normal bagi seorang wanita mendapat menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12
atau 13 tahun da nada pula yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih
lambat usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah
berusia 40-5- tahun, yang dikenal dengan istilah menopause (Sukarni, 2018). Masa remaja
merupakan masa transisi berasal masa kanak-kanak ke masa dewasa, umumnya antara usia
10 serta 19 tahun. Masa remaja merupakan masa perubahan yg cepat pada pertumbuhan,
perkembangan kognitif dan psikososial (Puspita, 2019).
Menurut dari data World Health Organization (WHO) tahun 2018 bahwa angka
kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata rata lebih dari 50% perempuan di setiap
negara mengalami dismenore, seperti di Amerika angka presentasinya sekitar 60%, di Swedia
sekitar 72% dan di Inggris sebuah penelitian menyatakan bahwa 10% dari remaja sekolah
lanjut tampak absen 1-3 hari setiap bulannya karena mengalami dismenore (Chayati &
Na’mah, 2019). Menurut WHO (World Health Remaja mengalami ketidaknyamanan, hingga
90% remaja di seluruh dunia mengalami masalah menstruasi dan lebih dari 50% wanita
mengalami dismenore primer, dan 10-20% diantaranya memiliki gejala yang cukup berat
(Berkley, 2013). Beberapa cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu upaya farmakologis
dan non farmakologis (Nurarifaf, 2020). Menurut WHO 2016, 1.769.425 wanita mengalami
dismenorea berat di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2018 dalam
penelitian Chayati dan Na’mah (2019) didapatkan bahwa angka kejadian dismenore di dunia
sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore
(Chayati and Na’mah, 2019).
Menurut Kemenkes RI tahun 2016 prevalensi remaja putri di Indonesia yang
mengalami kejadian nyeri haid sekitar 55%. Dari hasil penelitian di Indonesia angka kejadian
dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore
sekunder (Susanti, 2018). Prevalensi dismenorea di Indonesia adalah 107.673, dan di
Indonesia terdapat 59.671 individu dengan dismenore primer serta 9.496 individu dengan
dismenore sekunder, prevalensi pada wanita usia subur adalah 45-95% (Oktorika et al.,
2020). Di Indonesia, pada tahun 2020 dikatakan 90% perempuan Indonesia pernah
mengalami dismenorea. kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,52% yang terdiri dari
54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenore sekunder. Prevalensi tahun 2020
dismenorea berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur≥15 tahun menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2020 sebanyak 94% jiwa
(Riskesdas Sumsel, 2020). Angka kejadian dismenore di Indonesia diperkirakan mencapai
55% pada perempuan usia produktif yang menyebabkan terganggunya aktifitas harian
selama 1-2 hari setiap bulannya. Ketidak hadiran remaja disekolah adalah salah satu akibat
dari dismenore primer. Kondisi di Indonesia, lebih banyak perempuan yang mengalami
dismenore tetapi tidak melakukan pengobatan. Rasa kecenderungan untuk meremehkan
penyakit sering membuat penderita dismenore tidak melakukan pengobatan. Tidak sedikit
dari perempuan yang mengalami dismenore tidak segera mengatasinya dan hanya
membiarkan saja (Setyowati H, 2018).
Prevalensi dismenore pada remaja (usia rata-rata 17 tahun) di Jawa Barat juga
dilaporkan tinggi yaitu mencapai 98,8% dan 83,1% diantaranya mengeluhkan nyeri pada
awal (hari pertama dan kedua) menstruasi (Februanti et al., 2020), sementara itu pada
penelitian di Surakarta dilaporkan prevalensi dismenore sebesar 89,8% pada remaja usia 15-
17 tahun (Wrisnijati, Wiboworini and Sugiarto, 2019), dan sebesar 87,5% pada remaja di
Jakarta (Juniar, 2015), sebesar 74,4% pada remaja di Denpasar (Silaen, Ani and Putri, 2019).
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Berkley tahun 2013 di Jawa Barat bahwa masalah
menstruasi yang dirasakan remaja putri sebesar 90%, kemudian 50% diantaranya merasakan
dismenorea primer, dan 10-20% diantaranya mengalami gejala serius. Sementara itu riset
yang dilakukan oleh Kemenkes RI tahun 2016, bahwa angka kejadian dismenorea di
Indonesia sebesar 64.25%, termasuk dismenorea primer sebanyak 54,89% dan dismenorea
sekunder 9,36%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada remaja putri siswi Pondok
Pesantren Daarul Rahman III Depok Tahun 2017 ditemukan skala disminore pada responden
pada pre pemberian jus wortel dan kompres hangat mengalami penurunan skala nyeri
disminore. Respon nyeri dari tiap responden bervariasi diantaranya berbaring di tempat tidur,
merintih kesakitan, dan mengeluh pusing. Intensitas skala nyeri pada responden berkisar
antara 1 (nyeri ringan ) sampai dengan 9 nyeri berat terkontrol. Bersadarkan tabel “Distribusi
Frekuensi Remaja Putri yang mengalami dismenorea Di Depok Tahun 2020” menunjukkan
bahwa remaja putri di Depok yang mengalami dismenorea sebanyak 93 %, ini sesuai dengan
data yang dikeluarkan oleh WHO (2019) bahwa 90 % remaja putri mengalami dismenore saat
menstruasi, 10 sampai 15 % mengalami dismenore berat. Dismenorea disebabkan karena
adanya kontraksi miometrium. Dismenore dapat dipengaruhi oleh pola hidup yaitu kebiasaan
berolah raga, pola makan dan setres ini bisa.
Dismenore dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Metode
farmakologi yaitu NSAID (obat antiinflamasi non steroid) seperti naproxen, ibuprofen,
hidrokodon, diklofenak, asetaminofen, natrium meklofenamat dan ketoprofen. Teknik
nonfarmakologi dapat diatasi dengan kompres panas atau dingin, guided imagery,
akupunktur, relaksasi, relaksasi, biofeedback dan massage (Nurfadilah Anggun, 2020).
Secara nonfarmakologis, anda dapat menggunakan kompres untuk mengurangi nyeri.
Kompresi dapat mengurangi peradangan atau pembengkakan, mengurangi nyeri akibat cedera
otot dan sendi, serta meningkatkan sirkulasi. Ada beberapa jenis kemasan, salah satunya
adalah kemasan panas. Kompres hangat meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke area yang
terkena, yang mengurangi rasa sakit. Kompres hangat juga dapat mengembalikan kelenturan
otot dan jaringan tubuh yang cedera. Gunakan bantalan pemanas atau botol untuk
mengompres bagian tubuh tertentu, tetapi gunakan juga sauna atau mandi air panas untuk
seluruh tubuh (Nurarifah, 2020).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengelola dan
membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S Khususnya Anak R dengan
Dismenorea di RT 04 RW 07 Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok”.

I.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Dismenorea Pada Remaja?”.

I.3 Tujuan Penelitian vb

I.3.1 Tujuan Umum Penelitian


Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan pendidikan kesehatan dan
memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Anak R dengan fokus intervensi kompres
hangat pada dismenorea di RT 04 RW 07, Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok.

I.3.2 Tujuan Khusus Penelitian


a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R
dengan masalah dismenorea.
b. Melakukan analisa data dan skoring guna untuk menentukan diagnosa
keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R dengan masalah
dismenorea.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R
dengan masalah dismenorea.
d. Melakukan renacana keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R
dengan masalah dismenorea.
e. Melakukan pelasanaan keperawatan pada keluarga Bapak S khususnya Anak R
dengan masalah dismenorea.
f. Mengevaluasi tingkat keberhasilan pada keluarga Bapak S khususnya
g. Anak R dengan masalah dismenorea.
h. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
Bapak S khususnya Anak R dengan masalah dismenorea.

I.4 Manfaat Penelitian


I.4.1 Bagi Klien
a. Menambah pengetahuan klien mengenai dismenorea
b. Mempraktikan perawatan mengenai dismenorea untuk mencegah nyeri pada
dismenorea

I.4.2 Bagi Peneliti


a. Menambah pengetahuan tentang disminorea pada remaja.
b. Sebagai penelitian untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan di fakultas ilmu
kesehatan D-III Keperawatan.

I.4.2 Bagi Institusi


a. Mendapat informasi mengenai dismenorea dengan tingkat nyeri pada usia
remaja.
b. Menjadi referensi untuk pengembangan konsep, teori dan strategi efektif cara
menangani saat terjadinya dismenorea pada usia remaja.

I.4.3 Bagi Masyarakat


a. Mengetahui presentase terjadinya nyeri pada kasus dismenorea terhadap remaja.
b. Sebagai informasi untuk menangani Dismenorea pada remaja.

I.4.4 Bagi Pelayanan Kesehatan


Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan masalah dismenorea
di wilayah RT 04 RW 07 Limo yaitu pada keluarga Bapak S khususnya Anak R.

Anda mungkin juga menyukai