Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang sangat pesat yaitu salah satunya
fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan
perkembangan baik fisik, mental dan pran sosial (Sat, Devi dan Bak, 2018).
Pada masa remaja juga terjadi fase penting sebagai persiapan menjadi calon
ibu sehingga dituntut dalam pemenuhan kebutuhan gizi seimbang sehingga
pada masa ini remaja putri rentan mengalami anemia (Nurjannah dkk, 2021).

Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi besi.
Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain
itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada rematri
sangat dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan.
Anemia defisiensi besi dapat menimbulkan dampak pada remaja putri antara
lain cepat lelah, menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi,
menurunkan kebugaran tubuh, menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar.
Selain itu dapat juga menurunkan sistem kekebalan tubuh serta mengganggu
pertumbuhan fisik (Nengah, 2020).

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia.
Di Asia Tenggara termasuk di Indonesia, laporan berbagai studi di Indonesia
memperlihatkan masih tingginya prevalensi kejadian anemia Deisiensi zat
besi pada remaja putri yang berkisaran antara 20-50% (Kemenkes RI, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi anemia remaja 27%
di negara-negara berkembang dan 6% di negara maju. Prevalensi tertinggi
dikalangan anak-anak dan wanita usia subur (WUS) khususnya pada wanita
hamil. Anemia sangat tinggi (berkisar antara 80-90%) pada anak-anak

1
prasekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui. Di India 55,8% dari remaja
berusia 15-19 tahun dilaporkan mengalami anemia (Suryani, 2020).
Menurut Riset Kesehatan Dasar, (2018) prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7% dengan penderitaanemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun, prevalensi anemia dari 33 provinsi yang
diketahui bahwa sebanyak 20 provinsi memiliki angka prevalensi anemia
yang lebih besar dari pada angka rata-rata Indonesia, salah satunya adalah di
pulau Kalimantan yaitu Kalimantan Barat 11.9%, Kalimantan Tengah 12.7%,
Kalimantan Selatan 10.9%, dan Kalimantan Timur 13.9%.

Anemia sering terjadi pada remaja putri karena pada masa remaja telah terjadi
pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas termasuk sel-sel darah merah
akan meningkat. Selain itu pada remaja putri mulai terjadi keteraturan siklus
menstruasi yang akan mengeluarkan darah dari tubuh dengan jumlah yang
cukup banyak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
konsumsi tablet Fe (Kristiyan, 2020).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu usaha yang dapat menolong


individu atau kelompok dalam meningkatkan kemampuan perilaku untuk
mencapai kesehatan secara optimal melalui tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (pre disposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan
faktor penguat (reinforcing factors). Pendidikan kesehatan bertujuan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan dan kemampuan untuk
hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan (Novi, 2019).

Pengelompokkan media berdasarkan pengembangan teknologi dibagi menjadi


media cetak, audiovisual dan computer. Salah satu media cetak yaitu media
flipchart. Keuntungan dari media flipchart yaitu memberikan info ringkas dan
praktis, tidak memerlukan listrik, ekonomis, media yang cocok untuk diluar
ruangan atau di dalam ruangan, mudah dibawa kemana-mana dan membantu
mengingatkan pesan dasar bagi fasilisator atau pengguna media (Lingga,
2019).

2
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia
adalah dengan memberikan edukasi gizi dengan cara memberikan penyuluhan
pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pengetahuan gizi
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku konsumsi makanan. Edukasi
dapat dilakukan melalui beberapa media dan metode. Edukasi penyuluhan
yang dilaksanakan dengan bantuan media akan mempermudah dan
memperjelas audiens dalam menerima dan memahami materi yang
disampaikan (Esra, 2019).

Meskipun remaja putri yang anemia memiliki sikap yang baik terhadap
pencegahan anemia namun ketika tidak didukung dengan pendapatan orang
tua, pendidikan orang tua dalam kemampuan untuk menyediakan aneka ragam
makanan, lingkungannya kurang mendukung terhadap pola makan atau
praktik pencegahan anemia lainnya maka belum menjamin terhindar dari
anemia (Jaswadi, 2020).

SMA Negeri 1 Kasongan adalah 1 dari 2 SMA negeri yang ada di Kecamatan
Katingan Hilir Kabupaten Katingan. Jumlah siswi SMA Negeri 1 Kasongan
seluruhnya dari kelas X sampai kelas XII sebanyak 253 orang. Berdasarkan
Survei Awal yang di lakukan di SMA Negeri 1 Kasongan terdapat 10 siswi
yang dijadikan responden pada saat survey awal dengan hasil 6 (60%) siswi
yang mengkonsumsi satu tablet tambah darah dalam satu bulan, dan terdapat 3
(30%) siswi yang mengalami anemia.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan peneliti tertarik


untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dalam
Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kasongan
Kalimantan Tengah”.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagimana Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dalam
Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kasongan
Kalimantan Tengah?.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Dalam Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Negeri 1 Kasongan Kalimantan Tengah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat Pengetahuan Dalam Mencegah
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1
Kasongan Kalimantan Tengah.
1.3.2.2 Mengidentifikasi Sikap Dalam Mencegah Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kasongan Kalimantan
Tengah.
1.3.2.3 Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media
Flipchart Dalam Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri di SMA Negeri 1 Kasongan Kalimantan Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan Kepustakaan dan Referensi bagi Mahasiswa
dalam Penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan dan

4
Sikap Dalam Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja Putri.
1.4.1.2 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Flipchart
Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dalam Mencegah
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri.
1.4.1.3 Bagi SMA Negeri 1 Kasongan.
Sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam upaya mencegah
terjadinya anemia pada siswa remaja putri.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Responden
Diharapkan agar mampu memberikan Pengetahuan dan Sikap
Dalam Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMA Negeri 1 Kasongan Kalimantan Tengah.
1.4.2.2 Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
pengetahuan dan informasi untuk dikembangkan pada peneliti
berikutnya.

