Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa pubertas merupakan dimana masa pertumbuhan terjadi dengan cepat,

sehingga kebutuhan kesehatan saat ini juga bertambah. Salah satu suplemen zat

besi yang yang dibutuhkan semakin meningkat. Zat besi diperlukan di seluruh sel

tubuh dan merupakan penyebab siklus fisiologis, seperti perkembangan hemoglobin

(sel darah merah) dan fungsi enzim. Wanita membutuhkan asupan zat besi yang

lebih tinggi dari pada pria. Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) menyebutkan

bahwa kebutuhan zat besi wanita muda dewasa muda berusia 13-29 tahun adalah 26

mg, angka ini jauh lebih tinggi dari pada pria seusianya..[1]

Pada remaja, asupan zat besi tidak hanya digunakan untuk membantu

perkembangan, akan tetapi di sisi lain digunakan untuk menggantikan zat besi yang

hilang melalui darah yang keluar setiap kali mereka berdarah setiap bulan.

Mengingat popularitas zat besi pada wanita, wanita berisiko mengalami kekurangan

zat besi, yang kemudian dapat menyebabkan anemia.[1]

Remaja merupakan suatu tahap perkembangan terjadinya peralihan dari fase

anak-anak menjadi fase dewasa yang mengalami perubahan secara fisik, fisiologis,

maupun sosial. Wanita berumur 12-21 tahun akan dikatakan sebagai remaja,

sedangkan pria baru dikatakan sebagai remaja ketika berumur 12-23 tahun.

Berdasarkan usianya, remaja dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu 12-15 tahun disebut

masa remaja awal, 15-18 tahun disebut masa remaja pertengahan, dan 18-22 tahun

disebut masa remaja.[2]


Kekurangan zat besi yang berlanjut hingga dewasa dan sampai wanita

tersebut hamil dapat membahayakan anak. Wanita muda sekolah menengah yang

sedang hamil dan mengalami pucat dapat menimbulkan bahaya kelahiran prematur

dan melahirkan anak manja dengan berat badan lahir rendah. Oleh karena itu, wanita

muda dianjurkan untuk mengonsumsi tambahan zat besi sebelum hamil. Peningkatan

zat besi ini membantu memenuhi kebutuhan zat besi yang lebih tinggi selama

kehamilan[1]

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 prevalensi anemia di

dunia berkisar 40- 88%. Di Asia Tenggara, 25-40% remaja putri mengalami kejadian

anemia tingkat ringan dan berat. Jumlah penduduk usia remaja 10-19 tahun,di

Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50 ,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. [3]

Berdasarkan dari profil kesehatan Indonesia 2018 upaya peningkatan

kesehatan anak usia sekolah dilakukan melalui kegiatan lintas organisasi terkait

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini meliputi berbagai upaya antara lain

untuk pencarian kesehatan dan pemeriksaan berkala, pemberian tablet tambah darah

bagi remaja putri, pembinaan kantin sekolah sehat, imunisasi, dan pembinaan

kesehatan sekolah.[4]

Salah satu kegiatan UKS yang menjadi indikator nasional dan daerah

rencana pembangunan menengah nasional (RPJMN )Bidang Kesehatan, Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan dan Standar Pelayanan Minimal

Kabuten/Kota.)penjaringan kesehatan yang meliputi rangkaian pemeriksaan

kesehatan (pemeriksaan fisik dan kuesioner)bagi peserta didik kelas 1 SD/MI, 7

SMP/MTs dan 10 SMA/SMK/MA meliputi :pemeriksaan status gizi dan risiko

anemia, pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan riwayat imunisasi,pemeriksaan


kesehatan pendengaran dan penglihatan,pemeriksaan kesehatan reproduksi,

pemeriksaan perilaku berisiko kesehatan, pemeriksaan kesehatan gigi dan

mulut,pemeriksaan mental dan emosional,pemeriksaan intelegensia, dan pemeriksaan

kebugaran.[4]

Penjaringan kesehatan bertujuan untuk mendeteksi dini risiko penyakit pada

anak sekolah agar dapat ditindak lanjuti secara dini, meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan anak yang optimal, sehingga dapat menunjang proses belajar mereka

dan pada akhirnya menciptakan anak usia sekolah yang sehat dan berprestasi.

Berdasarkan. hasil dari puskesmas yang telah melakukan pencarian kesehatan

perserta didik kelas tahun 2018, sebesar 88,05% (8.799 puskesmas) yang berarti telah

mencapai target yang ditetapkan yaitu 65%. Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara

Barat, Bali, DI Yogyakarta dan DKI telah mencapai 100% dan terdapat 2 provinsi

yang belum mencapai target yaitu Papua Barat dan Papua.[4]

Berdasarkan profil kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019

Prevalensi anemia ibu hamil di DIY pada pada tahun 2015 sebesar 14,85%dan

mengalami kenaikan pada tahun 2016 sebesar 16,09 dan kembali turun menjadi 14,32

pada tahun 2017.pada tahun 2018 kembali mengalami kenaikan menjadi 15,21,setiap

tahun akan dilakukan secara optimal untuk meningkatkan target penurunan jumlah

kematian ibu prioritas permasalahan kesehatan di DIY.[5]

Pemberian tablet besi pada tahun 2017 ibu hamil yang mendapatkan tablet

besi (Fe1 dan Fe3) Fe1 sebanyak 95,45 % dan Fe3 sebanyak 86,48 %. Cakupan

tablet besi tersebutdiatas target 85 %.Cakupan pemberian Fe pada ibu hamil yang

sudah mencapai target ini, ternyata tidak merata di seluruh Puskesmas. Puskesmas
dengan pemberian tablet Fe 3 yang cukup tinggi100 %, yaitu pada Puskesmas

Sewon I.[6]

Berdasarkan profil kesehatan Bantul 2018 dilakukan penjaringan kesehatan

peserta didik merupakan salah satu indikator standar pelayanan minimal bidang

kesehatan yang menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah. Salah satu tujuan dari

penjaringan /screening siswa didik adalah meningkatkan derajat kesehatan peserta

didik secara optimal dalam mendukung proses belajar dan mendeteksi secara dini

masalah kesehatan peserta didik, sehingga bila terdapat masalah dapat segera

ditindaklanjuti. Penjaringan kesehatan dilakukan 1 tahun sekali pada peserta didik

kelas 1 SD/ SLB/ MI, kelas 7 SMP/SMPLB/ MTs dan kelas 10 SMA/

SMK/SMALB/MA Negeri dan Swasta. Sedangkan jumlah sekolah dasar sederajat

yang dilakukan penjaringan sebesar 100% yaitu sebanyak 175 sekolah. dari hasil

penjaringan kesehatan ditemukan status gizi dengan obesitas megalami kenaikan

pada tahun 2018 sebanyak 345 anak atau 7,18% dari jumlah siswa, masih terdapat

anak dengan stunting sebanyak 211 pada tahun 2018.[7]

Berdasarkan penelitian relevan dengan penelitian yang telah melakukan oleh

Prasetya Lestari , Widardo , Sri Mulyani yaitu yang berjudul pengetahuan

berhubungan dengan konsumsi tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN

2 Banguntapan Bantul dari Hasil uji fisher exact menunjukkan p-value

=0,321artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi tablet Fe saat

menstruasi pada remaja putri di karena responden kurangnya informasi yang

didapat dari tenaga kesehatan, media masa, media elektronika maupun,dari pihak

keluarga, sehingga di perlukan program pengenalan melalui pemberian informasi

dan penyuluhan tablet Fe sebagai suplementasi gizi remaja di sekolah tersebut bisa

jadi sebagai faktor kurangnya pengetahuan mengenai tablet Fe maka, dari latar
belakang yang atas peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan

pengetahuan anemia dengan tingkat penggunaan obat tambah darah pada remaja putri

SMP Negeri 02 Kasihan Bantul.[4]

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan tentang anemia

dengan tingkat penggunaan obat tablet tambah darah pada remaja putri SMP

Negeri 02 kasihan Bantul?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan

tentang anemia dan pengguaan obat tablet tambah darah pada remaja SMP

Negeri 02 kasihan bantul.

2. Tujuan khusus

a. Dapat mengetahui karakteristik responden ( usia, tingkat pendidikan,

keluarga, status gizi ).

b. Dapat mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang anemia

pada remaja putri.

c. Dapat mengetahui distribusi frekuensi responden dalam penggunaan obat

tablet tambah darah pada remaja putri.


d. Dapat mengetahui hubungan ke eratan pengetahuan dengan penggunaan

obat tambah darah agar tidak terjadinya anemia pada remaja putri

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat bermanfaat dalam bidang ilmu

kefarmasian khususnya pada pengetahuan dan pencegahan anemia pada remaja

putri.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam Pendidikan kesehatan disekolah,

penjelasan tentang anemia dan pengobatan anemia

b. Bagi peneliti

1. Menambah wawasan,pengalaman dan pengetahuan kejadiaan masalah

kesehatan yang ada di ruang lingkup masyarakat terutama tentang tentang

kejadian anemia di masa remaja

2. Dapat mengaplikasikan ilmu teori yang telah didapatkan di perkulihan


Nama peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Fresthy Astrika Hubungan Dalam Jenis penelitian pada peneltian

Yunita, pengetahuan penelitian ini penelitian analitik sebelumnya

SriAnggarini, remaja putri mayoritas observasional. yaitu tempat


E. KEASLIAN PENELITIAN
Parwatiningsih, tentang responden Desain penelitian penelitian yang

Hardiningsih , mengonsums yang diteliti adalah cross saya lakukan di

Agus Eka Nurma i zat beri memiliki sectional untuk smp negeri 02

Yuneta, M. Nur dengan mengetahui kasihan Bantul


pengetahuan
Dewi Kartikasari, kejadian hubungan dan variable
tinggi
Ropitasari anemia di pengetahuan dan yang
terhadap
smp 18 kejadian anemia membedakanny
konsumsi zat
surakarta a yaitu variabel
besi Sekali secara
independent dan
(66.67%) dan bersamaan
variabel
lebih dari
dependent
seperempat
variable
total
independent nya
responden
yaitu
mengalami
pengetahuan
anemia
dan tingat
(26.67%).
penggunaan
Selanjutnya,
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah pustaka

1. Remaja

a. Definisi remaja

Masa remaja merupakan suatu transisi siklus kehidupan dari masa

kanak-kanak hingga dewasa perubahan akan mengikuti perilaku fisik,

psikologis dan antusias. Pada masa remaja akan terjadi kematangan

kerangka yang secara cepat dan tanda-tanda yang berbeda seperti

perkembangan rahim dan saluran tuba falopi dan klitoris, perkembangan

telur dan hasil estrogen dapat menyebabkan siklus menstruasi[8]

b. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada

fase remaja awal (11-14 tahun) karakteristik seks sekunder mulai

tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan,

pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak,

atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik

pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap

remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif

hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik.[9]

2. Kemampuan berpikir
Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta

membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis

kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah

mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas

intelektual sudah terbentuk.[9]

3. Identitas

Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan

dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran,

mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai

banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi

terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap pada remaja di

tahap akhir. [9]

4. Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah ciri

yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak

terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap

pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan

kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan

pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua dapat

dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.[9]

5. Hubungan dengan sebaya Remaja

Pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya

untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan

yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama,

namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik


lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam

kelompok; standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga

penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan

pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal

kepentingan yang berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai

menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan

hubungan yang permanen.

c. Status gizi

Status gizi didefinisikan sebagai hasil perhitungan dari IMT (Indeks Massa

Tubuh) berdasarkan usia.[10]

d. Asupan zat gizi

Asupan zat besi yaitu rerata asupan lemak, protein dan kalsium dari

berbagai makanan dan minuman yang dikonsumsi diperoleh dengan

menggunakan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionaire

(SQFFQ).[10]

e. Pola makan

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap oleh satu

orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pola makan adalah bagaimana cara suatu makanan diperoleh, jenis

makanan yang dikonsumsi, atau frekuensi makan dari seseorang. Pola

makan sering kali tidak teratur, jarang makan pagi maupun makan siang,

akibatnya remaja putri sering lemas dan tidak semangat dalam proses

belajar.[11]

2. Anemia
a. Definisi anemia

Anemia merupakan kelainan hematologi yang biasanya sering di jumpai di

klinik maupun dimasyarat anemia adalah dimana keadaan sel darah merah

masa hemoglobin (Hb) dimana sirkulasi sel darah tidak dapat menjalankan

fungsinya untuk memberikan oksigen ke jaringan tubuh.[12]

Anemia pada remaja putri dikategorikan menjadi dua yaitu remaja

dikatakan anemia jika kadar Hb < 12 g/dL dan dikatakan tidak anemia atau

normal jika kadar Hb ≥ 12 g/dL.[11]

b. Tanda-tanda anemia

Tanda tanda anemia ada lima yaitu:lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai.

Selain itu sering juga didapat keluhan seperti mata berkunang-kunang dan

pusing, pucat pada mukosa kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak

tangan[12]

c. Klasifikasi anemia

berdasarkan nilai indeks eritrosit dibagi menjadi anemia hipokromik

mikrositer, normokromik normositer, dan makrositer. Indeks eritrosit

tersebut adalah Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular

Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

(MCHC). Selain menunjukkan kelainan primernya, pendekatan ini juga

dapat menunjukkan kelainan yang mendasari sebelum terjadinya anemia.

Pada kehamilan normal, terdapat peningkatan ringan MCV bahkan tanpa

adanya penyebab makrositas lainnya. Pengaplikasian hasil indeks eritrosit

ini digunakan untuk mengetahui jenis anemia yang dialami oleh ibu

hamil[13]

d. Jenis jenis anemia


1. Anemia defisiensi besi

a. Definisi anemia

Anemia defisiensi besi adalah penurunan jumlah sel darah merah

dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit

b. Penyebab

Anemia defisiensi besi adalah bentuk anemia yang paling

umum.Sekitar 20% wanita,50% wanita hamil dan 3% dari pria

tidak punya cukup zat besi dalam tubuh mereka.Besi merupakan

bagian penting dari hemoglobin yang merupakan protein

pembawa oksigen dalam darah tubuh biasanya mendapatkan besi

melalui diet dan daur ulang besi dari sel darah yang udah tua, tanpa

zat besi darah tidak dapat membawa secara efektif.

Penyebab anemia defisiensi besi

1. Pendarahan

2. Kurangnya asupan makanan

3. Gangguan penyerapanh

c. Gejala

1. Warna biru hingga putih pada mata

2. Kuku rapuh

3. Penurunan nafsu makan ( terutama pada anak anak )

4. Kelelahan

5. Sakit kepala

6. Iritablel/mudah marah

7. Warna kulit pucat

8. Sesak nafas
9. Sakit pada lidah

10. Kelemahan

2. Anemia penyakit kronis

a. Defines anemia penyakit kronis

Anemia penyakit kronis 3adalah gangguan darah yang dihasilkan

sebuah kondisi (kronis ) jangka panjang medis yang

mempengaruhi

Produksi dan umur sel darah merah.

b. penyebab

anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah

dalam darah lebih rendah dari pada angka normal. Infeksi kronis

tertentu penyakit peradangan,dan penyakit lainnya. Dapat

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi sel darah

merah,kondisi yang dapat menyebabkan anemia penyakit kronis

termasuk

1. gangguan autoimun,seperti penyakit crohn lupus eritematosus

arthiritis colitis ulseratif

2. kanker terutama limfoma dan penyakit Hodgkin

3. penyakit ginjal kronis

4. sirosis hati

5. infeksi jangka panjang seperti endocarditis bakteri

kronis,osteomyelitis (infeksi tulang),HIV

/AIDS, hepatitis B atau hepatitis C

c. Gejala
Anemia penyakit kronis sering ringan dan mungkin tidak terlihat

gejalanya,selain dari penyakit kronis itu sendiri.kemungkinan gejala

anemia meliputi:

1. Nyeri dada

2. Kelelahan

3. Pucat

4. Sesak nafas

e. Diagnosis anemia

defisiensi ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis untuk mencari faktor predisposisi dan etiologi, antara lain:

bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi kurang bulan, bayi yang baru

lahir dari ibu anemia, bayi yang mendapat susu sapi sebelum usia 1

tahun, dan lain lain sebagainya.

2. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukanadanya gejala pucat menahun

tanpa disertai adanya organomegali, seperti hepatomegaly dan

splenomegaly.

3. Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah rutin seperti Hb,

PCV (PackedCell Volume), leukosit, trombosit ditambah pemeriksaan

indeks eritrosit, retikulosit, saturasi morfologi darah tepi dan

pemeriksaan status besi (Fe serum, TIBC, transferrin, Free Erythrocyte

Protoporphyrin(FEP), ferritin). Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV,

MCH akan menurun, MCHC akan menurun pada keadan berat, dan

RDW akan meningkat. Gambaran morfologi darah tepi ditemukan

keadaan hipokrom, mikrositik, anisositik hipokrom biasanya terjadi

pada ADB, infeksi kronis dan thalassemia.


Kriteria diagnosis ADB menurut World Health Organization (WHO).

1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia.

2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata <31 %(N32-35)

3. Kadar Fe serum <5 µg/dl (N:80- 180µg/dl)

4. Saturasi transferrin <15%(N:20-50)[14]

f. Penatalaksanaan anemia

Penatalaksanaan anemia defisiensi besi terdiri atas:

1. Terapi zat besi oral: pada bayi dan anak terapi besi elemental diberikan

dibagi dengan dosis 3-6 mg/kgBB/hari diberikan dalam dua dosis, 30

menit sebelum sarapan pagi dan makan malam. Terapi zat besi

diberikan selama 1 sampai 3 bulan dengan lama maksimal 5 bulan.

Enam bulan setelah pengobatan selesai harus dilakukan kembali

pemeriksaan kadar Hb untuk memantau keberhasilan terapi. [14]

2. Terapi zat besi intramuscular atau intravena dapat dipertimbangkan

bila respon pengobatan oral tidak berjalan baik, efek samping dapat

berupa demam, mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artragia,

bronkospasme sampai relaksi anafilaktik.[14]

3. Transfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai risiko

terjadinya gagal jantung yaitu pada kadar Hb 5-8g/dL. Komponen

darah yang diberikan berupa suspensi eritrosit (PRC) diberikan secara

serial dengan tetesan lambat. [14]

3. tablet tambah darah

a. pengertian tablet tambah darah

tablet tambah darah atau suplemen zat besi untuk remaja putri agar dapat

kontribusi memutus lingkaran malnutrisi antargenerasi. Obat tablet


tambah darah diberikan secara oral adalah salah satu untuk pencegahan

dan pengendalian anemia yang diberikan pada remaja putri sebanyak 1

tablet/minggu dan 1 tablet/ hari selama 10 hari.

4. Tingkat Pengetahuan

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari ingin tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penelitian terhadap suatu objek tertentu yaitu metode indra

penglihatan pendengaran penciuman rasa dan raba ,sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan pendengaran

e. Tahu (know)

Tahu yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,termasuk

kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali.

f. Memahami (comprehension )

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut seacara benar

g. Analisis (analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objejek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain

h. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.


3. Menurut Budiman dan Riyanto (2013),factor factor yang mempengaruhi

pengetahuan sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan Pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan Pendidikan tinggi seorang tersebut, akan

semakin luas pula pengetahuannya.

b. Informasi/media massa

Informasi dapat di peroleh baik dari Pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan baik atau buruk dan tradisi yang dilakukan oleh seseorang

dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuan walaupun

tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang

d. Lingkungan

Lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar individu,baik

lingkungan fisik,biologis, maupun social lingkungan dapat berpengaruh

terhadap pengetahuan.

e. Pengalaman

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional,serta pengalaman belajar

selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan.
f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang ,semakin

bertambahnya usia akan berkembang daya tangkapnya dan pola

pikirnya

sehingga pengetahuan yang di peroleh semakin baik


B. Kerangka teori

Remaja putri

Kebutuhan fe meningkat
Pertumbuhan fisik cepat

Absorbsi Fe
rendah
Kurangnya pengetahuan
anemia

Kehilangan darah
Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Pelayanan kesehatan
Pendarahan

Infeksi

Parasit
Status gizi

Gaya hidup remaja


Pola makan
C. Kerangka konsep 1. Diet
2. Gangguan nafsu makan
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka komsep penelitian ini

adalah

Variable bebas (independent ) variable terikat (dependen )

Pengetahuan tentang Penggunaan tablet tambah


anemia darah

Anda mungkin juga menyukai