Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PENGABDIAN MASYARAKAT

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MANFAAT TABLET


PENAMBAH DARAH (FE) SEBAGAI UPAYA MENGATASI
ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

OLEH :

NAMA : RIZKI RALY


NIM : F22155
KELAS : TRANSFER MIK 2022

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas karunia yang
dilimpahkan, sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“pengetahuan remaja putri tentang manfaat tablet penambah darah (fe)
sebagai upaya mengatasi anemia pada remaja putri” dengan baik tanpa suatu
halangan apapun dan dapat terlaksana dengan lancar. Akan terselenggaranya
kegiatan pengabdian masyarakat ini berkat kerjasama dan dukungan berbagai
pihak, sehingga sudah sepantasnya kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dosen Pembimbing kami Ibu Wahyu Ratri S, S.KM., M.K.M yang telah
memberikan izin kepada tim pengabdian Mahasiswa Jurusan Manajement
Informasi Kesehatan dalam melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat.
2. Teman-teman mahasiswi yang telah memberikan saya kesempatan untuk
melakukan kegiatan pengabdian ini .
Akhir kata, saya berharap semoga hasil kegiatan pengabdian ini bermanfaat
bagi pengembangan pengetahuan mengenai pentingnya tablet penambah darah
sebagai upaya mengatasi anemia pada remaja putri
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada pada
masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut
World Health Organization (WHO) adalah usia 10–19 tahun, yang ditandai
dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik pada masa remaja akan
mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja tersebut (Sulistyoningsih,
2012).
Remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi sehingga berisiko
terhadap kesehatan. Pada usia remaja percepatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh memerlukan energi lebih banyak selain itu, pada
remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan yang suka mencoba-
coba makanan sehingga terjadi ketidaksesuaian asupan energi dan zat gizi
lainnya (Marmi, 2013).
Remaja putri juga memerlukan perhatian khusus dalam hal kebutuhan
zat besi karena pertumbuhan dan datangnya menstruasi, sehingga pada
remaja putri sangat rentan sekali terjadi anemia (Sediaoetama, 2015).
Anemia akibat kekurangan zat besi (Fe) merupakan salah satu masalah gizi
utama di Asia termasuk di Indonesia. Anemia defisiensi zat besi merupakan
masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta
manusia. Prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Prevalensi
untuk balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, pria dewasa hanya 18%,
dan wanita tidak hamil 35% (Arisman, 2014).
Anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di
Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein,
defisiensi vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2014). Sesuai dengan
standar WHO, apabila prevalensi anemia pada suatu populasi lebih besar
dari 20%, maka merupakan masalah kesehatan masyarakat. Anemia
defisiensi zat besi di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat
dengan prevalensi pada remaja putri 13-18 tahun dan wanita usia subur 15-
49 tahun masing-masing sebesar 22,7% dan ibu hamil 37,1% (BKKBN,
2013). Tetapi sebagian dari masyarakat mengabaikan dan menganggap ini
bukan masalah kesehatan masyarakat, padahal jika berkelanjutan sampai
remaja putri tersebut menikah, bisa berdampak pada keselamatan jiwanya.
Dampak buruknya, dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi, bahkan
menghasilkan bayi dengan berat badan rendah (Dubey dkk, 2013)
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak
pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri
yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga
menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja
merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada
masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal
(Arisman, 2014). Pada remaja putri, anemia disebabkan karena kurangnya
asupan zat besi melalui makanan, kehilangan zat besi basal, banyaknya zat
besi yang hilang pada saat menstruasi, penyakit malaria, dan infeksi-infeksi
lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia gizi besi. Rata-rata
darah yang keluar saat menstruasi 16-33,2 cc. Pada wanita yang lebih tua
maupun wanita dengan anemia defisiensi zat besi jumlah darah haid yang
dikeluarkan lebih banyak (Saifuddin, 2012).
Beberapa faktor lain penyebab anemia di kalangan remaja adalah
konsumsi gizi yang tidak memadai dan peningkatan kebutuhan akan zat besi
serta kehilangan darah secara kronis saat menstruasi. Kehilangan darah saat
menstruasi berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah dan dapat
menyebabkan terjadinya anemia. Pada remaja putri yang sedang menstruasi,
volume darah yang hilang selama menstruasi berkisar antara 25-30 cc per
bulan. Tingginya angka kejadian anemia pada remaja putri dikarenakan
masih banyaknya remaja putri yang tidak terbiasa mengkonsumsi tablet Fe
saat menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dalam
mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi masih rendah (Gibney, 2014).
Kesadaran konsumsi tablet Fe saat menstruasi tidak lepas dari informasi dan
pengetahuan, hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumsi tablet Fe saat menstruasi (Suharto dkk,
2012). Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah yang
menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat manfaat tablet
Fe. Pengetahuan tentang manfaat manfaat tablet Fe yang baik dapat
mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga mencapai status gizi
yang baik. Penyuluhan tentang manfaat manfaat tablet Fe sangat penting
untuk menambah pengetahuan remaja sehingga perlu diberikan penyuluhan
agar dapat merubah perilakunya dalam mengkonsumsi tablet Fe
(Sediaoetama, 2014).
Penyuluhan tentang manfaat tablet Fe masih belum dikenal di
kalangan masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya
sosialisasi dan penyampaian tentang manfaat tablet Fe. Metode penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan
dapat dsiterima dan dipahami dengan baik oleh audien.
Hasil penelitian Hanifah (2015) menyatakan ada perbedaan
pengetahuan gizi seimbang pada remaja sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan dengan media video. Demikian pula hasil penelitian Lestrina
(2015) menyatakan promosi kesehatan melalui penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang anemia, peningkatan pengetahuan
dibarengi dengan pemberian makanan dapat meningkatkan kadar Hb WUS.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan penggunaan tablet penambah darah pada
remaja putri?
2. Apa saja penyebab dari anemia di kalangan remaja putri?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang manfaat
tablet penambah darah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang manfaat
tablet penambah darah
b. Untuk mengetahui cara mencegah anemia pada remaja putri

D. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat tablet penambah darah
2. Meningkatkan cara mencegah anemia pada remaja putri
3. Meningkatkan cara mengantisipasi anemia pada remaja putri

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bidan
tentang partograf adalah hasil dari tahu tentang partograf dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmojo, 2012). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di sini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah tidak
baik lagi.
d. Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendakia.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Wawan & Dewi (2015), beberapa faktor yang mempengaruhi


pengetahuan, yaitu
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam memotifasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan
manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu
kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam pembicaraan sehari-
hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.jadi dapat
diartikan sebagai sesuatu yang dikelurkan oleh seseorang sebagai
profesi sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Seorang remaja
yang dalam masa pendidikannya juga harus bekerja untuk dapat
membiayai studinya sehingga para remaja mempunyai kesempatan
yang lebih kecil untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi
derajat kesehatannya khususnya tentang menstruasi. Hal ini
dikarenakan waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk bekerja dan
beristirahat.
3) Umur
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Menurut Hucklock (2015) semakin cukup umur, tingkat
kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur ibu. Semakin
matang pula pemikirannya soal kesehatan reproduksinya khususnya
tentang bendungan ASI.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar,
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan bisa membuat pola
pikir remaja tentang menstruasi menjadi sesuatu yang menakutkan,
tergantung bagaimana lingkungan memperlakukan remaja tersebut.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu pula
tentang menstruasi masih banyak masyarakat yang menganggap
bawah menstruasi itu sesuatu yang tabuh untuk di bicarakan
khususnya pada masyarakat yang adat istiadatnya masih kental
sehingga banyak mitos-mitos yang bermunculan sehingga merasa
cemas ketika menghadapi menstruasi.
3) Perkembangan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode
perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di
permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan
peradaban manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan
sering disebut sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu:
a) Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu,
lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi
gagal, kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.
b) Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat
dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh
setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan sanksi
hukuman, baik moral maupun fisik.
c) Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan
pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu
argumentasi.
d) Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan
pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara
ilmiah (Chandra, 2012).
4. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :
Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%