5
1.5 Penelitian Terkait
Penelitian ini didasari oleh berbagai penelitian sebelumnya. Penelitian ini
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Flipchart Terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dalam Mencegah Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kasongan Kalimantan Tengah”. Berikut ini
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan peneliti buat:
1.5.1 Rizka Angrainy, dkk (2019) tentang “ Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Konsumsi Tablet Fe Pada Saat Menstruasi Pengan Anemia”
Jenis penelitian variabel, tempat, dan waktu serta design penelitian
yang digunakan Cross Sectional. Hasil dari penelitian ini adalah ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang
konsumsi tablet fe pada saat menstruasi dengan anemia di SMP
Negeri 20 Kota Pekanbaru.
1.5.2 Etik Sulistyorini & Siti Maesaroh (2019) tentang “ Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dengan
Perilaku Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Di Rw 12 Genengan
Mojosongo Jebres Surakarta” Jenis penelitian variabel, tempat, dan
waktu serta design penelitian yang digunakan Cross Sectional. Hasil
Hasil dari penelitian ini adalah Dari semua responden yang memiliki
pengetahuan baik memiliki latar belakang pendidikan SMA (10
responden) dan PT (2 responden). Sedangkan responden yang
berpendidikan SMP dan SD memiliki pengetahuan cukup dan kurang.
1.5.3 Esra Novita Damanik (2019) tentang “ Pengaruh Penyuluhan Tentang
Anemia Dengan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Siswi SMA Swasta Trisakti Lubuk Pakam” Jenis penelitian variabel,
tempat, dan waktu serta design penelitian yang digunakan Quasi
Eksperimen. Hasil dari penelitian ada pengaruh penyuluhuan tentang
anemia dengan media booklet terhadap peningkatan pengetahuan,
yaitu sebanyak 15 siswi yang memiliki pengetahuan yang cukup baik,
dan yang kurang 13 siswi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan


2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa
yang di harapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat dalam
pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan (individu,
kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku
pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa
yangdiharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2012).
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO
yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis
dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan,
bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik maupun
mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat
(Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan
kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan
meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu,
kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

7
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :
a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO (2014) pendidikan kesehatan adalah untuk
mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila
perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan.
Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader
kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat,
bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata yakni tampak
badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia
menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang
menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya.
Untuk menapai sehat seperti definisi diatas, maka orang
harus mengikuti berbagai latihan atau mengetahui apa saja
yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan,
adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan.
Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah
menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat,
tidak segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu melalui
proses yang sangat panjang karena kebudayaan adalah suatu
sikap dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya
melalui proses belajar. Meskipun secara garis besar tujuan
dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum sehat
menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata
mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut
dikategorikan secara mendasar. Susilo membagi perilaku

8
kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3
macam yaitu :
1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat. Dengan demikian kader
kesehatan mempunyai tanggung jawab di dalam
penyuluhannya mengarahkan pada keadaan bahwa
cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup
masyarakat sehari-hari.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi
dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di
dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini
Pelayanan Kesehatan Dasar PHC (Primary Health
Care) diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat,
dalam hal bentuk yang nyata adalah PKMD.
Contoh PKMD adalah Posyandu. Seterusnya dalam
kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah
mencegah timbulnya penyakit.
3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana
pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Ada
kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan
yang ada secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit
belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada
sebagaimana mestinya

2.1.3 Metode Penyuluhan Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil
penyuluhan secara optimal. Selain itu Notoatmodjo
membaginya menjadi beberapa metode penyuluhan yaitu
individual, kelompok, dan massa (public):

9
a. Metode Individual (perorangan)
1) Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas
lebih insentif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien
dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran,
dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
atau berperilaku baru.
2) Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan
dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan
dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan.
b. Metode Kelompok
1) Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini apabila peserta
menyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik
untuk kelompok besar ini antara lain ceramah dan
seminar.
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok
besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalag sesuatu penyajian (presentasi) dari
satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap
hangat di masyarakat.

10
2) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang
biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode
yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
a) Diskusi kelompok
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus
memberikan pancingan-pancingan yang dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus
sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin
kelompok harus mengarahkan dan mengatur
jalannya diskusi sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan
dominasi dari salah seorang peserta.
b) Curah pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya pada permulaannya pimpinan
kelompok, memancing dengan satu masalah
kemudia tiap kelompok peserta memberikan
jawaban-jawaban atau tanggapan-tanggapan (curah
pendapat).
c) Bola Salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
pasangan 2 orang) kemudia dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5
menit maka setiap 2 pasang bergabung menjadi
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya.

11
d) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil (buzz group) yang kemudia diberi
suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
dengan kelompok lain. Masingmasing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
e) Bermain peran (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok
ditunjukan sebagai pemegang peran tertentu untuk
memainkan peran, misalnya sebagiannya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan,
misalnya bagaimana interaksi/komunikasi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas.
f) Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play
dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan
disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli.
g) Metode Massa
Metode (pendekatan) massa cocok untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditunjukan kepada masyarakat. Oleh karena
sasaran ini bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status social ekonomi, tingkat
pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

12
massa tersebut (Notoatmodjo 2012).
Beberapa contoh metode yang cocok untuk
pendekatan massa yaitu :
(1) Berbincang-bincang (talk show)
(2) Simulasi
(3) Sinetron
(4) Tulisan-tulisan di majalah atau koran
(5) Billboard

2.1.4 Media Pendidikan Kesehatan


Media Pendidikan berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran
pesan-pesan kesehatan (Notoatmodja, 2011) dibagi menjadi 3,
yaitu :
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi, antara lain :
1) Booklet : ialah suatu media dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar
2) Leaflet : ialah bentuk penyampaian informasi melalui
lembaran yang dilipat
3) Flyer (selebaran) : seperti leaflet, tetapi tidak dalam
bentuk lipatan
4) Flip chart (lembar balik) : media penyampaian pesan
dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan kalimat
yang berkaitan dengan gambar tersebut
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau
majalah
6) Poster : bentuk media cetak yang biasanya ditempel di
tempat-tempat umum berisi pesan/informasi gizi.

13
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan
pesan-pesan gizi jenisnya berbeda-beda, antara lain :
1) Televisi : penyampaian pesan atau informasi gizi
melalui televise dapat dalam bentuk sandiwara,
sinetron, forum diskusi atau tanya jawab, pidato, cerdas
cermat dan sebagainya.
2) Radio : penyampaian pesan atau informasi gizi melalui
radio dapat dalam bentuk sandiwara radio, ceramah,
radio spot obrolan (tanya jawab) dan sebagainya.
3) Vidio : teknologi pengiriman sinyal elektronik dari
suatu gambar bergerak. Aplikasi umum dari sinyal
video adalah televisi, tetapi dia dapat juga digunakan
dalam aplikasi lain di dalam bidang teknik, saintifik,
produksi dan keamanan.
4) Slide : satu tampilan dilayar berupa uraian, gambar atau
grafik yang digunakan untuk mempresentasikan
sesuatu.
5) Film strip : media visual proyeksi diam, yang pada
dasarnya hampir sama denga media slide. Hanya saja
media ini terdiri atas beberapa film yang merupakan
satu kesatuan, dimana ujung satunya dengan ujung
lainnya bersatu membentuk rangkaian
c. Media Papan (billboard)
Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum
dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan
yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

14
2.1.5 Flipchart
a. Pengertian Flipchart
Chart adalah gambar atau grafik yang meluaskan
perkembangan ide, objek, lembaga atau ditinjau dari sudut
waktu dan ruang. Chart digunakan untuk menyajikan
sejumlah besar informasi, melalui chart data yang banyak
sekaligus dapat disajikan secara bertahap, chart dapat
memperlihatkan sejumlah kegiatan dalam satu periode
tertentu menurut waktu yang telah ditetapkan. Sedangkan
menurut Nana Sudjana (2016) chart adalah kombinasi antara
media grafis dengan gambar foto yang dirancang untuk
memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta
atau batasan.
Bagan adalah suatu media yang fungsinya untuk menyajikan
secara visual terhadap ide-ide (konsep-konsep) yang rumit
bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan (verbal).
Bagan efektif untuk menyajikan pesan-pesan yang
berbentuk ringkasan-ringkasan butir-butir pentingdari suatu
presentasi.
Keberadaannya bisa disertai gambar atau tulisan
secukupnya. Sedangkan Flip Chart atau bagan balikan
menyajikan setiap informasi. Apabila urutan informasi yang
akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam selembar
chart selembar balikan dapat dipakai.
Bagian-bagian dari pesan tersebut ditulis atau dituangkan
dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran
tersebut dibendel jadi satu. Penggunaannya tinggal
membalik satu persatu sesuai bagan pesn yang akan
disajikan. Pesan yang disampaikan dengan menggunakan
media Flip Chart ini biasanya berupa ringkasan visual suatu
proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting.

15
Selain itu juga Susilana dan Riyana menurut (Aisy, 2017)
flip chart merupakan lembaran lebih kecil yang menyerupai
album atau kalender berukuran 50 x 75 cm atau ukuran yang
lebih kecil 28 x 21 cm sebagai flipbook disusun dalam
ikatan pada bagian atasnya. Flip chart dapat dijadikan
sebagai alternatif media pembelajaran. Berdasarkan dari
beberapa definisi diatas tentang flip chart yang telah
dikemukankan maka dapat disimpulkan bahwa flip chart
merupakan media yang terdiri atas beberapa kertas yang
ukurannya ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan tulisan
serta gambarnya juga sesuaikan dengan materi yang
diberikan, yang diatasnya diberi lobang dan pengait
sehingga dapat dibolak-balik dalam penggunaannya.
Selain itu juga Amral (2020) menjelaskan tujuan dari
flipchart adalah sebagai media yang efektif guna dijadikan
untuk menyampaikan pesan secara terstruktur dan terencana.
Indikator pencapaian tujuan yang efektif adalah tercapainya
tujuan yang direncanakan untuk mencapai tujuan, selain itu
juga flipchart sangat praktis untuk dipergunakan.
Menurut Arif Sadiman, dkk (2012), menggemukakan bahwa
media bagan (chart) ini sebagai media yang baik bila mana :
1) Dapat dimengerti oleh orang
2) Sederhana dan tugas tidak rumit atau berbelit-belit
3) Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap
termasa (up to date) juga tidak kehilangan daya Tarik.
b. Kelebihan dan Kekurangan Flipchart
1) Kelebihan Flipchart
a) Menghemat waktu dalam proses penyuluhan (tidak
perlu menggambar atau menulis lagi, cukup
menempelkan gambar atau tulisan yang sudah
dipersiapkan).

16
b) Dapat digunakan berulang kali
c) Biaya tidak terlalu mahal dan relatif murah
d) Semua orang bisa membuatnya
e) Bisa mengatasi ruang dan waktu (maksudnya adalah
mempunyai ukuran kecil, ukuran besar,
memperbesar ukuran yang kecil, dan mempercepat
yang memakan waktu lama).
f) Bisa memperjelas masalah
g) Disajikan secara bertahap untuk memberikan jedah
waktu untuk memahami isi materi
2) Kekurangan Flipchart
a) Untuk membuat chart atau bagan yang baik
diperlukan waktu persiapan atau pembuatan yang
cukup lama
b) Perlu perawatan yang baik karena kertas mudah
rusak (kena air, lembab, dan sobek)
c) Perlu tempat yang cukup untuk penyimpanan
d) Kurang bisa menggambar unsure gerak
e) Perlu keterampilan menggambar/mendesain.
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan adalah hal yang
diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan
sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab, cara

17
penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya.
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan (Notoatmodjo, 2012).
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu dalam hal ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b) Memahami (Comphrehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi dalam hal ini diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving

18
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan berkaitan satu sama
lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Artinya, sistensis merupakan suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu ada
beberapa faktor :

19
a) Faktor internal
1) Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
semakin pendidikan yang kurang akan mengahambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya (Nursalam 2011).
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan berulang dan banyak tantangan
(Nursalam, 2011).
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is
the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suatu
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapai pada masa lalu
(Notoadmodjo, 2012).
4) Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa
akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup

20
tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).
b) Faktor eksternal
1) Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2012), hasil dari beberapa
pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan
(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk
terjadinya perilaku kesehatan, diawali dengan
pengalaman-pengalaman seseorang serta adanya faktor
eksternal (lingkungan fisik dan non fisik).
Wawan dan Dewi (2019) lingkungan merupakan seluruh
kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang dan kelompok.
2) Sosial budaya
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial
seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin
tinggi pula.
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Ada 2 Cara Memperoleh Pengetahuan :
a. Cara Tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisioanal ini dipakai orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahua, sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan
logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian.
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain
meliputi :
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka

21
dicoba.Kemungkinan yang lama sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan.
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
3) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan prinsip orang lain
yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji telebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun
penalaran sendiri.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yeng pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
5) Cara akal sehat.
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran atau dogmas agama adalah suatu kebenaran yang
di wahyu kan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran
ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut
agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah
kebenaran tersebut rasional atau tidak.
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui
proses penalaran atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh
seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau

22
bisikan hati saja.
8) Melalui jalan fikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berfikir manusia ikut berkembang. Dari
sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berfikir pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-
pengamalan empiris yang ditangkap oleh indra.
Kemudian disimpulkan dalam suatu konsep yang
memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataanpernyataan umum ke khusus.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular
disebut metodologi penelitian.Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Daven (Soekodjo
Notoatmodjo, 2012).
2.2.5 Penilaian Tingkat Pengetahuan
Penilaian tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari isi subjek penelitian atau responden.
Nilai pengetahuan dalam penelitian ini akan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut (Arikunto, 2010).
Keterangan:
P = Skor pengetahuan

23
f = Frekuensi jawaban benar
n = Jumlah item pertanyaan
2.2.6 Kriterian Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh
pertanyaan.
b. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh
pertanyaan.
c. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh
pertanyaan.
2.3 Konsep Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap menurut(Azwar, 2013) adalah evaluasi umum yang dibuat
manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu. Sikap
adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo
Notoatmojo, 2012 ).
Sikap adalah pandanganpandangan atau perasaan yang disertai
kencenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Wawan
& Dewi, 2010).
2.3.2 Komponen Sikap
Struktur sikap menurut (Azwar, 2013) terdiri atas 3 komponen
yang saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen
kognitifberisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu
mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem
kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

24
aspek emosional. Berakar paling dalam sebagai komponen
sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif, merupakan aspek kencenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
seseorang. (Wawan & Dewi, 2010).
2.3.3 Tingkatan Sikap
Menurut (S. Notoadmodjo, 2012) Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu
yang lain (tetangga, saudara, dsb) untuk menimbang anaknya
ke posyandu.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunya sikap yang paling
tinggi (S. Notoadmodjo, 2012).

25
2.3.4 Sifat Sikap
a. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
b. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (S.
Notoadmodjo, 2012).
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individuindividu masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual yang
disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh
penulisnya.
e. Lembaga pendidik dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan
tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep
tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (S.

26
Notoadmodjo, 2012).
2.3.6 Skala Pengukuran Sikap
a. Skala Thurstone (Method of Equel Appearing Intervals)
b. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
c. Unobstrustive Measures. Metode ini berakar dari suatu situasi
dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya
sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
d. Multidimensional Scaling
e. Pengukuran Involuntary Behavior (pengukuran terselubung).
(Wawan & Dewi, 2010).
2.3.7 Cara Pengukuran Sikap
Sikap dalam penerapannya dapat diukur dalam beberapa cara.
Secara garis besar pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 cara
menurut Sunaryo (2013), yaitu:
a. Pengukuran secara langsung
Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara subjek
langsung diamati tentang bagaimana sikapnya terhadap
sesuatu masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Jenis-
jenis pengukuran sikap secara langsung meliputi:
1) Cara pengukuran langsung berstruktur
Cara pengukuran langsung berstruktur dilakukan dengan
mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa dalam suatu instrumen yang telah
ditentukan, dan langsung diberikan kepada subjek yang
diteliti.Instrumen pengukuran sikap dapat dilakukan
dengan menggunakan skala Bogardus, Thurston, dan
Likert. Disini peneliti melakukan pengukuran sikap
menggunakan skala Likert dikenal dengan teknik
“Summated ratings”. Responden diberikan pernyataan
dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan
umumnya terdiri dari 1 hingga 4 kategori jawaban.

27
Jawaban yang disediakan adalah sangat setuju (4), setuju
(3), kurang setuju (2), tidak setuju (1).Nilai 4 adalah hal
yang favorable (menyenangkan) dan nilai 1 adalah
unfavorable (tidak menyenangkan). Hasil pengukuran
dapat diketahui dengan mengetahui interval (jarak) dan
interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan
metode mencari interval (I) skor persen dengan
menggunakan rumus:
100
I = --------------------- maka I = 100/ 4 = 25
jumlah kategori maka kriteria interpretasi skornya
berdasarkan interval:
a) Nilai 0%-25% = Sangat tidak setuju
b) Nilai 26%-50% = Kurang Setuju
c) Nilai 51%-75% = Setuju
d) Nilai 76%-100% = Sangat setuju
Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam
persentase maka dapat dijabarkan untuk skor < 50%
hasil pengukuran negatif dan apabila skor ≥ 50% maka
hasil pengukuran positif.
2) Cara pengukuran langsung tidak berstruktur Cara
pengukuran langsung tidak berstruktur merupakan
pengukuran sikap yang sederhana dan tidak memerlukan
persiapan yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap
dengan wawancara bebas atau free interview dan
pengamatan langsung atau survey.
b. Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung adalah pengukuran sikap
dengan menggunakan tes. Cara pengukuran sikap yang
banyak digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh
Charles E. Osgood (Wawan & Dewi, 2012).

28
2.4 Konsep Penyakit Anemia
2.4.1 Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadarhemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011, dalam
Kemenkes RI, 2018). Hemoglobin adalah salah satu komponen
dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.
Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan
fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan
menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk
dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah
merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari
penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya (Kemenkes RI, 2018).
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia dapat
diartikan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit dibawah normal. Anemia terjadi akibat
kadar hemoglobin atau ertrosit lebih rendah daripada nilai normal.
Anemia umumnya disebabkan karena ada perdarahan kronik atau
malnutrisi (Fajriah, 2016).
Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaaan
laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan
menggunakan metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2001, dalam
Kemenkes RI, 2018). Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat. Remaja Putri dan WUS menderita anemia
bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12
g/dL (Kemenkes RI, 2018).

29
2.4.2 Tanda-Tanda Anemia
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang
berjudul kelainan darah menyebutkan gejala anemia sebagai
berikut : kulit pucat deetak jantung meningkat, sulit bernafas,
kurang tenaga atau cepat lelah, pusing terutama saat berdiri, sakit
kepala, siklus menstruasi tidak menentu, lidah yang bengkak dan
nyeri, kulit mata dan mulut berwarna kuning limpa atau hati
membesar, dan penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, 2018 Gejala Anemia yang
sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih,
Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala
muter”), mata berkunangkunang, mudah mengantuk, cepat capai
serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai
dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan
telapak tangan.
2.4.3 Penyebab Anemia
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan
konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang
bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang
berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem didalam molekul
hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan
pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan
vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah
(Almatsier, 2012).
Anemia banyak terjadi di kehidupan para remaja, khususnya
remaja putri. Hal ini dapat terjadi karena remaja putri sedang
berada pada masa pubertas maka kebutuhan zat besi untuk
menyeimbangkan perkembangan tubuh semakin besar.Selain itu,
beban ganda yang diemban adalah mengalami menstruasi, berarti
juga memiliki kebutuhan untuk menggantikan zat besi hilang

30
bersama darah haid. Namun, sebenarnya jika asupan zat gizi
terpenuhi, maka tidak akan mengalami anemia. Faktor penyebab
anemia pada remaja putri adalah sebagai berikut:
a. Kebiasaan Makan Yang Buruk Biasanya para remaja
cenderung suka mengkonsumsi junk food dan fast food,
padahal kedua jenis makanan tersebut tidak memiliki
kandungan gizi yang lengkap.Sebaliknya, para remaja juga
gengsi untuk mengkonsumsi makanan tradisional, karena
sudah tidak mengikuti tren.Sebenarnya makanan tradisional
juga banyak yang memiliki cita rasa dan variasi zat
gizi.Makanan tradisional lebih mengutamakan bahan-bahan
dari alam, sehingga jelas lebih sehat jika dibandingkan
dengan makanan ala budaya barat. Selain itu, para remaja
juga sering terpengaruh dan menjadi korban iklan di TV.
Para produsen makanan junk food dan fast food sangat
melebih-lebihkan kandungan yang terdapat dalam makanan
yang diproduksi.Padahal jika diukur, kandungan gizi dengan
kandungan bahan tambahan makanan lebih banyak bahan
kimianya.Jika makan makanan-makanan tersebut, seperti
halnya makan-makanan sampah yang tidak bermanfaat bagi
tubuh. Apabila termasuk remaja yang lebih suka pada suatu
makanan tertentu, dalam jangka waktu lama ketika tidak mau
mengonsumsi makanan lain, maka dapat terserang
anemia.Biasanya remaja banyak yang hanya suka untuk
mengkonsumsi makanan tertentu, sehingga tubuhnya tidak
mendapatkan asupan gizi yang bervariasi. Dengan
ketidakberagaman makanan yang dikonsumsi, maka akan
memicu untuk terjadinya penurunan produksi sel darah
merah, sehingga mudah untuk terjadi anemia.
b. Penghancuran Sel Darah Merah yang Berlebihan Produksi sel
darah merah antara remaja putra dan remaja putri berbeda.

31
Pada remaja putri, produksi sel darah merah jumlahnya lebih
sedikit dan rentan untuk terjadi kerusakan sel. Sel-sel darah
merah pada remaja putri yang dihasilkan oleh sumsum tulang
belakang akan beredar ke seluruh tubuh. Akan tetapi sel
darah merah yang belum matang pun juga dapat dilepaskan
untuk beredar ke seluruh tubuh. Sel darah merah yang masih
muda ini akan mudah pecah dan hancur, sehingga remaja
putri akan mudah mengalami kekurangan sel darah merah
(anemia).
c. Penghancuran sel darah merah yang secara berlebihan dapat
disebabkan adanya masalah pada sumsum tulang belakang,
seperti limfoma, leukemia atau multipel myeloma.Selain itu,
adanya masalah pada sistem kekebalan tubuh juga dapat
berpengaruh terhadap produksi sel darah merah. Ketika Anda
sedang menjalani kemoterapi, maka juga akan mengalami
gangguan pada produksi sel darah merah. Pada remaja yang
menderita AIDS juga akan mengalami gangguan dalam
memproduksi sel darah merah.
d. Kehilangan Darah pada Setiap Bulan Setiap bulan remaja
putri akan mengeluarkan darah kotor pada saat haid. Ini
merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan anemia.
Mungkin sebagian dari remaja putri tidak menyadari bahwa
akan kehilangan darah dengan jumlah yang tidak sedikit. Jika
mengalami cacingan, juga akan berpengaruh terhadap jumlah
sel darah merah yang dimiliki. Agar remaja putri tidak
sampai terjadi anemia pada saat haid, upaya mencegah
anemia dapat dilakukan dengan konsumsi tablet Fe setiap
hari pada saat haid.Selain itu, remaja putri juga dapat
mengkonsumsi tablet Fe sekali dalam seminggu.Nah, ini
bertujuan untuk mencegah agar tidak sampai menderita
anemia.

32
e. Ketika sudah dapat mengkonsumsi tablet Fe secara rutin,
maka ketika kelak hamil dan melakukan persalinan sudah
tidak khawatir lagi dengan kadar Hb yang rendah, pasti
memiliki kadar Hb yang normal dan dapat melakukan
persalinan dengan lancar. Pada remaja putri yang mengalami
kanker atau terserang malaria, juga rentan untuk kehilangan
sel darah secara berlebihan. Maka dari itu, untuk kedua
kondisi ini harus mendapatkan perlakuan yang ekstra agar
kadar sel darah merah dalam tubuh tetap terjaga.
f. Penurunan Produksi Sel Darah Merah Produksi sel darah
merah dapat menurun pada saat terjadi kerusakan pada
daerah sumsum tulang belakang atau asupan Fe yang masuk
dalam tubuh berjumlah sangat sedikit.Penurunan produksi sel
darah merah dapat terhambat ketika mengalami keracunan
atau sedang mengkonsumsi obatobatan tertentu. Pada saat
sedang menjalankan program diet dan hanya mengkonsumsi
sayuran, maka dalam jangka waktu yang lama, Anda akan
mengalami anemia. Karena makanan hewani dapat memicu
produksi sel darah merah sedangkan remaja putri tidak
mendapatkan asupan makanan yang berasal dari hewani.
g. Kebutuhan tubuh meningkat Selain itu penyebab anemia
defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang
meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan
darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).Di
Indonesia penyakit cacing masih merupakan masalah yang
besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena diperkirakan
cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya (Proverawati
& Asfuah, 2014).
\

33
2.4.4 Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran
sel dan hemoglobin yang dikandungnya.
a. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah
bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga
bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu:
1) Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12,
asam folat dan gangguan sintesis DNA.
2) Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
b. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis globin,
porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
c. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah
tidak berubah, ini disebabkan kehilangan darah yang parah,
meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-
penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati.
2.4.5 Pencegahan Anemia
a. Memperbanyak sumber asupan zat besi dari golongan heme
( daging merah, ayam) yang mempunyai penyerapan lebih
baik dibandingkan golongan non heme ( buah, sayur, sereal,
susu).
b. Menghindari hal-hal yang menghambat penyebaran zat besi
yang seperti Tanin (teh), polifenol (kopi), fitat (sereal, beras,
jagung, gandum), kalsium dan fosfat(susu).
c. Mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung vitamin
C karena dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
d. Olahraga yang teratur dan tidur selama 6/8 jam perhari.
e. Mengkonsumsi suplement zat besi dengan kombinasi vitamin
C dan sorbitol.

34
2.5 Anemia Pada Remaja
2.5.1 Pengertian Remaja
a. Remaja merupakan masa pertumbuhan tercepat kedua setelah
tahun pertama kehidupan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan
dan perkembangan anatomi, fisiologi, serta psikologis yang
pesat. Pertumbuhan anatomi dan fisiologis pada awal masa
remaja ditandai dengan pubertas. Masa remaja adalah masa
peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa.
Pada masa ini begitupesat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat
dikelompokkan remaja terbagi dalam tahapan berikut ini pra
remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun), remaja awal (13 atau
14 tahun-17 tahun), dan remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun)
(Rizkiriani, 2014).

Remaja putri mengalami percepatan pertumbuhan lebih cepat


dibandingkan remaja pria, karena tubuhnya memerlukan
persiapan menjelang usia reproduksi, seperti menstruasi dan
kehamilan. Mereka memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
dan lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal baru. Pengaruh
yang paling besar berasal dari kelompok teman-teman
sebayanya. Karena kurangnya pengetahuan dibidang gizi,
sehingga munculah body image negatif dan perilaku makan
yang belum sesuai dengan gizi seimbang. Remaja putri yang
sehat tercermin dari karakter gizi yang sehat. Salah satu yang
utama adalah karakter gizi yang meliputi body image,
pengetahuan gizi, perilaku makan, dan status gizi. Remaja
putri merupakan periode kritis yang harus selalu dipantau
kesehatannya (Setyawati, 2015).

35
2.5.2 Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan
besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada
periode pertumbuhan yang cepat (grow spurt). Menurut (Adriani
dan Wirjatmadi, 2014) zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja
diantaranya adalah :
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Faktor yang perlu diperhatikan untuk
menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik,
seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah
maupun di luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang
aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan
energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan
relatif sama dan tidak dibedakan antara laki-laki dan
perempuan.
Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energy
untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi
tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG
menyebutkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk
remaja 13-15 tahun adalah 2125 kkal untuk perempuan, dan
2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi ini
dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat.
Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi
jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

36
b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan
asam amino esensial, protein juga menyuplai energi jika
energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak terbatas.
Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena
proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada
awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa
pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja,
kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan
protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-
laki dan 69 gram untuk perempuan setiap hari. Makanan
sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi
dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam
amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Berbagai sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau,
kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil
olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil
olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan dan lain-lain.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena
akselerasi muskular skeletal (kerangka) dan perkembangan
endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa.
Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar
50 persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja.
AKG kalsium untuk remaja 13-15 tahun adalah 1000 mg baik
untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber kalsium
diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
lain-lain.

37
d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena
terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja
laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan
peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa,
kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang
tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi
selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih
rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka
dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami
anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin
merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa
remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat
besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun adalah 19
mg untuk laki-laki dan 26 mg untuk perempuan.
e. Seng (Zinc)
Seng (Zinc) diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan
seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng
remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari untuk laki-laki
dan 15,4 untuk perempuan.
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja
karena pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi. Karena
kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa
vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1,
B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan
vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup.
Vitamin A, C dan E diperlukan untuk pertumbuhan dan

38
penggantian sel.
2.5.3 Dampak Anemia Bagi Remaja Putri
Menurut Sediaoetama 2013, dampak anemia bagi remaja putri
adalah : Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi
penderitanya, terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak
balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui dan juga
pekerja. Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017)
dampak anemia sebagai beritkut :
a. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan
terhadap penyakit infeksi dan meningkatnya kerentanan
mengalami keracunan. Pada populasi yang mengalami
kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi
meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada system
imun.
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja
dan juga menyebabkan kelelahan.
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan
kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan
risiko kematian ibu dan bayi perinatal.
Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan
kesakitan dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui
merupakan faktor risiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri,
anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko BBLR,
kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada
bayi nantinya.

39
2.6 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, kerangka teori dari
penelitian ini adalah :

Faktor Predisposisi (Pre


disposting Factors)
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Keyakinan
4. Nilai-nilai
5. Tradisi
Faktor Pemungkin
(Enabling Factors) Mencegah
Sarana dan Prasarana Kejadian
atau fasilitas Anemia
Remaja Putri
Faktor Penguat
(Reinforcing Factors)
Sikap dan Perilaku
Petugas Kesehatan

Tabel 2.1 Kerangka Teori


Keterangan : Variabel yang diteliti dicetak tebal
Sumber : Modifikasi Teori Kerucut Edgar Dale dan L.Green dalam
Buku Promosi Kesehatan (2014).

BAB III

40
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Pre
Eksperimen, dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu One Group
PretestPostest Design (Notoatmodjo, 2012). Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahuai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Flipchart
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dalam Mencegah Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Kasongan Kalimantan Tengah.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan sesuatu yang divariasikan oleh
peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan (Sugiyono, 2015). Variabel
penelitian ini meliputi variabel independent (variabel bebas) yaitu penyuluhan
kesehatan dengan media flipchart , sedangkan variabel dependent (variable
terikat) yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan anemia. Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah:
3.2.1 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, apabila
terdapat perubahan pada variabel bebas maka akan mempengaruhi
variabel lainnya (Sastroasmoro dan Ismael, 2014:302). Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu penyuluhan kesehatan dengan media
flipchart.
3.2.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, akan
berubah akibat perubahan pada variabel bebas (Sastroasmoro dan
Ismael, 2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan,
sikap dan tindakan pencegahan anemia.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan variabel yang dimaksud atau yang diukur
oleh peneliti (Notoadmodjo, 2012). Semua variabel dalam penelitian harus
didefinisikan secara jelas sehingga kemungkinan terjadi kerancuan dalam

41
pengukuran variabel, analisis data, interpretasi hasil serta kesimpulan dapat
dihindarkan (Sastroasmoro dan Ismael, 2014). Adapun definisi operasional
dari variabel yang akan diteliti tersaji dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Alat Hasil
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala
Ukur Ukur
Pendidikan Pemberian informasi - -
kesehatan mengenai pengertian
menggunakan anemia, jenis-jenis,
media penyebab, gejala,
Flipchart dampak, dan
pencegahan dalam
bentuk gambar
(Flipchart).
Pengetahuan Pengetahuan remaja putri Berisi 10 Kuesio Tingkat Nominal
tentang tentang anemia, pertanyaa ner Pengetahuan
pencegahan meliputi : n, Baik 76-100%
anemia pada 1. Pengertian dengan 3
Cukup 56-
remaja putri anemia pilihan
75%
2. Jenis-jenis jawaban,
anemia Setiap Kurang 56%
3. Penyebab jawaban
anemia benar
4. Gejala anemia diberi
5. Dampak skor 1
anemia dan
6. Cara setiap
pencegahan jawaban
anemia. salah
7. Makanan diberikan
yang baik skor 0
untuk
penderita
anemia
Sikap Sikap remaja putri
Berisi 10 Kuesio
Sikap Positif Nominal
Pencegahan tentang anemia, pertanyaa ner ≥50%-100%
anemia pada meliputi : n dengan
remaja putri 1. Bagaimana 2 pilihan Negatif
sikap remaja jawaban, ≤ 50 %
putri tentang kategorik
anemia penilaian :

42
2. Sikap bobot
pencegahan skor :
anemia pertanyaa
3. Sikap terkait n positif:
dampak (S) =1
anemia (TS) =
0
Pertanyaan
negatif
:
(S) = 0
(TS) = 1

3.4 Populasi, Sampel dan Sampling


3.4.1 Populasi
Populasi adalah daerah generalisasi yang terdiri dari subjek yang
mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan diambil kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Kasongan
Kalimantan Tengah.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang terpilih dengan cara tertentu
sehingga dianggap dapat mewakili populasi penelitian (Sastroasmoro
dan Ismael, 2014). Sampel penelitian ini adalah remaja putri yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria sampel adalah sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi Merupakan karakteristik umum yang harus dipenuhi
oleh peserta agar dapat disertakan dalam penelitian (Sastroasmoro
dan Ismael, 2014). Berikut kriteria sampel dalam penelitian ini:
1) Merupakan siswi kelas X-XII SMA Negeri 1 Kasongan
2) Bersedia menjadi responden penelitian.
b. Kriteria eksklusi Merupakan keadaan yang menyebabkan peserta
yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam
penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2014). Berikut kriteria

43
eksklusi sampel dalam penelitian ini:
1) Bukan siswa SMA Negeri 1 Kasongan
2) Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2012), sebagai berikut:

n= N
1 + N (e)2

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden

N = Ukuran populasi

E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan


sampel yang masih bisa ditolerir; e=0,1

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah
antara 10 20 % dari populasi penelitian

3.4.3 Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-
probability sampling method yakni total sampling/ staratified random
sampling. Teknik total sampling adalah seluruh populasi menjadi
sampel dalam penelitian (Swarjana, 2015).

44
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Katingan Hilir Kabupaten
Katingan dengan alasan 32 siswa putri mengalami anemia dari hasil
survey awal.
3.5.2 Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2022
hingga bulan Mei 2023 di mulai survey awal dan pelaksanaan
penelitian, yaitu pengumpulan data dan Pengolahan data.

3.6 Alat Pengumpulan Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan berdasarkan
beberapa teknik, yaitu melalui wawancara, angket, dan observasi
(Sugiyono, 2015). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data melalui wawancara dan penyebaran angket.
a. Data Primer.
Data primer dilakukan atau dikumpulkan dengan menyebarkan
kuesioner pada responden dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
yang telah disusun
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian.Data sekunder dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari SMA Negeri 1 Katingan Hilir Kabupaten
Katingan.
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian (Notoadmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain:
a. Angket
Angket merupakan formulir yang berisi daftar pertanyaan maupun

45
pernyataan yang langsung diisi oleh responden (Notoatmodjo,
2012). Angket berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai
karakteristik responden
b. Kuesioner
Kuesioner adalah formulir yang berisi pertanyaan dan pernyataan
yang dibawa oleh peneliti untuk ditanyakan kepada objek penelitian
(responden) (Sugiyono, 2015).
3.6.3 Kuisioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan model Skala
Likert. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sugiyono (2011:93) Skala
Likert digunakan untuk mengungkap sikap, pendapat, dan presepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikaor tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan negatif.
Untuk mengukur variabel diatas digunakan Skala Likert sebanyak lima
tingkat sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Netral (N)
d. Tidak Setuju (TS) e. Sangat Tidak Setuju (STS).
Setiap poin jawaban memiliki skor yang berbeda-beda, yaitu: untuk
jawaban SS memiliki skor 5, jawaban S memiliki skor 4, jawaban N
memiliki skor 3, jawaban TS memiliki skor 2, dan jawaban STS
memiliki skor 1. Metode ini digunakan agar peneliti dapat mengetahui
dan memiliki data meneganai penilaian yang diberikan oleh setiap
karyawan untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan.
3.6.4 Uji Validitas dan Realibilitas
a. Uji Validitas

46
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan bahwa suatu
alat ukur benar-benar dapat digunakan untuk mengukur objek yang
seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2012).
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel dan alpha= 0.05. Jika r hitung lebih besar
dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan atau
indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2012).
1) Dikatakan valid apabila r hitung > r tabel
2) Dikatakan tidak valid apabila r hitung < atau = r tabel (Hastono,
2016).
b. Realibilitas Instrumen
Reliabilitas suatu instrumen menitik beratkan pada ketepatan alat
untuk mengukur. Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
koesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2012). Pengukuran reliabilitas dilakukan
dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur
korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha
(α) (Ghozali, 2012). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nunnally dalam
Ghozali, 2012).
1) Pertanyaan dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha 0,6
2) Pertanyaan dikatakan tidak reliabel jika Cronbach Alpha < 0,6

47
3.7 Teknik Pengambilan Data Data
Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data merupakan tahap lanjutan dari
pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengolahan data adalah
sebagai berikut.
3.7.1 Penyuntingan data (Editing)
Penyuntingan data dilakukan untuk memeriksa data pada hasil isian
angket terkait dengan kelengkapan jawaban, dilakukan guna
menghindari bias data.
3.7.2 Pemberian kode (Coding)
Pemberian kode yakni mengubah data yang berupa kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Proses ini sangat berguna dalam
memasukkan data (Notoadmodjo, 2012).
3.7.3 Pemberian nilai (Scoring)
Berisi kegiatan pemberian nilai atas jawaban yang telah diperoleh.
Hasil perhitungan skor dari masing-masing jawaban kemudian akan
dikategorikan untuk masing-masing variabel penelitian.
3.7.4 Tabulasi
Tabulasi adalah kegiatan membuat tabel sesuai dengan tujuan
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Proses ini berguna untuk
mempermudah melakukan analisis data penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data seluruh
responden terkumpul atau sumber data lain terkumpul, kegiatan tersebut
meliputi : mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel, menyajikan data
berdasarkan variabel, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono,
2015). Analisis data penelitian ini dilakukan dengan cara analisis univariat
dan bivariat dengan bantuan software SPSS program pengelola data.
3.8.1 Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis yang digunakan untuk

48
mendapatkan gambaran distribusi responden serta menggambarkan
variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Analisis
univariabel dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti yang
disajikan dalam bentuk frekuensi dan presentase.
3.8.2 Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas maupun terikat (Notoatmdjo, 2012). Analisis bivariabel
pada penelitian ini menggunakan uji chi-square untuk menjawab
hubungan variabel bebas dan variabel terikat, dengan tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi atau tingkat kesalahan α =
0,05. Dengan dasar pengambilan keputusan hipotesis sebagai berikut:
1) Jika p-value ≥ α (0,05) maka H0 diterima, artinya perhitungan
secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara
variabel terikat dan variabel bebas (tidak signifikan)
2) Jika p-value < α (0,05) maka H0 ditolak, artinya perhitungan
secara statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara
variabel terikat dan variabel bebas (signifikan).
3.9 Etika Penelitian
3.9.1 Respect of Pearson (menghormati harkat dan martabat manusia)
Menghormati martabat responden dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara pada peleksanaan penelitian, penelitian terlebih dahulu
memperkenalkan diri kepada responden untuk mengajukan permohonan
menjadi responden sambal memberikan informasi yang sebenar-
sebenarnya tujuan penelitian, menjelaskan manfaat, setelah secara detail
menjelaskan hal-hal tersebut kemudian responden tersebut diminta
tanda tangan informed consent sebagai bukti bagi yang bersedia
menjadi responden penelitian.
Bagi responden yang tidak bersedia dalam penelitian maka peneliti
menerima keputusan para responden tersebut dengan baik tanpa ada
unsur paksaan sedikitpun dan bagi yang bersedia menjadi responden

49
tetapi ingin mengundurkan diri karena alasan apapun maka peneliti juga
menerima keputusan tersebut.
3.9.2 Beneficence- non maleficence (berbuat baik dan tidak merugikan)
Prinsip etik kebaikan atau terbuat baik dalam penelitian ini berkaitan
membantu untuk mengetahuai keterkaitan hubungan pemenuhan
kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan sehingga responden
yang ikut berpartisipasi secara tidak langsung akan memiliki manfaat
dalam meningkatkan kebutuhan spiritualitasnya. Penelitian ini
dilaksanakan karena lebih banyak manfaat sebagai sumber masukan
atau saran bagi Pendidikan terkait dan penelitian ini tidak menimbulkan
resiko terhadap keselamatan responden. Manfaat tersebut tidak hanya
semata-mata untuk peneliti tetapi juga pada para responden yang
menjadi itu sendiri, institusi pendidian serta wilayah kerja SMA Negeri
1 Katingan Hilir Kabupaten Katingan.
3.9.3 Justice (Keadilan)
Penelitian selama pelaksanaan peneliti berusaha sebaik mungkin dapat
berlaku adil yaitu tidak memilih responden yang akan menjadi sampel
penelitian hanya karena memiliki hubungan dekat atau kenal dengan
responden tersebut, memberikan informasi sedetail mungkin pada
setiap responden dengan porsi yang sama, semua responden diberikan
kebebasan yang sama jika ingin mengundurkan diri, serta peneliti akan
menjadi kerahasiaan semua responden tanpa terkecuali dan akan diberi
pertanggung jawaban yang sama jika berdampak negatif.

50
DAFTAR PUSTAKA

Adilla, Anisa Fitri. 2021. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Anemia


Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri Di Smpn 20 Kota Bengkulu
Tahun 2021. Kota Bengkulu : Poltekkes Kemenkes BengkuluAmral, &
Asmar. (2020). Hakikat Belajar & Pembelajaran. Bogor: Guepedia.

Arief S. Sadiman, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan


dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta


Puskata Pelajar

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS. Yogyakarta : Universitas Diponogoro

Hastono, S.P. 2016. Analisis Data Bidang Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pres.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi


Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Edisi Revisi
2012. Jakarta:

Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep Dan


Praktek. Jakarta : Salemba Medika.
Rineka Cipta

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto.

Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. BANDUNG:


PT REMAJA ROSDAKARYA.

51
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran Hakikat


Pengembangan Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV Wacana
Prima, 2007.

Susilo. (2011). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Swarjana, I.K. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).


Yogyakarta : Andi Offset.

Wawan & Dewi. 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika

Wawan & Dewi. 2012. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika

Wawan & Dewi. 2019. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika

WHO. 2014. Health for the World’s Adolescents: A Second Chance in the
Second Decade. Geneva, World Health Organization Departemen of
Noncommunicable disease surveillance. (2014).

World Hhealth Organization. 2011. Adolcent Nutrition-A Review of The


Stituation Selected South-East AsianCountries 2011. 163/en/.

52
Lampiran

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Jumlah Anak Hidup :
7. Alamat :
8. Nomor Whatsapp :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan dan prosedur


penelitian oleh Peneliti, Maka Saya Menyatakan Bersedia Menjadi
Responden Dalam Penelitian Yang Berjudul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Dalam Mencegah Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Sma Negeri
1 Kasongan Kalimantan Tengah”. Persetujuan ini atas kemauan saya sendiri
tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun, saya menyadari informasi yang
saya berikan akan bermanfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.


Semoga bermanfaat demi terlaksananya penelitian ini.
Kasongan, 2023
Responden

(……………………….)

53
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN


MEDIA FLIPCHART TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
DAN SIKAP DALAM MENCEGAH KEJADIAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KASONGAN KALIMANTAN
TENGAH TAHUN 2023
No. Responden :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Tahun Kelas :
Hari/Tanggal :
B. PETUNJUK PENGGUNAAN
Disilang (x) Jawaban yang tepat untuk memberikan
skor pada kolom yang telah disediakan
I. Kuesioner Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia
1. Apakah yang dimaksud dengan Anemia?
a. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari
normal
b. Darah rendah dalam tubuh
c. Suatu keadaan kadar hemoglobinnya meningkat
2. Apa saja gejala klinis anemia?
a. bibir pucat ,pucat pada kulit dan telapak tangan
b. Diare dan kejang
c. Nyeri dada dan kaki pegal
3. Dampak Anemia terhadap remaja putri adalah?
a. Konsentrasi belajar menurun
b. Selalu terlambat datang bulan
c. Bibir pecah-pecah
4. Kebiasaan yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh
adalah?
a. Kebiasaan merokok
b. Kebiasaan minum Teh/kopi bersamaan sewaktu makan

54
c. Kebiasaan tidur terlalu larut malam
5. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang berlebihan
dalam tubuh?
a. Menstruasi

b. Kurang konsumsi makanan yang bergizi


c. Tidak tau
6. Vitamin berikut yang membantu penyerapan zat besi didalam tubuh adalah
a. Vitamin C

b. Vitamin D
c. Vitamin E
7. Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi ?
a. Makanan yang berlemak seperti coklat
b. Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi,hati ayam

c. Makanan yang lunak seperti bubur


8. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau
makanan penambah darah yang berasal dari hewani adalah ?
a. Ikan dan nasi

b. Tahu dan Tempe


c. Hati ayam dan daging sapi
9. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau makanan
penambah darah yang berasal dari nabati adalah?
a. Daun singkong dan bayam
b. Tahu dan tempe
c. Ikan dan nasi
10. Vitamin yang sangat berperan dalam meningkatkan zat besi adalah?
a. Vitamin A
b. Vitamin C
c. Vitamin D
sumber :Intan Rosalina Sembiring dalam Adilla, Anisa Fitri. 2021

55
Kuesioner Sikap

Berilah tanda checklist ( √ ) pada bagian yang disediakan


menurut jawaban Anda benar!
Keterangan:
TS= Tidak Setuju
S= Setuju

No Pertanyaan TS S
1 Sebaiknya remaja mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
2 Remaja putri perlu mengkonsumsi tablet tambah darah setiap minggu nya
3 Sebaiknya makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
Sebaiknya kita mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) untuk mencegah
4
anemia
5 Jika kita sudah menemukan gejala anemia maka beritahu orang tua
6 Anemia masalah kesehatan yang berbahaya
7 Anemia mengganggu aktifitas remaja putri
8 Tidak perlu makan sayuran hijau
9 Merasa khawatir jika terkena anemia
10 Remaja putri merasa perlu untuk mendapat informasi mengenai anemia

sumber :Intan Rosalina Sembiring dalam Adilla, Anisa Fitri. 2021

56

Anda mungkin juga menyukai