2. Manfaat Tablet Penambah Darah (Fe)


a. Pengertian Tablet Fe
Tablet Fe adalah suplemen yang mengandung zat besi. Zat besi
adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(Hemoglobin) (Soebroto, 2014).
b. Fungsi zat besi
Menurut Almatsier (2014) antara lain:
1) Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
2) Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi
3) Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut
obat-obatan.
c. Kebutuhan Tablet Fe Bagi Remaja Putri
Kebutuhan atau dosis zat besi dari setiap tingkat umur dan jenis
kelamin berbeda-beda. Wanita membutuhkan zat besi lebih tinggi dari
laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50–80
cc setiap bulan dan kehilangan zat besis sebanyak 30–40 mgr. Dosis
yang dianjurkan untuk diminum adalah 1 x 1 tablet perhari sesuai
dosis yang dianjurkan. Tetapi apabila terjadi anemia berat dosis bisa
dinaikkan menjadi 2 x 1 tablet yang di minum. Angka kecukupan zat
besi yang dianjurkan untuk Indonesi untuk remaja putri sebesar 14-25
mg.
Waktu yang tepat untuk minum tablet zat besi adalah pada
malam hari menjelang tidur, hal ini untuk mengurangi rasa mual yang
timbul setelah ibu meminumnya. Jika ibu meminum tablet besi pada
pagi hari maka ibu akan mual muntah karena salah satu efenya
menimbulkan rasa eneg (rasa tidak enak pada perut). Tablet besi
sebaiknya diminum dengan menggunakan air jeruk atau air putih,
karena membentu proses penyerapan zat besi. Dan hindari minum
tablet zat besi dengan menggunakan air teh, susu dan kopi, karena
akan menghambat proses penyerapan absorpsi zat besi (Soebroto,
2014).
d. Sumber makanan yang mengandung zat besi
1) Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan, telur.
2) Zat besi yang berasal dari nabati yaitu;kacang-kacangan,
sayuran hijau, dan pisang ambon.
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam
membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran
protein hewani, vitmin C, Vitamin A, Asam folat, zat gizi mikro lain
dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat
lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah
terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi
biasanya juga merupakan sumber vitamin A (Almatsier, 2014).

3. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan
manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa
(Santrock, 2013). Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung
atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan
esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah,
terutama fungsi seksual (Kartono, 2015). Remaja, yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam
rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2016). Menurut Rice
(dalam Gunarsa, 2014), masa remaja adalah masa peralihan, ketika
individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan
remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah,
pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu
karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relative lebih
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm
and stress period).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-
19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti,
Rahmawati, Purnamaningrum; 2014). Pubertas (puberty) ialah suatu
periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara
pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas
bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas
adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur
(gradual) (Santrock, 2012).
b. Batasan Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi
hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi
tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan
masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada
perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18
tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa
remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-
21 tahun (Thalib, 2015). Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja,
2012), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluhan tahun. Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih
lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki mengalami
periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia 18
tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.
Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya
dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih
matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18
tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22
tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2016). Menurut hukum di
Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah
mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti pada ketentuan
sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku
sekolah menengah (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2016).
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja
akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa
perubahan besar saling bertautan dalam semua ranah perkembangan
(Papalia, dkk., 2014). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12
sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 samapi 19
tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun
(Widyastuti dkk., 2014).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Solusi
Berdasarkan informasi yang di peroleh terkait permasalahan yang
telah di uraikan diatas, dengan adanya penyuluhan ini dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya tablet penambah darah untuk
remaja putri untuk mencegah anemia di perlukan penyuluhan akan
pentingnya tablet penambah darah dan penerapan pola makan dan hidup
yang sehat pada remaja putri.
Kegiatan yang dilaksanakan
1. Penyuluhan mengenai pentingnya tablet penambah darah untuk remaja
putri untuk mencegah anemia
2. Pemberian kuesioner pada remaja putri

B. Persiapan
Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini merupakan implementasi dari
pembelajaran yang telah didapatkan dan wawasan dari luar pembelajaran.
Materi yang terkait yaitu pentingnya tablet penambah darah untuk remaja
putri untuk mencegah anemia. Bentuk aplikasi yang dilakukan selama
pengabdian ini ialah melakukan penyuluhan mengenai pentingnya tablet
penambah darah untuk remaja putri.

C. Proses Pelaksanaan Pengabdian


1. Sosialisasi mengenai pentingnya tablet penambah darah untuk
remaja putri untuk mencegah anemia
Melakukan sosialisasi mengenai pentingnya tablet penambah darah
untuk remaja putri untuk mencegah anemia sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai pencegahan anemia pada remaja putri
2. Pemberian materi berupa PPT
Dalam pemaparan materi menggunakan alternatif media yaitu
power point, agar materi tersampaikan dengan jelas. Dengan
menampilkan power point disertai dengan penjelasan sehingga lebih
mudah di pahami oleh remaja putri.

3. Pengisian Kuesioner
Untuk mengetahui seberapa tahu remaja putri mengenai pentingnya
tablet penambah darah untuk mencegah anemia pada remaja putri.

D. Tempat Pelaksanaan
Penyuluhan di laksanakan di kelurahan saragi, Kabupaten Buton,
Provinsi Sulawesi Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai